Anda di halaman 1dari 16

Konsep Felix Siauw Tentang Ta‘a>ruf antara Calon Mempelai Pria dan Calon Mempelai Wanita

KONSEP FELIX SIAUW TENTANG TA‘A<RUF ANTARA CALON


MEMPELAI PRIA DAN CALON MEMPELAI WANITA

Robith Muti’ul Hakim


UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Email: robith_hakim18@yahoo.com

Abstract
Normatively, before there marriage hold certain processes that will be undertaken of a man and women, including:
process ta’aruf, khitbah, followed by the ceremony. Felix Siauw has another opinion about the sequence of the
processes that are undertaken before marriage. He argues that the process of ta’aruf khitbah precedence, so khitbah
first and then ta’a>ruf. He reasoned that the majority of young people who want to get a potential partner in the
present more follow it with the first courtship. The majority reasoned that premarital courtship as a venue for
exploration, to better get to know each other’s personalities. It is considered to be vulnerable to various immoral
acts by him, and therefore he would prefer putting khitbah than ta’a>ruf, in addition to that he also has some
concepts in ta’aruf. Ustad Felix Siauw have a concept in ta’aruf. This paper will explain the concept Felix Siauw
in terms of Mas}ah}lah and Maqa>s}id asy-Syari>’ah.

[Secara normatif, sebelum melangsungkan perkawinan terdapat proses-proses tertentu yang akan
dijalani seorang pria maupun wanita, diantaranya: proses ta’aruf, khitbah, dilanjutkan dengan akad
nikah. Felix Siauw memiliki pendapat yang lain mengenai urutan proses-proses yang dijalani sebelum
perkawinan. Beliau berpendapat bahwa proses khitbah lebih didahulukan dari ta’aruf, jadi khitbah
terlebih dahulu baru kemudian ta’a>ruf. Beliau beralasan bahwa mayoritas pemuda-pemudi yang
ingin mendapatkan calon pasangan pada masa kini lebih menempuhnya dengan jalan pacaran terlebih
dahulu. Sebagian beralasan bahwa pacaran sebagai ajang penjajakan pranikah, agar lebih bisa mengenal
kepribadian masing-masing. Hal tersebut dianggap rentan terhadap berbagai perbuatan maksiat
oleh beliau, maka beliau lebih memilih mendahulukan khitbah dibanding ta’a>ruf, selain itu beliau
juga mempunyai beberapa konsep dalam ta’aruf. Tulisan ini akan mengkaji pemikiran Felix Siauw
dilihat dari sisi Mas}lah}ah dan Maqa>s{id asy-Syari<’ah].

Kata Kunci: Felix Siaw,Ta’a>ruf, Khit}bah

A. Pendahuluan niat, menuluskan kehendak, serta memaksud-


Perkawinan dalam Islam adalah sebuah kan perkawinannya demi menjaga dirinya dari
ikatan suci yang menghalalkan yang haram hal-hal yang diharamkan; bukan sekedar dorong-
dan menyatukan dua insan dan keluarga. Per- an hawa nafsu yang menjadi tujuan mendasar
kawinan merupakan pintu menuju kebaikan dari perkawinan.2
yang bertebaran pada jalan Allah, dan juga Tujuan utama perkawinan adalah untuk
bagian dari keindahan yang diberikan oleh-Nya memperoleh kehidupan yang tenang (sakinah),
di dunia.1 Perkawinan merupakan bentuk iba- cinta (mawaddah), dan kasih sayang (rahmah).
dah dan ketaatan. Seorang mukmin dapat me- Tujuan ini dapat dicapai secara sempurna apa-
raih pahala dan balasan, bila mengikhlaskan bila tujuan-tujuan lain dapat terpenuhi. Tuju-

1
Felix Y. Siauw, Udah Putusin Aja! (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2013), hlm. 98.
2
M. Ali Ash-Shobuni, Pernikahan Islami (Solo: Mumtaza, 2008), hlm. 20.

Al-Ah}wa>l, Vol. 7, No. 1, 2014 M/1435 H 69


Robith Muti'ul Hakim

an-tujuan lain adalah sebagai pelengkap untuk Islam mengajarkan agar perkawinan
memenuhi tujuan utama ini. Tujuan-tujuan dilakukan untuk mencapai tujuan sakinah,
lain tersebut antara lain: tujuan reproduksi, mawaddah, wa rahmah. Oleh karena itu, Islam
tujuan memenuhi kebutuhan biologis, tujuan memberi pedoman memilih jodoh yang tepat.
menjaga diri, dan ibadah. Bila tujuan-tujuan Hadis Nabi riwayat Bukhari-Muslim dari Abu
lain terpenuhi, dengan sendirinya atas izin Hurairah menyatakan:
Allah, tercapai pula ketenangan, cinta dan
‫ﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻞﱠ ﺍﷲُ ﻋ‬‫ﺒﹺﻲﹺّ ﺻ‬‫ﻦﹺ ﺍﻟﻨ‬‫ ﻋ‬‫ﻪ‬‫ﻨ‬‫ ﺍﷲُ ﻋ‬‫ﻲ‬‫ﺿ‬‫ﺓﹶ ﺭ‬‫ﺮ‬‫ﻳ‬‫ﺮ‬‫ ﺃﹶﺑﹺﻰ ﻫ‬‫ﻦ‬‫ﻋ‬
kasih sayang. Inilah yang dimaksud bahwa
tujuan-tujuan lain adalah sebagai pelengkap ‫ﺎ‬‫ﺒﹺﻬ‬‫ﺴ‬‫ﺤ‬‫ﻟ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﻬ‬‫ﺎﻟ‬‫ﻤ‬‫ﻊﹴ ﻟ‬‫ﺑ‬‫ﺄﹶﺭ‬‫ﺃﹶﺓﹸ ﻟ‬‫ﺮ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬ ‫ﺢ‬‫ﻜ‬‫ﻨ‬‫ ﺗ‬:‫ ﻗﹶﺎﻝﹶ‬‫ﻠﱠﻢ‬‫ﺳ‬‫ﻭ‬
untuk mencapai tujuan pokok tersebut.3
Dalam Al-Qur’an, Allah telah memberikan 6
‫ﺍﻙ‬‫ﺪ‬‫ ﻳ‬‫ﺖ‬‫ﺮﹺﺑ‬‫ﻦﹺ ﺗ‬‫ّﻳ‬‫ ﺍﻟﺪ‬‫ ﺑﹺﺬﹶﺍﺕ‬‫ﺎ ﻓﹶﺎﻇﹾﻔﹶﺮ‬‫ﻨﹺﻬ‬‫ﻳ‬‫ﺪ‬‫ﻟ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﻟﻬ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﺠ‬‫ﻟ‬‫ﻭ‬
petunjuk bahwa Allah menciptakan manusia
terdiri dari laki-laki dan perempuan dan ber- “Seorang wanita dinikahi karena empat per-
suku-suku serta berbangsa-bangsa adalah agar kara: karena harta bendanya, karena nasabnya
mereka dapat berinteraksi (berhubungan) dan (keturunannya), karena kecantikannya, kare-
saling kenal-mengenal (ta’a> ruf). Hal ini se- na agamanya, maka condonglah pada agama-
nya”.
bagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:
Hadis tersebut menyimpulkan bahwa me-
‫ﺎ‬‫ﺑ‬‫ﻮ‬‫ﻌ‬‫ ﺷ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻠﹾﻨ‬‫ﻌ‬‫ﺟ‬‫ﺜﹶﻰ ﻭ‬‫ﺃﹸﻧ‬‫ ﺫﹶﻛﹶﺮﹴ ﻭ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻠﹶﻘﹾﻨ‬‫ﺎ ﺧ‬‫ ﺇﹺﻧ‬‫ﺎﺱ‬‫ﺎ ﺍﻟﻨ‬‫ﻬ‬‫ﺄﹶﻳ‬‫ﻳ‬
milih jodoh yang tepat menurut ajaran Islam
‫ﻢ‬‫ﻴ‬‫ﻠ‬‫ ﺇﹺﻥﱠ ﺍﷲَ ﻋ‬‫ﻘﹶﻜﹸﻢ‬‫ ﺍﷲِ ﺃﹶﺗ‬‫ﺪ‬‫ﻨ‬‫ ﻋ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻣ‬‫ﺍ ﺇﹺﻥﱠ ﺃﹶﻛﹾﺮ‬‫ﻓﹸﻮ‬‫ﺎﺭ‬‫ﻌ‬‫ﺘ‬‫ﻞﹶ ﻟ‬‫ﻗﹶﺒﺂﺋ‬‫ﻭ‬ adalah pilihan atas dasar pertimbangan ke-
kuatan jiwa agama dan akhlak. Hal ini dapat
‫ﺮ‬‫ﺒﹺﻴ‬‫ﺧ‬
4
dimengerti apabila mengingat perkawinan bu-
kan semata-mata kesenangan manusiawi, teta-
“Wahai manusia! Sungguh, kami telah men- pi juga jalan untuk membina kehidupan yang
ciptakan kamu dari seorang laki-laki dan se- sejahtera lahir batin serta menjaga keselamatan
orang perempuan, kemudian Kami jadikan agama dan nilai-nilai moral bagi anak keturun-
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
an. Hal ini berlaku bagi calon suami maupun
agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang
isteri. Islam bukan tidak m3mpertimbangkan
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah faktor-faktor lain. Islam hanya menekankan
Maha Mengetahui, Maha Teliti”. agar faktor agama dan akhlak memperoleh
prioritas, kemudian baru faktor-faktor lain. Per-
Islam telah memberikan batasan-batasan kawinan akan sangat ideal apabila seseorang
dalam pergaulan antara laki-laki dan perem- menemukan jodoh yang agamanya kuat,
puan. Misalnya, kita dilarang untuk mendekati cantik, kaya, keturunan serta pangkatnya pun
zina. Dalam Al-Qur’an Allah telah berfirman: baik. 7
5 ً‫وَﻟَﺎ ﺗَﻘْﺮَﺑُﻮا اﻟﺰِّﻧَﻰ إِﻧﱠﮫُ ﻛَﺎنَ ﻓَﺎﺣِﺸَﺔً وَﺳَﺂءَ ﺳَﺒِﯿْﻼ‬ Sebuah perkawinan akan tercapai dengan
“Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) adanya proses tertentu. Proses yang akan di-
itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu lewati seorang pria maupun wanita, seperti
jalan yang buruk”. proses ta’a>ruf (perkenalan) dilanjutkan dengan
khitbah baru kemudian akad nikah. Namun

