Anda di halaman 1dari 8

ANTROPOLOGI – RANGKUMAN KEBUDAYAAN

A. Definisi Menurut Ilmu Antropologi

Menurut ilmu antropologi, “kebudayaan” adalah: keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan
hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan
belajar. Definisi yang menganggap bahwa “kebudayaan” dan “tindakan kebudayaan” itu adalah
segala tindakan yang harus dibiasakan oleh manusia dengan belajar (learned behavior) juga
diajukan oleh beberapa ahli antropologi terkenal seperti C. Wissler, C. Kluckhohn, A. Davis,
atau A. Hoebel.

1. Kebudayaan (Culture) dan Peradaban

Kata “kebudayaan” berasal dari kata Sansekerta buddhayah, yang berarti “budi” atau “akal”.
Dengan demikian ke-budaya-an dapat diartikan: “hal-hal yang bersangkutan dengan akal”. Ada
juga yang mengembangkan dari kata majemuk budi-daya yang berarti “daya dan budi”. Karena
itu terlihat perbedaan antara “budaya” dan “kebudayaan”. “Budaya” adalah “daya dan budi”
yang berupa cipta, karsa, dan rasa. Sedangkan “kebudayaan” adalah hasil dari cipta, karsa, dan
rasa itu. Dalam istilah “antropologi-budaya” perbedaan itu ditiadakan, “budaya” hanya dipakai
sebagai singkatan dari “kebudayaan”. Kata culture merupakan kata asing yang sama artinya
dengan “kebudayaan”.

Di samping istilah “kebudayaan” ada pula istilah “peradaban” (civilization) yang biasa
dipakai untuk menyebut bagiandan unsur dari kebudayaan yang halus, maju, dan indah,
misalnya: kesenian, ilmu pengetahuan, adat sopan santun pergaulan, kepandaian menulis dan
sebagainya. Selain itu, istilah “peradaban” juga dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang
mempunyai sistem teknologi, ilmu pengetahuan, seni bangunan, seni rupa, dan sistem
kenegaraan dari masyarakat kota yang maju dan kompleks.

2. Sifat Superorganik dari Kebudayaan (BELUM)

B. Tiga Wujud Kebudayaan


J. J. Honigmann dalam buku pelajaran antropologinya yang berjudul The World of Man
(1959: halaman. 11-12) membedakan adnaya tiga “gejala kebudayaan”, yaitu ideas, activities,
dan artifacts. Pengarang berpendirian bahwa kebudayaan itu ada 3 wujudnya, yaitu:

a) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma, peraturan dan
sebagainya.

b) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat.

c) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Wujud pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan. Sifatnya abstrak, tidak dapat diraba atau
difoto. Lokasinya di dalam alam pikiran warga masyarakat tempat kebudayaan bersangkutan itu
hidup. Ide dan gagasan manusia banyak yang hidup bersama dalam suatu masyarakat, memberi
jiwa kepada masyarakat itu. Gagasan itu satu dengan yang lain selalu berkaitan menjadi suatu
sistem. Sistem ini disebut sistem budaya atau cultural system.

Wujud kedua adalah sistem sosial atau social system, mengenai tindakan berpola dair manusia
itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi,
berhubungan, dan bergaul satu sama lain dari detik ke detik, dari hari ke hari, dan dari tahun ke
tahun, selalu menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sistem sosial
bersifat konkret, terjadi di sekeliling kita sehari-hari, bisa diobservasi, difoto, dan didokumentasi.

Wujud ketiga adalah kebudayaan fisik, berupa seluruh hasil fisik dan aktivitas, perbuatan, dan
karya semua manusia dalam masyarakat. Sifatnya paling konkret dan berupa benda-benda atau
hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan difoto.

C. Adat Istiadat

1. Sistem Nilai Budaya, Pandangan Hidup, dan Ideologi

Nilai budaya merupakan konsep-konsep mengenai sesuatu yang ada dalam alam pikiran
sebagian besar dari masyarakat yang mereka anggap bernilai, berharga, dan penting dalam hidup
sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi pada
kehidupan para warga masyarakat tadi.
Nilai budaya bersifat sangat umum, mepunyai ruang lingkup yang sangat luas, dan biasanya
sulit diterangkan secara rasional dan nyata. Nilai-nilai budaya dalam suatu kebudayaan berada
dalam daerah emosional dari alam jiwa para individu yang menjadi warga dan kebudayaan
bersangkutan.

