Anda di halaman 1dari 20

REFRAT

Trachoma
Diajukan untuk memenuhi sebagian tugas kepaniteraan klinik dan melengkapi salah satu
syarat menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
di Bagian Ilmu Kesehatan Mata Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya

Oleh:

Naila Mafazah (6120020031)

Pembimbing:
dr. Hani Faradis. Sp.M

DEPARTEMEN/SMF ILMU KESEHATAN MATA


RSI JEMURSARI SURABAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat,
rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Refrat dengan baik dan tepat
waktu. Tugas ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Mata Fakultas
Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya. Di samping itu, melalui kesempatan ini, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar -besarnya kepada dr. Hani Faradis. Sp.M. Sp.M selaku
pembimbing dalam penyusunan tugas ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-
rekan anggota Kepaniteraan SMF Ilmu Kesehatan Mata serta berbagai pihak yang telah memberi
dukungan dan bantuan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari
sempurna dan tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat berharap adanya masukan,
kritik maupun saran yang membangun. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya, semoga tugas ini dapat memberikan tambahan informasi bagi kita semua.

Surabaya, 8 Januari 2022

Penulis

LEMBAR PENGESAHAN
REFRAT
Tracoma
Oleh :

2
Naila Mafazah

Refrat Kelainan Refraksi Pada Anak ini telah diperiksa, disetujui, dan diterima sebagai salah
satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepanitraan klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Mata RSI
Jemursari Surabaya, Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.

Surabaya, 8 Januari 2022


Mengesahkan,
Dokter Pembimbing

dr. Hani Faradis. Sp.M

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

3
Trakoma adalah suatu penyakit tertua yang terkenal di dunia sejak dahulu.
Penyakit ini dikenal sebagai penyebab trikiasis sejak abad ke 27SM dan mengenai
semua ras. Dengan 400 juta penduduk dunia yang terkena, penyakit ini menjadi salah
satu penyakit kronik yang paling banyak dijumpai. Prevalensi dan berat penyakit
yang beragam per regional dapat dijelaskan dengan dasar variasi hygiene perorangan
dan sandart kehidupan masyarakat dunia, kondisi iklim tempat tinggal, usia saat
terkena, serta frekuensi dan jenis infeksi mata bacterial yang sudah ada. Trakoma
yang membutakan terdapat pada banyak daerah di afrika, beberapa daerah di asia,
diantaranya suku aborigin di Australia, dan di brazil utara. Masyarakat dengan
trakoma yang lebih ringan dan tidak dapat membutakan terdapat di daerah-daerah
yang sama, dan beberapa daerah amerika latin serta kepulauan pasifik.(1)
Cara penularan penyakit ini adalah melalui kontak langsung dengan sekret
penderita trakoma atau melalui alat- alat kebutuhan sehari-hari seperti handuk, alat-
alat kecantikan dan lain-lain. Periode inkubasi : 5-14 hari dengan rata2 sekitar 7 hari.
Penularan terjadi terutama antara anak-anak dan wanita yang merawatnya. Beberapa
sumber mengkarakteristikkan siklus penularan ini digambarkan bahwa trakoma
sebagai disease of day nursery.
Episode berulang dari reinfeksi dalam keluarga meneyebabkan kronik
folikular atau inflamasi konjungtiva berat (trakoma aktif), yang menimbulakan
scarring konjungtiva tarsal. Scarring pada konjungtiva tarsal atas, pada sebagian
individu, berlanjut menjadi entropion dan trichiasis ( cicatrical trachoma). Hasil
akhirnya menimbulkan antra lain abrasi kornea, ulkus kornea dan opasifikasi, dan
akhirnya kebutaan.
Pencegahan trakoma berkaitan dengan kebutaan membutuhkan banyak
intervensi. WHO menerapkan strategi surgery, antibiotics, facial cleanliness, dan
environmental improvement (SAFE) untuk mengontrol trakoma.(2,3)

4
1.2 TUJUAN PENULISAN
Penulisan Referat ini untuk mengetahui mekanisme terjadinya trakoma
serta pengobatannya. Semoga dengan penulisan referat ini memberikan wawasan
baru bagi pembaca. Selain itu referat ini dibuat demi memenuhi tugas Ilmu
Penyakit Mata.

