Anda di halaman 1dari 3

TERBEBAS

Kerangka cerpen
Nilai moral    : selalulah percaya diri dan ceria
Nilai sosial    : menghargai teman/ memotivasi teman
Tema        : Membangun keceriaan/ kebahagiaan dalam keadaan apapapun
Sudut pandang    : Orang ketiga serbatahu
Tokoh        : Domini, Kelinci, Tupai dan ikan serta ular
Penokohan    : Domini    = ceria, mudah terpengaruh, 
          Kelinci    = pintar, bijak
          Tupai dan ikan serta ular    = teman yang usil, baik
Alur/ Struktur    :
1. Pengenalan
Domini merasa senang dan bahagia dengan bulu-bulu cantiknya
2. Pemunculan masalah
Bulu-bulu Domini dicukur habis sehingga ia merasa sedih
3. Konflik
Domini merasa tidak berharga karena tidak punya bulu, ia ingin bulu-bulu cantiknya kembali
(konflik batin)
4. Klimaks
Saat hujan lebat dengan tubuh gundul ia menangis
5. Antiklimaks
Kelinci datang memberi semangat
6. Penyelesaian
Domini bisa menerima keadaannya dan kembali ceria (bahagia)

Kerangka cerpen
Nilai moral    : selalu bersemangat walaupun dengan kekurangan yang dimiliki dan mengintrospeksi diri
Nilai sosial    : menghargai pemberian orang lain dan menerimanya dengan baik
Tema        : Mengingat diri / berintrospeksi diri
Sudut pandang    : Orang ketiga serbatahu
Tokoh        : Dani, Anjing dan Ibu Dani
Penokohan    : Dani    = seorang pencela dan kurang mawas diri
         Anjing   = ceria dan suka bermain
         Ibu Dani = baik dan suka memberi
Alur/ Struktur    :
2. Pengenalan
Ibu Dani memberikan hadiah seekor anak anjing dan Dani pun merasa senang.
3. Pemunculan masalah
Setelah mengetahui anak anjing itu cacat Dani pun marah
4. Konflik
Dani merasa ibunya telah bercanda dengannya dan dia tidak terima hal tersebut
5. Klimaks
Dani melempar anjing itu dan menendangnya
6. Antiklimaks
Anjing itu pun tetap terlihat ceria dan terus bermain walaupun terjatuh beberapa kali dan Dani
memperhatikannya seakan mengakhiri amarahnya seperti menyadari hal yang sama terjadi padanya

