51
Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan
Gambar 3.3 Gambar Kemiringan Jalan Gorong-Gorong STA 3+135
52
Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan
Gambar 3.5 Gambar Kemiringan Jalan STA 3+175
53
Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan
Gambar 3.7 Gambar Kemiringan Jalan STA 3+225
54
3.2.PROSES SELEKSI DAN PENUNJUKAN KONSULTAN/KONTAKTOR
3.2.1. Komunikasi tawaran pekerjaan
Dapat beralih ke sumber internal atau eksternal. Internal jika lowongan
dikomunikasikan kepada pekerja perusahaan sendiri yang ingin berganti posisi.
Atau ke sumber eksternal, jika publikasi penawaran ada di situs web
ketenagakerjaan, asosiasi profesi, agen tenaga kerja atau konsultan sumber daya
manusia (SDM).
3.2.2. Penerimaan aplikasi dan pra-seleksi
Setelah mempublikasikan lowongan dan persyaratan yang diminta, kita
akan mulai menerima resume para kandidat. Menurut informasi yang
dikumpulkan di CV, kandidat yang memenuhi persyaratan yang diperlukan secara
apriori untuk melanjutkan tes bakat akan diseleksi. Pada tahap ini, misalnya,
kualifikasi mereka, pengalaman bertahun-tahun, wilayah geografis, ketersediaan
perubahan atau usia dinilai.
3.2.3. Melaksanakan uji teknis
Kandidat akan diundang untuk mengikuti tes seleksi untuk menilai
pengetahuan dan keterampilan mereka masing-masing. Ini akan menjadi filter
kedua dalam proses seleksi. Di antara tes yang biasanya dilakukan pada tahap ini,
ada tes psikoteknik, tes bahasa, dinamika kelompok, simulasi atau tes
pengetahuan khusus untuk posisi tersebut.
3.2.4. Wawancara pribadi
Setelah tes teknis dilakukan, kandidat dengan hasil terbaik akan dipilih
untuk mengetahui keterampilan, aspirasi, minat, dan sikap pribadi mereka melalui
wawancara kerja. Wawancara bisa dengan satu orang atau lebih dari perusahaan
atau
bahkan dibagi menjadi beberapa tahap wawancara. Pertama dengan SDM dan
kemudian dengan manajer bagian, misalnya. Ini adalah fase kunci yang akan
menentukan kandidat mana yang dipilih untuk posisi itu.
55
3.2.5. Mempekerjakan
Setelah kandidat yang akan menjadi bagian dari perusahaan telah dipilih,
kita harus membuat tawaran pekerjaan. Artinya, kondisi ekonomi dan tenaga kerja
yang ditawarkan perusahaan. Dalam beberapa kasus, sebagian dari kondisi ini
dapat dinegosiasikan dengan kandidat. Setelah tawaran diterima, kontrak
ditandatangani dan didaftarkan secara hukum.
3.2.6. Penggabungan, penerimaan, dan adaptasi
Proses seleksi tidak berakhir dengan penandatanganan kontrak, tetapi
kandidat terus dievaluasi selama hari-hari pertama bekerja untuk melihat apakah
dia benar-benar memenuhi harapan, beradaptasi dengan posisi dan perusahaan.
56
Gambar 3.9 Hubungan Kerja Secara Teknis
57
3.3.2 Tugas dan wewenang
58
Sumber : CV. Intinusa Karya
Gambar 3.12 Struktur Organisasi Pelaksana
59
a) Membuat surat perintah kerja ( SPK )
b) Mengesahkan atau menolak perubahan pekerjaan yang telah direncanakan.
c) Meminta pertanggungjawaban kepada para pelaksana proyek atas hasil
pekerjaan konstruksi.
d) Memutuskan hubungan kerja dengan pihak pelaksana proyek yang tidak dapat
melaksanakan pekerjaanya sesuai dengan isi surat perjanjian kontrak. misalnya
pelaksanan pembangunann dengan bentuk dan material yang tidak sesuai
dengan RKS.
3.3.2.2 Kontaktor (Contractor)
Kontraktor Pelaksana adalah penyedia jasa orang perseorangan atau badan
usaha yang dinyatakan ahli yang profesional dibidang pelaksanaan jasa kontruksi
yang mampu menyelenggarakan kegiatannya untuk mewujudkan suatu hasil
perencanaan menjadi bentuk bangunan atau bentuk fisik lainnya. Pada Pekerjaan
proyek Preservasi jalan Sengkawit Tanjung Selor konsultan pengawas CV.
Intinusa Karya.
