Anda di halaman 1dari 25

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

KP B

ANALISA POTENSIOMETRI

Gelombang 2

Rabu, 25 Mei 2022

Kelompok 4

Ni Putu Tiana Prilian Hornschuh (160221039)

Matthew Marcelino Indrawanto (160221033)

Dosen Pembimbing:

Prof. Restu Kartiko Widi, S.Si., M.Si., Ph.D.

Asisten:

Yehezkiel Warren Wijaya

Natasya Oktaviani Oeliex

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SURABAYA
2022
I. Tujuan Percobaan
Menentukan kadar Fe2+ dalam larutan dengan metode potensiometri
II. Dasar Teori
Potensiometri adalah suatu metode analisis kimia yang melibatkan
pengukuran potensial dari sel Galvani. Pada umumnya metode
potensiometri ini digunakan untuk mengukur potensial sel, pH, dan
menentukan konsentrasi ion logam di dalam suatu sampel. Dalam
pengukurannya, metode pontensiomeri ini terdiri dari beberapa komponen,
yaitu elektroda kerja, elektroda pembanding, rangkaian jembatan garam dan
pengukur tegangan (Voltmeter). Secara umum sel galvani ini terdiri dari dua
buah setengah sel, yang mana untuk menghitung nilai potensial selnya dapat
menggunakan persamaan Nernst. Sebagaimana persamaan Nernst bahwa
hubungan aktivitas dengan potensial adalah:
𝑅𝑇
E = Eo – 𝑛𝐹 ln C ; dengan :

E = potensial sel dalam kondisi tidak standar (volt)


Eo = potensial reduksi standar (volt)
R = konstanta (J/K mol)
T = temperature (K)
n = jumlah electron
F = konstanta Faraday (96,487 coulomb)
C = konsentrasi (gr/mol)

Pada system potensiometri, pengukuran potensial dilakukan dengan


menjaga satu potensial setengah sel tetap konstan, potensial setengah sel ini
sering disebut dengan elektroda pembanding. Pada bagian setengah sel yang
lain yang mengandung analit (zat yang diukur), dimasukkan suatu elektroda
yang disebut sebagai elektroda kerja. Beberapa hal penting yang dalam
pemilihan suatu elektroda untuk analisis spesies-spesies tertentu adalah:

1. Elektroda sebaiknya dapat merespon secara Nernstian besarnya


aktivitas spesies zat yang diukur.
2. Elektroda sebaiknya tidak merespon aktivitas spesies-spesies lain
zat yang ada bersama spesies yang diukur. Maka elektroda ini
sifatnya spesifik.
3. Elektroda sebaiknya tidak bereaksi dengan spesies zat yang ada
dalam larutan. Maka elektroda ini disebut bersifat inert.
4. Permukaan elektroda sebaiknya tetap komposisinya (tidak berubah),
meskipun hanya dilewati arus yang kecil.

Elektroda indikator merupakan elektroda yang merespon ion secara spesifik


dan pemilihan serta penggunaan elektroda merupakan kunci keberhasilan
dari sistem potensiometri. Apabila suatu logam dapat merespon ion logam
yang sejenis dalam larutan, ini tidak cukup selektif karena juga dapat
merespon ion-ion logam lain. Dalam potensiometri pada dasarnya
menggunakan suatu elektroda dengan Potensiometri 35 rancangan khusus
yang selektif terhadap ion tertentu yang sering disebut elektroda selektif ion
(ESI). Elektroda yang paling sering dijumpai adalah elektroda gelas yang
selektif terhadap ion H+ dan atau pH. (Suyanta, 2013)

Pada potensiometri ini, titik akhir titrasi dapat diketahui melalui


penetapan volume saat terjadi perubahan potensial yang relative besar
ketika ditmbahkan titran. Titrasi yang menggunakan elektroda kaca dapat
digunakan untuk semua reaksi tirimetri, misalnya asam basa, redoks,
pengendapan ataupun pembentukan kompleks. Titrasi ini dapat dilakukan
secara manual ataupun secara otomatis (menggunakan alat). Pada titrasi
secara manual, potensial diukur setiap penambahan titran pada titrat, yang
mana pembacaan diperoleh dari volume titran yang ditambahkan di dalam
titrat, kemudian melanjutkan dengan pembuatan kurva titrasi. Jika
menggunakan elektroda kaca, perlu digunakan piranti ukur dengan
impedansi masukan yang tinggi, hal ini dikarenakan resistan kaca yang
tinggi. Sebagian besar titrasi pada potensiometri menggunakan alat yang
disebut pH meter. Titik equivalen pada titrasi potensiometri ini dapat
ditentukan dengan beberapa metode, yaitu :

