Anda di halaman 1dari 70

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Rasional
Berdasarkan sensus pada tahun 2010, penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 238 juta jiwa.
Jumlah itu menjadi tantangan bagi pemerintah, untuk membekalinya dengan pendidikan terbaik.
Apalagi penduduk Indonesia itu berbeda dari segi geografis, potensi sumber daya, ketersediaan
sarana dan prasarana, latar belakang dan kondisi sosial budaya.
Keragaman tersebut selanjutnya melahirkan tingkatan kebutuhan dan tantangan pengembangan
yang berbeda antar daerah. Apalagi menyangkut tujuan meningkatkan mutu dan mencerdaskan
kehidupan masyarakat pada daerah-daerah itu.
Terkait dengan pembangunan pendidikan, masing-masing daerah memerlukan pendidikan yang
sesuai dengan karakteristik daerah. Begitu pula halnya dengan kurikulum sebagai bahan acuan
pendidikan, perlu dikembangkan dan diimplementasikan secara kontekstual untuk merespon
kebutuhan daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik.
Dengan segenap potensi yang dimiliki, Kompetensi Keahlian Teknik & Bisnis Sepeda Motor
(TBSM) SMK Negeri 2 Binjai, menyusun kurikulum yang bisa mengakomodir kebutuhan itu.
Dengan harapan, pelaksanaan kurikulum tersebut mampu menghasilkan lulusan yang terbaik dan
berdaya saing, dan sesuai dengan 8 Standar Nasional Pendidikan. Sehingga cita-cita besar Republik
untuk memutus rantai kemiskinan melalui pendidikan dapat terlaksana.

1.1. Tantangan Internal


Ditinjau dari sisi internal, maka SMK Celebesmemiliki kondisi sebagai berikut:

1.1.1. Kekuatan (Strenght)


a. Jumlah tenaga pendidik yang memadai. Sebanyak 82 orang guru dengan kualifikasi Sarjana
S1 sebanyak 69 orang, Pasca Sarjana S2 sebanyak 8 orang, dan sedang menjalani program
Pasca Sarjana S2 sebanyak 5 orang. Tenaga pendidik yang ada sebagian besar memiliki
kualifikasi akademik dan kompetensi sesuai dengan yang telah disyaratkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 16 tahun 2007, yaitu: Kualifikasi akademik
pendidikan minimum Diploma empat (D-IV) atau Sarjana (S1), program studi yang sesuai
dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi yang
terakreditasi.
Keberadaan tenaga pendidik yang memadai ini, akan kami kembangkan secara maksimal.
Hal ini bertujuan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berkualitas.
Kemudian, kompetensi tenaga pendidik yang kami miliki, akan selalu diperhatikan. Dengan
periode tertentu, melakukan pengembangan terhadap kompetensi yang sudah dimiliki.
b. Minta peserta didik untuk masuk ke SMK Celebesbesar dan stabil. Pada tahun pelajaran
2014/205 ini, tercatat ada sekitar 900 orang, sementara daya tampung hanya 320 orang siswa.
Jumlah siswa aktif saat ini 885 orang. Dengan jumlah rombel mencapai 27 kelas. Sedangkan
pada TA 2013/2014, minat siswa untuk masuk ke SMK Celebesmencapai 824 siswa, dan TA
2012/2013 mencapai 800 siswa.
Banyaknya peminta ini, menunjukkan bahwa SMK Celebesmerupakan lembaga pendidikan
yang dipercaya masyarakat.
Jumlah itu menunjukkan tentang kualitas proses pembelajaran yang diselenggarakan. Bahwa
SMK Celebesmemberikan kontribusi berarti, dalam mempersiapkan anak bangsa untuk
bersama-sama meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara.

1
c. Kompetensi Keahlian yang diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan Dunia Usaha/Dunia
Industri. SMK Celebessaat ini menyelenggarakan paket keahlian Teknik Perbaikan Bodi
Otomotif (TPBO), Teknik Kendaraan Ringan (TKR), Teknik Sepeda Motor (TSM), Teknik
Konstruksi Batu Beton (TKBB), dan Teknik Komputer Jaringan (TKJ). Paket keahlian
tersebut, hingga saat ini masih sangat elevan dengan kebutuhan DU/DI.
Indikatornya adalah, daya serap lulusan dan kebutuhan terhadap siswa Prakerin. Masih
banyak DU/DI yang berminat melakukan rekrutmen terhadap alumnus SMK Negeri 2 Binjai,
maupun sebagai siswa magang dalam program Prakerin.
d. Sekolah memiliki luas yang memadai, sekitar 28000 m2. Kemudian masih memiliki lahan
kosong seluas 9000 m2, sehingga masih memungkinkan dilakukan pengembangan. Selain itu,
kompleks SMK Celebesjuga berada pada posisi yang sangat strategis dan mudah dijangkau.
e. Sarana pembelajaran yang sangat memadai. SMK Celebesmemiliki 23 ruang pembelajaran
teori, 5 bengkel praktik, dan sebagainya. Selain itu, SMK Celebesjuga memiliki ruang
penunjang seperti ruang guru, musala, lapangan olah raga, dan ruang penunjang lainnya.
f. Adanya kerjasama yang luas dengan Dunia Usaha/Dunia Industri, serta instansi lain yang
relevan sebagai upaya peningkatan kualitas SDM di SMK Negeri 2 Binjai. Saat ini, SMK
Negeri 2 Binjai, menjalin dengan lebih dari 50 DU/DI atas 5 Program Keahlian yang
diselenggarakan. Dengan adanya kerjasama tersebut, siswa mempunyai akses lebih, terutama
untuk program Prakerinnya.
Sisi lainnya yaitu, merupakan sebuah manfaat khusus bagi sekoah, untuk lebih mendalam
melakukan pengembangan kompetensi terhadap SDM nya.
Kondisi internal yang dimiliki SMK Celebesini, menggambarkan tentang potensi besar yang
dimiliki. Sehingga bisa disimpulkan bahwa, SMK Celebesmemiliki beragam syarat sebagai
institusi yang unggul, dalam penyelenggaraan pendidikan, demi mempersiapkan lulusan yang
berkualitas.

1.1.2. Kelemahan (Weaknesses)


a. Belum terpenuhinya rasio kelengkapan peralatan praktik dengan jumlah siswa. Mengingat
SMK Celebesmerupkana sekolah yang baru saja berdiri. Sehingga perbandingan antara
jumlah peralatan praktik yang digunakan di bengkel pada saat pembelajaran praktik, masih
belum sebanding dengan jumlah siswa yang ada. Ini merupakan tantangan khusus yang
perlu dicari solusinya, demi tercapainya kualitas pembelajaran yang ideal.
b. Belum terpenuhinya fasilitas ruangan untuk beberapa kegiatan kesiswaan seperti, Pramuka,
OSIS, UKS, dan Paskib. Karena beberapa kebutuhan yang lebih mendesak, SMK
Celebesbelum memenuhi ruang penunjang untuk kegiatan ektrakurikuler siswa. Padahal,
melalui beberapa ekskul ini, SMK Celebesmampu berprestasi, dan mengharumkan nama
daerah.
c. Sudah memiliki perpustakaan, namun belum mempunyai fasilitas digital. Padahal,
perpustakaan dengan fasilitas digital diperlukan untuk menjawab tantangan masa depan.
Akan kebutuhan bahan bacaan dengan kemudahan akses, dan kelengkapan literatur.
d. Sebagian besar tenaga pendidik dan kependidikan, masih belum bisa berkomunikasi dengan
Bahasa Inggris, sebagai bahasa global. Padahal, penguasaan bahasa Inggris itu merupakan
sebuah kebutuhan dalam menghadapi tantangan di masa depan. Terutama kaitannya
terhadap Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015.
e. Sebagian tenaga pendidik masih belum familiar terhadap IT. Padahal, pada zaman digital
seperti sekarang ini, penguasaan terhadap IT menjadi suatu keharusan. Apalagi perlatan
yang digunakan sudah serba komputerisasi. Penguasaan terhadap IT, akan membuat
pekerjaan menjadi lebih efektif.
f. Budaya menjaga fasilitas pembelajaran, terutama oleh siswa belum tumbuh. Ini menjadi
sebuah perhatian serius, jika meniliki pada aspek penggunaan fasilitas belajar. Resiko yang

2
timbul akibat masalah ini, bisa mengganggu proses pembelajaran. Baik itu secara sebagian,
atau utuh.
g. Akses jaringan internet yang masih sangat terbatas. Padahal ketersediaan akses internet,
mampu memberikan dukungan terhadap proses pembelajaran. Dengan jaringan internet
yang memadai, guru sebagai tenaga pendidik, dapat mencari sumber bahan ajar terbaru.
h. Karena keterbatasan ruang belajar, sekolah masih menyelenggarakan double shift. Seperti
telah diutarakan sebelumnya bahwa, SMK Negeri 2 Binjai, memiliki jumlah siswa yang
besar, namun belum diimbangi dengan jumlah ruangbelajar teori yang cukup. Akibatnya,
proses pembelajarann dilakukan dalam double shift, pagi dan sore. Keterbatasan jumlah
ruangan, menjadi problem yang harus segera dicari solusinya.

1.2. Tantangan Eksternal


SMK Celebesmerupakan SMK yang menyelenggarakan pendidikan rumpun Teknologi. SMK
Celebesberalamat di Jalan Bejomuna Kelurahan Timbang Langkat, Binjai Timur, Kota Binjai,
Provinsi Sumatera Utara.
SMK Celebesmerupakan SMK yang masih memiliki potensi pengembangan dan sarat prestasi.
Tidak hanya di Kota Binjai, namun di Provinsi Sumatera Utara.
Untuk menjadi SMK Rujukan ini, kami melakukan evaluasi diri. Seperti diuraikan seperti di
bawah ini:
1.2.1. Peluang (Opportunities)
SMK Celebesmemiliki beberapa peluang yang bisa dijadikan tolak ukur dan dukungan, jika
ditinjau dari faktor eksternal. Hal ini berguna bagi perkembangan dan kemajuan SMK ini.
Peluang-peluang ini, harus ditangkap sebagai daya dorong dalam mendukung kekuatan yang
telah dimiliki oleh SMK Negeri 2 Binjai. Untuk kemudian dituangkan dalam program kerja
pengembangan sekolah.
Adapun peluang-peluang yang dimiliki oleh SMK Negeri 2 Binjai, antara lain:
a. Peluang kerja yang sesuai dengan Kompetensi Keahlian yang diselengarakan SMK
Celebesterbuka lebar. Indikatornya yaitu permintaan yang diajukan oleh Dunia
Usaha/Dunia Industri baik dalam bentuk Praktik Kerja Industri (Prakerin) maupun rekrutmen
pegawai.
Besarnya peluang kerja itu, didasarkan kepada lokasi SMK Celebesyang berada dekat dengan
kota Medan. Kondisi ini yang memungkinkan terlaksananya perekrutan terhadap tenaga-
tenaga terampil lulusan SMK Negeri 2 Binjai.
b. Adanya dukungan dari Instansi lain. Terutama dalam kaitanya terhadap pengembangan dan
peningkatan mutu sekolah. Dukungan ini memungkinkan SMK Celebeslebih mudah
melaksanakan program-progam kerjanya, seperti Bimbingan Teknis (Bimtek), pelatihan, dan
kegiatan lain dalam upaya pengembangan sekolah. Peluang ini yang harus dimaksimalkan
SMK Negeri 2 Binjai.
c. Keikutsertaan beberapa pendidik di SMK Celebessebagai tim penyusun soal dan penyusunan
bahan ajar dari Pemerintah Kota. Peluang ini, memungkinkan pendidik yang dianggap
memiliki informasi dan kompetensi yeng lebih itu, memberikan informasi lebih untuk
meningkatkan pencapaian bagi pengembangan SMK Negeri 2 Binjai.
d. Hubungan dengan DU/DI serta instansi vertikal di tingkat Kota Binjai maupun Provinsi
cukup baik. Hubungan baik ini yang memberikan kekuatan bagi SMK Celebesuntuk selalu
mendapatkan dukungan dalam segala hal. Sehingga memudahkan dalam proses implementasi
program-programnya.
e. Kebijakan pemerintah, baik pusat maupun daerah dalam meningkatkan alokasi anggaran
pendidikan. Perhatian ini, lebih menguatkan kondisi pendanaan yang dibutuhkan. Sehingga
lebih memperlancar implementasi pelaksanaan program.

3
1.2.2. Tantangan (Threats)
Selain peluang, SMK Celebesjuga menghadapi beberapa tantangan. Tantangan-tantangan
tersebut akan dijadikan dasar dalam mencari solusi untuk memperlancar pencapaian tujuan
program-progamnya. Adapun tantangan-tantangan tersebut antara lain:
a. Akan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Kondisi ini, menuntut adanya
kesiapan diri, untuk bisa bersaing secara terbuka dengan masyarakat yang lebih luas, yakni
masyarakat Asean.
Untuk itu, perlu adanya kesadaran diri untuk membangun SDM yang berdaya saing tinggi.
SDM yang berdaya saing, hanya bisa dicapai melalui peningkatan mutu pendidikan. Layanan
pendidikan yang bermutu ditandai dengan lulusan yang berkompetensi, unggul, serta
memiliki integritas yang tinggi. Dengan tuntutan itu, SMK Celebesharus bisa menjadi
lembaga yang kredibel dan berkualitas dalam penyelenggaraan layanan pendidikan yang
dijalani.
b. Daya serap pasar yang tidak stabil. Selera pasar mudah berubah terhadap produk/jasa dari
berbagai program keahlian. Perubahan ini, menuntut adanya kesiapan untuk selalu
memperbaiki diri, dengan meningkatkan kompetensi dan inovasi. Adanya perubahan yang
serba cepat, menyadarkan kita bahwa yang telah diraih saat ini, belum merupakan ujung.
Sehingga harus selalu ditingkatkan lagi. Dengan demikian, harus selalu terpatri cita-cita
untuk selalu berkreasi, sehingga kita dapat terus bersaing dan tetap eksis di tengah kompetisi
yang begitu hebat.
Atas dasar itulah, SMK Negeri 2 Binjai, selalu mengikuti perkembangan yang terjadi di
dunia luar. Artinya, kami harus selalu tampil up to date terhadap perubahan yang selalu
terjadi. Dengan selalu melakukan komunikasi, untuk mendapatkan informasi secara terus
menerus dari berbagai pihak.
c. Penguasaan bahasa Inggris sebagai media komunikasi global. Kondisi ini, menghendaki kami
harus mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa global. Sebab, bila penguasaan ini
lemah, maka kami tidak akan dapat mengikuti persaingan secara lebih terbuka.
Oleh sebab itu, penguasaan bahasa Inggris sebagai sebagai bahasa komunikasi global, harus
dilakukan. Ini penting sebagai upaya mempersiapkan lulusan yang berkualitas. Upaya yang
tidak hanya dilakukan kepada tenaga pendidik SMK Celebessaja, melainkan menyeluruh
terhadap komunitas SMK Negeri 2 Binjai. Yang harus dituntut untuk membangun budaya
global dalam keseharian kita.
d. Asesor dan lembaga sertifikasi profesi paket keahlian yang masih terbatas. Sehingga,
menyebabkan belum adanya pengakuan dari industri secara kongkrit. Padahal, tuntutan
global menghendaki adanya pengakuan yang tegas dan jeas, yang berkaitan dengan jenis
jabatan dan pekerjaan yang berhubungan dengan penggajian. Belum adanya pengakuan
berupa sertifikasi profesi bisa menyebabkan seseorang tidak diterima bekerja.
Atas dasar itu, perlu dilakukan upaya yang kongkrit. Untuk mewujudkan sertifikasi profesi bagi
lulusan, sebagai bukti penguasaan kompetensi yang dimiliki. Sehingga, SMK Negeri 2
Binjaiakan berupaya meningkatkan dan menggandeng asesor bagi tenaga pendidik. Dengan
menjalin kerjasama dengan pihak-pihak terkait. Dengan itu, lulusan yang dihasilkan harus
sebisa mungkin memiliki sertifikat yang bisa dipertanggungjawabkan oleh lembaga yang
kredibel. Sehingga, kompetensi lulusan yang diakui oleh pihak luar bisa tercapai.

1.3. Penyempurnaan Pola Pikir


Untuk memenuhi pengembangan kerangka berpikir yang sesuai dengan kebutuhan, maka
kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai berikut:

4
a) pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta
didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk
memiliki kompetensi yang sama;
b) pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif
(interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/media lainnya);
c) pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat
menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh
melalui internet);
d) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran peserta didik
aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains);
e) pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim);
f) pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia;
g) pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan
memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik;
h) pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu
pengetahuan jamak (multidisciplines); dan
i) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.

1.4. Pengutan Tata Kelola Kurikulum


Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai daftar mata
pelajaran. Pendekatan Kurikulum 2013 diubah sesuai dengan kurikulum satuan pendidikan.
Oleh karena itu dalam Kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut:
a) Tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang bersifat
kolaboratif;
b) penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen kepala
sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational leader); dan penguatan sarana dan
prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran
1.5. Karakteristik Kurikulum
Kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan visi, misi, tujuan, kondisi, dan ciri khas satuan
pendidikan.

