Anda di halaman 1dari 2

Diagnosis

Diagnosis plasenta previa dapat ditegakkan dengan beberapa cara, yakni anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, yakni USG (Abadi et al., 2014).
1. Anamnesis
Pasien dengan kecurigaan plasenta previa biasanya datang dengan keluhan pendarahan
antepartum diatas usia kehamilan 20 minggu. Pertanyaan-pertanyaan yang perlu ditanyakan
yakni jumlah pendarahan, warna pendarahan, serta keluhan yang dirasakan, yakni ada atau
tidak adanya nyeri pada perut, dan keluhan lain terkait pendarahannya, contohnya rasa lemas,
pusing, dan mata berkunang-kunang. Keluhan-keluhan tersebut perlu dilihat kesesuaiannya
dengan jumlah pendarahan yang keluar (Abadi et al., 2014).
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan leopold dapat dilakukan untuk mengkonfirmasi adanya kelainan letak, karena
pada plasenta previa sering terjadi kelainan letak. Selain itu, pada pemeriksaan leopold IV
dapat ditemukan bahwa bagian terendah janin masih tinggi (Abadi et al., 2014).
3. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis pasti plasenta previa ditetapkan melalui pemeriksaan USG. Ibu hamil memerlukan
pemeriksaan USG rutin pada usia 20 minggu untuk menentukan lokasi plasenta. Ibu hamil
dengan plasenta yang menutupi oui pada 20 minggu memerlukan USG ulangan untuk
mengevaluasi letak plasenta. Pada wanita dengan bekas SC dan plasenta previa,
kemungkinan plasenta akreta perlu disingkirkan (Abadi et al., 2014).
Tatalaksana
Tatalaksana plasenta previa pada umumnya terbagi menjadi terapi dan terapi aktif. Terapi
aktif dilakukan bila TBH 2000 g atau usia kehamilan 34 minggu, dimana bila terjadi
perdarahan dalam jumlah banyak dilakukan resusitasi cairan hingga transfusi untuk
mengatasi anemia. Sementara, terapi konservatif diindikasikan pada :
 Usia kehamilan < 34 minggu
 TBJ < 2000 g
 Perdarahan pertama (tidak berulang)
 Perdarahan berhenti
Terapi konservatif meliputi bedrest, tokolitik, dan pematangan paru. Selain itu, pada plasenta
previa totalis direncanakan untuk persalinan dengan metode SC (Abadi et al., 2014)
Komplikasi
Komplikasi plasenta previa secara umum meliputi :
 Perdarahan
 Persalinan premature
 Malformasi kongenital
 Presentasi abnormal janin
 Abruptio plasenta
 Peningkatan insidensi perdarahan post partum
 Hemostatis
(Abadi et al., 2014)

DAFTAR PUSTAKA
Abadi, A., Abdullah, M.N., Dachlan, E.G., Juwono, H.T., Purwaka, B.T., Aditiawarman,
Sulistyono, A., Dharmawati, E., Wicaksono, B., Akbar, M.I.A. 2014. Panduan Praktek Klinis
dan Standar Prosedur Operasional Kedokteran Fetomaternal. Surabaya: Divisi Kedokteran
Fetomaternal Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Anda mungkin juga menyukai