Mengatasinya
Aida Russalam1
Abstrak
A. Pendahuluan
Belajar suatu bahasa, baik bahasa ibu atau bahasa nasional yang
menjadi simbol kebangsaan, pada masa kanak-kanak merupakan proses
yang mau tidak mau mesti berlangsung. Proses yang tidak dapat dihindari
1
Dosen Bahasa Arab pada Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Yastis (Yayasan
Tarbiyah Islamiyah) Padang
17
dan sebuah keniscayaan. Disebut bahasa Ibu karena bahasa ini dipakai oleh
anak-anak saat ia berkomunikasi dengan ibunya ketika ia mulai belajar
berbicara. Seorang anak yang dibesarkan di lingkungan masyarakat yang
berbahasa Arab akan menjadikan bahasa ibunya bahasa Arab. Jika anak
itu dibesarkan di lingkungan yang berbahasa daerah tertentu maka anak
tersebut akan menjadikan bahasa daerah tertentu itu menjadi bahasa
ibunya.
Aida Russalam 19
yang dipakai dalam surat kabar, radio, buku, acara-acara resmi
kenegaraan, forum-forum ilmiah dan lain-lainnya. Bahasa ini
hampir mirip dengan bahasa Arab klasik dan dianggap sebagai
bahasa yang termasuk fusha.
3. Bahasa Arab tutur atau pergaulan (‘ammiyah) yang digunakan
dalam kehidupan sehari-hari orang Arab, dengan ragam dialek
mereka masing-masing sesuai daerah dan lingkungan yang
ditempati oleh masyarakat Arab.
Perjalanan yang sedemikian panjang dari Bahasa Arab telah menjadikan
bahasa ini mempunyai karakter dan keistimewaan tersendiri yang berbeda,
bahkan mungkin tidak dimiliki oleh bahasa-bahasa yang lain di antaranya
adalah sebagai berikut (Soejono Dardjowidjojo, 2003:16):
1. Bahasa Arab merupakan bahasa yang kaya, bisa jadi merupakan
Bahasa yang terkaya di dunia bila dibandingkan dengan bahasa-
bahasa yang ada, terutama yang berhubungan dengan persamaan
kata atau sinonim (al-mufradat al-mutaradifah), contoh untuk
sinonim atau padanan kata unta dalam Bahasa Arab terdapat
800 padanan kata, dan untuk kata yang bermakna anjing ada 100
padanan katanya. Bahasa Arab kaya akan sinonim (persamaan arti
kata). Misal yang lain, al-Asad yang artinya singa, mempunyai
sinonim yang banyak sekali. Di antaranya adalah Al-Laits, Al-
Ghadanfar, As-Sabu’u, Ar-Ri’baal, Al-Hizbar, Adh-Dhargaam,
Ad-Dhaigam, Al-Wardu, Al-Qaswar, dan lain sebagainya.
Kemudian, tiap huruf dalam bahasa Arab mempunyai simbol,
tanda, dan arti tersendiri. Contohnya adalah huruf ha’, dimana ia
mengandung arti yang berkonotasi kepada sesuatu yang tajam dan
panas, seperti Al-Hummaa (penyakit panas, demam), Al-Haraara
(panas), Al-Hurr (yang bebas dan merdeka), Al-Hubb (kecintaan),
Al-Hariiq (kebakaran), Al-Hiqd (kedengkian), Al-Hamiim (teman
akrab), Al-Hamzhal (buah parai), Al-Hirriif (yang pedas), Al-Haraam
(yang dilarang), Al-Hariir (kain sutera), Al-Hanaan (kasih sayang),
Al-Haadd (yang tajam), Al-Haqq (kebenaran) dan lain-lain.
Aida Russalam 21
bagi kaum muslim (‘Ali al Hadid, t.t: 9), karena bahasa kitab
suci kaum muslimin berbahasa Arab menjadikan bahasa Arab
harus dipelajari sebagai alat untuk memahami ajaran agama
yang bersumber dari kitab suci alquran. Ibnu Taimiyah berkata,
“sudah maklum bahwa belajar dan mengajar bahasa Arab
adalah fardhu kifayah”. Sebagaimana dikatakan oleh Umar bin
Khattab, “Sesungguhnya bahasa Arab itu bagian dari agama”,
dan mengetahuinya adalah sebuah kewajiban. Sebab, memahami
Al-Qur’an dan Al-Hadits hukumnya wajib, dan hal itu tidak dapat
dipahami kecuali dengan bahasa Arab.
