Anda di halaman 1dari 16

“BARANG RAMPASAN PERANG”

MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Telaah Teks Arab Hukum Tata Negara
Yang Dibina Oleh: bu kutsiyatur rahmah, M.H.I

Disusun Oleh :

Rafi Adli Syaputra (23382071079)


Rangga Pramuditya Hasan Putra (23382071080)
Ifdhalis Sanah (23382072038)
Novita (23382072075)

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
APRIL 2024
KATA PENGANTAR

Saat matahari perlahan tenggelam di cakrawala barat, langit


malam dipenuhi gemerlap bintang dan bulan, menciptakan pemandangan
yang memukau di alam gelap. Cahaya hangat mentari masih menyinari
bumi, sementara warna-warni pelangi memperindah awan, disertai dengan
burung merpati putih yang terbang lepas. Dalam keindahan alam semesta
ini, kita diundang untuk merenung dan mengheningkan diri, sambil
mengagumi kebesaran dan keajaiban yang diciptakan-Nya.
Dengan rasa syukur yang mendalam, kami mengucapkan terima
kasih kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang atas berkah-Nya
yang tiada henti. Dengan izin-Nya, kami berhasil menyelesaikan makalah
ini yang kami beri Judul "Rampasan Barang Perang” tepat pada
waktunya. Kami juga mengirimkan salam dan shalawat kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai tanda penghormatan yang tulus.
Kami menyadari bahwa karya manusia tidaklah sempurna, oleh
karena itu kami mengundang kritik dan saran yang membangun untuk
memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
yang berarti bagi para pembaca dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
demikian, kami mengakhiri pengantar ini dengan penuh rasa syukur dan
harapan, semoga menjadi langkah awal yang baik dalam perjalanan kami
untuk terus belajar dan berkarya.

Pamekasan, 24 April 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Tujuan Masalah.................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................4
PEMBAHASAN........................................................................................................4
A. PENGERTIAN HARTA RAMPASAN PERANG...........................................4
B. PANDANGAN ORIENTALIS TERHADAP HARTA RAMPASAN
PERANG...................................................................................................................5
C. PANDANGAN KAUM MUSLIMIM TERHADAP RAMPASAN HARTA
PERANG....................................................................................................................7
D. RAMPASAN PERANG SEBAGAI EKSPEDISI TAHUN PERTAMA
SAMPAI TAHUN KE SEPULUH..........................................................................8
BAB III....................................................................................................................11
PENUTUP................................................................................................................11
A. Kesimpulan......................................................................................................11
B. Saran................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Barang rampasan perang adalah fenomena yang telah


merajalela sepanjang sejarah manusia, menandai titik-titik penting
dalam konflik bersenjata di berbagai belahan dunia. Konsep ini
meliputi segala sesuatu yang direbut atau disita oleh satu pihak dari
pihak lawan selama periode perang, termasuk senjata, perlengkapan
militer, harta benda, atau bahkan budak1. Dalam banyak kasus,
barang rampasan perang tidak hanya menjadi simbol kemenangan
atau kekalahan, tetapi juga merupakan sumber daya yang berharga
yang memengaruhi hasil dan kelangsungan perang itu sendiri. Sejak
zaman kuno, praktik mengumpulkan barang rampasan perang telah
menjadi bagian integral dari strategi militer, digunakan untuk
memperkuat kekuatan dan kekayaan negara atau kelompok yang
menang.

Namun, di balik keuntungan yang didapat, masalah etika dan


hukum sering kali muncul sehubungan dengan barang rampasan
perang. Pertanyaan tentang kepemilikan, distribusi, dan penggunaan
barang rampasan ini menciptakan dilema moral yang kompleks,
terutama dalam hal perlakuan terhadap harta benda yang dimiliki
oleh masyarakat sipil, seperti artefak budaya, benda seni, atau
bahkan manusia. Kebijakan dan norma-norma hukum yang berkaitan
dengan barang rampasan perang juga berubah seiring waktu,
tercermin dalam perjanjian internasional, peraturan militer, dan
praktik politik yang berkembang2.

