Anda di halaman 1dari 17

TUGAS INDIVIDU

MATA KULIAH MANAJEMEN PENDIDIKAN

TEORI MANAJEMEN PENDIDIKAN SERTA IMPLEMENTASINYA


Dosen Pengampu: Dr. Subagyo, M.Pd.

Disusun oleh:

Nama : ASTHY GITA PRATIWI (

NIM :2017006039

PTM 5B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA
2019
TEORI – TEORI MANAJEMEN PENDIDIKAN BESERTA IMPLEMENTASINYA
MENURUT BEBERAPA AHLI

A. TEORI DR. W. EDWARD DEMINGS


Menurut Dr. W. Edward Demings yaitu mendasari falsafah manajemen mutu
terpadu terfokus pada pernyataan” Do the right things, first time,every time”( kerjakan
sesuatu yang benar sejak pertama kali setiap waktu) dengan meletakkan kerangka
pemikiran dalam perbaikan mutu secara berkelanjutan yang terdiri dari hal -hal sebagai
berikut.
1. Reaksi berantai untuk perbaikan kualitas
Rekasi berantai tersebut menyatakan bahwa perbaikan kualitas akan meningkatkan
kepuasan pelanggan (dalam hal pengguna lulusan).
2. Transformasi organisasi
Di sini kemampuan untuk mencapai perbaikan yang penting dan berkelanjutan
menuntut perubahan dalam nilai-nilai yang dianut. Selain itu, proses kerja dan
struktur kewenangan dalam organisasi perlu dibenahi.
3. Peran esensial pimpinan
Kepemimpinan mempunyai peran strategis dalam upaya perbaikan kualitas. Setiap
anggota organisasi harus memberikan kontribusi penting dalam upaya tersebut,
namun demikian setiap upaya perbaikan yang tidak didukung secara aktif oleh
pimpinan, komitmen, kreatifitas, maka lama - kelamaan akan hilang.
4. Hindari praktik-praktik manajemen yang merugikan
Setiap keputusan yang didasarkan pada pandangan jangka pendek, sempit dan
terkotak-kotak, akhirnya akan merugikan organisasi. Beber apa contoh pandangan
tersebut adalah:
a. Tidak terdapat tujuan yang tetap (constancy of purpose), yaitu tujuan menuju
perbaikan kualitas demi kelangsungan hidup dan perkembangan organisasi.
b. Hanya memikirkan keuntungan jangka pendek, dan sering berganti-ganti
kegiatan.
5. Penerapan system of profound knowledge
Penerapan sistem tersebut meliputi penerapan empat disiplin berikut:
a. Organisasi pada sistem ( system oriented)
Pada setiap upaya menuju perbaikan kualitas itu, hendaknya kita
mengembangkan kecakapan untuk menghindari dan mengelola interaksi antara
berbagai komponen organisasi. Oriantasi ini meliputi fokus pada kinerja
(performance) total organisasi bukan hannya memusatkan perhatian pada usaha
memaksimalkan hasil komponen organisasi tertentu secara parsial, akan tetapi
harus keseluruhan organisasi.
b. Teori variasi
Perlu dikembangkan kecakapan untuk menggunakan data dalam proses
pengambilan keputusan.pengertian atas variasi data akan dapat membantu
pengambilan keputusan untuk mengetahui kapan harus melakukan perubahan-
perubahan dalam suatu sistem guna memperbaiki kinerja,dan mengetahui kapan
perubahan-perabahan yang dibuat dapat memperburuk kinerja.
c. Teori pengetahuan
Peguasaan teori pengetahuan akan membuat kita untuk mengembangkan dan
menguji hipotesis (praduga) guna memperbaiki kinerja organisasi jadi,teori
pengetahuan akan membantu kita untuk mengetahui:
1) apa yang dikehendaki oleh pelanggan(customer),
2) seberapa jauh organisasi dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan.
3) faktor-faktor penting apa yang mempengaruhi kualitas
4) apa yang perlu dilakukan untuk memperbaiki kualitas
5) Apakah pelanggan mengetahui perubahan yang terjadi mengenai kinerja
organisasi, dan
6) apa kebutuhan dan harapan baru pelanggan
d. Psikologi
Perlu dikembangkan kecakapan untuk mengerti dan menerapan konsep konsep
yang berkaitan dengan perbedaan individu dalam organisasi, dinamika kelompok,