5|Page
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFENISI
Trakoma adalah suatu bentuk keratokonjungtivitis kronis yang disebabkan
oleh infeksi bakteri Chlamydia trachomatis.(2)

2.2 ANATOMI
Trakoma termasuk penyakit mata. Oleh karena itu, kita harus mengetahui
terlebih dahulu tentang mata. Mata merupakan salah satu indra yang paling
berharga. Tiap kondisi yang mengancam penglihatan harus kita anggap sebagai
darurat. Mata terdiri dari :

· Suatu lapisan luar keras yang transparan di anterior ( kornea) dan opak di
posterior (sklera). Sambungan antara keduanya disebut limbus. Otot – otot
ekstraokular melekat pada sklera sementara saraf optik meninggalkan sklera di
posterior melalui lempeng kribiformis.
· Suatu lapisan kaya pembuluh darah (koroid) melapisi segmen posterior mata
dan memberi nutrisi pada permukaan dalam retina,
· Korpus silaris terletak di anterior, korpus silaris mengandung otot silaris polos
yang kontraksinya mengubah bentuk lensa dan memungkinskan focus mata
berubah-ubah. Epitel silaris mensekresi akueous humor dan mempertahankan
tekanan ocular. Korpus silaris merupakan tempat perlekatan iris.
· Lensa terletak di belakang iris dan disokong oleh serabut-serabut halus
(zonula) yang terbentang di antara lensa dan korpus silaris.
· Sudut yang terbentuk oleh iris dan kornea (sudut iridokornea) dilapisi oleh
suatu jaringan sel dan kolagen (jalinan trabekula). Pada sclera di luar jalinan ini,
kanal Schlemm mengalirkan akueous humor dari bilik anterior ke dalam system
vena, sehingga terjadi drainase akueous. Daerah ini dinamakan sudut drainase.
· Antara kornea di anterior dan lensa serta iris di posterior terdapat bilik mata
anterior. Diantara iris, lensa dan korpus siliar terdapat bilik mata posterior ( yang
berbeda dari korpus vitreous). Kedua bilik ini terisi oleh akueous humor. Diantara
lensa dan retina terletak korpus vitreous. Dianterior, konjungtiva akan berlanjut

6|Page
dari sclera ke bagian bawah kelopak mata atas dan bawah. Satu lapis jaringan ikat
(kapsul tenon) memisah konjungtiva dari sclera dan memanjang ke belakang
sebagai satu penutup di sekitar otot-otot rektus..(2,3)
Di antara bagian- bagian mata tersebut penyakit trakoma merupakan suatu
penyakit yang mengenai bagian mata yaitu konjungtiva. Pembagian
Konjungtivitis berdasarkan kausanya yaitu, konjungtivitis bakteri, virus, klamidia
dan konjungtivitis alergi. Ada pula pembagian jenis konjungtivitis berdasarkan
gambaran klinik yaitu, konjungtivitis kataral, purulen, mukoporulen, membran,
folikular (termasuk trakoma), vernal dan konjungtivitis flikten.

2.3 ETIOLOGI
Trakoma disebabkan oleh Chlamydia trachomatis serotipe A, B, Ba dan C.
Masing- masing serotipe ditemukan di tempat dan komunitas yang berbeda beda.
Chlamydia adalah gram negatif, yang berbiak intraseluler. Spesies C trachomatis
menyebabkan trakoma dan infeksi kelamin ( serotipe D-K) dan limfogranuloma
venerum ( serotipe L1-L3). Serotipe D-K biasanya menyebabkan konjungtivitis
folikular kronis yang secara klinis sulit dibedakan dengan trakoma, termasuk
konjungtivitis folikular dengan pannus, dan konjungtiva scar. Namun, serotipe
genital ini tidak memiliki siklus transmisi yang stabil dalam komunitas. Karena
itu, tidak terlibat dalam penyebab kebutaan karena trakoma.(2,3)

2.4 PATOFISIOLOGI
Infeksi menyebabkan inflamasi, yang predominan limfositik dan infiltrat
monosit dengan plasma sel dan makrofag dalam folikel. Gambaran tipe folikel
dengan pusat germinal dangan pulau- pulau proliferasi sel B yang dikelilingi
sebukan sel T. Infeksi konjungtiva yang rekuren menyebabkan inflamasi yang
lama yang menyebabkan konjungtival scarring. Scarring diasosiasikan dengan
atropi epitel konjungtiva, hilangnya sel goblet, dan pergantian jaringan normal,
longgar dan stroma vaskular subepitel dengan jaringan ikat kolagen tipe IV dan V.
(2,3)