Selain aspek politik dan hukum, barang rampasan perang juga


1
A.S.R.S. R dan M S Kahar, Dasar-Dasar Hukum Tata Negara: Suatu Kajian Pengantar Hukum
Tata Negara dalam Perspektif Teoritis-Filosofis (CV. Social Politic Genius (SIGn), 2019),
https://books.google.co.id/books?id=3DedDwAAQBAJ.
2
Andi Sandi Antonius Tabusassa Tonralipu, “ILMU PEMERINTAHAN SEBAGAI SUMBER
DAN SUBSTANSI HUKUM TATA NEGARA,” GOVERNABILITAS (Jurnal Ilmu Pemerintahan
Semesta) 1, no. 1 (17 Juli 2020): 25–40, https://doi.org/10.47431/governabilitas.v1i1.79.

1
memiliki dampak ekonomi yang signifikan. Pengambilan dan
pengelolaan sumber daya alam, infrastruktur, dan kekayaan budaya
dari wilayah yang diduduki sering kali menjadi tujuan strategis
dalam peperangan. Penggunaan sumber daya ini dapat memperkuat
perekonomian pemenang dan merusak ekonomi lawan, menciptakan
ketimpangan yang bertahan dalam jangka panjang3.

Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang barang


rampasan perang tidak hanya penting untuk memahami dinamika
sejarah perang, tetapi juga untuk mengeksplorasi implikasi sosial,
politik, ekonomi, dan budaya yang lebih luas. Dengan meneliti
fenomena ini, kita dapat mendapatkan wawasan yang lebih baik
tentang kompleksitas manusia dalam konteks konflik bersenjata,
serta pentingnya memperjuangkan keadilan, keberlanjutan, dan
perdamaian di masa depan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis
merumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan harta rampasan barang perang ?
2. Bagaimanakah rampasan barang perang menurut pandangan
orientalis ?
3. Bagaimanakah rampasan barang perang menurut pandangan
kaum muslimin ?
4. Apa yang dimaksud rampasan barang perang sebagai ekspedisi
tahun pertama samapi tahun ke sepuluh ?

3
R dan Kahar, Dasar-Dasar Hukum Tata Negara: Suatu Kajian Pengantar Hukum Tata Negara
dalam Perspektif Teoritis-Filosofis.

2
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan harta rampasan barang
perang
2. Untuk mengetahui rampasan barang perang menurut pandangan
orientalis
3. Untuk mengetahui rampasan barang perang menurut pandangan
kaum muslimin
4. Untuk mengetahui rampasan barang perang sebagai ekspedisi
tahun pertama samapi tahun ke sepuluh

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN HARTA RAMPASAN PERANG

Harta rampasan perang, dalam konteks Islam, merujuk kepada harta


atau kekayaan yang diperoleh oleh umat Islam sebagai hasil dari kemenangan
dalam peperangan atau pertempuran dengan musuh. Dalam ajaran Islam,
konsep harta rampasan perang memiliki aturan-aturan yang diatur oleh Al-
Quran dan Sunnah Rasulullah SAW4.

Secara umum, harta rampasan perang dianggap sebagai milik bersama


umat Islam dan harus dibagi sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh
Allah SWT dan Rasul-Nya5. Pembagian harta rampasan perang biasanya
melibatkan bagian yang ditetapkan untuk kepentingan umum, termasuk untuk
fakir miskin, anak yatim, orang-orang yang membutuhkan, dan ibnu sabil
(orang yang sedang dalam perjalanan yang tidak memiliki cukup untuk
memenuhi kebutuhan)6.

Dalam Islam, harta rampasan perang harus didistribusikan secara adil


dan sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan sosial serta kepatuhan kepada
ajaran agama. Hal ini juga menekankan pentingnya ketakwaan kepada Allah
SWT dalam pengelolaan dan pembagian harta rampasan perang, serta
perlunya menjaga persatuan dan kesatuan dalam masyarakat Muslim7.

Selain itu, penggunaan harta rampasan perang juga harus sesuai


dengan nilai-nilai Islam yang menekankan perdamaian, keadilan, dan
kemanusiaan. Oleh karena itu, dalam konteks Islam, harta rampasan perang
tidak boleh dimanfaatkan untuk tujuan pribadi atau egois, tetapi harus
digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan umat Islam secara keseluruhan

4
R dan Kahar.
5
Tabusassa Tonralipu, “ILMU PEMERINTAHAN SEBAGAI SUMBER DAN SUBSTANSI
HUKUM TATA NEGARA.”
6
Konsep Al et al., “Al. Amwal” 2, no. 11 (2023): 5414–23.
7
Muh Zuhri Abu Nawas, “CULAS DALAM BAGIAN HARTA RAMPASAN PERANG (Studi
Sanad dan Matan Hadis),” Al Asas 5, no. 2 (2020): 68–80.