3
Khoiruddin Nasution, Hukum Perkawinan I (Yogyakarta: ACAdeMIA + TAZZAFA, 2005), hlm. 38.
4
Q. S. Al-Hujurat (49) : 13.
5
Q. S. Al-Isra>’ (17) :32.
6
Hadits riwayat Al-Bukhari, Shahih Bukhari, no. 5090 juz 7 (Beirut: Dar thauq an-najah) hlm. 7.
7
Ibid.

70 Al-Ah}wa>l, Vol. 7, No. 1, 2014 M/1435 H


Konsep Felix Siauw Tentang Ta‘a>ruf antara Calon Mempelai Pria dan Calon Mempelai Wanita

akhir-akhir ini, proses khitbah biasanya diawali banyak mengandung maksiat. Pacaran itu
dengan adanya pacaran. Dalam bahasa Indo- tidak jauh dari perbuatan berkhalwat dan
nesia, pacar diartikan sebagai teman lawan banyak pula yang sampai di luar batas, seperti
jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berbuat zina bahkan ada yang sampai hamil
batin, biasanya untuk dijadikan tunangan dan dan aborsi, yang akhirnya penyesalan yang
kekasih. Dalam praktiknya, istilah pacaran didapat.
dengan tunangan sering dirangkai menjadi Hal yang menarik adalah buku-buku yang
satu.8 Muda-mudi yang pacaran, apabila ada ditulis oleh Felix Siauw, seorang ustaz, di mana
kesesuaian lahir batin, dilanjutkan dengan sasarannya adalah para remaja dan pemuda-
tunangan. Sebaliknya, mereka yang bertunang- pemudi. Karya-karya beliau cukup diminati
an biasanya diikuti dengan pacaran. Namun oleh para remaja. Konsep ta’a>ruf yang ditawar-
pacaran di sini, dimaksudkan sebagai proses kannya bisa dijadikan alternatif bagi para
mengenal pribadi masing-masing, saling ber- remaja atau muda-mudi yang hendak meni-
silaturahim yang dalam ajaran Islam disebut kah. Beliau sangat memperhatikan perkem-
dengan “ta’a>ruf” (saling kenal mengenal).9 bangan perilaku pemuda-pemudi di Indonesia
Akibat pergeseran sosial, dewasa ini, ke- saat ini yang banyak salah kaprah dalam me-
biasaan pacaran (mengenal pasangan) masya- mandang ta’a>ruf dengan lawan jenis, yang lebih
rakat kita menjadi terbuka, terlebih saat mementingkan hawa nafsu dari pada memikir-
pasangan tersebut merasa belum ada ikatan kan masa depannya. Pacaran atau hubungan
resmi, yang berakibat bisa melampaui batas pranikah dengan lawan jenis sangat dilarang
kepatutan. Seorang remaja kadangkala meng- oleh Felix Siauw, yang menurutnya hanya
anggap perlu pacaran untuk tidak hanya me- akan menimbulkan maksiat belaka, kecuali
ngenal pribadi pasangannya, melainkan se- dalam masalah mualamah masih diperboleh-
bagai pengalaman, uji coba, maupun hanya kan, sepanjang masih dalam batas kewajaran
bersenang-senang belaka. Itu terlihat dari re- dan tidak ada unsur ber-khalwat.
maja yang gonta-ganti pacar, ataupun masa Pada zaman sekarang, pemuda-pemudi
pacaran yang relatif pendek. Beberapa kasus berpacaran lebih banyak hanya untuk ber-
yang diberitakan media massa juga menunjuk- senang-senang tanpa ada komitmen yang jelas.
kan bahwa akibat pergaulan bebas atau bebas Menurut Felix, jika belum siap untuk menikah
bercinta (free love) tidak jarang menimbulkan lebih baik tidak mendekati wanita terlebih
hamil pranikah, aborsi, bahkan akibat rasa dahulu, sebaiknya dia fokus terhadap masa
malu di hati, bayi yang terlahir dari hubungan depannya, seperti pendidikan dan pekerjaan-
mereka berdua lantas dibuang hingga tewas.10 nya, itu lebih penting dari pada melakukan
Mayoritas pemuda-pemudi yang ingin hubungan yang tidak jelas. Setelah siap meni-
mendapatkan calon isteri maupun calon suami kah, baru melakukan khitbah, ta’a>ruf, dan me-
pada masa kini menempuh pacaran terlebih nikah. Jadi, ta’ar> uf dilakukan setelah adanya pro-
dahulu. Sebagian beralasan bahwa pacaran ses meng-khitbah.
sebagai ajang penjajakan pranikah, agar lebih Meski demikian, harus diingat pula, se-
bisa mengenal kepribadian masing-masing. telah khit}bah bukan berarti calon mempelai
Ikatan dalam pacaran bukanlah ikatan yang bebas berdua-duaan. Saat ini banyak di antara
penuh dengan komitmen. Dalam pacaran lebih masyarakat yang melakukan foto prewedding.
8
Abd. Rachman Assegaf, Studi Islam Kontekstual, Elaborasi Paradigma Baru Muslim Kaffah (Yogyakarta: Gama Media,
2005) Cet ke-I, hlm. 133.
9
H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
20013) cet ke-3, hlm. 21.
10
Abd. Rachman Assegaf, Studi Islam Kontekstual, Elaborasi Paradigma Baru Muslim Kaffah, hlm. 133.

