Anda di halaman 1dari 25

KAJIAN

tentang

PERANG VERDUN

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Perang Dunia I merupakan salah satu perang paling destruktif dalam


sejarah modern. Hampir sepuluh juta serdadu tewas akibat permusuhan ini.
Jumlah itu jauh melampaui jumlah total kematian militer pada semua perang
dalam seratus tahun sebelumnya. Peperangan terpanjang selama Perang
Dunia (PD) I, yang dikenal dengan nama Perang Verdun. 1 Pertempuran
Verdun adalah pertempuran antara pasukan Jerman dan Prancis di blok Barat
selama Perang Dunia I pada tanggal 21 Februari sampai 18 Desember 1916,
di daerah perbukitan utara kota Verdun-sur-Meuse di utara-timur Prancis.
Pertempuran Verdun merupakan pertempuran terpanjang dan paling dahsyat
selama Perang Dunia I. Total penggunanan senjata sekitar 40 juta peluru
artileri dari kedua belah pihak selama pertempuran. 2

b. Pertempuran Verdun berakhir dengan kemenangan Prancis karena


Komando tertinggi Jerman gagal mencapai dua tujuan strategis seperti
merebut kota Verdun, dan lebih banyak korban daripada pasukan Prancis.
Secara keseluruhan, Pertempuran Verdun mengakibatkan lebih dari
seperempat juta orang terbunuh di medan pertempuran dan setidaknya
setengah juta terluka. Menelaah latar belakang tersebut, beberapa

1
https://www.kompas.com/tren/read/2019/12/18/100900965/hari-ini-dalam-sejarah--berakhirnya-
perang-verdun-dengan-korban-1-juta?page=all
2
https://id.wikipedia.org/wiki/Pertempuran_Verdun
2

permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam kajian Perang Verdun yang


dapat dibahas oleh penulis, pertama, apa latar belakang sejarah terjadinya
Perang Verdun tersebut; kedua, bagaimana strategi dalam perang tersebut;
ketiga, bagaimana dampak yang di timbulkan akibat Perang Verdun tersebut.

c. Pentingnya penulisan kajian ini yakni pertama, bagi Peneliti, penulisan


karya ilmiah ini penting sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan
sebagai referensi data dalam memperkaya konsep serta teori yang
berhubungan dengan Perang Verdun. Kedua, bagi satuan, penulisan karya
ilmiah ini dapat memberikan sumbang pemikiran kepada Pimpinan tentang
konsep yang berhubungan dengan Peperangan.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Kajian ini disusun untuk memberikan gambaran tentang


sejarah, strategi serta dampak yang di timbulkan akibat Perang Verdun.

b. Tujuan. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi


Pimpinan TNI dalam menentukan kebijakan selanjutnya.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut.

a. Ruang Lingkup. Kajian tentang Perang Verdun ini secara garis


besar membahas tentang latar belakang, pokok-pokok permasalahan dan
analisa serta hal disarankan.

b. Tata Urut.

1) Pendahuluan.
2) Latar belakang.
3) Data/Fakta dan Pokok-pokok permasalahan.
4) Analisa.
5) Penutup.
4. Metode dan Pendekatan.
3

a. Metode. Metode deskriptif analisis. Tujuan dari penelitian deskriptif ini


adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar
fenomena yang diselidiki terkait dengan Perang Verdun.3

b. Pendekatan. Pendekatan normative yuridis, yang menggunakan


pedoman pada aturan perundang-undangan yang berlaku, khususnya UU
TNI. Pendekatan kajian ini menggunakan pendekatan empiris dan studi
kepustakaan terkait dengan Perang Verdun.4

5. Pengertian. (terlampir)

BAB II
LATAR BELAKANG

6. Umum. Perang adalah sebuah aksi fisik dan non fisik (dalam arti sempit,
adalah kondisi permusuhan dengan menggunakan kekerasan) antara dua atau lebih
kelompok manusia untuk melakukan dominasi di wilayah yang dipertentangkan.
Perang secara purba di maknai sebagai pertikaian bersenjata. Di era modern,
perang lebih mengarah pada superioritas teknologi dan industri. Hal ini tercermin
dari doktrin angkatan perangnya seperti "Barang siapa menguasai ketinggian maka
menguasai dunia".5 Pertempuran Verdun terjadi selama Perang Dunia I,
pertempuran terpanjang dan terbesar bertempur di Front Barat selama konflik,
Verdun melihat pasukan Jerman berusaha untuk mendapatkan dataran tinggi di
sekitar kota sambil menggambar cadangan Prancis ke dalam pertempuran
pemusnahan. Menyerang pada 21 Februari, Jerman membuat keuntungan awal
sampai meningkatkan perlawanan Prancis dan kedatangan bala bantuan mengubah
pertempuran menjadi urusan yang menggila dan berdarah. Dalam latar belakang ini
akan menguraikan dan membahas mengenai landasan pemikiran yang bersifat

3
Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan:Kompetensi dan Prakteknya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005)
h. 157.
4
Ibid., h. 157.
5
Letjen TNI (purn) Sayidiman Suryohadiprojo: Pengantar Ilmu Perang, Pustaka Intermasa,
2008, ISBN 978-979-3791-33-3
4

normatif, empiris, doktrin dan teori-teori yang berkaitan dengan pemecahan


masalah.

7. Landasan Pemikiran.

a. Landasan Idiil Pancasila. Pancasila sebagai dasar negara, ideologi


dan pandangan hidup bangsa Indonesia merupakan sumber dari segala
sumber hukum yang mengandung nilai-nilai moral dan etika dalam kehidupan
masyarakat berbangsa dan bernegara, begitupun dengan lembaga
pendidikan dapat diaplikasikan sebagai media untuk pengabdian terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, bangsa dan tanah air. Komponen yang terdapat
didalamnya pun harus mengandung nilai moral yang berjiwa Pancasila, Sapta
Marga, Sumpah Prajurit dan 8 Wajib TNI serta merasa turut bertanggung
jawab pada terwujudnya cita-cita proklamasi kemerdekaan Republik
Indonesia.

b. Landasan Konstitusional (UUD 1945). Dalam pembukaan UUD


1945 alinea ke empat disebutkan bahwa tujuan bangsa Indonesia adalah
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.

c. Landasan Konsepsional (Ketahanan Nasional). Ketahanan


Nasional adalah kondisi dinamis bangsa, berisi keuletan dan ketangguhan
yang mengandung kemampuan pengembangan kekuatan nasional, di dalam
menghadapi dan mengatasi segala ancaman dan gangguan, baik yang
datang dari luar maupun dalam negeri, yang langsung maupun tidak langsung
membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara.

