Anda di halaman 1dari 4

Membina dengan Mengenali Karakter Orang

Oleh : Sri Rejeki Prasetyowati, M.Psi, Psikolog

Apa perbedaan antara karakter dengan temperamen, sifat, sikap, dan kepribadian? Atau apakah
merupakan hal yang sama saja?

1. Temperamen kumpulan sifat seseorang yang diperoleh sejak lahir. Menurut G. Ewald: “Temperamen
adalah konstitusi psikis yang berhubungan dengan konstitusi jasmani.” Tempramen adalah sifat-sifat
jiwa yang sangat erat hubungannya dengan konstitusi tubuh. Yang dimaksud konstitusi tubuh disini
ialah keadaan jasmani seseorang yang terlihat dalam hal-hal yang khas baginya, seperti keadaan
darah, pekerjaan kelenjar, pencernaan, pusat saraf, dan lain-lain. Temperamen ini turun temurun
dan tak dapat diubah oleh pengaruh-pengaruh dari luar. Ada 4 golongan menurut keadaan zat-zat
cair yang ada dalam tubuh, yaitu:
- Sanguin (yang banyak darahnya), sifatnya periang, gembira, optimis, lekas berubah-ubah stemming-
nya. Tipe ini bercirikan suka dengan hal praktis, happy dan ceria selalu, suka kejutan, suka sekali
dengan kegiatan social dan bersenang-senang.
- Koleris (yang banyak empedu kuningnya), sifatnya garang, hebat, lekas marah , agresif. Tipe ini
bercirikan pribadi yang suka kemandirian, tegas, berapi-api, suka tantangan, bos atas dirinya sendiri.
- Plegmatis (yang banyak lendirnya), sifatnya lamban, tenang, tidak mudah berubah. Tipe ini
bercirikan suka bekerjasama, menghindari konflik, tidak suka perubahan mendadak, teman bicara
yang enak, menyukai hal yang pasti.
- Melankolis (banyak empedu hitamnya), sifatnya muram, tidak gembira, pesimistis. Tipe ini
bercirikan suka dengan hal detil, menyimpan kemarahan, perfeksionis, suka instruksi yang jelas,
kegiatan rutin sangat disukai.

2. Sifat adalah satu karakteristik spesifik dalam diri seseorang dan ketika dikombinasikan antara yang
satu dengan lainnya, membuat seseorang menjadi pribadi yang unik dan membentuk identitas orang
tersebut. Kata “sifat” (traits), berarti ciri-ciri tingkah laku yang tetap (hampir tetap) pada seseorang.
Untuk mengetahui sifat-sifat seseorang yang sebenarnya, memerlukan waktu dan proses pergaulan
yang lama. Ada berbagai mabam sifat-sifat dasar manusia, bisa jadi semua sifat ada pada kita, bisa
jadi hanya sebagian.

3. Sikap menurut Sarnoff (dalam Sarwono, 2000) adalah kesediaan untuk bereaksi (disposition to react)
secara positif atau secara negatif terhadap obyek - obyek tertentu. Terdiri dari 3 komponen yaitu
kognisi (pengetahuan), afeksi (emosi), dan konatif (kecenderungan bertindak). Misalnya, sikap
terhadap guru/pengajar jika sikap negatif akan membuat peserta mengabaikan atau sukar menyerap
materi yang disampaikan guru tersebut; sikap terhadap proses pembelajaran jika sikapnya positif
karena suasana, strategi, metodologi dan teknik yang menarik maka dapat menumbuhkan motivasi
belajar dan meningkatkan hasil belajar, dsb.
4. Kepribadian merupakan kombinasi sifat-sifat dalam diri seseorang yang mengarahkannya untuk
berpikir, berperasaan, dan bertingkah laku tertentu yang khas dalam berhubungan dengan
lingkungannya. Kombinasi antar sifat dalam diri ini saling berkaitan satu-sama lain membentuk suatu
dinamika kepribadian. Kepribadian berasal dari kata Persona, yang berarti ‘topeng’. Namun bukan
berarti bahwa kepribadian merupakan cara seseorang menutupi identitas dirinya. Kata persona
dalam Bahasa Yunani lebih merujuk pada simbol yang merepresentasikan identitas seseorang; ‘alat’
yang digunakan oleh seseorang untuk memperkenalkan dirinya pada dunia.