Kontraktor Pelaksana dalam suatu proyek mempunyai tugas dan wewenang
sebagai berikut:
Tugas Kontraktor Pelaksana adalah :
Pelaksanaan pekerjaan.
a) Capaian pekerjaan.
b) Jumlah tenaga kerja yang bekerja.
c) Jumlah bahan yang digunakan.
d) Keadaan cuaca dan faktor-faktor lainnya.
60
2. Kontraktor Pelaksana juga memiliki wewenang sebagai berikut:
Bertanggung jawab atas semua ganti rugi yang diakibatkan oleh kecelakaan
saat pelaksanaan pekerjaan, serta wajib menyediakan perlengkapan pertolongan
pertama pada kecelakaan
3.3.2.3. Konsultan pengawas (direksi/supervisor)
Konsultan pengawas adalah badan usaha atau perorangan yang ditunjuk oleh
pemilik proyek untuk melaksanakan pekerjaan pengawasan. Pada Pekerjaan
Preservasi jalan dalam Kota Tanjung Selor konsultan pengawas PT. Jakarta
Rencana Selaras Konsultan pengawas dalam suatu proyek mempunyai tugas dan
wewenang sebagai berikut :
a. Tugas konsultan pengawas adalah :
1) Menyelenggarakan administrasi umum mengenai pelaksanaan kontrak kerja.
61
2) Melaksanakan pengawasan secara rutin dalam perjalanan pelaksanaan
proyek.
3) Menerbitkan laporan prestasi pekerjaan proyek untuk dapat dilihat oleh
pemilik proyek.
4) Konsultan pengawas memberikan saran atau pertimbangan kepada pemilik
proyek maupun kontraktor dalam proyek pelaksanaan pekerjaan.
5) Mengoreksi dan menyetujui gambar shop drawing yang diajukan kontraktor
sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan proyek.
6) Memilih dan memberikan persetujuan mengenai tipe dan merek yang
diusulkan oleh kontraktor agar sesuai dengan harapan pemilik proyek namun
tetap berpedoman dengan kontrak kerja konstruksi yang sudah dibuat
sebelumnya.
b. Konsultan pengawas juga memiliki wewenang sebagai berikut:
1) Memperingatkan atau menegur pihak peleksana pekerjaan jika terjadi
penyimpangan terhadap kontrak kerja.
2) Menghentikan pelaksanaan pekerjaan jika pelaksana proyek tidak
memperhatikan peringatan yang diberikan.
3) Memberikan tanggapan atas usul pihak pelaksana proyek serta berhak
memeriksa gambar shopdrawing pelaksana proyek.
4) Melakukan perubahan dengan menerbitkan berita acara perubahan ( Site
Instruction)
5) Mengoreksi pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor agar sesuai dengan
kontrak kerja yang telah disepakati sebelumnya.
62
3.3.3. Sistem Pelaporan Proyek
3.3.3.1. Laporan Pelaksana
63
LANGKAH 1 :
Penyedia harus memberikan laporan berupa laporan harian, laporan mingguan,
dan laporan bulanan kepada Pengendali Pekerjaan dan kemudian laporan tersebut
akan diteruskan dari Pengendali Pekerjaan kepada Pengawas Pekerjaan untuk
diperiksa/diverifikasi. T
LANGKAH 2 :
Apabila menurut pengawas pekerjaan laporan tersebut belum benar maka
pengawas pekerjaan mempunyai kewenangan untuk menolak laporan tersebut dan
meminta kepada penyedia untuk melakukan revisi laporan dan kemudian diajukan
kembali kepada Pengendali Pekerjaan. Apabila laporan yang diberikan penyedia
kepada pengawas pekerjaan sudah benar setelah dilakukan pemeriksaan terlebih
dahulu, maka laporan tersebut dapat diteruskan kepada Pengendali Pekerjaan
untuk disetujui.
LANGKAH 3 :
Pengendali Pekerjaan akan melakukan pemeriksaan sebelum menyetujui
laporan-laporan yang diberikan. Apabila menurut Pengendali pekerjaan laporan
tersebut belum benar, maka Pengendali Pekerjaan dapat mengembalikan laporan
tersebut kepada penyedia untuk direvisi. Namun apabila laporan tersebut sudah
benar, maka Pengendali Pekerjaan dapat menyetujui laporan itu dan memberikan
salinan laporan kepada penyedia, pengawas pekerjaan, dan meneruskan laporan
tersebut untuk diketahui oleh PPK.