d. Landasan Visional (Wawasan Nusantara). Wawasan Nusantara


adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam mengartikan wilayah Indonesia
beserta segala isinya sebagai satu kesatuan wilayah yang bulat dan utuh,
termasuk di dalamnya kesatuan pertahanan dan keamanan.
5

e. Landasan Operasional
1) Undang-Undang Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI.
Tentara Nasional Indonesia dibangun dan dikembangkan secara
profesional sesuai dengan kepentingan politik negara yang mengacu
pada nilai dan prinsip demokrasi, supremasi sipil, hak asasi manusia,
ketentuan hukum nasional, dan ketentuan hukum internasional yang
telah diratifikasi, dengan dukungan anggaran belanja negara yang
dikelola secara transparan dan akuntabel. Dalam Pasal 7 disebutkan
tugas pokok TNI adalah menegakan kedaulatan negara,
mempertahankan keutuhan wilayah NKRI yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945, serta melindungi segenap bangsa
dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan
terhadap keutuhan bangsa dan negara.

2) Doktrin TNI AD Kartika Eka Paksi (KEP). Merupakan doktrin


tertinggi di lingkungan TNI AD menjadi landasan dalam merumuskan
kebijakan di bidang pembinaan postur TNI AD agar dapat digunakan
dalam Operasi Militer untuk Perang (OMP) maupun Operasi Militer
Selain Perang (OMSP).

8. Landasan Teori.

a. Teori Perang. Perang adalah bentuk tertinggi dari konflik yang terjadi
antarmanusia. Dalam studi Hubungan Internasional, perang secara tradisional
adalah pengorganisasian penggunaan kekuatan yang dilakukan oleh unit-unit
politik dalam sistem internasional. Negara-negara yang sedang saling
bertentangan dan dalam keadaan berkonflik merasa bahwa cara-cara
kekerasaan adalah satu-satunya cara agar tujuan- tujuan eksklusif mereka
dapat tercapai hingga akhirnya terjadilah perang. Dalam arti yang lebih luas,
perang berkaitan dengan konsep-konsep berupa krisis, aksi gerilya disertai
dengan kekerasan, pendudukan, ancaman, penaklukan, hingga teror. Dengan
luasnya definisi ini, konsepsi perang yang meliputi semua konflik dengan
6

kekerasan atau yang mengandung potensi kekerasan, yang terentang antara


situasi konflik domestik yang mengarah pada penggunaan kekuatan militer
yang kemungkinan tidak mampu diatasi oleh kekuatan polisi domestik sampai
pada perang antarnegara pada skala penuh. 6
Menurut Thomas Lindemann, ada 4 memotivasi terjadinya perang,
seperti:
a) Prestige (Kebanggan);
b) Antipathy (antipati) yang merupakan perbedaan identitas yang
sangat mencolok;
c) Universal dignity (harga diri universal/kehormatan) yaitu perang
yang disebabkan oleh pelanggaran terhadap standar universal
kedaulatan negara; dan
d) Particular dignity (harga diri tertentu).7

Dapat disimpulkan bahwa perang adalah pertentangan antara dua


negara atau lebih dengan melalui kekuatan bersenjata, dengan maksud
tujuan untuk saling melebihi kekuatan dan menetapkan kondisi-kondisi damai
sesuai keinginan pihak yang menang.

b. Teori Strategi Perang. Telah disebutkan sebelumnya bahwa


perang merupakan salah satu manifestasi atas kebutuhan manusia. Pada
skala yang lebih tinggi, maka perang disebabkan oleh hal-hal yang lebih
kompleks. Tujuan dalam perang seperti yang telah disampaikan Clausewitz
adalah membuat musuh tidak dapat melawan kembali. Untuk mencapai
tujuan tersebut, karena perang dilakukan dalam hubungan kelompok atau
Negara, maka diperlukan strategi guna menyatukan setiap elemen yang
dapat memberikan pengaruh terhadap berlangsungnya peperangan. Menurut
pengertian klasik strategi adalah suatu manuver militer untuk mencapai
pertempuran dan taktik digunakan saat kedua kekuatan saling bertemu.
Clausewitz (1812) dalam Principles of War menyatakan bahwa strategi adalah
the combination of individual engagements to attain the goal of the campaign

6
Ambarwati, dkk., Hukum Humaniter Internasional dalam Studi Hubungan Internasional, Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2009, h. 76-77.
7
Thomas Lindemann, Causes Of War : the Struggle for Recognition, (Colchester, UK : ECPR Press,
2010). h. 43.
7

or war. Menurut Clausewitz (1832) dalam On War menyatakan bahwa strategi


adalah the use of an engagement for the purpose of the war. Untuk mencapai
tujuan perang, maka diperlukan kekuatan/pasukan. Sehingga dapat
disimpulkan dari pernyataan Clausewitz bahwa strategi adalah pemanfaatan
pertempuran untuk mencapai tujuan perang dengan menggunakan
kekuatan/pasukan yang ada.8
Namun, sesuai perkembangan jaman strategi mengalami perluasan
makna. Perluasan makna pada strategi yaitu pengembangan menuju ranah
non militer. Karena masing-masing memiliki kekuatan dan kemampuan untuk
menjadi penyebab perang. J.C. Wylie (1967) Frans P.B. Osinga dalam
Strategy is a plan of action designed in order to achieve some end; a purpose
together with a system of measures for its accomplishment. Penjelasan Wylie
menunjukkan bahwa perencanaan dari suatu aksi untuk mencapai suatu
tujuan bersama dengan sistem yang terukur untuk pencapaian keberhasilan
disebut strategi.9
Strategi biasa digunakan pada tingkatan yang tinggi atau biasa disebut
tingkatan startegis. Suatu tingkatan pada level eselon tinggi di pemerintahan,
atau Jenderal di Militer. Kebutuhan pada level tersebut karena setiap
keputusan yang akan diambil harus mempertimbangkan berbagai aspek yang
lebih luas. Dalam mengambil keputusan, aspek yang harus dipertimbangkan
oleh seorang Danton berpangkat Letda tentu lebih sedikit dibanding seorang
Pangdam berpangkat Jenderal.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa startegi perang adalah seni
mendistribusikan dan menggunakan metode atau cara-cara militer untuk
memenuhi tujuan akhir kebijakan yang diambil. Keberhasilan dari strategi
tergantung terutama kepada kalkulasi yang tepat serta koordinasi antara akhir
dan metode yang digunakan (end dan means).