7|Page
2.5 Perjalanan Penyakit dan Tanda Klinis

Secara klinis, trakoma dapat dibagi menjadi fase akut dan fase kronis , tetapi tanda
akut dan kronis dapat muncul dalam waktu yang bersamaan dalam satu individu.
Derajat keparahan dari infeksi mata oleh Chlamydia trachomatis dapat ringan
sampai dengan berat. Banyak infeksinya bersifat asimtomatis. Sesuai dengan masa
inkubasinya yaitu 5-10 hari, infeksi konjungtiva menyebabkan iritasi, mata merah,
dan discharge mukopurulen. Keterlibatan kornea pada proses inflamasi akut dapat
menimbulkan nyeri dan fotofobia. Secara umum, gejala lebih ringan dari tampilan
mata.
Tanda awal infeksi yang kurang spesifik adalah vasodilatasi dari pembuluh
darah konjungtiva. Perubahan spesifik terjadi beberapa minggu setelah infeksi,
yaitu dengan munculnya folikel-folikel pada konjungtiva fornics, konjungtiva
tarsal dan limbus. Folikel adalah adalah limfoid germinal dan ditemukan dibawah
lapisan epitel. Folikel terlihat sebagai massa abu-abu atau creamy dengan
diameter 0,2-3,0 mm. Tidaklah normal bila ditemukan satu atau dua folikel pada
mata yang sehat, tertama di canthi lateral atau medial. Karena lapisan superfisial
dari stroma konjungtiva memiliki sedikit jaringan limfoid sampai kurang lebih 3
bulan setelah lahir, neonatus tidak mampu menahan respon folijular terhadap
infeksi mata oleh Chlamydia. Papil juga dapat terlihat pada fase ini :pada kasus
ringan terlihat titik-titik merah kecil dengan mata telanjang. Dengan bantuan slit
lamp, papil terlihat sebagai pembengkakan kecil konjungtiva, dengan
vaskularisasi di tengahnya. Ketika inflamasi bertambah berat, reaksi papilar pada
konjungtiva tarsal diasosiasikan dengan penebalan konjungtiva, pertambahan
vaskularisasi pembuluh tarsal, dan kadang kadang edema palpebra. Bila kornea
terlibat pada proses inflamasi, keratitis punctata superficialis dapat dideteksi
dengan tes flouresensi. Infiltrat superficial atau pannus (infiltrasi subepitel dari
jaringan fibrovaskular ke perifer kornea) mengindikasikan inflamasi kornea.
Folikel, papil dan tanda kornea lain adalah tanda dari fase aktif, namun pannus
dapat bertahan setelah fase aktif.
Resolusi dari folikel ditandai dengan terjadinya scarring pada subepitel
konjungtiva. Deposisi dari skar biasanya di konjungtiva tarsal atas, walaupun
konjungtiva fornces, konjungtiva bulbi dan daerah atas kornea dapat terkena. Di
daerah endemis trakoma, sikatrik pada daerah tarsal karena episode infeksi
8|Page
berulang menjadi dapat terlihat secara makroskopis dengan mengeversi palpebra
atas, nampak seperti plester putih dengan latar konjungtiva yang eritematous. Di
limbus, pergantian folikel menjadi scar mengahasilkan formasi depresi translusen
pada corneoscleral junction yang disebut Herbert’s pits.
Bila scar pada konjungtiva tarsal cukup banyak berkumpul, menyebabkan
kelopak mata atas menekuk ke dalam dan menyebabkan bulu mata mengenai bola
mata, hal ini disebut trikiasis. Ketika semua bagian kelopak mengarah ke dalam
disebut entropion. Trikiasis sangat mengiritasi. Penderita kadang mencabut sendiri
bulu mata atau memplester kelopak mata agar mengahadap ke luar.
Selain nyeri, trikiasis juga mencederai kornea, sebagai efek abrasi kornea
dapat terjadi infeksi sekunder oleh jamur atau bakteri. Karena sikatrik bersifat
opak maka penglihatan dapat terganggu bila mengenai daerah sentral kornea.(2,3)

