Anda di halaman 1dari 10

Contoh operasional panduan kegiatan interaksi perawat klien

Panduan interaksi perawat-klien

1 Tahap prainteraksi
M Mengumpulkan data tentang klien
         Mengeksplorasi perasaan, fantasi, dan ketakutan diri.
         Membuat rencana pertemuan dengan klien (kegiatan,waktu, tempat).
2 Tahap orientasi
         Memberikan salam dan tersenyum pada klien
         Melakukan validasi (kognitif,psikomotor,afektif) (biasanya pada pertemuan lanjutan
memperkenalkan nama perawat)
         Menanyakan nama panggilan kesukaan klien
         Menjelaskan peran perawat dank lien
         Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
         Menjelaskan tujuan
         Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan
         Menjelaskan kerahasiaan
3 Tahap kerja
         Memberi kesempatan kepada klien untuk bertanya
         Menanyakan keluhan utama/ keluhan yang mungkin berkaitan dengan kelancaran
pelaksanaan kegiatan
         Memulai kegiatan dengan cara yang baik
         Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana
4 Tahap Terminasi
         Menyimpulkan hasil kegiatan : evaluasi proses dan hasil
         Memberikan reinforcement positif
         Merencanakan tindak lanjut dengan klien
         Melakukan kontrak untuk pertemuan selanjutnya (waktu, tempat, topik)
         Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik

Dimensi respon/ perilaku non verbal minimal yang perlu ditunjukan :


         Berhadapan
         Mempertahankan kontak mata
         Tersenyum pada saat yang tepat
         Membungkuk kearah klien pada saat yang diperlukan
         Mempertahankan sikap terbuka (tidak bersedekap, memasukkan tangan ke kantung
atau melipat kaki)
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)
KOMUNIKASI PERAWAT-KLIEN
PRODI S1 KEPERAWATAN FKIK UM BANJARMASIN

NAMA MAHASISWA :
NPM :
SEMESTER :
HARI & TANGGAL :

Pengertian : Komunikasi adalah pertukaran keseluruhan perilaku dari komunikator kepada


komunikan, baik yang disadari maupun tidak disadari, ucapan verbal atau tulisan,
gerakan, ekspresi wajah, dan semua yang ada dalam diri komunikator dengan tujuan
untuk mempengaruhi orang lain.

Tujuan : 1. Menyampaikan ide informasi/berita

Indikasi dan Kontra Indikasi


Indikasi
Kontra Indikasi

CRITICAL NILAI
NO TINDAKAN POINT 0 1 2 3
1 PRA INTERAKSI
1. Mengumpulkan data tentang klien
2. Mengeksplorasi perasaan, fantasi, dan
ketakutan diri.
3. Membuat rencana pertemuan dengan klien
(kegiatan,waktu, tempat).
2 PERSIAPAN ALAT
-
3 ORIENTASI
1. Memberikan salam dan tersenyum pada
klien
2. Melakukan validasi
(kognitif,psikomotor,afektif) (biasanya pada
pertemuan lanjutan memperkenalkan nama
perawat)
3. Menanyakan nama panggilan kesukaan
klien
4. Menjelaskan peran perawat dengan klien

5. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan


6. Menjelaskan tujuan
7. Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan kegiatan
8. Menjelaskan kerahasiaan
4 TAHAP KERJA
4.1 Baca basmallah
4.2 * Mencuci tangan dengan 6 langkah
4.3 Memberi kesempatan kepada klien untuk
bertanya
4.4 Menanyakan keluhan utama/ keluhan yang
mung.kin berkaitan dengan kelancaran
pelaksanaan kegiatan
Memulai kegiatan dengan cara yang baik
4.5
4.6 Melakukan kegiatan sesuai dengan
rencana
5 TAHAP TERMINASI
5.1 Menyimpulkan hasil kegiatan : evaluasi proses
dan hasil
 5.2 Memberikan reinforcement positif
5.3 Merencanakan tindak lanjut dengan klien
   5.4 Melakukan kontrak untuk pertemuan selanjutnya
(waktu, tempat, topik)
         5.5 Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik

6 DOKUMENTASI
6.1 Mencatat nama dan umur pasien
6.2 Mencatat kondisi luka pasien
6.3 Mencatat respon pasien

7 SIKAP
   7.1 Berhadapan
         7.2 Mempertahankan kontak mata
         7.3 Tersenyum pada saat yang tepat
         7.4 Membungkuk kearah klien pada saat yang
diperlukan
         7.5 Mempertahankan sikap terbuka (tidak
bersedekap, memasukkan tangan ke kantung atau
melipat kaki)

TOTAL NILAI

GLOBAL RATING * (Centang Salah 1)


FAIL
BORDELINE
PASS
EXCELLENT

NAMA PENGUJI :

TTD :
CATATAN PENGUJI :
1.   Pada Klien dengan Gangguan Sensoris Pendengaran

Pada klien dengan gangguan pendengaran, media komunikasi yang paling sering
digunakan ialah media visual. Klien menangkap pesan bukan dari suara yang dikeluarkan
orang lain, tetapi dengan mempelajari gerak bibir lawan bicaranya. Kondisi visual
menjadi sangat penting bagi klien ini sehingga dalam melakukan komunikasi, upayakan
supaya sikap dan gerakan anda dapat ditangkap oleh indra visualnya.