8
Carl Von Clausewitz, Principle of War, 1812, terj Hans W. Gatzke. Diunduh dari www.abika.com. h.
19.
9
Frans P.B. Osinga, Science, Strategy and War : The Strategic Theory of John Boyd (New York :
Routledge, 2007) h. 9.
8

BAB III
DATA/FAKTA DAN POKOK-POKOK PERMASALAHAN

9. Umum. Perang adalah perkelahian antar kelompok dimulai sejak


puluhan ribu tahun yang lalu. Perang adalah perkelahian dalam skala besar,
merupakan kelanjutan dari kebijakan dalam bentuk lain. Sehingga perang memiliki
makna yang sangat luas baik perang dalam bentuk fisik (menggunakan kekuatan/
hard/ power/ force) maupun non fisik (soft power). Penulis mendeskripsikan tentang
gambaran umum objek penelitian. Objek (permasalahan, problem, isu atau sifat
keadaan: benda, orang, lembaga/organisasi dan sebagainya) yang diteliti
dideskripsikan secara lebih terperinci, sehingga hasil pengamatan/observasi dan
studi kepustakaan terhadap Perang Verdun dengan jelas, meliputi data dan fakta
maupun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap objek penelitian.

10. Data dan Fakta.

a. Pada Perang Dunia I terjadi pertempuran antara Prancis dan Jerman,


di mana Prancis memukul mundur serangan Jerman di daerah Verdun di
dataran tinggi Meuse, Lorraine, Prancis. Itu adalah salah satu pertempuran
perang yang paling lama dan paling berdarah pada waktu itu. Jenderal
Jerman bernama Erich von Falkenhayn percaya bahwa perang akan
dimenangkan oleh Jerman di wilayah musuhnya, Prancis. Falkenhayn merasa
bahwa apabila Jerman menang dalam pertempuran itu merupakan harapan
terbaik Jerman untuk mendominasi Eropa, terkecuali Inggris. Kaisar Jerman,
William II pada akhir 1915 mengakui bahwa Inggris adalah yang paling
tangguh dan tidak dapat diserang secara langsung.
Kota Verdun dikelilingi oleh benteng di sepanjang sungai Meuse.
Prancis membangun benteng supaya dapat menghambat jalur komunikasi
utama Jerman. Itu adalah strategi pertahanan Prancis. Apabila benten itu
hancur maka akan menjadi pukulan telak bagi Prancis. Pada awal Januari
1916, penerbang Prancis telah mendeteksi persiapan Jerman untuk
menyerang Verdun. Pada 11 Februari 1916, seorang perwira intelijen Prancis
menemukan banyak pasukan Jerman sudah berkumpul di tepi kanan sungai
Meuse. Karena masing-masing komandan Prancis hanya berfokus pada
9

rencana serangannya sendiri, akibatnya mereka tergesa-gesa untuk


memperkuat pertahanan di Verdun.
Selama 10 hari berikutnya, ribuan pria dan puluhan senjata
dipindahkan ke Verdun untuk melawan serangan Jerman. Jalur kereta api
utama ke Verdun telah diputus atau terus menerus diserang oleh artileri
Jerman. Perwira Prancis mengatur strategi masuknya pasukan tentara dan
senjata melaui jalur jakan tanah sepanjang 37 mil (57 km) yang
mengubungkan Bar le Duc ke Verdun. Jalan ini kemudian dikenal sebagai La
Voie Sacrée (Jalan Suci) karena pentingnya jalan ini dalam pertahanan
Prancis.

Gambar. 1 Peta pertempuran Verdun


Perang Verdun dimulai dari tanggal 21 Februari hingga 18 Desember
1916. Pada hari pertama perang pecah, lebih dari 1.220 senjata di sekitar
garis pertahanan Verdun dilepaskan. Pada minggu pertama, Jerman telah
maju sejauh enam mil; mengambil alih benteng Douaumont yang hampir tidak
dijaga oleh Prancis. Pada awal Juni, Jerman merebut benteng utama lainnya,
benteng Vaux. Pertempuran Verdun berakhir dengan kemenangan Prancis.
10

b. Pada tanggal 21 Februari 1916, Angkatan Darat ke-5 Jerman


meluncurkan apa yang akan menjadi pertempuran terpanjang dari perang di
benteng Prancis Verdun. Antara Februari dan Desember 1916, Angkatan
Darat ke-5 Jerman dan Angkatan Darat ke-2 Prancis terlibat dalam
pertempuran, seringkali karena kehilangan atau perolehan beberapa meter
medan. Selama pertempuran, sekitar tiga perempat divisi Prancis dan
sepertiga divisi Jerman bersepeda melalui 'neraka Verdun', seperti yang
diketahui oleh para peserta di kedua sisi. Pertempuran itu juga merupakan
pertempuran material pertama yang dilancarkan oleh tentara Jerman:
Angkatan Darat ke-5 sampai sekarang memiliki jumlah artileri, mortir, dan
bahkan penyembur api yang belum pernah terdengar, serta amunisi yang
dibutuhkan untuk pertempuran yang berlarut-larut. Pada akhir tahun, hampir
400.000 orang Prancis dan 340 pertempuran gesekan pertama yang
disengaja.

c. Pertempuran Verdun adalah salah satu pertempuran terpanjang dan


paling berdarah dari Perang Dunia I. Pertempuran yang brutal dengan atrisi,
Verdun menghabiskan biaya kira-kira 161.000 orang tewas, 101.000 hilang,
dan 216.000 orang terluka. Kerugian Jerman sekitar 142.000 tewas dan
187.000 terluka. Setelah perang, von Falkenhayn menyatakan bahwa niatnya
di Verdun bukanlah untuk memenangkan pertempuran yang menentukan
tetapi untuk "membasahi kulit putih Prancis" dengan memaksa mereka untuk
berdiri di tempat yang tidak dapat mereka mundur. Beasiswa terbaru telah
mendiskreditkan pernyataan-pernyataan ini sebagai von Falkenhayn
mencoba untuk membenarkan kegagalan kampanye. Pertempuran Verdun
telah menjadi tempat ikonik dalam sejarah militer Prancis sebagai simbol
tekad bangsa untuk mempertahankan tanahnya dengan segala cara.

11. Pokok-pokok Persoalan.

a. Apa latar belakang sejarah terjadinya Perang Verdun tersebut?

b. Bagaimana strategi dalam Perang Verdun?