2. Kondisi Nyata Berdasarkan Analisis Kurikulum


Kurikulum SMK N 2 Binjai disusun dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut;
a. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia
Keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar pembentukan kepribadian
peserta didik secara utuh. Kurikulum disusun yang memungkinkan semua mata pelajaran
dapat menunjang peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia.
b. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan
kemampuan peserta didik
Pendidikan merupakan proses sistematik untuk meningkatkan martabat manusia secara
holistik yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotor) berkembang secara
optimal. Sejalan dengan itu, kurikulum disusun dengan memperhatikan potensi, tingkat
perkembangan, minat, kecerdasan intelektual, emosional dan sosial, spritual, dan kinestetik
peserta didik.
c. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan Daerah memiliki potensi,
kebutuhan, tantangan, dan keragaman karakteristik lingkungan. Masing-masing daerah

5
memerlukan pendidikan sesuai dengan karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-
hari. Oleh karena itu, kurikulum harus memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan
lulusan yang relevan dengan kebutuhan pengembangan daerah.
d. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional
Dalam era otonomi dan desentralisasi untuk mewujudkan pendidikan yang otonom dan
demokratis perlu memperhatikan keragaman dan mendorong partisipasi masyarakat dengan
tetap mengedepankan wawasan nasional.
e. Tuntutan dunia kerja
Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh kembangnya pribadi peserta didik
yang berjiwa kewirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup. Oleh sebab itu, kurikulum
perlu memuat kecakapan hidup untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja. Hal
ini sangat penting terutama bagi satuan pendidikan kejuruan dan peserta didik yang tidak
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
f. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa masyarakat berbasis
pengetahuan di mana IPTEKS sangat berperan sebagai penggerak utama perubahan.
Pendidikan harus terus menerus melakukan adaptasi dan penyesuaian perkembangan
IPTEKS sehingga tetap relevan dan kontekstual dengan perubahan. Oleh karena itu,
kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan dengan
perkembangan Ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
g. Agama
Kurikulum harus dikembangkan untuk mendukung peningkatan iman dan taqwa serta
akhlak mulia dengan tetap memelihara toleransi dan kerukunan umat beragama. Oleh
karena itu, muatan kurikulum semua mata pelajaran harus ikut mendukung peningkatan
iman, taqwa dan akhlak mulia.
h. Dinamika perkembangan global
Pendidikan harus menciptakan kemandirian, baik pada individu maupun bangsa, yang
sangat penting ketika dunia digerakkan oleh pasar bebas. Pergaulan antarbangsa yang
semakin dekat memerlukan individu yang mandiri dan mampu bersaing serta mempunyai
kemampuan untuk hidup berdampingan dengan suku dan bangsa lain.
i. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
Pendidikan diarahkan untuk membangun karakter dan wawasan kebangsaan peserta didik
yang menjadi landasan penting bagi upaya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa
dalam kerangka NKRI. Oleh karena itu, kurikulum harus mendorong berkembangnya
wawasan dan sikap kebangsaan serta persatuan nasional untuk memperkuat keutuhan
bangsa dalam wilayah NKRI.
j. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat
Kurikulum harus dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya
masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya. Penghayatan dan
apresiasi pada budaya setempat harus terlebih dahulu ditumbuhkan sebelum mempelajari
budaya dari daerah dan bangsa lain.
k. Kesetaraan Jender
Kurikulum harus diarahkan kepada terciptanya pendidikan yang berkeadilan dan
memperhatikan kesetaraan jender.

3. Kondisi Ideal Sesuai Permendibud


Kegiatan pembelajaran yang dilakukan harus dapat mendukung tumbuh kembangnya pribadi
peserta didik yang berjiwa kewirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup. Oleh sebab itu,
6
kurikulum perlu memuat kecakapan hidup untuk membekali peserta didik memasuki dunia
kerja. Hal ini sangat penting terutama bagi satuan pendidikan kejuruan dan peserta didik yang
tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

4. Potensi dan Karakteritik Satuan Pendidikan


Kurikulum dikembangkan atas empat dimensi yang merupakan satu kesatuan. Dikembangkan
secara sistematis dan terencana. Yang terdiri atas kegiatan pengembangan ide kurikulum,
kelengkapan dokumen kurikulum, implementasi kurikulum, dan evaluasi kurikulum. Keempat
dimensi pengembangan kurikulum ini diharapkan menghasilkan dampak positif terhadap
kehidupan masyarakat.
Pengembangan kurikulum yang dimaksud juga harus mendukung program pemerintah. Dalam
hal ini, Kompetensi Keahlian Teknik & Bisnis Sepeda Motor (TBSM), masuk dalam klaster
Industri Manufaktur.
Lulusan Kompetensi Keahlian Teknik & Bisnis Sepeda Motor memiliki potensi untuk menjadi
seorang wirausaha yang dapat menciptakan peluang kerja secara mandiri. Apalagi produksi
sepeda motor yang dihasilkan oleh industri, terus meningkat setiap tahun. Peningkatan produksi
itu menciptakan peluang bagi lulusan Kompetensi Keahlian Teknik & Bisnis Sepeda Motor.
Selain itu, Lulusan Kompetensi Keahlian Teknik & Bisnis Sepeda Motor juga berpotensi
sebagai tenaga terampil tingkat menengah. Untuk mendukung perkembangan Kawasan
Ekonomi Khusus Sei Mangkei.

B. Tujuan Pengembangan KTSP


Kurikulum SMK N 2 Binjai disusun sebagai bentuk guna mempersiapkan manusia Indonesia
agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif,
kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

C. Landasan
1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas peserta didik yang
akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik,
penilaian hasil belajar, hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam di
sekitarnya.
Kurikulum 2013 Mata Pelajaran yang dikembangkan di Sekolah dengan landasan filosofis
yang memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia
Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional.
Pada dasarnya tidak ada satupun filosofi pendidikan yang dapat digunakan secara spesifik
untuk pengembangan kurikulum yang dapat menghasilkan manusia yang berkualitas. Berdasarkan
hal tersebut, Kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan filosofi sebagai berikut:
a. Pendidikan di SMK N 2 Binjai memiliki akar budaya keberagamaan dan kekhasan masyarakat
Jawa Barat dalam menentukan masa depan bangsa. Demikian pula kurikulum yang
dikembangkan di sekolah perlu memberikan kesempatan luas bagi peserta didik untuk
menjadi pewaris budaya bangsa dan dibarengi dengan penguasaan kompetensi yang diperlukan
bagi kehidupan di masa kini dan masa depan. Oleh karena itu Kurikulum Sekolah harus
merupakan kerangka pembudayaan keberagamaan nasional dan daerah sebagai ciri khas
pendidikan sekolah ;
b. Kurikulum sebagai komponen pendidikan yang dapat mewariskan budaya melalui penguasaan
berbagai disiplin ilmu pengetahuan dalam bentuk mata pelajaran. Penyusunan KTSP perlu

7
memberikan rambu-rambu perencanaan dan pengaturan pendidikan di sekolah dalam
penguasaan disiplin ilmu, baik ilmu umum maupun ilmu agama secara integratif;
c. Kurikulum disusun dan dikembangkan untuk pendidikan yang menyiapkan generasi
mendatang yang mampu menyelesaikan masalah sosial di masyarakat, dan untuk membangun
kehidupan masyarakat yang lebih baik. KTSP di sekolah perlu menyiapkan perencanaan dan
pengaturan pendidikan sekolah dalam menyiapkan generasi mendatang yang berkontribusi
terhadap perbaikan situasi dan kondisi kehidupan social budaya.
d. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan
masa mendatang. Pandangan ini menjadikan Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan
budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini,
dan untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan.
Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan masa depan selalu menjadi kepedulian
kurikulum, hal ini mengandung makna bahwa kurikulum adalah rancangan pendidikan untuk
mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa. Dengan demikian, tugas mempersiapkan
generasi muda bangsa menjadi tugas utama suatu kurikulum. Untuk mempersiapkan kehidupan
masa kini dan masa depan peserta didik, Kurikulum 2013 mengembangkan pengalaman
belajar yang memberikan kesempatan luas bagi peserta didik untuk menguasai kompetensi
yang diperlukan bagi kehidupan di masa kini dan masa depan, dan pada waktu bersamaan tetap
mengembangkan kemampuan mereka sebagai pewaris budaya bangsa dan orang yang peduli
terhadap permasalahan masyarakat dan bangsa masa kini.
e. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut pandangan filosofi ini,
prestasi anak bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa lampau adalah sesuatu yang harus
termuat dalam isi kurikulum untuk dipelajari peserta didik. Proses pendidikan adalah suatu
proses yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya
menjadi kemampuan berpikir rasional dan kecemerlangan akademik dengan memberikan
makna terhadap apa yang dilihat, didengar, dibaca, dipelajari dari warisan budaya berdasarkan
makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan
psikologis serta kematangan fisik peserta didik. Selain mengembangkan kemampuan berpikir
rasional dan cemerlang dalam akademik, Kurikulum 2013 memposisikan keunggulan budaya
tersebut dipelajari untuk menimbulkan rasa bangga, diaplikasikan dan dimanifestasikan dalam
kehidupan pribadi, dalam interaksi sosial di masyarakat sekitarnya, dan dalam kehidupan
berbangsa masa kini.
f. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan kecemerlangan
akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini menentukan bahwa isi kurikulum
adalah disiplin ilmu dan pembelajaran adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism).
Filosofi ini mewajibkan kurikulum memiliki nama mata pelajaran yang sama dengan nama
disiplin ilmu, selalu bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan
kecemerlangan akademik.
g. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik dari masa
lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial,
kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih
baik (experimentalism and social reconstructivism). Dengan filosofi ini, Kurikulum 2013
bermaksud untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi kemampuan dalam berpikir
reflektif bagi penyelesaian masalah sosial di masyarakat, dan untuk membangun kehidupan
masyarakat demokratis yang lebih baik.
Dengan demikian, Kurikulum 2013 menggunakan filosofi sebagaimana di atas dalam
mengembangkan kehidupan individu peserta didik dalam beragama, seni, kreativitas,
berkomunikasi, nilai dan berbagai dimensi inteligensi yang sesuai dengan diri seorang peserta
didik dan diperlukan masyarakat, bangsa dan umat manusia.

2. Landasan Sosiologis

8
Landasan sosiologis dalam pengemkembangan kurikulum ini dengan memperhatikan
kepentingan global, nasional dan lokal untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan
memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
3. Landasan Psikopedagogis
Landasan psikopedagogis Kurikulum SMK N 2 Binjai dititikberatkan pada proses
pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang
hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal
dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang
serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
4. Landasan Teoritis Kurikulum
Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan standar” (standard-based
education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum).
Pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal
warga negara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan,
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,
standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi
dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik dalam
mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.
Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaan yang dilakukan guru (taught curriculum) dalam
bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di sekolah , kelas, dan
masyarakat; dan (2) pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai
dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar
langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar
seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.
5. Landasan Yuridis
Landasan yuridis Kurikulum 2013 adalah:
a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
b. PP Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah nomor 19
tahun 2005 tentang Standart Nasional Pendidikan.
c. Permendikbud Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter.
d. Permendikbud Nomor 60 Tahun 2014 tentang Kurikulum SMK.
e. Permendikbud Nomor 61 Tahun 2014 tentang KTSP pada Pendidikan Dasar dan
Menengah.
f. Permendikbud Nomor 62 Tahun 2014 tentang kegiatan ekstrakurikuler Pendiidkan
Pendidikan Dasar dan Menengah.
g. Permendikbud Nomor 63 Tahun 2014 tentang Pendidikan Kepramukaan sebagai
ekstrakurikuler wajib.
h. Permendikbud Nomor 64 Tahun 2014 tentang Peminatan Pendidikan Menengah.
i. Permendikbud Nomor 79 Tahun 2014 tentang Implementasi Mulok Kurikulum 2013.
j. Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan konseling pada Pendidikan
Dasar dan Menengah.
k. Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.
l. Permendikbud Nomor 53 Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dan
Satuan Pendididkan pada Pendidikan Dasar dan Menengah.
m. Permendikbud Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standart Kompetensi Lulusan Pendidikan
Dasar dan Menengah.
n. Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standart Isi Pendidikan Dasar dan
Menengah.
o. Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standart Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah.
p. Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standart Penilian Pendidikan Dasar dan

9
Menengah.
q. Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 tentang Standart KI dan KD Pelajaran Pada
Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Menengah.
r. Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter.
s. Permendikbud Nomor 15 Tahun 2018 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru, Kepala
Sekolah dan Pengawas.
t. Permendikbud Nomor 4 Tahun 2018 tentang Penilaian Hsil Belajar olah Satuan Pendidikan
dan Pemerintah pada Pendidikan Dasar dan Menengah.
u. Keputusan Dirjen Dikdasmen Nomor 330/D.D5/KEP/RK/2017 tentang KI dan KD Mata
Pelajaran pada SMK.
v. Praturan Dirjen Dikdasmen Nomor 06/D.D5/KK/2018 tentang Spektrum Keahlian
SMK /MAK
w. Praturan Dirjen Dikdasmen Nomor 07/D.D5/KK/2018 tentang Stuktur Kurikilum SMK
/MAK.
x. Permen LINIERITAS TERBARU
y. Peraturan Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Utara No 421.5/3525/BID.PSMK/IV/2019
tentang pedoman Penyusunan Kalender Pendidikan bagi Satuan Pendidikan Sumatera Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020.

D. Prinsip Penyusunan Dan Pengembangan KTSP


Pengembangan Kurikulum SMK N 2 Binjai mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar
Kelulusan (SKL), serta berpedoman pada penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP,
dan petunjuk teknis dari Dinas Pendidikan Sumatra Utara, serta memperhatikan pertimbangan
Komite Sekolah .

Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya mencakup:


perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal
membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan
untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik.

Penerapan Kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha


mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum
merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-
hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-
hasil kurikulum itu sendiri. Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang
yang terkait langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak
orang, seperti : politikus, pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur – unsur masyarakat
lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan.

Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada


dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu kurikulum.
Dalampengembangan kurikulum, dapat menggunakan prinsip-prinsip yang telah
berkembang dalam kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru.
Oleh karena itu, dalam implementasi kurikulum di suatu lembaga pendidikan sangat mungkin
terjadi penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang digunakan di
lembaga pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan banyak sekali prinsip-prinsip yang
digunakan dalam suatu pengembangan kurikulum.

Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengetengahkan prinsip-prinsip


pengembangan kurikulum yang dibagi ke dalam dua kelompok : (1) prinsip–prinsip
umum: relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas; (2) prinsip-prinsip
khusus : prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan isi
pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar, prinsip berkenaan
dengan pemilihan media dan alat pelajaran, dan prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan

10
penilaian. Sedangkan Asep Herry Hernawan dkk (2002) mengemukakan lima prinsip dalam
pengembangan kurikulum, yaitu :

1. Prinsip Relevansi;
Secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di antara komponen-komponen kurikulum
(tujuan, bahan, strategi, organisasi dan evaluasi). Sedangkan secara eksternal bahwa
komponen-komponen tersebutmemiliki relevansi dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan
teknologi (relevansi epistomologis), tuntutan dan potensi peserta didik (relevansi psikologis)
serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat (relevansi sosilogis).

2. Prinsip fleksibilitas;
Dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang dihasilkan memiliki sifat luwes,
lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-
penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta
kemampuan dan latar bekang peserta didik.

3. Prinsip kontinuitas;
Adanya kesinambungandalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara horizontal.
Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus memperhatikan
kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antar jenjang pendidikan, maupun antara
jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan.

4. Prinsip efisiensi;
Mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya,
dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya
memadai.

11
5. Prinsip efektivitas;
Mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan
yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Terkait dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, terdapat sejumlah
prinsip-prinsip yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral
untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung
pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan
potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan
lingkungan.
2. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik,
kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya
dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender.
Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan
pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan
yang bermakna dan tepat antarsubstansi.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum
mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan.
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan
(stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan,
termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh
karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial,
keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan.
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan
dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua
jenjang pendidikan.
6. Belajar sepanjang hayat.
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan
antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan memperhatikan
kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia
seutuhnya.
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan
daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan
sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

12
Kurikulum SMK N 2 Binjai dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral
untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung
pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan
potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan
lingkungan.
b. Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik,
kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya
dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi
komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu,
serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antar
substansi.
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum
mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan
(stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan,
termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh
karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan
sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
e. Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan
dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua
jenjang pendidikan.
f. Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan
antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan memperhatikan
kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia
seutuhnya.
g. Seimbang antara kepentingan global, nasional dan lokal
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan global, nasional dan lokal
untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan
nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan
motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

13
BAB II

TUJUAN PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN

A. Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan

Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan pengetahuan,


kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
Tujuan pendidikan menengah kejuruan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003,
terbagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum pendidikan menengah kejuruan
adalah : (a) meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Tuhan Yang Maha
Esa; (b) mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi warga Negara yang berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab; (c)
mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki wawasan kebangsaan, memahami dan
menghargai keanekaragaman budaya bangsa Indonesia; dan (d) mengembangkan potensi
peserta didik agar memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup dengan secara aktif turut
memelihara dan melestarikan lingkungan hidup, serta memanfaatkan sumber daya alam dengan
efektif dan efisien.
Tujuan khusus pendidikan menengah kejuruan adalah sebagai berikut: (a) menyiapkan peserta
didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan
yang ada sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi dalam program
keahlian yang dipilihnya; (b) menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan
gigih dalam berkompetensi, beradaptasi di lingkungan kerja dan mengembangkan sikap
profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya; (c) membekali peserta didik dengan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik
secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi; dan (d) membekali
peserta didik dengan kompetensi- kompetensi yang sesuai dengan program keahlian yang
dipilih.

B. VISI Satuan Pendidikan


Menjadi lembaga pendidikan dan pelatihan kejuruan yang diminati oleh DU/DI
mengedepankan kualitas tamatan yang beriman dan taqwa, serta memiliki keunggulan
kompetensi yang mampu bersaing dipasar nasional maupun Internasional.

C. MISI Satuan Pendidikan


Misi :
a. Meningkatkan kompetensi SDM dengan mengikuti pelatihan di DU/DI sesuai perkembangan
IPTEK.
b. Meningkatkan kerjasama yang lebih erat dengan Lemdiklat atau instansi lain serta DU/DI
yang memiliki reputasi tingkat nasional maupun internasional.
c. Meningkatkan keberadaan fasilitas dan sarana kependidikan.
d. Meningkatkan sumber dana dengan optimalisasi seluruh sumberdaya sekolah dan lingkungan.
e. Mengembangkan kurikulum dan bahan ajar yang relevan dengan tuntutan dunia kerja secara
nasional dan internasional.

14
D. Tujuan SMK Celebes
a. Mempersiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri,
mengisi lowongan pekerjaan yang ada di Dunia Usaha / Dunia Industri sebagai tenaga kerja
tingkat menengah, sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian pilihannya.
b. Membekali peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetensi,
beradaptasi dilingkungan kerja dan mengembangkan sikap professional dalam bidang
keahlian yang diminatinya.
c. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni agar mampu
mengembangkan diri dikemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.

Tujuan Kompetensi Keahlian Teknik dan Bisnis Sepeda Motor


Program Keahlian Teknik dan Bisnis Sepeda Motor pada SMK Celebes bertujuan untuk :
1. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik
2. Mendidik peserta didik dengan keahlian dan ketrampilan dalam progran keahlian Teknik
dan Bisnis Sepeda Motor, agar dapat bekerja baik secara mandiri atau mengisi pekerjaan
yang ada di DUDI sebagai tenaga kerja tingkat menengah.
3. Mendidik Peserta didik agar mampu memilih karir, berkompetisi dan mengembangkan
sikap professional dalam program keahlian Teknik dan Bisnis Sepeda Motor.
4. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan sebagai bekal bagi
yang berminat untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.

