Anda di halaman 1dari 5

Nama : Santi Mutiara

NIM : 210211110

Mata kuliah : Sistem Politik Indonesia

Dosen : Fatmawati, S.IP.,M.AP

Analisis Komparasi Sistem Pemerintahan dan Politik Indonesia Vs Malaysia

Indonesia dan Malaysia merupakan dua negara yang sama-sama


berada di Asia Tenggara dan lokasinya berdekatan serta berbatasan. Namun
sistem pemerintahannya sangatlah berbeda, terutama dalam hal pemilihan
pemimpin atau pilkada.

Pilkada berkontribusi untuk memotong mata rantai gerontokrasi.


Pilkada membuat saluran baru serta proses rekrutmen dan generasi politik.
Apabila dibuat perbandingan politik di Indonesia sangat jelas kelihatan lebih
subur dan lebih demokratik daripada politik Malaysia.

Dari fakta yang ada dapat dilihat bahwa Malaysia kekurangan politikus
baru yang menyegarkan dibanding Indonesia, pertama budaya feodal yang
masih menebal, budaya feodal mengakar dalam semua lapangan
masyarakat tidak terkecuali sistem politik tingkat partai politik partai yang
dominan pasti memainkan sentimen yang sama, di Malaysia Kepala Daerah
atau yang dipertua Majelis Daerah itu bukan dipilih oleh rakyat tetapi ditunjuk
oleh partai yang menang di legislatif tingkat Negeri.

Walaupun Indonesia masih memiliki sejumlah politikus senior


nyatanya politik Indonesia tetap kelihatan segar dengan adanya sosok
pemimpin yang tidak hanya masih muda, akan tetapi terampil serta punya
pengalaman dalam menjadi eksekutif. Contohnya seperti Ridwan Kamil
mantan Walikota Bandung kini beliau menjadi Gubernur Jawa Barat,
selanjutnya ada Anies Baswedan mantan menteri pendidikan dan
kebudayaan dan sekarang ia menjadi Gubernur Jakarta. Sedangkan politikus
Malaysia sangat kurang dalam segi pembaruan, sehingga yang memimpin
hanya itu-itu saja.

Negara Malaysia kaum Melayu adalah penduduk asli Malaysia


kerajaan-kerajaan yang ada di tanah Melayu masih kalau utuh sehingga ke
hari ini ini membuatkan raja-raja Melayu menjadikan dasar dalam
pembentukan negara Malaysia. Oleh karena itu Malaysia mempunyai sistem
raja berpelembagaan atau positional. Jika seorang raja memeluk sesuatu
agama misalkan Islam maka seluruh rakyat akan menjunjung titah Baginda
Sultan, sikap dan pendirian orang lalu ditentukan oleh raja atau pemimpin
tertingginya, di Malaysia tokoh nasionalis menggandeng Raja untuk
mencapai kemerdekaan. Malaysia menganut sistem pemerintahan
parlementer. Sistem pemerintahan ini didasarkan pada model British
Westminster. Sistem pemerintahan ini dikepalai oleh Yang Dipertuan Agong
sebagai Kepala Negara. Dewan Negara atau Senat serta Dewan Rakyat atau
Dewan Perwakilan Rakyat.

Yang Dipertuan Agong serta Ratu (Raja Permaisuri Agong) dipilih oleh
penguasa turun temurun kesembilan kesultanan di Malaysia atau yang lebih
dikenal sebagai Conference of Ruler. Kepala Negara Malaysia atau Yang
Dipertuan Agong memiliki wewenang untuk mengangkat Perdana Menteri
sebagai Kepala Pemerintahan.

Semua negara bagian Semenanjung Malaysia memiliki penguasa


turun-temurun (biasa disebut sultan) kecuali Melaka (Malaka) dan Pulau
Pinang (Penang); kedua negara bagian itu bersama dengan Sabah dan
Sarawak di Malaysia Timur memiliki gubernur yang diangkat oleh pemerintah;
kekuasaan pemerintah negara bagian dibatasi oleh konstitusi federal; di
bawah ketentuan federasi, Sabah dan Sarawak mempertahankan hak
prerogatif konstitusional tertentu (misalnya, hak untuk mempertahankan
kontrol imigrasi mereka sendiri) hal ini dikenal dengan monarki
konstitusional parlementer federal.

Sistem pemerintahan yang dimiliki oleh Negara Malaysia tentunya


memiliki beberapa dampak, diantaranya dampak kepada rakyatnya
dikarenakan rakyat memiliki kekuasaan yang terbatas, kesejahteraan rakyat
bergantung hanya pada kebijakan dari Raja, korupsi yang merajalela, karena
semua hal diatur oleh sang raja maka terdapat banyak celah untuk oknum
bangsawan melakukan tindak korupsi, Terbatasnya kebebasan dalam sistem
monarki, karena keputusan Raja adalah perintah, maka rakyat biasa tidak
memilik hak pendapat. (Sama seperti di sebuah Negara ketika berpendapat
melalui sebuah seni mural maka mural tersebut dihapus padahal itu hanya
sebuah objek untuk menyampaikan pendapat).

