1 Tahap prainteraksi
M Mengumpulkan data tentang klien
Mengeksplorasi perasaan, fantasi, dan ketakutan diri.
Membuat rencana pertemuan dengan klien (kegiatan,waktu, tempat).
2 Tahap orientasi
Memberikan salam dan tersenyum pada klien
Melakukan validasi (kognitif,psikomotor,afektif) (biasanya pada pertemuan lanjutan
memperkenalkan nama perawat)
Menanyakan nama panggilan kesukaan klien
Menjelaskan peran perawat dank lien
Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
Menjelaskan tujuan
Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan
Menjelaskan kerahasiaan
3 Tahap kerja
Memberi kesempatan kepada klien untuk bertanya
Menanyakan keluhan utama/ keluhan yang mungkin berkaitan dengan kelancaran
pelaksanaan kegiatan
Memulai kegiatan dengan cara yang baik
Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana
4 Tahap Terminasi
Menyimpulkan hasil kegiatan : evaluasi proses dan hasil
Memberikan reinforcement positif
Merencanakan tindak lanjut dengan klien
Melakukan kontrak untuk pertemuan selanjutnya (waktu, tempat, topik)
Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik
NAMA MAHASISWA :
NPM :
SEMESTER :
HARI & TANGGAL :
CRITICAL NILAI
NO TINDAKAN POINT 0 1 2 3
1 PRA INTERAKSI
1. Mengumpulkan data tentang klien
2. Mengeksplorasi perasaan, fantasi, dan
ketakutan diri.
3. Membuat rencana pertemuan dengan klien
(kegiatan,waktu, tempat).
2 PERSIAPAN ALAT
-
3 ORIENTASI
1. Memberikan salam dan tersenyum pada
klien
2. Melakukan validasi
(kognitif,psikomotor,afektif) (biasanya pada
pertemuan lanjutan memperkenalkan nama
perawat)
3. Menanyakan nama panggilan kesukaan
klien
4. Menjelaskan peran perawat dengan klien
6 DOKUMENTASI
6.1 Mencatat nama dan umur pasien
6.2 Mencatat kondisi luka pasien
6.3 Mencatat respon pasien
7 SIKAP
7.1 Berhadapan
7.2 Mempertahankan kontak mata
7.3 Tersenyum pada saat yang tepat
7.4 Membungkuk kearah klien pada saat yang
diperlukan
7.5 Mempertahankan sikap terbuka (tidak
bersedekap, memasukkan tangan ke kantung atau
melipat kaki)
TOTAL NILAI
NAMA PENGUJI :
TTD :
CATATAN PENGUJI :
1. Pada Klien dengan Gangguan Sensoris Pendengaran
Pada klien dengan gangguan pendengaran, media komunikasi yang paling sering
digunakan ialah media visual. Klien menangkap pesan bukan dari suara yang dikeluarkan
orang lain, tetapi dengan mempelajari gerak bibir lawan bicaranya. Kondisi visual
menjadi sangat penting bagi klien ini sehingga dalam melakukan komunikasi, upayakan
supaya sikap dan gerakan anda dapat ditangkap oleh indra visualnya.
Teknik Komunikasi
Berikut adalah teknik-teknik komunikasi yang dapat digunakan klien dengan gangguan
pendengaran:
Gangguan penglihatan dapat terjadi baik karena kerusakan organ, misal., kornea,
lensa mata, kekeruhan humor viterius, maupun kerusakan kornea, serta kerusakan
saraf penghantar impuls menuju otak. Kerusakan di tingkat persepsi antara lain
dialami klien dengan kerusakan otak. Semua ini mengakibatkan penurunan visus
hingga dapat menyebabkan kebutaan, baik parsial maupun total. Akibat kerusakan
visual, kemampuan menangkap rangsang ketika berkomunikasi sangat bergantung
pada pendengaran dan sentuhan.
Oleh karena itu, komunikasi yang dilakukan harus mengoptimalkan fungsi
pendengaran dan sentuhan karena fungsi penglihatan sedapat mungkin harus
digantikan oleh informasi yang dapat ditransfer melalui indra yang lain.
Teknik Komunikasi
Berikut adalah teknik-teknik yang diperhatikan selama berkomunikasi dengan klien yang
mengalami gangguan penglihatan:
1. Sedapat mungkin ambil posisi yang dapat dilihat klien bila ia mengalami
kebutaan parsial atau sampaikan secara verbal keberadaan / kehadiran perawat
ketika anda berada didekatnya
2. Identifikasi diri anda dengan menyebutkan nama (dan peran) anda
3. Berbicara menggunakan nada suara normal karena kondisi klien tidak
memungkinkanya menerima pesan verbal secara visual. Nada suara anda
memegang peranan besar dan bermakna bagi klien
4. Terangkan alasan anda menyentuh atau mengucapkan kata – kata sebelum
melakukan sentuhan pada klien
5. Informasikan kepada klien ketika anda akan meninggalkanya / memutus
komunikasi
6. Orientasikan klien dengan suara – suara yang terdengar disekitarnya
7. Orientasikan klien pada lingkunganya bila klien dipindah ke lingkungan / ruangan
yang baru
Pada saat berkomunikasi dengan klien dengan gangguan wicara, hal-hal berikut
perlu diperhatikan :
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi
komunikasi yang di inginkan. Ketika klien mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan
di luar materi yang di inginkan, maka perawat hendaknya mengarahkan maksud
pembicaraan. Upaya ini perlu di perhatikan karena umumnya klien lansia senang
menceritakan hal-hal yang mungkin tidak relevan untuk kepentingan petugas
kesehatan.
2. Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik maupun psikis secara
bertahap menyebabkan emosi klien relative menjadi labil perubahan ini perlu di
sikapi dengan menjaga kesetabilan emosi klien lansia, mesalnya dengan
mengiyakan, senyum dan mengagukan kepala ketika lansia mengungkapkan
perasaannya sebagai sikap hormat menghargai selama lansia berbicara. Sikap ini
dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia tidak menjadi
beban bagi keluarganya. Dengan demikaian di harapkan klien termotivasi untuk
menjadi dan berkarya sesuai dengan kemampuannya. Selama memberi dukungan
baik secara materiil maupun moril, petugas kesehatan jangan terkesan menggurui
atau mangajari klien karena ini dapat merendahan kepercayaan klien kepada perawat
atau petugas kesehatan lainnya. Ungkapan-ungkapan yang bisa memberi motivasi,
meningkatkan kepercayaan diri klien tanpa terkesan menggurui atau mengajari
misalnya: ‘saya yakin bapak/ibu lebih berpengalaman dari saya, untuk itu bapak/ibu
dapat melaksanakanya……. dan bila diperlukan kami dapat membantu’.
3. Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses komunikasi tidak
berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan ulang
dan memberi penjelasan lebih dari satu kali perlu di lakukan oleh perawat agar
maksud pembicaraan kita dapat di terima dan di persepsikan sama oleh klien
‘bapak/ibu bisa menerima apa yang saya sampaikan tadi..? bisa minta tolong
bapak/ibu untuk menjelaskan kembali apa yang saya sampaikan tadi…?.
4. Sabar dan Ikhlas
Seperti diketahui sebelumnya klien lansia umumnya mengalami perubahan-
perubahan yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan perubahan ini bila
tidak di sikapai dengan sabar dan ikhlas dapat menimbulkan perasaan jengkel bagi
perawat sehingga komunikasi yang di lakukan tidak terapeutik, namun dapat
berakibat komunikasi berlangsung emosional dan menimbulkan kerusakan hubungan
antara klien dengan petugas kesehatan.