Al-Ah}wa>l, Vol. 7, No. 1, 2014 M/1435 H 71


Robith Muti'ul Hakim

Pada sesi-sesi foto tersebut banyak adegan- dapat disebut dengan ta‘a>ruf. Ta‘a>ruf jenis ini
adegan yang bersentuhan satu sama lain, diperbolehkan dengan siapa saja, terutama
bahkan sampai berpelukan. Padahal secara hu- dengan sesama Muslim untuk mengikat
kum Islam mereka belum “halal”. Hal ini tidak hubungan tali persaudaraan, akan tetapi ter-
jauh berbeda madharatnya dengan pacaran. dapat batasan-batasan yang harus diperhati-
Berangkat dari fenomena-fenomena di kan apabila perkenalan itu terjadi antara dua
atas itulah menarik untuk diteliti tentang bagai- orang yang berlawanan jenis. Islam telah
mana tara-cara ber-ta’a>ruf (saling mengenal) menganjurkan memberlakukan hijab bagi
yang sesuai dengan syari’at Islam. Konsep wanita muslimah. Berhijab bukan hanya ber-
ta’a>ruf Felix Siauw sangat pantas untuk diterap- arti selembar jilbab dan baju kurung yang me-
kan pada masyarakat masa kini terutama untuk nutupi tubuhnya dari pandangan pria yang
para pemuda-pemudinya. bukan mahram, tetapi juga melindungai per-
gaulannya dengan lawan jenis yang tidak di-
B. Pengertian Ta‘a>ruf perbolehkan syari’at. Pergaulan yang tidak di-
perbolehklan syari’at contohnya yaitu, ber-
Ta‘a > r uf secara bahasa dapat bermakna
duaan atau bercampur-baur antara orang yang
“berkenalan” atau “saling mengenal”. Berasal
berlainan jenis dalam satu tempat, pergi ber-
dari akar kata ta‘a > r afa-yata‘a > r afu-ta‘arrufan,
sama pria yang bukan mahram, dan berbagai
seperti dalam firman Allah:
hal lain yang diharamkan syari’at.
‫ﺎ‬‫ﺑ‬‫ﻮ‬‫ﻌ‬‫ ﺷ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻠﹾﻨ‬‫ﻌ‬‫ﺟ‬‫ﺜﹶﻰ ﻭ‬‫ﺃﹸﻧ‬‫ ﺫﹶﻛﹶﺮﹴ ﻭ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻠﹶﻘﹾﻨ‬‫ﺎ ﺣ‬‫ ﺇﹺﻧ‬‫ﺎﺱ‬‫ﺎ ﺍﻟﻨ‬‫ﻬ‬‫ﺄﹶﻳ‬‫ﻳ‬ Ta’a>ruf atau perkenalan yang dianjurkan
dalam Islam adalah dalam batas-batas yang
‫ﻢ‬‫ﻴ‬‫ﻠ‬‫ ﺇﹺﻥﱠ ﺍﷲَ ﻋ‬‫ﻘﹶﻜﹸﻢ‬‫ ﺍﷲِ ﺃﹶﺗ‬‫ﺪ‬‫ﻨ‬‫ ﻋ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻣ‬‫ﺍ ﺇﹺﻥﱠ ﺃﹶﻛﹾﺮ‬‫ﻓﹸﻮ‬‫ﺎﺭ‬‫ﻌ‬‫ﺘ‬‫ﻞﹶ ﻟ‬‫ﻗﹶﺒﺂﺋ‬‫ﻭ‬ tidak melanggar aturan Islam. Adab pergaulan
11 dan perkenalan sesama Muslim juga memiliki
.‫ﺮ‬‫ﺒﹺﻴ‬‫ﺧ‬
aturan yang harus diperhatikan, jadi jangan
sampai mencampuradukkan antara anjuran
“Wahai manusia! Sungguh, kami telah men-
berkenalan atau mengenal sesama Muslim de-
ciptakan kamu dari seorang laki-laki dan se-
orang perempuan, kemudian Kami jadikan ngan larangan-larangan agama seputar pro-
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku ses berkenalan tersebut. Proses pengenalan
agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang seseorang dalam makna khusus terhadap pria
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah maupun wanita yang akan dipilih sebagai
orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah pasangan hidup sering juga disebut dengan
Maha Mengetahui, Maha Teliti”. ta‘a>ruf. 12
Tujuan ta‘a > ruf adalah untuk mengenal
Kata li ta‘a>rafu > dalam ayat ini mengan-
calon pasangan sebelum menikah dengan cara
dung makna bahwa, pada hakikatnya tujuan
yang halal, maka ada aturan atau adab dalam
dari semua ciptaan Allah itu adalah agar kita
ber- ta‘a > r uf. Media ta‘a > r uf menurut Islam
semua saling mengenal yang satu terhadap
dianjurkan untuk saling mengenal lebih jauh
yang lain, sehingga secara umum, ta’aruf bisa
karakter masing-masing, dengan cara me-
berarti saling mengenal. Kata ta‘a>ruf itu mirip
nanyakan secara detail apa-apa yang dianggap
dengan makna “berkenalan” dalam bahasa
penting bagi keduanya. Inti dari ta‘a>ruf adalah
Indonesia. Setiap kali berkenalan dengan
pendekatan terhadap calon suami atau istri
tetangga, orang baru, atau sesama penumpang
tanpa ternodai unsur maksiat di dalamnya.
dalam sebuah kendaraan umum misalnya,

11
Q. S. Al-Hujurat (49) : 13.
12
http://remajaislam.com/414-apa-itu-ta’aruf, diakses pada tanggal 23 Mei 2014.

72 Al-Ah}wa>l, Vol. 7, No. 1, 2014 M/1435 H


Konsep Felix Siauw Tentang Ta‘a>ruf antara Calon Mempelai Pria dan Calon Mempelai Wanita

Ta‘a>ruf pada umumnya dilakukan dengan dan ta’awun. Tafahum adalah tahap untuk sa-
mediator orang tua atau saudaranya. Perem- ling memahami di antara keduanya, sedangkan
puan sifatnya menjadi objek dari aktifitas ta’awun adalah saling menolong. Tahafum dan
ta‘a>ruf. Ta‘a>ruf diadakan di rumah calon isteri ta’awun merupakan rangkaian ta‘a>ruf yang bisa
atau tempat yang telah ditentukan oleh calon diartikan juga sebagai penjajakan sebelum
suami. Kelemahan ta‘a>ruf antara lain, men- menikah. 13
jadikan perempuan tidak mempunyai kesem-
patan yang lebih luas untuk mengetahui secara C. Konsep Ta’aruf Antara Calon Mempelai
detail tentang karakter calon suami. Pemakna- Pria dan Calon Mempelai Wanita
an ta‘ar> uf selama ini terlalu sempit, dengan meng- Menurut Ustad Felix Siauw
analogikan seperti membeli sebuah barang se-
Islam memandang lelaki dan wanita sama
belum barang itu sepakat dibeli, maka pembeli dalam penciptaan dan kemuliaannya, namun
perlu mengecek kondisi barang tersebut. berbeda dalam hal fungsi dan penempatannya.
Perempuan yang dianalogikan sebagai barang Islam memberikan porsi khusus kepada wanita
akan sulit dalam mengecek balik. Bentuk ta‘a>ruf yang tidak diberikan kepada pria, sebaliknya
yang masih konvensional ini dirasa sudah tidak Islam juga memberikan porsi khusus kepada
cocok lagi dilakukan pada zaman sekarang, pria yang tidak diberikan kepada wanita. Pria
karena terlalu membatasi ruang gerak perem- dan wanita berbeda secara fungsi dan penem-
puan. patan, karena itulah pria dan wanita tidak
Ta‘a>ruf dalam arti luas adalah pendekatan, disamakan, namun terpisah secara asalnya.14
perkenalan dengan calon suami atau isteri Dalam kehidupan Islam sebagaimana
dengan cara yang baik. Pertemuan bisa dilaku- yang dapat kita baca dalam sejarah Rasulullah
kan dimana saja dan dalam kesempatan apa Saw. atau buku-buku yang menggambarkan
saja, dengan syarat tidak ada unsur maksiat kehidupan Islam pada masa Rasulullah Saw.,
dalam pertemuan itu, sehingga kemungkinan aktifitas kaum pria dan wanita terpisah, kecuali
antara pihak laki-laki dan perempuan sama- dalam beberapa aktifitas khusus yang diper-
sama bisa mendapatkan informasi di antara ke- bolehkan syari’at. Aktifitas khusus yang di-
duanya tanpa ada rasa canggung. Posisi media- perbolehkan syari’at misalnya, Islam meng-
tor fungsinya sebagai teman yang bisa diajak gariskan bahwa wanita harus menutup aurat
kompromi, kedudukannya tidak berpihak ke- dihadapan pria yang bukan mahramnya,
pada salah satu, mediator tidak boleh menyem- memerintahkan wanita untuk menundukkan
bunyikan suatu keterangan yang dianggap pandangan dan menjaga kehormatan dan ke-
penting untuk keberlangsungan dari hubungan muliaannya dihadapan pria. Islam mewajib-
yang akan dijalin. kan wanita bepergian dengan mahram, tidak
Adab berpacaran dengan ta‘a>ruf memiliki melakukan perbuatan-perbuatan yang meng-
perbedaan yang jauh, Islam menganjurkan undang fitnah bagi dirinya, semisal berkhalwat
ta‘a > r uf bukan pacaran, dengan memper- dengan pria yang bukan mahram.15
timbangkan maslahat dan madharatnya. Jika Islam memberikan batasan bagi Muslim
setelah ta’aruf dirasa terdapat kecocokan, maka secara umum untuk meminta izin dan mem-
hubungan bisa berlanjut ke khit}bah (lamaran) berikan salam sebelum memasuki rumah yang
dan akad nikah, sebelum proses khit}bah, biasa- bukan rumahnya, sehingga wanita di dalam
nya kedua belah pihak melewati proses tafahum rumah yang tidak menutup aurat bisa memper-