Sedangkan sistem pemerintahan yang berjalan di Indonesia


merupakan gabungan dari sistem presidensial dan sistem parlementer.
Berdasarkan UUD 1945, Indonesia menganut sistem presidensial, namun
Indonesia dalam pelaksanaannya banyak bagian dari sistem parlementer
yang termasuk dalam sistem presidensial Indonesia. Upaya penguatan
sistem presidensial masih terus dilakukan, salah satunya adalah aturan
angka ambang batas dalam Pasal 222 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
tentang Pemilihan Umum. Namun, presidential threshold (angka ambang
batas) diasumsikan akan memperkuat sistem presidensial dalam sistem
pemerintahan Indonesia dan mengalami anomali, irasional dan tidak relevan.
Dengan ambang batas presiden, Partai politik dapat mencalonkan presiden
dan wakilnya dengan ketentuan partai politik atau gabungan partai politik
memiliki 20% kursi atau 25% suara sah secara nasional pada pemilu legislatif
sebelumnya. Dengan adanya presidential threshold akan memberikan nilai
positif, yaitu Pertama, mengarahkan parpol untuk berkoalisi dengan parpol
lain. Kedua, parpol pasca pemilu akan membentuk dua poros. Yaitu poros
pembawa dan poros oposisi. Ketiga, presidential threshold muncul dengan
pemahaman baru bahwa parpol hanya pengemban, sehingga pada pemilu
serentak 2019, akan dipilih figur presiden dan wakil yang kuat terlepas dari
kecilnya suara partai yang mengusungnya. Tulisan ini menggunakan analisis
wacana kritis terhadap peluang dan tantangan realisasi masalah threshold
presidensial di Indonesia.

Selanjutnya, sistem politik Indonesia melahirkan pemimpin baru,


sistem politik di Indonesia yang presidensialisme dan ada tiga tipe pilihan
yang berbeda misalnya Pilkada atau pemilihan kepala daerah menjadikan
rakyat bisa memilih langsung kepala daerahnya. Baik Malaysia maupun
Indonesia, pemimpinnya sama-sama memiliki masa jabatan yang sama yaitu
5 tahun. Adapun partai politik di Malaysia terdiri dari 27 partai sedangkan di
Indonesia memiliki 73 partai.

Dari segi badan eksekutif, di Malaysia terdiri dari kabinet yang dibantu
badan pelayanan publik, polisi dan angkatan bersenjata. Perdana menterilah
yang memimpin kabinet. Perdana menteri ditunjuk oleh raja dan merupakan
anggota dewan terpilih, yang dianggap oleh raja diyakini memiliki
kemampuan memimpin dewan rakyat. Di Indonesia kekuasaan eksekutif
berada ditangan presiden. Dalam menjalankan kekuasaan eksekutif presiden
dibantu oleh seorang wakil presiden dan menteri-menteri yang diangkat dan
diberhentikan oleh presiden.

Di Malaysia, Islamisasi jauh lebih aktif direncanakan dan dirangsang


oleh birokrasi pusat. Agama dalam masyarakat politik telah dipolitisasi
dengan kuat, sementara organisasi dan kelompok masyarakat sipil Islam
memiliki dampak yang kuat hanya sebentar. Jika di Indonesia ormas-ormas
masyarakat sipil sebagian besar telah menyusun wacana tentang Islam
sehingga membatasi kemampuan negara dan partai politik untuk menyusun
agenda dan memobilisasi Islam, di Malaysia negara dan partai politik Islam
bertindak lebih independen

Terakhir, diplomasi publik Indonesia selama ini dipahami sebagai


upaya untuk melekatkan citra tertentu seperti citra yang moderat, demokratis,
dan progresif. Meski demikian, citra tersebut tidak selalu hadir dalam
menjembatani hubungan bilateral Malaysia. Dalam praktik hubungan bilateral
Malaysia Malaysia, diplomasi publik menampakkan diri dalam wajah yang
berbeda. diplomasi publik tidak hanya sebagai upaya menjaga citra dalam
pandangan kaum rasionalis, tetapi diplomasi publik sebagai upaya menjaga
hubungan melalui identitas bersama. Meskipun konteks sosial ekonomi
Malaysia telah berubah, Indonesia masih meyakini bahwa kewajiban untuk
menempatkan stabilitas hubungan adalah prioritas. Menahan diri dan
mendorong sosialisasi publik menjadi praktik diplomasi publik Indonesia
terhadap Malaysia. Melalui metode kualitatif, studi dokumentasi kebijakan
Indonesia terhadap tiga isu bilateral utama menemukan bahwa kekerabatan
masih menjadi acuan utama bagi Indonesia dalam menjaga hubungan
bilateral meskipun dalam praktiknya berbeda

Anda mungkin juga menyukai