Anda di halaman 1dari 8

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 INSEMMINASI BUATAN


Tanggal Peternak Lokasi Jenis Sapi Jumlah
11,12,14,17,21, Nasarudin, Sukadamai, Lanci Brahman, 12 EKOR
22,26,28,30,31 Hambalik, Jaya, Nusa Jaya, Angus,
Januari 2022 Basrin, Wayangapri, Anamina, Doro Melo, Simental,
Jamaludin, Katat Banggo Bali,
Putranadin, Hairu, Limousin, Po
Husin, Rudiyanto,
Ramlin

1,4,7,9,10,16,22, Ilham, Ale, Nusa Jaya, Lanci Brahman, 10 EKOR


23 Februari 2022 Hafsah, Ramdani, Jaya, Anamina, Bali, Angus,
Sudirman, Doro Melo, Banggo Limousin,
Mungga, Nurdin, Simental, Po
Muhidin, Basrin
1,7,9,14,16, Hambalik, Burhan, Lanci Jaya, Doro Simental, Po, 6 EKOR
17 Maret 2022 Basrin, Nurha Melo, Nusa Yaja Angus,
Limosin
Tabel 2.kegiatan Inseminsi Buatan di Kecematan Manggelewa
Tabel diatas merupakan kegiatan inseminasi buatan (IB) yang kami lakukan di
kecamatan Mangelewa. Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa peternak di kecamatan
Mangelewa khususnya desa lanci jaya sangat meminati teknologi IB. Hal ini dikarenakan
banyak sekali keuntungan yang diperoleh peternak dengan IB. Dengan dilakukannya IB pada
sapi, Peternak dapat menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan atau dengan kata lain sapi
jantan akan bisa langsung dijual. Peternak tidak perlu khawatir memikirkan pejantan lagi,
selain itu sperma yang dikoleksi adalah dari pejantan unggul. Peternak juga dapat mengatur
jarak kelahiran ternak dengan baik, serta dapat terhindar dari kecelakaan atau luka akibat
perkawinan secara alami atau secara langsung.
Kami melakukan pelayanan IB brsama bapak jakariah. Dari 2 ekor sapi yang di
inseminasi tingkat keberhasilnya sekitar 60 %. Faktor yang menyebabkan kegagalan IB yang
kami alami selama melaksanakan kegiatan IB di kecamatan Mangelewa adalah dikarnakan
jauhnya tempat pengambilan semen, kualitas insemination dan saat membawa semen ke
lokasi tidak menggunakan N2 cair. Selain itu keberhasilan IB juga sangat ditentukan oleh
kemampuan dari peternak dalam hal deteksi Estrus, karena dengan deteksi Estrus yang tepat
dapat membantu inseminator IB untuk menentukan waktu yang tepat dalam melaksanakan
IB. Petugas IB atau inseminator UPTD Keswan Kecematan Manggelewa adalah bapak
Jakariah.
Gambar 6. Kegiatan Inseminasi Buatan

5.2 PENANGANAN PENYAKIT MCF


No Nama Pemiklik Jenis Sapi Obat
1 A.Rahman Sapi Bali Medoxy 7m
2 Samsudin Sapi Bali Medoxy 5m
Tabel 4. Penanganan Penyakit MCF

MCF atau juga disebut penyakit ingusan.


Agen penyebab penyakit ini di golongkan menjadi
dua macam yaitu :
a. Herpes virus merupakan angota dari sub famili gamma herpesvirinae famili
hrpesviridea
b. Yang belum diketahui secara jelas klasifikasinya dan diprkirakan ditularkan oleh
domba.
Kedua penyebab penyakit ini menimbulkan gejala klinis yang sama.
Gejalah klinis yang dapat di amati :
1. Dwmam 40-41Co
2. Keluarnya cairan dari hidung dan mata yang semula incer ahirnya menjadi kental dan
mukopurulen.
3. Moncong kering dan pecah pecah terisi nanah
4. Peradangan mulut dan lepuhan dinpermukaan lidah sehinga airliun menetes.
Pencegahan :
1. Hidari pengembalaan secara bersama antara sapi, kerbau dan domba pada satu lokasi.
2. Hindarkan pemasukan domba dari tempat lain karena domba adalah pembawa
penyakit/carrie.
3. Meningkatkan senitasin lingkungan dan tata laksa pemeliharaan ternak.
Kami melakukan pelayan di desa banggo dan ditemani oleh bapak A Malik. Dari
diagnosa pihak UPTD Manggelewa bahwa sapi tersebut terserang penyakit MCF Kami
memberikan obat berupa Vit B kompleks dan medoxi dengan dosis masing-masing 7 ml.

