Anda di halaman 1dari 4

Khotbah Ibadah Syukur Ulang Tahun

S EP T EM B ER 1 0 , 2 0 1 3 ~ J O S EP H R O B ER T D A N I E L

Mazmur 90: 12 “Ajar kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang
bijaksana.”

Bapa/ibu, saudara/I, sekalian yang dikasihi Tuhan…

Untuk mengawali renungan saya dalam momen yang berbahagia ini, saya ingin membagikan
kepada kita semua sebuah kisah nyata singkat dan inspiratif mengenai seorang nenek bernama
Chaterine Photos, yang berasal dari Washington, Amerika Serikat.

Dalam suatu upacara wisuda di Palm Beach State College, sebuah universitas di daerah Washington
tahun 2010, Chaterine Photos menjadi pusat perhatian semua orang yang hadir dalam upacara
tersebut. Bagaimana tidak, Chaterine adalah seorang mahasiswi yang akan diresmigelari sebagai
Sarjana Seni, dalam usia 89 tahun. Ia adalah mahasiswi tertua dalam upacara wisuda tersebut.
Teman-temannya adalah para mahasiswa dan mahasiswi yang kebanyakan berumur 21 tahun.

Chaterine mulai mengikuti kuliah di Departemen Seni universitas tersebut pada tahun 2001, dan ia
akhirnya menamatkan kuliah setelah 9 tahun lamanya, dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,9.
Sungguh merupakan suatu prestasi.

Sebelumnya, kehidupan Chaterine sudah terbilang sangat sukses dan mapan. Setelah menikah
tahun 1946, ia memiliki sebuah klub renang pribadi yang dikelolanya sendiri, sebuah bar, dan
empat restoran siap saji. Anak-anaknya pun juga sudah sukses dalam menjalani hidup dan pilihan
mereka masing-masing. Ketika Chaterine ditanya, mengapa berkuliah lagi di usia yang sudah
demikian lanjut? Chaterine mengatakan bahwa ia ingin mengerjakan sesuatu yang berguna. Ia tidak
mau merasa kosong.

Bapak ibu, saudara-saudari sekalian yang dikasihi Tuhan,

Ketika saya membaca artikel mengenai Chaterine ini di internet, tema yang diberikan penulis tema
kisah inspiratif ini adalah “Mencari ilmu tidak ada batasan usia”. Sang penulis artikel
menitikberatkan sisi pendidikan dari kisah ini, bahwa tidak ada kata terlambat untuk menuntut
ilmu. Di malam yang berbahagia ini, saya ingin mengajak kita semua yang hadir pada saat ini untuk
merefleksikan kisah ini dalam perspektif yang lain. Mazmur 90: 10-12 yang kita baca tadi akan
menjadi pedoman bagi kita untuk merenungi kisah ini.

Bapak ibu saudara-saudari yang dikasihi Tuhan,

Dari kisah singkat mengenai Chaterine, seorang nenek yang menamatkan kuliah dalam usia 89
tahun, ada sejumlah hal yang dapat kita lihat dan pelajari. Hal yang pertama adalah persepsi
terhadap hidup. Apa yang membuat seorang nenek yang sudah lanjut usia dengan hidup bahagia
dan mapan, mau berkuliah lagi hanya untuk memperoleh suatu gelar sarjana? Jawaban paling
masuk akal yang dapat kita berikan adalah karena nenek tersebut ingin mengisi hari tuanya dengan
hal-hal yang berbeda, bermanfaat bagi dirinya sendiri, dan menginspirasi banyak orang. Dalam
rerangka pikir semacam ini, kita bisa mengidentifikasi suatu bagian dalam diri manusia yang sangat
kuat, yang sanggup memberi warna pada realita hidup, yaitu persepsi manusia itu sendiri. Chaterine
menjalani kuliah dalam usia 80 tahun. Persepsi umum orang yang berada pada usia ini pasti tidak
jauh keberserahan, dokter, obat, tempat tidur, alat bantu penglihatan dan pendengaran, dan
sebagainya. Namun Chaterine punya persepsi lain. Usia 80 tahun merupakan usia untuk
mewujudkan mimpi untuk berkuliah. Suatu persepsi yang tidak lazim. Dengan persepsi itulah ia
menjalani realitanya, atau hari-hari hidupnya.

Ketika mengalami pertambahan usia, persepsi seorang individu pasti cenderung untuk berubah.
Hal ini berlaku baik bagi orang sudah berusia lanjut, maupun orang yang masih muda.

