Anda di halaman 1dari 7

6 Hak Seorang Muslim Terhadap Muslim Lainnya

‫ ِإ َذا لَقِي َت ُه‬:‫ت‬ٌّ ِ‫َعنْ َأ ِبي ه َُري َْر َة رضي هللا عنه َقا َل َرسُو ُل هَّللَا ِ صلى هللا عليه وسلم َح ُّق اَ ْلمُسْ ل ِِم َعلَى اَ ْلمُسْ ل ِِم س‬
,ُ‫ض َفع ُْده‬َ ‫س َف َحمِدَ هَّللَا َ َف َس ِّم ْت ُه َوِإ َذا َم ِر‬
َ ‫ َوِإ َذا َع َط‬,ُ‫صحْ ه‬
َ ‫ك َفا ْن‬ َ ‫ َوِإ َذا اِسْ َت ْن‬,ُ‫ك َفَأ ِج ْبه‬
َ ‫ص َح‬ َ ‫َعا‬َ ‫ َوِإ َذا د‬,ِ‫َف َسلِّ ْم َعلَ ْيه‬
َ ‫َوِإ َذا َم‬
‫ َر َواهُ مُسْ لِ ٌم‬. ‫ات َفا ْت َبعْ ُه‬

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda, “Hak muslim kepada muslim yang lain ada
enam.” Beliau bersabda, ”Apabila engkau bertemu, ucapkanlah salam kepadanya; Apabila engkau
diundang, penuhilah undangannya; Apabila engkau dimintai nasihat, berilah nasihat kepadanya;
Apabila dia bersin lalu dia memuji Allah (mengucapkan ’alhamdulillah’), doakanlah dia (dengan
mengucapkan ’yarhamukallah’); Apabila dia sakit, jenguklah dia; dan Apabila dia meninggal dunia,
iringilah jenazahnya (sampai ke pemakaman).” (HR. Muslim)

Takhrij Hadits

Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Muslim dalam Kitab “As-Salam” pada Bab “Hak muslim yang satu
kepada lainnya adalah menjawab salam”, no 2162 dari jalur Isma’il bin Ja’far, dari Al-‘Ala’, dari
bapaknya, dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda seperti disebutkan dalam hadits di atas.[1]

Hadits ini dikeluarkan pula oleh Imam Bukhari dalam kitab shahihnya, no 1240 dan Muslim, no 2162
(4/1704) dan Abu Dawud dalam Sunannya no. 5030 seluruhnya dari jalur Az-Zuhri dari Sa’id bin Al-
Musayyib, dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah bersabda, “Hak sesama
muslim itu ada lima ….” Dalam hadits tersebut tidak disebutkan “Apabila engkau dimintai nasihat,
berilah nasihat kepadanya”.

Demikian juga Ibnu Maajah no. 1435 dan Ahmad 2/332 meriwayatkan hadits ini dari jalan
Muhammad bin ‘Amru dari Abu Salamah dari Abu Hurairah dari Nabi. Hadits yang dikeluarkan Ibnu
Maajah dan Ahamd ini dikatakan oleh syeikh al-Albani, Ini sanad yang hasan, perawinya perawi
syeikhain akan tetapi syeikhan mengeluarkan riwayat Muhammad bin ‘Amru hanya di mutaba’ah
(riwayat penguat saja). (Silsilah Ahadits Shahihah 4/448).

Kosakata Hadits[2]

(‫علَى ْالمُسْ ل ِِم‬


َ ‫)ح ُّق ْالمُسْ ل ِِم‬
َ “Hak muslim atas muslim lainnya” adalah perintah yang dituntut untuk
dikerjakan dengan adanya penekanan dan jangan sampai ditinggalkan. Sehingga pengertiannya
adalah hak yang tidak boleh ditinggalkan. Pelaksanaannya bisa jadi hukumnya wajib ‘ain, wajib
kifayah, dan sunnah yang ditekankan pelaksanaannya. Imam asy-Syaukani bekata: Yang dimaksud
ْ ‫ ) َح ُّق‬adalah tidak sepatutnya ditinggalkan dan
dengan sabda beliau dalam hadits ini ( ‫المُسْ ل ِِم‬
pelaksanaannya ada kalanya wajib atau sunnah muakkad yang serupa dengan kewajiban yang tidak
sepatutnya ditinggalkan. Sehingga penggunaan kata ini untuk dua pengertian termasuk dalam
masalah penggunaan kata musytarak dalam dua pengertiannya. Sebab hak digunakan untuk
pengertian wajib –demikian dijelaskan Ibnu al-Arabi- demikian juga digunakan untuk pengertaian
tetap dan pengertian harus dan benar serta selainnya. (Nailul Authar 4/21).
ٌّ ِ‫“ )س‬Ada enam”dalam riwayat imam Muslim dan hal ini tidak menafikan penyebutan lima perkara
(‫ت‬
dalam hadits lain dalam shahihain. Penyebutan hak-hak ini tidak berarti hanya membatasinya
menjadi enam saja. Masih banyak lagi hak-hak lain yang disampaikan Nabi dalam hadits lainnya.
Paling tidak hak-hak tersebut masuk dalam keumuman sabda beliau:

‫الَ يُْؤ مِنُ َأ َح ُد ُك ْم َح َّتى ُيحِبَّ َأِلخِي ِه َما ُيحِبُّ لِ َن ْفسِ ِه‬
“Tidaklah beriman seseorang di antara kalian sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia
mencintai dirinya sendiri.” (HR. Muttafaqun ‘alaihi).

(‫ع َل ْي ِه‬
َ ‫“ )ِإ َذا َلقِي َت ُه َف َسلِّ ْم‬Apabila engkau bertemu, ucapkanlah salam kepadanya”, maksudnya
memulai salam dihukumi sunnah walaupun sendirian.

ِ ‫َفَأ‬
(‫ج ْب ُه‬ َ ‫)وِإ َذا َد َعا‬
‫ك‬ َ “Apabila engkau diundang, penuhilah undangannya”, maksudnya jika diundang
untuk menghadiri walimah atau selainnya, maka penuhilah undangannya. Bisa jadi bersifat umum
mencakup panggilan apa pun sampai-sampai panggilan untuk meminta tolong dan membantu
membawakan sesuatu serta yang lainnya.

َ ‫ك َفا ْن‬
(‫صحْ ُه‬ َ ‫)وِإ َذا اِسْ َت ْن‬
َ ‫ص َح‬ َ “Apabila engkau dimintai nasihat, berilah nasihat kepadanya”, maksudnya
adalah meminta nasihat, yaitu meminta agar diberikan kebaikan kepada yang diberi nasihat baik
perkataan maupun perbuatan.

َ ‫س َف َحمِدَ هَّللَا َ َف‬


(ُ‫س ِّم ْته‬ َ ‫“ ) َوِإ َذا َع َط‬Apabila dia bersin lalu dia memuji Allah (mengucapkan ’alhamdulillah’),
doakanlah dia (dengan mengucapkan ’yarhamukallah’”. Maksudnya ‘’yarhamukallah’ (semoga Allah
merahmatimu) adalah semoga Allah memberikanmu rahmat dengan mengembalikan anggota badan
ُ ‫)ال َتسْ ِمي‬atau
yang bersin kembali seperti semula dan tidak berubah. Namun kalimat tasmit (‫ْـت‬
ُ ‫)ال َت ْش ِمي‬adalah doa kebaikan. Setiap orang yang mendoakan yang lain dengan kebaikan
tasymit (‫ْت‬
disebut dengan tasymit.

ُ ‫ )ال َت ْش ِمي‬memiliki
ُ ‫ )ال َتسْ ِمي‬dan (‫ْت‬
Dalam hadits ini disampaikan kata Tasmit dengan huruf sin. Kata ( ‫ْـت‬
satu pengertian sehingga tidak mengapa menggunakan salah satunya untuk mengungkapkan
pengertian mendoakan orang lain dengan kebaikan dikala bersin.

َ ‫“ ) َوِإ َذا َم ِر‬Apabila dia sakit, jenguklah dia”, maksudnya adalah mengunjunginya ketika sakit.
(ُ‫ض َفع ُْده‬
Disebutkan dengan kata ‘iyadah karena bisa jadi mengunjunginya berulang kali. Orang yang sakit di
sini bermakna umum, bisa jadi yang dikenal ataukah tidak, baik yang termasuk orang dekat ataukah
orang jauh.

َ ‫“ ) َوِإ َذا َم‬Apabila dia meninggal dunia, iringilah jenazahnya (sampai ke pemakaman)”,
(‫ات َفا ْت َبعْ ُه‬
maksudnya berjalanlah di belakang jenazahnya dari rumah atau dari tempat ia dishalatkan hingga ke
pemakaman. Hal ini dilakukan dengan berjalan mengiringi jenazah sampai selesai pemakamannya.
Pengertian Hadits.