1. Metode Bisection
merupakan metode mencari akar suatu fungsi dengan menetapkan batas
interval di mana di dalam interval
tersebut memuat nilai akar yang
dicari. Nanti interval ini dibagi dua
kemudian diambil interval baru yang
masih memuat nilai akar, yang mana
pada grafik volume titran terhadap
pH, bila ditarik garis akan diperoleh
Sumber :
titik equivalen. Titik equivalen https://www.academia.edu/899313
5/Dasar_Potensiometrihttps:/
adalah suatu keadaan saat mol valensi titra sama dengan mol valensi
/www.academia.edu/899313
titrat. Titik equivalen ini berbeda dengan TAT. Pada pengukuran dengan
5/Dasar_Potensiometri
pH meter, pH hanya dapat diukur antara 2 sampai dengan 12, hal ini
dikarenakan pH meter memiliki ketelitian pada rentang pH 2-12.
2. Metode Tangensial
Pada metode ini titik equivalen dapat diukur menggunakan alat khusus.
3. Metode Cirdefit
Pada metode ini, titik equivalen
dapat ditentukan dengan
menggunakan penggaris berbentuk
lingkaran, yang mana saat
pembuatan lingkaran ini harus
dicocokkan dengan grafik,
kemudian ditarik garis dari Sumber :
https://www.academia.edu/8993135/Dasar_
pusat lingkaran untuk
Potensiometri
mendapatkan perpotongan
garris yang menunjukkan titik equivalen.
4. Metode Turbulasi
Pada metode ini, penentuan titik equivalen dilakukan dengan
menggunakan kurva turunan pertama dan kurva turunan kedua. Berikut
merupakan kurva turunan pertama dan kurva turunan kedua :
Gambar Kurva Turunan Pertama

Sumber: repository.ut.ac.id

Gambar Kurva Turunan Kedua

Sumber: repository.ut.ac.id

(Suheryanto et al., 2019)


Rumus dan contoh perhitungan yang dilakukan pada percobaan ini :
Saat membuat larutan standar (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O 0,1N sebanyak 50 ml
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑥 1000 𝑥 𝑉𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖
N= 𝐵𝑀 𝑥 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒

dengan ;
N = Normalitas (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O (N)
massa = massa (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O (gr)
Valensi= valensi (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O
BM = berat molekul (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O
Volume= Volume (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O (mL)
Saat menstandarisasi larutan standar sekunder (NH4)2Ce(SO4)2.2H2O
dengan larutan standar primer (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O
Ce4+(aq) + Fe2+(aq) Ce3+(aq) + Fe3+(aq)
N1 x V1 = N2 x V2
dengan ;
N1 = Normalitas (NH4)2Ce(SO4)2.2H2O
V1 = Volume (NH4)2Ce(SO4)2.2H2O
N2 = Normalitas (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O
V2 = Volume (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O
Saat menentukan kadar 𝐹𝑒 2+ dalam sampel secara pH-metri
𝐼𝑌1𝐼
Volume ekuivalen = 𝑉1 + (V2-V1)
𝐼𝑌1𝐼+𝐼𝑌2𝐼

dengan ;
Volume ekuivalen = volume ekuivalen (mL)
V1 = volume titran sebelum lonjakan potensial (mL)
V2 = volume titran setelah lonjakan potensial(mL)
Y1 = (∆𝑝2 𝐻/∆𝑉 2 ) sebelum lonjakan potensial
Y2 = (∆𝑝2 𝐻/∆𝑉 2 ) setelah lonjakan potensial
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐹𝑒 2+
Kadar Fe2+ dalam sampel (%b/v) = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 x 100%