proses belajar dan proses perubahan guna mencapai perbaikan kualitas.
Kemudian dalam konsep mutu, menurut Deming (1982:176) mutu ialah
kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen. Perusahaan yang bermutu ialah
perusahaan yang menguasai pangsa pasar karena hasil produksinya sesuai dengan
kebutuhan konsumen, sehingga menimbulkan kepuasan bagi konsumen. Jika konsumen
merasa puas, maka mereka akan setia dalam membeli produk perusahaan baik berupa
barang maupun jasa. Deming melihat bahwa masalah mutu terletak pada masalah
manajemen. Masalah utama dalam dunia industri adalah kegagalan manajemen senior
dalam menyusun perencanaan ke depan. Empat belas poin Deming yang termasyhur
merupakan kombinasi filsafat baru tentang mutu dan seruan terhadap manajemen untuk
merubah pendekatannya. Dia mengkombinasikan konsep tersebut  mulai dari wawasan
psikologis sampai pada kendala-kendala dalam mengadopsi kultur mutu (Quality
Culture). Empat belas poin tersebut merupakan intisari dari teori manajemennya,
sementara “tujuh penyakit mematikan” adalah konsepnya tentang kendala bagi perbaikan
mutu. Berdasarkan konsep tujuh penyakit mematikan atau kendala-kendala corak baru
manajemen yang sebagian besar di dasarkan pada kultur industri Amerika, ada lima
penyakit yang signifikan dalam konteks pendidikan yakni sebagai berikut:
a. Penyakit pertama adalah kurang konstannya tujuan. Deming yakin bahwa hal tersebut
merupakan penyakit yang mencegah beberapa organisasi untuk mengadopsi mutu
sebagai sebuah tujuan manajemen.
b. penyakit kedua, pola pikir jangka pendek. Perubahan penekanan menuju sebuah visi
jangka panjang dan pengembangan kultur perbaikan adalah sesuatu yang sangat ia
anjurkan. Deming berpendapat perlunya strategi logis jangka panjang.
c. Penyakit ketiga berkaitan dengan evaluasi prestasi individu melalui proses penilaian
atau tinjauan kerja tahunan. Deming sangat menentang skema penilaian prestasi, dan
berargumentasi bahwa hal sedemikian hanya merupakan solusi jangka pendek. Pada
akhirnya penilaian akan selalu didasarkan pada hasil yang terukur dan menyebabkan
terjadinya pandangan yang menyesatkan tentang apa yang penting dalam sebuah
proses. Deming meyakini bahwa penilaian sedemikian sering kali menimbulkan efek
yang berlawanan dengan yang seharusnya, yaitu memperbaiki prestasi. Penilaian
terhadap prestasi akan menyebabkan staf saling berkompetisi antara satu dengan yang
lain, sementara yang dibutuhkan adalah menyatukan mereka dalam sebuah tim.
Dengan demikian institusi yang menerapkan TQM harus mempertimbangkan secara
hati-hati bagaimana memadukan TQM tersebut dengan skema penilaian eksternal.
d. Penyakit keempat adalah rotasi kerja yang terlalu tinggi. Deming membandingkan
tingginya tingkat pergantian eksekutif di Barat dengan stabilitas pekerjaan dalam
perusahaan-perusahaan Jepang. Sekolah-sekolah yang mengalami tinggimya tingkat
pergantian guru akan mustahil memepertahankan konsistensi tujuan jangka panjang.
e. Penyakit kelima menurut Deming adalah manajemen menggunakan prinsip angka
yang tampak.  Deming menyatakan bahwa organisasi yang mengukur kesuksessan
melalui indikator prestasi mungkin telah lupa bahwa ukuran kesuksesan yang
sebenarnya adalah kegembiraan dan kepuasan pelanggan.
B. TEORI PHILIP B CROSBY
Menurut Crosby (1979:58) mutu ialah conformance to requirement, yaitu sesuai
dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki mutu apabila sesuai
dengan standar atau kriteria mutu yang telah ditentukan, standar mutu tersebut meliputi
bahan baku, proses produksi, dan produk jadi. Nama Philip Crosby selalu diasosiasikan