11

c. Bagaimana dampak yang di timbulkan akibat Perang Verdun tersebut?


BAB IV
ANALISA

12. Umum. Praktik perang telah dapat ditemukan sejak berabad-abad yang
lalu, kita juga dapat melihat bahwa ada kecenderungan manusia untuk mengurangi
dampak dari kekejaman perang itu sendiri. Kekejaman perang dianggap
bertentangan dengan martabat dan asasi manusia serta penghargaan atas diri, jiwa
dan kehormatannya. Perang ialah pertentangan antara dua negara atau lebih
dengan melalui kekuatan bersenjata, dengan maksud tujuan untuk saling melebihi
kekuatan dan menetapkan kondisi-kondisi damai sesuai keinginan pihak yang
menang.

13. Analisa latar belakang sejarah terjadinya Perang Verdun


Perang adalah suatu keadaan dimana suatu negara atau lebih terlibat dalam
suatu persengketaan bersenjata, disertai dengan suatu pernyataan niat salah satu
pihak lain. Berdasarkan penjelasan teori perang menurut Thomas Lindemann, ada 4
memotivasi terjadinya perang, seperti: Prestige (Kebanggan), Antipathy (antipati)
yang merupakan perbedaan identitas yang sangat mencolok, Universal dignity
(harga diri universal/kehormatan) yaitu perang yang disebabkan oleh pelanggaran
terhadap standar universal kedaulatan negara, dan Particular dignity (harga diri
tertentu). Maka yang menyebabkan secara umum penyebab Perang Dunia I
termasuk pertempuran Verdun ialah

a) Adanya perkembangan teknologi persenjataan yang mengakibatkan


persaingan senjata antar negara-negara di Eropa;
b) Adanya politik aliansi untuk membentuk jaringan politik dan militer di
Eropa; dan
c) Munculnya paham ultra-nasionalisme atau cinta kebangsaan yang
berlebihan.

Kota Verdun memainkan peranan penting dalam pertahanan karena lokasi


kota sangat strategis yaitu di Sungai Meuse. Attila the Hun, misalnya, gagal dalam
abad kelima upaya untuk merebut kota. Pada pembagian kerajaan Charlemagne,
12

Perjanjian Verdun dari 843 bagian kota dari Kekaisaran Romawi Suci. Pada tahun
1648 diberikan Verdun ke Prancis. Verdun memainkan peran yang sangat penting
dalam garis pertahanan yang dibangun setelah Perang Prancis-Prusia tahun 1870.
Sebagai perlindungan terhadap ancaman Jerman di sepanjang perbatasan timur,
dibangun antara Verdun dan Toul serta antara Épinal dan Belfort. Verdun
merupakan pintu masuk utara dataran Champagne dan juga jalur terdekat menuju
ibu kota Prancis, Paris.
Pertempuran Verdun terjadi selama Perang Dunia I (1914-1918) dan
berlangsung dari 21 Februari 1916 hingga 18 Desember 1916. Pertempuran
terpanjang dan terbesar bertempur di Front Barat selama konflik, Verdun melihat
pasukan Jerman berusaha untuk mendapatkan dataran tinggi di sekitar kota sambil
menggambar cadangan Prancis ke dalam pertempuran pemusnahan. Menyerang
pada 21 Februari, Jerman membuat keuntungan awal sampai meningkatkan
perlawanan Prancis dan kedatangan bala bantuan mengubah pertempuran menjadi
urusan yang menggila dan berdarah. Pertempuran berlanjut sepanjang musim
panas dan menyaksikan serangan balik Prancis dimulai pada bulan Agustus. Ini
diikuti oleh serangan balasan besar pada Oktober yang akhirnya merebut kembali
sebagian besar tanah yang hilang pada awal tahun ke Jerman.Berakhir pada bulan
Desember, Pertempuran Verdun segera menjadi simbol ikon dari tekad Prancis
untuk membela negara mereka.
Pada 1915, Front Barat telah menjadi jalan buntu karena kedua belah pihak
terlibat dalam peperangan parit. Tidak dapat mencapai terobosan yang menentukan,
serangan hanya menghasilkan korban besar dengan sedikit keuntungan. Berusaha
menghancurkan garis Anglo-Perancis, Kepala Staf Jerman Erich von Falkenhayn
mulai merencanakan serangan besar-besaran terhadap kota Perancis, Verdun.
Sebuah kota benteng di Sungai Meuse, Verdun melindungi dataran Champagne dan
pendekatan ke Paris. Dikelilingi oleh lingkaran benteng dan baterai, pertahanan
Verdun telah melemah pada tahun 1915, ketika artileri dipindahkan ke bagian lain
dari garis (Peta).
Meskipun reputasinya sebagai benteng, Verdun dipilih karena terletak di garis
yang menonjol di Jerman dan hanya dapat dipasok oleh satu jalan, Voie Sacrée, dari
sebuah relhead yang terletak di Bar-le-Duc. Sebaliknya, Jerman akan mampu
menyerang kota dari tiga sisi sambil menikmati jaringan logistik yang jauh lebih kuat.
Dengan keunggulan ini di tangan, von Falkenhayn percaya bahwa Verdun hanya
13

