Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS

“ ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CHF “

Dosen Pengampu : Ns. Ismail Fahmi, S.Kep.,Sp.KMB

Disusun Oleh :

1. Annisa Mapario ( PO71202220053)


2. Desi Amni Putri ( PO71202220009)
3. M.Rasyid Ridha ( PO71202220002)
4. Pita Ayu Lestari ( PO71202220035)
5. Pori Zona ( PO71202220030)
6. Regina S. Turnip ( PO71202220012)
7. Vina Febriyola ( PO71202220052)
8. Wulan Arda Putri ( PO71202220048)
9. Yuliana Saputri ( PO71202220046)
10. Yenni Safitri ( PO71202220004)
11. Siti Karina ( PO71202220075)
12. Rina Indah Susanti (PO71202220077)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


PRODI PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
A. DEFINISI
Congestive Heart Failure (CHF) atau sering disebut gagal jantung kongesif
adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah secara adekuat untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh akan oksigen dan nutrisi
(Black&Hawks,2009). Kondisi tersebut terjadi karena adanya kegagalan
fungsi sistolik dan diastolik. Kegagalan fungsi sistolik mengakibatkan jantung
tidak mampu berkontraksi dan memompa darah kejaringan secara adekuat,
sedangkan kegagalan fungsi diastolik mengakibatkan ketidakmampuan
jantung untuk relaksasi dan mengisi sejumlah darah secara cukup untuk
berkontaksi. Akibat kondisi tersebut, jumlah darah yang mampu dipompakan
ke tubuh dari ventrikel kiri setiap denyutan jantung (fraksi ejeksi) menjadi
berkurang. Fraksi ejeksi pada kegagalan fungsi sistol adalah kurang dari 50%
dan dengan kegagalan fungsi diastolik adalah dibawah 50 – 55% , sedangkan
normal EF adalah 50 – 75 %( Leslie 2006).

B. ETIOLOGI
Gagal jantung disebabkan oleh keadaan atau hal-hal yang dapat
melemahkan atau merusak miokardium. Keadaan atau hal-hal tersebut dapat
berasal dari dalam jantung itu sendiri, atau disebut faktor intrinsik, dan faktor
luar yang mempengaruhi kerja jantung, atau disebut faktor ekstrisik. Kondisi
yang paling sering menyebabkan gagal jantung adalah kelainan struktur dan
fungsi jantung yang mengakibatkan kegagalan fungsi ventrikel kiri. Secara
umum penyebab gagal jantung dikelompokkan sebagai berikut : (Aspani,
2016)
a. Disfungsi miokard
b. Beban tekanan berlebihan-pembebanan sistolik (sistolic overload).
1) Volume : defek septum atrial, defek septum ventrikel, duktus arteriosus
paten
2) Tekanan : stenosis aorta, stenosis pulmonal, koarktasi aorta
3) Disaritmia
c. Beban volume berlebihan-pembebanan diastolik (diastolic overload)
d. Peningkatan kebutuhan metabolik (demand oveload)

2
C. PATOFISIOLOGI
Gejala dan tanda utama dari gagal jantung adalah pembesaran jantung.
Proses patologik awal pada gagal jantung adalah penurunun kontraktilitas
miokardium yang mengakibatkan penurunan curah jantung yang akhirnya terjadi
penurunan kadar oksigen. (Mnn,2010)
Kelainan kontraktilitas pada gagal jantung akan mengganggu kemampuan
pengosongan ventrikel yang mengurangi cardiac output dan meningkatkan
volume ventrikel. Menurunnya curah jantung meningkatkan aktivitas adrenergic
simpatis yang merangsang pengeluaran karekolamin dari saraf-saraf adrenergic
jantung dan medulla adrenal: denyut jantung dan kekuatan kontraktil akan
meningkat untuk menambah kekuatan CO juga terjadi vasokonstriksi arteri perifer
untuk menstabilkan tekanan arteri dan retribusi volume darah dengan mengurangi
aliran darah ke organ yang rendah metabolismenya dipertahankan. Vasokontriksi
akan meningkatkan aliran balik ke sisi kanan jantung yang selanjutnya akan
menambah kekuatan kontraksi.
1) Gagal Jantung Kiri: Terjadi karena fungsi kontraksi ventrikel tidak efektif,
sehingga curah jantung akan menurun aliran darah keseluruh tubuh tidak akan
efektif karena tidak di pompakan secara efektif sehingga akan kembali ke
atrium kiri kemudian ke paru paru sehingga terjadi angesti paru, dispeneu, serta
intoleran aktivitas.
2) Gagal Jantung Kanan: Terjadi karena fungsi ventrikel kanan tidak efektif,
sehingga darah tidak mampu dipompakan ke paru-paru secra efektif. Hal ini
mengakibatkan aliran darah kembali ke atrium kanan kemudian ke sirkulasi
perifer.
3) Disfungsi sistolik: Kegagalan ventrikel kiri yang tidak mampu memompa cukup
darah keluar dari sirkulasi sitemik selama sistol sehingga terjadi penurunan fase
ejeksi sehingga peningkatan volume akhir diastolic ventrikel kiri. Akibat darah
mengalir ke vena pulmonal dan tekanan dalam vena pulmonal meningkat curah
jantung menurun.
4) Disfungsi Diastolik: Terjadi karena kemampuan ventrikel kiri mengadakan
relaksasi serta transisi darah selama diastole berkurang dan terjadi penurunan
volume sekuncup (Stroke Volume). Dengan demikian diperlukan volume yang