dengan dua ide yang sangat menarik dan sangat kuat dalam mutu. Yang pertama, adalah
ide bahwa mutu itu gratis. Menurut Grosby terlalu banyak pemborosan dalam sistem
mengupayakan peningkatan mutu. Yang kedua adalah ide adalah kesalahan, kegagalan,
pemborosan, dan penundaan waktu serta  semua hal yang tidak bermutu lainnya – bisa
dihilangkan jika institusi memiliki kemauan untuk itu. Ini adalah gagasan tanpa cacatnya
controversial. Defenisi kualitas menurut Crosby adalah memenuhi atau sama dengan
persyaratannya (comformance to requirements). Meleset sedikit saja dari persyaratannya,
maka suatu produk atau jasa dikatakan tidak berkualitas. Persyaratan itu sendiri dapat
berubah sesuai dengan keinginan pelanggan, kebutuhan organisasi, pemasok dan sumber,
pemerintah, teknologi, serta pasar atau persaingan. Dalam hal ini dikenal dengan the law
of tens. Maksudnya, bila kita menemukan suatu masalah kesalahan sejak awal proses,
biayanya cuma satu rupiah. Tetapi bila ditemukan di proses kedua maka biayanya
menjadi 10 rupiah. Diketemukan pada proses berikutnya lagi biaya menjadi 100 rupiah.
Jadi sistem kualitas menurut Crosby merupakan pencegahan.Dalam suatu proses pasti
ada input dan output. Di dalam proses kerja internal sendiri ada empat kendali input
dimana proses pencegahan dapat dilakukan yaitu;
a.   Fasilitas dan perlengkapan
b. Pelatihan dan pengetahuan
c. Prosedur, pedoman/manual operasi standar dan pedoman standar kualitas.
d. Standar Kinerja/prestasi.
Konsep Tanpa cacat adalah kontribusi pemikiran Crosby yang utama dan controversial
tentang mutu. Ide ini adalah sebuah ide yang  kuat. Ide ini adalah komitmen untuk selalu
sukses dan menghilangkan kegagalan. Ide ini melibatkan penempatan sistem pada sebuah
wilayah yang memastikan bahwa segala sesuatunya selalu dikerjakan pertama sekali dan
selamanya. Crosby berpendapat bahwa tanpa cacat dalam konteks bisnis, akan
meningkatkan keuntungan dengan penghematan biaya. Crosby tidak percaya terhadap
tingkat daya terima mutu secara statistic. Bagi Crosby hanya ada satu standar dan itu
adalah kesempurnaan. Gagasannya adalah pencegahan murni, dan ia yakin bahwa kerja
tanpa salah adalah hal yang sangat mungkin. Kualitas harus merupakan sesuatu yang
dapat diukur. Biaya untuk menghasilkan kualitas juga harus terukur. Menurut Crosby,
biaya mutu merupakan penjumlahan antara Price of Non Conformance dan Price of
Conformance.
Crosby Quality Vaccine
Crosby’s Quality Vaccine terdiri dari atas tiga unsure, yaitu Determinasi (determination),
Pendidikan (education), dan Pelaksanaan (implementation). Determinasi adalah suatu
sikap dari manajemen untuk tidak menerima proses, produk, atau jasa yang tidak
menenuhi persyaratan, seperti reject, scrap, lead delivery, wrong shipment, dan lain-lain.
Menurut Crosby setiap perusahan harus divaksinasi agar memiliki antibody untuk
melawan ketidaksesuaian terhadap persyaratan (non conformance). Ketidaksesuaian ini
merupakan sebab, sehingga harus dicegah, dan dihilangkan. Dalam menyiapkan
vaksinasi, suatu perusahaan perlu membuat lima unsur, yakni :
a. Integritas
b. Sistem
c. Komunikasi
d. Operasi
e. Kebijakan
C. TEORI JOSEPH M JURAN
Josep Juran, seperti halnya Deming, adalah pelopor lain revolusi mutu di Jepang.
Dia juga lebih diperhatikan di Jepang dari pada di tempat kelahirannya, Amerika. Pada
tahun 1981, Kaisar Jepang memberikan anugrah bergengsi, Order of the Sacred
Treasure, padanya. Dia adalah penulis dan editor sejumlah buku di antaranya, Juran’s
Quality Control Handbook, Juran on Planning for Quality, dan Juran on Leadership for