akan bertahan selama beberapa minggu. Pergeseran kekuatan ke daerah Verdun,


Jerman berencana untuk meluncurkan serangan pada 12 Februari 1916 (Peta).
Karena cuaca buruk, serangan itu ditunda hingga 21 Februari. Penundaan ini,
ditambah dengan laporan intelijen yang akurat, memungkinkan Prancis menggeser
dua divisi Korps XXX ke wilayah Verdun sebelum serangan Jerman. Pada pukul
07:15 pada tanggal 21 Februari, Jerman memulai pemboman sepuluh jam terhadap
garis Prancis di sekitar kota. Menyerang dengan tiga korps tentara, Jerman bergerak
maju memanfaatkan pasukan badai dan penyembur api. Terhuyung oleh beban
serangan Jerman, Prancis dipaksa mundur tiga mil pada hari pertama pertempuran
Pada tanggal 24, pasukan Korps XXX dipaksa untuk meninggalkan garis
pertahanan kedua mereka tetapi didukung oleh kedatangan Korps XX Prancis.
Malam itu keputusan diambil untuk menggeser Angkatan Darat Kedua Jenderal
Philippe Petain ke sektor Verdun. Berita buruk bagi Prancis berlanjut keesokan
harinya ketika Fort Douaumont, timur laut kota itu, kalah dari pasukan Jerman.
Mengambil alih komando di Verdun, Petain memperkuat benteng kota dan membuat
garis pertahanan baru. Pada hari terakhir bulan itu, perlawanan Prancis di dekat
desa Douaumont memperlambat kemajuan musuh, memungkinkan garnisun kota
untuk diperkuat.
Mendorong maju, Jerman mulai kehilangan perlindungan artileri mereka
sendiri, sementara diserang oleh senjata Prancis di tepi barat Meuse. Menumbuk
tiang-tiang Jerman, artileri Perancis membasmi Jerman dengan parah di Douaumont
dan akhirnya memaksa mereka meninggalkan serangan frontal di Verdun.
Mengubah strategi, Jerman mulai menyerang di sisi-sisi kota pada bulan Maret. Di
tepi barat Meuse, kemajuan mereka terfokus pada perbukitan Le Mort Homme dan
Cote (Hill) 304. Dalam serangkaian pertempuran brutal, mereka berhasil menangkap
keduanya. Ini tercapai, mereka mulai menyerang timur kota.
Memfokuskan perhatian mereka pada Fort Vaux, Jerman mengeras benteng
Prancis sepanjang waktu. Menyerang ke depan, pasukan Jerman menangkap
suprastruktur benteng, tetapi pertempuran buas terus di terowongan bawah tanah
sampai awal Juni. Ketika pertempuran berkecamuk, Petain dipromosikan untuk
memimpin Grup Pusat Angkatan Darat pada tanggal 1 Mei, sementara Jenderal
Robert Nivelle diberi komando depan di Verdun. Setelah mengamankan Fort Vaux,
Jerman mendorong barat daya melawan Fort Souville. Pada 22 Juni, mereka
14

menembaki daerah itu dengan kerang gas beracun diphosgene sebelum


meluncurkan serangan besar-besaran keesokan harinya.
Selama beberapa hari bertempur, Jerman pada awalnya sukses tetapi
bertemu dengan meningkatnya perlawanan Perancis. Sementara beberapa pasukan
Jerman mencapai puncak Fort Souville pada 12 Juli, mereka dipaksa mundur oleh
artileri Perancis. Pertempuran di sekitar Souville menandai kemajuan Jerman terjauh
selama kampanye. Dengan dibukanya Pertempuran Somme pada 1 Juli, beberapa
pasukan Jerman ditarik dari Verdun untuk menghadapi ancaman baru. Dengan
pasang surut, Nivelle mulai merencanakan serangan balik untuk sektor ini. Untuk
kegagalannya, von Falkenhayn digantikan oleh Field Marshal Paul von Hindenburg
pada bulan Agustus.
Pada 24 Oktober, Nivelle mulai menyerang garis Jerman di sekitar kota.
Membuat penggunaan artileri berat, infanteri-nya mampu mendorong Jerman
kembali di tepi timur sungai. Benteng Douaumont dan Vaux direbut kembali pada 24
Oktober dan 2 November, dan pada bulan Desember, Jerman hampir dipaksa
kembali ke garis asal mereka.
Pertempuran Verdun berakhir dengan kemenangan Prancis karena Komando
tertinggi Jerman gagal mencapai dua tujuan strategis: pertama merebut kota
Verdun, dan kedua lebih banyak korban daripada pasukan Prancis. Secara
keseluruhan, Pertempuran Verdun mengakibatkan lebih dari seperempat juta orang
terbunuh di medan pertempuran dan setidaknya setengah juta terluka.

14. Analisa Strategi dalam Perang Verdun


Pada hakikatnya manusia memiliki sifat mementingkan diri sendiri sehingga
cenderung untuk melakukan tindakan kekerasan terhadap manusia lainnya. Menurut
Thomas Hobbes (1651), manusia dapat menjadi serigala bagi sesamanya atau yang
kita kenal Homo homini Lupus. Hal ini dilandasi tiga hal yaitu keuntungan, kemanan
dan reputasi. Konsekuensi logis dari naluri yang mendasar ini, manusia akan
melakukan tindakan bertahan untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Negara
adalah lingkup lebih besar yang merupakan wujud dari individu manusia. Setiap
Negara memiliki kepentingan nasional untuk menjamin kelangsungan berbangsa
dan bernegara. Supaya kepentingan nasionalnya terpenuhi, pada suatu titik
kulminasi tertentu dimana cara-cara normatif tidak mencapai hasil, suatu Negara
akan menyerang Negara lainnya. Implikasi yang ditimbulkan adalah suatu Negara
15

akan berusaha mempertahankan dirinya dari serangan Negara lain sehingga


timbulah perang.

Perang hanya dapat dilakukan oleh dua kelompok yang berselisih. Dapat
dikatakan bahwa perkelahian antar kelompok dimulai sejak puluhan ribu tahun yang
lalu. Keegan dalam Gary D. Solis (2010) mengatakan bahwa bukti tersebut
ditemukan melalui suatu lukisan gua, tentang sekelompok pemanah dalam suatu
konflik yang berumur 10.000 tahun yang lalu 10. Perang adalah perkelahian dalam
skala besar. Clausewitz (1831) dalam On War mengatakan War is nothing but a
duel on a larger scale. Countless duels go to make up war, but a picture of it as a
whole can be formed by imagining a pair of wrestlers. Each tries through physical
force to compel the other to do his will; his immediate aim is to throw his opponent in
order to make him incapable of further resistance 11. Dari Clausewitz dapat diartikan
bahwa penyebab suatu perkelahian adalah adanya keinginan untuk memaksakan
kehendak kepada pihak lain. Secara eksplisit juga dinyatakan bahwa, tujuan dari
perkelahian adalah untuk membuat musuh tidak dapat melawan kembali. Clausewitz
(1831) pun menyatakan bahwa perang merupakan kelanjutan dari kebijakan dalam
bentuk lain. Sehingga perang memiliki makna yang sangat luas baik perang dalam
bentuk fisik (menggunakan kekuatan/hard power/force) maupun non fisik (soft
power).

Dalam abad modern ini, penggunaan istilah strategi tidak lagi terbatas pada
konsep atau seni seorang panglima dalam peperangan, tetapi sudah digunakan
secara luas hampir dalam semua bidang ilmu. Dalam pengertian umum, strategi
adalah cara untuk mendapat kemenangan atau pencapaian tujuan. Strategi perang
adalah penggunaan pertempuran untuk mencapai tujuan perang. Strategi adalah
kunci pelaksanaan perang dan dikuasai oleh prinsip-prinsip yang menetapkan agar
kekuatan besar melakukan aksi menyerang terhadap kekuatan musuh yang lemah
untuk menghasilkan kemenangan.