13
M. Thobroni dan Aliyah A. Munir, Meraih Berkah dengan Menikah (Yogyakarta: Pustaka Marwa, 2010), hlm. 75-85.
14
Felix Y. Siauw, Udah Putusin Aja!(Bandung: PT Mizan Pustaka, 2013), hlm. 40-41.
15
Ibid., hlm. 41.

Al-Ah}wa>l, Vol. 7, No. 1, 2014 M/1435 H 73


Robith Muti'ul Hakim

siapkan diri sebelum menerima tamu. Rasulullah Para remaja pada zaman sekarang ber-
Saw. memerintahkan kepada kaum pria untuk anggapan bahwa pacaran adalah tanda ke-
melaksanakan shalat berjamaah di masjid, dewasaan, maksudnya seorang pria dikatakan
tidak diperintahkan bagi wanita walaupun sudah dewasa bila sudah mampu meng-
boleh saja mereka ikut berjamaah di masjid. gandeng pasangan, jalan-jalan dengan pacar
Rasulullah Saw. saat melakukan shalat me- dan sebagainya. Alasan berkenalan sebelum
misahkan barisan antara pria yang ada di de- menikah itu klise, remaja belum tentu siap me-
pan dengan shaf kaum wanita di belakang. nikah, karenanya pacaran hanya sebagai alas-
Pemisahan ini bukan ditujukan untuk me- an untuk melampiaskan syahwat dan memuas-
ngekang dan menyusahkan, tetapi menjaga kan nafsu lelaki atau bahkan wanitanya yang
kehormatan dan kemuliaan wanita itu sendiri, menginginkan. Pacaran yang demikian ini
menjaga masa depannya agar penuh dengan benar jika dikatakan sebagai perkenalan
kebaikan. 16 (ta‘a>ruf), tetapi hanya terbatas pada fisik yang
Islam tidak menyusahkan pria maupun dikenali, wajar jika dalam aktifitas pacaran
wanita dalam hal-hal yang memang jelas dan banyak yang sampai berbuat zina. Pertemuan
perlu, syari’at memperbolehkan interaksi an- yang rutin menghasilkan kesempatan-kesem-
tara pria dan wanita, keduanya diperbolehkan patan yang muncul secara acak atau lewat ke-
melaksanakan jual-beli, belajar-mengajar, sempatan yang terencana. Syaitan pasti akan
ibadah semisal haji dan umrah, berjihad di selalu menyertai dua insan yang bukan mah-
jalan Allah dan lain sebagainya. Pria dan ram saat berdua-duaan. Budaya barat yang
wanita juga diperbolehkan berinteraksi dalam diimport lewat sinetron, film, dan media-media
perkara yang diperbolehkan syari’at, semisal lainnya sudah menjadi kiblat bagi remaja masa
medis, peradilan, perdagangan, pendidikan, kini. Pesta-pesta di rumah ala Amerika sampai
akad kerja, dan segala aktifitas syar’i yang me- wisuda keperawanan ala Jepang jadi idaman
mang menuntut adanya interaksi di antara pria remaja, sehingga seks bebas merajalela.19
dan wanita. 17 Data BKKBN (Badan Kependudukan dan
Islam mengharamkan aktifitas interaksi Keluarga Berencana Nasional) menunjukkan
antara pria dan wanita yang tidak berke- bahwa pada tahun 2010 di Jabodetabek, rema-
pentingan syar’i, seperti jalan-jalan dengan ja yang hilang keperawannya mencapai 51%,
yang bukan mahramnya, berdua-duaan dan kemudian Surabaya 54%, Medan 52%, Ban-
sebagainya. Aktifitas tersebut adalah pintu dung 47%, Yogyakarta 37%. Komisi Perlin-
menuju kemaksiatan. Ber-khalwat itu bukan dungan Anak Indonesia (KPAI) mendapatkan
hanya bisa terjadi saat berdua-duaan, walau hasil yang mencengangkan setelah melakukan
di tempat umum dan bersama-sama yang lain, penelitian di dua belas kota besar di Indonesia
tetap saja khalwat bisa terjadi dan itu juga tidak pada tahun 2007, menariknya lagi, menurut
diperkenankan. Berkumpul bersama, hang out BKKBN, usia mulai pacaran adalah dua belas
bersama, dan segala bentuk pertemuan yang tahun, itu baru fakta yang terlihat, yang ter-
tidak perlu saja tidak dibenarkan di dalam sembunyi tentunya lebih mengerikan daripada
Islam, apalagi aktifitas pacaran yang pasti yang diakui. Wanita seharusnya sadar apabila
mengarah ke maksiat, tentu lebih dilarang.18 melihat fakta ini, bahwa pacaran bukanlah

16
Ibid., hlm. 42.
17
Ibid., hlm. 43.
18
Ibid., hlm. 44.
19
Ibid., hlm. 32-33.

74 Al-Ah}wa>l, Vol. 7, No. 1, 2014 M/1435 H


Konsep Felix Siauw Tentang Ta‘a>ruf antara Calon Mempelai Pria dan Calon Mempelai Wanita