4
dan memenuhi kebutuhan mereka yang membutuhkan.

Hadis yang relevan terkait dengan harta rampasan perang adalah hadis
yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim. Hadis ini menegaskan
pentingnya adanya tata cara yang jelas dalam pembagian harta rampasan
perang sesuai dengan ajaran Islam. Berikut adalah hadis tersebut:

، ‫ "ُخ ُم ُس اْلَغَناِئِم ِر ْبُع َها ِلْلَفِريَقْيِن اْلُمَج اِهَد ْيِن‬: ‫ َع ِن الَّنِبِّي صلى هللا عليه وسلم َقاَل‬، ‫َع ِن اْبِن ُع َم َر‬
‫ َفِإَذ ا ُك ِس َف َع َلْيِه َفِإَّنَم ا ُيوَزُع‬، ‫ َو َح َّتى ُيْؤ َخ َذ ِم ْنُه اْلُك ُس وُف‬، ‫َو الَّنِص يُب الَّساِبُع ُيوَزُع َع َلى اْلُم ْس ِلِم يَن‬
‫"اْلَخ اِم ُس‬

Artinya: Dari Ibnu Umar, dari Nabi Muhammad SAW, beliau


bersabda: "Seperempat dari harta rampasan perang adalah untuk dua
kelompok mujahidin, dan satu perempatnya lagi untuk umat Muslim. Bagian
tersebut akan dipertahankan hingga harta itu digunakan untuk biaya-biaya
yang dikeluarkan. Jika biaya itu sudah terpenuhi, bagian seperlima (bagian
yang ditetapkan untuk umat Muslim) akan didistribusikan."

Hadis ini menegaskan bahwa dari harta rampasan perang,


seperempatnya adalah untuk dua kelompok mujahidin yang terlibat dalam
pertempuran, sementara seperempat lagi untuk umat Muslim secara umum.
Bagian untuk umat Muslim tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan
umum dan biaya-biaya yang dikeluarkan, dan jika sisa harta rampasan telah
mencukupi untuk itu, maka bagian seperlima yang ditetapkan untuk umat
Muslim akan didistribusikan. Ini menunjukkan pentingnya distribusi yang
adil dan proporsional dari harta rampasan perang sesuai dengan ajaran Islam.

B. PANDANGAN ORIENTALIS TERHADAP HARTA


RAMPASAN PERANG

Pandangan yang diungkapkan oleh kaum Orientalis mengenai peran


harta rampasan perang dalam awal pemerintahan Islam menggambarkan
sebuah perspektif yang menarik untuk dipelajari lebih lanjut. Mereka
berpendapat bahwa pada tahap awal, kaum Muslimin sangat bergantung pada
harta rampasan perang sebagai sumber pendapatan dan kekayaan, yang

5
kemudian memainkan peran krusial dalam perkembangan ajaran Islam di
wilayah Jazirah Arab. Keyakinan ini muncul dari pemahaman mereka
terhadap kondisi ekonomi yang memprihatinkan di Madinah pada saat itu,
terutama akibat kemiskinan yang diderita oleh imigran dari Makkah, yang
menimbulkan ketidakstabilan ekonomi di antara mereka yang membutuhkan
bantuan (Anshar) dan mereka yang memberikan bantuan (Muhajirin)8.

Menurut pandangan Orientalis, Rasulullah Saw. melakukan


serangkaian ekspedisi yang bertujuan untuk memperoleh harta rampasan
perang, sebagai upaya untuk mengatasi kondisi ekonomi yang memburuk di
Madinah. Mereka menunjuk pada contoh ekspedisi kedelapan, di mana kaum
Muslimin berhasil meraih harta rampasan yang signifikan dari sekelompok
pedagang kaya yang datang dari Thaif. Keberhasilan ini diyakini mendorong
kaum Muslimin untuk terus meningkatkan kegiatan perampasan harta
rampasan, termasuk dari pihak-pihak seperti suku Quraisy Makkah dan suku
bangsa Arab lainnya, serta masyarakat Yahudi yang dikenal akan
kemakmurannya di Madinah9.