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐹𝑒 2+ (𝑔𝑟)𝑥 1000 𝑥 𝑉𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖 (NH4)2Fe(SO4)2


N (NH4)2Fe(SO4)2= 𝑔𝑟
𝐵𝑀 𝐹𝑒 2+ ( )𝑥 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 (𝑚𝐿)
𝑚𝑜𝑙

III. Alat dan Bahan


3.1 Alat-alat yang digunakan :
1. Beaker glass dan Labu takar
2. Gelas ukur dan Pipet ukur 10 mL
3. Potensiometer dan Buret
4. Hotplate stirrer dan Magnetik bar
3.2 Bahan-bahan yang dibutuhkan :
1. (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O
2. (NH4)2Ce(SO4)2.6H2O
3. Aquades dan larutan H2SO4 4N
IV. Cara Kerja
4.1 Membuat larutan standar (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O 0,1N sebanyak 50
ml
1. Meenimbang sejumlah (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O yang diperlukan
2. Melarutkan dengan aquades secukupnya dalam beaker glass
3. Masukkan dalam labu takar 50 ml
4. Mengencerkan dengan aquades sampai tanda batas
4.2 Menstandarisasi larutan standar sekunder (NH4)2Ce(SO4)2.2H2O
0,1N
1. Memipet 10 ml larutan standar primer (NH4)2Fe(SO4)2.2H2O
2. Memasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml
3. Menambahkan indikator ferroin (1-3 tetes) dan 2,5 mL H2SO4
4N
4. Menitrasi dengan larutan standar (NH4)2Ce(SO4)2.2H2O hingga
terjadi perubahan warna dari merah jingga menjadi hijau
4.3 Menentukan kadar Fe2+ dalam larutan sampel
1. Memipet 25 ml larutan sampel (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O yang
mengandung Fe2+
2. Memasukkan ke dalam beaker glass, kemudian meletakkan
magnetic bar ke dalamnya
3. Menambahkan ke dalamnya 2,5 mL H2SO4 4N dan
mengencerkan dengan aquades hingga 100 ml.
4. Buat tabel pembacaan potensial
5. Menitrasi dengan larutan standar (NH4)2Ce(SO4)2.2H2O 0,1N,
menambahkan tiap 1 mL, mengukur potensial yang terjadi
sampai dua titik terjadi loncatan potensial
6. Mengulangi langkah no. 5 dengan penambahan 0,1 mL pada
volume sekitar lonjakan potensial
V. Skema Kerja
5.1. Membuat larutan standar (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O 0,1N sebanyak 50
ml
5.2. Menstandarisasi larutan standar sekunder (NH4)2Ce(SO4)2.2H2O
0,1N

5.3. Menentukan kadar Fe2+ dalam larutan sampel

VI. Material Safety Data Sheet (MSDS)


Keter (NH4)2Fe(S Aquades H2SO4 Indikato (NH4)2Ce(S
angan O4)2.6H2O 4N r ferroin O4)2.2H2O
Sifat Berbentuk Berbentu Berbentu Berbentu Berbentuk
fisis padat, k cair, k cair, k caair, padatan,
dan berwarna tidak tidak berwarna titik didih
kimia hijau biru, berwarna, berwarna, merah, 130o – lit.
tidak tidak tidak tidak
berbau, pH berbau, berbau, berbau,
pH 3 - 5 titik lebur pH 0,3 pH kira-
pada 50 g/l 0 °C, titik pada 49 kira4 - 7
20 °C, titik didih/rent g/l, 25 °C, pada 20
lebur 100 ang didih titik lebur °C,
°C 100 °C -20 °C, densitas
(penguraian pada tekanan 1,01
), densitas 1.013 uap kira- g/cm3
1,86 g/cm3 hPa, kira0,000 pada 20
pada 20 °C, Tekanan 1 hPa °C,
kelarutan uap 23 pada 20 kelarutan
dalam air hPa pada °C, dalam air
269 g/l pada 20 °C, kerapatan pada 20
20 °C densitas (densitas) °C larut,
1,00 uap
g/cm3 relatif
pada 20 kira-kira
°C, 3,4,
viskositas densitas
, dinamis 1,84
0,952 g/cm3
mPa.s pada 20
pada 20 °C .
°C, pH
pada 20
°C netral.