LANGKAH 4 :
PPK menerima juga salinan laporan-laporan tersebut untuk diketahui dan
dapat memberikan laporan yang telah di tandatangani oleh PPK untuk diberikan
salinannya kepada Pengendali Pekerjaan.
64
3.3.3.2. Laporan Pengawas terhadap pekerjaan konstruksi
Khususnya pada bagian ini lebih banyak dibahas tentang laporan yang
menjadi tanggung jawab dari Pengawas Pekerjaan. Penyedia memberikan laporan
sebagai acuan kepada Pengawas Pekerjaan.
LANGKAH 1 :
Pengawas Pekerjaan dalam hal ini adalah Konsultan Pengawas wajib
membuat laporan progres pekerjaan berupa, laporan mingguan, laporan bulanan,
laporan khusus, dan laporan akhir. Laporan ini kemudian diserahkan kepada
Pengendali Pekerjaan untuk disetujui.
LANGKAH 2 :
Apabila laporan tersebut belum benar, maka Pengendali Pekerjaan dapat
mengembalikan laporan tersebut agar dapat direvisi terlebih dahulu dan diajukan
kembali. Jika Laporan tersebut sudah benar, maka Pengendali Pekerjaan
65
memberikan persetujuan dan menandatangani laporan tersebut dan diberikan
kembali kepada Pengawas Pekerjaan dan diberikan juga salinan kepada PPK
untuk diketahui.
3.3.3.3. Laporan Pelaksanaan pengawas
Khususnya pada bagian ini lebih banyak dibahas tentang laporan yang
menjadi tanggung jawab dari Pengawas Pekerjaan atau konsultan pengawas.
LANGKAH 1 :
Pengawas Pekerjaan membuat Laporan berkala, Laporan Bulanan, Laporan
Khusus, dan Laporan Akhir kemudian diserahkan kepada Pengendali Pekerjaan
dan PPK.
66
3.3.3.4. Laporan Pelaksanaan pengawas
Khususnya pada bagian ini lebih banyak dibahas tentang laporan yang menjadi
tanggung jawab dari Pengendali Pekerjaan yaitu Direksi Lapangan/Konsultan
MK.
LANGKAH: 1
Kontraktor dan Pengawas Pekerjaan Memberikan laporan Pelaksanaan dan
Laporan Pengawasan kepada Pengendali Pekerjaan sebagai Acuan. Kemudian
Pengendali Pekerjaan membuat laporan pengendalian untuk diserahkan kepada
KASATKER/PPK untuk diperiksa. Apabila laporan tersebut belum benar, maka
PPK dapat mengembalikan laporan itu kepada Pengendali Pekerjaan untuk
direvisi dan diserahkan kembali. Namun apabila laporan tersebut sudah benar,
maka PPK langsung dapat meneruskan laporan tersebut kepada Atasan misalnya
ada PA/KPA untuk diperiksa.
LANGKAH 2 :
67
Apabila Atasan Langsung melihat bahwa laporannya belum benar, laporan
tersebut dapat dikembalikan kepada Pengendali Pekerjaan untuk kemudian
direvisi kembali dan melalui proses pada langkah ke 1. Namun apabila laporan
tersebut sudah benar, maka laporan tersebut kemudian disimpan sebagai arsip oleh
Atasan Langsung. Laporan yang disimpan haruslah laporan asli yang merupakan
tanda tangan basah dari setiap pihak.
2 Compresor 1 Unit
68
6. Kadar Aspal
Untuk menghasilkan campuran beraspal dengan sifat-sifat yang baik, bahan yang
digunakan harus memiliki sifat-sifat yang memenuhi persyaratan dalam
spesifikasi. Mutu bahan yang baik belum tentu menghasilkan campuran dengan
mutu yang sesuai dengan persyaratan, bila pelaksanaannya tidak mengikuti
prosedur yang ditetakan dalam spesifikasi.
69
4. Agregat tidak tercampur dan tidak terkontaminasi tanah lempung dan bahan
lainnya.
Untuk campuran panas, tipe asbuton butir yang digunaan adalah asbuton hasil
ekstraksi atau asbuton butir dari Tipe 5/20, Tipe 15/20, dan Tipe 15/25.
Sedangkan untuk campuran beraspal hangat, tipe yang digunakan adalah Tipe
5/20, Tipe 15/20, Tipe 15/25, Tipe 20/25 dan Tipe 30/25. Empat tipe pertama dari
asbuton butir ini memiliki ukuran butir maksimum sebesar 1,18 mm dan untuk
Tipe 30/25 ukuran maksimumnya adalah sebesar 2,36 mm.