Quality. Juran termasyhur dengan keberhasilannya menciptakan kesesuain dengan tujuan
dan manfaat. Ide ini menunjukkan bahwa produk atau jasa yang sudah dihasilkan
mungkin sudah memenuhi spesifikasinya, namun belum tentu sesuai dengan tujuannya.
Spesifikasi mungkin salah atau tidak sesuai dengan apa yang diinginkan pelanggan.
Dalam beberapa hal tertentu, memenuhi spesifikasi bisa menjadi sebuah kondisi mutu
yang dibutuhkan, tapi bukan satu-satunya. Menurut Juran (1993), mutu produk ialah
kecocokan  penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan
kepuasan pelanggan. Kecocokan pengguna produk tersebut didasarkan atas lima ciri
utama yaitu (1) teknologi; yaitu kekuatan; (2) psikologis, yaitu rasa atau status; (3)
waktu, yaitu kehandalan; (4) kontraktual, yaitu ada jaminan; (5) etika, yaitu sopan santun.
Juran mendefisinikan kualitas sebagai cocok/sesuai untuk digunakan (fitness for use),
yang mengandung pengertian bahwa suatu produk atau jasa harus dapat memenuhi apa
yang diharapkan oleh para pemakainya. Pengertian cocok untuk digunakan ini
mengandung 5 dimensi utama yakni kualitas desain, kualitas kesesuaian, ketersediaan,
keamanan dan field use.
1.  Juran’s Ten Steps to quality Improvement
Sepuluh langkah untuk memperbaiki kualitas manurut Juran meliputi;
a. Membentuk kesadaran terhadap kebutuhan akan perbaikan dan peluang untuk
melakukan perbaikan.
b. Menetapkan tujuan perbaikan
c.  Mengorganisasikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
d. Menyediakan pelatihan.
e. Melaksanakan proyek-proyek yang ditujukan untuk pemecahan masalah.
f.   Melaporkan perkembangan
g. Memberikan penghargaan
h.  Mengkomunikasi hasil-hasil.
i. Menyimpan dan mempertahankan hasil yang dicapai.
j.  Memelihara momentum dengan melakukan perbaikan dalam sistem regular
perusahaan.
2.  The Pareto Principle
Juran juga menerapkan prinsip yang dikemukakan oleh Vilfredo Pareto ke dalam
manajemen. Prinsip ini kadang kalah disebut pula kaidah 80/20 yang bunyinya “80%
of the trouble comes from 20% of the problems”. Menurut prinsip ini, organisasi
harus memusatkan energy pada penyisihan sumber masalah yang sedikit tetapi vital
(vital few sources) yang menyebabkan sebagaian besar masalah. Baik Juran dan
Deming yakin sistem yang dikendalikan oleh manajemen merupakan sistem dimana
sebagian masalah besar terjadi. Saat mempertimbangkan peran kepemimpinan dalam
mutu, aturan 80/20 dari Joseph Juran menjadi sesuatu yang sangat dibutuhkan. Juran
menyatakan bahwa 80 persen masalah-masalah mutu dalam sebuah organisasi adalah
hasil dari desain proses yang kurang baik, sehingga penerapan sistem yang benar
akan menghasilkan mutu yang benar. Menurut Juran, 80 persen masalah merupakan
tanggungjawab manajemen, karena mereka memiliki 80 persen control terhadap
sistem organisasi.
3.  The Juran Trilogy 
The Juran Tilogy merupakan ringkasan dari tiga fungi yang utama. Pandangan Juran
terhadap fungsi-fungsi ini dijelaskan sebagai berikut;
Perencanaan kualitas; Perencanaan kualitas meliputi pengembangan produk,
sistem,  dan proses yang dibutuhkan untuk memenuhi atau melampaui harapan
pelanggan. Langkah-langkah yang dibutuhkan itu adalah ;
a.  Menentukan siapa yang menjadi pelanggan
b.  Mengindentifikasi kebutuhan para pelanggan
c.  Mengembangkan produk dengan keistimewaan yang dapat memenuhi kebutuhan
pelanggan
d. Mengembangkan sistem dan proses yang memungkinkan organisasi untuk
menghasilkan keistimewaan tersebut.
e.   Menyebarkan rencana kepada level operasional.
Pengendalian kualitas; Pengendalian kualitas meliputi langkah-langkah sebagai
berikut.