Identif Bahan ini Tidak ada Dapat Toksik Bukan zat


ikasi tidak korosif pada atau
bahaya diklasifikas terhadap kehidupa campuran
ikan logam. n perairan berbahaya
sebagai Menyeba dengan menurut
berbahaya bkan kulit efek Regulation
menurut terbakar
undang- yang jangka (EC) No.
undang Uni parah dan panjang. 1272/2008
Eropa dan kerusaka
bukan n mata.
bahan atau
campuran
berbahaya
menurut
Peraturan
(EC) No
1272/2008
Pertol Setelah Tidak ada Setelah Setelah Jika
ongan menghirup, terhirup, menghiru terhirup,
pertam hirup udara hirup p, hirup pindahkan
a segar. Bila udara udara orang ke
terjadi segar. segar. udara segar.
kontak Panggil Bila Jika tidak
kulit, dokter. terjadi bernapas,
Tanggalkan Bila kontak berikan
segera terjadi kulit, pernapasan
semua kontak Tanggalk buatan,
pakaian kulit: an segera Dalam
yang Tanggalk semua kasus
terkontamin an segera pakaian kontak kulit
asi. Bilaslah semua yang Cuci
kulit pakaian terkonta dengan
dengan air/ yang minasi. sabun dan
pancuran terkonta Bilaslah banyak air.
air. Setelah minasi. kulit Dalam
kontak pada Bilaslah dengan kasus
mata, kulit air/ kontak mata
bilaslah dengan pancuran
dengan air air/ air. Bilas mata
yang pancuran Setelah dengan air
banyak. air. kontak sebagai
Hubungi Segera pada tindakan
dokter panggil mata, pencegahan
mata. dokter. bilaslah .
Lepaskan Setelah dengan Jika tertelan
lensa kontak air yang Jangan
kontak. pada banyak. pernah
Setelah mata, Lepaskan memberika
tertelan, bilaslah lensa n apapun
segera beri dengan kontak. melalui
korban air yang Setelah mulut
minum air banyak. tertelan, kepada
putih (dua Segera beri air orang yang
gelas paling hubungi minum tidak
banyak). dokter kepada sadarkan
Periksakan mata. korban diri. Bilas
ke dokter. Lepaskan (paling mulut
lensa banyak dengan air
kontak. dua
Setelah gelas).
tertelan, Konsultas
beri air i kepada
minum dokter
kepada jika
korban merasa
(paling tidak
banyak sehat.
dua
gelas),
hidari
muntah
(resiko
perforasi!
). Segera
panggil
dokter.
Jangan
mencoba
menetrali
sir
Penan Kondisi Disimpan Wadah Kondisi
Simpan di
ganan penyimpan pada yang penyimpa
dan an tertutup wadah digunaka nan tempat yang
penyi sangat yang n tidak ertutup sejuk.
mpana rapat. tertutup mengand sangat
Simpan
n Kering. sangat ung rapat.
Lindungi rapat. logam. Suhu wadah
dari cahaya. Suhu Kondisi
penyimpa tertutup
Suhu penyimpa penyimpa nan yang
rapat di
penyimpan nan yang nan direkome
an yang direkome tertutup ndasikan, tempat yang
direkomend ndasikan, sangat lihat label kering dan
asikan, Simpan rapat. produk.
berventilasi
Pada suhu pada Suhu Kelas
baik.
15oC - 30oC +5°C penyimpa penyimpa
hingga nan yang nan Kelas
+30°C direkome Jerman penyimpana
ndasikan. (TRGS
n (TRGS
510): 12:
Cairan- 510): 13:
cairan Padatan
yang
Tidak
tidak
Mudah
mudah
terbakar Terbakar

VII. Data Hasil Percobaan dan Pengolahan Data


Massa Fe yang tertimbang adalah 1,9713 gr
A. Standarisasi (NH4)2Ce(SO4)2.2H2O
Volume (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O Volume (NH4)2Ce(SO4)2.2H2O
(mL) (mL)
10 9,1
10 9,3
10 9,2
Volume Ce rerata = 9,2 mL