Clausewitz (1812) dalam Principles of War menyatakan bahwa strategi


adalah the combination of individual engagements to attain the goal of the campaign
or war. Menurut Clausewitz (1832) dalam On War menyatakan bahwa strategi
adalah the use of an engagement for the purpose of the war. Untuk mencapai tujuan
10
Gary D. Solis, The Law of Armed Conflict, (New York : Cambridge University Press, 2010) h. 4.
11
Carl Von Clausewitz, On War, Terj Michael Howard dan Peter Paret, (New York : Oxford University
Press, 2007) h. 13.
16

perang, maka diperlukan kekuatan/pasukan. Sehingga dapat disimpulkan dari


pernyataan Clausewitz bahwa strategi adalah pemanfaatan pertempuran untuk
mencapai tujuan perang dengan menggunakan kekuatan/pasukan yang ada.
Lebih lanjut dalam kaitan strategi pertempuran Verdun, ini adalah yang
pertama dari tiga pos yang meliputi perencanaan Jerman untuk Operasi Gericht,
ofensif mereka di Verdun. Bulan ini menandai peringatan 100 tahun dimulainya
pertempuran ini, yang akan berlangsung, termasuk serangan balasan Prancis,
hingga akhir tahun 1916. Meskipun tidak begitu diingat di Inggris saat ini, 'neraka
Verdun' meninggalkan bekas yang bertahan lama. tidak hanya pada jutaan orang
Prancis dan Jerman yang bertempur di sana, tetapi juga pada masyarakat mereka.
Memang, bagi Prancis dan Jerman saat ini, pertempuran Verdun sama sinonimnya
dengan Perang Dunia Pertama seperti halnya pertempuran Somme bagi Inggris.
Seri ini mengeksplorasi perencanaan strategis, operasional, dan taktis Jerman untuk
pertempuran.
Pertempuran Front Barat melibatkan negara Perancis dan Inggris melawan
Jerman. Pada tahun 1915-1917 pertempuran besar terjadi di front Barat yang
menggunakan teknologi persenjataan dan strategi perang modern peratama kali
dalam sejarah manusia. Tercatat, pertempuran mematikan yang terjadi di Front
Barat adalah pertempuran Verdun (1916). Meskipun sejarawan telah lama
memperdebatkan tujuan Jerman untuk pertempuran, bukti arsip yang tersedia baru-
baru ini menunjukkan bahwa sejak awal, Kepala Staf Umum Jerman, Erich von
Falkenhayn, menganggap pertempuran ini sebagai sarana 'putih berdarah' tentara
Prancis. Sementara tujuan ini tampaknya memainkan mitos yang mendominasi saat
ini tentang pembantaian yang tidak masuk akal dan kepemimpinan yang tidak
imajinatif dalam Perang Dunia Pertama, pada kenyataannya, tujuan strategis
Falkenhayn dari pertempuran itu halus, dan pendekatannya mungkin mewakili salah
satu strategi paling canggih dari keseluruhan perang.
Pertama, strategi Falkenhayn di Verdun dibangun di atas asumsi tertentu
tentang bangsa Prancis dan rakyatnya. Sama dengan banyak orang sezamannya,
termasuk mereka yang berada di Bagian Intelijen Komando Tinggi Jerman,
Falkenhayn melihat sistem politik republik Prancis pada dasarnya lemah. Untuk
seorang perwira Prusia aristokrat, sistem politik apa pun yang dibangun di atas dan
mencerminkan kehendak rakyat tidak mungkin tahan terhadap tekanan yang cukup
besar. Selain itu, intelijen Jerman telah lama melihat tenaga kerja Prancis sebagai
17

kelemahan strategis. Tidak seperti Kekaisaran Jerman setelah penyatuan pada


tahun 1871, jumlah penduduk Republik Ketiga Prancis mengalami stagnasi.
Sementara populasi Jerman meningkat sekitar 25 juta antara tahun 1871 dan 1914,
populasi Prancis hanya bertambah beberapa juta. Sebagai konsekuensi, di tahun-
tahun sebelum 1914, Prancis berjuang untuk menyamai jumlah tentara Jerman.
Untuk memiliki pasukan yang kira-kira seukuran tentara Jerman, Prancis perlu
mengerahkan hampir 85 persen dari tenaga kerjanya yang memenuhi syarat;
Jerman wajib militer kurang dari 50 persen pria muda yang memenuhi syarat.
Debat nasional berskala besar mengenai perpanjangan wajib militer dari dua
menjadi tiga tahun di Prancis pada tahun 1913 menunjukkan kepada tentara Jerman
bahwa tentara Prancis adalah instrumen yang terikat pada politik republik. Pengamat
Jerman mencibir pada apa yang mereka lihat sebagai kenyamanan yang harus
dicurahkan pada wajib militer Prancis agar Majelis Nationale meloloskan RUU
tersebut. Perdebatan memperkuat gagasan Jerman bahwa tentara Prancis adalah
instrumen yang rapuh, kekurangan cadangan tenaga kerja dan kurang stamina
untuk perang yang mahal.
Pada tahun 1915, tentara Prancis telah menderita korban yang sangat tinggi
dalam kampanye bergerak tahun 1914 dan dalam beberapa serangan skala besar
yang gagal pada tahun 1915, terutama pada bulan September dan Oktober.
Menjelang akhir tahun 1915, intelijen Jerman menghitung bahwa tentara Prancis
hampir 500.000 lebih kecil daripada pada Agustus 1914 dan telah mencapai batas
tenaganya. Pada akhir musim panas 1915, intelijen Jerman telah menulis surat
dakwaan yang memberatkan tentara Prancis, yang didasarkan pada asumsi-asumsi
ini:
“Korban Prancis dalam perang ini begitu banyak sehingga pemerintah dapat
memikul tanggung jawab atas mereka baik di hadapan rakyat Prancis
maupun suatu hari nanti sebelum sejarah. Segera [pemerintah Prancis] akan
dihadapkan dengan pertanyaan apakah, terlepas dari semua bantuan dari
luar, mengakhiri perlawanan adalah jalan yang lebih tepat untuk masa depan
bangsa daripada melanjutkan perang tanpa harapan ini.”
Tujuan Falkenhayn pada tahun 1916 adalah untuk menekan pemerintah
Prancis ke dalam keputusan ini untuk perdamaian yang terpisah. Cara untuk
melakukan ini adalah dengan memberikan tekanan yang lebih besar pada apa yang
telah lama dilihat oleh pengamat Jerman sebagai kerentanan dan kelemahan
18