a.  Menilai kinerja kualitas actual


b.  Membandingkan kinerja dengan tujuan
c.  Bertindak berdasarkan perbedaan antara kinerja dan tujuan.

Perbaikan kualitas; Perbaikan kualitas harus dilakukan secara on going dan terus


menerus. Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah;

a.  Mengembangkan infrastruktur yang diperlukan untuk melakukan perbaikan


kualitas setiap tahun.
b.  Mengidentifikasi bagian-bagian yang membutuhkan perbaikan dan melakukan
proyek perbaikan.
c.  Membentuk suatu tim proyek yang bertanggungjawab dalam menyelesaikan
setiap proyek perbaikan.
d. Memberikan tim-tim tersebut apa yang mereka butuhkan agar dapat mendiagnosis
masalah guna menentukan sumber penyebab utama, memberikan solusi, dan
melakukan pengendalian yang akan mempertahankan keuntungan yang diperoleh.
4.  Manajemen Mutu Strategis
Selain itu, untuk membantu manajer merencanakan mutu, Juran telah
mengembangkan sebuah pendekatan disebut Manajemen Mutu Strategis (Strategic
Quality Management). SQM adalah sebuah pross tiga bagian yang didasarkan pada
staf pada tingkat berbeda yang memberikan kontribusi unik terhadap peningkatan
mutu. Manajemen senior memiliki pandangan strategis tentang organisasi, manajer
meneganah memiliki pandangan operasional tentang mutu, dan para karyawan
memiliki tanggungjawab terhadap control mutu. Ini adalah sebuah ide yang cocok
diterapkan dalam konteks pendidikan dan mirip dengan gagasan yang telah
dikembangkan oleh Consultant at Work berpendapat dalam upaya meningkatkan
mutu dalam pendidikan.
D. GEORGE R. TERRY
George R. Terry dalam buku Principles of Management (Sukarna, 2011:3), juga
menyatakan bahwa management is the accomplishing of a predetemined obejectives
through the efforts of other people atau manajemen adalah pencapaian tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan melalui atau bersama-sama usaha orang lain.
Manajemen sangat penting bagi setiap aktivitas individu atau kelompok dalam
organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Manajemen berorientasi pada proses
(process oriented) yang berarti bahwa manajemen membutuhkan sumber daya manusia,
pengetahuan, dan keterampilan agar aktivitas menjadi lebih efektif atau dapat
menghasilkan tindakan dalam mencapai kesuksesan. Oleh sebab itu, tidak akan ada
organisasi yang akan sukses apabila tidak menggunakan manajemen yang baik.
Berdasarkan pengertian diatas, menurut pendapat penulis yang dimaksud dengan
Manajemen adalah ilmu mengatur proses untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya guna mencapai hasil yang sesuai. George R. Terry,1958 dalam bukunya
Principles of Management (Sukarna, 2011: 10) membagi empat fungsi dasar manajemen,
yaitu Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Actuating (Pelaksanaan)
dan Controlling (Pengawasan). Keempat fungsi manajemen ini disingkat dengan POAC.
a. Planning (Perencanaan)
George R. Terry dalam bukunya Principles of Management mengemukakan tentang
Planning sebagai berikut, yaitu
“Planning is the selecting and relating of facts and the making and using of
assumptions regarding the future in the visualization and formulation to proposed of
proposed activation believed necesarry to accieve desired result”.
“....Perencanaan adalah pemilih fakta dan penghubungan fakta- fakta serta pembuatan
dan penggunaan perkiraan-perkiraan atau asumsi-asumsi untuk masa yang akan datang
dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan
untuk mencapai hasil yang diinginkan.”
a. Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian tidak dapat diwujudkan tanpa ada hubungan dengan yang lain
dan tanpa menetapkan tugas-tugas tertentu untuk masing- masing unit. George R.
Terry dalam bukunya Principles of Management (Sukarna, 2011: 38)
mengemukakan tentang organizing sebagai berikut, yaitu “Organizing is the
determining, grouping and arranging of the various activities needed necessary
forthe attainment of the objectives, the assigning of the people to thesen activities,
the providing of suitable physical factors of enviroment and the indicating of the
relative authority delegated to each respectives activity.
“...Pengorganisasian ialah penentuan, pengelompokkan, dan penyusunan macam-
macam kegiatan yang dipeelukan untuk mencapai tujuan, penempatan orang-orang
(pegawai), terhadap kegiatan-kegiatan ini, penyediaan faktor-faktor physik yang
cocok bagi keperluan kerja dan penunjukkan hubungan wewenang, yang
dilimpahkan terhadap setiap orang dalam hubungannya dengan pelaksanaan setiap
kegiatan yang diharapkan.
Terry juga mengemukakan tentang azas-azas organizing, sebagai berikut, yaitu :
a) The objective atau tujuan.
b) Departementation atau pembagian kerja.
c) Assign the personel atau penempatan tenaga kerja.
d) Authority and Responsibility atau wewenang dan tanggung jawab.
e) Delegation of authority atau pelimpahan wewenang.