B. Penentuan kadar Fe2+ dalam larutan sampel


Volume Sampel Volume Potensial (mV)
(mL) (NH4)2Ce(SO4)2.2H2O
(mL)
25 0 418
25 1 505,7
25 2 1084
25 3 1160
25 4 1197
25 5 1210
25 6 1223
25 7 1230

Volume Volume Potensial (dP/dV) (dP/dV)2


sampel (NH4)2Ce(SO4)2.2H2O (mV)
25 1 521,2
25 1,1 525,5 43 -190

25 1,2 527,9 24 1030

25 1,3 540,6 127 120

25 1,4 554,5 139 1190

25 1,5 580,3 258 -130

25 1,6 604,8 245 36570

25 1,7 995 3902 -28620

25 1,8 1099 1040 -5800

25 1,9 1145 460 3900

25 2 1230 850

A. Membuat larutan standar (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O 0,1N sebanyak 50 mL


(NH4)2Fe(SO4)2.6H2O FeSO4 + (NH4)2SO4 + 6H2O
FeSO4 Fe2+ + SO42-
Fe2+ + 2 H2O Fe(OH)2 + H+
(NH4)2SO4 2NH4+ + SO42-
NH4+ + H2O NH4OH + H+
Karena hanya menghasilkan satu ion H+, maka valensinya adalah satu
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑥 1000 𝑥 𝑉𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖
N= 𝐵𝑀 𝑥 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑥 1000 𝑥 1
0,1N = 𝑔𝑟
394,2 𝑥 50𝑚𝐿
𝑚𝑜𝑙

massa = 1,971 gr
massa yang tertimbang adalah 1,9713 gr
B. Standarisasi (NH4)2Ce(SO4)2.2H2O
Ce4+(aq) + Fe2+(aq) Ce3+(aq) + Fe3+(aq)
(9,1 𝑚𝐿+9,3 𝑚𝐿+9,2 𝑚𝐿)
Vol. Ce rerata = = 9,2 mL
3

(NxVol.rerata)(NH4)2Ce(SO4)2.2H2O=(NxVol.)(NH4)2Fe(SO4)2.6H2O
N (NH4)2Ce(SO4)2.2H2O x 9,2 mL = 0,1 N x 10 mL
N (NH4)2Ce(SO4)2.2H2O = 0,109 N
C. Penentuan kadar Fe2+
𝐼𝑌1𝐼
Volume ekuivalen = 𝑉1 + 𝐼𝑌1𝐼+𝐼𝑌2𝐼
(V2-V1)
𝐼36570𝐼
Volume ekuivalen = 1,6 𝑚𝐿 + (1,7-1,6) mL
𝐼36570𝐼+𝐼−28620𝐼

Volume ekuivalen = 1,656 mL

N sampel x V sampel = N (NH4)2Ce(SO4)2.2H2O x V ekuivalen


𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐹𝑒 2+ 𝑥 1000 𝑥 𝑉𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖
𝑥 V sampel = 0,109 N x 1,656 mL
𝐴𝑟 𝐹𝑒 2+ 𝑥 𝑉 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐹𝑒 2+ 𝑥 1000 𝑥 1
= 0,181
56

massa Fe2+ = 0,010136 gr

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐹𝑒 2+
Kadar Fe2+ dalam sampel (%b/v) = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 x 100%
0,010136 𝑔𝑟
Kadar Fe2+ dalam sampel (%b/v) = x 100%
25 𝑚𝐿

Kadar Fe2+ dalam sampel (%b/v) = 0,040544% (b/v)