Gambar 9. Penanganan penyakit MCF

5.3 PENANGANAN MALNUTRISI


No Nama Pemilik Lokasi Tanggal Obat Dosis Jenis
Sapi
1 Yasin Kampasi Meci 12-01-2022 Vitamin B 10 Ml Sai
Kompleks,M Bali
edoxy
2 Jamaludin Teka Sire 13-01-2022 Vitamin B 10 Ml Sapi
Kompleks,M Bali
edoxy
3 Ahmad Lanci Jaya 30-01-2022 Vitamin B 10 Ml Sapi
Kompleks,M Bali
edoxy
Tabel 6. Penanganan Malnutrisi
Malnutrisi merupakan dimana konsisi ternak sapi mengalami kekurangan nutrisi yang
sangat parah. Malnutrisi merupakan kondisi dimana hewan mengalami kekurangan
nutrisi yang parah. Malnutrisi disebabkan oleh kurangnya asupan pakan atau ketidak
kemampuan untuk mencerna makanan.
Gejala klinis
a. Tubuh ternak yang kurus
b. Kurangnya nafsu makan
c. Berat badan menurun
d. Lemah lesu
Kami menangani kasus ini dengan cara pemberian vitamin B kompleks dan antibiotik.
Dibawah bimbingan pak Jakariah dari diagnosa kami dengan paka jakariah bahwa ternak
tersebut mengalami kekurangan nutriisi

Gambar 11. Penanganan Malnutrisi

5.4 PENANGANAN PENYAKI HELMINTHIASIS


No Nama Pemilik Lokasi Tanggal Obat Dosis Jenis
Sapi
1 Amafi Teka Sire 13-01-2022 Lefamison 10 Ml Sapi Bali
2 Iwan Teka Sire 20-01-2022 Verm O 10 Ml Sapi Bali
Tabel 5. Penanganan Helminthiasis
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sangat sedikit atau hanya sekali kami
melakukan pemberian obat cacing pata ternak di Kecamatan Manggelewa. Hal tersebut dapat
terjadi karena beberapa hal, seperti ternak sudah diberi obat cacing pada bulan sebelumnya
atau kurangnya kesadaran peternak terhadap pemberian obat cacing pada ternak. Kami
berpendapat demikian dikarenakan apabila dilihat dari banyaknya ternak sapi dan kambing
yang dipelihara oleh peternak Kecamatan Manggelewa maka jumlah ternak yang diberi obat
cacing sangatlah sedikit. Juga apabila diperhatikan beberapa ternak sapi yang dipelihara
menunjukkan gejala atau ciri-ciri dari ternak yang mengalami cacingan. Seperti: kurus, bulu
kusam, kurang nafsu makan dan lainnya.
Kami melakukan pelayanan di desa Teka sire dan ditemani oleh bapak Ahmad A.md
Dari diagnosa pihak UPTD Manggelewa bahwa sapi tersebut terinfeksi cacing hati atau
fasiola hepatika. Kami memberikan obat yang berupa lefamison dan verm o dengan dosis 10

ml.
Gambar 10. Penanganan Helminthiasis

5.5 PENANGANAN VULNUS PADA SAPI


No Nama Pemilik Lokasi Tanggal Obat Dosis Jenis Sapi
1 Gusran Anamina 12-01-2022 Antibiotik 5 Ml Bali
2 Safarudin Doro Melo 2-02-2022 Antibiotik 5 Ml Bali
Tabel 7. Penanganan Vulnus
Vulnus / Luka pada sapi terjadi karena trauma yang bersumber dari benturan dan
gesekan tali pengingat leher sapi sehingga terjadilah pembengkakan pada bagian mata dan
kaki sehingga sapi tersebut mengalami infeksi kesehatan pada mata dan kaki. Adapun
penanganan yang telah kami lakukan yaitu membersikan luka dengan air panas,
menyemprotkannya dengan alkohol dan diolesi dengan anti biotik kemudian dililit dengan

kain verban.
Gambar 12. Penanganan vulnus
5.6 PEMERIKSAAN KEBUNTINGAAN (PKB)
Pemeriksaan kebuntingan(PKB) meruupakn salah satu tindakan yang penting
dilakukan untuk mengetahui bunting atau tidaknya seekor ternak sapi/kerbau atau untuk
mengetahuui normal atau tidaknya saluran reproduksi saluran reproduksi ternak tersebut.
Pemeriksaan kebuntingan ini juga merupakan salah satu cara untuk memoniator dan
membuktikan hasil inseminisi buatan secara cepat dan layak. siklus birahi yang dipergunakan
sebagai dasar diagnosa hasil adalah berkisar antara 28 s.d 35 hari.Pemeiksaan kebuntingan
sebaiknya dilakukan setelah 60 hari pasca Inseminasi buatan, dikhawatirkan terjadi
keguguran.