Lebih lanjut, para Orientalis mengklaim bahwa meskipun kaum


Muslimin terlibat dalam pertempuran dengan musuh utamanya, yakni Quraisy
Makkah, mereka tetap melanjutkan kebijakan penyerangan terhadap suku-
suku bangsa Arab lainnya demi memperoleh harta rampasan yang
melimpah10. Mereka menyoroti pengalihan perhatian kaum Muslimin
terhadap suku-suku Yahudi di Madinah, yang dikenal karena kekayaan dan
kemakmurannya. Dari perspektif Orientalis, tindakan Rasulullah Saw.
dianggap sebagai provokasi yang disengaja terhadap kaum Quraisy dan
tindakan strategis untuk memperoleh harta rampasan perang.

8
Anugrah SH, Muhammad Basri, dan Hijrah Adhyanti Mirzana, “Penanganan Benda Sitaan
Negara dan Barang Rampasan Negara yang Tersimpan dalam Waktu Lama di Rumah
Penyimpanan Benda Sitaan Negara,” Jurnal Al-Qadau: Peradilan dan Hukum Keluarga Islam 8,
no. 1 (2021): 130–45, https://doi.org/10.24252/al-qadau.v8i1.18498.
9
Farhanul Fitra dan Razzaq Muhamad Patih Albarrak, “Edisi Publikasi Riwayat Artikel Kebijakan
Rasulullah Saw Mendistribusikan Harta Rampasan Perang,” Jurnal Hamfara 1, no (2023): 148–
54.
10
Sulaeman Jajuli, “Kebijakan Fiskal Dalam Perspektif Islam (Baitul Maal Sebagai Basis Pertama
Dalam Pendapatan Islam),” Ad Deenar: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam 1, no. 01 (2018): 8,
https://doi.org/10.30868/ad.v1i01.225.

6
Secara keseluruhan, pandangan ini menyiratkan bahwa kebutuhan
untuk meningkatkan sumber daya ekonomi, pendapatan, dan keuangan telah
menjadi faktor utama yang mendorong kaum Muslimin untuk menyerang dan
merampas kepemilikan orang-orang Yahudi, Quraisy, Kristen, serta suku
bangsa Arab lainnya. Meskipun pandangan ini kontroversial dan dapat
diperdebatkan, namun memberikan wawasan yang menarik tentang dinamika
ekonomi dan politik yang mungkin memengaruhi strategi dan tindakan
militer dalam awal periode Islam.

C. PANDANGAN KAUM MUSLIMIM TERHADAP RAMPASAN


HARTA PERANG

Peperangan antara kaum Muslimin dan kaum musyrikin Quraisy ini


berakhir dengan kemenangan umat Islam. Karena kalah, kaum musyrikin
meninggalkan harta yang banyak di medan perang11.

Harta itu kemudian dikumpulkan dan diambil oleh umat Islam.


Akan tetapi, segera setelah itu, umat Islam berbeda pendapat tentang cara
pembagiannya.

Mereka kemudian bertanya kepada Rasulullah SAW untuk


menyelesaikan perbedaan pendapat itulah turun ayat Alquran yang
menjelaskan tata cara pembagian rampasan perang.

Berkenaan dengan ghanimah atau nafal, Allah SWT berfirman,

" ‫َو اْعَلُم و۟ا َأَّنَم ا َغ ِنْم ُتم ِّم ن َش ْي ٍء َفَأَّن ِهَّلِل ُخ ُمَس ۥُه َو ِللَّرُسوِل َو ِلِذ ى ٱْلُقْر َبٰى َو ٱْلَيَتٰـ َم ٰى َو ٱْلَم َسٰـِكيِن َو ٱْبِن‬
‫ٱلَّسِبيِل ِإن ُك نُتْم َء اَم نُتم ِبٱِهَّلل َو َم ٓا َأنَز ْلَنا َع َلٰى َع ْبِد َنا َيْو َم ٱْلُفْر َقاِن َيْو َم ٱْلَتَقى ٱْلَجْمَع اِن ۗ َو ٱُهَّلل َع َلٰى ُك ِّل َش ْى ٍء‬
‫"َقِد يٌۭر‬

“Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai


rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat
Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnu sabil, jika kamu
beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba

11
Fitra dan Albarrak, “Edisi Publikasi Riwayat Artikel Kebijakan Rasulullah Saw
Mendistribusikan Harta Rampasan Perang.”

7
Kami (Muhammad) di hari furqan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan.
Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS.Al-Anfal: 41).

