Anda di halaman 1dari 4

2.

4 Diagnosis
Terdapat berbagai macam anemia yang terjadi pada ibu hamil, yakni anemia defisiensi
besi, anemia megaloblastik, anemia hemolitik, anemia aplastik dan hipoplastik, serta anemia
karena perdarahan. Dua penyebab tersering yakni anemia defisiensi besi dan perdarahan akut
(Cunningham et al., 2018).
Diagnosis anemia ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang. Dari anamnesis, pasien dengan anemia mengeluhkan cepat lelah, sering pusing,
vertigo, mata berkunang-kunang, kram pada kaki, pagofagia, intoleransi terhadap suhu dingin,
koilonikia, stomatitis angularis, serta mual muntah pada hamil muda (Api et al., 2015). Pada
anamnesis perlu ditanyakan mengenai riwayat penyakit yang diderita oleh pasien, untuk
menyingkirkan kemungkinan anemia akibat penyakit kronik. Berdasarkan artikel dari WHO
(2018), anemia dapat dideteksi melalui pemeriksaan fisik dengan memeriksa kepucatan
konjungtiva, namun seringkali metode ini tidak akurat, sehingga diagnosis pasti anemia
ditegakkan melalui pemeriksaan laboratorium.
Pasien hamil dinyatakan anemia ketika kadar Hb kurang dari normal, yakni <11 g/dL
pada trimester 1 dan 3, serta <10.5 g/dL pada trimester kedua (Api et al., 2015). Pemeriksaan
dapat dilanjutkan dengan indeks eritrosit untuk mengetahui penyebab pasti anemia, dimana pada
anemia defisiensi besi didapati eritrosit yang hipokromik dan mikrositik. Diagnosis anemia
defisiensi besi dapat didukung dengan pemeriksaan ferritin serum, yang akan menunjukkan hasil
<30 µg/L pada anemia defisiensi besi. Berikut algoritma diagnosis dan terapi anemia defisiensi
besi :

1
(Api et al., 2015)
Pada anemia megaloblastik akibat defisiensi folat, didapatkan eritrosit yang makrositik,
dan dapat ditemukan eritrosit yang masih memiliki nukleus.
Selain itu, terdapat tes-tes khusus lainnya, misalnya anemia hemolitik autoimun yang
dapat dideteksi melalui pemeriksaan Coomb’s.
(Cunningham et al., 2018)

2.5 Tatalaksana
Tatalaksana anemia bergantung pada penyebabnya. Penyebab tersering yakni akibat
defisiensi mikronutrien, salah satunya zat besi. Secara umum, semua ibu hamil diberikan
profilaksis berupa suplementasi besi elemental sebanyak 60 mg dan asam folat sebanyak 400
µg. Ketika seorang ibu hamil mengalami anemia defisiensi besi, keadaan tersebut dapat
ditangani dengan pemberian besi elemental per oral sebanyak 200 mg per hari. Pada
beberapa kasus, dapat dipertimbangkan pemberian preparat besi intravena, yakni iron

2
gluconate, iron sorbitol, iron polimaltose, iron isomaltoside, dan low molecular weight iron
dextran. Berikut beberapa pertimbangan pemberian preparat besi intravena :
 Tidak merespon terapi besi per oral dengan baik
 Pasien memiliki kepatuhan yang buruk terhadap terapi besi per oral
 Pasien tidak dapat mentoleransi pemberian besi per oral, contohnya akibat efek samping
gastrointestinal
 Anemia parah (Hb < 9 g/dL)
 Terdapat faktor risiko (contoh: gangguan koagulasi darah, plasenta previa)
 Anemia harus segera ditangani (contoh: takikardi, takipneu, syncope, gagal jantung, gagal
napas, angina pektoris, dan tanda-tanda hipoksia otak)
(Api et al., 2015)
Anemia akibat perdarahan ditangani bergantung pada klinis dan kadar Hb-nya. Wanita
hamil yang tampak anemis dengan kadar Hb sekitar 7 g/dL namun stabil secara
hemodinamik tidak memerlukan transfusi darah, dan dapat diberikan terapi besi per oral
selama 3 bulan. Terapi dengan besi per oral juga dianjurkan untuk diberikan pada pasien
dengan anemia akibat penyakit kronik.
Sementara, anemia defisiensi folat dapat ditangani dengan pemberian asam folat yang
diberikan bersamaan dengan tablet besi, serta diet bergizi seimbang.
(Cunningham et al., 2018)

2.6 Komplikasi
Anemia yang terjadi pada kehamilan dapat meningkatkan morbiditas pada kehamilan itu
sendiri, yakni menyebabkan bayi mengalami Intra Uterine Growth Retartdation (IUGR),
plasenta abnormal, serta persalinan prematur. Ibu dengan anemia defisiensi besi juga memiliki
risiko untuk kekurangan cadangan darah yang dibutuhkan saat persalinan, sehingga perdarahan
saat persalinan dapat berakibat fatal pada ibu bila tidak segera ditransfusi. Selain itu, dapat
terjadi penurunan produksi ASI ibu, serta anemia defisiensi besi dapat berlanjut hingga post
partum (Api et al., 2015). Anak yang lahir dari ibu dengan anemia defisiensi besi memiliki
kecenderungan untuk mengalami kekurangan cadangan besi pada tubuhnya, serta memiliki
perkembangan mental yang terhambat (Cunningham et al., 2018).

3
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F.G., Leveno, K.J., Bloom, S.L., Dashe, J.S., Hoffman, B.L., Casey, B.M., Spong,
C.Y. 2018. Williams Obstetrics: 25th Edition. United States of America: McGraw-Hill Education.
Api, O., Breyman, C., Cetiner, M., Demir, C., Ecder, T. 2015. Diagnosis and treatment of iron
deficiency anemia during pregnancy and the postpartum period: Iron deficiency anemia working
group consensus report. Turkish Journal of Obstetrics and Gynecology, Vol. 12(3): pp. 173-181.
[Accessed at : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5558393/]

Anda mungkin juga menyukai