Menurut C. Kluckhohn, kelima masalah dasar dalam kehidupan manusia yang menjadi
landasan bagi kerangka variasi sistem nilai budaya adalah:

a. Masalah hakikat dari hidup manusia (MH)


b. Masalah hakikat dari karya manusia (MK)
c. Masalah hakikat dari kedudukan manusia dalam ruang waktu (MW)
d. Masalah hakikat dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya (MA)
e. Masalah hakikat dari hubungan manusia dengan sesamanya (MM)
Kerangka Kluckhohn mengenai Lima Masalah Dasar dalam Hidup yang Menentukan
Orientasi Nilai Budaya Manusia

Masalah Dasar
Orientasi Nilai Budaya
dalam Hidup
Hidup itu buruk,
tetapi manusia wajib
Hakikat hidup (HH) Hidup itu buruk Hidup itu baik berikhtiar supaya
hidup itu menjadi
baik
Karya itu untuk
Karya itu untuk Karya itu untuk
Hakikat karya (HK) kedudukan,
nafkah hidup menambah karya
kehormatan, dsb.
Persepsi manusia Orientasi ke masa Orientasi ke masa Orientasi ke masa
tentang waktu (MW) kini lalu depan
Manusia tunduk Manusia menjaga
Pandangan manusia Manusia berusaha
kepada alam yang keselarasan dengan
terhadap alam (MA) menguasai alam
dahsyat alam
Hakikat hubungan Orientasi kolateral Orientasi vertikal, Individualisme
manusia dengan (horizontal), rasa rasa ketergantungan menilai tinggi usaha
ketergantungan
kepada tokoh-tokoh
kepada sesamanya
sesamanya MM atasan dan atas kekuatan sendiri
(berjiwa gotong-
berpangkat
royong)

2. Adat-istiadat, Norma, dan Hukum

Norma berupa aturan-aturan untuk bertindak, bersifat khusus, sedangkan perumusannya


bersifat amat terperinci, jelas, tegas, dan tidak meragukan. Norma-norma khusus dapat
digolongkan menurut pranata yang ada di masyarakat. Sistem-sistem norma seperti tersebut
biasanya hanya untuk dipahami oleh sebagian individu. Beberapa individu saja yang memahami
banyak mengenai seluk-beluk sistem norma dalam suatu pranata atau beberapa pranata yang
berkaitan satu sama lain, biasanya disebut “ahli adat”.

Seorang ahli sosiologi, W. G. Summer menggolongkan norma, yaitu mores atau “adat-
isitadat dalam arti khusus” dan folkways atau “tata cara”. Kita perlu mengetahui secara jelas
perbedaan antara norma-norma yang dapat kita sebut “hukum” atau “hukum adat”. Mengenai
ciri-ciri kedua hal tersebut, para aahli antropologi membagi kedalam dua golongan. Golongan
pertama beranggapan bahwa tidak ada aktivitas hukum dalam masyarakat yang tidak bernegara.
Para ahli (seperti Radcliffe Brown) berpendirian bahwa tata tertib masyarakat tanpa sistem
hukum itu tetap terjaga, karena warganya mempunyai suatu ketaatan yang seolah-olah otomatis
terhadap adat, dan kalau ada pelanggaran, maka secara otomatis pula akan tibul reaksi
masyarakat untuk menghukum pelanggaran itu.

Golongan kedua tidak mengkhususkan definisi mereka tentang hukum, hanya kepada hukum
dalam masyarakat bernegara dengan suatu sistem alat-alat kekuasaan saja. B. Malinowski
berpendapat bahwa ada suatu dasar universal yang sama antara “hukum” dalam masyarakt
bernegara dan masyarakat terbelakang. Semua aktivitas kebudayaan berfungsi untuk memenuhi
suatu rangkaian hasrat naluri dari manusia. Ada yang mempunyai fungsi memenuhi (hasrat
naluri manusia untuk saling memberi dan menerima berdasarkan prinsip yang oleh Malinowski
disebut the principle of reciprocity)
L. Pospisil mempunyai pengertian bahwa aturan adat abstrak, walaupun ada dan diketahui
oleh warga masyarakat, rupanya tidak selalu dapat dilakukan pengawasan sosial terhadap tingkah
laku masyarakat. Sebaliknya, keputusan-keputusan dari tokoh-tokoh yang diberi wewenanglah
yang memegang peranan penting. Teori tentang batas antara adat dan hukum adat berbunyi
sebagai berikut:

1. Hukum adalah suatu aktivitas di dalam rangka suatu kebudayan yang mempunyai fungsi
pengawasan sosial. Seorang peneliti harus mencari adanya empat ciri hukum atau attributes of
law.

2. Attributes of authority, kekuasaan menentukan bahwa aktivitas kebudayaan yang disebut


hukum itu adalah keputusan-keputusan melalui suatu mekanisme yang diberi wewenang dan
kekuasaan dalam masyarakat.

3. Attributes of intention of universal application, menentukan bahwa keputusan-keputusan


dari pihak yang berkuasa itu harus di maksudkan sebagai keputusan-keputusan yang mempunyai
jangka waktu pannjang dan harus dianggap berlaku juga terhadap peristiwa serupa dalam masa
yang akan datang.

4. Attributes of obligation, menentukan bahwa keputusan-keputusan dari pemegang kuasa


harus mengandung perumusan dan kewajiban pihak kesatu terhadap pihak kedua, tetapi juga hak
dari pihak kedua harus dipenuhi pihak kesatu.

5. Attributes of sanction, menentukan bahwa keputusan-keputusan dari pihak berkuasa itu


harus dikuatkan dengan sanksi dalam arti seluas-luasnya.