2. Orang non Arab akan merasa asing jika berkunjung ke jazirah
Arabia yang biasanya menggunakan percakapan bahasa Arab
baik ‘amiyyah maupun fushha jika tidak menguasai bahasa Arab.
3. Banyak karya-karya para ulama klasik bahkan hingga yang
berkembang dewasa ini menggunakan bahasa Arab dalam
kajian-kajian tentang agama dan kehidupan keberagamaan kaum
muslimin di dunia. Sehingga untuk menggali dan memahami
hukum maupun ajaran-ajaran agama yang ada di buku-buku
klasik maupun modern, mutlak menggunakan bahasa Arab
(Rusydi Ahmad Thu’aimah dan Kamil al Naqah, 2006: 31-32).
4. Dengan mengetahui bahasa Arab, dapat dijadikan perantara agar
terhindar dari perkara syubhat dan bid’ah. As-Suyuti berkata
“Sungguh aku telah mendapatkan orang-orang sebelum Syafi’i
dan mereka memberi isyarat bahwa sebab terjadinya bid’ah
adalah tidak mengetahui bahasa Arab”.
5. Bahasa Arab adalah syiar Islam dan umat Islam.
6. Kuatnya bahasa Arab adalah salah satu sebab kemuliaan Islam
dan kaum muslimin.
7. Bahasa Arab adalah ikatan di kalangan kaum muslimin.
8. Mengajarkan bahasa Arab adalah sarana untuk menyebarkan
kebudayaan Islam.
E. Problematika Pembelajaran Bahasa Arab
1. Problematika Linguistik
a) Tata Bunyi
Sebenarnya, pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah
berlangsung berabad-abad lamanya. Tetapi, aspek tata bunyi sebagai
dasar untuk mencapai kemahiran menyimak dan berbicara kurang
mendapat perhatian dan fokus yang memadai. Ini terjadi karena
Aida Russalam 23
bahasa Arab di Indonesia dari pada di Amerika, Inggris dan negara-
negara lainnya karena di Indonesia pelajar lebih cepat dan lebih
banyak menghimpun perbendaharan kosakata baru. Langkah ini
dapat dijadikan dasar bagi pengadaan seleksi kosakata baru dan
pengaturan urutan penyajian materi-materi bahasa Arab. Selain
keuntungan, perpindahan dan penyerapan kata-kata dari bahasa asing
ke dalam bahasa pelajar juga ada kerugiannya, antara lain:
”صغير
ٌ “قلم
ٌ هذا
”أشتري “قلما صغيرا
”اكتب الدرس بـ”قلم صغير
الصغير” هناك
ُ “القلم
”الصغير
َ “القلم
َ أشتري
Sedangkan almauqi’iyyah seperti fi’il (kata kerja) harus terletak di
depan atau mendahului fa’il (pelaku pekerjaan) dan khabar (prediket)
haruslah terletak sesudah mubtada’ (subyek) kecuali apabila khabar
itu zharaf (keterangan waktu/tempat) atau jar dan majrur, maka
boleh mendahului mubtada’. Jadi tata kalimat bahasa Arab memang
tidak mudah dipahami oleh pelajar bahasa non Arab, seperti yang
ada di Indonesia, meskipun ia sudah menguasai gramatika bahasa
Indonesia, ia tidak akan menemukan perbandingannya dalam bahasa
Indonesia. Karena itu guru bahasa Arab harus menaruh dan memberi
perhatian yang lebih banyak agar mereka dapat dengan mudah
Aida Russalam 25
mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi para pelajar ketika
mempelajari bahasa Arab.
d) Tulisan
Tulisan bahasa Arab sangat berbeda dengan tulisan latin. Karena
itu, tidak mengherankan jika duduk diperguruan tinggi seorang
mahasiswa masih juga membuat kesalahan dalam penulisan Arab,
baik tulisan mengenai pelajaran bahasa maupun ayat-ayat Al-Quran
dan hadits, termasuk buku catatan dan karangan ilmiah.