b. Actuating (Pelaksanaan/Penggerakan)

Menurut George R. Terry dalam bukunya Principles of Management mengatakan


bahwa “Actuating is setting all members of the group to want to achieve and to
strike to achieve the objective willingly and keeping with the managerial planning
and organizing efforts”.

“....Penggerakan adalah membangkitkan dan mendorong semua anggota


kelompok agar supaya berkehendak dan berusaha dengan keras untuk mencapai
tujuan dengan ikhlas serta serasi dengan perencanaan dan usaha-usaha
pengorganisasian dari pihak pimpinan.

Definisi diatas terlihat bahwa tercapai atau tidaknya tujuan tergantung kepada
bergerak atau tidaknya seluruh anggota kelompok manajemen, mulai dari tingkat
atas, menengah sampai kebawah. Segala kegiatan harus terarah kepada
sasarannya, mengingat kegiatan yang tidak terarah kepada sasarannya hanyalah
merupakan pemborosan terhadap tenaga kerja, uang, waktu dan materi atau
dengan kata lain merupakan pemborosan terhadap tools of management. Hal ini
sudah barang tentu merupakan mis-management. Tercapainya tujuan bukan hanya
tergantung kepada planning dan organizing yang baik, melainkan juga tergantung
pada penggerakan dan pengawasan. Perencanaan dan pengorganisasian hanyalah
merupakan landasan yang kuat untuk adanya penggerakan yang terarah kepada
sasaran yang dituju. Penggerakan tanpa planning tidak akan berjalan efektif
karena dalam perencanaan itulah ditentukan tujuan, budget, standard, metode
kerja, prosedur dan program. (Sukarna, 2011: 82-83).

Faktor-faktor yang dierlukan untuk penggerakan yaitu:

a) Leadership (Kepemimpinan)

b) Attitude and morale (Sikap dan moril)

c) Communication (Tatahubungan)

d) Incentive (Perangsang)

e) Supervision (Supervisi)

f) Discipline (Disiplin).

c. Controlling (Pengawasan)

Control mempunyai perananan atau kedudukan yang penting sekali dalam


manajemen, mengingat mempunyai fungsi untuk menguji apakah pelaksanaan
kerja teratur tertib, terarah atau tidak. Walaupun planning, organizing, actuating
baik, tetapi apabila pelaksanaan kerja tidak teratur, tertib dan terarah, maka tujuan
yang telah ditetapkan tidak akan tercapai. Dengan demikian control mempunyai
fungsi untuk mengawasi segala kegaiatan agara tertuju kepada sasarannya,
sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Untuk melengkapi pengertian diatas, menurut George R. Terry mengemukakan


bahwa Controlling, yaitu:

“Controlling can be defined as the process of determining what is to


accomplished, that is the standard, what is being accomplished. That is the
performance, evaluating the performance, and if the necessary applying
corrective measure so that performance takes place according to plans, that is
conformity with the standard”

“...Pengawasan dapat dirumuskan sebagai proses penentuan apa yang harus


dicapai yaitu standard, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai
pelaksanaan, dan bilaman perlu melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga
pelaksanaan sesuai dengan rencana, yaitu selaras dengan standard (ukuran).

Terry ,mengemukakan proses pengawasan sebagai berikut, yaitu:

1) Determining the standard or basis for control (menentukan standard atau


dasar bagi pengawasan)

2) Measuring the performance (ukuran pelaksanaan)

3) Comparing performance with the standard and ascerting the difference, it


any (bandingkan pelaksanaan dengan standard dan temukan jika ada
perbedaan)

4) Correcting the deviation by means of remedial action (perbaiki


penyimpangan dengan cara-cara tindakan yang tepat).