Islam adalah agama cinta dan kasih sayang yang mengajak dan memotivasi umat manusia untuk
mewujudkan hal tersebut diantara mereka. Oleh karena itu disyariatkan sebab-sebab yang dapat
mewujudkan tujuan mulia ini, diantaranya menunaikan kewajiban sosial antar individu kaum
muslimin berupa menebarkan salam, mendatangi undangan, saling menasehati, mendoakan orang
yang bersin, menjenguk orang sakit dan mengantar jenazah.

Enam perkara yang menjadi kewajiban setiap mukmin untuk memperhatikan dan mengamalkannya
sehingga Rasulullah jadikan sebagai hak seorang muslim atas muslim lainnya. Enam hak ini adalah :

Apabila bertemu, hendaknya memberi salam kepada saudaranya dan saudaranya tersebut
menjawab salamnya, sehingga terwujud persaudaraan dan saling cinta diantara mereka. Oleh karena
itu Rasulullah bersabda:

ُ‫ َأ َواَل َأ ُدلُّ ُك ْم َع َلى َشيْ ٍء ِإ َذا َف َع ْل ُتمُوه‬،‫ َواَل ُتْؤ ِم ُنوا َح َّتى َت َحابُّوا‬،‫ون ْال َج َّن َة َح َّتى ُتْؤ ِم ُنوا‬َ ُ‫اَل َت ْد ُخل‬
ُ ‫َت َحا َب ْب ُت ْم؟ َأ ْف‬
‫شوا ال َّساَل َم َب ْي َن ُك ْم‬

Tidaklah kalian masuk syurga sampai beriman dan tidaklah beriman hingga saling mencintai. Maukah
engkau aku tunjukkan pada sesuatu yang apabila kalian lakukan akan menjadikan kalian saling
mencintai? Tebarkan salam (HR Muslim no. 54). Jelaslah menebarkan salam adalah tanda adanya
kecintaan diantara kaum muslimin.

jika diundang untuk menghadiri walimah atau selainnya, maka penuhilah undangannya apabila tidak
ada disana kemungkaran atau udzur syari. Karena diantara manfaatnya adalah terjadinya pertemuan
antar kaum muslimin dan terjadi hubungan baik diantara mereka khususnya kerabat yang wajib
disambung. Hal ini jangan diremehkan karena Nabi sendiri bersabda:

‫ِإ َذا ُدعِ َي َأ َح ُد ُك ْم ِإ َلى ْال َولِي َم ِة َف ْل َيْأ ِت َها‬


Apabila diundang salah seorang kalian pada resepsi pernikahan maka datangilah. (Muttafaqun
‘Alaihi).

Namun apabila di dalam acara tersebut ada kemungkaran dan hal-hal yang diharamkan syariat
agama maka terlarang seorang muslim berangkat memenuhi undangan tersebut, karena kerusakan
dan dosanya lebih besar dari maslahatnya. Demikian juga bila tidak dapat memenuhi undangan
tersebut karena kesibukan dan udzur lainnya maka hendaknya menyampaikan permintaan maaf atas
ketidak hadirannya.
Apabila engkau dimintai nasihat, berilah nasihat kepadanya. Nasehat disini mencakup semua
kebaikan kepada yang diberi nasihat baik perkataan maupun perbuatan baik bersifat duniawi
ataupun ukhrawi. Hendaknya seorang muslim bila dimintai nasehat atau masukan yang baik oleh
saudaranya untuk memberikan tanpa ada kedustaan atau khiyanat. Misalnya ada yang minta
nasehat dan masukan tentang satu barang yang akan dibelinya, maka hendaknya dia memberikan
nasehat yang benar dan valid kepadanya. Nasehat antar muslimin penting sampai Nabi menjadikan
sebagai sesuatu yang menjadi obyek bai’at beliau. Sahabat Jarir bin Abdillah berkata:

‫الز َكا ِة َوال ُّنصْ ِح لِ ُك ِّل مُسْ ل ٍِم‬ َّ ‫صلَّى هَّللا ُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم َع َلى ِإ َق ِام ال‬
َّ ‫صاَل ِة َوِإي َتا ِء‬ َ ِ ‫ت َرسُو َل هَّللا‬
ُ ْ‫َبا َيع‬

Aku membai’at Rasulullah untuk menegakkan shalat, menunaikan zakat dan menasehati setiap
Muslim. (Muttafaqun ‘alaihi).

