2. Tujuan Pembelajaran
Fase : Fase D
Elemen : NKRI
Tujuan : 9.11
Pembelajaran Peserta didik menjelaskan, menyajikan laporan, dan mendukung
pelaksanaan sistem penyelenggaraan pemerintahan Indonesia.
Indikator Capaian a. Menjelaskan lembaga-lembaga negara:
Tujuan • Presiden
Pembelajaran • Badan Pemeriksa Keuangan
• Mahkamah Agung
• Mahkamah Konstitusi
• Komisi Yudisial
7. Ketersediaan materi
a. Pengayaan untuk peserta didik CIBI atau yang berpencapaian tinggi : YA/TIDAK
b. Alternatif penjelasan, metode, atau aktivitas, untuk peserta didik yang sulit memahami
konsep : YA/TIDAK
8. Moda pembelajaran
a. Tatap muka
b. PJJ Daring
c. PJJ Luring
d. Paduan antara tatap muka dan PJJ (blended learning)
9. Asesmen
Kriteria untuk mengukur ketercapaian Tujuan Pembelajaran
a. Asessmen individu
b. Asesmen kelompok
c. Keduanya
Jenis asesmen:
a. Performa
b. Tertulis : Berbentuk tes esai
10. Kegiatan Pembelajaran Utama
Pengaturan peserta didik : Metode :
a. Individu a. Diskusi
b.Berpasangan b. Presentasi
c. Berkelompok (>2 orang) c. Demonstrasi
d. Project
e. Eksperimen
f. Eksplorasi
g. Permainan
h. Ceramah
i. Kunjungan lapangan
j. Simulasi
Lembaga-Lembaga Negara
1. Tugas dan wewenang lembaga negara
a. Presiden
Diatur dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 4 – 17
Kekuasaan presiden sebagai kepala negara, yang mempunyai tugas pokok:
a. Memegang kekuasaan tertinggi atas angkatan darat, laut, dan udara (Pasal 10)
Sumber gambar:
https://id.wikipedia.org/wiki/Pelantikan_kedua_Joko_Widodo
b. Menyatakan perang, membuat perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain
dengan persetujuan DPR (Pasal 11)
c. Menyatakan keadaan bahaya (Pasal 12)
d. Mengangkat dan menerima duta dan konsul dengan memperhatikan
pertimbangan DPR (Pasal 13)
e. Memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan MA[Pasal
14 ayat (1)]
f. Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR [Pasal
14 ayat (2)]
g. Memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan (Pasal 15)
Tugas dan wewenang Presiden sebagai kepala pemerintahan menurut UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 hasil amandemen yaitu meliputi Pasal-pasal berikut.
1) Mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR [Pasal 5 ayat (1)]
2) Menetapkan peraturan pemerintah[Pasal 5 ayat (2)]
3) Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri negara (pasal 17)
4) Membuat undang-undang bersama DPR [Pasal 20 ayat (2)]
5) Mengajukan rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara
(APBN) [Pasal 23 ayat (2)]
b. BPK
Tugas BPK ditegaskan dalam Pasal 23E
amandemen UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yaitu memeriksa
pengelolaaan dan tanggung jawab tentang
keuangan negara. Pengeloaan keuangan
negara oleh Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, Lembaga Negara
lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha
Milik Negara, Badan Layanan Umum,
Badan Usaha Milik Daerah,
d. Mahkamah Konstitusi
Tugas dan wewenang Mahkamah Konstitusi:
a. Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir untuk :
➢ Menguji undang-undang terhadap UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
➢ Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
➢ Memutus pembubaran partai politik.
➢ Memutus perselisihan hasil pemilihan umum.
b. Wajib memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai pelanggaran
hukum Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. 2) Wajib memberikan putusan atas pendapat DPR
mengenai pelanggaran hukum Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
e. Komisi Yudisial
Wewenang Komisi Yudisial sesuai Pasal 24B ayat 1 UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 adalah mengusulkan pengangkatan hakim agung (anggota
Mahkamah Agung), menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat,
serta perilaku hakim.
2. Hubungan antarlembaga negara menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
a. Hubungan MPR, DPD dan DPR
MPR merupakan lembaga perwakilan rakyat karena keanggotaannya dipilih dalam
pemilihan umum. Unsur anggota DPR merupakan representasi rakyat melalui partai
politik, sedangkan unsur anggota DPD merupakan representasi rakyat dari daerah
untuk memperjuangkan kepentingan daerah.
b. Hubungan Presiden, DPD dan MK
➢ Menetapkan undang-undang
Kekuasaan DPR untuk membentuk undang-undang harus dengan persetujuan
Presiden, termasuk undang-undang anggaran dan pendapatan negara (APBN).
Dewan Perwakilan Daerah juga berwewenang ikut mengusulkan, membahas, dan
mengawasi pelaksanaan undang-undang berkaitan dengan otonomi daerah. DPR
dalam menetapkan APBN juga dengan mempertimbangkan pendapat DPD.
➢ Pemberhentian Presiden
DPR memiliki fungsi mengawasi Presiden dalam menjalankan pemerintahan.
Apabila DPR berpendapat bahwa Presiden melanggar UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, DPR dapat mengajukan usul pemberhentian Presiden ke-
pada MPR. Namun sebelumnya usul tersebut harus melibatkan Mahkamah Kon-
stitusi untuk memeriksa dan mengadilinya. DPR berwenang mengajukan tiga
anggota Mahkamah Konstitusi. Sedangkan Mahkamah Konstitusi berwenang
mengadili sengketa kewenangan lembaga negara, termasuk DPR.
c. DPD, DPR dan BPK
Berdasarkan ketentuan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Dewan
Perwakilan Daerah menerima hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
dan memberikan pertimbangan untuk pemilihan anggota BPK kepada DPR
d. MA dengan lembaga negara lainnya
Pemilihan dan pengangkatan anggota Mahkamah Agung melibatkan tiga lembaga
negara lain, yaitu Komisi Yudisial, DPR, dan Presiden. Komisi Yudisial yang
mengusulkan kepada DPR, kemudian DPR memberikan persetujuan, yang
selanjutnya diresmikan oleh Presiden. Komisi Yudisial juga menjaga dan
menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, dan perilaku hakim.
e. Mahkamah Konstitusi dengan lembaga negara lainnya
Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 menyebutkan bahwa salah satu wewenang Mahkamah
Konstitusi adalah untuk memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan UUD. Karena kedudukan MPR sebagai lembaga negara,
maka apabila MPR bersengketa dengan lembaga negara lainnya yang sama-sama
memiliki kewenangan yang ditentukan oleh UUD, maka konflik tersebut harus
diselesaikan oleh Mahkamah Konstitusi.
b. Alat dan Bahan yang Diperlukan
1. Kertas manila
2. Spidol
3. Penggaris
4. Isolatif
a. Peserta didik membentuk 4 kelompok yang heterogen dalam hal jenis kelamin dan
heterogen dalam hal kemapuan tinggi, sedang, rendah.
b. Guru mengajak peserta didik menyimak tayangan video dari Link Youtube:
https://www.youtube.com/watch?v=h6muyzMK4n8&t=12s .
c. Guru mengingatkan peserta didik untuk menghargai hasil karya orang lain dengan
like dan subscribe pada Youtube yang telah di tonton, sebagai bentuk terima kasih
kepada pembuat konten karena telah menyediakan konten yang bermanfaat.
d. Peserta didik mencatat hal-hal penting yang terdapat dalam tayangan video.
e. Peserta didik menyampaikan pendapat terkait dengan tayangan video.
f. Guru mempersilakan peserta didik untuk membaca materi tentang prinsip dalam
sistem pemerintahan Indonesia dan lembaga-lembaga negara, yang pada pertemuan
ini terdiri dari: Presiden, BPK, MA, MK, dan KY.
g. Hal-hal penting yang terdapat dalam bacaan agar diberi tanda supaya menjadi
perhatian, atau ditandai untuk dijadikan pertanyaan.
h. Peserta didik mengajukan pertanyaan dari daftar yang berhasil disusunya.
i. Peserta didik lain mencoba menjawab pertanyaan yang diajukan.
j. Peserta didik menyimak penjelasan singkat dari guru.
k. Peserta didik melaksanakan diskusi kelompok. Setiap kelompok mendapat tugas
untuk membahas topik yang berbeda-beda:
Kelompok 1: Presiden.
Kelompok 2: Mahkamah Agung.
Kelompok 3: Mahkamah Konstitusi
Kelompok 4: Badan Pemeriksa Keuangan dan Komisi Yudisial
l. Peserta didik membuat laporannya pada kertas manila. Laporannya berbentuk
Mind Map. Adapun contoh laporan berbentuk Mind Map yaitu:
m. Setiap kelompok menyampaikan presentasi hasil diskusi kelompoknya, dan peserta
didik pada kelompok lain memberikan tanggapan atau mengajukan pertanyaan.
n. Guru memberikan apresiasi kepada peserta didik yang aktif dalam kegiatan
kelompok, dan apresiasi kepada kelompok dengan hasil terbaik.
o. Guru memberikan penguatan terhadap materi yang telah dipelajari
p. Peserta didik diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan jika ada materi
pembelajaran yang belum dipahami.
❖ Kegiatan Penutup (10 Menit)
Pedoman Penskoran:
4 = sangat baik
3 = baik
2 = cukup
1 = kurang
❖ Peserta didik dinyatakan tuntas jika memiliki nilai sikap minimal Baik (3)
(*Kriteria ketuntasan ini silakan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-
masing)
2. Penilaian Pengetahuan
Bila jawaban sangat sempurna diberi skor 4
Bila jawaban sempurna diberi skor 3
Bila jawaban kurang sempurna diberi skor 2
Bila jawaban tidak sempurna diberi skor 1
Jumlah perolehan skor
Nilai = x Nilai ideal (misalnya 100)
Jumlah skor maksimum
3. Penilaian Keterampilan
Kriteria Keterampilan
No. Nama Rata-Rata
Penguasaan Keaktifan Kreatifitas Nilai
Materi
Pedoman Penskoran:
4 = sangat baik
3 = baik
2 = cukup
1 = kurang
❖ Peserta didik dinyatakan tuntas jika memiliki nilai keterampilan minimal Baik (3)
(*Kriteria ketuntasan ini silakan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-
masing)
a. Jelaskan tentang beberapa konsep dibawah ini. Silakan tuangkan jawaban kalian pada
kolom berikut ini!
Konsep Penjelasan
……………………………………………………………………………...
Kedudukan, ……………………………………………………………………………...
tugas dan ……………………………………………………………………………...
wewenang ……………………………………………………………………………...
Presiden
……………………………………………………………………………...
Kedudukan, ……………………………………………………………………………...
tugas dan ……………………………………………………………………………...
wewenang BPK ……………………………………………………………………………...
Keududkan, ……………………………………………………………………………...
tugas dan ……………………………………………………………………………...
wewenang MA ……………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………...
Kedudukan, ……………………………………………………………………………...
tugas dan ……………………………………………………………………………...
wewenang MK ……………………………………………………………………………...
Kedudukan, ……………………………………………………………………………...
tugas dan ……………………………………………………………………………...
wewenang KY …………………………………………………………………………….
JAWABAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK
(Lembaga-Lembaga Negara)
Konsep Penjelasan
Kedudukan Presiden
a. Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan
secara langsung oleh rakyat.
Kedudukan, tugas b. Presiden memegang kekuasaan sebagai kepala negara dan
dan wewenang kepala pemerintahan.
Presiden
Tugas dan wewengan Presiden:
Kekuasaan presiden sebagai kepala negara, yang mempunyai
tugas pokok
a. Memegang kekuasaan tertinggi atas angkatan darat, laut,
dan udara (Pasal 10).
b. Menyatakan perang, membuat perdamaian, dan perjanjian
dengan negara lain dengan persetujuan DPR (Pasal 11).
c. Menyatakan keadaan bahaya (Pasal 12).
d. Mengangkat dan menerima duta dan konsul dengan
memperhatikan pertimbangan DPR (Pasal 13).
e. Memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan
pertimbangan MA[Pasal 14 ayat (1)].
f. Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan
pertimbangan DPR [Pasal 14 ayat (2)].
g. Memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan
(Pasal 15)
Kedudukan BPK:
a) Anggota BPK dipilih oleh DPR dan diresmikan oleh Presiden.
b) BPK berkedudukan di ibukota negara dan memiliki
perwakilan di setiap provinsi.
Tugas dan wewenang BPK:
Tugas BPK ditegaskan dalam Pasal 23E amandemen UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu memeriksa
pengelolaaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara.
Kedudukan, tugas Pengeloaan keuangan negara oleh Pemerintah Pusat,
dan wewenang BPK Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank
Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan
Umum, Badan Usaha Milik Daerah, maupun lembaga atau
badan lain yang mengelola keuangan negara. Hasil
pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada DPR,
DPD, dan DPRD sesuai kewenangannya.
a) partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan
calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak
pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya
sampai berakhir masa jabatannya, jikaPresiden dan Wakil
Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat
melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara
bersamaan [Pasal 8 ayat (3)]
Kedudukan MA:
a) MA merupakan salah satu kekuasaan kehakiman
b) Calon hakim agung diusulkan oleh Komisi Yudisial kepada
DPR untuk mendapat persetujuan untuk ditetapkan sebagai
hakim agung oleh Presiden.
Tugas dan wewenang MA:
Keududkan, tugas a. Mengadili pada tingkat kasasi,
dan wewenang MA b. Menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-
undang terhadap undang-undang
c. Memilih 3 (tiga) orang hakim konstitusi Mahkamah
Konstitusi.
d. Memberikan pertimbangan kepada Presiden mengenai
grasi dan rahabilitasi.
Keududukan MK:
a) Anggota MK di tetapkan oleh Presiden
b) Hakim MK terdiri dari 9 orang, yang masing-masing 3 orang
diusulkan oleh DPR, Presiden, dan MA.
Tugas dan wewenang MK:
a. Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir untuk :
➢ Menguji undang-undang terhadap UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
Kedudukan, tugas ➢ Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
dan wewenang MK kewenangannya diberikan oleh UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
➢ Memutus pembubaran partai politik.
➢ Memutus perselisihan hasil pemilihan umum.
b. Wajib memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai
pelanggaran hukum Presiden dan/atau Wakil Presiden
menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 2)
Wajib memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai
pelanggaran hukum Presiden dan/atau Wakil Presiden
menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Kedudukan KY:
Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh
Presiden dengan persetujuan DPR
Kedudukan, tugas Tugas dan wewenang KY:
dan wewenang KY Wewenang Komisi Yudisial sesuai Pasal 24B ayat 1 UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah mengusulkan
pengangkatan hakim agung (anggota Mahkamah Agung),
menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat,
serta perilaku hakim.
Lampiran 1
Jenis-Jenis Lembaga Negara dalam UUD 1945
Lembaga Negara bukan konsep yang secara terminologis memiliki istilah tunggal,
universal dan seragam. Didalam kepustakaan Inggris, untuk menyebut lembaga Negara
digunakan istilah political institution, sedangkan dalam terminologi Belanda terdapat istilah
staat orgamen. Sementara itu, bahasa Indonesia menggunakan lembaga negara, atau organ
Negara.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “lembaga” antara lain diartikan sebagai
(1) ‘asal mula (yang akan menjadi sesuatu) bakal (binatang, manusia, tumbuhan)’; (2)‘bentuk
(rupa, wujud) yang asli’; (3) ‘acuan; ikatan (tentang mata cincin dsb)’ (4) ‘badan (organisasi)
yang tujuannya melakukan sesuatu penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha’; dan
(5) ‘pola perilaku manusia yang mapan, terdiri atas interaksi sosial berstruktur di suatu
kerangka nilai yang relevan’. Kamus tersebut juga memberi contoh frasa yang menggunakan
kata lembaga, yaitu lembaga pemerintahan yang diartikan ‘badan-badan pemerintahan dalam
lingkungan eksekutif’. Kalau kata pemerintah diganti dengan kata negara, diartikan ‘badan-
badan negara disemua lingkungan pemerintah negara (khususnya di lingkungan eksekutif,
yudikatif, dan legislatif)’.
Menurut Abdul Rasyid, setidaknya ada 6 ( enam ) alasan untuk membedakan
lembaga negara tersebut yaitu:
a) Ada “lembaga UUD 1945” juga sekaligus menjadi lembaga negara, misalnya Presiden,
DPR, DPD, dan MK, sedangkan pemerintah daerah bukan “lembaga negara”.
b) Ada lembaga UUD yang kewenangannya diberikan langsung oleh UUD 1945, tetapi ada
juga lembaga UUD yang kewenangannya akan diatur lebih lanjut dalam bentuk undang-
undang, misalnya pemerintah daerah yang kewenangannya diberikan melalui Undang-
Undang Nomor 32 tahun 2004.
c) Ada “lembaga UUD 1945” yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945, tetapi
kewenangannya tersebut tidak bisa diuji oleh MK. Misalnya kewenangan MK itu sendiri.
d) Ada “lembaga negara” yang kewenagannya diberikan oleh UUD 1945, tetapi tidak dapat
diuji kewenangannya oleh MK yaitu MA.
e) Ada juga lembaga yang dibentuk oleh UUD 1945, tetapi bukan termasuk lembaga UUD
1945 dan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945, misalnya KY.
f) Ada juga lembaga yang dibentuk oleh UUD 1945, tetapi bukan termasuk “lembaga UUD
1945” dan lembaga negara yang kewenangannya diatur dalam bentuk undang-undang,
misalnya Bank Sentral ( Pasal 23D ), KPU ( Pasal 22E ayat (5) ), TNI dan POLRI
( Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002), dan kejaksaan ( Undang-Undang Nomor 5
tahun 1991 ).
Dalam ketentuan UUD 1945, terdapat lebih dari 35 subjek jabatan atau subjek
hukum kelembagaan yang dapat dikaitkan dengan pengertian lembaga atau organ negara
dalam arti yang luas .
1) Presiden ;
2) Wakil Presiden ;
3) Dewan pertimbangan presiden ;
4) Kementerian Negara ;
5) Menteri Luar Negeri ;
6) Menteri Dalam Negeri ;
7) Menteri Pertahanan ;
8) Duta ;
9) Konsul ;
10) Pemerintahan Daerah Provinsi ;
11) Gubernur/Kepala Pemerintah Daerah Provinsi ;
12) DPRD Provinsi ;
13) Pemerintahan Daerah Kabupten ;
14) Bupati/Kepala Pemerintah Daerah Kabupaten ;
15) DPRD Kabupaten ;
16) Pemerintahan Daerah Kota ;
17) Walikota/Kepala Pemerintah Daerah Kota ;
18) DPRD Kota ;
19) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) ;
20) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) ;
21) Dewan Perwakilan Daerah (DPD) ;
22) Komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri, yang diatur lebih
lanjut dengan undang-undang ;
23) Bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggungjawab, dan
independensinya diatur lebih lanjut dengan undang-undang ;
24) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) ;
25) Mahkamah Agung (MA) ;
26) Mahkamah Konstitusi (MK) ;
27) Komisi Yudisial (KY) ;
28) Tentara Nasional Indonesia (TNI) , dan
29) Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) .
30) Angkatan Darat (AD) ;
31) Angkatan Laut (AL) ;
32) Angkatan Udara (AU) ;
33) Satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau istimewa ;
34) Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman , seperti
Kejaksaan Agung, Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Komisi Nasional Hak
Asasi Manusia, dan sebagainya;
35) Kesatuan Masyarakat Hukum Adat.
Adapun yang disebut dalam nomor (34) di atas terdiri atas badanbadan, artinya lebih
dari 1 (satu) badan atau lembaga. Karena itu, jumlah subjek hukum yang dapat disebut
sebagai organ atau lembaga negara dalam UUD 1945 adalah lebih dari 34 buah. Yang dapat
dikategorikan sebagai badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan
kehakiman adalah lembaga-lembaga atau badan-badan yang tugasnya berkaitan dengan
peradilan dan penegakan hukum, yaitu berhubungan dengan fungsi-fungsi:
(b) Penyelidikan,
(c) penyidikan,
(d) penuntutan,
(e) pembelaan atau advokasi,
(f) penyelesaian sengketa dan mediasi atau pendamaian,
(g) peradilan, penghakiman dan penghukuman,
(h) pemasyarakatan,
(i) pelaksanaan putusan pengadilan selain pemasyarakatan, dan
(j) pemulihan nama baik atau rehabilisasi,
(k) pemberian grasi,
(l) pemberian amnesti,
(m) pemberian abolisi,
(n) persaksian, dan
(o) pemberian keterangan berdasarkan keahlian.
Dari semua fungsi tersebut, yang terpenting adalah fungsi penyelidikan, penyidikan,
dan penuntutan. Badan-badan yang dapat melakukan fungsi penyelidikan pelanggaran hukum
ataupun hak asasi manusia adalah:
(a) Kepolisian Negara,
(b) Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut,
(c) para Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS),
(d) Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnasham),
(e) Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK),
(f) Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP), dan
(g) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Badan-badan yang dapat menjalankan fungsi penyidikan pro-justisia adalah:
(a) Kejaksaan,
(b) Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dan
(c) Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS).
Sedangkan badan-badan yang melakukan penuntutan adalah
(a) Kejaksaan, dan
(b) Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.42
Lembaga-lembaga atau badan-badan tersebut memang tidak disebutkan secara
eksplisit keberadaannya dalam UUD 1945. Namun, sejalan dengan prinsip Negara Hukum
yang ditentukan oleh Pasal 1 ayat (3) UUD 1945, lembaga-lembaga negara tersebut tetap
dapat disebut memiliki kedudukan yang sangat penting dalam hukum tata negara
(constitutionallaw). Apalagi, secara konstitusional keberadaanya dapat dilacak berdasarkan
perintah implisit ketentuan Pasal 24 ayat (3) UUD 1945 sendiri yang menyatakan, “Badan-
badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam undang-
undang”. Oleh karena itu, lembaga-lembaga penegak hukum yang dibentuk berdasarkan
undang-undang tersebut, seperti Kejaksaan, KPK, dan Komnasham dapat disebut memiliki
“constitutional importance” sebagai lembaga-lembaga konstitusional di luar UUD 1945.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, diketahui bahwa ada beberapa
penafsiran yang muncul tentang lembaga negara antara lainnya:
1. Penafsiraan luas, yaitu mencakup semua lembaga yang nama dan kewenangannya
disebut/ dicantumkan dalam UUD
2. Penafsiran moderat, yaitu hanya membatasi pada apa yang dulu dikenal sebagai
lembaga tertinggi dan tinggi negara
3. Penafsiran sempit, yaitu hanya menunjuk secara implisit pada keterangan Pasal 67 UU
MK (UU No. 24 Tahun 2003).
Menurut penafsiran yang telah disebutkan dapat dipahami bahwa aspek penafsiran
secara luas mengenai lembaga negara hanyalah yang disebutkan dan dicantumkan dalam
konstitusi. Artinya, semua lembaga negara yang masuk dalam pengaturan UUD 1945
merupakan lembaga negara utama yang menjalankan sistem ketatanegaraan Indonesia.
Selanjutnya ada disebut dengan penafsiran moderat, yang lebih melihat pada aspek
kedudukanlembaga negara, dimana dikenal lembaga tertinggi dan lembaga tinggi, hal
tersebut merujuk pada masa era orde baru yang mengenal konsep ini. Sementara itu kriteria
lembaga negara yang dimaksudkan dalam Pasal 67 UU MK yaitu lembaga negara yang
kewenangannya langsung diberikan secara atribusi oleh UUD 1945. Sementara itu, terdapat
penafsiran lainnya mengenai lembaga negara yaitu:
a. Lembaga negara utama (main state organ) lembaga negara ini mengacu pada paham
trias politica. (MPR, DPR, DPD, Presiden, MA, MK)
b. Lembaga negara bantu (auxiliary state’s organ). Istilah main state organ sebagaimana
penafsiran jenis lembaga negara di atas, mengacu pada konsep trias politica dimana
lembaga negara yang masuk kategori ini hanyalah lembaga negara yang kewenanganya
secara langsung disebutkan dalam UUD 1945.
Sementara itu, istilah auxiliary state’s organ secara umum pengertiannya adalah
lembaga negara bantu yang dibentuk menurut peraturan perundang-undangan di bawah UUD
1945 yang berfungsi untuk menunjang kinerja lembaga negara utama. Istilah “lembaga
negara bantu” merupakan yang paling umum digunakan oleh para pakar dan sarjana hukum
tata negara, walaupun pada kenyataannya terdapat pula yang berpendapat bahwa istilah
“lembaga negara penunjang” atau “lembaga negara independen” lebih tepat untuk menyebut
jenis lembaga tersebut.
M. Laica Marzuki cenderung mempertahankan istilah state auxiliary institutions
alih-alih “lembaga negara bantu” untuk menghindari kerancuan dengan lembaga lain yang
berkedudukan di bawah lembaga negara konstitusional. Kedudukan lembaga-lembaga ini
tidak berada dalam ranah cabang kekuasaan eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. Namun,
tidak pula lembaga-lembaga tersebut dapat diperlakukan sebagai organisasi swasta ataupun
lembaga non-pemerintah yang lebih sering disebut ornop (organisasi non-pemerintah) atau
NGO (non-governmentalorganization).
John Alder mengklasifikasikan jenis lembaga ini menjadi dua, yaitu: (1) regulatory,
yang berfungsi membuat aturan serta melakukan supervisi terhadap aktivitas hubungan yang
bersifat privat; dan (2) advisory, yang berfungsi memberikan masukan atau nasihat kepada
pemerintah. Jennings, sebagaimana dikutip Alder dalam Constitutional and Administrative
Law, menyebutkan lima alasan utama yang melatarbelakangi dibentuknya lembaga negara
bantu dalam suatu pemerintahan, alasan-alasan itu adalah sebagai berikut:
1. Adanya kebutuhan untuk menyediakan pelayanan budaya dan pelayanan yang bersifat
personal yang diharapkan bebas dari risiko campur tangan politik.
2. Adanya keinginan untuk mengatur pasar dengan regulasi yang bersifat non-politik.
3. Perlunya pengaturan mengenai profesi-profesi yang bersifat independen, seperti profesi
di bidang kedokteran dan hukum.
4. Perlunya pengadaan aturan mengenai pelayanan-pelayanan yang bersifat teknis.
5. Munculnya berbagai institusi yang bersifat semiyudisial dan berfungsi untuk
menyelesaikan sengketa di luar pengadilan (alternative dispute resolution/alternatif
penyelesaian sengketa).
Untuk menentukan institusi mana saja yang disebut sebagai lembaga negara bantu
dalam struktur ketatanegaraan RI terlebih dahulu harus dilakukan pemilahan terhadap
lembaga-lembaga negara berdasarkan dasar pembentukannya. Pascaperubahan konstitusi,
Indonesia membagi lembaga-lembaga negara ke dalam tiga kelompok. Pertama, lembaga
negara yang dibentuk berdasar atas perintah UUD Negara RI Tahun 1945 (constitutionally
entrusted power). Kedua, lembaga negara yang dibentuk berdasarkan perintah undang-
undang (legislatively entrusted power). Dan ketiga, lembaga negara yang dibentuk atas dasar
perintah keputusan presiden. Lembaga negara pada kelompok pertama adalah lembaga-
lembaga negara yang kewenangannya diberikan secara langsung oleh UUD Negara RI Tahun
1945, yaitu Presiden dan Wakil Presiden, MPR, DPR, DPD, BPK, MA, MK, dan KY.
Selain delapan lembaga tersebut, masih terdapat beberapa lembaga yang juga
disebut dalam UUD Negara RI Tahun 1945 namun kewenangannya tidak disebutkan secara
eksplisit oleh konstitusi. Lembaga-lembaga yang dimaksud adalah Kementerian Negara,
Pemerintah Daerah, komisi pemilihan umum, bank sentral, Tentara Nasional Indonesia (TNI),
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), dan dewan pertimbangan presiden. Satu hal
yang perlu ditegaskan adalah kedelapan lembaga negara yang sumber kewenangannya
berasal langsung dari konstitusi tersebut merupakan pelaksana kedaulatan rakyat dan berada
dalam suasana yang setara, seimbang, serta independen satu sama lain.
Berikutnya, berdasarkan catatan lembaga swadaya masyarakat Konsorsium
Reformasi Hukum Nasional (KRHN), paling tidak terdapat sepuluh lembaga negara yang
dibentuk atas dasar perintah undang-undang. Lembaga-lembaga tersebut adalah Komisi
Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Komisi
Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR), Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia (Komnas
Perlindungan Anak), Komisi Kepolisian Nasional, Komisi Kejaksaan, Dewan Pers, dan
Dewan Pendidikan. Jumlah ini kemungkinan dapat bertambah atau berkurang mengingat
lembaga negara dalam kelompok ini tidak bersifat permanen melainkan bergantung pada
kebutuhan negara. Misalnya, KPK dibentuk karena dorongan kenyataan bahwa fungsi
lembaga-lembaga yang sudah ada sebelumnya, seperti kepolisian dan kejaksaan, dianggap
tidak maksimal atau tidak efektif dalam melakukan pemberantasan korupsi. Apabila kelak,
korupsi dapat diberantas dengan efektif oleh kepolisian dan kejaksaan, maka keberadaan
KPK dapat ditinjau kembali.
Sementara itu, lembaga negara pada kelompok terakhir atau yang dibentuk
berdasarkan perintah dan kewenangannya diberikan oleh keputusan presiden antara lain
adalah Komisi Ombudsman Nasional (KON), Komisi Hukum Nasional (KHN), Komisi
Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), Dewan Maritim
Nasional (DMN), Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Dewan Pengembangan Usaha Nasional
(DPUN), Dewan Riset Nasional (DRN), Dewan Pembina Industri Strategis (DPIS), Dewan
Buku Nasional (DBN), serta lembaga-lembaga non-departemen. Sejalan dengan lembaga-
lembaga negara pada kelompok kedua, lembaga-lembaga negara dalam kelompok yang
terakhir ini pun bersifat sementara bergantung pada kebutuhan negara.
Sumber:
Zaki Ulya. 2017. Hukum Kelembagaan Negara (Kajian Teoritis Perkembangan Lembaga
Negara Pasca Reformasi), Universitas Samudera.
Lampiran 3
Sumber :
Muklis. Kewenangan Lembaga-Lembaga Negara dalam Memutuskan dan Menafsirkan
UUD Setelah Amandemen Keempat UUD 1945, Jurnal Syiar Hukum FH Unisba Vol XIII
No. 1 Maret 2011, https://media.neliti.com/media/publications/25267-ID-kewenangan-
lembaga-lembaga-negara-dalam-memutus-dan-menafsirkan-uud-setelah-aman.pdf , diunduh
pada 15 Nopember 2020 jam 15.55