BERITA TERKINI
Vitamin C Menghambat
Kalsifikasi pada Sel Otot Polos
Pembuluh Darah
Kalsifikasi pembuluh darah adalah proses
patofisiologis yang berhubungan dengan
aterosklerosis pembuluh darah, dan
merupakan penanda prognostik morbiditas
dan mortalitas penyakit kardiovaskular.
Studi menunjukkan bahwa kalsifikasi
plak merupakan proses dinamis yang
berhubungan dengan derajat inflamasi
pembuluh darah. Beberapa faktor inflamasi
yang dihasilkan selama fase aterosklerosis
dapat menginduksi ekspresi dan aktivasi
sel osteoblas di dalam dinding arteri, yang
akan mencetuskan pengendapan kalsium.
Derajat kalsifikasi kalsium berkorelasi dengan
perkembangan aterosklerosis.
Vitamin C merupakan antioksidan kuat
dalam menghambat peradangan dan stres
oksidatif, proses patologis yang berkontribusi
pada kalsifikasi dinding arteri. Vitamin C juga
berperan penting dalam pembentukan
kolagen dan matriks ekstraseluler pembuluh
darah yang optimal. Studi menunjukkan
bahwa vitamin C mencegah terjadinya
endapan lipoprotein pada dinding
pembuluh darah dan menghambat proses
aterosklerosis dengan cara melindungi
integritas dan kekuatan dinding pembuluh
darah. Optimalisasi kadar vitamin C akan
mempertahankan integritas dan stabilitas
dinding pembuluh darah.
Sel otot polos pembuluh darah memiliki
kapasitas luar biasa untuk diferensiasi osteoblas
fenotipikal. Kalsifikasi sel otot polos pada
lapisan intima dan/atau media pembuluh
darah dapat menyebabkan diferensiasi
osteoblas, yang ditandai dengan peningkatan
aktivitas enzim fosfatase alkalidan penanda
osteogenik seperti produksi osteokalsin dan
sekresi matriks tulang.
Studi in vitro oleh Ivanov, dkk. mengevaluasi
efek vitamin C terhadap kultur sel otot polos
pembuluh darah aorta manusia. Sel diinkubasi
dengan asam askorbat dalam media tumbuh
selama 3 hari. Proses kalsifikasi sel otot polos
pembuluh darah aorta dievaluasi dengan
aktivitas enzim fosfatase alkaliseluler dan
akumulasi kalsium dalam matriks ekstraseluler.
Hasilnya, suplementasi media kultur sel
otot polos pembuluh darah aorta (AoSMC)
366
dengan asam askorbat hingga 300 mcM
mengakibatkan penurunan kadar kalsium
ekstraseluler serta penurunan aktivitas
fosfatase alkali seluler yang signifikan
(penurunan tergantung dosis asam askorbat).
Pada konsentrasi 300 mcM asam askorbat,
akumulasi kalsium ekstraseluler pada sel
otot polos pembuluh darah aorta menurun
sebesar 20% dan aktivitas fosfatase alkali
menurun hingga 80%.
Efek asam askorbat pada kalsifikasi sel otot
polos pembuluh darah aorta juga diuji dengan
adanya simvastatin, agen yang diketahui
dapat menstimulasi kalsifikasi arteri. Hasilnya,
akumulasi kalsium pada lapisan sel otot polos
pembuluh darah aorta meningkat sebesar
23% dengan adanya simvastatin. Namun,
penambahan 100 mcM asam askorbat
mengakibatkan penurunan 54% akumulasi
kalsium. Efek akumulasi kalsium oleh HMG-
CoA reductase inhibitor dihambat oleh asam
askorbat.
Studi juga mengevaluasi efek asam askorbat
terhadap perubahan ekspresi berbagai
petanda pro-osteogenik (osteocalcin,
osteoadherin, DMP-1, SOST)) dalam kultur
sel tipe yang berbeda (sel otot polos aorta,
human dermal fibroblasts dan immortalized
human osteo¬blasts). Hasilnya menunjukkan
bahwa ekspresi semua penanda osteogenik
yang diuji berkurang signifikan dengan
suplementasi asam askorbat 200 mcM.