الزبَا
ُّ الس ْي ُل
َّ �بَلَ َغ
Terjemah harfiahnya adalah “air bah telah mencapai tempat
tinggi”, namun bukan itu yang dimaksud. Yang dimaksud
adalah “sesuatu yang terlanjur tidak mungkin dapat diulang
kembali”. Ungkapan seperti ini dapat dimaknai dalam bahasa
Indonesia dengan istilah “nasi telah menjadi bubur”.
Aida Russalam 27
dan nama benda di atas dalam situasi yang tepat.
b) Faktor Buku Ajar
Penggunaan buku ajar dalam pembelajaran juga menjadi
sesuatu yang urgen, karena peranannya di samping guru hingga
saat ini masih menjadi instrument yang cukup menentukan
keberhasilan pebelajaran.
Aida Russalam 29
c) Faktor Lingkungan Sosial
Belajar bahasa yang efektif adalah membawa pelajar ke
dalam lingkungan bahasa yang dipelajari. Dengan lingkungan
tersebut setiap pelajar akan “dipaksa” untuk menggunakan
bahasa tersebut, sehingga perkembangan penggunaan bahasa
yang dipelajarinya relative lebih cepat dibandingkan dengan
mereka yang tidak ada lingkungan bahasa. Hal ini karena
lingkungan akan membuatnya terbiasa menggunakan suatu
bahasa secara terus-menerus untuk menyampaikan maksud
dan tujuan dalam hatinya.
Aida Russalam 31
1) Suggestopedia
dalam istilah ini murid disebut “client” dan guru disebut “counselor”.
Tingkatan belajarnya adalah:
a) Embryo stage, yaitu client bergantung penuh pada counselor.
b) Self-assertion stage, yaitu client mulai mempunyai keberanian
berbicara karena beberapa kata dan prasa mulai tersimpan di
otak.
c) Separate existence stage, yaitu timbul rasa ketidaktergantungan
murid dengan sedikit kesalahan yang dibuatnya dimana
langsung diperbaiki oleh counselor.
d) Reversal stage, yaitu kebutuhan murid pada counselor hanya
berupa idioms dan beberapa ekspresi serta tata bahasa yang
pelik.
e) Independent stage, yaitu ketidaktergantungan murid secara
total dan ia bebas berkomunikasi dalam bahasa asing.
2) The Silent Way
Metode ini dianggap cukup unik karena bukan hanya guru yang
diminta diam 90 % dari alokasi waktu yang dipakai tetapi ada juga
saat-saat tertentu dimana murid tidak diam tidak membaca, tidak
menghayal, tidak juga menonton video tetapi mereka berkonsentrasi
pada bahasa Arab yang baru saja didengar. Prinsip yang dipegang
dalam metode ini adalah adanya respek terhadap kemampuan murid
untuk mengerjakan masalah-masalah bahasa serta kemampuan
untuk mengingat informasi tanpa adanya verbalisasi dan bantuan
minimalpun dari guru. Siswa dibiarkan saja dahulu bersalah dalam
berbahasa karena salah satu letak ketidaksempurnaan dari kebanyakan
pengajaran adalah adanya tuntutan/paksaan untuk memperoleh
kesempurnaan seketika. Inti dari The Silent Way ada tiga, yaitu:
a) wach (perhatikan)
b) give only what is needed (beri/ajarkan apa yang dibutuhkan
saja)
c) wait! (tunggu).
F. Kurikulum
Tidak terlaksananya kurikulum dengan baik di sekolah. Melaksanakan
kurikulum yang telah ditetapkan dengan baik, seperti melaksanakan
kurikum formal, yang meliputi:
1. Tujuan pengajaran baik tujuan umum maupun tujuan khusus.
Aida Russalam 33
Tujuan pengajaran bahasa Arab sebagaimana tercantum dalam
kurikulum ialah mendidik manusia Indonesia agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha
Esa. Tujuan khusus pengajaran bahasa Arab agar siswa memilki
pengetahuan dan kecakapan berbahasa Arab dan mampu
menggunakannya sebagai alat komunikasi.
2. Bahan pelajaran yang tersusun secara sistematis, yang akan
disajikan kepada para siswa yang harus terselesaikan dalam
waktu yang telah ditentukan sesuai dengan alokasi waktu dalam
kurikulum bahasa Arab.