15
BAB III
PROFIL LULUSAN, SKL KOMPETENSI KEAHLIAN, DAN DESKRIPSI KKNI

A. Profil Lulusan
Standar Kompetensi Lulusan merupakan salah satu dari 8 (delapan) Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 35 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup Sikap, Pengetahuan, dan Keterampilan, yang akan menjadi
acuan bagi pengembangan kurikulum dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Cakupan kompetensi lulusan satuan pendidikan berdasarkan Permendikbud RI Nomor 54
Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Standar Kompetensi Lulusan terdiri atas kriteria kualifikasi kemampuan peserta didik
yang diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya di satuan pendidikan
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut.

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SMK KURIKULUM 2013

Dimensi Kualifikasi
Memiliki (melalui mengetahui, memahami, menerapkan,
menganalisis, mengevaluasi) pengetahuan prosedural dan
metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi,seni,
Pengetahuan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian (pada bidang kerja spesifik) sesuai bakat dan
minatnya
Memiliki (melalui menerima, menjalankan, menghargai,
menghayati, mengamalkan) perilaku yang mencerminkan
sikap  orang beriman, berakhlak mulia (jujur, santun,
peduli, disiplin, demokratis, patriotic), percaya diri, dan
Sikap
bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan dirinya sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia
Memiliki (melalui mengamati, menanya, mencoba,
mengolah, menyaji, menalar, mencipta) kemampuan pikir
dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan
Keterampilan
konkret  sebagai pengembangan dari yang dipelajari di
sekolah secara mandiri (pada bidang kerja spesifik) sesuai
dengan bakat dan minatnya

16
B. Standar Kompetensi Lulusan Kompetensi Keahlian
1. Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan perkembangan remaja.
2. Mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan kelebihan diri serta memperbaiki
kekurangannya.
3. Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggungjawab atas perilaku, perbuatan dan
pekerjaannya.
4. Berpartisipasi dalam menegakkan aturan-aturan sosial.
5. Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras dan golongan sosial ekonomi dalam
lingkup global.
6. Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara logis, kritis, kreatif dan
inovatif.
7. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif dalam pengambilan
keputusan.
8. Menunjukkan kemampuan budaya belajar untuk pemberdayaan diri.
9. Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
10. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah komplek.
11. Menunjukkan kemampuan menganalisis gejala alam dan social.
12. Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggungjawab.
13. Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara secara demokratis
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia
14. Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya.
15. Mengapresiasikan karya seni dan budaya.
16. Menghasilkan karya kreatif baik individual maupun kelompok.
17. Menjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran jasmani serta kebersihan lingkungan.
18. Berkomunikasi lisan dan tulisan secara efektif dan santun.
19. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat.
20. Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain.
21. Menunjukkan keterampilan membaca dan menulis naskah secara sistimatis dan estesis.
22. Menunjukkan keterampilan menyimak, membaca, menulis dan berbicara dalam Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris.
23. Menguasai kompetensi program keahlian dan kewirausahaan baik untuk memenuhi tuntutan
dunia kerja maupun untuk mengikuti pendidikan tinggi sesuai dengan kejuruannya.

C. Deskripsi KKNI Level II Atau III


Skema KKNI Level II pada Kompetensi Keahlian Teknik & Bisnis Sepeda Motor (TBSM)
dapat dicapai melalui pendekatan klaster dan harus dicapai dalam 3 (tiga) tahun. Klaster yang
digunakan adalah sebagai berikut:

17
Perawatan Berkala Sepeda Motor

18
Perbaikan Mesin Sepeda Motor

Perbaikan Sistem Kelistrikan Sepeda Motor

19
Perbaikan Sistem Rangka Sepeda Motor

20
D. Deskripsi Standar Kompetensi PMK 3 Tahun atau 4 Tahun Berdasarkan KI

Uraian Kompetensi Inti untuk program pendidikan 3 tahun dan 4 tahun pada SMK/MAK
disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Deskripsi Kompetensi Inti SMK/MAK

KOMPETENS DESKRIPSI KOMPETENSI

I INTI 3 Tahun 4 Tahun

Sikap Spritual
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
(KI-1)

Sikap Sosial Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli

(KI-2) (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), bertanggung-jawab,

responsif, dan proaktif melalui keteladanan, pemberian nasehat,

penguatan, pembiasaan, dan pengkondisian secara berkesinambungan

serta menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai

permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan

sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan

bangsa dalam pergaulan dunia.

Deskripsi Standar Kompetensi untuk jenjang Pendidikan Menengah Kejuruan Kompetensi


Keahlian Teknik & Bisnis Sepeda Motor (terlampir)

21
BAB IV
STUKTUR KURUKULUM, KOMPETENSI MAPEL
DAN PERATURAN AKDEMIK

A. Struktur Kurikulum

Menurut Permendikbud Republik Indonesia No. 61 Tahun 2014 bahwa: terkait dengan
pembangunan pendidikan, masing-masing daerah memerlu-kan pendidikan yang sesuai dengan
karakteristik daerah. Kurikulum sebagai jantung pendidikan perlu dikembangkan dan
diimplementasikan secara kontekstual untuk merespon kebutuhan daerah, satuan pendidikan, dan
peserta didik di masa kini dan masa mendatang. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36 ayat (2)
menyebutkan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan
prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.

Struktur Kurikulum SMK Celebes disusun berdasarkan UU Sisdiknas No. 20 tahun


2003 dan PP No. 32 Tahun 2013 Standar Nasional Pendidikan bahwa:

1. Kurikulum dikembangkan dengan prinsip diversifikasi, untuk melakukan penyesuaian program


pendidikan pada satuan pendidikan dengan kondisi dan ciri khas potensi yang ada di daerah serta
peserta didik;

2. Kurikulum dikembangkan dan diimplementasikan pada tingkat satuan pendidikan.

3. Kurikulum operasional yang dikembangkan dan diimplementasikan oleh satuan pendidikan


diwujudkan dalam bentuk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Demikian pula pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 61
Tahun 2014 Tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah. Di dalam pasal 1 menyatakan bahwa: ”Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan yang selanjutnya disingkat KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh
dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan”. Kemudian pada pasal 2 ayat 1
dinyatakan: “KTSP dikembangkan, ditetapkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan”.
Pengembangan KTSP harus mengacu pada Visi SMK Celebes, yaitu: Menjadi lembaga
pendidikan dan pelatihan kejuruan yang diminati oleh DU / DI, mengedepankan kualitas tamatan
yang beriman dan taqwa serta memiliki keunggulan kompetensi yang mampu bersaing di pasar
nasional dan internasional.

22
STRUKTUR KURIKULUM SMK/MAK
BIDANG KEAHLIAN : TEKONOLOGI REKAYASA
PROGRAM KEAHLIAN : TEKNIK OTOMOTIF (TO)
KOMPETENSI KEAHLIAN : TEKNIK DAN BISNIS SEPEDA MOTOR

Kompetensi Keahlian : Teknik dan Bisnis Sepeda Motor (3 Tahun)

ALOKASI
MATA PELAJARAN
WAKTU
A. Muatan Nasional
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 318
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 212
3. Bahasa Indonesia 320
4. Matematika 424
5. Sejarah Indonesia 108
6. Bahasa Inggris dan Bahasa Asing Lainnya*) 352
Jumlah A 1.734
B. Muatan Kewilayahan
1. Seni Budaya 108
2. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 144
Jumlah B 252
C. Muatan Peminatan Kejuruan
C1. Dasar Bidang Keahlian
1. Simulasi dan Komunikasi Digital 108
2. Fisika 108
3. Kimia 108
C2. Dasar Program Keahlian
1. Gambar Teknik Otomotif 144
2. Teknologi Dasar Otomotif 144
3. Pekerjaan Dasar Teknik Otomotif 180
C3. Kompetensi Keahlian
1. Pemeliharaan Mesin Sepeda Motor 560
2. Pemeliharaan Sasis Sepeda Motor 424
3. Pemeliharaan Listrik Sepeda Motor 526
4. Pengelolaan Bengkel Sepeda Motor 204
5. Produk Kreatif dan Kewirausahaan 524
Jumlah C 3.030
Total 5.016

23
KELAS
MATA PELAJARAN X XI XII
1 2 1 2 1 2
A. Muatan Nasional
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3 3 3 3
Pendidikan Pancasila dan
2. 2 2 2 2 2 2
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 4 4 3 3 2 2
4. Matematika 4 4 4 4 4 4
5. Sejarah Indonesia 3 3 - - - -
Bahasa Inggris dan Bahasa Asing
6. 3 3 3 3 4 4
Lainnya*)
Jumlah A 19 19 15 15 15 15
B. Muatan Kewilayahan
1. Seni Budaya 3 3 - - - -
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
2. 2 2 2 2 - -
Kesehatan
Jumlah B 5 5 2 2 - -
C. Muatan Peminatan Kejuruan
C1. Dasar Bidang Keahlian
1. Simulasi dan Komunikasi Digital 3 3 - - - -
2. Fisika 3 3 - - - -
3. Kimia 3 3 - - - -
C2. Dasar Program Keahlian
1. Gambar Teknik Otomotif 4 4 - - - -
2. Teknologi Dasar Otomotif 4 4 - - - -
3. Pekerjaan Dasar Teknik Otomotif 5 5 - - - -
C3. Kompetensi Keahlian
1. Pemeliharaan Mesin Sepeda Motor - - 8 8 8 8
2. Pemeliharaan Sasis Sepeda Motor - - 8 8 4 4
3. Pemeliharaan Kelistrikan Sepeda Motor - - 8 8 7 7
4. Pengelolaan Bengkel Sepeda Motor - - - - 6 6
5. Produk Kreatif dan Kewirausahaan - - 7 7 8 8
Jumlah C 22 22 31 31 33 33
Total 46 46 48 48 48 48

24
Deskripsi KI & KD mata pelajaran muatan nasional (A) Terlampir
Deskripsi KI & KD mata pelajaran muatan kewilayahan (B) Terlampir
Deskripsi KI & KD mata pelajaran muatan kejuruan (C) Terlampir

1. Pengaturan Beban Mengajar


Beban belajar dalam KTSP diatur dalam bentuk sistem paket atau sistem kredit
semester.

i. Sistem Paket
Beban belajar dengan sistem paket sebagaimana diatur dalamstruktur kurikulum
setiap satuan pendidikan merupakanpengaturan alokasi waktu untuk setiap mata
pelajaran yangterdapat pada semester gasal dan genap dalam satu tahun ajaran, beban
belajar pada sistem paket terdiri atas pembelajaran tatap muka , penugasan
terstruktur , dan kegiatan mandiri

ii. Sistem Kredit Semester


Sistem Kredit Semester (SKS) diberlakukan hanya untukSMP/MTs, SMA/MA, dan
SMK/MAK. Beban belajar setiap matapelajaran pada SKS dinyatakan dalam satuan
kredit semester(sks). Beban belajar 1 (satu) sks terdiri atas 1 (satu) jampembelajaran
tatap muka, 1 (satu) jam penugasan terstruktur,dan 1 (satu) jam kegiatan mandiri

2. Beban belajar tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri.

a. Sistem Paket
Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiripada satuan pendidikan
yang menggunakan Sistem Paket yaitu0%-40% untuk SD/MI, 0%-50% untuk
SMP/MTs, dan 0%-60%untuk SMA/MA/SMK/MAK dari waktu kegiatan tatap
mukamata pelajaran yang bersangkutan. Pemanfaatan alokasi waktutersebut
mempertimbangkan potensidan kebutuhan pesertadidik dalam mencapai kompetensi.

b. Sistem Kredit
Beban belajar tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri pada satuan
pendidikan yang menggunakanSistem Kredit Semester (SKS) mengikuti aturan
sebagai berikut:

1. Satu sks pada SMP/MTs terdiri atas: 40 menit tatap muka,20 menit penugasan
terstruktur dan kegiatan mandiri.

2. Satu sks pada SMA/MA/SMK/MAK terdiri atas: 45 menittatap muka dan 25


menit penugasan terstruktur dankegiatan mandiri.

3. Beban Belajar Kegiatan Praktik Kerja SMK

4. Beban belajar kegiatan praktik kerja di SMK diatur: (i) 2 (dua) jampraktik di
sekolah setara dengan 1 (satu) jam tatap muka, dan (ii)4 (empat) jam praktik di
dunia usaha dan industri setara dengan 2(dua) jam tatap muka.

25
5. Beban Belajar Tambahan

6. Satuan pendidikan dapat menambah beban belajar per minggusesuai dengan


kebutuhan belajar peserta didik. Konsekuensipenambahan beban belajar pada
satuan pendidikan menjaditanggung jawab satuan pendidikan yang
bersangkutan.

Beban belajar yang diatur pada SMK Celebes adalah beban belajar sistem paket. Sistem
Paket adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya
diwajibkan mengikuti seluruh program pembelajaran dan beban belajar yang sudah
ditetapkan untuk setiap kelas sesuai dengan struktur kurikulum yang berlaku pada SMK N
2 Binjai . Beban belajar setiap mata pelajaran pada Sistem Paket dinyatakan dalam satuan
jam pembelajaran @ 45 menit.

Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik
untuk mengikuti program pembelajaran melalui sistem tatap muka, penugasan terstruktur,
dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Semua itu dimaksudkan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan dengan memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik.

Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi antara
peserta didik dengan pendidik. Beban belajar kegiatan tatap muka per jam pembelajaran
pada SMK Celebes ditetapkan seperti berikut ini.

1) Jumlah jam pelajaran 48 perminggu.


2) Pembelajaran berlangsung selama 45 menit.
3) Jumlah beban belajar dalam kelas X-XII dalam satu tahun 36-40 minggu
4) Jumlah beban belajar pada kelas X-XII sebanyak 20 minggu.
5) Jumlah beban belajar khusus kelas XII semeseter genap sejumlah 16 minggu.
6) Waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur bagi peserta
didik maksimum 60% dari jumlah waktu kegiatan tatap muka dari mata pelajaran yang
bersangkutan.
7) Penugasan terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi
pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar
kompetensi. Waktu penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh pendidik.
8) Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa
pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik
untuk mencapai standar kompetensi. Waktu penyelesaiannya diatur sendiri oleh peserta
didik.

3. PKL (Permendikbud Nomor 60 tahun 20140)


Pembelajaran merupakan suatu proses pengembangan potensi dan pembangunan karakter
setiap peserta didik sebagai hasil dari sinergi antara pendidikan yang berlangsung di
sekolah, keluarga dan masyarakat. Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang
mengandung serangkaian kegiatan dari mulai perencanaan, pelaksanaan dan penilaian.

Program pembelajaran dapat berlangsung di sekolah, keluarga dan masyarakat. Program


pembelajaran yang berlangsung di masyarakat dapat berupa praktik kerja lapangan
(PKL).Program PKL disusun bersama antara sekolah dan masyarakat (dunia kerja) dalam

26
rangka memenuhi kebutuhan peserta didik dan sebagai kontribusi dunia kerja terhadap
pengembangan program pendidikan SMK.

Pemetaan industri dilakukan sebelum penyusunan program PKL. Sekolah memetakan


peluang kompetensi-kompetensi dasar yang dapat dipelajari peserta didik selama kegiatan
PKL dari industri yang menjadi mitra sekolah. Pemetaan industri bertujuan agar industri
yang dijadikan mitra dalam PKL sesuai dengan program keahlian yang sedang ditekuni
oleh peserta didik.

a. Program PKL
Berdasarkan hasil pemetaan instustri, sekolah dapat menyusun program PKL yang
memuat sejumlah kompetensi dasar yang akan dipelajari peserta didik di industri.
Kompetensi dasar yang tidak dapat dilakukan pembelajarannya di industri wajib
dilaksanakan oleh sekolah.

b. Waktu PKL
Waktu PKL sesuai dengan pembelajaran kompetensi yang direncanakan akan diberikan
di industri. Di samping itu perlu juga mengadakan komunikasi dengan industri,dengan
tujuan untuk memastikan kesiapan dunia kerja dan pembimbing dalam menerima
peserta PKL sesuai kompetensi yang diharapkan.

c. Pembekalan Peserta Didik


Peserta didik yang akan melaksanakan PKL harus diberikan pembekalan terlebih
dahulu tentang program yang akan dilaksanakan untuk memberikan
pemahamantentang kegiatan belajar yang harus lakukan di industri.

d. Penetapan Pembimbing
Pembimbing PKL terdiri dari pembimbing sekolah dan pembimbing industri.
Pembimbing sekolah adalah guru produktif yang bertanggung jawab terhadap
pembelajaran kompetensi yang pembelajarannya dilaksanakan di industri, dan
pembimbing eksternal dari industri yang sekaligus bertindak selaku instruktur
pembimbing yang mengarahkan peserta didik dalam melakukan pekerjaannya.

Pelaksanaan PKL dapat dilaksanakan dengan sistem blok selama setengah semester
(sekitar 3 bulan), atau sistem semi blok selama selama satu semester. Pada sistem semi
blok peserta didik melaksanakan PKL selama 3 hari perminggu di industri dan
melaksanakan pembelajaran di sekolah selama 3 hari.

Pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran kelompok A dan B dapat dilakukan di satuan


pendidikan dan/atau industri (terintegrasi dengan Praktik Kerja Lapangan) dengan
Portofolio sebagai instrumen utama penilaian.

Pelaporan PKL. Semua kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik selama PKL baik
yang ada dalam jurnal ataupun pekerjaan lain yang diberikan oleh instruktor
pembimbing eksternal harus dicatat dan didokumentasikan sebagai bahan untuk
melakukan evaluasi terhadap program PKL. Seluruh kegiatan harus diketahui oleh
pembimbing dengan cara membubuhkan tanda tangan pada kolom yang tersedia.

PKL merupakan bentuk dari proses pembelajaran yang dilaksanakan di industri.


Penilaian hasil belajar dilakukan secara menyeluruh pada ranah sikap, pengetahuan

27
dan keterampilan.