strategis terbesarnya masa depan Prancis, tenaga kerjanya. Dengan demikian,


'kelelahan' atau pengurangan tentara Prancis adalah tujuan mendasar dari strategi
Falkenhayn untuk tahun 1916. Terlepas dari upaya kemudian untuk menjauhkan diri
dari pengetahuan tentang tujuan Falkenhayn, baik komandan Angkatan Darat ke-5,
Putra Mahkota Wilhelm, dan kepala stafnya, Constantin Schmidt von Knobelsdorf,
masing-masing menulis tentang Falkenhayn menggunakan istilah ' Verblutung,' atau
'kelelahan,' dalam merencanakan serangan, seperti yang dilakukan ajudan Kaiser
Wilhelm II Hans von Plessen.
Falkenhayn berharap bahwa korban yang tinggi di antara tentara warga
Prancis akan mendorong pejabat terpilih Prancis untuk mengakhiri perang karena
takut akan konsekuensi politik dan sosial jika tidak melakukannya. Tantangannya,
tentu saja, adalah bagaimana menimbulkan gesekan besar-besaran tentara Prancis
tanpa menghancurkan tentara Jerman dalam prosesnya. Bagaimanapun juga,
serangan-serangan Prancis yang gagal pada tahun 1915 telah menunjukkan betapa
mahalnya biaya serangan di Front Barat. Namun, bukannya menghalangi
Falkenhayn, serangan-serangan yang gagal ini, bersama dengan pengalaman
perang lainnya hingga saat ini, menawarkan ide-ide operasional dan taktis baru
kepada Falkenhayn yang ia harap akan terbukti menentukan bagi Jerman pada
tahun 1916.
Perang Dunia I berakhir dengan hasil kemenangan di pihak aliansi Sekutu.
Berakhirnya Perang Dunia I ditandai dengan ditandatanganinya perjanjian Versailles
(Jerman dengan Sekutu), perjanjian Sevres (Turki Utsmani dengan Sekutu) dan
perjanjian Trianon (Austria-Hongaria dengan Sekutu).

15. Analisa dampak yang ditimbulkan akibat Perang Verdun


Perang adalah suatu benturan baik itu fisik atau non fisik yang terjadi antar
kelompok satu dengan kelompok lainnya atau Negara satu dengan Negara lainnya
untuk mendominasi wilayah yang dipertentangkan. Dahulu perang identik dengan
kekerasan, perebutan wilayah, dan pengunaan senjata tajam. Namun di era modern
ini perang sudah tidak lagi menggunakan kekerasan, perang di era modern ini
adalah dengan menggunakan kemajuan teknologi dan industri, semakin canggih
atau maju teknologi dan industri, suatu kelompok atau Negara maka dia lah yang
akan menjadi Negara adidaya.
19

Dalam perang biasanya miliki tujuan tertentu, misal perebutan kekuasaan


atau wilayah seperti perang Verdun. Memang banyak dari akhir cerita sebuah
perang lahirnya sebuah penderitaan baru bagi kedua kelompok yang terlibat perang,
seperti; banyak berjatuhnya korban jiwa, rusaknya infrastruktur, menimbulkan
terbentuknya Negara jajahan atau Negara boneka, kerugian dalam bidang ekonomi,
dan lain sebagianya. Perang Dunia I (World War I) merupakan peperangan besar
pertama dalam sejarah modern yang menimbulkan dampak besar bagi tatanan
kehidupan masyarakat secara global. Peperangan terpanjang selama Perang Dunia
(PD) I, yang dikenal dengan nama Perang Verdun berakhir pada 18 Desember
1916. Peperangan ini terjadi selama 10 bulan dan memakan korban total hampir 1
juta orang, dari pihak tentara Jerman dan Perancis. Adapun data jumlah korban
Jerman 336.000-434.000 sementara Prancis 377.000 (161.000 tewas, 216.000
terluka).
Dari awal peperangan, korban dengan cepat bertambah dari kedua belah
pihak. Setelah Jerman berhasil mengakuisisi beberapa wilayah awal, peperangan
mencapai jalan buntu yang berujung pertumpahan darah. Salah satu senjata yang
digunakan Jerman adalah senjata api terbaru. Pada tahun tersebut, juga pertama
kali digunakan gas fosgen oleh Jerman, yang 10 kali lebih mematikan daripada gas
klor yang sebelumnya digunakan. Pertempuran di Verdun kemudian terus menerus
terjadi. Sementera, sumber daya Jerman semakin menipis karena harus
menghadapi serangan pimpinan Inggris di Sungai Somme dan serangan Rusia
Brusilov di Front Selatan. Pada bulan Juli, Kaisar kemudian kecewa dengan kejadian
yang terus terjadi di Verdun. Ia memindahkan Falkenhayn dan mengirimnya untuk
memimpin Pasukan ke-9 di Transylvania. Paul von Hindenburg kemudian ditunjuk
untuk menggantikan Falkenhayn. Pada awal Desember, di bawah Robert Nivelle,
yang ditunjuk untuk menggantikan Philippe Petain di April, PErancis berhasil kembali
merebut sebagian besar wilayah mereka yang hilang. Melansir Britannica, selama
10 bulan peperangan di tahun 1916 tersebut, kedua belah pihak tentara di Verdun
menjadi korban. Ada sekitar 700.000 korban dan sekitar 300.000 orang meninggal.
Lanskap pastoral yang sebelumnya mengelilingi desa di Verdun pun telah diubah
secara permanen. Sembilan desa, yaitu Beaumont, Bezonvaux, Cumieres,
Douaumont, Fleury, Haumont, Louvemont, Ornes, dan Vaux, telah dihancurkan.
Setelah perang, desa-desa tersebut kemudian dikenang "mati oleh Perancis".
Meskipun tidak berpenghuni, desa-desa ini tetap dikelola oleh wali kota untuk
20