5. Karakter merupakan kombinasi sifat-sifat dalam diri seseorang yang menjadikannya unik,
berdasarkan apa yang ia sudah miliki sejak lahir (genetik) maupun apa yang ia pelajari dalam
hidupnya (lingkungan). Jadi, karakter dapat juga disebut sebagai learned behavior. Karakter
sebenarnya lebih terkait dengan nilai-nilai serta kepercayaan seseorang (beliefs). Karakter dan sifat
bisa jadi sama, karena karakter merupakan kombinasi sifat-sifat dikaitkan dengan nilai-nilai dan
beliefs. Allport beranggapan bahwa watak (character) dan kepribadian (personality) adalah satu dan
sama, akan tetapi, dipandang dari segi yang berlainan. Kalau orang hendak mengadakan penilaian
(jadi mengenakan norma), maka lebih tepat dipakai istilah “watak/karakter”; tapi kalau bermaksud
menggambarkan bagaimana adanya (jadi tidak melakukan penilaian) lebih tepat dipakai istilah
“kepribadian.”

Karakter

Karakter/ watak : struktur batin manusia yang tampak pada kelakuan dan perbuatannya, yang tertentu
dan tetap. Ia merupakan ciri khas dari pribadi orang yang bersangkutan. Lickerman mengatakan bahwa
karakter lebih terbentuk karena pembelajaran terhadap nilai dan kepercayaan.

Menurut Kerchensteiner, karakter manusia tampak pada kemauan dan perbuatannya. Kerchensteiner
membagi karakter manusia menjadi dua bagian, yakni Karakter Biologis dan Karakter Intelligible.

 Karakter Biologis mengandung nafsu/dorongan insting yang rendah, yang terikat kepada kejasmanian
atau kehidupan biologisnya. Karakter ini relatif menetap, namun dapat berubah seiring
perkembangan usia biologis.

 Karakter Intelligible ialah yang berkaitan dengan kesadaran dan intelegensi manusia. Karakter ini
mengandung fungsi-fungsi jiwa yang tinggi, seperti: kekuatan kemauan, kemauan membentuk
pendapat atau berpikir, kehalusan perasaan, dan Aufwuhlbarkeit (lama dan dalamnya getaran jiwa),
menurut Kerchensteiner karakter inilah yang dapat diubah dan dididik. Ia menyarankan untuk
mendidik karakter, didiklah kemauannya, cara berpikirnya, dan kehalusan perasaannya kearah yang
baik.
Fasilitator

Fasilitator adalah seseorang yang membantu sekelompok orang memahami tujuan bersama mereka dan
membantu mereka membuat rencana guna mencapai tujuan tersebut tanpa mengambil posisi tertentu
dalam diskusi (Bens, 2000)
Berikut adalah dua peran utama fasilitator:
- Pemimpin utama, memberikan panduan kepada para peserta mengenai apa yang harus mereka lakukan.
- Pembantu kelompok, selalu bersedia untuk mendengarkan serta memberikan rasa nyaman pada para
peserta untuk dapat menjalani proses belajar dengan optimal.