E. IMPLEMENTASI
1. IMPLEMENTASI TEORI DR.W. EDWARD DEMINGS
Aplikasi manajemen mutu terpadu sangat bermanfaat terhadap terhadap dunia
pendidikan masa depan, penerapan mutu terpadu secara benar akan menjamin bahwa
pemimpin-pemimpin lembaga pendidikan dapat mengendalikan usahanya. Penerapan
mutu terpadu akan memberi petunjuk proses penyelesaian masalah yang masuk akal,
bersifat persuasif, mengidentifikasi persoalan dan pertanggungjawaban. Mutu terpadu
dapat pula memperbaiki pemikiran masyarakat sekolah dan penghargaan yang
membesarkan hati dengan memenuhi karakteristik pengajaran.

Implementasi teori ini memang tidak mudah diperlukan komitmen yang kuat untuk
merealisasikannya. Hal ini berkaitan dengan terjadinya perubahan paradigma dan
cultur di lembaga pendidikan. Penciptaan kultur mutu Quality-centered culture dalam
dunia pendidikan. Dalam hal ini quality-centered culture bukan saja hanya berisi
komitmen kososng tatapi hal ini merupakan suatu perjalanan, proses dan juga cara
berpikir. Adapaun tujuannya adalah memerikan ruang perbaikan yang terus menerus
kepada sekolah untuk melaksanakan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan.
Selain komitmen berupa team work commitment karena metode inimerupakan proses
yang harus bias dievaluasi secara akurat maka diperlukan standarisasi dari perlakuan
perlakuan yang bermutu yang dapat di jalankan oleh semua stake holder yang ada di
sekolah. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi
lulusan. Dalam melaksanakan standar proses yang berisi kriteria minimal proses
pembelajaran yang dilaksanakan pada satuan pendidikan. Standar proses meliputi
perencanaan proses pembelajaran, pelak sanaan proses pembelajaran, penilaian hasil
pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses
pembelajaran yang efektif dan efisien.

2. IMPLEMENTASI TEORI JURAN DAN CROSBY

Upaya meningkatkan mutu pendidikan telah lama diangkat oleh pemerintah sebagai
salah satu kebijaksanaan pembangunan pendidikan, dengan membuat empat
kebijaksanaan strategis yang terdiri atas perluasan kesempatan belajar, meningkatkan
mutu pendidikan, peningkatan relevansi, serta efisiensi, dan efektivitas penyelenggara
pendidikan. Kemudian mengadakan serangkaian kegiatan penataran guru,
pembentukan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Sejenis (MGMP), didirikannya Pusat
Kegiatan Guru (PKG), Lembaga Balai Penataran Guru (BPG) dan lain sebagainya.
Namun tidak serta merta persoalan tersebut bisa terselesaikan.

Menurut Slamet PH (2000), sumber penyebab rendahnya kualitas pendidikan tersebut


adalah aspek pengelolaan atau manajemen. Secara internal hal tersebut disebabkan
oleh penerapan pendekatan input-output yang keliru. Terlalu mengedepankan aspek
input pada penyelesaian hampir semua kasus pendidikan di sekolah. Seakan-akan
mutu pendidikan akan meningkat dengan sendirinya apabila sejumlah input
ditambahkan. Misalnya kekurangan guru, ditambah guru, membangun laboratorium,
dan seterusnya. Ada satu faktor yang terlupakan, yaitu bagaimana berbagai input
tersebut dipertemukan dan berinteraksi di dalam proses belajar-mengajar
Peningkatan mutu menjadi semakin penting bagi institusi yang digunakan untuk
memperoleh kontrol yang lebih baik melalui usahanya sendiri. Institusi-institusi harus
mendemonstrasikan bahwa mereka mampu memberikan pendidikan yang bermutu
pada peserta didik.

Bagi setiap institusi, mutu adalah agenda utama dan meningkatkan mutu merupakan
tugas yang paling penting. Walaupun demikian, sebagian orang ada yang
menganggap mutu sebagai sebuah konsep yang penuh dengan teka-teki. Mutu
dianggap sebagai suatu hal yang membingungkan dan sulit untuk diukur. Mutu dalam
pandangan seseorang terkadang berbeda dengan mutu dalam pandangan orang lain.
Sehingga tidak aneh jika ada dua pakar yang tidak memiliki kesimpulan yang sama
tentang bagaimana cara menciptakan institusi yang baik. Seseorang bisa mengetahui
mutu ketika mengalaminya, tetapi tetap merasa kesulitan ketika ia mencoba
mendeskripsikan dan menjelaskannya. Satu hal yang bisa diyakini adalah mutu
merupakan suatu hal yang membedakan antara yang baik dan yang sebaliknya.
Bertolak dari kenyataan tersebut, mutu dalam pendidikan akhirnya merupakan hal
yang membedakan antara kesuksesan dan kegagalan. Sehingga, mutu jelas sekali
merupakan masalah pokok yang akan menjamin perkembangan sekolah dan meraih
status di tengah-tengah persaingan dunia pendidikan yang kian keras.