D. Unsur-unsur Kebudayaan

Para sarjana antropologi menanggapi suatu kebudayan sebagai suatu keseluruhan yang
terintegrasi, ketika hendak menganalisis membagi keseluruhan itu ke dalam unsur-unsur besar
yang disebut “unsur-unsur kebudayaan universal” ataul cultural universals. Ketujuh unsur yang
dapat kita sebut sebagai isi pokok dari tiap kebudayaan di dunia adalah:

1. Bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Organisasi sosial
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi
5. Sistem mata pencaharian hidup
6. Sistem religi
7. Kesenian

E. Integrasi Kebudayaan
1. Metode Holistik

Istilah holistik untuk menggambarkan metode tinjauan yang mendekati suatu kebudayaan itu
sebagai suatu kesatuan yang terintegrasi. Beberapa konsep untuk menganalisis maslaah integrasi
kebudayaan, yaitu pikiran kolektif, fungsi unsur-unsur kebudayaan, focus kebudayaan, etos
kebudayaan, dan kepribadian umum.

2. Pikiran Kolektif
E. Durkheim mengembangkan konsep representations collectives (pikiran-pikiran kolektif).
Ia beranggapan bahwa aktivitas-aktivitas dan proses-proses rohaniah, seperti: penangkapan
pengalaman, rasa, sensasi, kemauan, keinginan, dan lain-lain itu, terjadi dalam organ fisik dari
manusia dan khususnya berpangkal di otak dan sistem syarafnya.

3. Fungsi Unsur-unsur Kebudayaan

Aliran pemikiran mengenai masalah fungsi dari unsur-unsur kebudayaan terhadap kehidupan
suatu masyarakat, yang mulai timbul setelah tulisan Malinowski mengenai penduduk Kepulauan
Trobriand itu menarik perhatian umum, dan disebut aliran Fungsionalisme. Malinowski
berpendapat bahwa berbagai unsur kebudayaan yang ada dalam masyarakat manusia berfungsi
untuk memuaskan suatu rangkaian hasrat naluri akan kebutuhan hidup dan makhluk manusia
(basic human needs).

4. Fokus Kebudayaan

Suatu kompleks unsur-unsur kebudayaan yang tampak amat digemari warga masyarakatnya
sehingga tampak seolah-olah mendominasi seluruh kehidupan masyarakat yang bersangkutan,
oleh ahli antropologi Amerika R. Linton disbeut cultural interest atau terkadangn social interest.
Penulis mengusulkan menggunakan focus kebudayaan.
5. Etos Kebudayaan

Suatu kebudayaan sering memancarkan suatu watak khas tertentu. Watak ini dapat disebut
sebagai etos. Sering tampak pada gaya tingkah laku, kegemaran-kegemaran, berbagai benda
budaya hasil karya masyarakatnya. Sebagai contoh, seorang Batak yang mengamati kebudayaan
Jawa. Sebagai orang asing yang tidak mengenal kebudayaan Jawa dari dalam, dapat mengatakan
bahwa watak khas kebudayaan Jawa memancarkan keselarasan, kesuraman, ketenangan
berlebih-lebihan, sehingga sering menjadi kelambaman, kegemaran akan tingkah laku yang
mendetail ke dalam, atau njelimet, dan kegemaran akan karya dan gagasan-gagasan yang
berbelit-belit.

6. Kepribadian Umum

Kepribadian umum adalah perhatian terhadap kepribadian atau watak yang ada pada
sebagian besar dari individu yang hidup dalam kebudayaan bersangkutan.

F. Kebudayaan dan Kerangka Teori Tindakan

Pandangan menyeluruh dan terintegrasi mengani konsep kebudayaan ini dapat dimantapkan
dengan mempergunakan sebuah kerangka. Kerangka yang disusun memandang kebudayaan
sebagai tindakan manusia yang berpola dan disebut Kerangka Teori Tindakan.

Didalamnya terkandung konsepsi bahwa dalam hal menganalisis suatu kebudayaan dalam
keseluruhan perlu dibedakan ke dalam empat komponen, yaitu: (1) sistem budaya, (2) sistem
sosial, (3) sistem kepribadian, dan (4) sistem organisme.

Sistem budaya merupakan komponen yang abstrak dari kebudayaan dan terdiri dari pikiran-
pikiran, gagasan-gagasan, konsep-konsep, tema-tema berpikir, dan keyakinan-keyakinan. Fungsi
dari budaya adalah menata dan memantapkan tindakan-tindakan serta tingkah laku manusia.

Sistem sosial terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia atau tindakan-tindakan dan tingkah laku
berinteraksi antar individu dalam kehidupan masyarakat.

Sistem kepribadian, mengenai isi jiwa dan watak individu yang berinteraksi sebagai warga
masyarakat. Sistem kepribadian berfungsi sebagai sumber motivasi dari tindakan sosialnya.
Sistem organik melengkapi seluruh kerangka dengan mengikutsertakan ke dalamnya proses
biologis dan biokimia dalam organisme manusia sebagai suatu jenis makhluk alamiah yang
apabila dipikirkan lebih mendalam juga ikut menentukan kepribadian individum pola-pola
tindakan manusia, dan bahkan juga gagasan-gagasan yang dicetuskannya.

Anda mungkin juga menyukai