Apabila dia bersin lalu dia memuji Allah (mengucapkan ’alhamdulillah’), doakanlah dia (dengan
mengucapkan ’yarhamukallah’(semoga Allah memberikanmu rahmat) dengan mengembalikan
anggota badan yang bersin kembali seperti semula dan tidak berubah. Kemudian orang yang bersin
ini membalas dengan mengucapkan : Yahdikumullahu Wa Yuslihu Baalakum. Sebagaimana diajarkan
Nabi dalam sabdanya:

:ُ‫ َفِإ َذا َقا َل َله‬،ُ ‫ك هَّللا‬ َ ‫ َو ْل َيقُ ْل َل ُه َأ ُخوهُ َأ ْو‬،ِ ‫الحمْ ُد هَّلِل‬
َ ‫ َيرْ َح ُم‬:ُ‫صا ِح ُبه‬ َ :ْ‫س َأ َح ُد ُك ْم َف ْل َيقُل‬ َ ‫ِإ َذا َع َط‬
‫ َي ْهدِي ُك ُم هَّللا ُ َويُصْ لِ ُح َبا َل ُك ْم‬:ْ‫ َف ْل َيقُل‬،ُ ‫ُك هَّللا‬
َ ‫َيرْ َحم‬
Apabila salah seorang kalian bersin makahendaknya mengucapkan; Alhamdulillah dan saudaranya
atau temannya hendaknya berkata: Yarhamukallah. Apabila ia berkata kepadanya Yarhamukallah ,
maka orang yang bersin hendaknya menjawab: Yahdikumullahu wa Yushlihu Baalakum. (HR al-
Bukhari no. 6224)

Dalam hadits lainnya, Nabi bersabda:

‫ َي ْغفِ ُر هللاُ َل َنا‬:‫ك هَّللا ُ َو ْل َيقُ ْل ه َُو‬ َ :‫س َأ َح ُد ُك ْم َف ْل َيقُل‬


َ ‫ َيرْ َح ُم‬:ُ‫الحمْ ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعا َل ِمي َْن َو ْل َيقُ ْل َله‬ َ ‫ِإ َذا َع َط‬
‫َو َل ُك ْم‬

Apabila salah seorang kalian bersin maka hendaknya mengucapkan; Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamanin
dan hendaknya berkata kepadanya: Yarhamukallah. Dan ia hendaknya menjawab: Yaghfirullahu lana
wa lakum (HR ath-Thabari dalam al-Kabir dan al-Haakim dari Saalim bin ‘Ubaid al-Asyja’I dan dinilai
shahih oleh al-Albani dalm al-Misykah 4741).
Apabila dia sakit, jenguklah dia. Diantara manfaat menjenguk orang sakit adalah menguatkan
semangat orang yang sakit untuk bersabar dan meyakinkannya bahwa Allah akan
menyembuhkannya serta semua yang menimpanya adalah penghapus dosa dan kesalahannya.
Seorang muslim hendaknya bersemangat untuk menjenguk orang sakit apalagi dari kerabatnya.

Apabila dia meninggal dunia, iringilah jenazahnya (sampai ke pemakaman),

Sudah sepatutnya seorang muslim memperhatikan hak-hak ini sebagai tangga untuk tolong
menolong dan cinta karena Allah.

Faedah Hadits

1- Islam adalah agama kasih sayang dan mengajarkan untuk memperhatikan hak terhadap sesama.

2- Dalam hadits ini disebutkan sebagian hak muslim atas saudaranya, walaupun hak-hak muslim
tersebut banyak, akan tetapi dalam hadits ini hanya disebut enam hak saja. Oleh karena itu setiap
muslim harus memberikan perhatian dengan melaksanakan hak-hak saudaranya ini karena hak-hak
ini sangat ditekankan walaupun sebagiannya tidak wajib.

3- Mengucapkan salam merupakan tanda cinta dan baiknya seorang muslim dan sebab munculnya
cinta dan persatuan. Hal ini cukup jelas dan dapat disaksikan, karena salam berisi (1) doa
keselamatan dari berbagai penyakit, kejelakan, maksiat, serta selamat dari neraka; (2) doa rahmat
supaya mendapat kebaikan; (3) doa keberkahan supaya kebaikan itu langgeng dan bertambah (4)
menghidupkan Sunnah Nabi dan penunaian hak saudara Muslim. Oleh karena itu para ulama sangat
menganjurkan setiap orang yang bertemu dengan muslim lainnya untuk semangat memulai salam
baik pada orang yang dikenal ataupun yang belum dikenalnya, untuk mendapatkan keutamaan yang
disampaikan Nabi:

ُ‫ َأ َواَل َأ ُدلُّ ُك ْم َع َلى َشيْ ٍء ِإ َذا َف َع ْل ُتمُوه‬،‫ َواَل ُتْؤ ِم ُنوا َح َّتى َت َحابُّوا‬،‫ون ْال َج َّن َة َح َّتى ُتْؤ ِم ُنوا‬َ ُ‫اَل َت ْد ُخل‬
ُ ‫َت َحا َب ْب ُت ْم؟ َأ ْف‬
‫شوا ال َّساَل َم َب ْي َن ُك ْم‬

Tidaklah kalian masuk syurga sampai beriman dan tidaklah beriman hingga saling mencintai. Maukah
engkau aku tunjukkan pada sesuatu yang apabila kalian lakukan akan menjadikan kalian saling
mencintai? Tebarkan salam (HR Muslim no. 54).

Para ulama berbeda pendapat tentang hukum memulai salam dalam dua pendapat, pendapat
madzhab Zhahiriyah dan salah satu pendapat imam Ahmad yang menyatakan hukumnya wajib
berdasarkan pengertian dari hadits ini. Akan tetapi mayoritas Ulama memandang hukumnya sunnah.
Inilah pendapat yang rojih karena perintah memulai salam dalam hadits ini difahami untuk hukum
sunnah dengan beberapa alasan:
Perintah ada dalam masalah etika umumnya bersifat sunnah dan anjuran bukan wajib.

Adanya hadits yang memalingkannya dari kewajiban, seperti sabda beliau:

ِ َ‫َثال‬
(‫ث‬ ‫الَ َي ِح ُّل ل َِرج ٍُل َأنْ َي ْهج َُر َأ َخاهُ َف ْو َق‬
Tidak halal seorang menhijarahi saudaranya diatas tiga hari (HR al-Bukhari no 6077). Dibolehkan
dalam hadits ini untuk menhijrahi saudaranya selama masa tiga hari. Hajr ini menuntut adanya tidak
memberi salam. Berdasarkan hal ini maka memulai salam hukumnya sunnah tidak wajib.

Adanya penukilan ijma’ oleh Ibnu Abdilbarr tentang sunnahnya memulai salam dan kewajiban
menjawab salam. (lihat at-Tamhid 5/289 dan al-Istidzkaar 27/135).

Wallhu a’lam

4- Dalam hadits disebutkan bahwa jika bertemu, maka ucapkanlah salam. Pengertiannya adalah
salam disampaikan ketika bertemu. Namun pengertian ini tidak dipakai karena adanya hadits lain
yng berbunyi:

‫ت‬ َ ‫ِس َفِإ َذا َقا َم َف ْل ُي َسلِّ ْم َف َلي‬


ِ ‫ْس‬ َ ‫ِس َف ْل ُي َسلِّ ْم َفِإنْ َبدَا َل ُه َأنْ َيجْ ل‬
ْ ‫ِس َف ْل َيجْ ل‬ ٍ ‫ِإ َذا ا ْن َت َهى َأ َح ُد ُك ْم ِإ َلى َمجْ ل‬
‫اُأْلو َلى ِبَأ َح َّق م َِن اآلخرة‬
“Jika hadir dalam majelis, hendaklah memberi salam. Apabila ia ingin duduk maka hendaknya duduk.
Jika berdiri (keluar) dari majelis, hendaklah memberi salam. Yang mengucapkan pertama kali (ketika
datang) itu tidak lebih berhak dari yang mengucapkannya belakangan (ketika keluar).” (HR. Abu
Daud, no. 5208; Tirmidzi, no. 2706; Ahmad, 12:47.Sanad hadits ini hasan. Syaikh Al-Albani
menyebutkan hadits ini dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 183);

5- Pengertian hadits ini bersifat umum dalam menghadiri undangan, baik undangan walimatul ‘ursy
(undangan pernikahan), maupun undangan lainnya.

6- Wajib memberikan nasihat kepada saudara kita apabila diminta. Namun yang rojih nasehat
hukum asalnya wajib kifayah. Ibnu Muflih berkata, zhahir pernyataan Ahmad dan para ulama
Hambali menyatakan kewajiban memberi nasehat kepada muslim walaupun tidak memintanya ( Al-
Adaab asy-Syar’iyah 1/307).