VIII. Pembahasan
Potensiometri adalah suatu metode analisis kimia yang melibatkan
pengukuran potensial dari sel Galvani. Pada umumnya metode
potensiometri ini digunakan untuk mengukur potensial sel, pH, dan
menentukan konsentrasi ion logam di dalam suatu sampel. Dalam
pengukurannya, metode pontensiomeri ini terdiri dari beberapa komponen,
yaitu elektroda kerja, elektroda pembanding, rangkaian jembatan garam dan
pengukur tegangan (Voltmeter). Secara umum sel galvani ini terdiri dari dua
buah setengah sel, yang mana untuk menghitung nilai potensial selnya dapat
menggunakan persamaan Nernst.
Prinsip dasar potensiometri ini adalah pengukuran suatu larutan
dengan menggunakan elektroda kaca, yang mana pada titrasi potensiometri
ini yang diamati adalah potensial larutan setiap penambahan volume titran.
Pada titrasi potensiometri ini tidak diperlukan penambahan indikator visual,
hal ini dikarenakan titik ekuivalen dapat ditentukan dengaann metode
grafik. Pada keadaan disekitar titik ekuivalen penambahan sedikit saja
volume titran akan menyebabkan lonjakan potensial larutan. Sebelum dan
sesudah lonjakan potensial, kenaikan potensial hanya sedikit setiap
penambahan volume titran.
Pada percobaan penentuan kadar Fe2+ dalam sampel, terdapat tiga
tahapan. Tahap yang pertama yaitu membuat larutan standar
(NH4)2Fe(SO4)2.6H2O 0,1N sebanyak 50 mL. Pada tahap ini langkah
pertama yang dilakukan adalah penimbangan padatan
(NH4)2Fe(SO4)2.6H2O. Dengan dilakukan perhitungan massa yang
tertimbang adalah 1,9173 gr. Langkah selanjutnya, yaitu penambahan
sejumlah akuades pada padatan didalam gelas beaker, dan mengaduknya
hingga homogen. Penambahan sejumlah akuades ini bertujuat melarutkan
padatan hingga homogen sebelum diencerkan lagi dengan akuades.
Langkah selanjutnya, yaitu memasukkan larutan tersebut ke dalam labu
ukur 50 mL, lalu menambahkan akuades hingga tanda batas. Penambahan
akuades ini harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak melewati tanda
batas, jika sampai melewati tanda batas, maka harus mengulang lagi
pembuatan larutan dari awal. Setelah menambahkan akuades, langkah
selanjutnya yaitu mengocok hingga homogen.
Tahap yang kedua, yaitu standarisasi (NH4)2Ce(SO4)2.2H2O.
(NH4)2Ce(SO4)2.2H2O ini perlu distandarisasi karena
(NH4)2Ce(SO4)2.2H2O ini merupakan larutan standar sekunder yang
memiliki konsentrasi yang belum stabil. Digunaknnya
(NH4)2Fe(SO4)2.6H2O sebagai larutan standar primer, karena
(NH4)2Fe(SO4)2.6H2O memiliki konsentrasi yang cenderung stabil. Pada
tahap ini langkah pertama yang dilakukan yaitu, memipet 10 mL larutan
standar primer (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O lalu memasukkannya ke dalam
erlenmeyer 250 mL. Langkah selanjutnya, menambahkan 1-3 tetes indikator
ferroin dan 2,5 mL H2SO4 4N. Penambahan indikator ini bertujuan untuk
mempermudah penentuan titik ekuivalen. Digunkannya indikator ferroin
ini, dikarenakan indikator ferroin paling mendekati bahan yang ideal,
perubahan warnanya sangat tajam, larutannya mudah dibuat dan sangat
stabil, selain itu bentuk teroksidasinya sangat tahan terhadap oksidator kuat.
Bentuk teroksidasi ferroin berwarna biru tua dan bentuk teroduksinya
berwarna merah. Reaksi indikator ferroin yang menyebabkan perubahan
warna :
[(𝐶12𝐻8𝑁2)3𝐹𝑒]2+ [(𝐶12𝐻8𝑁2)3𝐹𝑒]3+
𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ biru muda
Langkah selanjutnya adalah menitrasi larutan standar
(NH4)2Ce(SO4)2.2H2O hingga terjadi perubahan warna dari merah jingga
menjadi hijau. Perubahan warna ini menandakan titrasi sudah mencapai titik
ekuivalen, yaitu keadaan dimana mol valensi titran sama dengan mol valensi
titrat. Reaksi yang terjadi saat titrasi ini adalah :
Ce4+(aq) + Fe2+(aq) Ce3+(aq) + Fe3+(aq)
Titrasi ini dilakukan sebanyak tiga kali. Hal ini dilakukan agar hasil titrasi
yang didapat lebih akurat. Dari perhitungan yang dilakukan didapatkan
normalitas dari (NH4)2Ce(SO4)2.2H2O adalah 0,109N.
Tahap ketiga, yaitu penentuan kadar Fe2+ dalam larutan sampel.
Langkah pertama yang dilakukan adalah memipet 25 mL larutan sampel
yang mengandung Fe2+, dan memasukkannya ke dalam beaker glass,