3
lebih besar dalam ventrikel untuk mempertahankan curah jantung akibatnya,
terjadi kongesti pulmoner dan edema perifer yang terjadi karena hipertrofi
ventrikel kiri, HT, dan kardiomiopati restriktif.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
1) Elektro kardiogram (EKG) : Hipertrofi atrial atau ventrikuler,penyimpangan
aksis, iskemia, disritmia, takikardi, fibrilasi atrial
2) Scan jantung
3) Sonogram: Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam
fungsi/struktur katub atau area penurunan kontraktilitas ventricular.
4) Kateterisasi jantung : Membantu membedakan gagal jantung kanan dan
gagal jantung kiri dan stenosis katub atau insufisiensi.
5) Rongent Dada : Dapat menunjukan pembesaran jantung
6) Oksimetri Nadi : Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal
jantung kongestif akut menjadi kronis.
7) Analisa Gas Darah (AGD) : Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis
respiratori ringan (dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir)
8) Pemeriksaan Tiroid : Peningkatan aktivitas tiroid menunjukkan
hiperaktivitas tiroid sebagai pre pencetus gagal jantung kongestif

E. KOMPLIKASI
1. Kematian
2. Gagal ginjal (GGK)
3. Gagal Organ
4. Syok
5. Asidosis

F. ANALISIS KASUS CHF


1. Pengkajian Keperawatan
Berdasarkan kasus Tn M 45 tahun masuk UGD RS dengan keluhan sesak nafas
dan batuk berdarah (yang menyebabkan terjadinya sesak nafas dan batuk berdarah
yaitu karena ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang datang dari paru-paru,

4
sehingga terjadi peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru, menyebabkan cairan
masuk ke intrakeintravaskuler, terjadinya edema paru sehingga menyebabkan proses
difusi antara O2 & CO2 terganggu, hal ini mengakibatkan terjadinya sesak nafas).
Sesak muncul 1 hari SMRS. Pasien juga mengeluhkan tidak BAK 2 hari. Kemudian
pasien di rawat di CVCU. Pasien sebelumnya pernah di rawat di RS dengan
diagnosis CHF EF 21% CAD , Mitral Regurgitasi severe, CKD. Proses pengkajian
dilakukan di ruang rawat cardiac intensive care unit hari ke 9 pasien dirawat, pasien
terintubasi dan tersambung dengan circuit ventilasi mekanik. Pasien terpasang
ventilator dengan mode SIMV 8, setting ventilator yang diberikan kepada pasien
Fi02 35%, RR 14%, Tidal Volume 420, P Peak 20 CmH2O, PEEP 5. Response
pasien RR 18 Tidal Volume Ins 370-410, Minute volume 6840, SpO2 98%. Hasil
rontgen ditemukan data CTR 56%, adanya kongesti. AGD PH 7,46 PaCo2 35 mmhg,
PO2 131 mmhg, HCO3 25,1 (PH normal : 7,35-7,45, PCO2 normal : 35-45, HCO3
normal : 22-26, AGD = Alkalosis Metabolik, keadaan ini disebabkan karena
penderita alkalosis metabolik umumnya mengalami hipoventilasi, yaitu kondisi
ketika penderita bernapas terlalu lambat atau terlalu dangkal yaitu sesak napas ( rr
=18 x/i). Kondisi ini menyebabkan kadar oksigen dalam darah terlalu sedikit, Cultur
specimen ETT tapylococus saprophyticus,. Program pengobatan levoploksasin 2 x
250 mg. Tekanan darah 98/56 mmHg, nadi 110 bpm, echo EF 21%, Diuresis 0,4
cc/kgBB/jam dengan dopamin 3 mikro/kgBB, ECG : Sinus takikardia dengan ST
depresi di I, AVL.V6. laboratorium darah prokalsitonin 2,41 ng/ml, laktat 1,6.
Pengobatan : dobutamin 3 mikro/kgBB, BB pasien 54 Kg, IMT 20,4, hasil
laboratorium protein total 6,2 g/ul, albumin 2,9 g/ul, globulin 3,2 g/ul, pengobatan :
triofusin 500 cc/24 jam, %, ureum 87.4 mg/dl, kreatinin 2,8 mg/dl, natrium 143
mmol/L, kalium 4,9 mmol/L, Cl 112 mmol/L . Pembahasan dengan uraian sebagai
berikut :
a) Identitas Klien: Data ini didapatkan dari pasien sendiri dan keluarga yaitu :
Seorang laki -laki Tn.M 45 Tahun, alamat : Air Hitam Kebon 9, dengan status
sudah menikah dan Memiliki 2 anak.
b) Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama: Keluhan utama sesak nafas dan batuk berdarah, Riwayat
penyakit sekarang sesak nafas dan batuk berdarah. Sesak muncul 1 hari SMRS.