aktifitas yang aman baginya dan bagi masa buatan zina berawal dari pacaran. Menurut
depannya. Wanita dengan masa depan cerah Ustad Felix Siauw, bila memang benar-benar
itu penting bagi pria, tetapi wanita dengan telah serius, maka khit}bah-lah wanita yang telah
masa lalu tanpa noda itu jauh lebih penting dipilihnya. Ustad Felix Siauw mempunyai be-
dan pacaran tidak mengakomodasikan masa berapa konsep yang menurut penyusun me-
depan, melainkan menghancurkannya.20 narik dan sedikit berbeda dari yang lain me-
Ustad Felix Siauw sangat melarang yang ngenai masalah ta‘a>ruf ini, terutama bagi muda-
namanya aktifitas pacaran atau hubungan mudi yang telah siap berumah tangga. Para re-
percintaan yang belum ada niat serius untuk maja dan muda-mudi yang belum siap be-
melanjutkan ke jenjang perkawinan,karena rumah tangga Ustad Felix Siauw pun memiliki
lebih banyak negatifnya dibanding positifnya. solusinya.
Ta‘a>ruf dengan pacaran secara bahasa pada Konsep ta‘a>ruf menurut Ustad Felix Siauw
hakikatnya sama, yaitu sama-sama ber- yang pertama adalah tidak ada interaksi ta’a>ruf
kenalan, namun Ustad Felix Siauw mempunyai (perkenalan) percintaan antar lawan jenis se-
pandangan tersendiri mengenai ta‘a>ruf. Ber- belum adanya proses khit}bah. Beliau berpen-
dasarkan fenomena di atas, Ustad Felix Siauw dapat bahwa tidak ada proses berkenalan atau
berfikir dan merenungkan mengapa begitu ta‘a>ruf dengan lawan jenis sebelum adanya
banyak dan semakin maraknya pergaulan khit}bah, karena perkenalan sebelum adanya
bebas. Beliau berpandangan bahwa pergaulan proses khit}bah terlebih dahulu, lebih menjurus
bebas itu bisa terjadi salah satunya karena kepada hubungan pacaran yang jauh dari
adanya hubungan-hubungan antar lawan jenis komitmen, tidak serius, dan lebih banyak me-
yang masih terlalu dini. Para remaja dan muda- rugikan wanita seperti fakta-fakta yang telah
mudi yang melakukan hal tersebut beralasan disebutkan diatas. Pria dan wanita yang telah
bahwa pacaran adalah sebagai sarana untuk mampu dan siap untuk berumah tangga, maka
penjajakan atau pengenalan terhadap calon barulah menentukan calon yang disukainya
pasangannya, karena penjajakan ini belum ada dan bisa mendapatkan informasi calon pen-
ikatan yang kuat, maka rentan terkontaminasi dampingnya melalui perantara orang tuanya
dengan hubungan-hubungan yang tidak se- atau keluarganya, tanpa harus bertemu secara
mestinya. Islam jelas melarang hubungan- langsung maupun berkhalwat. Ta‘a >r uf yang
hubungan pria dan wanita yang belum ada dilakukan setelah adanya proses khit}bah akan
ikatannya. Dalam Al-Qur’an Allah Swt. ber- lebih terjamin keberlangsungannya, karena
firman: dengan di-khit}bah-nya seorang wanita otomatis
21 .‫ﻼﹰ‬‫ﺒﹺﻴ‬‫ﺂﺀَ ﺳ‬‫ﺳ‬‫ﺔﹰ ﻭ‬‫ﺸ‬‫ ﻛﹶﺎﻥﹶ ﻓﹶﺎﺣ‬‫ﻪ‬‫ﻰ ﺇﹺﻧ‬‫ﻮﺍ ﺍﻟﺰﹺّﻧ‬‫ﺑ‬‫ﻘﹾﺮ‬‫ﻟﹶﺎ ﺗ‬‫ﻭ‬ seorang pria telah serius untuk membawa
wanita tersebut ke jenjang pernikahan, sehing-
“Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) ga sudah mempunyai komitmen yang mantap.
itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu Konsep ta‘a>ruf menurut Ustad Felix Siauw
jalan yang buruk”.
yang kedua yaitu metode khit}bah-ta’a>ruf, mak-
Ayat tersebut menjelaskan agar kita tidak sudnya yaitu antara khit } bah dengan ta‘a >r uf
mendekati zina, hal-hal yang dapat mendekati saling berkaitan dan menjadi satu kesatuan,
zina contohnya adalah berkhalwat dengan la- karena perkenalan sebelum proses khit}bah di-
wan jenis, sedangkan di dalam pacaran banyak rasa masih minim, maka dari itu perkenalan
kegiatan berkhalwatnya. Pacaran belum tentu lebih jauh dimaksimalkan setelah khit}bah. Se-
melakukan perbuatan zina, namun semua per- telah dilangsungkan khit}bah, maka dilanjutkan
20
Ibid., hlm. 34-35.
21
Al-Isra>’ (17) : 32.

Al-Ah}wa>l, Vol. 7, No. 1, 2014 M/1435 H 75


Robith Muti'ul Hakim

dengan ta‘a>ruf yang lebih mendetail, terutama pedoman dalam berumah tangga. Ustad Felix
menyelaraskan tentang visi misi keluarga yang Siauw mempunyai pengalaman dalam me-
akan dibangun, membicarakan masa depan, nerapkan edukasi dan pembelajaran kepada
berbicara tentang nilai-nilai yang dianutnya calon pasangannya, jadi beliau meminta ke-
terutama tentang pemahaman agamanya. pada calon pasangannya untuk menghafal se-
Pendapat Ustad Felix Siauw ini sedikit berbeda buah hadis tentang bagaimana menjadi istri
dengan para yang ulama lain, yang terkadang yang baik dan pahala apa yang akan didapat
memisahkan permasalahan khit}bah dan ta‘a>ruf. apabila melaksanakan yang demikian itu.
Perkawinan yang diawali dengan pacaran Ustad Felix Siauw ketika ada masalah setelah
tidak menjamin keharmonisan keluarga dan menikah, beliau mengingatkan hadis yang per-
kelanggengan perkawinan. Pada realitasnya, nah dihafalkan oleh istrinya tersebut, maka se-
sebagian besar perkawinan yang kandas, di- ketika itu masalah selesai. Ketaatan isteri ke-
awali dengan pacaran, bukan dengan khit}bah- pada Allah dan kepada Rasulullah yang men-
ta‘a>ruf, sangat jarang pernikahan yang diawali dorong isteri bisa meredam amarahnya. Men-
dengan khit}bah-ta‘a>ruf putus di tengah jalan. cintai seorang wanita karena Allah hanya bisa
Pacaran pada awalnya mungkin akan terasa dirasa apabila mencintai Allah danRasul-Nya
indah, karena seorang pria masih mempunyi lebih dari yang lain.23
target dan keinginan yang masih diinginkan. Rumah tangga seseorang tidak akan selalu
Romantisme untuk menarik hati dan merun- berjalan harmonis, adakalanya terdapat masa-
tuhkan iman akan terasa wajar muncul di te- lah, saat ada pertengkaran, tunggu saat dalil
ngah-tengah hubungan. Hubungan pacaran terucap, maka sirnalah pertengkaran, karena
akan banyak memunculkan hal-hal yang baik- keduanya sudah sama-sama ridha pada
baiknya saja, sehingga akan sulit ditebak seperti ketetapan Allah dan menaruh ego di belakang
apa sifat sebenarnya dari pasangan, bukan syari’at (Al-Qur’an dan Sunnah pembimbing
tidak mungkin setelah menikah sifat yang se- mereka). Suami mudah dinasihati dengan
belumnya tidak tampak akan muncul dengan kalimat Allah dan Rasul-Nya, begitu juga
sendirinya. Pacaran tidak dirancang untuk ke- dengan isteri yang selalu menyayangi suaminya
seriusan dan komitmen, maka wajar perkenal- karena itu perintah Allah, hal yang seperti ini
an yang terjadi saat pacaran pun hanya ber- hanya bisa ditemukan dalam Islam.24
kenalan secara fisik semata, yang terjadi ketika Pria dan wanita yang sudah terikat de-
pacaran bukanlah pembicaraan masa depan, ngan khit}bah diperbolehkan bagi mereka untuk
namun kenikmatan masa kini dan hanya saling melihat bagian-bagian dari tubuh calon
bersenang-senang.22 mempelai yang mereka inginkan, agar timbul
Konsep ta‘a>ruf Ustad Felix Siauw yang rasa mantap untuk melanjutkan ke jenjang
ketiga yaitu tentang pemberian edukasi dan pernikahan, hal ini termasuk dalam ta‘a>ruf.
pembelajaran kepada calon pasangannya ten- Dalam persoalan melihat perempuan yang
tang keislaman dan ilmu kehidupan yang mem- telah di-khit}bah, sebagian ulama mengatakan
buat proses ta‘a>ruf itu akan jauh lebih bermutu boleh, bahkan ada yang berpendapat sunnah.
dan berkualitas, sehingga kedua mempelai Hal ini berdasarkan hadis Nabi SAW:
akan banyak mendapatkan pengarahan dan