kemudian meletakkan magnetic bar ke dalamnya. Fungsi dimasukkannya
magnetic bar ini adalah untuk mengaduk larutan agar tetap homogen.
Setelah itu, menambahkan 2,5 mL H2SO4 4N dan mengencerkan dengan
akuades 100 mL. Pengenceran ini dilakukan agar larutan tidak terlalu pekat
dan elektroda dapat tercelup sepenuhnya kedalam larutan. Langkah
selanjutnya adalah membuat tabel ppembacaan potensial, lalu menitrasi
dengan larutan standar (NH4)2Ce(SO4)2.2H2O 0,1N, lalu mengukur
potensial yang terjadi sampai dua titik setelah terjadi lonjakan potensial.
Pada saat dilakukan titrasi potensiometri dengan interval penambahan
volume titran sebanyak 1 mL. Setelah dilakukan titrasi, lonjakan potensial
terjadi pada penambahan volume titran antara 1 mL dan 2 mL. Pada saat 1
mL penambahan volume titran didapatkan potensial larutan adalah 505,7
mV dan potensial saat 2 mL penambahan volume titran adalah 1084 mV.
Untuk menentukan titik ekuivalen dapat dibuat kurva hubungan antara
potensial (mV) terhadap volume titran (mL), tetapi penentuan titik
ekuivalen masih mengalami kesulitan, karena volume titran pada kurva
masih terlalu lebar. Langkah selanjutnya adalah mengulangi langkah no.5
dengan penambahan 0,1 mL pada volume sekitar lonjakan potensial, yaitu
sekitar volume titran 1 mL hingga 2 mL. Setelah dilakukan titrasi
potensiometri ini, terjadi lonjakan potensial pada volume titran 1,6 mL
hingga 1,7 mL. Dari hasil potensial yang didapat dari penambahan volume
titran dengan interval 0,1 mL dapat dibuatkan kurva turunan pertama dan
kurva turunan keduanya. Pada kurva turunan pertama (dP/dV), titik
ekuivalen berada pada ujung patahan kurva atau puncak kurva. Pada kurva
turunan kedua (dP/dV)2 titik ekuivalen berada pada kurva sama dengan nol,
dengan nilai (dP/dV)2 maksimum 36570 dan nilai (dP/dV)2 minimum -
28620. Setelah dilakukan perhitungan didapat volume ekuivalen yang
didapat adalan 1,656 mL dan massa Fe2+ sebesar 0,0101136 gr. Maka
dengan dilakukannya perhitungan kadar Fe2+ dalam larutan sampel didapat
0,040544%(b/v), yang mana dalam 25 mL larutan sampel terdapat 0,010136
gr Fe2+.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi titrasi potensiometri antara
lain, zat-zat lain atau zat-zat luar yang tidak terhitung dalam larutan yang
dapat bereaksi dengan titran yang ditambahkan atau adanya zat pengatur
pada elektroda yang mengakibatkan terjadinya kesalahan pada saat
pengukuran potensial. Selain itu, error atau kesalahan juga diakibatkan oleh
kesalahan pembacaan volume titran yang ditambahkan, sehingga dapat
menyebabkan kesalah pada pembacaan potensial larutan.
IX. Kesimpulan
Potensiometri merupakan pengukuran potensial suatu larutan
menggunakan suatu elektroda dengan menggunakan titrasi yang mengamati
potensial larutan setiap pertambahan volume titran. Pada saat penentuan
kadar Fe2+ dalam sampel, yang menjadi analit adalah (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O
dan yang sebagai titran adalah (NH4)2Ce(SO4)2.2H2O. Setelah dilakukan
percobaan dan perhitungan didapatkan kadar Fe2+ dalam sampel adalah
0,040544%(b/v), yang artinya dalam 25 mL larutan sampel, terdapat
0,010136 gr massa Fe2+.
X. Tugas
Potensiometri merupakan suatu analisis yang berdasarkan pada
pengukuran beda potensial suatu sel elektrokimia, pengukuran potensial
suatu larutan menggunakan suatu elektroda dengan menggunakan titrasi
yang mengamati potensial larutan setiap pertambahan volume titran.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menentukan titik
ekuivalen dengan metode potensiometri, pada prinsipnya membuat grafik
hubungan anatara potensial larutan dengan volume titran yang
ditambahkan, cara yang kedua adalah dengan menggunakan kurva turunan
pertama (dP/dV), dan cara yang ketiga adalah dengan menggunakan kurva
turunan kedua (dP/dV)2.
Reaksi-reaksi yang terjadi dalam percobaan ini adalah :
Saat standarisasi (NH4)2Ce(SO4)2.2H2O :
Ce4+(aq) + Fe2+(aq) Ce3+(aq) + Fe3+(aq)
Saat penentuan kadar Fe2+ dalam larutan sampel :
Ce4+(aq) + Fe2+(aq) Ce3+(aq) + Fe3+(aq)
Potensial suatu larutan dapat dihitung menggunakan persamaan
Nernst :
𝑅𝑇
E = Eo – 𝑛𝐹 ln C ; dengan :