Kemudian,

‫َيْس َأُلوَنَك َع ِن اَألنَفاِل ُقِل اَألنَفاُل ِهّلِل َو الَّرُسوِل َفاَّتُقوْا َهّللا َو َأْص ِلُحوْا َذ اَت َبْيِنُك ْم َو َأِط يُعوْا َهّللا‬
‫"َو َر ُسوَلُه ِإن ُك نُتم ُّم ْؤ ِمِنيَن‬

“Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan


perang. Katakanlah: ‘Harta rampasan perang itu kepunyaan Allah dan Rasul,
sebab itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara
sesamamu, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-
orang yang beriman’.” (QS. Al-Anfal: 1).

Adapun landasan yang terdapat di dalam hadis di antaranya adalah


hadis Nabi SAW, “Aku diberikan lima hal yang tidak pernah diberikan
kepada nabi mana pun sebelumku. Aku ditolong di saat menghadapi
kegoncangan sepanjang perjalanan sebulan, dijadikan bagiku tanah sebagai
tempat bersujud serta bersuci, di mana pun umatku menemui waktu salat ia
boleh shalat, dihalalkan untukku ganimah yang tidak dihalalkan kepada
seorang nabi pun sebelumku, diberikan kepadaku syafaat, dan aku diutus
untuk seluruh manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim).

D. RAMPASAN PERANG SEBAGAI EKSPEDISI TAHUN PERTAMA


SAMPAI TAHUN KE SEPULUH
Rampasan perang memiliki peran penting dalam sejarah awal Islam,
terutama selama periode ekspedisi militernya dari tahun pertama hingga tahun
ke sepuluh setelah Hijrah (perpindahan Rasulullah Muhammad SAW dan
para pengikutnya dari Makkah ke Madinah). Dalam rentang waktu ini, terjadi
beberapa ekspedisi yang melibatkan kaum Muslimin dalam peperangan
dengan berbagai suku Arab dan musuh-musuh lainnya di wilayah Arab12.

1. Ekspedisi Awal: Setelah Hijrah ke Madinah pada tahun 622 M, umat


Islam menghadapi serangkaian tantangan dan ancaman dari suku-
suku Quraisy di Makkah dan suku-suku Arab lainnya. Salah satu
12
SH, Basri, dan Adhyanti Mirzana, “Penanganan Benda Sitaan Negara dan Barang Rampasan
Negara yang Tersimpan dalam Waktu Lama di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara.”

8
ekspedisi awal yang terkenal adalah Ekspedisi Badar pada tahun 624
M, di mana kaum Muslimin memperoleh kemenangan penting
melawan pasukan Quraisy. Di sini, mereka juga memperoleh harta
rampasan perang yang signifikan dari musuh yang dikalahkan.

2. Perang-perang Awal: Dalam tahun-tahun berikutnya, terjadi


serangkaian perang dan ekspedisi, seperti Perang Uhud pada tahun
625 M dan Perang Khandaq (Kubang) pada tahun 627 M. Dalam
setiap pertempuran ini, terdapat potensi untuk memperoleh harta
rampasan perang sebagai hasil dari kemenangan kaum Muslimin.

3. Ekspedisi ke Khaybar: Salah satu ekspedisi penting adalah Ekspedisi


ke Khaybar pada tahun 628 M, di mana kaum Muslimin
menaklukkan benteng-benteng Yahudi di wilayah Khaybar setelah
beberapa pertempuran. Di sini, mereka berhasil memperoleh harta
rampasan perang yang melimpah, termasuk tanah, ternak, dan harta
benda lainnya.

4. Perjanjian Hudaibiyah: Pada tahun 628 M, terjadi Perjanjian


Hudaibiyah antara kaum Muslimin dan Quraisy Makkah. Meskipun
tidak terjadi pertempuran langsung, perjanjian ini menciptakan
stabilitas di wilayah tersebut. Hal ini memungkinkan kaum Muslimin
untuk fokus pada ekspansi ke wilayah-wilayah lain di Arab.

5. Ekspedisi ke Khaibar dan Fathu Makkah: Pada tahun 630 M, kaum


Muslimin melancarkan ekspedisi ke Khaibar, di mana mereka sekali
lagi berhasil memperoleh harta rampasan perang yang melimpah.
Tak lama setelah itu, terjadi Fathu Makkah (Pembebasan Makkah),
di mana Rasulullah Muhammad SAW dan kaum Muslimin
mengambil alih kota Makkah tanpa pertempuran. Ini juga
menghasilkan rampasan perang yang signifikan.