Studi ini menunjukkan bahwa vitamin C
berperan penting mencegah pembentukan
endapan kalsium dalam sel otot polos
pembuluh darah arteri. Suplementasi vitamin
C tampaknya berpotensi mencegah kalsifikasi
dinding pembuluh darah arteri dan berperan
dalam pencegahan dan pengobatan penyakit
kardiovaskular. Diperlukan studi klinis lebih
lanjut untuk mengevaluasi efek suplementasi
kalsium dalam mencegah kalsifikasi dinding
pembuluh darah arteri. (MSP)
Referensi:
Ivanov V, Ivanova S, Niedzwiecki A, Rath M. Vitamin
C inhibits the calcification process in human
vascular smooth muscle cells. American journal of
cardiovascular disease. 2020;10(2):108-116.
Meta-analisis Kemoterapi
Induksi berbasis Gemcitabine
untuk Kanker Nasofaring Lokal
Lanjut
Kemoradioterapi konkuren merupakan
terapi standar untuk kanker nasofaring lokal
lanjut. Prognosis pasien ini termasuk buruk,
sehingga kemoterapi berperan penting dalam
terapi pasien kanker nasofaring risiko tinggi.
Beberapa uji klinik menunjukkan bahwa
kemoterapi induksi diikuti kemoradioterapi
konkuren memperbaiki prognosis pasien
kanker nasofaring lokal lanjut secara bermakna.
Sampai saat ini, regimen kemoterapi induksi
yang optimal untuk kanker nasofaring lokal
lanjut belum diketahui pasti. Beberapa
regimen kemoterapi induksi seperti TP
(docetaxel, cisplatin), FP (cisplatin, fluorouracil),
dan TPF (docetaxel, cisplatin, fluorouracil)
diketahui memperbaiki survival pasien kanker
nasofaring. Suatu uji klinik menunjukkan
efikasi gemcitabine/cisplatin sebagai
kemoterapi induksi sebanding dengan TPF
dengan toksisitas derajat 3-4 kurang dijumpai
pada gemcitabine/cisplatin pada pasien kanker
nasofaring lokal lanjut.
Peneliti melakukan meta-analisis untuk menilai
efikasi dan toksisitas kemoterapi induksi
berbasis gemcitabine diikuti kemoradioterapi
konkuren pada kanker nasofaring lokal
lanjut. Studi observasional dan uji klinik acak
dengan kontrol (RCT) dimasukkan dalam
meta-analisis. Pencarian sistematik dilakukan
di Web of Sciences, Pubmed, Embase, meeting
proceedings, dan ClinicalTrials.gov.
Hasil meta-analisis ini: (n= 5 studi observasional
dan 2 RCT, 1.680 pasien)
„„ Evidence dari RCT menunjukkan bahwa
penambahan kemoterapi induksi berbasis
gemcitabine pada kemoradioterapi
konkuren memperbaiki progression free
survival (PFS: HR 0,60; 95% CI 0,40-0,88; p=
0,01) dan overall survival (OS: HR 0,47; 95%
CI 0,28-0,80; p= 0,005) yang bermakna dan
dikaitkan dengan risiko toksisitas lebih
tinggi (leukopenia; p= 0,01, neutropenia;
p < 0,0001, trombositopenia; p < 0,0001).
„„ Dari data studi observasional, terdapat
perbaikan OS bermakna (HR 0,52; 95%
CI 0,31-0,88; p= 0,02) pada pasien yang
mendapat kemoterapi induksi berbasis
gemcitabine dibandingkan kemoterapi
CDK-295/ vol. 48 no. 6 th. 2021

induksi berbasis taxane.
„„ T erdapat kecenderungan perbaikan PFS
dengan kemoterapi induksi berbasis
gemcitabine diikuti kemoradioterapi
konkuren (HR 0,67; 95% CI 0,45-1,01; p=
0,06) berdasarkan studi observasional.