23
Felix Siuw, Udah Putusin Aja, hlm. 112.
23
Ibid., hlm. 115.
24
Ibid., hlm. 116.

76 Al-Ah}wa>l, Vol. 7, No. 1, 2014 M/1435 H


Konsep Felix Siauw Tentang Ta‘a>ruf antara Calon Mempelai Pria dan Calon Mempelai Wanita

harus benar-benar terdapat alasan yang kuat


‫ﻝﹸ‬‫ﻮ‬‫ﺳ‬‫ ﺭ‬‫ﺎﺭﹺ ﻓﹶﻘﹶﺎﻝﹶ ﻟﹶﻪ‬‫ﻧﺼ‬َ‫ ﺍﹾﻷ‬‫ﻦ‬‫ﺃﹶﺓﹲ ﻣ‬‫ﻣﺮ‬ ‫ ﺍ‬‫ﻄﹶﺐ‬‫ ﺧ‬‫ﻧﻪ‬‫ﻞﹲ ﺍ‬‫ﺟ‬‫ﻗﹶﺎﻝﹶ ﺭ‬
yang dibenarkan oleh Allah, seharusnya pria
:‫ ﻗﹶﺎﻝﹶ‬.‫ ﻟﹶﺎ‬:‫ﺎ؟ ﻗﹶﺎﻝﹶ‬‫ﻬ‬‫ﻟﹶﻴ‬‫ ﺍ‬‫ﺮﺕ‬ ‫ﻈﹸ‬‫ ﺃﹸﻧ‬‫ﻠﱠﻢ‬‫ﺳ‬‫ ﻭ‬‫ﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻞﱠ ﺍﷲُ ﻋ‬‫ﺍﷲِ ﺻ‬ dan wanita menjaga proses khit } b ah-ta‘a > r uf
sebagai konsekuensi dari janji yang telah ter-
25
.‫ﻴﺌﹰﺎ‬‫ ﺷ‬‫ﺎﺭ‬‫ﻧﺼ‬ َ‫ﻦﹺ ﹾﺍﻷ‬‫ﻋﻴ‬ ‫ﻰ ﺃﹶ‬‫ﻥﱠ ﻓ‬‫ﺎ ﻓﹶﺎ‬‫ﻴﻬ‬ ‫ﻟﹶ‬‫ﺮ ﺍ‬ ‫ﻈﹸ‬‫ ﻓﹶﺎﻧ‬‫ﺐ‬‫ﻓﹶﺎﺫﹾﻫ‬ ucap di awal. Proses khit}bah yang dibatalkan
seenaknya tanpa ada alasan yang syar’i, hal
“Seorang laki-laki berkata, sesungguhnya ia itu hanya akan menyakiti satu sama lain dan
mengkhitbah perempuan dari golongan An- merupakan cirri-ciri orang yang munafik kare-
shor. Kemudian Rasulullah SAW berkata na telah menyalahi janji untuk menikahi pihak
padanya: Apakah kamu telah melihatnya? Dia yang di-khit}bah-nya.27
laki-laki berkata: Belum, kemudian bersabda:
Khit}bah-ta‘a>ruf merupakan proses perkenal-
Maka pergilah kamu dan lihatlah dirinya
an tanpa ada kerugian, tanpa khalwat, tanpa
(perempuan) karena sesungguhnya pada pan-
dangan golongan Anshor terdapat sesuatu”. sentuh, tanpa mempertaruhkan apapun dan
tidak melibatkan nafsu, sehingga bisa fokus
Jumhur Ulama’ berpendapat bahwa se- membahas masa depan yang akan dibina dan
orang laki-laki disunnahkan melihat calon istri melibatkan orang tua sehingga tidak subjektif
pada bagian wajah dan telapak tangan, de- dan lebih banyak realitanya. Kedua hati yang
ngan begitu akan diketahui kehalusan tubuh sam mencintai Allah pasti akan saling men-
dan kecantikannya. Begitu juga calon wanita cintai, karena bagi dua hati yang terpaut ke-
yang dipinang boleh melihat calon suaminya pada Allah sebenarnya tidak perlu perkenalan,
pada bagian-bagian badannya. 26 Ustad Felix karena standar benar-salah, baik-buruk, suka-
Siauw sependapat dengan jumhur Ulama me- benci, halal-haram semua sudah sama. Suami
ngenai batasan-batasan yang boleh dilihat, yang taat kepada Allah pasti mencintai seorang
yang boleh dilihat hanyalah sebatas wajah dan isterinya, sebaliknya, seorang isteri akan me-
kedua telapak tangan, dan lebih baik lagi jika nyayangi suami karena ketaatan suaminya
perempuan didampingi oleh mahramnya. kepada Allah. Isteri takkan khawatir suaminya
Khit}bah-ta’a>ruf dapat dibatalkan apabila selingkuh karena ketaatan suaminya kepada
merasakan adanya ketidak cocokan, seperti Allah yang menghalanginya berbuat selingkuh.
contohnya setelah ber- ta‘a>ruf calon pasangan Suami tidak perlu takut isterinya tidak menjaga
ternyata memiliki semacam kerusakan akhlak, diri, karena ketaatan kepada Allah yang men-
menyukai maksiat, menentang hukum Allah, jaga isterinya dari perbuatan nista. Bila ada
menyimpang dari jalan Islam, berpenyakit me- masalah-masalah akan terasa kecil di hadapan
nular yang berbahaya atau memiliki kelainan keluarga yang menjaminkan cintanya kepada
seksual yang sekiranya akan mengganggu ter- Allah, takkan sulit baginya memperbaiki diri
wujudnya tujuan perkawinan yang digariskan atau memperbaiki pasangannya.28
dalam Islam. Pembatalan ini tidak memiliki Bila memang serius untuk menjalin hu-
konsekuensi karena baik pria maupun wanita bungan jangka panjang dengan komitmen, me-
yang terlibat dalam praktek khit}bah-ta‘a>ruf tidak ngapa tidak menuju jenjang pernikahan, bila
melakukan sesuatu yang tercela, tetap terjaga memang cinta dan sayang mengapa tidak di-
kehormatan dan kemuliaannya. Pembatalan ini segerakan untuk akad nikah. Orang-orang
25
Muslim, S{ah}ih} Muslim, “Kitab an-Nikah”, (Beirut: Da>r al-Fikr, 1412 H/1992 M), I : 651. Hadis nomor 1424. Hadis
diriwayatkan oleh Ibnu Abi ‘Umar dan Sufyan dari Yazid bin Kaisan dari Abi Hazim dari Abi Hurairah.
26
Hady Mufaat Ahmad, Fiqh Munakahat (Hukum Perkawinan Islam dan Beberapa Permasalahannya (Jakarta: Duta Grafika,
1992), hlm. 44.
27
Felix Y. Siauw, Udah Putusin Aja! (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2013), hlm. 107-108.
28
Ibid., hlm. 115.

Al-Ah}wa>l, Vol. 7, No. 1, 2014 M/1435 H 77


Robith Muti'ul Hakim

banyak yang beralasan ini itu, seperti belum dari pihak lain dan ini yang dimaksud dengan
cukup dana, belum ada rumah, belum direstui kemaslahatan.30 Pengertian al-mas}lahah secara
orang tua dan lain-lain, bila belum siap seharus- syar‘i adalah sebab-sebab yang membawa dan
nya tahu batas kemampuan diri dan jangan melahirkan maksud (tujuan) asy-Syarn‘i, baik
dulu melakukan interaksi, nikahi atau sudahi, maksud yang berkaitan dengan ibadah mau-
halalkan atau tinggalkan. Seseorang yang pun muamalah (al-‘adat). Imam al-Ghazali me-
belum siap menikah jangan mudah mengum- ngemukakan bahwa pada dasarnya secara
bar cinta, alihkan cinta ke jalan yang berman- bahasa, kata al-maslahah menunjuk pengertian
faat lagi halal juga berpahala, berjuang di jalan meraih manfaat atau menghindarkan ke-
Islam seperti jadi pengemban dakwah Islam madharatan (bahaya). Al-Ghazali menjelaskan
dan menyampaikan kebaikan-kebaikan dari bahwa al-maslahah dalam pengertian syar’i
Allah dan Rasul-Nya kepada seluruh manusia. adalah meraih manfaat dan menolak ke-
Bagi yang belum siap menikah alangkah baik- madharatan dalam rangka memelihara tujuan
nya apabila lebih memikirkan tentang aka- syara’. 31
demik maupun pekerjaan, agar ketika siap me- Pada konsep ta‘a>ruf menurut Ustad Felix
nikah nanti sudah memiliki bekal yang cukup.29 Siauw yang pertama adalah tidak ada interaksi
percintaan atau perkenalan antar lawan jenis
D. Tinjauan Hukum Islam terhadap sebelum adanya proses khit}bah, hal ini dimak-
Konsep Ta‘a>ruf antara Calon Mempelai sudkan untuk menjaga pria dan wanita dari
Pria dan Calon Mempelai Wanita kemaksiatan. Pada pemberitaan-pemberitaan
Menurut Ustad Felix Siauw di berbagai media banyak kasus remaja-remaja
Perkawinan adalah sebuah ikatan yang yang hamil di luar nikah bahkan tidak jarang
suci, yang wajib dijaga kesucian dan kesakral- sampai aborsi. Hal tersebut dapat terjadi karena
annya, mulai dari pemilihan calon, khit}bah, adanya hubungan-hubungan antar lawan jenis
ta‘a>ruf, sampai akad nikah. Perkawinan tidak yang tidak semestinya, mereka belum siap
boleh dinodai dengan hal-hal yang berbau untuk berumah tangga tetapi sudah ingin men-
maksiat, apalagi maksiat itu dilakukan sebelum cicipi hal-hal seperti apa yang dilakukan oleh
perkawinan, seperti halnya pacaran. Konsep pasangan yang sudah menikah. Mengapa bisa
ta‘a>ruf menurut Ustad Felix Siauw, menurut demikian, karena manusia itu dianugerahkan
penyusun sangat cocok untuk diterapkan oleh hawa nafsu oleh Allah, dan banyak dari remaja
para remaja dan muda-mudi pada masa kini, yang menyalahgunakannya untuk berkhalwat
karena di dalamnya ada unsur penjagaan dan sebelum adanya ikatan resmi, maka ketika
pencegahan kepada sesuatu yang bisa men- berkhalwat syetan akan membisiki pasangan
jerumuskan ke gerbang maksiat. Dalam kon- khalwat tersebut untuk melakukan hal-hal yang
sepnya juga terdapat pengarahan-pengarahan haram. Pacaran atau interaksi antar lawan
dan solusi-solusi yang masuk akal dan dapat jenis sebelum adanya komitmen yang jelas lebih
diterima para remaja, baik yang belum siap baik tidak dilakukan, demi untuk menjaga
menikah maupun yang sudah. kehormatan dan kemuliaan seorang pria mau-
pun wanita. Pria dan Wanita yang berkhalwat
Dalam upaya pemenuhan sesuatu yang
dan belum ada hubungan mahram dapat mem-
menjadi hajat hidup, dibutuhkan dan menjadi
buka jalan kepada perbuatan zina. Perbuatan
kepentingan, berguna dan mendatangkan ke-
khalwat dilarang untuk dilakukan, sehingga
baikan bagi seseorang maka dibutuhkan peran
29
Ibid., hlm. 121-123.
30
Ali Yafie, Menggagas Fiqih Sosial cet. ke-2 (Bandung: Mizan,1994), hlm. 185.
31
Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 305-306.