Rancangan PKL sebagai bagian pembelajaran perlu memperhatikan kesiapan industri


mitra dalam melaksanakan pembelajaran kompetensi tersebut. Hal ini diperlukan agar
dalam pelaksanaannya, penempatan peserta didik tepat sasaran sesuai dengan
kompetensi yang akan dipelajari

4. Penilaian (Pedoman Penilaian PSMK 2018


Penilaian di SMK Celebes mengacu pada Pedoman Penilaian PSMK Tahun 2017.
Penilaian merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian kinerja, penilaian diri,
penilaian berbasis portofolio, Ulangan Harian, penilaian tengah semester, penilaian
akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional,
ujian sekolah berstandar nasional, dan ujian sekolah.

a. Ulangan Harian (UH)


- Ulangan Harian (UH) merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk
menilai kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar
(KD) atau lebih.

- Peserta didik dapat mengikuti ulangan harian bila telah mengikuti kegiatan
pembelajaran pada Kompetensi Dasar (KD) yang diujikan dengan syarat persentase
kehadiran mengikuti kegiatan pembelajaran pada KD yang diujikan minimal 85%.

- Alokasi waktu pelaksanaan ulangan harian ditentukan oleh masing-masing


guru mata pelajaran dengan mempertimbangkan jumlah butir soal dan tingkat
kesukaran soal.

b. Ulangan Tengah Semester (UTS)


- Ujian Tengah Semester (UTS) dilakukan oleh pendidik untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 – 9 minggu
kegiatan pembelajaran.

- Cakupan penilaian tengah semester mepiluti seluruh indikator yang


merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.

- Peserta didik berhak mengikuti ulangan tengah semester bila telah mengikuti
kegiatan pembelajaran minimal 85% dari jumlah kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan.

- Bentuk soal yang diujikan dalam ulangan tengah semester dirancang oleh masing-
masing guru dalam bentuk uraian dan atau pilihan ganda dan harus mengacu pada
ketentuan yang berlaku dalam penyusunan naskah soal.

28
- Alokasi waktu pelaksanaan ulangan tengah semester ditentukan oleh masing-
masing guru mata pelajaran dengan mempertimbangkan jumlah butir soal dan
tingkat kesukaran soal yang diujikan.

c. Ujian Akhir Semester (UAS)


- Ujian Akhir Semester (UAS) dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik diakhir semester. Cakupan penilaian meliputi seluruh
indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester tersebut.

- Pelaksanaan ulangan akhir semester dikoordinir oleh sekolah dengan membentuk


panitia pelaksana khusus. Soal-soal yang diujikan pada ulangan akhir semester
disusun secara bersama-sama oleh guru mata pelajaran pada kelas yang paralel.

- Alokasi waktu dan jadwal pelaksanaan ulangan akhir semester ditentukan oleh
sekolah dengan mempertimbangkan mata pelajaran, jumlah butir soal dan tingkat
kesukaran soal yang diujikan.

- Ulangan akhir semester berupa tes tertulis berbentuk soal pilihan berganda dengan
jumlah 40 – 50 soal ditambah 3 – 5 soal uraian.

- Hasil ulangan akhir semester diinformasikan kepada peserta didik dalam bentuk
raport setelah digabung dengan nilai harian dan nilai tengah semester.

- Peserta didik yang belum mencapai KKM harus mengikuti kegiatan remidial.

- Kegiatan remidial dilaksanakan samapai peserta didik dinyatakan tuntas.

d. Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN)


Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) merupakan kegiatan pengukuran
capaian kompetensi peserta didik yang dilakukan untuk mengukur pencapaian
mata pelajaran tertentu dengan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan untuk
untuk memperoleh pengakuan atas prestasi belajar. Ada beberapa hal yang penting
dalam USBN, yaitu:

1. Ruang lingkup materi: pembuatan soal dilakukan di tingkat provinsi dengan


muatan soal 75% dari provinsi dan 25% dari nasional.
2. Mata pelajaran yang diujikan: semua mata pelajaran diujikan kecuali mata
pelajaran muatan lokal yang tidak diujikan.
3. Jenis soal yang dikerjakan: disamping pilihan ganda, USBN soalnya ada yang
berbentuk essay atau uraian.
4. Tingkat kesulitan soal: tingkat soal antar wilayah akan berbeda-beda, tetapi soal
yang diujikan harus diatas standar nasional yang dibuat.
5. Pengelolaan soal: pemerintah daerah Provinsi Jawa Timur tetapi dengan
pengawasan langsung dari pemerintah pusat.

e. Ujian Nasional (UNAS)

29
- Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dilakukan dalam bentuk Ujian Nasional
(UN); dan/atau bentuk lain dalam rangka pengendalian mutu pendidikan;

- Penyelenggaraan UN oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)


bekerjasama dengan instansi terkait untuk mengukur pencapaian kompetensi
lulusan.

- Hasil UN disampaikan kepada peserta didik dalam bentuk sertifikat hasil UN selain
itu hasil UN disampaikan kepada satuan pendidikan untuk dijadikan masukan
dalam perbaikan proses pembelajaran;

- Hasil UN disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai dasar


untuk pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan; pertimbangan seleksi
masuk jenjang pendidikan berikutnya; serta pembinaan dan pemberian bantuan
kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan.

f. Ujian Kompetensi Keahlian

- UKK dilaksanakan bagi peserta didik tingkat XII

- Peserta UKK adalah Peserta UN

- Penyelenggaran UKK berdasarkan Juknis UKK oleh pemerintah/BSNP

- Naskah soal UKK dibuat poleh BSNP dimana sekolah hanya memilih salah satu
dari soal yang disediakan.

- Nilai UKK adalah gabungan antara praktik kejuruan dan teori kerjuaan dengan
komposisi 70% niali praktik kejuruan dan 30% nialai teori kejuruan berdasarkan
JuknisPelaksanaan UKK.

- Gabungan Nilai Kejuruan minimal 70 atau sesui juknis pelaksanaan UKK.

- Hasil UKK disampaikan dalam bentuk sertifikat kompetensi.

5. Pelaporan

Laporan kemajuan hasil belajar peserta didik berdasarkan hasil penilaian yang
dilakukan oleh guru dalam waktu satu semester dibuat dalam bentuk Buku Rapor. Buku
Rapor merupakan buku hasil penilaian yang dilaporkan meliputi pencapaian kompetensi
sikap (sikap spiritual dan sikap sosial), pengetahuan, dan keterampilan. Laporan
kompetensi sikap diberikan dalam bentuk deskripsi, sedangkan pengetahuan dan
keterampilan diberikan dalam bentuk bilangan bulat (skala 0 – 100), predikat dan
dilengkapidengan deskripsi. Seluruh hasil penilaian yang dilakukan guru dijadikan bahan
untuk penyusunan buku rapor dan disimpan dalam bentuk portofolio perkembangan
peserta didik yang dapat ditunjukkan pada peserta didik dan orang tua/wali.

30
6. KKM

KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) adalah kriteria paling rendah untuk menyatakan
peserta didik mencapai ketuntasan. KKM ditetapkan diawal tahun ajaran oleh SMK N 2
Binja iberdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di SMK N 2 Binjai yang
memiliki karakteristik yang hampir sama.

Pertimbangan pendidik atau forum MGMP secara akademis menjadi pertimbangan


utama penetapan KKM.Kriteria ketuntasan minimal (KKM) diperlukan guru untuk
mengetahui kompetensi yang harus dikuasai secara tuntas oleh peserta didik, sehingga
pencapaian kompetensi yang kurang optimal dapat segera diperbaiki. Penentuan
kriteria ketuntasan minimal ditetapkan pada awal tahun pelajaran melalui
musyawarah oleh satuan pendidikan (sekolah).

Fungsi KKM bagi guru atau pendidik dan siswa atau peserta didik adalah:

1. Sebagai acuan bagi seorang guru atau pendidik untuk menilai kompetensi peserta
didik sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD) suatu mata pelajaran.

2. Sebagai acuan bagi peserta didik untuk mempersiapkan diri dalam mengikuti
pembelajaran di SMK N 2 Binjai.

3. Sebagai target pencapaian penguasaan materi sesuai dengan KD – nya

4. Sebagai salah satu instrumen dalam melakukan evaluasi pembelajaran.

5. Sebagai “kontrak” pedagogik antara pendidik, peserta didik dan masyarakat.

Guru atau pendidik di SMK N 2 Binjaisepakat bahwa penentuan KKM berorientasi


pada dua hal pokok, yaitu:

1. Obyek Pembelajaran adalah komponen pembelajaran yang dikelola dan menjadi


tanggung jawab guru, yaitu: Kemampuan rata-rata Peserta Didik, Tingkat kerumitan
Materi Pembelajaran, dan Fasilitas Belajar;

2. Subyek Pembelajaran adalah komponen pembelajaran yang bertindak sebagai


manajer dalam pembelajaran, yaitu menentukan cara pengelolaan pembelajaran agar
berlangsung dengan optimal, meliputi: Penggunaan Model Pembelajaran yang
efektif, Penyajian Media Pembelajaran yang mempermudah dan memperjelas materi
pembelajaran, dan Kreativitas Guru yang bisa memanfaatkan fasilitas dan sumber
belajar secara optimal. Secara garis besar KKM di SMK Celebes ditentukan
berdasarkan:

1. Obyek Pembelajaran dengan memperhatikan:

a. Intake (kemampuan rata-rata peserta didik);


b. Kompleksitas (indikator sebagai penanda tercapainya kompetensi dasar);
c. Daya dukung (berorientasi pada sumber belajar).

31
2. Subyek Pembelajaran dengan memperhatikan:

a. Model Pembelajaran (melayani dan memfasilitasi cara mengajar pendidik dan


cara belajar peserta didik berdasarkan potensi peserta didik)
b. Media Pembelajaran(melayani dan memfasilitasi gaya belajar peserta didik:
Audiotory, Visiotory, dan Kinestetik dalam pembelajaran)
c. Kreativitas Guru (berorientasi pada pemenuhan fasilitas dan sumber belajar yang
mengoptimalkan sumberdaya sekolah dan lingkungan yang dilakukan oleh guru
atau pendidik).

Tahapan penetapan KKM adalah guru atau kelompok guru menetapkan KKM indikator
mata pelajaran dengan mempertimbangkan tiga aspek kriteria Obyek dan Subyek
Pembelajaran di atas.

KKM indikator berlanjut pada KKM Kompetensi Dasar sehingga diperoleh KKM mata
pelajaran. Contoh perhitungan KKM seperti pada Gambar 2. Hasil penetapan KKM mata
pelajaran disahkan oleh kepala sekolah untuk dijadikan patokan guru dalam melakukan
penilaian. KKM yang ditetapkan disosialisaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan,
yaitu peserta didik, orang tua, dan dinas pendidikan.

KKM dicantumkan dalam laporan hasi belajar atau rapor pada saat hasil penilaian
dilaporkan kepada orang tua/wali peserta didik. Pencantuman KKM ini sangat penting,
karena KKM dan nilai yang diperoleh peserta didik sangat berpengaruh pada kenaikan
kelas peserta didik.

1. KKM Kompetensi Nasional dan Kewilayahan


KKM kompetensi normatif dan adaptif ditentukan dengan mempertimbangkan
tingkat kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas kompetensi dan
kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran
dengan rincian sebagai berikut :

a. Tingkat Kemampuan rata-rata peserta didik


 Rata-rata nilai 80 – 100, diberi skor 3
 Rata-rata nilai 60 - 79, diberi skor 2
 Rata-rata nilai < 60 , diberi skor 1

b. Tingkat kompleksitas/kesulitan kompetensi


 Kompleksitas/kesulitan rendah, diberi skor 3
 Kompleksitas/kesulitan sedang, diberi skor 2
 Kompleksitas/kesulitan tinggi, diberi skor 1

c. Sumber daya pendukung pembelajaran (SDM, alat dan bahan)


 Dukungan tinggi, diberi skor 3
 Dukungan sedang, diberi skor 2
 Dukungan rendah, diberi skor 1

32
Contoh penentuan KKM

Jika dalam pembelajaran suatu kompetensi/mata pelajaran memiliki kondisi:


Kemampuan rata-rata peserta didik ”65” skor: 2
Tingkat kesulitan/kompleksitas ”sedang” skor: 2
Sumber daya pendukung ”sedang” skor: 2
Maka nilai KKM-nya adalah :

( A +B+ C)
KKM= x 100
9
( 2+ 2+ 2)
KKM= x 100
9
KKM =66,7 ataudibulatkan menjadi 67

Dengan mengacu pada perhitungan diatas Kriteria Ketuntasan Minimal untuk masing –
masing mata pelajaran kelompok normatif dan adaptif pada SMK N 2 Binjai adalah
sebagai berikut

KKM Kompetensi Produktif

KKM kompetensi produktif mengacu kepada standar minimal penguasaan kompetensi


yang berlaku di dunia kerja yang bersangkutan. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-
masing indikator pada KD kompetensi produktif pada dasarnya adalah lulus/tidak lulus
atau kompeten/tidak kompeten. Peserta didik yang mencapai kompetensi minimal diberi
skor 75. Penentuan nilai ketuntasan belajar kompetensi produktif dapat dilakukan melalui
langkah-langkah sebagai berikut :

1) Tentukan proporsi pembobotan untuk pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai


dengan indikator/ kompetensi dasar/standar kompetensi mengarah pada kebutuhan
ranah taksonomi.

2) Tentukan batas kompeten untuk pengetahuan, keterampilan dan sikap. Batas


kompeten adalah cerminan penguasaan indikator yang dipersyaratkan pada setiap
SK/KD/indikator yang merupakan kemampuan minimal. Peserta didik dinyatakan
kompeten jika memenuhi persyaratan minimal berikut:

a. Pengetahuan : sesuai dengan kisi-kisi soal teori.


b. Keterampilan dan sikap : sesuai dengan indikator yang dijabarkan menjadi
aspek penilaian pada lembar observasi (lihat lampiran RPP Perangkat
Penilaian).

3) Menghitung perolehan nilai untuk setiap ranah dan menggabungkannya sesuai


dengan bobot yang telah ditentukan.Peserta didik yang telah mencapai standar
minimal sesuai dengan indikator dinyatakan kompeten dan memperoleh nilai
konversi 70 untuk siswa kelas X, 75 untuk siswa kelas XI, dan 78 untuk siswa kelas
XII. Gradasi nilai hanya diberikan kepada peserta didik yang telah dinyatakan
kompeten, yang berarti minimal nilai 70 untuk siswa kelas X, minimal 75 untuk

33
siswa kelas XI, dan minimal 78 untuk siswa kelas XII telah dapat dimiliki peserta
didik. Jika peserta didik memiliki performansi/unjuk kerja melebihi standar
minimal yang ditetapkan dalam aspek penilaian seperti : Lebih cepat, lebih presisi,
lebih indah, lebih kreatif, lebih bersih, dan lebih teliti, maka peserta didik dapat
memperoleh nilai lebih dari 70. (Ini sistem penilaian yg lama.. disesuaikan dg
kondisi sekolah masing-masing)

34
Dengan memperhatikan pada hasil musyawarah dewan guru dan tim pengembang
kurikulum maka nilai KKM tiap mata pelajaran ditetepkan sebagai berikut:
Kls. X Kls. XI Kls. XII
NO Mata Pelajaran Total
1 2 1 2 1 2
A. MUATAN NASIONAL
1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 70 70 75 75 78 78
Pendidikan Pancasila dan 70 75 78
2 Kewarganegaraan 70 75 78
3 Bahasa dan Sastra Indonesia 70 70 75 75 78 78
4 Matematika 70 70 75 75 78 78
5 Sejarah Indonesia 70 70 75 75 78 78
6 Bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya 70 70 75 75 78 78
B. MUATAN KEWILAYAHAN
1 Seni Budaya 70 70 - - - -
Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan
2 70 70 75 75 - -
Kesehatan
C. MUATAN PEMINATAN KEJURUAN
C1. DASAR BIDANG KEAHLIAN
1 Simulasi dan Komunikasi Digital 70 70
2 Fisika 70 70
3 Kimia 70 70
C2. DASAR KOMPETENSI KEAHLIAN
1 Gambar Teknik Otomotif 70 70
2 Teknologi Dasar Otomotif 70 70
3 Pekerjaan Dasar Teknik Otomotif 70 70
C3. KOMPETENSI KEAHLIAN 6
1 75 75 78 78
Pemeliharaan Sasis Sepeda Motor
2 Pemeliharaan Mesin Sepeda Motor 75 75 78 78
3 Pemeliharaan Kelistrikan Sepeda Motor 75 75 78 78
4 Pengelolaan Bengkel 78 78
5 Produk Kreatif Dan Kewirausahaan 75 75 78 78

7. Kenaikan Kelas
Kenaikan kelas peserta didik SMK Celebes ditetapkan dengan menggunakan kriteria
sebagai berikut:

a. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran dalam dua semester pada tahun


pelajaran yang diikuti.

35
b. Nilai (deskripsi) sikap sekurang-kurangnya BAIK sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan satuan pendidikan.

c. Nilai ekstrakurikuler pendidikan kepramukaan sekurang-kurangnya BAIK.

d. Nilai akhir kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dan kelompok mata
pelajaran kewarganegaraan berkategori BAIK maka peserta didik dapat naik kelas.

e. Persentase kehadiran selama satu tahun minimal 85%

8. Kelulusan

Kriteria Kelulusan peserta didik dari SMK Celebes ditetapkan berdasarkan:

- Permendikbud nomor 03 tahun 2017 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh


Pemerintah, dan Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan.
- Peraturan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tentang Prosedur
Operasional Standar Penyelenggaraan Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2018/2019
- Pedoman Penyelenggaraan UKK Th 2018/2019 Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
- Rapat Dewan Guru.

Kriteria Kelulusan peserta didik dari SMK Celebes adalah sebagai berikut:

a. Telah menyelesaikan seluruh program pembelajaran.


b. Memperoleh nilai sikap perilaku minimal BAIK.
c. Telah mengikuti Ujian Sekolah dan Ujian Nasional.
d. Nilai Ujian Praktik Kejuruan ≥ 75,00

Pada tahun 2018/2019 SMK Celebes mentargetkan kelulusan 100%. Hal ini karena
pada tahun-tahun sebelumnya kelulusan sudah mencapai mendekati 100%. Untuk
mencapai target ini, maka SMK Celebes mengadakan berbagai upaya, diantaranya:

a. Mengadakan jam pelajaran tambahan untuk mata pelajaran yang di-UN-kan bagi
kelas XII di semester genap.
b. Mengadakan jam pelajaran tambahan untuk melatih keterampilan peserta didik
dalam mempersiapkan Uji Praktik Kejuruan.