Simpulan dari meta-analisis ini adalah
penambahan kemoterapi induksi berbasis
gemcitabine pada kemoradioterapi konkuren
memperbaiki PFS dan OS bermakna
dibandingkan kemoradioterapi konkuren
saja dengan risiko toksisitas hematologi pada
pasien kanker nasofaring lokal lanjut. Regimen
berbasis gemcitabine dapat digunakan
sebagai alternatif regimen berbasis taxane
untuk terapi kanker nasofaring lokal lanjut.
(HLI)
Referensi:
1. Fei Q, Chen HB, Zhang CM, Xu JJ, He X, Chen
SW. The efficacy and safety of gemcitabine-
based induction chemotherapy for locally
advanced nasopharyngeal carcinoma treated
with concurrent chemoradiation: A meta-
analysis. Medicine 2021;100:14(e25398).
Zhu J, Duan B, Shi H, Li Y, Ai P,
2. Tian J, et
al. Comparison of GP and TPF induction
chemotherapy for locally advanced
nasopharyngeal carcinoma. Oral Oncology
2019;97:37-43.
3.
4. COVID-19. Studi ini menggunakan kohort
CDK-295/ vol. 48 no. 6 th. 2021
Penggunaan Statin
Menurunkan Mortalitas Pasien
COVID-19
Pada COVID-19, terjadi keadaan hiperinflamasi
yang mencetuskan terjadinya acute respiratory
distress syndrome (ARDS), cedera miokard,
dan komplikasi trombotik. SARS-CoV-2
menginfeksi sel manusia melalui angiotensin-
converting enzyme 2 (ACE2). Proses ini akan
mengakibatkan ketidakseimbangan sistem
renin-angiotensin-aldosteron (RAAS) yang
menimbulkan gejala berat pada pasien
COVID-19. Beberapa agen anti-inflamasi,
imunomodulator, dan antitrombotik dinilai
dapat mencegah dan mengobati pasien
COVID-19.
Statin merupakan agen terapi untuk
menurunkan kolesterol, statin memiliki efek
anti-inflamasi dan anti-trombolitik. Target
kerja statin adalah HMG-CoA (3-hydroxy-3-
methylglutaryl coenxyme A) reduktase. Efek
statin pada lipid membran seluler dinilai dapat
memengaruhi transmisi virus. Pada beberapa
penelitian, statin berpotensi meringankan
cedera miokard dan kejadian trombolitik yang
berhubungan dengan COVID-19 berat.
Dr. Gupta, dkk. mengevaluasi hubungan
penggunaan statin sebelumnya dengan
angka mortalitas pasien rawat inap dengan
BERITA TERKINI
retrospektif sejak 1 Februari hingga 12 Mei
2020 yang dilakukan di New York. Parameter
primer yang dinilai adalah angka mortalitas
dalam 30 hari. Parameter sekunder adalah
pemasangan ventilator mekanik dalam 30
hari. Peneliti mengumpulkan data pasien
COVID-19, dan melakukan proses matching.
Didapatkan 648 pasien dengan statin dan 648
pasien tanpa statin.
Hasilnya, kejadian takipnea lebih rendah pada
kelompok statin (22,1% vs 28,7%; p<0,01).
Pada kelompok statin didapatkan nilai hitung
leukosit yang lebih rendah dan level CRP lebih
rendah (p<0,01) dibandingkan kelompok
tanpa statin. Angka mortalitas lebih rendah
didapatkan pada kelompok statin (20,8%
vs 33,7%; p<0,001). Statin secara signifikan
menurunkan parameter primer (mortalitas
dalam 30 hari) pada analisis univariat dan
analisis multivariat.
Simpulan studi ini adalah riwayat penggunaan
statin sebelumnya pada pasien rawat inap
COVID-19 berhubungan dengan penurunan
angka mortalitas. (DSM)
Referensi:
1. Gupta A, Madhavan MV, Poterucha TJ,
DeFilippis EM, Hennessey JA, Redfors B, et al.
Association between antecedent statin use and
decreased mortality in hospitalized patients
with COVID-19. Nat Commun. 2021;12(1):1325.
367