Syarat Fasilitator:
Berikut ini beberapa syarat yang diperlukan untuk menjadi fasilitator dalam rangka meningkatkan
kualitas
 Memiliki kepedulian dan komitmen atas rencana aktivitas yang akan berlangsung selama
setahun ke depan ( termasuk rencana mingguan, bulanan)
 Tidak memiliki konflik kepentingan
 Tidak diskriminatif terhadap peserta
 Memiliki kemauan untuk belajar hal-hal baru dari proses pembinaan
 Memiliki kemampuan dan keahlian dalam memfasilitasi pembinaan, serta dapat menyampaikan
materi/panduan dengan jelas;
 Mampu menghargai dan menghormati hak-hak peserta;
 Fokus pada maksud dan tujuan pembinaan

Fasilitator yang baik, adalah seseorang yang dapat melakukan hal-hal berikut:
• Senantiasa menciptakan suasana aman dan nyaman
• Tidak menggurui atau mendominasi, apalagi memaksakan pendapatnya sendiri
• Selalu berusaha mempermudah peserta untuk belajar
• Percaya pada kemampuan (pengetahuan, nilai-nilai, sikap) peserta
• Bersikap netral dan tidak menilai benar-salah
• Mau mendengarkan dengan aktif dan memberi kesempatan kepada peserta dalam
mengemukakan aspirasinya secara bebas
• Bersikap empatik dan peka terhadap kekhawatiran atau ketidaknyamanan peserta
Tips Menjadi Fasilitator yang Baik:
• Menjaga agar kelompok tetap fokus pada tujuan dan proses tetap obyektif
• Membantu kelompok menentukan arah yang akan ditempuh dan mencapai tujuan mereka
• Lebih banyak mendengarkan daripada berbicara
• Dapat menyesuaikan dengan gaya belajar yang berbeda-beda
• Mendorong semua orang untuk berpartisipasi, dengan menyadari bahwa setiap orang
berpartisipasi dengan cara yang berlainan. Ada yang mungkin hanya berbicara dalam kelompok
kecil, tetapi tetap berpartisipasi.
“Membina dengan Mengenali Karakter Orang”

 “Membina” berarti membangun, mendirikan, mengusahakan supaya lebih baik.


 “Mengenali Karakter Orang” disini sebagai alat untuk membina.
Untuk menggunakan alat, kita harus tahu cara penggunaan alat tersebut.
Dengan cara mencoba ke diri sendiri  melakukan penilaian diri

 Kenali diri ini penting, bagaimana sifat, karakter, kepribadian yang akan menentukan sikap kita
(fasilitator) kepada orang lain (peserta).
 Sikap fasilitator kepada peserta akan mempengaruhi bagaimana sikap peserta kepada fasilitator
 mempengaruhi pencapaian tujuan

Latihan Kasus
 X bukanlah seorang yang menonjol, pergaulannya terbatas. Dalam pertemuan rutin kelompok,
ia hanya senang memperhatikan dan tampak gugup jika diminta untuk mengungkapkan
pendapat. Cara kerjanya lamban, namun karena kehati-hatiannya ia mampu menghasilkan
kualitas kerja yang baik. Ia lebih menyukai aktivitas rutin dan dibutuhkan waktu yang lama untuk
mempelajari hal-hal baru. Namun Ia memiliki Kakak fasilitator yang ramah dan bersedia
merangkulnya, sehingga ia tampak cukup kooperatif dalam bekerjasama dan menunjukkan
semangat menyelesaikan tugas-tugasnya sehari-hari.

 Y adalah mahasiswa yang sangat aktif, ia mengikuti banya kegiatan organisasi. Oleh karena itu
temannya banyak. Kegiatan favoritnya adalah aktivitas pecinta alam, Semangatnya menggebu-
gebu saat mengkampanyekan pelestarian lingkungan. Ia memiliki pendirian yang kuat, tidak
sungkan menyempaikan pendapatnya secara tegas, namun masih bisa bersikap hangat dalam
berelasi. Hanya saja kesibukannya yang padat membuat ia kurang fokus, akademiknya menjadi
terabaikan, cara kerjanya pun tidak teratur sehingga banyak tugas yang tidak tuntas. Fasilitator
mencoba berkali-kali mengingatkannya, namun ia tidak suka di kritik, sehingga ia pun cenderung
menghindari aktivitas yang berhubungan dengan keasramaan.

Anda mungkin juga menyukai