5
Pasien juga mengeluhkan tidak BAK 2 hari, Riwayat penyakit dahulu. Pasien
sebelumnya pernah di rawat di RS dengan diagnosis CHF EF 21% CAD , Mitral
Regurgitasi severe, CKD
c) Pemeriksaan Diagnostik: Hasil rontgen ditemukan data CTR 56%, adanya
kongesti dan ECG : Sinus takikardia dengan ST depresi di I, AVL.V6
d) Pemeriksaan Laboratorium
 AGD PH 7,46 PaCo2 35 mmhg, PO2 131 mmhg, HCO3 25,1
 Laboratorium darah prokalsitonin 2,41 ng/ml, laktat 1,6.
 Hasil laboratorium protein total 6,2 g/ul, albumin 2,9 g/ul, globulin 3,2 g/ul,
 Cultur specimen ETT tapylococus saprophyticus,.
e) Terapi : ( levoploksasin 2 x 250 mg, dobutamin 3 mikro/kgBB, dopamin 3
mikro/kgBB, triofusin 500 cc/24 jam)
2. Diagnosa Keperawatan
a)Diagnosa pertama : Penurunan Curah jantung berhubungan dengan
perubahan kontraktilitas miokard ditandai dengan Pasien mengeluhkan
sesak nafas, TD :98/56 mmHg, Nadi:110x/menit, RR: 18x/menit,
Pemeriksaan EKG : Sinus Takikardi dengan ST depresi di I, hasil rontgen
diemukan data CTR 56% adanya kongesti
Alasan diagnosa ini ditegakkan karena berdasarkan data yang kami temukan
yaitu :Pasien mengeluhkan sesak nafas, TD :98/56 mmHg, Nadi:110x/menit,
RR: 18x/menit, Pemeriksaan EKG : Sinus Takikardi dengan ST depresi di I,
hasil rontgen diemukan data CTR 56% adanya kongesti. Sehingga berdasarkan
data tersebut penurunan curah jantung akan mengganggu sistem vaskulararisasi
darah, menyebabkan sel dan jaringan mengalami kekurangan suplay oksigen
maupun nutrient, menyebabkan perubahan membran kapiler alveolar, edema,
peningkatan tekanan vena. Penurunan curah jantung mengakibatkan kompensasi
jantung gagal mempertahankan perfusi jaringan yang berdampak pada
penurunan kemampuan otot jantung dalam pemenuhan kebutuhan tubuh dan
jaringan, terjadi peningkatan pada sirkulasi paru menyebabkan cairan didorong
ke alveoli dan jaringan interstisium menyebabkan dispnea, ortopnea dan batuk
yang akan mengakibatkan gangguan pola nafas, penurunan curah jantung juga
menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya
6
pembuangan sisa hati dan metabolisme yang tidak adekuat dari jaringan dapat
menyebabkan lelah juga akibat dari meningkatnya energi yang digunakan untuk
bernapas dan insomnia yang terjadi akibat distress pernapasan dan batuk.
b) Diagnosa kedua : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan membran kapiler- alveolar ditandai dengan pasien mengeluhkan
sesak nafas dan batuk berdarah, pemeriksaan AGD PH: 7,46, Paco2 35
mmhg, PO2 131 mmhg, HCO3 25,1, Volume tidal 420 , TTV : TD:98/56
mmhg, Nadi: 110x/menit, RR:18x/menit, SPO2:98%
Alasan diagnosa ini ditegakkan karena berdasarkan data yang kami temukan
yaitu : Pasien mengeluhkan sesak nafas dan batuk berdarah, pemeriksaan AGD
PH: 7,46, Paco2 35 mmhg, PO2 131 mmhg, HCO3 25,1, Volume tidal 420 ,
( Nilai Normal: PH : 7,35- 7,45 PaCO2 : 35 -45 mmHg PO2 : 80 -100 mmHg
HCO3 :22 -26) TTV : TD:98/56 mmhg, Nadi: 110x/menit, RR:18x/menit,
SPO2:98%.Sehingga berdasarkan data tersebut kami menegakan diagnosa
gangguan pertukaran gas karena gangguan pertukaran gas adalah suatu keadaan
dimana kelebihan atau kekurangan dalam kebutuhan oksigenasi dan pengeluaran
karbondioksida di dalam membran kapilier-alveoli, pasien terinkubasi dan
tersambung dengan circuit ventilasi mekanik. Pasien terpasang ventilator dengan
mode SIMV 8, setting ventilator yang diberikan kepada pasien Fi02 35 %.
Manifestasi klinis yang biasa terjadi pada diagnosa ini meliputi dispnea, batuk,
dan mudah lelah.
c) Diagnosa ketiga : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan suplay O2 dengan kebutuhan ditandai dengan Pasien
Merasa sesak saat beraktivitas, merasa badannya lemas , ADL (activities of
daily living) dibantu oleh keluarga, TTV : TD:98/56 mmhg, Nadi: 110x/menit,
RR:18x/menit, SPO2:98%.
Alasan diagnosa ini ditegakkan karena berdasarkan data yang kami temukan yaitu :
Pasien Merasa sesak saat beraktivitas, merasa badannya lemas , ADL (activities of
daily living) dibantu oleh keluarga, TD : 98/56 mmHg, Nadi : 110x/menit, RR :
18x/menit, Pemeriksaan EKG : Sinus takikardi dengan ST depresi di I Timbulnya
intoleransi aktifitas dikarenakan ketidakcukupan energy untuk melakukan aktivitas.
Sehingga berdasarkan data tersebut Intoleransi aktifitas mengganggu bahkan tidak