70
3.4.3.Tata Cara Pelaksanaan Proyek
1. Wheel Loader memuat agregat ke dalam Cold Bin AMP.
Sumber : Dokumentasi
Gambar 3.17 Foto Dokumentasi lapangan
2. Agregat dan aspal dicampur dan dipanaskan dengan AMP untuk dimuat
langsung ke dalam Dump Truck dan diangkut ke lokasi pekerjaan.
Sumber : Dokumentasi
Gambar 3.18 Foto Dokumentasi lapangan
3. Gambar 2.8 Foto Dokumentasi lapanganCampuran panas AC-WC dihampar
dengan Finisher dan dipadatkan dengan Tandem dan Pneumatic Tire Roller.
71
Sumber : Dokumentasi
Gambar 3.19 Foto Dokumentasi lapangan
Sumber : Dokumentasi
Gambar 3.20 Foto Dokumentasi lapangan
Sumber : Dokumentasi
Gambar 3.21 Foto Dokumentasi lapangan
72
Sumber : Dokumentasi
Gambar 3.22 Foto Dokumentasi lapangan
Sumber : Dokumentasi
Gambar 3.23 Papan Nama Proyek
3.5.2. Tata cara Perhitungan Kuantitas/Volume Pekerjaan
1. Mengetahui panjang total segmen yang akan di aspal.
2. Mengetahui lebar jalan yang akan di aspal.
3. Menghitung elevasi/kemiringan jalan.
4. Mengetahui tebal rencana aspal.
5. Menghitung volume keseluruhan.
73
Pengawasan terhadap proyek dilakukan dengan cara pemeriksaan
pengukuran dan pengujian, dan hal ini meliputi metode utama pengendalian
kecakapan kerja serta kualitas dan pelaksanaan spesifikasi untuk konstruksi jalan
dan jembatan serta pekerjaan pemeliharaan. Maksud pengawasan mutu adalah
untuk meyakinkan bahwa pekerjaan memenuhi persyaratan disain dan
perencanaan yang cukup tinggi untuk penyelenggaraan pekerjaan yang dapat
memuaskan (dan ekonomis) untuk memenuhi umur konstruksi yang disyaratkan.
Pemeriksaan serta pengujian yang teratur merupakan alat yang perlu untuk
mencegah hasil yang tidak dapat diterima karena faktor-faktor seperti kecakapan
kerja yang rendah, penggantian sumber material atau kualitas material yang
rendah, ketidak cocokan atau ketidak cukupan peralatan, serta membiarkan
pekerjaan lapangan terlalu lama manjadikan keadaan yang merugikan.
3.6.2. Prosedur Pengujian di Lapangan
Pengendalian kecakapan kerja dan pelaksanaan perlu diyakini agar pekerjaan yang
sudah selesai dapat memenuhi desain dan standar konstruksi yang ditetapkan. Hal
ini dimaksud untuk pemeriksaan serta pengujian pekerjaan yang dilaksanakan,
termasuk :
1. Keadaan tanah serta daya dukung tanah untuk jalan dan struktur konstruksi
lainnya.
2. Pemilihan dan keseragaman material yang disediakan dan yang dicampur di
lapangan.
3. Ketebalan lapis perkerasan.
4. Pemadatan dan kepadatan serta kekuatan yang diijinkan.
5. Suhu aspal dan perbandingan pemakaian.
6. Penerimaan berbagai campuran pekerjaan (job mix).
Pengendalian mutu kecakapan kerja menurut pengawasan yang berkelanjutan
melalui pelaksanaan pekerjaan.
3.6.3. Prosedur Pengujian Mutu di Lpanagan dan di Laboratorium
Peralatan laboratorium lapangan harus dapat mendukung pengujian-pengujian
yang tercantum dalam Spesifikasi Umum/Spesifikasi Khusus. Alat uji yang harus
74
tersedia di laboratorium lapangan dan berkaitan langsung dengan pengendalian
mutu harian antara lain adalah;
a) Peralatan Marshall;
b) analisis saringan;
c) ekstraksi;
d) kadar air;
e) kepadatan laboratorium dan kepadatan lapangan.
f) Termometer
g) Penetrasi aspal
h) Viskositas aspal
Untuk laboratorium lapangan alat ekstraksi yang digunakan adalah dari jenis
Reflux / Soklet yang menggunakan pelarut TCE (Trichloro Ethylene).
Alat uji yang harus tersedia di laboratorium produsen Asbuton adalah alat
ekstraksi jenis reflux/soklet, analisa saringan, kadar air, rotary recovery dan
penetrasi.
75
3.7.2 Progress
76