9. Mutasi Peserta Didik


Mutasi peserta didik di SMK Celebes dapat dilakukan apabila rasio peserta didik
pada kelas pada sekolah yang dituju belum memenuhi rasio kelas maksimal; Mutasi
peserta didik dapat dilaksanakan antar sekolah negeri yang sederajat yang kompetensi
keahliannya sama dengan kurikulum yang sama pula.

36
Persyaratan mutasi keluar adalah sebagai berikut :

a. Permohonan pindah sekolah dari orang tua/wali bermeterai Rp. 10.000


b. Surat permohonan baik dari Kepala Sekolah.
c. Raport Asli dan Fotokopi raport.
d. Surat validasi NISN.
e. Surat keterangan formasi kesanggupan sekolah yang dituju menerima siswa.
f. Peserta didik sudah memenuhi kewajiban mengikuti pembelajaran akademik dan
non akademik sesuai dengan aturan yang berlaku;
g. Sudah memenuhi aturan administrasi sekolah/madrasah asal;

Mekanisme mutasi keluar: Permohonan pindah sekolah dari orang tua / wali bermeterai
Rp. 10.000. disampaikan kepada SMK Celebes. Kemudian sekolah membuat surat
keterangan pindah yang di tandatandangani oleh kepala SMK Celebes. SMK Celebes
menyerahkan surat keterangan pindah dari sekolah dan laporan hasil belajar/rapor asli
lengkap.

Persyaratan mutasi masuk adalah sebagai berikut :

a. Adanya surat permohonan untuk menjadi peserta didik di sekolah tujuan dari
orang tua / wali bermaterai Rp. 10.000, dengan melampirkan : (a) Surat keterangan
pindah dari sekolah asal, (b) Rapor (Asli dan Fotocopy) lengkap dari sekolah;

b. Bagi peserta didik yang berasal dari sekolah asing harus mendapatkan/membawa
rekomendasi dari Kementerian Pendidikan Nasional.

Mekanisme mutasi masuk: SMK Celebes menerima dan melakukan seleksi berkas
usulan mutasi peserta didik sesuai dengan persyaratan dan memvalidasi NISN peserta
didik.

10. Kecakapan Hidup

Pendidikan kecakapan hidup merupakan kecakapan-kecakapan yang secara praktis dapat


membekali peserta didik dalam mengatasi berbagai macam persoalan hidup dan
kehidupan.

Kecakapan itu menyangkut aspek pengetahuan, sikap yang didalamnya termasuk fisik dan
mental, serta kecakapan kejuruan yang berkaitan dengan pengembangan akhlak peserta
didik sehingga mampu menghadapi tuntutan dan tantangan hidup dalam kehidupan.

Pendidikan kecakapan hidup dapat dilakukan melalui kegiatan intra/ekstrakurikuler


untuk mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan karakteristik, emosional, dan
spiritual dalam prospek pengembangan diri, yang materinya menyatu pada sejumlah mata
pelajaran yang ada.

Penentuan isi dan bahan pelajaran kecakapan hidup dikaitkan dengan keadaan dan
kebutuhan lingkungan agar peserta didik mengenal dan memiliki bekal dalam menjalankan
kehidupan dikemudian hari. Isi dan bahan pelajaran tersebut menyatu dalam mata pelajaran
yang terintegrasi sehingga secara struktur tidak berdiri sendiri.

37
Apalagi SMK Celebes merupakan sekolah kejuruan, maka penekanan pendidikan
kecakapan hidup sudah terintegrasi di dalam mata pelajaran kejuruan. Namun pada mata
pelajaran lain pun sangat memungkinkan untuk dilaksanakan.

Kecakapan hidup dapat dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu:

1. Kecakapan hidup generik (generic life skill/GLS)


2. Kecakapan hidup spesifik (specific life skill/SLS).

Kecakapan hidup spesifik adalah kecakapan untuk menghadapi pekerjaan atau keadaan
tertentu. Kecakapan ini terdiri dari kecakapan akademik (academic skill) atau kecakapan
intelektual, dan kecakapan vokasional (vocational skill). Kecakapan akademik terkait
dengan bidang pekerjaan yang lebih memerlukan pemikiran atau kerja intelektual.
Kecakapan vokasional terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih memerlukan
keterampilan motorik. Kecakapan vokasional terbagi atas kecakapan vokasional dasar
(basic vocational skill) dan kecakapan vokasional khusus (occupational skill).

Menurut konsep di atas, kecakapan hidup adalah kemampuan dan keberanian untuk
menghadapi problema kehidupan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari dan
menemukan solusi untuk mengatasinya.

Pendidikan berorientasi kecakapan hidup bagi peserta didik adalah sebagai bekal dalam
menghadapi dan memecahkan problema hidup dan kehidupan, baik sebagai pribadi yang
mandiri, warga masyarakat, maupun sebagai warga negara. Apabila hal ini dapat dicapai,
maka ketergantungan terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan, yang berakibat pada
meningkatnya angka pengangguran, dapat diturunkan, yang berarti produktivitas nasional
akan meningkat secara bertahap.

Pendidikan kecakapan hidup dikembangkan dengan memperhatikan beberapa hal berikut:

1. Pembentukan kepribadian peserta didik secara utuh baik keimanan, ketaqwaan, dan
akhlak mulia.

2. Mengakomodasi semua mata pelajaran untuk dapat menunjang peningkatan iman


dan takwa serta akhlak mulia, serta meningkatkan toleransi dan kerukunan antar
umat beragama dengan mempertimbangkan norma-norma agama yang berlaku.

3. Memungkinkan pengembangan keragaman potensi, minat dan bakat, kecerdasan


intelektual, emosional, spiritual, dan kinestetik peserta didik secara optimal
sesuai dengan tingkat perkembangannya.

4. Sesuai tuntutan dunia kerja dan kebutuhan kehidupanuntuk membekali peserta didik
dalam memasuki dunia kerja/usaha serta relevan dengankebutuhan kehidupan sesuai
dengan tingkat perkembangan peserta didik.

5. Kecakapan-kecakapan yang perlu dikembangkan mencakup: kecakapan personal,


sosial, akademis, dan vokasional.

6. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

38
7. Mempertimbangkan lima kelompok mata pelajaran berikut:
a) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
b) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
c) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
d) Kelompok mata pelajaran estetika
e) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan

39
BAB V
PROGRAM MUATAN LOKAL, KEUNGGULAN SEKOLAH, LAYANAN
BIMBINGAN KONSELING, ESKTRAKURIKULER, LITERASI, DAN
KECAKAPAN ABAD 21 (4C)

A. Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan bahan kajian atau mata pelajaran pada satuan pendidikan
yang berisi muatan dan proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal.
Muatan lokal sebagai kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang
disesuaikan dengan cirri khas potensi daerah, termasuk keunggulan daerah yang
materinya tidak menjadi bagian dari mata pelajaran yang ada.

Muatan lokal merupakan bahan kajian atau mata pelajaran pada satuan pendidikan
yang berisi muatan dan proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal yang
dimaksudkan untuk membentuk pemahaman peserta didik terhadap keunggulan dan
kearifan di daerah tempat tinggalnya.
Muatan lokal diajarkan untuk membekali peserta didik dengan sikap, pengetahuan,
dan keterampilan yang diperlukan untuk :
a. Mengenal dan mencintai lingkungan alam, sosial budaya, dan spiritual
didaerahnya;

b. Melestarikan dan mengembangkan keunggulan dan kearifan daerah yang


bergunabagi diri dan lingkungannya dalam rangka menunjang pembangunan
nasional.
Muatan lokal dikembangkan atas prinsip-prinsip:
1. Kesesuaian dengan perkembangan peserta didik
2. Keutuhan kompetensi
3. Fleksibilitasjenis, bentuk, dan pengaturan waktu penyelenggaraan dan
4. Kebermanfaatan untuk kepentingan nasional dan menghadapi tantangan global.

Langkah-langkah pengembangan muatan lokal adalah sebagai berikut:


1. Analisis konteks lingkungan alam, sosial, dan/atau budaya
2. Identifikasi muatan lokal
3. Perumusan kompetensi dasar untuk setiap jenis muatan lokal
4. Penentuan tingkat satuan pendidikan yang sesuai untuk setiap kompetensi dasar
5. Pengintegrasian kompetensi dasar ke dalam muatan pembelajaran yang relevan
6. Penetapan muatan lokal sebagai bagian dari muatan pembelajaran atau menjadi
mata pelajaran yang berdiri sendiri
7. Penyusunan silabus dan
8. Penyusunan buku teks pelajaran

Mata pelajaran muatan lokal dapat diintegrasikan pada mata pelajaran kejuruan di mana
pada Kompetensi Keahlian Teknik & Bisnis Sepeda Motor, mengembangkan muatan lokal
Eletronika dan Energi Terbarukan.

40
Untuk merencanakan mata pelajaran muatan lokan bukti fisik yang harus
didokumentasikan adalah:
1. Kompetensi Dasar
2. Silabus dan
3. Modul

- Muatan lokal dpt diselenggarakan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan


sumber daya pendidikan yang tersedia.

- Muatan lokal ditetapkan berdiri sendirisebagai mata pelajaran , satuan pendidikan dapat
menambah beban belajar paling banyak 2 (dua) jam per minggu.

- Kebutuhan sumber daya pendidikan sebagai implikasi penambahan beban belajar


muatan lokal, ditanggung oleh pemerintah daerah yang menetapkan.

Pelaksanaan muatan lokal pada satuan pendidikan perlu didukung dengan:


a. kebijakan Pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota,
dan satuan pendidikan sesuai kewenangannya dan
b. ketersediaan sumber daya pendidikan yang dibutuhkan

Pengembangan mulok dimulai dari tim pengembang kurikulum pada Satuan Pendidikan,
dilaporkan pada tim pengembang kurikukum kabupaten/kota, selanjutnya dirumuskan oleh
tim pengembang kurikulum Propinsi dengan langkah sebagai berikut:
1. Pengembang muatan lokal di satuan pendidikan adalah tim pengembang
kurikulum satuan pendidikan yang melibatkan unsur komite sekolah/madrasah, dan
nara sumber, serta pihak lain yang terkait.
2. Tim Pengembang muatan lokal provinsi adalah: Tim Pengembang Kurikulum
provinsi, Pengembang Kurikulum kabupaten/kota, pengembang Kurikulum di
satuan pendidikan, dan dapat melibatkan nara sumber serta pihak lain yang terkait.
3. Pengembangan muatan lokal dikoordinasikan dan disupervisi oleh dinas pendidikan
atau kantorkementerian agama provinsi dan kabupaten/kota sesuai dengan
kewenangannya.
Integrasi muatan lokal (Mulok) pada kurikulum 2013 berasal dari hasil analisis potensi
daerah dan hasil analisis kebutuhan daerah serta kebutuhan kompeyensikahlian yang
dijalankan. Berdasarkani Permendikbud Nomor 79 tahun 2014, yang dimaksud dengan
potensi daerah adalah kemampuan yg mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan atau
kekuatan yang terdapat di daerah tertentu yang pada dasarnya berkaitan dengan lingkungan
alam, lingkungan sosialekonomi, dan lingkungan sosial budaya.

41
Sedangkan kebutuhan daerah adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh masyarakat di
suatu daerah, khususnya untuk kelangsunganhidup dan peningkatan taraf kehidupan
masyarakat tersebut, yang disesuaikan dengan arah perkembangan daerah serta potensi
daerah yang bersangkutan. Kebutuhan daerah tersebut adalah seperti kebutuhan untuk:
a. Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah;
b. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan di bidang tertentu sesuai dengan
keadaan perekonomian daerah;
c. Meningkatkan penguasaan Bahasa Inggris untuk keperluan peserta didik dan
untuk mendukung pengembangan potensi daerah, seperti potensi pariwisata; dan
d. Meningkatkan kemampuan berwirausaha.

Format 1:
Analisis Potensi Daerah
Jawaban
Pertanyaan (Isi sesuai potensi di
daerah)
1. Potensi apa yang berkembang secara global, Sebutkan sesuai kondisi riil!
yang bisa dimanfaatkan pada
daerah/lingkungan satuan pendidikan terkait
bidang:
a. Teknologi
b. Energi terbarukan
2. Manakah dari produk atau kompetensi yang
tertuang pada jawaban pertanyaan no 1, yang
dapat dikembangkan di lingkup SMK.

3. Produk dan kompetensi mana dari pertanyaan


No 2 yang dapat dilakukan di satuan pendidikan
mengingat SDM dan fasilitas yang dimiliki
satuan pendidikan.
4. Apakah ada kompetensi lain yang merupakan
kebutuhan daerah yang diperlukan guna
mendukung arah pengembangan daerah?

42
B. Keunggulan sekolah
Perkembangan dunia pendidikan tidak terlepas dari perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi, maka banyak negara maju dan sekolah maju menerapkan
pendidikan berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Hal ini yang menjadikan
SMK Celebes berupaya untuk memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi sebagai
sumber pembelajaran di sekolah dengan cara fasilitas TIK (khususnya layanan internet)
yang tersedia dimanfaatkan sepenuhnya sebagai sumber belajar bagi peserta didik.

C. Layanan bimbingan konseling (BK)


Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli
kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, atau orang
dewasa. Bantuan tersebut berupaarahan, nasihat, saran, serta kritik membangun agar orang
yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan
memanfaatkan potensi individu dan sarana yang ada. Bimbingan diadakan dalam rangka
membantu setiap individu untuk lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendiri
untuk menyesuaikan dan mengembangkan potensi diri berdasarkan norma-norma yang
berlaku, sehingga pengembangan diri berlangsung secara optimal dan tidak terjadi
pelanggaran terhadap norma-norma yang berlaku.

Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua
orang yaitu konselor dan konseli. Melalui hubungan itu dengan konselor dengan
kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya menyediakan situasi belajar dansituasi
pengembangan potensi diri secara optimal pada konseli. Dalam hal ini konseli dibantu
untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa
depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi
kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana
memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.
Konseling merupakan suatu hubungan profesional antara seorang konselor yang terlatih
dengan konseli. Hubungan ini biasanya bersifat individual atau seorang-seorang, meskipun
kadang-kadang melibatkan lebih dari dua orang dan dirancang untuk membantu konseli
memahami dan memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya, sehingga dapat
membuat pilihan yang bermakna bagi dirinya.

Dengan demikian, maka bimbingan dan konseling yaitu suatu bantuan yang
diberikan oleh konselor kepada konseli agar konseli mampu menyelesaikan masalah yang
dihadapinya dan juga mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal.

Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua konseli atau semua peserta
didik. Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua konseli atau konseli,
baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria maupun wanita; baik anak-
anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan dalam bimbingan
lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif); dan lebih
diutamakan teknik kelompok dari pada perseorangan (individual).

Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi. Setiap konseli bersifat unik
(berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan konseli dibantu untuk
memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang
menjadi fokus sasaran bantuan adalah konseli, meskipun pelayanan bimbingannya
menggunakan teknik kelompok.

43
Bimbingan menekankan hal yang positif. Dalam kenyataan masih ada konseli yang
memiliki persepsi yang negatif terhadap bimbingan, karena bimbingan dipandang sebagai
satu cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan
sebenarnya merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena
bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri
sendiri, memberikan dorongan, dan peluang untuk berkembang.

Bimbingan dan konseling merupakan upaya bersama. Bimbingan bukan hanya tugas
atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala sekolah sesuai
dengan tugas dan peran masing-masing. Mereka bekerja sebagai teamwork yang bekerja
secara sistematis dan sinergis.

Bimbingan diarahkan untuk membantu konseli agar dapat melakukan pilihan dan
mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan informasi dan
nasihat kepada konseli, yang itu semua sangat penting baginya dalam mengambil
keputusan. Kehidupan konseli diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi
konseli untuk mempertimbangkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan
melalui pengambilan keputusan yang tepat. Kemampuan untuk membuat pilihan secara
tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan
utama bimbingan adalah mengembangkan kemampuan konseli untuk memecahkan
masalahnya dan mengambil keputusan.

Pemberian pelayanan bimbingan tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di


lingkungan keluarga, dunia usaha/industri (DUDI), lembaga-lembaga pemerintah/swasta,
dan masyarakat pada umumnya. Bidang pelayanan bimbingan pun bersifat multi aspek,
yaitu meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan, dan pekerjaan (karir).

Tujuan bimbingan dan konseling bagi peserta didik yang terkait dengan aspek
pribadi-sosial adalah agar konseling:

1. Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan


ketaqwaan kepada tuhan yang maha esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga,
pergaulan dengan teman sebaya, teman sekolah, teman di tempat kerja, maupun
masyarakat pada umumnya.

2. Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain dengan saling menghormati dan
memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.

3. Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang
menyenangkan (anugerah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), dan mampu
meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.
4. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang
terkait dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun psikis.

5. Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.

6. Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat

44
7. Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak
melecehkan martabat atau harga dirinya. Memiliki rasa tanggung jawab, yang
diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya.

8. Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam


bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahim dengan sesama
manusia.

9. Memiliki kemampuan mdalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal


(dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.

10. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.

Tujuan bimbingan dan konseling bagi peserta didik yang terkait dengan aspek akademik
(belajar) adalah :

1. Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai
hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.

2. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku,
disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif
mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan.

3. Memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat (long life education).

4. Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca
buku, mengggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi
ujian.

5. Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti


membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri dalam
memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi tentang berbagai
hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas.

6. Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.

Bagi peserta didik SMK Celebes yang tujuan utamanya adalah bekerja setelah lulus, maka
tujuan bimbingan dan konseling bagi peserta didik yang terkait dengan aspek karir adalah :

1. Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait dengan
pekerjaan setelah lulus nanti.
2. Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang
kematangan kompetensi karir.

3. Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang
pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai
dengan norma agama.

45
4. Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan
persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita
karirnya masa depan.

5. Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri
pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis
pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.

6. Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara


rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan
kondisi kehidupan sosial ekonomi.

7. Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Misal: apabila
seorang konseli bercita-cita menjadi seorang petani maju, maka dia senantiasa harus
mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir petani maju
tersebut.

8. Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam


suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki.

Fungsi Bimbingan Koseling bagi peserta didik adalah:

1. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar
memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan,
pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu
mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan secara dinamis dan konstruktif.

2. Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa
mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk
mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor
memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan
atau kegiatan yang membahayakan dirinya.

3. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih
proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor
dan personal di SMK Celebes lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi
atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara
sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-
tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah
pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain
storming),home visit, dan sebagainya.

4. Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif.
Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah
mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.
Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.

46
5. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli
memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan
penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri
kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama
dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.

6. Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala


Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program
pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan
konseli. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai konseli,
pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan konseli secara
tepat, baik dalam memilih dan menyusun mata pelajarandi SMK N 2 Binjai, memilih
metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan
kemampuan dan kecepatan konseli.

7. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli
agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan
konstruktif. Penyesuaian diri ini penting bagi peserta didik karena ketika mereka
magang industri, praktik kerja lapangan, dan memasuki dunia kerja akan melakukan
penyesuaian diri. Jika mereka berhasil menyesuaikan diri, maka mudah diterima di
lingkungannya dan mereka akan betah dalam lingkungan itu.
8. Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli
sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak
(berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap
konseli supaya memiliki pola berfikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang
tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang
produktif dan normatif.

9. Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai


pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh
aspek dalam diri konseling.

10. Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli
supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta
dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi
yang akan menyebabkan penurunan produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini
diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif dan fakultatif (pilihan)
sesuai dengan minat konseli.

Sedangkan manfaat Bimbingan Konseling adalah:

1. Bimbingan konseling akan membuat diri peserta didik merasa lebih baik, merasa lebih
bahagia, tenang dan nyaman karena bimbingan konseling tersebut membantu kita
untuk menerima setiap sisi yang ada di dalam diri kita.
2. Bimbingan konseling juga membantu menurunkan bahkan menghilangkan tingkat
tingkat stress dan depresi yang dialami peserta didik karena dibantu untuk mencari
sumber stress tersebut serta dibantu pula mencari cara penyelesaian terbaik dari
permasalahan yang belum terselesaikan itu.

47
3. Bimbingan konseling membantu peserta didik untuk dapat memahami dan menerima
diri sendiri dan orang lain sehingga akan meningkatkan hubungan yang efektif dengan
orang lain serta dapat berdamai dengan diri sendiri.

4. Perkembangan personal peserta didik akan meningkat secara positif.

Keterlaksanaan dan keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling sangat ditentukan


oleh diwujudkannya asas-asas berikut :

1. Asas Kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasia-
kannya segenap data dan keterangan tentang konseli yang menjadi sasaran pelayanan,
yaitu data atau keterangan yang tidak boleh diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini
guru pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan
keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin.

2. Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya
kesukaan dan kerelaan konseli mengikuti/menjalani pelayanan/kegiatan yang
diperlukan baginya.

3. Asas keterbukaan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
konseli yang Asas keterbukaan menjadi sasaran pelayanan/kegiatan bersifat terbuka
dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri
maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi
pengembangan dirinya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban
mengembangkan keterbukaan konseli. Keterbukaan ini amat terkait pada
terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri konseli yang
menjadi sasaran pelayanan/kegiatan. Agar konseli dapat terbuka, guru pembimbing
terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.

4. Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar konseli
yang menjadi sasaran pelayanan berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan
pelayanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru pembimbing perlu mendorong
konseli untuk aktif dalam setiap pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang
diperuntukan baginya.

5. Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan
umum bimbingan dan konseling, yakni: konseli sebagai sasaran pelayanan bimbingan
dan konseling diharapkan menjadi konseli-konseli yang mandiri dengan ciri-ciri
mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil
keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing hendaknya
mampu mengarahkan segenap pelayanan bimbingan dan konseling yang
diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian konseling.

6. Asas Kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar objek
sasaran pelayanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan konseli dalam
kondisinya sekarang. Pelayanan yang berkenaan dengan “masa depan atau kondisi
masa lampau pun” dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa
yang diperbuat sekarang.

48
7. Asas Kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi
pelayanan terhadap sasaran pelayanan konseli yang sama kehendaknya selalu bergerak
maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan
kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.

8. Asas Keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
berbagai pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh
guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk
ini kerja sama antara guru pembimbing dan pihak-pihak yang berperan dalam
penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan.

9. Asas Kenormatifan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
segenap pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak
boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama,
hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku.
Bukanlah pelayanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat
dipertanggungjawabkan apabila isi dan pelaksanaannya tidak berdasarkan nilai dan
norma yang dimaksudkan itu. Lebih jauh, pelayanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling justru harus dapat meningkatkan kemampuan konseli memahami,
menghayati, dan mengamalkan nilai dan norma tersebut.

10. Asas Keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan
dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah
profesional. Dalam hal ini, para pelaksana pelayanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbingan dan
konseling. Keprofesionalan guru pembimbing harus terwujud baik dalam
penyelenggaraan jenis-jenis pelayanan dan kegiatan dan konseling maupun dalam
penegakan kode etik bimbingan dan konseling.

11. Asas Alih Tangan Kasus, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling
secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan konseli (konseli) mengalihtangankan
permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing dapat menerima alih
tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain ; dan demikian pula guru
pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada guru mata pelajaran/praktik dan
lain-lain.

12. Asas Tutwuri Handayani, yaitu walaupun berbeda – beda konseli yang dihadapi
namun tujuan nya tetap satu yaitu terentaskannya masalah konseli oleh konseli dengan
dampingan dari konselor.

13.Asas Kebersamaan, yaitu dalam konseling harus dilakukan bersama – sama antara
konselee dengan konselor, hal ini untuk manjaga keharmonisan, saling percaya, dan
kebersamaan yang kuat, konselee tidak bisa hanya diberi pengarahan, kadang kala
konseli membutuhkan pendamping untuk menyelesaikan masalahnya. namun, bukan
berarti konselor yang menyelesaikan masalah konseling.
D. Ekstrakurikuler
Melalui belajar manusia mengaktualisasikan dirinya dengan lingkungannya sedemikian
rupa sehingga kualitas hidup dan kehidupannya menjadi makin baik.Pendidikan pada
hakekatnya bukan hanya menjadi tanggung jawab sekolah, tetapi juga menjadi tanggung

49
jawab keluarga dan masyarakat. Mengenai pendidikan di sekolah, maka proses
pendidikannya tertuang dalam satuan pendidikan yang lebih dikenal dengan sebutan
kurikulum.
Selanjutnya, kegiatan pendidikan yang didasarkan pada penjatahan waktu bagi masing-
masing mata pelajaran sebagaimana tercantum dalam kurikulum sekolah lebih kita kenal
dengan sebutan kurikuler.
Sedangkan kegiatan yang di selenggarakan di luar jam pelajaran tatap muka, dilaksanakan
di sekolah atau diluar sekolah agar lebih memperkaya dan memperluas wawaan
pengetahuan dan kemampuan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran dalam
kurikulum. disebut Kegiatan Ekstrakurikuler.
Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan oleh para peserta didik sekolah atau
universitas, di luar jam belajar kurikulum standar. Kegiatan-kegiatan ini ada pada setiap
jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai universitas termasuk di SMK N 2 Binjai.
Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar peserta didik dapat mengembangkan kepribadian,
bakat, dan kemampuannya di berbagai bidang di luar bidang akademik.
Secara khusus kegiatan ektrakurikuler bertujuan untuk :
a) Menyediakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik untuk
mengembangkan potensi, bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga
mereka mampu mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya sesuai dengan
kebutuhan pribadinya maupun kebutuhan masyarakat.
b) Memandu (artinya mengidentifikasi dan membina) dan memupuk (artinya
mengembangkan dan meningkatkan) potensi-potensi peserta didik secara utuh.
c) Pengembangan aspek afektif (nilai moral dan sosial) dan psikomotor
(ketrampilan) untuk menyeimbangkan aspek kognitif peserta didik.
d) Membantu peserta didik dalam pengembangan minatnya, juga membantu peserta
didik agar mempunyai semangat baru untuk lebih giat belajar serta menanamkan
rasa tanggungjawabnya sebagai seorang manusia yang mandiri (karena dilakukan
diluar jam pelajaran).
Fungsi dari ekstrakurikuler adalah:
1. Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan
kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat
mereka.
2. Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan kemampuan
dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik
3. Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan suasana
rileks, mengembirakan dan menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses
perkembangan.
4. Persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan
kesiapan karir peserta didik.
Menurut Permendikbud Nomor 62 Tahun 2014, bahwa bentuk-bentuk dari kegiatan
ekstrakurikuler yaitu:
a) Krida, misalnya: Kepramukaan, Latihan Kepemimpinan Siswa (LKS), Palang
Merah Remaja (PMR), Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Paskibra.

50
b) Karya ilmiah, misalnya: Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan penguasaan
keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian, dan lainnya.
c) Latihan olah-bakat latihan olah-minat, misalnya: pengembangan bakat olahraga,
seni dan budaya, pecinta alam, jurnalistik, teater, teknologi informasi dan
komunikasi, rekayasa, dan lainnya.
d) Keagamaan, misalnya: pesantren kilat, ceramah keagamaan, dan Baca Tulis Al-
quran (BTQ).
Menurut Permendikbud Nomor 62 Tahun 2014, bahwa lingkup kegiatan ekstrakurikuler
terdiri dari:
a) Individual, yakni Kegiatan Ekstrakurikuler yang diikuti oleh peserta didik
secara perorangan.
b) Berkelompok, yakni Kegiatan Ekstrakurikuler yang diikuti oleh peserta didik
secara:
1) Berkelompok dalam satu kelas (klasikal).
2) Berkelompok dalam kelas paralel.
3) Berkelompok antarkelas.
Dengan berpedoman kepada tujuan dan maksud kegiatan disekolah dapat ditetapkan
prinsip-prinsip program ekstrakurikuler. Prinsip-prinsip kegiatan ekstrakurikuler adalah:
1.        Semua murid, guru dan personel administrasi hendaknya ikut serta dalam
meningkatkan program.
2.        Kerjasama dalam tim adalah fundamental.
3.        Pembatasan-pembatasan untuk partisipasi hendaknya dihindarkan.
4.        Prosesnya adalah lebih penting daripada hasil.
5.        Program hendaknya cukup komprehensif dan seimbang dapat memenuhi kebutuhan
dan minat semua siswa.
6.        Program hendaknya memperhitungkan kebutuhan khusus sekolah.
7.        Program harus dinilai berdasarkan sumbangannya kepada nilai-nilai pendidikan di
sekolah dan efisiensi pelaksanaannya.
8.        Kegiatan ini hendaknya menyediakan sumber-sumber motivasi yang kaya
pengajaran kelas, sebaliknya pengajaran kelas hendaknya juga menyediakan
sumber motivasi yang kaya bagi kegiatan murid.
Berpijak pada Selanjutnya berdasarkan Permendikbud Nomor 62 Tahun 2014,
menyebutkan bahwa ada dua jenis kegiatan ekstrakurikuler, yaitu:
e) Kegiatan ekstrakurikuler wajib
Merupakan Kegiatan Ekstrakurikuler yang wajib diselenggarakan oleh satuan
pendidikan wajib diikuti oleh seluruh peserta didik. Ekstrakurikuler wajib di SMK
Celebes adalah PRAMUKA.
f) Kegiatan ekstrakurikuler pilihan
Merupakan Kegiatan Ekstrakurikuler yang yang dikembangkan dan
diselenggarakan oleh satuan pendidikan sesuai bakat dan minat peserta didik

51
Ekstrakurikuler pilihan di SMK N 2 Binjai adalah kegiatan ekstrakurikuler seni dan
olah raga
Pengembangan kegiatan ekstrakurikuler pilihan, dapat dilakukan melalui tahapan-tahapan,
yaitu:
a. Analisis sumber daya yang diperlukan dalam penyelenggaraan kegiatan
ekstrakurikuler.
b. Identifikasi kebutuhan, potensi, dan minat peserta didik.
c. Menetapkan bentuk kegiatan yang diselenggarakan.
d. Mengupayakan sumber daya sesuai pilihan peserta didik atau menyalurkannya ke
satuan pendidikan atau lembaga lainnya.
e. Menyusun Program Kegiatan Ekstrakurikuler.
Semua satuan pendidikan  wajib menyusun program kegiatan ekstrakurikuler yang
merupakan bagian dari Rencana Kerja Sekolah. Program kegiatan ekstrakurikuler pada
satuan pendidikan  dikembangkan dengan mempertimbangkan penggunaan sumber daya
bersama yang tersedia pada gugus/ klaster sekolah. Penggunaannya difasilitasi oleh
pemerintah Provinsi atau pemerintah Kabupaten/ Kota sesuai dengan kewenangan masing-
masing. Program Kegiatan Ekstrakurikuler disosialisasikan kepada peserta didik dan
orangtua/ wali pada setiap awal tahun pelajaran.
Penjadwalan kegiatan ekstrakurikuler pilihan dirancang di awal tahun pelajaran oleh
pembina di bawah bimbingan kepala sekolah/ madrasah atau wakil kepala sekolah/
madrasah. Jadwal Kegiatan Ekstrakurikuler diatur agar tidak menghambat pelaksanaan
kegiatan intra dan kokurikuler.
Kinerja peserta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler perlu mendapat penilaian dan
dideskripsikan dalam raport. Kriteria keberhasilannya meliputi proses dan pencapaian
kompetensi peserta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler yang dipilihnya. Penilaian
dilakukan secara kualitatif.
Peserta didik wajib memperoleh nilai minimal “baik” pada pendidikan Kepramukaan
pada setiap semesternya. Nilai yang diperoleh padapendidikan Kepramukaan berpengaruh
terhadap kenaikan kelas peserta didik. Bagi peserta didik yang belum mencapai nilai
minimal perlu mendapat bimbingan terus menerus untuk mencapainya.

E. Penguatan pendidikan karakter


Transformasi pendidikan nasional Indonesia harus menempatkan karakter sebagai
ruh atau dimensi terdalam pendidikan nasional berdampingan dengan intelektualitas yang
tercermin dalam kompetensi yang dapat diwujudkan. Dengan karakter yang kuat-tangguh
beserta kompetensi yang tinggi, yang dihasilkan oleh pendidikan yang baik, pelbagai
kebutuhan, tantangan, dan tuntutan baru dapat dipenuhi atau diatasi.
Oleh karena itu, selain pengembangan intelektualitas, pengembangan karakter
peserta didik sangatlah penting menempatan potensi-potensi intelektual dan karakter
peserta didik sebagai tujuan. Pendidikan abad XXI bersandar pada lima tiang pembelajaran
sejagat (five pillar of learning), yaitu learning to know, learning to do, learning to live
together, dan learning to transform for oneself and society.
Lima nilai utama karakter yang saling berkaitan membentuk jejaring nilai yang perlu
dikembangkan sebagai prioritas Gerakan PPK. Kelima nilai utama karakter bangsa yang
dimaksud adalah sebagai berikut:

52
1) Religius Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang
Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan
kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan
damai dengan pemeluk agama lain. Nilai karakter religius ini meliputi tiga dimensi
relasi sekaligus, yaitu hubungan individu dengan Tuhan, individu dengan sesama,
dan individu dengan alam semesta (lingkungan).
2) Nasionalis; Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat
yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap
bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Sub nilai
nasionalis antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya
bangsa, rela berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan,
taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku,dan agama.
3) Mandiri, Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada
orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan
harapan, mimpi dan cita-cita. Subnilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras),
tangguh tahan banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi
pembelajar sepanjang hayat.
4) Gotong Royong; Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai
semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama,
menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/pertolongan pada orang-
orang yang membutuhkan. Sub nilai gotong royong antara lain menghargai, kerja
sama, inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong
menolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap
kerelawanan.
5) Integritas Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang
didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya
dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada
nilai.
Penumbuhan karakter di sekolah menerapakan sembilan prinsip berikut;
1) Nilai-nilai Moral Universal, penumbuhan karakter berfokus pada penguatan nilai-
nilai moral universal dapat didukung oleh segenap individu dari berbagai macam
latar belakang agama, keyakinan, kepercayaan, sosial, dan budaya.
2) Holistik Gerakan PPK, penumbuhan dilaksanakansecara holistik, dalam arti
pengembangan fisik (olah raga), intelektual (olah pikir), estetika (olah rasa), etika
dan spiritual (olah hati) dilakukan secara utuh-menyeluruh dan serentak, baik melalui
proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler, berbasis pada
pengembangan budaya sekolah maupun melalui kolaborasi dengan komunitas-
komunitas di luar lingkungan pendidikan.
3) Terintegrasi;pelaksanaan di SMK Celebes dikembangkan dan dilaksanakan dengan
memadukan, menghubungkan, dan mengutuhkan berbagai elemen pendidikan, bukan
program tambahan dalam proses pelaksanaan pendidikan.
4) Partisipasi; penumbuhan karakter dilakukan dengan mengikutsertakan dan
melibatkan publik seluas-luasnya sebagai pemangku kepentingan pendidikan sebagai
gerakan. Kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, komite sekolah, dan pihak-