7
dapat meneruskan atau menyelesaikan aktifitas sehari-hari. Pada pasien gagal
jantung mempunyai sedikit atau tidak ada cadangan jantung untuk memenuhi
peningkatan kebutuhan oksigen
d) Diagnosa keempat : Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan Infeksi
saluran kemih ditandai dengan Pasien juga mengeluhkan tidak BAK 2
hari ,Cultur specimen ETT tapylococus saprophyticus, Diuresis 0,4
cc/kgBB/jam
Alasan diagnosa ini ditegakkan karena berdasarkan data yang kami temukan
yaitu :Pasien juga mengeluhkan tidak BAK 2 hari ,Cultur specimen ETT
tapylococus saprophyticus, Diuresis 0,4 cc/kgBB/jam. Mekanisme gangguan
eliminasi urin pada pasien gagal jantung dapat dikaitkan dengan komplikasi dari
gagal jantung tersebut terhadap sistem eliminasi urin. Secara garis besar, penyakit
gagal jantung menyebabkan tiga hal yang berhubungan dengan gangguan eliminasi
urin, yaitu penurunan curah jantung, tekanan darah sistemik, dan aliran darah ke
ginjal (Brashers,2010). Penurunan curah jantung dan tekanan darah sistemik
menyebabkan aktivasi barorseptor sehingga pusat regulasi vasomotor di medulla
terangsang dan menyebabkan kenaikan aktivasi sistem saraf simpatik
3. Intervensi Keperawatan
1. Dx 1 Rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan dengan tujuan setelah
diberikan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan TTV dalam retang
normal,Tidak ada penurunan kesadaran :
a) Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, durasi ,lokasi) bertujuan untuk melihat
karakteristik nyeri yang dialami klien, sehingga akan mempengaruhi tindakan
keperawatan dan diagnosis yang ditegakkan, b) Catat adanya tanda dan gejala
penurunan cardiac output bertujuan untuk mengetahui sistemik tubuh dan
memberikan pengarahan dalam melakukan tindakan, -c) Monitor status
pernafasan yang menandakan gagal jantung bertujuan untuk mengetahui jika
terjadi kelebihan volume cairan sering menimbulkan kongesti paru ,d) Monitor
bunyi jantung bertujuan untuk mengetahui apakah ada bunyi tambahan pada
jantung , e) Monitor adanya perubahan tekanan darah bertujuan untuk mengetahui
keadaan umum klien , f) Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari
kelelahan bertujuan untuk menghindari kelelahan yang menimbulkan sesak nafas ,