2. 6 Stadium Trakoma
Pembagian menurut McCallan
Stadium Nama Gejala
Stadium I Trakoma Insipien Folikel imatur, hipertrofi papilar minimal
Stadium II Trakoma Folikel matur pada dataran tarsal atas
Stadim IIA Dengan hipertrofi Keratitis, folikel limbus
papilar yang
menonjol
Stadium IIB Dengan hipertrofi Aktivitas kuat dengan folikel matur
folikular yang tertimbun di bawah hipertrofi papilar yang
menonjol hebat
Stadium III Trakoma sikatrik Parut pada konjungtiva tarsal atas,
permulaan trikiasis dan entropion
Stadium IV Trakoma sembuh Tak aktif, tak ada hipertrofi papillar atau
folikular, parut dalam bermacam derajat
deviasi
(Ilyas, S, 2007)

9|Page
Pembagaian menurut WHO Simplified Trachoma Grading Scheme
1. Trakoma Folikular (TF)

 Trakoma dengan adanya 5 atau lebih folikel dengan diameter 0,5 mm di


daerah sentral konjungtiva tarsal superior
 Bentuk ini umumnya ditemukan pada anak-anak, dengan prevalensi
puncak pada 3-5 tahun
2. Trakoma Inflamasi berat (TI)

 Ditandai konjungtiva tarsal superior yang menebal dan pertumbuhan


vaskular tarsal.
 Papil terlihat dengan pemeriksaan slit lamp.
3. Sikatrik Trakoma (TS)

 Ditandai dengan adanya sikatrik yang mudah terlihat pada konjungtiva


tarsal.
 Memiliki resiko trikiasis ke depannya, semakin banyak sikatrik semakin
besar resiko terjadinya trikiasis.

10 | P a g
e
11 | P a g
e
4. Trikiasis (TT)

 Ditandai dengan adanya bulu mata yang mengarah ke bola mata.


 Potensial untuk menyebabkan opasitas kornea
5. Opasitas Kornea (CO)

 Ditandai dengan kekeruhan kornea yang terlihat di atas pupil.


 Kekeruhan kornea menandakan prevalensi gangguan visus atau kebutaan
akibat trakoma (Salomon et al, 2010)

2.7 DIAGNOSA
A. Riwayat Penyakit
Trakoma aktif biasanya ditemukan pada anak anak, dan penduduk pada
daerah endemis, hanya menimbulkan sedikit keluhan. Penderita dengan trikiasis
bisa simtomatis. Beratnya keluhan bergantung pada banyaknya bulu mata yang
menyentuh bola mata, ada atau tidaknya abrasi kornea, dan ada tidaknya
blefarospasme.
B. Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan mata untuk tanda-tanda klinis dari trakoma meliputi
pemeriksaan yang teliti terhadap bulu mata, kornea dan limbus, kemudian eversi
palpebra atas, dan inspeksi konjungtiva tarsal. Binocular Loupes (x2,5) dan
pencahayaan yang cukup dibutuhkan, bila memungkinkan slit lamp dapat
digunakan.

12 | P a g
e
C. Pemeriksaan laboratorium
Mikroskopis, kultur sel, direct fluorescent antibody, enzyme
immunoassay, serology,PCR, direct hybridization probe test,Ligasse chain
reaction, Strand displacement assay, quantitative PCR.(2,3)
D. Diagnosis Banding

Trakoma Konjungtivitis folikularis Vernal catarrh


Gambaran (Dini) papula kecil Penonjolan merah muda Nodul lebar
Lesi atau bercak merah pucat tersusun teratur datar dalam
bertaburandengan seperti deretan beads susunan
bintik-bintik cobblestone
kuning pada pada
konjungtiva tarsal konjungtiva