53
pihak lain yang terkait menyepakati prioritas nilai-nilai utama karakter dan kekhasan
sekolah yang diperjuangakan, menyepakati bentuk dan strategi pelaksanaan Gerakan.
5) Kearifan Lokal, gerakan bertumpu dan responsif pada kearifan lokal nusantara yang
beragam dan majemuk agar pergerakan menjadi kontekstual dan membumi.
6) Kecakapan Abad 21; gerakan penumbuhan karakter merupakan usaha
mengembangkan kecakapan-kecakapan yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk
hidup pada abad 21, antara lain kecakapan berpikir kritis (critical thinking),
berpikir kreatif (creative thinking), kecakapan berkomunikasi (communication skill),
termasuk penguasaan bahasa internasional, dan kerja sama dalam pembelajaran
(collaborative learning).
7) Adil dan Inklusif; penumbuhan dikembangkan dan dilaksanakan berdasarkan prinsip
keadilan, non-diskriminasi, non-sektarian, menghargai kebinekaan dan perbedaan
(inklusif), dan menjunjung harkat dan martabat manusia.
8) Selaras dengan Perkembangan Peserta Didik; Gerakan dikembangkan dan
dilaksanakan selaras dengan perkembangan peserta didik baik perkembangan
biologis, psikologis, maupun sosial, agar tingkat kecocokan dan keberterimaannya
tinggi dan maksimal.
9) Terukur; gerakan dikembangkan dan dilaksanakan agar dapat dimati dan
diketahui proses dan hasilnya secara objektif. Dalam hubungan ini komunitas
sekolah mendeskripsikan nilai-nilai utama karakter yang menjadi prioritas
pengembangan di sekolah dalam sebuah sikap dan perilaku yang dapat diamati dan
diukur secara objektif; mengembangkan programprogram penguatan nilai-nilai
karakter bangsa yang mungkin dilaksanakan dan dicapai oleh sekolah; dan
mengerahkan sumber daya yang dapat disediakan oleh sekolah dan pemangku
kepentingan pendidikan.
Pembangunan pendidikan tidak hanya untuk mengembangkan aspek intektual saja
melainkan juga watak, moral, sosial dan fisik peserta didik, atau dengan kata lain
menciptakan manusia Indonesia seutuhnya. Upaya ini dilakukan dalam rangka
meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia dan mutu pendidikan. Untuk
melaksanakan hal ini, maka semua jenjang lembaga pendidikan formal (sekolah)
mempunyai tugas untuk melaksanakan hal ini termasuk SMK Celebes.
Pengembangan aspek watak merupakan salah satu bentuk pembangunan pendidikan.
Terjadinya degradasi moral pada remaja telah menjadi tantangan bagi dunia pendidikan.
Kasus kenakalan remaja banyak yang muncul akhir-akhir ini memberikan gambaran betapa
buruknya perilaku remaja Indonesia saat ini. Pendidikan karakter merupakan kunci yang
sangat penting di dalam membentuk kepribadian anak. Selain di rumah, pendidikan
karakter juga perlu diterapkan di sekolah dan lingkungan sosial. Pada hakekatnya,
pendidikan memiliki tujuan untuk membantu manusia menjadi cerdas dan tumbuh menjadi
insan yang baik. Dalam rangka mempersiapkan Generasi Emas 2045, pemerintah
menguatkan karakter generasi muda agar memiliki keunggulan dalam persaingan global
abad 21. Selain lima nilai utama karakter, melalui Penguatan Pendidikan Karakter (PPK),
pemerintah mendorong peningkatan literasi dasar, kompetensi berpikir kritis, kreatif,
komunikatif, dan kolaborasi generasi muda.
SMKN Celebes merupakan lembaga pendidikan yang menghasilkan lulusan generasi muda
siap kerja, memiliki kewajiban menghasilkan lulusan yang siap kerja. Lulusan SMK
dituntut tidak hanya memiliki hard skill, akan tetapi juga soft skill. Hard skill dapat
dibentuk pada diri peserta didik melalui masing-masing bidang keahlian pada SMK

54
Celebes. Soft skill merupakan keterampilan kepribadian yang terbentuk karena penanaman
nilai kebajikan melalui pendidikan karakter. Pendidikan karakter adalah pembentukan diri
manusia secara utuh yang dilakukan oleh pendidik terhadap peserta didiknya, yang mana
pembentukan diri tersebut sudah menjadi tabiat atau kebiasaan yang tertanam pada diri
seseorang.
Beberapa hal berikut ini merupakan Enam Pilar Pendidikan Berkarakter, yaitu:
1. Trustworthiness (Kepercayaan)
Kepercayaan secara umum merupakan pengakuan akan benarnya terhadap sesuatu
perkara. Kepercayaan adalah keyakinan orang lain terhadap seseorang. Bahkan
mengisyaratkan bahwa orang tersebut akan percaya orang lain tanpa bukti atau
pertanyaan. Oleh karena ituagar kepercayaan bisa terbentuk, maka perilaku-perilaku
bijak harus menjadi kebiasaan dan terbentuklah watak, diantaranya: jujur, jangan
menipu, menjiplak atau mencuri, menjadi orang yang handal dalam melakukan apa
yang dikatakan dan akan melakukannya. Berani melakukan hal yang benar,
membangun reputasi yang baik, patuh terhadap norma-norma yang berlaku di
sekolah dan di masyarakat.
2. Recpect (Respek)
Bersikap toleran terhadap perbedaan, menggunakan sopan santun, menggunakan
bahasa yang baik, mempertimbangkan perasaan orang lain. Tidak mengancam,
memukul atau menyakiti orang lain. Bersikap damai dengan kemarahan, hinaan dan
perselisihan.
3. Responsibility (Tanggungjawab)
Selalu melakukan yang terbaik, menggunakan kontrol diri dan disiplin. Berpikir
sebelum bertindak, mempertimbangkan konsekuensi, bertanggung jawab atas pilihan
yang telah diambil.
4. Fairness (Keadilan)
Bermain sesuai aturan, mengambil seperlunya dan berbagi, berpikiran terbuka,
mendengarkan orang lain. Tidak mengambil keuntungan dari orang lain dengan cara
yang tidak baik dan tidak menyalahkan orang lain sembarangan.
5. Caring (Peduli)
Bersikap penuh kasih sayang dan menunjukkan kepedulian, mengungkapkan rasa
syukur, maafkan orang lain, dan membantu orang yang membutuhkan.
6. Citizenship (Kewarganegaraan)
Menjadikan sekolah dan masyarakat menjadi lebih baik, bekerja sama, melibatkan
diri dalam urusan masyarakat, menjadi tetangga yang baik, mentaati hukum dan
aturan, menghormati otoritas, dan melindungi lingkungan hidup.
Isi pendidikan karakter adalah nilai-nilai dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang diberikan oleh pendidik dalam proses pembelajaran dalam rangka
membentuk karakter peserta didik. Delapan belas nilai-nilai dalam pendidikan karakter
menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan adalah:

55
1. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk
agama lain.
2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu
dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap,
dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada peraturan yang ada.
5. Kerja Keras
Tindakan yang menunjukkan perilaku semangat bekerja dengan etos kerja tinggi.
6. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu
yang telah dimiliki.
7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya
dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan
meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa
dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa
dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
12. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/Komunikatif
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.

56
14. Cinta Damai
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya agar berguna bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati perbedaan dan keberhasilan orang lain.
15. Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan
kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan
alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang
seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial
dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Pendidikan karakter tidak dapat berdiri sendiri, melainkan pendidikan yang
terintegrasi secara total oleh seluruh komponen sekolah.
1) Pendidik (Guru)
Pemberian materi pendidikan karakter yang berupa norma-norma dan kearifan
lokal tidak dapat diajarkan secara paksa, melainkan melalui bimbingan secara persuasif
dan terintegrasi. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kejenuhan pada peserta didik yang
menjadi penyebab tidak dapat tersampaikannya materi moral yang diberikan. Guru
hendaknya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memahami, merasakan,
menimbang situasi serta tanggung jawab pada dirinya.Pemberian kesempatan semacam
ini, akan memberikan kesan yang lebih mengena pada diri peserta didik. Dengan
demikian, penyampaian nilai moral dan kearifan lokan akan lebih bermanfaat dan dapat
diwujudkan secara nyata.
Guru di SMK terbagi menjadi tiga golongan, yaitu guru mata pelajaran kelompok A
(Muatan Nasional), guru mata pelajaran kelompok B (Muatan Kewilayahan) dan guru
mata pelajaran kelompok C (Muatan Kejuruan). Dikarenakan sifat muatan materi yang
berbeda, maka diperlukan metode yang berbeda pula dalam penyampaian materi
pendidikan karakter tersebut.
a) Guru Mata Pelajaran Kelompok A
Mata pelajaran kelompok A merupakan mata pelajaran muatan nasional yang
bersifat menanamkan dan mengambangkan nilai-nilai secara konstruktif yang berlaku
secara nasional. Pengembangan metode pembelajaran yang dapat dilakukan oleh
pendidik adalah:
(1) Memberikan keteladanan kepada siwa dengan pribadi yang baik.
(2) Mengingatkan peserta kepada agar ingat bahwa mereka adalah makhluk Tuhan
YME (kembali kepada fitrah). Hal ini dilakukan untuk membangun pengertian

57
yang mendalam bahwa manusia hidup di dunia ini dengan aturanTuhan, tidak boleh
hidup dengan seenaknya.
(3) Membangun motivasi yang kuat pada diri peserta didik.
b) Guru Mata Pelajaran Kelompok B
Mata pelajaran kelompok B merupakan mata pelajaran muatan kewilayahan
yang memerlukan pendekatan integral dalam memadukan antara kemampuan kognitif
dan kemapuan afektif pada peserta didik. Pengembangan metode pembelajaran yang
dapat dilakukan oleh pendidik adalah:
- Memberikan teladan untuk memberikan kesan keyakinan peserta didik.
- Mengklarifikasi nilai karakter/kepribadian yang harus dimiliki kepada peserta
didik.
c) Guru Mata Pelajaran Kelompok C
Mata pelajaran kelompok C merupakan mata pelajaran muatan kejuruan yang
hanya dipelajari oleh peserta didik di SMK sesuai kompetensi keahliannya. Peserta
didik akan memiliki keingintahuan yang tinggi terhadap materi kompetensi keahlian
yang dimiliki. Oleh karena itu, kesabaran dari sang pendidik dalam memberikan materi
kepribadian/karakter yang menyatu dalam mata pelajaran kejuruan.
Mata pelajaran kejuruan, terdiri dari mata pelajaran teori dan praktik. Oleh
karena itu, pendidik harus dapat memilah dalam memberikan metode penyampaian
kepribadian pada peserta didik. Adapun metode yang dapat dilakukan oleh guru adalah:
1) Memberikan teladan yang baik pada peserta didik
2) Memberikan kepada para peserta didik untuk berlatih dan bekerja secara tim
selama melaksanakan praktik.
3) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menarik kesimpulan atas
pelajaran yang telah diberikan.
d) Peserta Didik (Peserta didik)
Mentaati peraturan yang ada. Peraturan tersebut adalah peraturan tata tertib peserta
didik di sekolah, tata tertib peserta didik di kelas, tata tertib peserta didik di luar
sekolah, serta tata tertib lain yang dibuat oleh sekolah.
e) Sekolah
1) Memberlakukan norma-norma di sekolah,
2) Memberikan kearifan lokal kepada peserta didik lewat kegiatan intra dan
ekstrakulikuler,
Pendidikan karakter ini merupakan sesuatu yang sangat penting dalam pendidikan
dalam rangka mewujudkan bangsa yang berbudaya melalui penguatan nilai-nilai religius,
jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai,
gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab.Atas dasar
pertimbangan tersebutPresiden telah menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor:
87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter. Dalam Perpres ini disebutkan,
Penguatan Pendidikan Karakter yang selanjutnya disingkat PPK adalah gerakan
pendidikan di bawah tanggung jawab SMK Celebes untuk memperkuat karakter peserta
didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan kerja sama

58
antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional
Revolusi Mental (GNRM).
Pendidikan karakter memiliki tujuan:
a. Membangun dan membekali Peserta Didik sebagai generasi emas Indonesia Tahun
2045 dengan jiwa Pancasila dan pendidikan karakter yang baik guna menghadapi
dinamika perubahan di masa depan;
b. Mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan pendidikan karakter
sebagai jiwa utama dalam penyelenggaraan pendidikan bagi Peserta Didik dengan
pelibatan publik yang dilakukan melalui pendidikan jalur formal, nonformal, dan
informal dengan memperhatikan keberagaman budaya Indonesia;
c. Merevitalisasi dan memperkuat potensi dan kompetensi pendidik, tenaga
kependidikan, peserta Didik, masyarakat, dan lingkungan keluarga dalam
mengimplementasikan PPK.
Kunci kesuksesan pendidikan karakter terletak pada peran pendidik atau guru.
Sebagaimana ajaran Ki Hajar Dewantara, “ing ngarso sung tuladho, ing madyo mbangun
karso, tut wuri handayani”, maka seorang pendidik idealnya memiliki kedekatan dengan
anak didiknya.

F. Literasi
Pengertian literasi adalah kemampuan seseorang dalam mengolah dan
memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis. Literasi
memerlukan serangkaian kemampuan kognitif, pengetahuan bahasa tulis dan lisan,
pengetahuan tentang genre dan kultural.Istilah literasi atau dalam bahasa Inggris literacy
berasal dari bahasa Latin literatus, yang berarti "a learned person" atau orang yang
belajar. Dalam bahasa Latin juga dikenal dengan istilah littera (huruf) yang artinya
melibatkan penguasaan sistem-sistem tulisan dan konvensi-konvensi yang
menyertainya.
Serbuan teknologi informasi yang semakin gencar, dalam dunia pendidikan
menggunakan istilah multiliterasi. Literasi dianggap merupakan inti kemampuan dan
modal utama bagi peserta didik maupun generasi muda dalam belajar dan menghadapi
tantangan-tantangan masa depan. Pembelajaran literasi yang bermutu adalah kunci dari
keberhasilan peserta didik di masa depan. Untuk itu dibutuhkan pembelajaran literasi
yang bermutu pada semua mata pelajaran oleh semua guru yang dianggap sebagai guru
literasi (teachers of literacy).
Dalam perkembangan waktu, pengertian literasi bukan hanya berkaitan dengan
keaksaraan atau bahasa, namun berkembang menjadi konsep yang berkaitan dengan
berbagai fungsi dan keterampilan hidup. Konsep Literasi dipahami sebagai seperangkat
kemampuan mengolah informasi, jauh di atas kemampuan menganalisa dan memahami
bahan bacaan.Literasi lebih dari sekadar membaca dan menulis, namun mencakup moral
(moral literacy) dan keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan
dalam bentuk cetak, visual, digital, dan auditori. Di abad 21 ini, kemampuan ini disebut
sebagai literasi informasi.
Pelaksanaan literasi harus merupakan suatu gerakan yang disebut Gerakan
Literasi Sekolah (GLS). GLS memiliki tiga tahapan yaitu, pembiasaan, pengembangan,
dan pembelajaran.

59
1. Pembiasaan
Penumbuhan minat baca melalui kegiatan 15 menit membaca (Permendikbud No. 23
Tahun 2015). Tujuan kegiatan literasi di tahap pembiasaan adalah:
a. Meningkatkan rasa cinta baca di luar jam pelajaran;
b. Meningkatkan kemampuan memahami bacaan;
c. Meningkatkan rasa percaya diri sebagai pembaca yang baik; dan
d. Menumbuhkembangkan penggunaan berbagai sumber bacaan.
e. Kegiatan membaca ini didukung oleh penumbuhan iklim literasi sekolah yang
baik. Dalam tahap pembiasaan, iklim literasi sekolah diarahkan pada pengadaan
dan pengembangan lingkungan fisik, seperti:buku-buku nonpelajaran (novel,
kumpulan cerpen, buku ilmiah populer, majalah, komik, dsb.);sudut baca kelas
untuk tempat koleksi bahan bacaan; danposter-poster tentang motivasi pentingnya
membaca.
Kegiatan pembiasaan litersai di SMK N 2 Binjai dilakukan dengan memberi
kebebasan pada siswa untuk membaca berbagai buku yang ada di sekolah atau siswa
diperbolehkan membawa buku sendiri yang mereka sukai..
2. Pengembangan.
Meningkatkan kemampuan literasi melalui kegiatan menanggapi buku pengayaan.Pada
prinsipnya, kegiatan literasi pada tahap pengembangan sama dengan kegiatan pada tahap
pembiasaan namun yang membedakan adalah bahwa kegiatan 15 menit membaca diikuti
oleh kegiatan tindak lanjut pada tahap pengembangan. Dalam tahap pengembangan,
peserta didik didorong untuk menunjukkan keterlibatan pikiran dan emosinya dengan
proses membaca melalui kegiatan produktif secara lisan maupun tulisan. Perlu dipahami
bahwa kegiatan produktif ini tidak dinilai secara akademik. Mengingat kegiatan tindak
lanjut memerlukan waktu tambahan di luar 15 menit membaca, sekolah didorong untuk
memasukkan waktu literasi dalam jadwal pelajaran sebagai kegiatan membaca mandiri
atau sebagai bagian dari kegiatan kokurikuler. Bentuk, frekuensi, dan durasi pelaksanaan
kegiatan tindak lanjut disesuaikan dengan kondisi masing-masing sekolah.Tujuan kegiatan
literasi di tahap pengembangan adalah sebagai tindak lanjut dari kegiatan di tahap
pembiasaan, kegiatan 15 menit membaca di tahap pengembangan diperkuat oleh berbagai
kegiatan tindak lanjut yang bertujuan untuk:
a. Mengasah kemampuan peserta didik dalam menanggapi buku pengayaan secara
lisan dan tulisan;
b. Membangun interaksi antarpeserta didik dan antara peserta didik dengan guru
tentang buku yang dibaca;
c. Mengasah peserta didik untuk berpikir kritis, analitis, kreatif, dan inovatif;
d. Mendorong peserta didik untuk selalu mencari keterkaitan antara buku yang
dibaca dengan diri sendiri dan lingkungan sekitarnya.
Prinsip-prinsip kegiatan Literasi di tahap pengembangan dalam melaksanakan
kegiatan tindak lanjut, beberapa prinsip yang perlu dipertimbangkan dipaparkan
sebagai berikut.
a. Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku selain buku teks pelajaran. Buku yang
dibaca/dibacakan adalah buku yang diminati oleh peserta didik. Peserta didik
diperkenankan untuk membaca buku yang dibawa dari rumah.