mempertahankan keberadaannya sebagai sebuah entitas administratif. Mayat-mayat


yang tidak dikenal dikenang melalui Douaumont Ossuary, sebuah monumen yang
selesai dibangun pada 1932. Monumen ini berisi 150.000 korban, baik tentara
Perancis dan Jerman yang tidak dapat diidentifikasi. Kemudian, 170 km persegi dari
wilayah di Verdun dinyatakan sebagai zona merah. Di zona ini, terdapat sebuah
meriam yang tidak meledak dan penggunaannya kemudian dilarang. Pada abad ke-
21, Kementerian Dalam Negeri Perancis memperkirakan bahwa lebih dari 10 juta
peluru masih ada di tanah sekitar Verdun. Unit pembersihan bom juga melanjutkan
pemindahan 40ton amunisi yang tidak meledak dari daerah tersebut tiap tahunnya.
Salah satu yang paling berbahaya adalah wadah berisi bahan kimia, yang sebagian
besar sulit dibedakan dari cangkang peledak. Toksisitas dari bahan kimia ini pun
tetap bertahan dari waktu ke waktu dan rentan bocor juga tidak ditemukan dan
ditangani.
Pertempuran Verdun adalah salah satu Pertempuran paling signifikan dari
semua pertempuran yang terjadi di Perang Dunia I. Semua hal dipertimbangkan,
Pertempuran Verdun benar-benar mempengaruhi Perang Dunia I. Penting untuk
diketahui bahwa hal itu terjadi karena itu adalah kemenangan besar bagi Sekutu,
dan kerugian besar bagi Blok Sentral, dan sangat mempengaruhi Perang Dunia I.

BAB V
PENUTUP

16. Kesimpulan. Pertempuran Verdun adalah pertempuran antara


pasukan Jerman dan Prancis di blok Barat selama Perang Dunia I pada tanggal 21
Februari sampai 18 Desember 1916, di daerah perbukitan utara kota Verdun-sur-
Meuse di utara-timur Prancis. Pertempuran Verdun berakhir dengan kemenangan
Prancis karena Komando tertinggi Jerman gagal mencapai dua tujuan strategis:
pertama merebut kota Verdun dan kedua, lebih banyak korban daripada pasukan
Prancis. Secara keseluruhan, pertempuran Verdun merupakan pertempuran
terpanjang dan paling dahsyat selama Perang Dunia I. Peperangan ini terjadi
selama 10 bulan dan memakan korban total hampir 1 juta orang, dari pihak tentara
Jerman dan Perancis. Adapun data jumlah korban Jerman 336.000-434.000
sementara Prancis 377.000 (161.000 tewas, 216.000 terluka). Total penggunanan
21

senjata sekitar 40 juta peluru artileri dari kedua belah pihak selama pertempuran.
Pertempuran Verdun adalah salah satu Pertempuran paling signifikan dari semua
pertempuran yang terjadi di Perang Dunia I. Semua hal dipertimbangkan,
Pertempuran Verdun benar-benar mempengaruhi Perang Dunia I.

17. Saran. Berdasarkan poin-poin kesimpulan yang telah diuraikan, maka


disarankan/direkomendasikan beberapa langkah tindak lanjut sebagai berikut:
a. Menyusun Strategi pertempuran dalam rangka mengahadapi ancaman
guna mempertahanankan kedaulatan Bangsa;
b. Optimalisasi pembangunan postur pertahanan militer yang diarahkan
pada pembangunan minimum essential force (MEF) TNI menuju terwujudnya
postur ideal TNI dalam rangka menghadapi ancaman dimasa depan; dan
c. Mewujudkan industri pertahanan yang kuat, mandiri dan berdaya saing
dalam mendukung pembangunan kekuatan pokok minimum (MEF) TNI.

18. Demikian Kajian ini disusun, semoga bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai
bahan saran serta masukan bagi pimpinan dalam merumuskan kebijaksanaan di
masa mendatang.

Biak, Maret 2022


Penulis,

Untoro Hariyanto, S.I.P.


Nosis 49043
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT sehingga segala kemudahan, kesehatan


maupun kebahagiaan, selalu saya peroleh dalam menyusun Kajian Akademik ini
dalam rangka penataan dan perubahan organisasi dan tugas Menarmed.

Ucapan terima kasih dan penghargaan saya sampaikan …yang telah


membantu dalam pembuatan Kajian ini dengan judul “Perang Verdun”.

Kajian ini dilatar belakangi ketertarikan penulis untuk menyusun Kajian


dengan judul diatas, dilandasi oleh keinginan dalam ….

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih belum


sempurna, maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik yang
bersifat membangun, sehingga dapat digunakan untuk penyempurnaan selanjutnya.
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan

1. Umum...................................................................................1
2. Maksud dan Tujuan..............................................................2
3. Ruang Lingkup dan Tata Urut..............................................3
4. Metode dan Pendekatan ......................................................3
5. Pengertian ............................................................................3

BAB II Latar Belakang

6. Umum ..................................................................................3
7. Landasan Pemikiran.............................................................4
8. Landasan Teori.....................................................................5

BAB III Data/Fakta dan Pokok-Pokok Permasalahan

9. Umum...................................................................................8
10. Data dan Fakta ....................................................................8
11. Pokok-Pokok Persoalan ....................................................10

BAB IV Analisa

12. Umum.................................................................................11
13. Analisa persoalan 1 ...........................................................11
14. Analisa Persoalan 2 ...........................................................14
15. Analisa Persoalan 3 ...........................................................18
iii

BAB V PENUTUP

16. Kesimpulan ........................................................................20


17. Saran .................................................................................20
LAMPIRAN.
1. Daftar Pustaka.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, dkk., 2009. Hukum Humaniter Internasional dalam Studi Hubungan


Internasional, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Carl Von Clausewitz, 2007. On War, Terj Michael Howard dan Peter Paret, (New
York : Oxford University Press)

Frans P.B. Osinga, 2007. Science, Strategy and War : The Strategic Theory of John
Boyd (New York : Routledge)

Gary D. Solis, 2010. The Law of Armed Conflict, (New York : Cambridge University
Press)

Letjen TNI (purn) Sayidiman Suryohadiprojo. 2008. Pengantar Ilmu Perang, Pustaka
Intermasa, ISBN 978-979-3791-33-3

Sukardi, 2005. Metode Penelitian Pendidikan:Kompetensi dan Prakteknya, (Jakarta:


Bumi Aksara)

Thomas Lindemann, 2010. Causes Of War: the Struggle for Recognition,


(Colchester, UK : ECPR Press)

https://www.kompas.com/tren/read/2019/12/18/100900965/hari-ini-dalam-sejarah--
berakhirnya-perang-verdun-dengan-korban-1-juta?page=all

https://id.wikipedia.org/wiki/Pertempuran_Verdun

Undang-Undang Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI

Doktrin TNI AD Kartika Eka Paksi (KEP)

Anda mungkin juga menyukai