Gambar 7. Pemeriksaan Kebuntingan

5.7 PENANGANAN DISTOCIA PADA SAPI


Nama Pemilik Jenis Sapi Obat Dan Dosis Status IB Jenis Pedet
Saiful Amin Sapi Bali Vit B Kompleks Berhasil Simental
7 Ml
Tabel 3. Penanganan Distocia
Pada tanggal 18 Maret 2022, kami melakukan pelayanan pada seekor sapi yang
mengalami distokia. Pelayanan kali ini kami bersama bapak Jakaria. Dari hasil diagnosa
dilapangan sapi terlihat mengalami kesulitan melahirkan. Setelah melihat kondisi sapi
tersebut, petugas kesehatan hewan saat itu memeberikan vitamin B kopleks secara injeksi
intramuscular (IM) pada sapi tersebut. Pemberian vitamin tersebut bertujuan untuk membantu
hewan melahirkan secara normal. Namu setelah lama menunggu sapi justru semakin terihat
lemah dan kesulitan untuk merejan. Maka diputuskan dilakukan penanganan distokia.
Pada umumnya ada 4 metode penanganan distokia, yaitu :
1) Mutasi, mengembalikan presentasi, posisi dan postur fetus agar normal dengan cara
didorong (ekspulsi), diputar (rotasi) dan ditarik (retraksi)
2) Penarikan paksa, apabila rahim lemah dan fetus tidak ikut bereaksi terhadap perejanan.
3) Pemotongan fetus (fetotomi), apabila presentasi, posisi dan postur fetus yang abnormal
tidak bisa diatasi dengan mutasi/penarikan paksa dan keselamatan induk yang
diutamakan.
4) Operasi Sesar (Sectio Caesaria), merupakan alternatif terakhir apabila semua cara tidak
berhasil. Operasi ini dilakukan dengan pembedahan perut (laparotomi) dengan alat dan
kondisi yang steril
Dalam kasus kali ini metode yang digunakan yaitu metode tarik paksa. Tindakan
medis tersebut dilakukan berdasarkan keputusan petugas kesehatan hewan saat itu. Maka
kami melakukan penarikan paksa untuk membantu proses melahirkan pada sapi tersebut.
Berdasarkan wawancara dengan petugas saat itu, diketahui bahwa metode Tarik paksa adalah
hal yang paling sering dilakukan di UPTD MANGGELEWA.

Gambar 8. Penangana Distocia

5.8 PENANGANAN PENYAKIT BEF


No Pemilik Lokasi Tanggal Obat Dosis Jenis Sapi
1 Adi Banggo Barat 24-01-2022 Vitamin 10 Ml Bali
B.Kompeks
Dan Antibiotik
2 Ismail Lanci Jaya 26-01-2022 Vitamin 10 Ml Bali
B.Kompeks
Dan Antibiotik
Tabel 8. Penanganan penyakit BEF
Proses penanganan yang pernah kami lakukan yaitu mendiagnosa keadaan fisik pada
sapi tersebut yang kami temui sapi mengalami demam, lemah lesu dan kepincangan kaki
pada bagian depan sebelah kanan.
Biasanya penyakit ini proses penularannya disebabkan melalui hembusan angin dan
gigitan serangga. Adapun penanganan yang pernah kami lakukan dilapangan yaitu
memberikan antibiotik yang berspektrum luas dan vitamin B. KOMPLEKS.

Gambar 13. Penanganan Penyakit BEF

5.9 PEMBERIAN VITAMIN B KOMPLEKS


NO Nama Pemilik Lokasi Tanggal Induk Obat Dosis
1 Iwan Teka Sire 20-01-2022 Sapi Bali Vit B 10 Ml
Kompleks
2 Adi Banggo 24-01-2022 Bali Vit B 10 Ml
Barat Murni Kompleks
3 Samsudin Lanci Jaya 25-01-2022 Bali Vit B 10 Ml
Kompleks
Tabel 9. Pemberian vitamin B kompleks
Dari table diatas dapat diperhatikan bahwa sangat sedikit kami melakukan pemberian
vitamin pada ternak di Kecamatan Manggelewa. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa
hal, seperti ternak sudah diberi vitamin pada sebelumnya atau kurangnya kesadaran peternak
terhadap pemberian vitamin pada ternak. Kami berpendapat demikian dikarenakan apabila
dilihat dari banyaknya ternak sapi dan kambing yang dipelihara oleh peternak Kecamatan
Manggelewa maka jumlah ternak yang diberi vitamin sangatlah sedikit. Juga apabila
diperhatikan sepanjang perjalan kami melihat beberapa ternak sapi yang dipelihara
menunjukkan ciri-ciri dari ternak yang mengalami kekurangan vitamin.
Kami melakukan pelayanan pemberian vitam B-kompleks di desa teka sire,banggo
barat,dan lanci jaya, di temani olek Pak Adam Muluk dan terkadang juga kami di temani oleh
bapak Adam muluk S.pt. Dosis yang kami berikan sekitar 3-10 ml/BB 50-180 kg, Vitamin B-
kompleks belum dapat memperbaiki gizi ternak seutuhnya. Maka dari itu disarankan kepada
peternak untuk lebih memperbaiki atau memperhatikan menejemen pakan, dengan pemberian
pakan legumen dan pemberian vitamin B-kompleks yang mengandung vitamin B1,B2,B6,B9
dan B12 secara berkala.

Gambar 14. Pemberian vitamin B kompleks

Anda mungkin juga menyukai