E = potensial sel dalam kondisi tidak standar (volt)


Eo = potensial reduksi standar (volt)
R = konstanta (J/K mol)
T = temperature (K)
n = jumlah electron
F = konstanta Faraday (96,487 coulomb)
C = konsentrasi (gr/mol)
XI. Daftar Pustaka

Suheryanto, Fanani, Z., & Meilina, L. (2019). Validation of Potentialometry


Methods for Determining Lead Metal (Pb) in the Leachate Sample.
Palembang : Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Sriwijaya, 229–
234.

Suyanta. (2013). Potensiometri. Universitas Negeri Yogyakarta Press,


Yogyakarta, 1–157.

Widi, R.K., Arief, B. (2017). Modul Praktikum Kimia


Analitik.Surabaya.Departemen MIPA Universitas Surabaya.

http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_AQUADEST_(INDO).pdf
(Akuades) diakses pada tanggal 21 Mei 2022

http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_SULPHURIC_ACID_95-98.pdf
(H2SO4 4N) diakses pada tanggal 21 Mei 2022

http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_AMMONIUM_FERROUS_SULP
HATE_HEXAHYDRATE_(IRON_II)_(INDO).pdf
((NH4)2Fe(SO4)2.6H2O) diakses pada tanggal 21 Mei 2022

https://www.merckmillipore.com/INTL/en/product/msds/MDA_CHEM-
109161 (Indikator Ferroin) diakses pada tanggal 21 Mei 2022

http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_AMMONIUM_CERIC_SULPHA
TE.pdf ((NH4)2Ce(SO4)2.2H2O) diakses pada tanggal 21 Mei 2022
Lampiran

Kurva titrasi potensiometri antara potensial dengan volume titran yang


ditambahkan pada interval 1 mL

Kurva Titrasi Potensiometri pada interval 1 mL


1400

1200

1000
Potensial (mV)

800

600

400

200

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Volume Titran (mL)

Kurva titrasi potensiometri antara potensial dengan volume titran yang


ditambahkan pada interval 0,1 mL
Kurva Titrasi Potensiometri pada intterval 0,1 mL
1400

1200

1000
Potensial (mV)

800

600

400

200

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Volume Titran (mL0

Kurva turunan pertama titrasi potensiometri antara dP/dV dengan volume titran
yang ditambahkan pada interval 0,1 mL

Kurva Turunan Pertama Titrasi Potensiometri


12000

10000

8000

6000
dP/dV

4000

2000

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
-2000
Volume Titran (mL)

Kurva turunan kedua titrasi potensiometri antara (dP/dV)2 dengan volume titran
yang ditambahkan pada interval 0,1 mL
Kurva Turunan Kedua Titrasi Potensiometri
40000

30000

20000

10000
(dP/dV)2

0
0 0.5 1 1.5 2
-10000

-20000

-30000

-40000
Volume Titran (mL)

Laporan Sementara

Anda mungkin juga menyukai