(Lanjut) Granula tarsal atas dan

dan parut dan parut bawah,

terutama pada diselimuti

konjungtiva tarsal lapisan susu

atas
Ukuran Lesi Penonjolan besar, Penonjolan kecil, terutama Penonjolan
dan Lokasi lesi konjuntiva konjungtiva tarsal bawah besar, tarsus,
Lesi tarsal atas dan dan forniks bawah tarsus limbus dan
teristimewa lipatan tidak terlibat forniks dapat
retrotarsal kornea- terlibat
pannus, bawah
infiltrasi abu-abu
dan pembuluh
tarsus terlibat
Tipe sekresi Kotoran air Mukoid aatu purulen Bergetah,
berbusa atau frothy bertali, seperti
pada stadium susu
lanjut
Pulasan Kerokan epitel dari Kerokan tidak karakteristik Eosinofil
konjungtiva dan (Koch-Weeks, Morax karakteristik
kornea Axenfeld, dan konstan
13 | P a g
e
memperlihatkan mikrokokus,pneumokokus) pada sekresi
eksfoliasi,
proliferasi dan
inklusi selular
Penyulit atau Kornea; Panus, Ulkus kornea, Blefaritis Infiltrasi
sekuela kekeruhan Ektropion kornea
kornea,xerosis, Pseudoptosis
Kornea-
Konjungtiva:
Simblefaron,
Palpebra;
Entropion, trikiasis
(Ilyas, S, 2007)
E. Penegakkan Diagnosa
Diagnosa trakoma ditegakkan berdasarkan:
a. Gejala Klinik :
Bila terdapat 2 dari 4 gejala klinik yang khas, sebagai berikut :
1) Adanya prefolikel di konjungtiva tarsalis superior
2) Folikel di konjungtiva forniks superior dan limbus kornea 1/3 bagian atas
3) Panus aktif di 1/3 atas limbus kornea
4) Sikatrik berupa garis-garis atau bintang di konjungtiva palpebra/ forniks
superior, Herbert’s pit di limbus korne 1/3 bagian atas

b. Kerokan konjungtiva, yang dengan pewarnaan giemsa dapat ditemukan badan


inklusi Halbert staedter Prowazeki.
Diagnosa trakoma juga dapat ditegakkan bila terdapat satu gejala klinis yang khas
ditambah dengan kerokan konjungtiva yang menghasilkan badan inklusi.
c. Biakan kerokan konjungtiva dalam yolk sac, menghasilkan badan inklusi dan
badan elementer dengan pewarnaan giemsa
d. Tes serologis dengan:
1) Tes fiksasi komplemen, untuk menunjukkan adanya antibodi terhadap
trakoma,dengan menggunakan antigen yang murni. Melakukannya mudah,

10 | P a g e
tak memerlukan peralatan canggih, cukup mempergunkan antigen yang
stabil, mudah didapat di pasaran. Mempunyai nilai diagnostik yang tinggi.
2) Tes mikro-imunofluoresen, menentukan antibodi antichlamydial yang
spesifik, beserta sifat-sifatnya (IgM,IgA,IgG). Lebih sukar dan
memerlukan peralatan canggih.(5)

2.8 PENATALAKSANAAN
Kunci pentalaksanaan trakoma yang dikembangkan WHO adalah strategi
SAFE (Surgical care, Antibiotics, Facial cleanliness, Environmental
improvement).
1. Terapi antibiotik
WHO merekomendasikan dua antibiotik untuk trakoma yaitu azitromisisn oral
dan salep mata tetrasiklin.
 Azitromisin lebih baik dari tetrasiklin namun lebih mahal.
 Program pengontolan trakoma di beberapa negara terbantu dengan donasi
azitromisin.
 Konsentrasi azitromisin di plasma rendah, tapi konsentrasi di jaringan
tinggi, menguntungkan untuk mengatasi organisme intraselular.
 Azitromisin adalah drug of choice karena mudah diberikan dengan single
dose. Pemberiannya dapat langsung dipantau. Karena itu compliance nya
lebih tinggi dibanding tetrasiklin.
 Azitromisin memiliki efikasi yang tinggi dan kejadian efek samping yang
rendah. Ketika efek samping muncul, biasanya ringan; gangguan GI dan
rash adalah efek samping yang paling sering.
 Infeksi Chlamydia trachomatis biasanya terdapat juga di nasofaring, maka
bisa terjadi reinfeksi bila hanya diberi antibiotik topikal.
 Keuntungan lain pemberian azitromisin termasuk mengobati infeksi di
genital, sistem respirasi, dan kulit.
 Resistensi C. trachomatis terhadap azitromisin dan tetrasiklin belum
dikemukakan.