3. Strategi belajar-mengajar dengan berbagai macam kegiatannya
yang dalam kurikulum bahasa Arab telah ditentukan berbagai
metode, sumber / sarana maupun waktu sebagai petunjuk kepada
para guru dalam mengajar.
4. Sistem evaluasi untuk mengetahui sampai mana tujuan pengajaran
telah tercapai. Seringkali guru memberikan pelajaran bahasa Arab
bisa menepati waktu yang telah ditargetkan kurikulum tetapi
setelah diadakan penilaian ternyata belum sesuai dengan apa yang
diharapkan. Hal tersebut adalah sesuatu yang tidak diketahui oleh
guru. Sistem penilaian bisa dilakukan dengan tanya jawab atau
pemberian tugas dan sebagainya.
G. Media dan Sarana Prasarana
Keterbatasan media yang ada atau keterbatasan sekolah dalam
menyediakan media pembelajaran. Adapun solusinya adalah menyediakan
media pembelajaran yang memadai, karena penggunaan media dalam
pembelajaran sangat penting sekali, karena media dapat menarik minat
siswa, meningkatkan pengertian siswa, memberikan data yang kuat/
terpercaya, memadatkan informasi, dan memudahkan penafsiran data,
dengan menggunakan media dapat mempermudah dan mengefektifitkan
proses pembelajaran dan bisa membuat proses pembelajaran lebih menarik.
1. Guru
Profesionalisme seorang guru merupakan suatu keharusan dalam
mewujudkan sekolah berbasis pengetahuan, yaitu pemahaman tentang
pembelajaran, kurikulum, dan perkembangan manusia termasuk
gaya belajar. Pada umumnya di sekolah-sekolah yang memiliki
guru dengan kompetensi professional akan menerapkan “learning
by doing” (pembelajaran dengan melakukan) untuk menggantikan
cara mengajar di mana guru hanya berbicara dan peserta didik hanya
mendengarkan (Umi Machmudah & Abdul Wahab Risyidi, 2008:12).
Oleh sebab itu guru bahasa Arab yang baik adalah mereka yang
senantiasa mengajak para pelajar untuk menggunakan bahasa Arab
ketika ia memberikan materi. Namun keahlian guru juga kadang-
kadang menjadi masalah tersendiri. Tidak jarang dijumpai guru
bidang studi bahasa Arab diajarkan oleh yang bukan ahlinya, sehingga
proses pembelajarannya pun berlangsung seadanya. Sebabnya
memang beragam, terutama karena kurangnya tenaga pengajar
yang ahli di bidang ini. Sebagai solusinya, guru bahasa Arab harus
selalu meningkatkan kualitas keahliannya dengan banyak mengikuti
pelatihan, seminar, diskusi, atau setidaknya banyak membaca buku-
buku pendidikan kebahasaaraban.
Aida Russalam 35
ke berbagai Negara di Timur Tengah. Padahal dengan politik dan
diplomasi yang menyeluruh, bahasa Arab dapat dipergunakan untuk
membuka peluang-peluang baru yang lebih menguntungkan dalam
bentuk kerja sama di bidang-bidang yang lebih strategis, seperti
ekonomi dan pendidikan.
H. Penutup
1. Kesimpulan
Problematika pembelajaran bahasa Arab adalah suatu kesulitan
atau masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran bahasa Arab.
Problematika di sini terbagi dua, pertama problematika linguistic dan
kedua problematika non-linguistik. Adapun problematika linguistic
adalah masalah yang berkaitan langsung dengan bahasa itu sendiri,
antara lain tata bunyi, kosa kata, tata kalimat, dan tulisan. Sedangkan
problematika non-linguistik adalah kesulitan yang dihadapi dalam
proses pembelajaran bahasa Arab dari segi ekstrinsik bahasa, yaitu
faktor sosial-kultural, buku ajar, lingkungan sosial, siswa, metode,
kurikulum, media dan sarana prasara, guru, waktu belajar, dan faktor
sosial politik.
2. Saran
Demikianlah makalah ini dibuat semoga bermanfaat bagi
pembaca. Pemakalah mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Referensi
Aida Russalam 37