Strategi yang dikembangkan dalam penggunaan manajemen mutu terpadu dalam


dunia pendidikan adalah; institusi pendidikan memposisikan dirinya sebagai institusi
jasa atau dengan kata lain menjadi industri jasa, yakni institusi yang memberikan
pelayanan (service) sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pelanggan (Customer).
Jasa atau pelayanan yang diinginkan oleh pelanggan tentu saja merupakan sesuatu
yang bermutu dan memberikan kepuasan kepada mereka. Maka pada saat itulah
dibutuhkan suatu sistem manajemen yang mampu memberdayakan institusi
pendidikan agar lebih bermutu. Manajemen pendidikan mutu terpadu berlandaskan
pada kepuasan pelanggan sebagai sasran utama, baik pelanggan dalam (Internal
Customer) maupun pelanggan luar (External Customer). Dalam dunia pendidikan,
yang termasuk pelanggan dalam adalah penglola institusi pendidikan, guru, staff, dan
penyelenggara institusi. Sedangkan pelanggan luar adalah masyarakat, pemerintah
dan dunia industri. Jadi suatu institusi pendidikan disebut bermutu apabila antara
pelanggan internal dan eksternal telah terjalin kupuasan atas jasa yang diberikan.
Maka dari itu, untuk memposisikan institusi pendidikan sebagai industri jasa, harus
memenuhi standar mutu. Institusi dapat disebut bermutu dalam konsep TQM, harus
memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Secara operasional, mutu ditentukan
oleh faktor terpenuhinya spesifikasi yang telah ditentukan sebelumnya dan
terpenuhinya spesifikasi yang diharapkan menurut tuntutan dan kebutuhan pengguna
jasa. Mutu yang pertama disebut Quality In Fact (mutu sesungguhnya) dan yang
kedua disebut Quality In Perception (mutu persepsi). Standar mutu produksi dan
pelayanan diukur dengan kreteria sesuai dengan spesifikasi, cocok dengan tujuan
pembuatan dan penggunaan, tanpa cacat (Zero Defects) dan selalu baik sejak awal
(Right First Time and Everytime). Mutu dalam persepsi diukur dari kepuasan
pelanggan atau pengguna, meningkatkan minat, harapan dan kepuasan pelanggan.
Dalam penyelenggaraannya, Quality In Fact merupakan profil lulusan institusi
pendidikan yang sesuai dengan kualifikasi akademik minimal yang dikuasai oleh
peserta didik. Sedangkan pada Quality In Perception pendidikan adalah kepuasan dan
bertambahnya minat pelanggan eksternal terhadap lulusan institusi pendidikan.

3. IMPLEMENTASI TEORI GEORGE TERRY

Pencapaian tujuan setiap organisasi dipengaruhi perilaku organisasi yang merupakan


pencerminan dari perilaku dan sikap para pelaku yang terdapat dalam organisasi.
Kegiatan yang paling lazim dinilai dalam suatu organisasi adalah kinerja pegawai,
yakni bagaimana ia melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan suatu
pekerjaan, jabatan, atau peranan dalam organisasi.

Tercapainya tujuan organisasi hanya dimungkinkan karena para pelaku yang terdapat
hubungan yang erat antara kinerja perorangan (individual performance) dengan
kinerja organisasi. Dengan perkataan lain bila kinerja karyawan baik maka
kemungkinan besar kinerja perusahaan atau organisasi juga baik. Kinerja seorang
pegawai akan baik bila dia mempunyai keahlian yang tinggi, bersedia bekerja keras,
diberi gaji sesuai dengan perjanjian, mempunyai harapan masa depan lebih
baik.Mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan, pimpinan melakukan tugas-
tugasnya dibantu oleh pimpinan yang lain bersama dengan pegawai mereka.

Anda mungkin juga menyukai