78 Al-Ah}wa>l, Vol. 7, No. 1, 2014 M/1435 H


Konsep Felix Siauw Tentang Ta‘a>ruf antara Calon Mempelai Pria dan Calon Mempelai Wanita

dengan demikian tertutup kemungkinan jalan ini sesuai dengan tujuan syari’at agama (maqa-
menuju ke arah perbuatan maksiat. Dalam al- >s{id asy-syari<‘ah) yaitu: h}ifz} ad-di<n (memelihara
Qur’an Allah Swt. berfirman: kemaslahatan agama), h}ifz} an-nafs (memelihara
32 ‫ﻼﹰ‬‫ﺒﹺﻴ‬‫ﺂﺀَ ﺳ‬‫ﺳ‬‫ﺔﹰ ﻭ‬‫ﺸ‬‫ ﻛﹶﺎﻥﹶ ﻓﹶﺎﺣ‬‫ﻪ‬‫ﻰ ﺇﹺﻧ‬‫ﻮﺍ ﺍﻟﺰﹺّﻧ‬‫ﺑ‬‫ﻘﹾﺮ‬‫ﻟﹶﺎ ﺗ‬‫ﻭ‬ jiwa), h}ifz} an-nasb wa al-a’radu (memelihara
keluarga dan keturunan), h}ifz} al-‘aql (menjaga
“Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) akal pikiran), h }ifz} al-ma>l (memelihara harta
itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu kekayaan).
jalan yang buruk”.
1. Ta‘a>ruf ditinjau dari maqa>s{id asy-syari<‘ah
Dalam hadis Rasulullah Saw. bersabda: dari segi h}ifz} ad-di<n (memelihara kemas-
lahatan agama). Ta‘a>ruf yang sesuai de-
33 ‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﺜﹸﻬ‬‫ﻄﹶﺎﻥﹸ ﺛﹶﺎﻟ‬‫ﻴ‬‫ ﻓﹶﺈﹺﻥﱠ ﺍﻟﺴ‬‫ﺍﺓ‬‫ﺮ‬‫ﻣ‬‫ ﺑﹺﺎ‬‫ﻛﹸﻢ‬‫ﺪ‬‫ﻥﹶ ﺍﹶﺣ‬‫ﻠﹸﻮ‬‫ﺨ‬‫ﻟﹶﺎﻳ‬
ngan tuntunan agama dapat menjaga
“Janganlah salah seorang dari kalian ber- agamanya dari berbagai kegiatan-kegiatan
khalwat dengan seorang wanita karena maksiat yang diharamkan oleh syari’at.
sesungguhnya yang ketiga adalah syaitan”. Dalam konsep ta‘a>ruf Ustad Felix Siauw,
beliau melarang adanya ta‘a>ruf yang di-
Perbuatan meninggalkan keinginan untuk lakukan sebelum adanya proses khit}bah.
melakukan perbuatan zina menjadi wajib, se- Hal ini dimaksudkan untuk lebih menjaga
hingga dengan adanya analogi tersebut, maka diri masing-masing pihak dari hal-hal
bergaul dengan seorang wanita yang bukan yang tidak diinginkan, seperti berkhalwat,
mahramnya sebelum khit}bah hukumnya adalah zina dan lain sebagainya yang dapat me-
haram. Berkhawat merupakan salah satu per- rusak keimanan dan agamnya. Konsep
buatan yang dapat menjerumuskan kepada ta‘a>ruf Ustad Felix Siauw ini sejalan de-
perbuatan zina dan ketika berkhalwat akan ren- ngan maqa>s}id asy-syari<’ah dari segi h}ifz} ad-
tan sekali dari godaan syetan, maka dari itu di<n .
berkhalwat wajib ditinggalkan. Seseorang yang
2. Ta‘a>ruf ditinjau dari maqa>s{id asy-syari<’ah
telah siap menikah pasti akan cepat-cepat
dari segi h}ifz} an-nafs (memelihara jiwa).
meng-khit}bah seseorang yang telah menjadi
Ta‘a>ruf merupakan proses menuju per-
pilihannya dan sesegera mungkin melangsung-
kawinan yang wajib dilaksanakan sese-
kan akad nikah.
orang yang akan melangsungkan per-
kawinan. Dalam ta‘a>ruf harus saling ter-
E. Ta’a>ruf dari sisi Maqa>s{id asy-syari<’ah buka antar masing-masing calon mempelai
Pendapat Ustad Felix Siauw tentang ka- dan harus didampingi dengan mahram-
pan dilakukannya ta‘a>ruf yaitu ta‘a>ruf itu hanya nya, agar lebih aman dan terjaga. Ta‘a>ruf
dilakukan setelah adanya khit}bah, yang demi- yang dilaksanakan setelah khit}bah akan
kian ini akan lebih aman dan terjaga. Sumber- lebih menjaga jiwa dan raganya, dimana
sumber informasi akan lebih jelas, karena akan akan terhidar dari perbuatan berkhalwat,
diperoleh dari orang tua calon pasangan, ke- zina atau hubungan seksual lainnya yang
luarganya dan kerabat dekatnya. Kedua calon dapat banyak menimbulkan kemadharat-
pasangan harus jujur dan terbuka ketika se- an dan penyakit. Bagi wanita yang me-
dang ta‘a>ruf, agar tidak mengecewakan pada lakukan hubungan seksual sebelum ada
nantinya, sehingga semua itu akan menimbul- ikatan yang jelas itu akan sangat merugi-
kan kemaslahatan. Proses ta‘a>ruf yang demikan kan dirinya, apabila si pria tidak bertang-

32
Q. S. Al-Isra>’ (17): 32.
33
H.R Ahmad 1/18, Ibnu Hibban (lihat S{ah}ih} Ibnu Hibban 1/435), At}-T{abrani dalam Al-Mu’jam Al-Aws}at} 2/184, dan
Al-Baihaqi dalam sunannya 7/792 no. 430.