Al-Mulaa ‘Ali al-Qaari berkata: sabda beliau ( ‫ك‬ َ ‫ِاسْ َت ْن‬


َ ‫ص َح‬ ‫ ) َوِإ َذا‬maknanya meminta darimu Nasehat.
َ ‫ ) َفا ْن‬secara wajib. Demikianlah wajib memberi nasehat walaupun tidak diminta. (Mirqaat al-
(‫صحْ ه‬
Mafaatih 5/213). Sedangkan al-Haafizh Ibnu Hajar berkata: Sudah jelas bahwa pengertiannya hak
disini adalah kewajiban, bebeda dengan pendapat Ibnu Bathaal yang memaksudkan hak disini denga
hak kehormatan dan persahabatan. Yang rajih dimaksudkan disini adalah kewajiban kefayah. (Fathul
Baari 3/113).
Ini adalah pendapat yang didukung oleh kaedah dan ushul syariat. Apabila seorang muslim diminta
saudaranya untuk memberi nasehat atau uru rembug atau yang lainnya, maka hendaknya ia
melaksanakannya. Apabila tidak diminta nasehat, apabila mengetahui bahwa ia akan melakukan
perbuatan yang merusak atau menghadapi masalah yang berisko terjadinya madharat untuknya atau
untuk masyarakat maka dalam hal ini lebih ditekankan nasehatnya. Bahkan sebagian ulama
mewajibkan nasehat dalam keadaan ini. Akan tetapi memberi nasehat dibatasi dalam perkara yang
jelas diketahuinya dengan benar. Apabila tidak mengetahuinya maka diam dan tidak sembarangan
lalu memberikan nasehat atau usulan yang kadang tidak benar.

7- Wajib mengucapkan tasymit (yarhamukallah) ketika ada yang bersin lalu mengucapkan
alhamdulillah. Pengertiannya apabila bersin tanpa mengucapkan alhamdulillah, maka tidak didoakan
dengan ucapan tasymit (yarhamukallah). Sehingga ia tidak mendapatkan dua nikmat (1) nikmat
memuji Allah dengan ucapan Alhamdulillah, (2) nikmat didoakan oleh saudaranya akibat dari ucapan
al-hamdulillah. (Minhatul ‘Alaam 10/14).

8- Menjenguk orang sakit temasuk hak muslim atas muslim yang lainnya dan hukumnya menurut
jumhur ulama adalah sunnah muakkad. (Fathul Baari 10/113) Namun bisa jadi menjenguk orang
sakit itu menjadi wajib jika yang dijenguk adalah orang yang diwajibkan berbakti dan menyambung
kerabat dekat (masih punya hubungan mahram). Misal menjenguk ayah atau ibu yang sakit,
hukumnya wajib karena bagian dari berbakti kepada keduanya. Juga menjenguk saudara yang sakit,
hukumnya wajib karena bagian dari silaturahim dengan kerabat.

Sebagian ulama memandang menjenguk orang sakit adalah sebuah kewajiban dan ada yang
menyatakan hukumnya fardhu kifayah.

9- Yang dijenguk di sini adalah orang yang sakit secara umum, baik yang sakit masih dalam keadaan
sadar ataukah tidak. Begitu pula dianjurkan meskipun yang datang menjenguk tidak diketahui
kehadirannya oleh yang sakit. Karena menjenguk orang sakit punya manfaat: (1) mengurangi duka
keluarganya; (2) mendoakan kebaikan kepada yang sakit; (3) menjenguknya sendiri berbuah pahala.
( minhatul ‘Alaam 10/15).

10- Kita diperintahkan untuk mengantarkan jenazah ke pemakaman dan hukumnya masih
dipeselisihkan para Ulama. Sebagian ulama seperti Ibnu Baththaal, Ibnu Daqiq al’Ied dan al-Hafizh
Ibnu Hajar serta sebagian ualama hanabilah memandang hukumnya adalah fardhu kifayah. (Lihat
Syarh Shahih al-Bukhari Ibnu Baththaal 6/573, Ihkaam al-Ahkaam 4/491, Fathul Baari 3/113 dan al-
Inshaaf 2/381). Sedangkan yang lain seperti Ibnu hazm, Abdulhaq al-Isybili dan ash-Shan’ani
memandangnya sebagai sebuah kewajiban. (lihat al-Muhalla 5/164, al-Ahkam asy-Syar’iyah al-Kubra
2/508, al-majmu’ 5/278, dan Subulus Salam 2/508). Sedangkan mayoritas Ulama memandang
sunnah muakkad. Inilah pendapat yang rojih. Wallahu a’lam.

Anda mungkin juga menyukai