8
g) Monitor toleransi aktivitas pasien bertujuan untuk memantau aktivitas pasien
yang dapat membuat pasien menjadi sesak atau lemas.
2. Dx 2 Rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan selama 3x 24 jam maka
mekanisme pertukaran gas dalam batas normal dengan kriteria hasil : AGD dalam
batas normal, tidak ada dispnea :a) Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi bertujuan untuk memaksimalkan jalan nafas klien, b) Monitor nilai AGD
bertujuan untuk mengetahui keseimbangan asam basa pada pasien,mengetahui
kadar oksigen dan karbondioksida dalam tubuh pasien mengetahui menurunnya
saturasi oksigen (PaO2) atau meningkatnya PCO2 menunjukka perlunya
penanganan yang lebih adekuat atau perubahan terapi, - c) Identifikasi pasien
perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan bertujuan untuk memaksimalkan
ekspansi paru dalam mengeluarkan secret, d) Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara nafas tambahan bertujuan untuk mengetahui adanya perubahan atau
tambahan suara nafas, e) Atur intake cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan
bertujuan untuk mengetahui adanya keabnormalan pada pernafasan untuk
mengoptimalkan tindakan, f) Monitor respirasi dan status O2 bertujuan untuk
mengetahui adanya perubahan SaO2 dan status hemodinamik, jika terjadi
perburukan suction.
3. Dx 3 Rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan selama 3x24 jam
diharapkan mampu melakukan ADL secara mandiri, status kardiopulmonari
adekuat, TTV dalam rentang normal : a) Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan bertujuan agar klien dapat melatih kegiatan yang
memungkinkan untuk dilakukan, b) Bantu klien untuk memilih aktivitas konsisten
yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi, dan social bertujuan untuk
memudahkan klien dalam melakukan aktifitas, c) Bantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktifitas yang di inginkan
bertujuan agar klien dapat memahami aktifitas yang harus dilakukan untuk sehari-
hari, d) Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktifitas bertujuan dengan mengetahui kekurangan dalam beraktifitas dapat
dijadikan evaluasi untuk intervensi selanjutnya, e) Bantu untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang bertujuan agar dapat membantu aktifitas yang terjadwal

9
4. Dx 4 Rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan selama 3x24 jam
dengan diharapkan kandung kemih kosong secara penuh, bebas dari ISK, Balance
cairan seimbang, : a) Lakukan penilaian kemih yang komprehensif (misalnya,
output urin, pola berkemih , dan masalah kencing persisten) bertujuan untuk , b)
Gunakan kekuatan sugesti dengan menjalankan air atau disiram toilet bertujuan
untuk , c) Rangsang refleks kandung kemih dengan menerapkan dingin untuk
perut bertujuan untuk, d) Pantau efek dari obat-obatan yang diresepkan bertujuan
untuk, e) Pantau asupan dan keluaran bertujuan untuk
4. Implementasi Keperawatan
1. Diagnosa pertama Penurunan Curah jantung berhubungan dengan
perubahan kontraktilitas miokard Tindakan keperawatan yang akan dilakukan
yaitu : a) Mengevaluasi adanya nyeri dada (intensitas, durasi ,lokasi), b) Mencatat
adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output, c) Monitor status pernafasan
yang menandakan gagal jantung, d) Memonitor bunyi jantung, - Memonitor
adanya perubahan tekanan darah, e) Mengatur periode latihan dan istirahat untuk
menghindari kelelahan, f) Memonitor toleransi aktivitas pasien
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
kapiler- alveolar Tindakan keperawatan yang akan dilakukan yaitu : a)
Memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi, b) Memonitor nilai AGD,
c) Mengidentifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan, d)
Mengauskultasi suara nafas, catat adanya suara nafas tambahan, e) Mengatur
intake cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan, f) Memonitor respirasi dan
status O2.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplay O2
dengan kebutuhan Tindakan keperawatan yang akan dilakukan yaitu : a)
Membantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan, b)
Membantu klien untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi, dan social, c) Membantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktifitas yang di inginkan, d)
Membantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktifitas,
e) Membantu untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang

10
4. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran kemih
Tindakan keperawatn yang akan dilakukan yaitu : a) Melakukan penilaian kemih
yang komprehensif (misalnya, output urin, pola berkemih , dan masalah kencing
persisten), b) Menggunakan kekuatan sugesti dengan menjalankan air atau disiram
toilet, , c) Merangsang refleks kandung kemih dengan menerapkan dingin untuk
perut, d) Memantau efek dari obat-obatan yang diresepkan, e) Memantau asupan
dan keluaran
5. Evaluasi Keperawatan
1. Diagnosa pertama Penurunan Curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas miokard. Pada hari pertama masalah ini belum teratasi masih
terdapat penurunan curah jantung yang ditandai dengan pasien mengeluhkan sesak
nafas, TD : 98/56 mmHg. Pada hari kedua masalah belum teratasi intervensi yang
dilakukan mencatat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output, memonitor
status pernafasan yang menandakan gagal jantung, memonitor bunyi jantung,
memonitor adanya perubahan tekanan darah, mengatur periode latihan dan
istirahat untuk menghindari kelelahan, memonitor toleransi aktivitas pasien. Pada
hari ketiga masalah teratasi sebagian karena napas klien memasuki batas normal ,
tidak ada tambahan bunyi pada jantung , dan memaksimalkan klien agar tidak
kelelahan.
2. Diagnosa Kedua Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membran kapiler- alveolar, Pada hari pertama masalah ini belum teratasi masih
terdapat gangguan pertukaran gas yang ditandai dengan pasien mengeluhkan
sesak, Volume tidal 420 , TTV : TD:98/56 mmhg, Nadi: 110x/menit,
RR:18x/menit, SPO2:98%, pemeriksaan AGD PH: 7,46. Pada hari ke dua masalah
belum teratasi intervensi yang dilakukan masih mengikuti intervensi yang
pertama. Pada hari ke tiga masalah teratasi Sebagian karena sesak nafas berkurang
dan pemeriksan AGD PH : 7,43 dengan bantuan alat ventilator dengan mode
SIMV8
3. Diagnosa ketiga Intoleansi Aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
suplay O2 dalam kebutuhan. Pada hari pertama masalah belum
teratasi ,Ditemukan Pasien mengatakan mudah lelah, Pasien mengatakan
beraktifitas masih di bantu sama keluarga dan perawat , Tampak pasien

11
lemah ,Pasien tampak beraktifitas dibatu oleh keluarga dan perawat, Tanda-tanda
vital TD:95/56 mmHg, RR:18x/menit, Nadi :110 x/menit. Intervensi dilanjutkan.
Pada hari kedua masalah belum teratasi Pasien mengatakan masih mudah Lelah,
Tanda-tanda vital TD 100/70mmHg Nadi:110x/menit, RR: 20 x/menit, Intervensi
dilanjutkan. Pada hari ketiga masalah teratasi sebagian, Pasien mengatakan rasa
lelah sedikit berkurang ketika melakukan aktifitas seperti berjalan ke
toilet ,Tampak pasien masih lemah , tanda tanda vital TD: 120/80 mmHg Nadi :
110x/menit RR : 20x/menit :Intervensi dilanjutkan.
4. Diagnosa keempat Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan infeksi saluran
kemih. Pada hari pertama masalah ini belum teratasi masih terdapat gangguan
eliminasi urin ditandai dengan Pasien mengeluhkan tidak BAK 2 hari ,Cultur
specimen ETT tapylococus saprophyticus, Diuresis 0,4 cc/kgBB/jam. Pada hari
kedua masalah teratasi sebagian karena pasien sudah mulai bisa BAK walaupun
sedikit-sedikit atau belum normal. intervensi dilanjutkan. Pada hari ketiga
masalah teratasi sebagian karena pasien sudah bisa BAK, Pasien BAK 3x dalam
sehari , diuresis 0,5cc/KgBB/Jam

12

Anda mungkin juga menyukai