11 | P a g e
 Azitromisin : dewasa 1gr per oral sehari; anak anak 20 mg/kgBB per oral
sehari
 Salep tetrasiklin 1% : mencegah sintesis bakteri protein dengan binding
dengan unit ribosom 30S dan 50S. Gunakan bila azitromisin tidak ada.
Efek samping sistemik minimal. Gunakan di kedua mata selama 6 minggu
2. Tindakan bedah
 Pembedahan kelopak mata untuk memperbaiki trikiasis sangat penting
pada penderita dengan trikiasis, yang memiliki resiko tinggi terhadap
gangguan visus dan penglihatan.
 Rotasi kelopak mata membatasi perlukaan kornea. Pada beberapa kasus,
dapat memperbaiki visus, karena merestorasi permukaan visual dan
pengurangan sekresi okular dan blefarospasme
3. Kebersihan wajah
 Studi epidemiologi menunjukkan bahwa kebersihan wajah pada anak-
anak menurunkan resiko dan juga keparahan dari trakoma aktif.
 Untuk mensukseskannya, pendidikan dan penyuluhan kesehatan harus
berbasis komunitas dan berkesinambungan
4. Peningkatan sanitasi lingkungan
 Penyuluhan peningkatan sanitasi rumah dan sumber air, dan pembuangan
feses manusia yang baik.
 Lalat yang bisa mentransmisikan trakoma bertelur di feses manusia yang
ada di permukaan tanah. Mengontrol populasi lalat dengan insektisida
cukup sulit.

12 | P a g e
2. 9 KRITERIA KESEMBUHAN
Kriteria kesembuhan berdasarkan pemeriksaan dengan mata telanjang,
terutama pada pengobatan masal adalah :
1) Folikel (-)
2) Infiltrat kornea (-)
3) Panus aktif (-)
4) Hiperemia (-)
5) Konjungtiva, meskipun ada sikatri, tampak licin.
Pada kasus individual, kriteria penyembuhan harus ditambah :
1) Pada pemeriksaan fluoresein, yang dilihat dengan slit lamp, menunjukkan
tidak ada keratitis epitelial di kornea.
2) Pada pemeriksaan mikroskopis dan kerokan konjungtiva, tidak
menunjukkan adanya badan inklusi.(5)

2.10 KOMPLIKASI & SEKUELE


Parut di konjungtiva adalah komplikasi yang sering terjadi pada trakoma
dan dapat merusak kelenjar lakrimal aksesorius dan menghilangkan duktulus
kelenjar lakrimal. Hal ini mengurangi komponen akueosa dalam film air mata
prakornea secara drastic, dan komponen mukosanya mungkin berkurang karena
hilangnya sebagian sel goblet. Luka parut itu juga mengubah bentuk palpebrae
superior berupa membaliknya bulu mata kedalam(trikiasis) atau seluruh tepian
palpebrae(entropion) sehingga bulu mata terus menerus mengggesek kornea.
Kondisi ini sering mengakibatkan ulcerasi kornea, infeksi bacterial kornea, dan
parut kornea.
Ptosis, obstruksi ductus nasolacrimalis, dan dakriosistitis adalah
komplikasi trakoma lainnya yang sering dijumpai.(1)

2.11 PROGNOSIS
Trakoma, secara karakteristik merupakan penyakit kronik yang
berlangsung lama. Dengan kondisi hygiene yang baik (khususnya, mencuci muka
pada anak-anak), penyakit ini sembuh atau bertambah ringan sehingga sekuele
berat terhindarkan. Sekitar 6-9 juta orang di dunia telah kehilangan
penglihatannya karena trakoma.(1)
13 | P a g e
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
1. Trakoma adalah suatu bentuk keratokonjungtivitis kronis yang disebabkan
oleh infeksi bakteri Chlamydia trachomatis.
2. Grading trakoma menurut WHO adalah : Trakoma folikalular,trakoma
inflamasi berat, trakoma scarring, trikiasis, dan kekeruhan kornea.

3. Diagnosa trakoma ditegakkan bila terdapat 2 dari gejala klinik yang khas,
1gejala klinik dengan kerokan konjungtiva yang positif atau dengan tes
serologis.
4. Azitromisin dan tetrasiklin adalah antibiotik yang direkomendasikan
WHO untuk trakoma.
5. Peningkatan individual higiene dan sanitasi lengkungan mengurangi resiko
penularan trakoma

14 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

(1) Vaughan & Asbury: oftalmologi umum / paul Riordan-Eva, John P.Whitcher :
alih bahasa, Brahm U. Pendit : editor edisi bahasa indonesia< diana susanto. –Ed
17- Jakarta : EGC, 2009
(2) Salomon, Anthony dan Hugh R Taylor. 2010. Trachoma: Treatment and
Medication.eMedicine Ophtalmology. 214: 29-38

(3) Salomon et al. 2004. Diagnosis and Assesment of Trachoma.


Clinical Microbiology Review. 17: 982-1011
(4) Ilyas, Sidarta. 2007. Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke-4. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
(5) Wijana, Nana. 1993. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Abadi Tegal

15 | P a g e
16 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai