Anda di halaman 1dari 26

BAB III

TAHAPAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI

3.1. PROSES PERENCANAAN DAN DOKUMENPROYEK OBJEK

3.1.1. Gambar menentukan kemiringan lapisan tambahan jalan AC-WC

Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan


Gambar 3.1 Gambar Kemiringan Jalan STA 3+100

Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan


Gambar 3.2 Gambar Kemiringan Jalan STA 3+125

51
Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan
Gambar 3.3 Gambar Kemiringan Jalan Gorong-Gorong STA 3+135

Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan


Gambar 3.4 Gambar Kemiringan Jalan STA 3+150

52
Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan
Gambar 3.5 Gambar Kemiringan Jalan STA 3+175

Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan


Gambar 3.6 Gambar Kemiringan Jalan STA 3+200

53
Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan
Gambar 3.7 Gambar Kemiringan Jalan STA 3+225

Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan


Gambar 3.8 Gambar Kemiringan Jalan STA 3+250

54
3.2.PROSES SELEKSI DAN PENUNJUKAN KONSULTAN/KONTAKTOR
3.2.1. Komunikasi tawaran pekerjaan
Dapat beralih ke sumber internal atau eksternal. Internal jika lowongan
dikomunikasikan kepada pekerja perusahaan sendiri yang ingin berganti posisi.
Atau ke sumber eksternal, jika publikasi penawaran ada di situs web
ketenagakerjaan, asosiasi profesi, agen tenaga kerja atau konsultan sumber daya
manusia (SDM).
3.2.2. Penerimaan aplikasi dan pra-seleksi
Setelah mempublikasikan lowongan dan persyaratan yang diminta, kita
akan mulai menerima resume para kandidat. Menurut informasi yang
dikumpulkan di CV, kandidat yang memenuhi persyaratan yang diperlukan secara
apriori untuk melanjutkan tes bakat akan diseleksi. Pada tahap ini, misalnya,
kualifikasi mereka, pengalaman bertahun-tahun, wilayah geografis, ketersediaan
perubahan atau usia dinilai.
3.2.3. Melaksanakan uji teknis
Kandidat akan diundang untuk mengikuti tes seleksi untuk menilai
pengetahuan dan keterampilan mereka masing-masing. Ini akan menjadi filter
kedua dalam proses seleksi. Di antara tes yang biasanya dilakukan pada tahap ini,
ada tes psikoteknik, tes bahasa, dinamika kelompok, simulasi atau tes
pengetahuan khusus untuk posisi tersebut.
3.2.4. Wawancara pribadi
Setelah tes teknis dilakukan, kandidat dengan hasil terbaik akan dipilih
untuk mengetahui keterampilan, aspirasi, minat, dan sikap pribadi mereka melalui
wawancara kerja. Wawancara bisa dengan satu orang atau lebih dari perusahaan
atau
bahkan dibagi menjadi beberapa tahap wawancara. Pertama dengan SDM dan
kemudian dengan manajer bagian, misalnya. Ini adalah fase kunci yang akan
menentukan kandidat mana yang dipilih untuk posisi itu.

55
3.2.5. Mempekerjakan
Setelah kandidat yang akan menjadi bagian dari perusahaan telah dipilih,
kita harus membuat tawaran pekerjaan. Artinya, kondisi ekonomi dan tenaga kerja
yang ditawarkan perusahaan. Dalam beberapa kasus, sebagian dari kondisi ini
dapat dinegosiasikan dengan kandidat. Setelah tawaran diterima, kontrak
ditandatangani dan didaftarkan secara hukum.
3.2.6. Penggabungan, penerimaan, dan adaptasi
Proses seleksi tidak berakhir dengan penandatanganan kontrak, tetapi
kandidat terus dievaluasi selama hari-hari pertama bekerja untuk melihat apakah
dia benar-benar memenuhi harapan, beradaptasi dengan posisi dan perusahaan.

3.3. STRUKTUR ORGANISASI DAN PERSONIL


Terlaksananya suatu proyek dengan baik dan teratur didukung dengan
adanya struktur organisasi proyek yang terkoordinasi secara teknis dan sistematis,
dimana pihak-pihak yang terlibat didalamnya bekerja sesuai dengan wewenang
dan tanggung jawab masing-masing. Selain itu, dengan adanya struktur organisasi
tersebut membuat pihak–pihak yang terlibat didalamnya dapat berinteraksi dengan
baik dan saling mendukung antara satu pihak dengan pihak lain agar tercapainya
penyelesaian proyek yang sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan tepat
pada waktunya.
3.3.1 Hubungan Antara Pemilik, Kontraktor dan Konsultan,
Organisasi diperlukan untuk memperlancar dan mempermudah pekerjaan
yang akan dilaksanakan. Pihak - pihak organisasi yang terlibat dalam proyek ini
adalah :
1. Pemilik proyek (bouwheer/owner).
2. Kontraktor (Contractor).
3. Konsultan pengawasan (direksi/supervisor)

56
Gambar 3.9 Hubungan Kerja Secara Teknis

Gambar 3.10 Hubungan Kerja Secara Hukum

57
3.3.2 Tugas dan wewenang

Sumber : PT. Rencana Jakarta Selaras


Gambar 3.11 Struktur Organisasi Konsultan Pengawas

58
Sumber : CV. Intinusa Karya
Gambar 3.12 Struktur Organisasi Pelaksana

Untuk merealisasikan proyek, pemilik proyek mempunyai kewajiban pokok


yaitu menyediakan dana untuk membiayai proyek. Berikut penjelasan mengenai
tugas dan wewenang owner dalam pelaksanaan proyek konstruksi.
3.3.2.1 Pemilik Proyek
1. Tugas pemilik proyek atau owner :
a) Menyediakan biaya perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan proyek.
b) Mengadakan kegiatan administrasi proyek.
c) Memberikan tugas kepada kontraktor atau melaksanakan pekerjaan proyek.
d) Meminta pertanggung jawaban kepada konsultan pengawas atau manajemen
konstruksi ( MK )
e) Menerima proyek yang sudah selesai dikerjakan oleh kontraktor.
b. Wewenang yang dimiliki pemilik proyek atau owner :

59
a) Membuat surat perintah kerja ( SPK )
b) Mengesahkan atau menolak perubahan pekerjaan yang telah direncanakan.
c) Meminta pertanggungjawaban kepada para pelaksana proyek atas hasil
pekerjaan konstruksi.
d) Memutuskan hubungan kerja dengan pihak pelaksana proyek yang tidak dapat
melaksanakan pekerjaanya sesuai dengan isi surat perjanjian kontrak. misalnya
pelaksanan pembangunann dengan bentuk dan material yang tidak sesuai
dengan RKS.
3.3.2.2 Kontaktor (Contractor)
Kontraktor Pelaksana adalah penyedia jasa orang perseorangan atau badan
usaha yang dinyatakan ahli yang profesional dibidang pelaksanaan jasa kontruksi
yang mampu menyelenggarakan kegiatannya untuk mewujudkan suatu hasil
perencanaan menjadi bentuk bangunan atau bentuk fisik lainnya. Pada Pekerjaan
proyek Preservasi jalan Sengkawit Tanjung Selor konsultan pengawas CV.
Intinusa Karya.
Kontraktor Pelaksana dalam suatu proyek mempunyai tugas dan wewenang
sebagai berikut:
Tugas Kontraktor Pelaksana adalah :

1. Melaksanakan pengerjaan proyek sesuai dengan peraturan dan spesifikasi


yang telah direncanakan dan ditetapkan di dalam kontrak.
2. Membuat dan melaporkan progress pada proyek yang meliputi laporan
harian, mingguan, hingga bulanan kepada pihak owner. Laporan ini memuat
hal-hal berikut ini:

Pelaksanaan pekerjaan.

a) Capaian pekerjaan.
b) Jumlah tenaga kerja yang bekerja.
c) Jumlah bahan yang digunakan.
d) Keadaan cuaca dan faktor-faktor lainnya.

60
2. Kontraktor Pelaksana juga memiliki wewenang sebagai berikut:

a) Menyediakan keperluan proyek seperti tenaga kerja, bahan material, tempat


bekerja, peralatan, serta alat pendukung ain yang digunakan. Semuanya
mengacu pada spesifikasi dan juga rancangan yang telah ditentukan dengan
memperhatikan waktu, kualitas, biaya dan keamanan pekerjaan.
b) Bertanggungjawab penuh terhadap kegiatan dan metode pelaksanaan
pekerjaan di lapangan.
c) Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan jadual (time schedule) yang telah
disepakati.
d) Melindungi semua perlengkapan, bahan, dan juga pekerjaan terhadap
kejadian yang tak diinginkan seperti kehilangan dan kerusakan sampai pada
tahap penyerahan pekerjaan.
e) Memelihara dan memperbaiki kerusakan jalan yang diakibatkan oleh
kendaraan proyek yang mengangkut peralatan dan material ke tempat
pekerjaan dengan biaya sendiri.
f) Kontraktor juga mempunyai hak untuk meminta pengunduran waktu
penyelesaian proyek kepada pemilik proyek dengan memberikan alasan yang
logis dan sesuai dengan kenyataan di lapangan.

Bertanggung jawab atas  semua ganti rugi yang diakibatkan oleh kecelakaan
saat pelaksanaan pekerjaan, serta wajib menyediakan perlengkapan pertolongan
pertama pada kecelakaan
3.3.2.3. Konsultan pengawas (direksi/supervisor)
Konsultan pengawas adalah badan usaha atau perorangan yang ditunjuk oleh
pemilik proyek untuk melaksanakan pekerjaan pengawasan. Pada Pekerjaan
Preservasi jalan dalam Kota Tanjung Selor konsultan pengawas PT. Jakarta
Rencana Selaras Konsultan pengawas dalam suatu proyek mempunyai tugas dan
wewenang sebagai berikut :
a. Tugas konsultan pengawas adalah :
1) Menyelenggarakan administrasi umum mengenai pelaksanaan kontrak kerja.

61
2) Melaksanakan pengawasan secara rutin dalam perjalanan pelaksanaan
proyek.
3) Menerbitkan laporan prestasi pekerjaan proyek untuk dapat dilihat oleh
pemilik proyek.
4) Konsultan pengawas memberikan saran atau pertimbangan kepada pemilik
proyek maupun kontraktor dalam proyek pelaksanaan pekerjaan.
5) Mengoreksi dan menyetujui gambar shop drawing yang diajukan kontraktor
sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan proyek.
6) Memilih dan memberikan persetujuan mengenai tipe dan merek yang
diusulkan oleh kontraktor agar sesuai dengan harapan pemilik proyek namun
tetap berpedoman dengan kontrak kerja konstruksi yang sudah dibuat
sebelumnya.
b. Konsultan pengawas juga memiliki wewenang sebagai berikut:
1) Memperingatkan atau menegur pihak peleksana pekerjaan jika terjadi
penyimpangan terhadap kontrak kerja.
2) Menghentikan pelaksanaan pekerjaan jika pelaksana proyek tidak
memperhatikan peringatan yang diberikan.
3) Memberikan tanggapan atas usul pihak pelaksana proyek serta berhak
memeriksa gambar shopdrawing pelaksana proyek.
4) Melakukan perubahan dengan menerbitkan berita acara perubahan ( Site
Instruction)
5) Mengoreksi pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor agar sesuai dengan
kontrak kerja yang telah disepakati sebelumnya.

62
3.3.3. Sistem Pelaporan Proyek
3.3.3.1. Laporan Pelaksana

Sumber : Google, 2022


Gambar 3.13 Diagram Alir Laporan Pelaksana

Dalam gambar diatas, menjelaskan bahwa setidaknya ada 4 (empat) unsur


yang akan terlibat dalam suatu pekerjaan konstruksi khususnya dalam menangani
administrasi pelaporan selama pekerjaan sampai dengan selesai pekerjaan. Pihak
yang terlibat diantaranya yaitu :

1. Penyedia Dalam hal ini adalah Kontraktor


2. Pengawas Pekerjaan dalam hal ini adalah Direksi Teknis/Konsultan Pengawas
3. Pengendali Pekerjaan dalam hal ini adalah Direksi Lapangan/Konsultan MK
4. PPK Atau Pejabat Pembuat Komitmen

63
LANGKAH 1 :
Penyedia harus memberikan laporan berupa laporan harian, laporan mingguan,
dan laporan bulanan kepada Pengendali Pekerjaan dan kemudian laporan tersebut
akan diteruskan dari Pengendali Pekerjaan kepada Pengawas Pekerjaan untuk
diperiksa/diverifikasi. T
 
LANGKAH 2 : 
Apabila menurut pengawas pekerjaan laporan tersebut belum benar maka
pengawas pekerjaan mempunyai kewenangan untuk menolak laporan tersebut dan
meminta kepada penyedia untuk melakukan revisi laporan dan kemudian diajukan
kembali kepada Pengendali Pekerjaan. Apabila laporan yang diberikan penyedia
kepada pengawas pekerjaan sudah benar setelah dilakukan pemeriksaan terlebih
dahulu, maka laporan tersebut dapat diteruskan kepada Pengendali Pekerjaan
untuk disetujui.
LANGKAH 3 :
Pengendali Pekerjaan akan melakukan pemeriksaan sebelum menyetujui
laporan-laporan yang diberikan. Apabila menurut Pengendali pekerjaan laporan
tersebut belum benar, maka Pengendali Pekerjaan dapat mengembalikan laporan
tersebut kepada penyedia untuk direvisi. Namun apabila laporan tersebut sudah
benar, maka Pengendali Pekerjaan dapat menyetujui laporan itu dan memberikan
salinan laporan kepada penyedia, pengawas pekerjaan, dan meneruskan laporan
tersebut untuk diketahui oleh PPK.
LANGKAH 4 : 
PPK menerima juga salinan laporan-laporan tersebut untuk diketahui dan
dapat memberikan laporan yang telah di tandatangani oleh PPK untuk diberikan
salinannya kepada Pengendali Pekerjaan.

64
3.3.3.2. Laporan Pengawas terhadap pekerjaan konstruksi

Sumber : Google, 2022


Gambar 3.14 Laporan Pengawasan terhadap hasil pekerjaan konstruksi

Khususnya pada bagian ini lebih banyak dibahas tentang laporan yang
menjadi tanggung jawab dari Pengawas Pekerjaan. Penyedia memberikan laporan
sebagai acuan kepada Pengawas Pekerjaan.

LANGKAH 1 : 
Pengawas Pekerjaan dalam hal ini adalah Konsultan Pengawas wajib
membuat laporan progres pekerjaan berupa, laporan mingguan, laporan bulanan,
laporan khusus, dan laporan akhir. Laporan ini kemudian diserahkan kepada
Pengendali Pekerjaan untuk disetujui.
LANGKAH 2 : 
Apabila laporan tersebut belum benar, maka Pengendali Pekerjaan dapat
mengembalikan laporan tersebut agar dapat direvisi terlebih dahulu dan diajukan
kembali. Jika Laporan tersebut sudah benar, maka Pengendali Pekerjaan

65
memberikan persetujuan dan menandatangani laporan tersebut dan diberikan
kembali kepada Pengawas Pekerjaan dan diberikan juga salinan kepada PPK
untuk diketahui.
3.3.3.3. Laporan Pelaksanaan pengawas

Sumber : Google, 2022


Gambar 3.15 Laporan Pelaksanaan Pengawasan

Khususnya pada bagian ini lebih banyak dibahas tentang laporan yang
menjadi tanggung jawab dari Pengawas Pekerjaan atau konsultan pengawas.

LANGKAH 1 : 
Pengawas Pekerjaan membuat Laporan berkala, Laporan Bulanan, Laporan
Khusus, dan Laporan Akhir kemudian diserahkan kepada Pengendali Pekerjaan
dan PPK.

66
3.3.3.4. Laporan Pelaksanaan pengawas

Sumber : Google, 2022


Gambar 3.16 Laporan Kepala Satker/PPK ke atasan langsung

Khususnya pada bagian ini lebih banyak dibahas tentang laporan yang menjadi
tanggung jawab dari Pengendali Pekerjaan yaitu Direksi Lapangan/Konsultan
MK.

LANGKAH: 1
Kontraktor dan Pengawas Pekerjaan Memberikan laporan Pelaksanaan dan
Laporan Pengawasan kepada Pengendali Pekerjaan sebagai Acuan. Kemudian
Pengendali Pekerjaan membuat laporan pengendalian untuk diserahkan kepada
KASATKER/PPK untuk diperiksa. Apabila laporan tersebut belum benar, maka
PPK dapat mengembalikan laporan itu kepada Pengendali Pekerjaan untuk
direvisi dan diserahkan kembali. Namun apabila laporan tersebut sudah benar,
maka PPK langsung dapat meneruskan laporan tersebut kepada Atasan misalnya
ada PA/KPA untuk diperiksa.
LANGKAH 2 : 

67
Apabila Atasan Langsung melihat bahwa laporannya belum benar, laporan
tersebut dapat dikembalikan kepada Pengendali Pekerjaan untuk kemudian
direvisi kembali dan melalui proses pada langkah ke 1. Namun apabila laporan
tersebut sudah benar, maka laporan tersebut kemudian disimpan sebagai arsip oleh
Atasan Langsung. Laporan yang disimpan haruslah laporan asli yang merupakan
tanda tangan basah dari setiap pihak.

3.4. METODE PELAKSANAAN DAN PERALATAN


3.4.1.Peralatan yang Digunakan
Dalam Proyek Preservasi jalan dalam Kota Tanjung Selor ini mengunakan
peralatan kontraktor,yaitu sebagai berikut :
Tabel 3.1 Daftar peralatan kontraktor
NO JENIS PERALATAN UNIT SATUAN

1 Asphalt Finisher 1 Unit

2 Compresor 1 Unit

3 Dump Truck 3 Unit

4 Mobil Pick Up 1 Unit

5 Pneumatic Tire Roller 1 Unit

6 Tandem Roller 1 Unit

7 Water Tanker 1 Unit

8 Hand Sprayer 1 Unit

Sumber : CV. Intinusa Karya


3.4.2. Material yang dipergunakan
1. Abu Batu
2. Agregat (0,5-1 mm)
3. Agregat (1-1 mm)
4. Agregat (1-2 mm)
5. Filler Semen

68
6. Kadar Aspal

3.4.2.1 Sistem Pengadaan Material

Untuk menghasilkan campuran beraspal dengan sifat-sifat yang baik, bahan yang
digunakan harus memiliki sifat-sifat yang memenuhi persyaratan dalam
spesifikasi. Mutu bahan yang baik belum tentu menghasilkan campuran dengan
mutu yang sesuai dengan persyaratan, bila pelaksanaannya tidak mengikuti
prosedur yang ditetakan dalam spesifikasi.

Proses produksi campuran beraspal meliputi beberapa kegiatan sebagai berikut

1. Penyediaan bahan-bahan yang diperlukan (agregat, aspal, bahan pengisi) yang


sesuai dengan mutu yang disyartkan.
2. Pengeringan dan pemanasan agregat di AMP sesuai dengan temperatur yang
ditentukan (160-180) ºC.
3. Penyiapan aspal dan memanaskannya sampai temperatur (150-165) ºC.
4. Penyiapan material untuk campuran dengan komposisi sesuai dengan resep
yang ditentukan di laboratorium.
5. Mengaduk material dengan aspal dalam ruang pengaduk (mixer).
3.4.2.2. Penanganan Agregat

Metoda penanganan agregat di tempat penimbunan mempunyai


pengaruh besar pada perbedaan volumetrik campuran antara FCK (JMF) dengan
pelaksanaan. Segregasi yang terjadi selama proses penumpukan, pemindahan,
dan terkontaminasinya agregat dengan tanah sering dijumpai di beberapa proyek
jalan. Bahan agregat yang ada di tempat penimbunan harus dijamin mempunyai
sifat-sifat fisik dan gradasi yang sesuai dengan persyaratan. Oleh sebab itu, sifat
bahan di stock pile harus diperiksa. Pemeriksaan pada tempat penimbunan agregat
meliputi:

1. Kebersihan agregat, terutama kebersihan pasir.


2. Bentuk agregat kubikal, tidak pipih, dan keras
3. Agregat tidak mengalami segregasi atau degradasi.

69
4. Agregat tidak tercampur dan tidak terkontaminasi tanah lempung dan bahan
lainnya.

3.4.2.3. Penanganan Aspal dan asbuton

Pengujian mutu aspal seharusnya dilakukan secara berkala terhadap aspal


yang baru datang sebelum dimasukkan ke dalam tangki (ketel) penyimpanan dan
atau dari ketel aspal bila aspal dalam ketel tersebut telah berkali-kali dipanaskan.
Hal ini sangat penting dilakukan karena aspal yang digunakan belum tentu
seluruhnya memenuhi persyaratan, adakalanya beberapa parameter mutu aspal
tidak terpenuhi seperti titik lembek dan penetrasi.

Untuk peremaja yang akan digunakan pada campuran hangat, sifat-sifat


peremaja seperti yang disyaratkan dalam spesifikasi mutlak harus dipenuhi dan
yakinkan bahwa peremaja tersebut mengandung aspal. Bila mutu peremaja dan
atau mutu aspal yang terkandung didalamnya tidak memenuhi persyaratan maka
campuran beraspal yang dihasilkan tidak akan memenuhi sifat campuran yang
diinginkan.

Apabila campuran yang akan diproduksi direncanakan menggunakan


asbuton, maka asbuton yang digunakan baik untuk campuran beraspal panas
ataupun hangat adalah berupa asbuton butir atau asbuton hasil ekstraksi,
sedangkan untuk campuran beraspal hangat digunakan asbuton butir.

Untuk campuran panas, tipe asbuton butir yang digunaan adalah asbuton hasil
ekstraksi atau asbuton butir dari Tipe 5/20, Tipe 15/20, dan Tipe 15/25.
Sedangkan untuk campuran beraspal hangat, tipe yang digunakan adalah Tipe
5/20, Tipe 15/20, Tipe 15/25, Tipe 20/25 dan Tipe 30/25. Empat tipe pertama dari
asbuton butir ini memiliki ukuran butir maksimum sebesar 1,18 mm dan untuk
Tipe 30/25 ukuran maksimumnya adalah sebesar 2,36 mm.

70
3.4.3.Tata Cara Pelaksanaan Proyek
1. Wheel Loader memuat agregat ke dalam Cold Bin AMP.

Sumber : Dokumentasi
Gambar 3.17 Foto Dokumentasi lapangan
2. Agregat dan aspal dicampur dan dipanaskan dengan AMP untuk dimuat
langsung ke dalam Dump Truck dan diangkut ke lokasi pekerjaan.

Sumber : Dokumentasi
Gambar 3.18 Foto Dokumentasi lapangan
3. Gambar 2.8 Foto Dokumentasi lapanganCampuran panas AC-WC dihampar
dengan Finisher dan dipadatkan dengan Tandem dan Pneumatic Tire Roller.

71
Sumber : Dokumentasi
Gambar 3.19 Foto Dokumentasi lapangan

Sumber : Dokumentasi
Gambar 3.20 Foto Dokumentasi lapangan

Sumber : Dokumentasi
Gambar 3.21 Foto Dokumentasi lapangan

4. Selama pemadatan, sekelompok pekerja akan merapikan tepi hamparan dengan


menggunakan Alat Bantu.

72
Sumber : Dokumentasi
Gambar 3.22 Foto Dokumentasi lapangan

3.5 ADMINISTRASI PROYEK


3.5.1. Papan Nama Proyek

Sumber : Dokumentasi
Gambar 3.23 Papan Nama Proyek
3.5.2. Tata cara Perhitungan Kuantitas/Volume Pekerjaan
1. Mengetahui panjang total segmen yang akan di aspal.
2. Mengetahui lebar jalan yang akan di aspal.
3. Menghitung elevasi/kemiringan jalan.
4. Mengetahui tebal rencana aspal.
5. Menghitung volume keseluruhan.

3.6 PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MUTU


3.6.1. Tata Cara Pengawasan Mutu.

73
Pengawasan terhadap proyek dilakukan dengan cara pemeriksaan
pengukuran dan pengujian, dan hal ini meliputi metode utama pengendalian
kecakapan kerja serta kualitas dan pelaksanaan spesifikasi untuk konstruksi jalan
dan jembatan serta pekerjaan pemeliharaan. Maksud pengawasan mutu adalah
untuk meyakinkan bahwa pekerjaan memenuhi persyaratan disain dan
perencanaan yang cukup tinggi untuk penyelenggaraan pekerjaan yang dapat
memuaskan (dan ekonomis) untuk memenuhi umur konstruksi yang disyaratkan.
Pemeriksaan serta pengujian yang teratur merupakan alat yang perlu untuk
mencegah hasil yang tidak dapat diterima karena faktor-faktor seperti kecakapan
kerja yang rendah, penggantian sumber material atau kualitas material yang
rendah, ketidak cocokan atau ketidak cukupan peralatan, serta membiarkan
pekerjaan lapangan terlalu lama manjadikan keadaan yang merugikan.
3.6.2. Prosedur Pengujian di Lapangan
Pengendalian kecakapan kerja dan pelaksanaan perlu diyakini agar pekerjaan yang
sudah selesai dapat memenuhi desain dan standar konstruksi yang ditetapkan. Hal
ini dimaksud untuk pemeriksaan serta pengujian pekerjaan yang dilaksanakan,
termasuk :
1. Keadaan tanah serta daya dukung tanah untuk jalan dan struktur konstruksi
lainnya.
2. Pemilihan dan keseragaman material yang disediakan dan yang dicampur di
lapangan.
3. Ketebalan lapis perkerasan.
4. Pemadatan dan kepadatan serta kekuatan yang diijinkan.
5. Suhu aspal dan perbandingan pemakaian.
6. Penerimaan berbagai campuran pekerjaan (job mix).
Pengendalian mutu kecakapan kerja menurut pengawasan yang berkelanjutan
melalui pelaksanaan pekerjaan.
3.6.3. Prosedur Pengujian Mutu di Lpanagan dan di Laboratorium
Peralatan laboratorium lapangan harus dapat mendukung pengujian-pengujian
yang tercantum dalam Spesifikasi Umum/Spesifikasi Khusus. Alat uji yang harus

74
tersedia di laboratorium lapangan dan berkaitan langsung dengan pengendalian
mutu harian antara lain adalah;
a) Peralatan Marshall;
b) analisis saringan;
c) ekstraksi;
d) kadar air;
e) kepadatan laboratorium dan kepadatan lapangan.
f) Termometer
g) Penetrasi aspal
h) Viskositas aspal
Untuk laboratorium lapangan alat ekstraksi yang digunakan adalah dari jenis
Reflux / Soklet yang menggunakan pelarut TCE (Trichloro Ethylene).
Alat uji yang harus tersedia di laboratorium produsen Asbuton adalah alat
ekstraksi jenis reflux/soklet, analisa saringan, kadar air, rotary recovery dan
penetrasi.

3.7. PENGENDALIAN BIAYA DAN JADWAL


3.7.1 Time Schedule

Sumber : CV. Intinusa Karya


Gambar 3.24 Time Schedule

75
3.7.2 Progress

Sumber : CV. Intinusa Karya


Gambar 3.25 Progress

76

Anda mungkin juga menyukai