60
b. Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini dapat diikuti oleh tugas-tugas
presentasi singkat, menulis sederhana, presentasi sederhana, kriya, atau seni peran
untuk menanggapi bacaan, yang disesuaikan dengan jenjang dan kemampuan
peserta didik.
c. Tugas-tugas presentasi, menulis, kriya, atau seni peran dapat dinilai secara
nonakademik dengan fokus pada sikap peserta didik selama kegiatan. Tugas-tugas
yang sama nantinya dapat dikembangkan menjadi bagian dari penilaian akademik
bila kelas/sekolah sudah siap mengembangkan kegiatan literasi ke tahap
pembelajaran.
d. Kegiatan membaca/membacakan buku berlangsung dalam suasana yang
menyenangkan. Untuk memberikan motivasi kepada peserta didik, guru sebaiknya
memberikan masukan dan komentar sebagai bentuk apresiasi.
e. Terbentuknya Tim Literasi Sekolah (TLS) bertugas untuk merancang, mengelola,
dan mengevaluasi program literasi sekolah. Pembentukan TLS dapat dilakukan
oleh kepala sekolah. Adapun TLS beranggotakan pendidik, tenaga kependidikan,
dan pustakawan sekolah.
Kegiatan pengembangan literasi di SMK N 2 BINJAI dilakukan khususnya pada
bulan bahasa dengan mengadakan acara bedah buku.
3. Pembelajaran. Meningkatkan kemampuan literasi di semua mata pelajaran dengan
menggunakan buku pengayaan dan strategi membaca di semua mata pelajaran.
Kegiatan berliterasi pada tahap pembelajaran bertujuan:
a. Mengembangkan kemampuan memahami teks dan mengaitkannya dengan
pengalaman pribadi sehingga terbentuk pribadi pembelajar sepanjang hayat;
b. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis; dan
c. Mengelola kemampuan komunikasi secara kreatif (verbal, tulisan, visual, digital)
melalui kegiatan menanggapi teks buku bacaan dan buku pelajaran.
d. Melaksanakan berbagai strategi untuk memahami teks dalam semua mata
pelajaran (misalnya, dengan menggunakan graphic organizers).
e. Menggunakan lingkungan fisik, sosial afektif, dan akademik disertai beragam
bacaan (cetak, visual, auditori, digital) yang kaya literasi di luar buku teks
pelajaran untuk memperkaya pengetahuan dalam mata pelajaran.
Prinsip-prinsip Kegiatan Literasi di tahap pembelajaran ini dilakukan untuk
mendukung pelaksanaan Kurikulum 2013 yang mensyaratkan peserta didik membaca buku
nonteks pelajaran. Pembacaan buku nonteks pelajaran sebagai upaya untuk memperluas
wawasan berfikir peserta didik agar semakin banyak pengetahuan yang diserap. Beberapa
prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam tahap pembelajaran ini, antara lain:buku yang
dibaca berupa buku tentang pengetahuan umum, kegemaran, minat khusus, atau teks
multimodal, dan juga dapat dikaitkan dengan mata pelajaran tertentu; danada tagihan yang
sifatnya akademis (terkait dengan mata pelajaran). Pada tingkatan yang lebih tinggi,
peserta didik membuat karya tulis ilmiah sesuai dengan kompetensi keahliannya yang
menggunakan berbagai referensi yang harus dibaca. Semakin banyak referensi yang dibaca
akan semakin memperluas khazanah berfikir peserta didik dalam mengembangkan konsep
dan idenya. Pembuatan karya tulis ini bisa dalam bentuk penugasaan dari masing-masing
guru mata pelajaran atau berupa lomba karya tulis oleh sekolah atau mengikuti lomba
karya tulis di luar sekolah.

61
Kegiatan literasi pembelajaran di SMKn 2 Binjai dilakukan dengan memberi
tugas pad siswa untuk membuat makalah, laporan, atau karya ilmiah

G. Kecakapan abad 21 (4C)


Pembelajaran abad 21 menjadi fokus nasional dalam memajukan pendidikan di Indonesia.
Abad 21 dikenal sebagai masa pengetahuan (knowledge age), pada era ini pemenuhan
kebutuhan manusia berbasis pengetahuan. Abad ini ditandai dengan (1) banyaknya
informasi yang tersedia dimana saja dan dapat diakses kapan saja; (2) komputasi yang
semakin cepat; (3) otomasi yang mulai menggantikan pekerjaan-pekerjaan rutin; (4)
komunikasi yang dapat dilakukan dimana saja, kapan saja dan kemana saja (Litbang
Kemendikbud, 2013).
Pada abad ini pendidikan menjadi fokus utama dalam upaya menjamin kualitas siswa yang
memiliki kecakapan dan keterampilan dalam belajar, berinovasi, menggunakan teknologi,
memilih media informasi, berpikir secara tepat dan menentukan sumber informasi yang
sesuai. Hal tersebut perlu didukung dengan gaya pembelajaran yang sesuai dengan
perubahan paradigma dan kebutuhan pada abad 21 ini. Kemendikbud merumuskan bahwa
paradigma pembelajaran abad 21 menekankan pada kemampuan siswa dalam kecakapan
abad 21 yang harus dikuasai oleh siswa adalah 4 C yaitu:

1. Comunication (Komunikasi)
Pada keterampilan ini peserta didik dituntut mampu secara efektif menganalisa
dan memproses sumber informasi termasuk mengidentifikasi keakuratan sumber
informasi dan memanfaatkan sumber informasi secara efektif. Pemanfaatan media
komunikasi modern membuat pembelajaran lebih efektif; keterampilan komunikasi
membuat pengajaran lebih kuat. Keterampilan komunikasi lisan dan tertulis memberi
kontribusi pengembangan karier di abad 21.

2. Collaborative (Kolaborasi)
Adalah kemampuan berkolaborasi atau bekerja sama, saling bersinergi, beradaptasi
dalam berbagai peran dan tanggung jawab; bekerja secara produktif dengan yang lain;
menempatkan empati pada tempatnya; menghormati perspektif berbeda. Kolaborasi
juga memiliki arti mampu menjalankan tanggung jawab pribadi dan fleksibitas secara
pribadi, pada tempat kerja, dan hubungan masyarakat; menetapkan dan mencapai
standar dan tujuan yang tinggi untuk diri sendiri dan orang lain; memaklumi
kerancuan.
3. Critical Thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan pemecahanan masalah)
Murdoch University (2008) mengutip pendapat Ennis, berpikir kritis adalah suatu
proses, yang berfokus pada mengambil keputusan yang layak tentang apa yang
dipercaya dan dilakukan. Berpikir kritis menurut AMSC (Mahanal, 2009)
digambarkan sebagai ketertiban mengarahkan pikiran diri sendiri yang menunjukkan
keterampilan-keterampilan intelektual dan kemampuan metakognisi.

4. Creativity And Innovation (Kreatifitas dan Inovasi)


Kreativitas juga didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam menciptakan
penggabungan baru. Kreativitas akan sangat tergantung kepada pemikiran kreatif
seseorang, yakni proses akal budi seseorang dalam menciptakan gagasan baru.

62
Kreativitas yang bisa menghasilkan penemuan-penemuan baru (dan biasanya bernilai
secara ekonomis) sering disebut sebagai inovasi.

Keterampilan abad 21 atau diistilahkan dengan 4C (Communication, Collaboration,


Critical Thinking and Problem Solving, dan Creativity and Innovation). Inilah yang
sesungguhnya ingin kita tuju dengan K-13, bukan sekadar transfer materi. Tetapi
pembentukan 4C. Sebenarnya kata ini tidak terlalu baru untuk kita. Di berbagai
kesempatan, kita sudah sering mendengar beberapa pakar menjelaskan pentingnya
penguasaan 4C sebagai sarana meraih kesuksesan, khususnya di Abad 21, abad di
mana dunia berkembang dengan sangat cepat dan dinamis. Penguasaan keterampilan
abad 21 sangat penting, 4 C adalah jenis softskill yang pada implementasi keseharian,
jauh lebih bermanfaat ketimbang sekadar pengusaan hardskill.

Mencari tahu informasi dari berbagai sumber, merumuskan permasalahan, berpikir analitis
dan kerjasama serta kolaborasi dalam menyelesaikan masalah.

Penerapannya dapat dimulai dari penyesuaian antara tujuan pembelajaran pada kompetensi
dasar, langkah-langkah pembelajaran, hingga proses penilaian. Dengan kata lain
memberikan warna baru karakter pengajaran dan pembelajaran terintegrasi. Arti kata
‘mengintegrasi’ dalam KBBI berarti adalah pembauran hingga menjadi kesatuan yang
bulat dan utuh.
Sebagai contoh ide pebelajaran yang terintegrasi dalam pelajaran Bahasa Inggris dapat
menggunakan gawai dan aplikasi didalamnya. Semisal penggunaan aplikasi android atau
windows kamus gratis laring ‘Kamusku’ dan ‘Webster dictionary’ untuk membantu
pencarian dan pengayaan kosa kata; aktivitas membaca memakai aplikasi ‘Wattpad’ atau
‘Flipboard’ sebagai upaya gerakan literasi; materi bercerita atau storytelling menggunakan
aplikasi ‘cartoon story maker’, ‘photo story’dan ‘picsay’; serta menggunakan ‘screencast-
o-matic’ untuk materi membaca teks berita.
Melaksanakan pengajaran dan pembelajaran terintegrasi yang utuh berarti
mengkombinasikan pendekatan ilmiah 5M (mengamati, menanyakan, mengasosiasikan,
mencoba dan mengkomunikasikan) dengan karakter pembelajaran 4C dalam langkah-
langkah pembelajaran. Karakter pembelajaran 4C adalah apa yang dibutuhkan untuk hidup
bermasyarakat pada masa yang akan datang. Sementara itu pendekatan ilmiah 5M adalah
upaya ilmiah agar siswa mampu menjadi bagian dari masyarakat akademis.

Kemajuan pendidikan harus mengikuti perkembangan dan perubahan zaman. Ilmu


pengetahuan dan Teknologi Informasi perlu disikapi sebagai kebutuhan saat ini.
Pembelajaran abad 21 bertujuan mempersiapkan siswa untuk menghadapi masa depan.

63
64
BAB VI
KALENDER PENDIDIKAN

Kurikulum satuan pendidikan pada setiap jenis dan jenjangdiselenggarakan dengan


mengikuti kalender pendidikan. Kalenderpendidikan adalah pengaturan waktu untuk
kegiatan pembelajaranpeserta didik selama satu tahun ajaran yang mencakup
permulaantahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif,dan hari
libur.

1. Permulaan Waktu Pelajaran

2. Permulaan waktu pelajaran di setiap satuan pendidikan dimulaipada setiap awal


tahun pelajaran.

3. Pengaturan Waktu Belajar Efektif


a.Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatanpembelajaran di luar
waktu libur untuk setiap tahun pelajaranpada setiap satuan pendidikan.
b.Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaransetiap minggu yang
meliputi jumlah jam pembelajaran untukseluruh mata pelajaran termasuk muatan
loka(kurikulumtingkat daerah), ditambah jumlah jam untuk kegiatan lain yang
dianggap penting oleh satuan pendidikan.

4. Pengaturan Waktu Libur

5. Penetapan waktu libur dilakukan dengan mengacu pada ketentuanyang berlaku


tentang hari libur, baik nasional maupun daerah.Waktu libur dapat berbentuk jeda
tengah semester, jeda antarsemester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur
keagamaan, hari libur umum termasuk hari-hari besar nasional, dan hari
liburkhusus.

65
Alokasi waktu minggu efektif belajar, waktu libur, dan kegiatan lainnya tertera pada
Tabel berikut ini.
Tabel : Alokasi Waktu pada Kalender Pendidikan
NO KEGIATA ALOKASI KETERANGAN
1. Minggu
NNNefektif Minimum
WAKTU34 Digunakan untuk kegiatan pembelajaran
Belajar minggu efektif pada setiap satuan pendidikan
dan maksimum 38
2. Jeda tengah Maksimum 2 Satu minggu setiap semester
Semester Minggu
3. Jeda antar Maksimum 2 Antara semester I dan II
Semester Minggu

4. Libur akhir Maksimum 3 Digunakan untuk penyiapan kegiatan dan


tahun pelajaran Minggu administrasi akhir dan awal tahun
pelajaran
5. Hari libur 2 – 4 minggu Daerah khusus yang memerlukan libur
keagamaan keagamaan lebih panjang dapat
mengaturnya sendiri tanpa mengurangi
jumlah minggu efektif belajar dan waktu
pembelajaran efektif
6. Hari libur Maksimum 2 Disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah
umum/nasional Minggu
7. Hari libur Maksimum 1 Untuk satuan pendidikan sesuai dengan ciri
Khusus Minggu kekhususan masing-masing
8. Kegiatan Maksimum 3 Digunakan untuk kegiatan yang
khusus Minggu diprogramkan secara khusus oleh
Sekolah sekolah/madrasah tanpa mengurangi jumlah
minggu efektif belajar dan waktu
pembelajaran efektif

66
KALENDER PENDIDIKAN SMK CELEBES T.P 2020/2021
JULI 2020 H.E. TGL /KEGIATAN
B
MG SN SL RB KM JM SB 15 1 - 5 : Daftar Ulang Siswa Baru
- 1 2 3 4 5 6 - T.P 2019/2020
7 8 9 10 11 12 13 - 15 : Hari Pertama Masuk
14 15 16 17 18 19 20 6 Sekolah
21 22 23 24 25 26 27 6 T.P 2019/2020
31 - - - 3 15-17 : Masa Pengenalan
Lingkungan Sekolah
AGUSTUS 2020 H.E. TGL / KEGIATAN
B
MG SN SL RB KM JM SB 11 : Hari Raya Idul Adha
- - - 1 2 3 17 : HUT Kemerdekaan RI
4 5 6 7 8 9 10 12 : Kegiatan I’dul Qurban 1440 H
11 12 13 14 15 16 17 15-16 : Kegiatan menyambut HUT RI
18 19 20 21 22 23 24 ke 74
25 26 27 28 29 30 31
SEPTEMBER 20 H.E. TGL /KEGIATAN
B
MG SN SL RB KM JM SB 1 : Tahun Baru Hijriyah 1441
1 2 3 4 5 6 7 H
8 9 10 11 12 13 14 23-28 : Ujian Mid Semester Ganjil
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28
29 30 - - - - -

OKTOBER 2019 H.E. TGL / KEGIATAN


B
MG SN SL RB KM JM SB
- - 1 2 3 4 5
6 7 8 9 10 11 12
13 14 15 16 17 18 19
20 21 22 23 24 25 26
27 28 29 30 31 - -
NOPEMBER 2019 H.E. TGL / KEGIATAN
B
MG SN SL RB KM JM SB 9 : Maulid Nabi Muhammad SAW
- - - - - 1 2
3 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15 16
17 18 19 20 21 22 23
24 25 26 27 28 29 30

DESEMBER 2019 H.E. TGL / KEGIATAN


B
MG SN SL RB KM JM SB 25 : Hari Raya Natal

67
1 2 3 4 5 6 7 2–7 : Ujian Ssmester Ganjil
8 9 10 11 12 13 14 9 – 14 : Remedial
15 16 17 18 19 20 21 21 : Pembbagian raport
22 23 24 25 26 27 28 semester ganjil
29 30 31 - - - -
JANUARI 2020 H.E.B TGL / KEGIATAN
MG SN SL RB KM JM SB 1 : Tahun Baru
- - - 1 2 3 4
5 6 7 8 9 10 11
12 13 14 15 16 17 18
19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 31 -
PEBRUARI 2020 H.E.B TGL / KEGIATAN
MG SN SL RB KM JM SB
- - - - - - 1
2 3 4 5 6 7 8
9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22
23 24 25 26 27 28 29

MARET 2020 H.E.B TGL / KEGIATAN


MG SN SL RB KM JM SB 16 – 24 : USBN
22 : Isra’ Mkraj
1 2 3 4 5 6 7 25 : Nyepi
8 9 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28
29 30 31 - - - -

APRIL 2020 H.E.B TGL / KEGIATAN


MG SN SL RB KM JM SB 6-8 : UN
10 : wafat isa almasih
- - - 1 2 3 4
5 6 7 8 9 10 11
12 13 14 15 16 17 18
19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 - -

MEI 2020 H.E.B TGL / KEGIATAN


MG SN SL RB KM JM SB 1 : hari buruh
7 : waisak
- - - - - 1 2 21 : kenaikan isa almasih
3 4 5 6 7 8 9 22 - 1 : libur hari raya Idul Fittri
10 11 12 13 14 15 16
17 18 19 20 21 22 23
24/31 25 26 27 28 29 30

JUNI 2020 H.E.B TGL / KEGIATAN


MG SN SL RB KM JM SB 1 : lahir Pancasila
3 -11 : Penilaian Akhir Semester
- 1 2 3 4 5 6

68
7 8 9 10 11 12 13
14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27 15 : Pembagian Rapor
28 29 30 - - - -

JULI 2020 H.E.B TGL / KEGIATAN


MG SN SL RB KM JM SB 1–4 : Libur Semester Genap
6 – 11 : PPDB Online
- - - 1 2 3 4 13 : Tahun Ajaran Baru
5 6 7 8 9 10 11
12 13 14 15 16 17 18
19 20 21 22 23 24 25
25 27 28 29 30 31 -

JUMLAH HARI EFEKTIF BELAJAR


SEMESTER GANJIL :
Hari : 136 hari
SEMESTER GENAP :
Hari : 126 hari
JUMLAH HARI EFEKTIF SATU TAHUN PELAJARAN :
Hari : 262 hari

BAB VII
PENUTUP

Pedoman ini disusun dengan harapan pihak terkait dapat menjadikan pedoman ini
dalam kegiatan penyusunan dan pengembangan dokumen 1,2,3 KTSP Kurikulum 2013 di
sekolah di lingkungan Kementerian Provinsi Sumatera Utara. Hal-hal yang belum diatur
dalam pedoman ini akan diatur kemudian sesuai dengan perkembangan peraturan dan
tuntutan kebutuhan. Semoga dokumen KTSP pada sekolah yang tersusun dapat lebih baik
dan berkualitas sesuai dengan tuntutan regulasi dan kebutuhan.

69
Dokumen ini disusun berdasarkan kebutuhun Sekolah dengan merujuk kepada
Visi, Misi dan Tujuan Sekolah dengan harapan bahwa tujuan dan visi Sekolah tersebut
dapat terwujud dalam kurun waktu yang ditentukan.

Pengembangan kurikulum merupakan kegiatan sistematis dan terencana yang


terdiri atas kegiatan pengembangan ide kurikulum, dokumen kurikulum, implementasi
kurikulum, dan evaluasi kurikulum. Keempat dimensi pengembangan kurikulum ini saling
terkait dan merupakan satu kesatuan keseluruhan proses pengembangan. Sebagai bagian
dari pengembangan kurikulum, evaluasi kurikulum merupakan kegiatan yang dilakukan
sejak awal pengembangan idekurikulum, pengembangan dokumen, implementasi, dan
sampai kepada saat di mana hasil kurikulum sudah memiliki dampak di masyarakat.
Evaluasi dalam proses pengembangan ide dan dokumen kurikulum dilakukan untuk
mendapatkan masukan mengenai kesesuaian ide dan desain kurikulum untuk
mengembangkan kualitas yang dirumuskan dalam Standar Kompetensi lulusan (SKL).
Evaluasi terhadap implementasi dilakukan untuk memberikan masukan terhadap proses
pelaksanaan kurikulum agar sesuai dengan apa yang telah dirancang dalam dokumen.
Evaluasi terhadap hasil memberikan keputusan mengenai dampak kurikulum terhadap
individu warga negara, masyarakat, dan bangsa.

Dalam implementasinya, dokumen kurikulum ini sangat membutuhkan dukungan


berbagai pihak yang terlibat, baik masyarakat sekolah ataupun stakeholder terkait. Oleh
karena itu diharapkan semua pihak yang terlibat di dalam implementasinya dapat bekerja
sama sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya serta pembagian tugas yang telah
ditentukan di SMK N 2 Binjai.

70

Anda mungkin juga menyukai