Teknik Komunikasi

Berikut adalah teknik-teknik komunikasi yang dapat digunakan klien dengan gangguan
pendengaran:

1. Orientasiakan kehadiran anda dengan cara menyentuh klien atau memposisikan


diri di depan klien
2. Gunakan bahasa yang sederhana dan bicaralah dengan perlahan untuk
memudahkan klien membaca gerak bibir anda
3. Usahakan berbicara dengan posisi tepat didepan klien dan pertahankan sikap
tubuh dan mimik wajah yang lazim
4.  Jangan melakukan pembicaraan ketika anda sedang mengunyah sesuatu (permen
karet)
5. Bila mungkin gunakan bahasa pantomim dengan gerakan sederhana dan wajar
6. Gunakan bahasa isyarat atau bahasa jari bila anda bisa dan diperlukan
7. Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, cobalah sampaikan pesan
dalam bentuk tulisan atau gambar (simbol).

2.      Klien dengan Gangguan Penglihatan

Gangguan penglihatan dapat terjadi baik karena kerusakan organ, misal., kornea,
lensa mata, kekeruhan humor viterius, maupun kerusakan kornea, serta kerusakan
saraf penghantar impuls menuju otak. Kerusakan di tingkat persepsi  antara lain
dialami klien dengan kerusakan otak. Semua ini mengakibatkan penurunan visus
hingga dapat menyebabkan kebutaan, baik parsial maupun total. Akibat kerusakan
visual, kemampuan menangkap rangsang ketika berkomunikasi sangat bergantung
pada pendengaran dan sentuhan.
Oleh karena itu, komunikasi yang dilakukan harus mengoptimalkan fungsi
pendengaran dan sentuhan karena fungsi penglihatan sedapat mungkin harus
digantikan oleh informasi yang dapat ditransfer melalui indra yang lain.

Teknik Komunikasi

Berikut adalah teknik-teknik yang diperhatikan selama berkomunikasi dengan klien yang
mengalami gangguan penglihatan:

1. Sedapat mungkin ambil posisi yang dapat dilihat klien bila ia mengalami
kebutaan parsial atau sampaikan secara verbal keberadaan / kehadiran perawat
ketika anda berada didekatnya
2. Identifikasi diri anda dengan menyebutkan nama  (dan peran) anda
3. Berbicara menggunakan nada suara normal karena kondisi klien tidak
memungkinkanya menerima pesan verbal secara visual. Nada suara anda
memegang peranan besar dan bermakna bagi klien
4. Terangkan alasan anda menyentuh atau mengucapkan kata – kata sebelum
melakukan sentuhan pada klien
5. Informasikan kepada klien ketika anda akan meninggalkanya / memutus
komunikasi
6. Orientasikan klien dengan suara – suara yang terdengar disekitarnya
7. Orientasikan klien pada lingkunganya bila klien dipindah ke lingkungan / ruangan
yang baru

3.      Klien Gangguan Wicara

Berkomunikasi dengan klien dengan gangguan wicara memerlukan kesabaran


supaya pesan dapat dikirim dan ditangkap dengan benar. Klien yang mengalami
gangguan wicara umumnya telah belajar berkomunikasi dengan menggunakan
bahasa isyarat atau menggunakan tulisan dan gambar.
Teknik Komunikasi

Pada saat berkomunikasi dengan klien dengan gangguan wicara, hal-hal berikut
perlu diperhatikan :

1. Perhatikan mimik dan gerak bibir klien


2. Memperjelas kata-kata yang diucapkan kien dengan  mengulang kembali
3. Batasi topik pembicaraan
4. Suasana rilek dan pelan
5. Bila perlu gunakan bahasa tulisan/simbol

Teknik Komunikasi Pada Lansia


Untuk dapat melaksanakan komunikasi yang efektif kepada lansia, selain
pemahaman yang memadai tentang karakteristik lansia, petugas kesehatan atau  perawat
juga harus mempunyai teknik-teknik khusus agar komunikasi yang di lakukan dapat
berlangsung secara lancar dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Beberapa teknik komunikasi yang dapat di terapkan antara lain:
1. Teknik asertif
Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan bicara dengan
menunjukan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan ketika
pasangan bicara agar maksud komunikasi atau pembicaraan dapat di mengerti.
Asertif merupakan pelaksanaan dan etika berkomunikasi. Sikap ini akan sangat
membantu petugas kesehatan untuk menjaga hubungan yang terapeutik dengan
klien lansia.
2. Responsif  
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien merupakana
bentuk perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat mengetahui adanya
perubahan sikap atau kebiasaan klien sekecil apapun hendaknya menanyakan atau
klarifikasi tentang perubahan tersebut misalnya dengan mengajukan pertanyaan ‘apa
yang sedang bapak/ibu fikirkan saat ini, ‘apa yang bisa bantu…?  berespon berarti
bersikap aktif tidak menunggu permintaan bantuan dari klien. Sikap aktif dari
petugas kesehatan ini akan menciptakan perasaan tenang bagi klien.
3. Fokus

Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi
komunikasi yang di inginkan. Ketika klien mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan
di luar materi yang di inginkan, maka perawat hendaknya mengarahkan maksud
pembicaraan. Upaya ini perlu di perhatikan karena umumnya klien lansia senang
menceritakan hal-hal yang mungkin tidak relevan untuk kepentingan petugas
kesehatan.
2. Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik maupun psikis secara
bertahap  menyebabkan emosi klien relative menjadi labil perubahan ini perlu di
sikapi dengan menjaga kesetabilan emosi klien lansia, mesalnya dengan
mengiyakan, senyum dan mengagukan kepala ketika lansia mengungkapkan
perasaannya sebagai sikap hormat menghargai selama lansia berbicara. Sikap ini
dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia tidak menjadi
beban bagi keluarganya. Dengan demikaian di harapkan klien termotivasi untuk
menjadi dan berkarya sesuai dengan kemampuannya. Selama memberi dukungan
baik secara materiil maupun moril, petugas kesehatan jangan terkesan menggurui
atau mangajari klien karena ini dapat merendahan kepercayaan klien kepada perawat
atau petugas kesehatan lainnya. Ungkapan-ungkapan yang bisa memberi motivasi,
meningkatkan kepercayaan diri klien tanpa terkesan menggurui atau mengajari
misalnya: ‘saya yakin bapak/ibu lebih berpengalaman dari saya, untuk itu bapak/ibu
dapat melaksanakanya……. dan bila diperlukan kami dapat membantu’.
3. Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses komunikasi tidak
berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan ulang
dan memberi penjelasan lebih dari satu kali perlu di lakukan oleh perawat agar
maksud pembicaraan kita dapat di terima dan di persepsikan sama oleh klien
‘bapak/ibu bisa menerima apa yang saya sampaikan tadi..? bisa minta tolong
bapak/ibu untuk menjelaskan kembali apa yang saya sampaikan tadi…?.
4. Sabar dan Ikhlas
Seperti diketahui sebelumnya klien lansia umumnya mengalami perubahan-
perubahan yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan perubahan ini bila
tidak di sikapai dengan sabar dan ikhlas dapat menimbulkan perasaan jengkel bagi
perawat sehingga komunikasi yang di lakukan tidak terapeutik, namun dapat
berakibat komunikasi berlangsung emosional dan menimbulkan kerusakan hubungan
antara klien dengan petugas kesehatan.

Hambatan Berkomunikasi Dengan Lansia


Proses komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien lansia akan terganggu apabila
ada sikap agresif dan sikan nonasertif.
1. Agresif
Sikap agresif dalam berkomunikasi biasanya di tandai dengan prilaku-prilaku di
bawah ini:
a)      Berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawan bicara)
b)      Meremehkan orang lain
c)      Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
d)     Menonjolkan diri sendiri
e)     Pempermalukan orang lain di depan umum, baik dalam perkataan maupun
tindakan.
2. Non asertif
Tanda tanda dari non asertif ini antara lain :
a)     Menarik diri bila di ajak berbicara
b)    Merasa tidak sebaik orang lain (rendah diri)
c)     Merasa tidak berdaya
d)    Tidak berani mengungkap keyakinaan
e)     Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya
f)     Tampil diam (pasif)
g)    Mengikuti kehendak orang lain
h)   Mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik dengan orang
lain.
           
  Hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi pada lansia
1. Menunjukkan rasa hormat, seperti “bapak”, “ibu”, kecuali apabila sebelumnya pasien telah
meminta anda untuk memanggil panggilan kesukaannya.
2. Hindari menggunakan istilah yang merendahkan pasien
3. Pertahankan kontak mata dengan pasien
4. Pertahankan langkah yang tidak tergesa-gesa dan mendengarkan adalah kunci komunikasi
efektif
5.   Beri kesempatan pasien untuk menyampaikan perasaannya
6.  Berbicara dengan pelan, jelas, tidak harus berteriak, menggunakan bahasa dan kalimat yang
sederhana.
7. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti pasien
8.   Hindari kata-kata medis yang tidak dimengerti pasien
9.  Menyederhanakan atau menuliskan instruksi
10. Mengenal dahulu kultur dan latar belakang budaya pasien
11.  Mengurangi kebisingan saat berinteraksi, beri kenyamanan, dan beri penerangan yang cukup saat
berinteraksi.
12. Gunakan sentuhan lembut dengan sentuhan ringan di tangan. Lengan, atau bahu.
13. Jangan mengabaikan pasien saat berinteraksi.

Anda mungkin juga menyukai