Hal yang kedua adalah cara untuk bersyukur. Tujuan kuliah di perguruan tinggi bagi mahasiswa
pada umumnya adalah untuk mempersiapkan diri sebelum memasuki dunia kerja. Tetapi Chaterine
berkuliah bukan untuk tujuan itu. Ia kuliah untuk bersukacita, mensyukuri hidup yang masih
dianugerahkan Tuhan kepadanya. Cara bersukacita itu adalah memenuhi impian untuk kuliah,
menunjukkan semangat mewujudnyatakan mimpi yang kuat, dan menginspirasi banyak orang. Ia
menjalani kuliah itu dengan sukacita selama 9 tahun lamanya. Ini merupakan suatu perjalanan
hidup yang unik. Biasanya bagi mahasiswa biasa, waktu kuliah 9 tahun merupakan waktu yang
tidak normal. Lain halnya dengan Chaterine, yang berusia 80 tahun, oleh karena kuliah merupakan
caranya untuk mensyukuri hidup yang masih dianugerahkan Tuhan, ia menjalaninya dengan
sukacita.
Bapak ibu saudara saudari yang dikasihi Tuhan.

Dalam bacaan kita tadi, Mazmur 90:12, pemazmur mengatakan “Ajar kami menghitung hari-hari
kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana” Sebuah ungkapan yang singkat namun
sebenarnya memuat makna yang tidak jauh beda dengan dua hal yang kita bicarakan tadi dari kisah
Chaterine. Ketika pemazmur berkata “Ajar kami menghitung hari-hari kami sedemikian…”
Sesungguhnya pemazmur sedang mengajak kita semua untuk menghayati pertambahan usia, dan
hari-hari yang berlalu begitu cepat di hadapan kita. Pemazmur sedang berbicara tentang persepsi
kita dalam hari-hari yang berlalu, dengan usia yang tentu bertambah. Dengan waktu yang terus
berjalan, usia yang terus bertambah, apa yang harus kita lakukan di dunia ini? Pemazmur meminta
Tuhan untuk mengajarinya. Artinya, ia meminta Tuhan untuk membimbingnya agar ia dapat
mempersepsikan dengan tepat apa yang harus ia lakukan di sisa hidupnya.

Ketika pemazmur berkata, “Ajar kami menghitung hari-hari kami sedemikian…”, Dapat dimaknai
juga bahwa ia sesungguhnya sedang mempertanyakan bagaimana cara mensyukuri hari-hari yang
terus berlalu dan waktu yang terus berjalan. Dengan mengatakan “sedemikian”, itu menunjukkan
bahwa pemazmur tidak mengetahui dengan pasti, dan oleh karena itu ia meminta Tuhan untuk
mengajarinya. Ia meminta Tuhan untuk menunjukkan jalan baginya.

Bapak ibu, saudara-saudari sekalian,

Menjalani suatu pertambahan usia, dalam refleksi pribadi saya, selalu berhubungan dengan dua hal
di atas, yaitu persepsi kita terhadap apa yang harus kita lakukan dalam sisa hidup kita dan cara kita
mensyukuri hidup yang dianugerahkan. Kita perlu terlebih dahulu membentuk persepsi kita
mengenai apa yang harus kita lakukan dalam sisa hidup kita, dan kemudian menjalaninya secara
nyata dengan penuh rasa syukur. Chaterine dalam kehidupannya, berpersepsi bahwa dalam usia 80
tahun, ia tidak ingin merasa kosong, ia ingin melakukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan
bisa menginspirasi orang lain. Ia kemudian mewujudnyatakan impiannya lewat berkuliah, dan oleh
karena itu adalah impiannya, ia menjalaninya dengan sukacita dan penuh rasa syukur.
Pertanyaannya bagi kita semua yang ada pada saat ini, terkhusus bagi mama terkasih kita, dalam
usia 62 tahun, dan hari-hari yang terus berganti, Apa persepsi yang harus dibangun dalam menjalani
sisa hidup yang ada? Pertanyaan yang berikut adalah bagaimana cara mewujudnyatakan yang sudah
dipersepsikan dengan penuh rasa syukur?
Pemazmur mengajak kita semua untuk tetap memohon bimbingan Allah. Pemazmur mengajak
untuk datang kepada Allah, dan membiarkan Allah yang mengajari kita, dan menunjukkan jalan.
Pemazmur mengajak kita, untuk membiarkan Tuhan lewat firmanNya membentuk persepsi kita.
Mengapa demikian? Oleh karena hanya dengan demikianlah kita dapat beroleh hati yang bijaksana.
Bayangkan saja perjalanan hidup Chaterine yang demikian unik itu. Ia bisa menjadi inspirasi bagi
keluarganya dan banyak orang yang memiliki masalah dengan semangat hidup. Ia hadir menjadi
berkat pula bagi orang lain, lewat persepsi dan tindakannya. Kita pun bisa demikian, dengan
persepsi dan tindakan yang tepat dalam sisa hidup kita, kita bisa beroleh hati yang bijaksana, yang
nantinya amat dibutuhkan oleh keluarga kita dan juga banyak orang di sekitar kita. AMIN.

Anda mungkin juga menyukai