7. Penyelesaian
Dani pun akhirnya menerimanya dan mengajak Anjingnya bermain diluar

TERBEBAS

Hari begitu indah saat Domini untuk pertama kali melihat keindahan bulu-bulu putih
bersihnya. Ia menari sambil melopat-lompat. Tupai-tupai, ikan-ikan, burung hantu, dan ular pun
ikut berbahagia. Bunga-bunga pun melantunkan melodi indah, seakan ikut merayakan
kebahagiaan kecil Domini. Kaki-kaki terhentak melangkah seirama dengan lagu dan gemercik
air sungai. Inilah bahagia. Inilah keindahan.
Namun saat lagu bahagia menghentak dalam puncak tarian yang rancak. Tiba-tiba.....
Domini tertunduk lemas, setelah manusia dengan mesin pencukur bulu domba berhasil
merontokkan bulu-bulu indah yang dibanggakan. Ia merasa malu dan sedih karena semua
binatang mentertawakankanya. Ia rendah diri dan merasa tidak berharga. Tupai, burung hantu,
ular, dan ikan-ikan di sungai yang biasanya senang bermain dengannya, menganggap
kemalangannya adalah sesuatu yang lucu. Belum lama ia menikmati hidupnya yang indah. Ia
bangga dengan bulu-bulu cantiknya memudahkannya bergaul dengan siapa saja. Bukankah
setiap makhluk memiliki kelebihan. Kelebihan yang menjadi alasan untuk bersyukur. Kini, ia
renta dan papa. Ia papa tanpa kebanggaan, yang tersisa hanya tubuh kurus kemerahan. Ke mana
ia akan menyandarkan resahnya. 
“ Hey, Trondol...! Di mana bulu-bulu indahmu? Ups....gundul! “ teriak Tupai lalu ia
sembunyi di balik lubang.
Burung Hantu pun tidak lupa tertawa terbahak-bahak melihat kulitnya kemerah-merahan
tanpa bulu. Tak ketinggalan Ular dan Ikan geli melihat penampilan Domini.
Tak lama kemudian hujan lebat mengguyur lembah itu. Beberapa kodok pun meluapkan
kegembiraannya dengan bernyanyi. Seakan suara pesta membahana mengajak langit malam ikut
bersenandung. Namun, Domini bersembunyi di balik batu merutuki nasibnya. Hujan deras ini
seakan menggenapkan kesedihannya. Tak terasa air mata meleleh di pipinya. Tubuhnya
menggigil kedinginan, ia merasa hidupnya tak berarti lagi. Semakin lengkaplah penderitaannya
di dunia. Duhai Tuhan apa salahku... 
Malam yang dingin dan mencekam pun berlalu, berganti dengan pagi yang cerah. Bunga-
bunga sengaja bermekarkan untuk menghibur Domini. Burung Pipit bernyanyi dengan melodi
sederhana. Namun, ia masih terpekur dalam diamnya. Apa lagi harapan dalam hidupnya? Tanpa
harga diri, kelihatan buruk di mata orang lain sama saja dengan kiamat.
Tak berapa lama, datanglah Kelinci mendapati Domini yang lusuh di pinggir batu besar.
“ Domba Mini! Apa yang membuatmu murung?” kata Kelinci kepada Domini.
“ Kau lihat sendiri keadaanku! Badanku tiada berbulu, teman-teman yang lain beramai-
ramai mentertawakanku. Kau tak ingin tertawa?” keluh Domini pada Kancil dengan wajah
manyun.
Kelinci geli mendengar perkataan Domini. Ia ingin tertawa tapi takut Domini
tersinggung. Ia menahan tawa, tapi Domini melihat gelagat itu.
“ Nah, kau sendiri memang ingin tertawa!” dengus Domini melihat gelagat Kancil.
“ Jangan tersinggung! Aku tidak mentertawakan kau yang tanpa bulu, tetapi sikapmu
yang kelihatan manja,” kata Kelinci mulai bijak.
“ Kelihatan manja? Apa maksudmu?” kata Domini yang terheran-heran dengan sikap
Kelinci.
“ Apa salahnya kalau kamu gundul, trondol?  Bukankah kita sering melihat domba-
domba dicukur bulunya oleh manusia untuk dijadikan baju hangat. Manusia juga sangat
berterima kasih pada domba-domba itu sehingga sering memberi makan. Makanan yang bergizi
pula. Biasa bukan?” jelas Kelinci.
“ Iya, sih,” jawab Domini membenarkan.
“ Lagi pula kamu gundul juga paling sebentar saja, nanti bulu-bulumu juga akan tumbuh
lagi. Tapi kamu juga harus bersiap-siap kalau harus masuk mesin pencukur rambut,” kata Kelinci
kemudian.
Domini mengangguk-angguk seakan mengerti. Lalu katanya pada Kelinci,” Iya, kau
benar Kelinci. Apa yang harus kusedihkan, jika inilah tujuan hidupku yang ditentukan Tuhan.
Mengapa aku harus bersedih jika pengorbananku adalah memberi kebahagian pada manusia?”
“ Nah, itu sudah pinter sendiri!” kata Kelinci penuh semangat.
“ Ayolah! Daripada kamu meratapi nasibmu yang sudah pasti gundul, kita bersenang-
senang. Di lembah ujung sana banyak rumput segar, kita akan balapan lari, siapa yang sampai
duluan dialah penguasa lembah ujung.”
“Baiklah, siapa takut!” kata Domini bersemangat.
Lalu mereka pun saling melompat dan berlari menuju lembah ujung. Sang Kelinci
membiarkan Domini memenangkan perlombaan itu. Domini sangat bahagia, ia menyanyi dan
bergembira selalu. Binatang-binatang yang mentertawakan pun ikut gembira dengan keceriaan
Domini yang telah kembali.
Domini telah menerima keadaan dirinya. Dalam kebahagiaanya ia bertumbuh menjadi
domba yang berbulu cantik, tetapi ia tidak pernah sedih lagi jika suatu kali tubuhnya harus
gundul lagi karena manusia memerlukan bulu-bulunya. Kebahagiaan hidupnya tak lagi
tergantung pada ada atau tidaknya bulu-bulu yang indah. Kebahagiaanya ia bangun karena ia
menerima nasibnya sebagai domba. Domba yang bulu-bulunya dimanfaatkan manusia untuk
membuat baju. Domini telah menerima dengan lapang dada. Bahagia adalah bahagia, bukan
kebanggaan yang membuat kita bahagia, tetapi terbebas dengan ego sendiri, terbebas dari ego
ingin selalu merasa hebat, adalah kebahagian. Alangkah indah.
---&---

Terinspirasi dari video:


https://www.youtube.com/watch?v=7WyR4AqRweY “Boundin”

Anda mungkin juga menyukai