Dalam setiap ekspedisi dan perang selama periode awal Islam, harta
rampasan perang memainkan peran penting dalam memperkuat ekonomi
kaum Muslimin dan memenuhi kebutuhan mereka. Rasulullah Muhammad
SAW dan para sahabatnya mengatur pembagian rampasan perang sesuai

9
dengan prinsip-prinsip Islam yang adil dan kemanusiaan, memastikan bahwa
harta tersebut digunakan untuk kepentingan umum dan kesejahteraan umat
Islam secara keseluruhan.

BAB III

PENUTUP

10
A. Kesimpulan

Dalam sejarah awal Islam, barang rampasan perang


memainkan peran penting dalam memperkuat ekonomi dan kekuatan
kaum Muslimin. Rampasan perang sering kali diperoleh setelah
kemenangan dalam ekspedisi dan pertempuran dengan musuh-
musuh Islam. Rasulullah Muhammad SAW dan para sahabatnya
mengatur pembagian rampasan perang dengan adil sesuai dengan
prinsip-prinsip Islam, memastikan bahwa harta tersebut digunakan
untuk kepentingan umum dan kesejahteraan umat Islam secara
keseluruhan. Dalam setiap pembagian rampasan perang, seperlima
bagian diperuntukkan untuk kepentingan umum, termasuk untuk
fakir miskin, anak yatim, orang-orang yang membutuhkan, dan ibnu
sabil. Hal ini menunjukkan pentingnya distribusi yang adil dan
proporsional dari harta rampasan perang sesuai dengan ajaran Islam.

B. Saran

Penulis dalam hal ini menyadari bahwa tugas makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, oleh karenanya tugas ini masih perlu
perbaikan dan penyempurnaan melalui kritikan dan masukan
bermanfaat dari para pembaca sekalian. Semoga makalah yang
sederhana ini dapat memberi manfaat bagi kita semua terkhusus
kepada penulis dan juga mahasiswa IAIN Madura.

DAFTAR PUSTAKA

11
Al, Konsep, Amwal Dalam, Perspektif Fiqih, dan Muamalah Kontemporer. “Al.
Amwal” 2, no. 11 (2023): 5414–23.

Fitra, Farhanul, dan Razzaq Muhamad Patih Albarrak. “Edisi Publikasi Riwayat
Artikel Kebijakan Rasulullah Saw Mendistribusikan Harta Rampasan
Perang.” Jurnal Hamfara 1, no (2023): 148–54.

Jajuli, Sulaeman. “Kebijakan Fiskal Dalam Perspektif Islam (Baitul Maal Sebagai
Basis Pertama Dalam Pendapatan Islam).” Ad Deenar: Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Islam 1, no. 01 (2018): 8. https://doi.org/10.30868/ad.v1i01.225.

Nawas, Muh Zuhri Abu. “CULAS DALAM BAGIAN HARTA RAMPASAN


PERANG (Studi Sanad dan Matan Hadis).” Al Asas 5, no. 2 (2020): 68–80.

R, A.S.R.S., dan M S Kahar. Dasar-Dasar Hukum Tata Negara: Suatu Kajian


Pengantar Hukum Tata Negara dalam Perspektif Teoritis-Filosofis. CV.
Social Politic Genius (SIGn), 2019. https://books.google.co.id/books?
id=3DedDwAAQBAJ.

SH, Anugrah, Muhammad Basri, dan Hijrah Adhyanti Mirzana. “Penanganan


Benda Sitaan Negara dan Barang Rampasan Negara yang Tersimpan dalam
Waktu Lama di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara.” Jurnal Al-
Qadau: Peradilan dan Hukum Keluarga Islam 8, no. 1 (2021): 130–45.
https://doi.org/10.24252/al-qadau.v8i1.18498.

Tabusassa Tonralipu, Andi Sandi Antonius. “ILMU PEMERINTAHAN


SEBAGAI SUMBER DAN SUBSTANSI HUKUM TATA NEGARA.”
GOVERNABILITAS (Jurnal Ilmu Pemerintahan Semesta) 1, no. 1 (17 Juli
2020): 25–40. https://doi.org/10.47431/governabilitas.v1i1.79.

12

Anda mungkin juga menyukai