Al-Ah}wa>l, Vol. 7, No. 1, 2014 M/1435 H 79


Robith Muti'ul Hakim

gung jawab akan membuat beban psikolo- 4. Ta‘a>ruf ditinjau dari maqa>s{id asy-syari<’ah
gis bagi wanita tersebut. Bagi pria yang me- dari segi h}ifz} al-‘aql (menjaga akal pikiran).
lakukan hubungan seksual diluar nikah Ta‘a>ruf ditinjau dari segi akal yaitu untuk
akan membuatnya ketagihan dan akan menunjukkan bahwa Islam memberikan
melakukannya terus menerus, bahkan aturan-aturan dan batasan-batasan dalam
hingga berganti-ganti pasangan. Perilaku rangka untuk menjaga dan memelihara
yang demikian itu akan banyak mem- keberlangsungan hidup manusia itu sen-
berikan madharat, seperti penyakit me- diri, sehingga akan tercipta kehidupan
nular dan lain sebagainya. yang tertib dan teratur. Konsep ta‘a >ruf
3. Ta‘a>ruf ditinjau dari maqa>s}id asy-syari<’ah menurut Ustad Felix ini dapat membuka-
dari segi h }i fz } an-nasb wa al-a’radu (me- kan akal pikiran manusia untuk memilih
melihara keluarga dan keturunan). Keter- antara ta‘a>ruf yang sesuai dengan syari’at
bukaan adalah sebagai kunci dari ta‘a>ruf, sehingga dapat menimbulkan kemaslahat-
ketika keterbukaan telah sepenuhnya di- an ataukah dengan ta‘a>r uf yang hanya
sampaikan, seperti contohnya wanita untuk bersenang-senang saja dan mem-
mempunyai penyakit ini itu atau bahkan punyai banyak madharat, seperti ta‘a>ruf
prianya yang mempunyai penyakit ini itu yang dilakukan sebelum proses khit}bah.
harus disampaikan. Selain itu juga tidak 5. Ta‘a>ruf ditinjau dari maqa>s{id asy-syari<’ah
kalah penting mengenai sesuatu atau hal- dari segi h} ifz} al-mal (memelihara harta
hal yang tidak disukai masing-masing kekayaan). Ta‘ar> uf yang dilakukan sebelum
pasangan, hal seperti ini juga harus di- khitbah (pacaran) akan banyak menguras
sampaikan. Ketika hal semacam itu sudah biaya dan harta. Kebiasaan remaja yang
disampaikan, maka tinggal menunggu melakukan pacaran banyak di antara ke-
keputusan antara melanjutkan atau mem- giatan-kegiatannya yang mengeluarkan
batalkan, tidak ada paksaan dalam ta‘a>ruf. biaya, seperti makan bersama, belanja,
Apabila melanjutkan, maka kedua calon jalan-jalan dan lain sebagainya dan semua
haruslah ridha dan ikhlas apabila terdapat itu akan sangat sia-sia apabila putus di
sesuatu kekurangan pada calonnya. Unek- tengah jalan. Berbeda ketika ta’a>ruf itu
unek dan hal-hal yang telah disampaikan dilakukan setelah khit } b ah, akan sangat
tersebut agar menjadi perhatian dan saling menghemat biaya karena sama sekali
pengertian antara pasangan suatu saat tidak mengeluarkannya. Mengeluarkan
nanti. Keterbukaan antar pasangan akan biaya memang karena untuk sarana dan
menciptakan keluarga yang sakinah, prasarana ta’a>ruf itu sendiri dan dalam
mawadah, dan rahmah yang bisa saling me- memberikan sesuatu tidak akan sia-sia
mahami kekurangan dan kelebihan pa- karena hampir dipastikan yang diberinya
sangannya, mengerti karakter dan sifat- itu adalah calon pasangannya sendiri. Bagi
sifat pasangan. Keharmonisan keluarga yang belum siap menikah lebih baik uang
akan berdampak pada kualitas hidup pa- dan hartanya ditabung sebagai bekal
sangan, sehingga dapat menghasilkan ke- ketika sudah siap menikah nanti, seperti
turunan yang baik, karena hidup dan tum- untuk membeli mahar dan kelengkapan
buh pada lingkungan yang baik. Ikatan perkawinan.
perkawinan akan sangat indah jika di-
mulai atas dasar ridha dan mencintai pa- Konsep ta’aruf tersebut sesuai dengan ajar-
sangan karena Allah. an dan hukum Islam karena memberikan suatu
kemaslahatan serta terdapat unsur pencegahan

80 Al-Ah}wa>l, Vol. 7, No. 1, 2014 M/1435 H


Konsep Felix Siauw Tentang Ta‘a>ruf antara Calon Mempelai Pria dan Calon Mempelai Wanita

dan penjagaan yang sesuai dengan maqa>s{id asy- Asmawi, Mohammad, Nikah dalam Perbin-
syari<’ah, maka dari itu konsep ini sangat tepat cangan dan Perbedaan, cet. ke-1, Yogya-
untuk diterapkan oleh para remaja dan pe- karta: Darussalam, 2004.
muda-pemudi masa kini. Namun disisi lain ter- Assegaf, Abd. Rachman, Studi Islam Kontekstual,
dapat kelemahan dari konsep ta’aruf yang Elaborasi Paradigma Baru Muslim Kaffah,
demikian ini, karena akan rentan terhadap Yogyakarta: Gama Media, 2005.
pembatalan khit}bah ketika satu sama lain tidak
Athar, Abd. Nashir Taufik al-, Saat Anda
ada kecocokan.
Meminang, alih bahasa Abu Musyrifah dan
Ummu Afifah, Jakarta: Pustaka Azzam,
F. Penutup
2001.
Konsep ta’a>ruf Ustad Felix Siauw yang
Basyir, Abu Umar, Ta’aruf Dulu Baru Menikah:
pertama adalah tidak ada interaksi ta’a>ruf (per-
Bekal Mengenal Calon Pasangan Hidup,
kenalan) antar lawan jenis sebelum adanya
Yogyakarta: Fata Media Publisher, 2008.
proses khit}bah. Kedua, menerapkan metode khit-
}b ah-ta’a > r uf, maksudnya antara khitbah dan Basyir, Ahmad Azhar, Hukum Perkawinan
ta’a>ruf saling berkaitan dan menjadi satu ke- Islam, Yogyakarta: UII Press,1999.
satuan. Ketiga, adanya pemberian edukasi dan Bukhari, Al-, S}ah}ih al-Bukhari, “Kitab an-Nika>h}”,
pembelajaran kepada calon pasangannya Beirut: Da>r al-Fikr, 1981.
pada saat ta’a>ruf. Dahlan, Abd. Rahman, Ushul Fiqh, Jakarta:
Konsep ta’a>ruf Ustad Felix Siauw ditinjau Amzah, 2010.
dari segi hukum Islam, diantaranya: meng-
Dahlan, Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi
gunakan mas}l ah }ah dan maqa >s{ id asy-syari <’ ah.
Hukum Islam, Jakarta: PT. Ikhtiar Baru,
Konsep ta’a>ruf tersebut sesuai dengan ajaran
Van Hoeve, 1997.
dan hukum Islam karena memberikan suatu
kemaslahatan serta terdapat unsur pencegahan Darajat, Zakiah, Ilmu Fiqh, Yogyakarta: Dana
dan penjagaan yang sesuai dengan maqa>s{id asy- Bhakti Wakaf, 1995.
syari<’ah., maka dari itu konsep ini sangat tepat Dawud, Sulaiman Bin Ishaq Abu, Sunan Abu>
untuk diterapkan oleh para remaja dan pe- Dawud, Beirut: Da>r al-Ma’rifah, 1971.
muda-pemudi masa kini. Namun disisi lain ter-
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-
dapat kelemahan dari konsep ta’a > r uf yang
Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: PT
demikian ini, karena akan rentan terhadap
Syamil Cipta Media, 2005.
pembatalan khit}bah ketika satu sama lain tidak
ada kecocokan. Djamaan, Nur, Fiqih Munahakat, Semarang:
DIMAS/Toha Putra Group, 1993.

DAFTAR PUSTAKA FaceBook: Ustad Felix Siauw


Abidin, Slamet dan Aminudin, Fiqih Munakahat Ghazaly, Rahman, Fiqh Munakahat, Bogor:
I, Bandung: CV Pustaka Setia, 1999. Kencana,2003.
Ahmad, Hady Mufaat, Fiqh Munakahat (Hukum Hakim, Rahmat, Hukum Perkawinan Islam cet.
Perkawinan Islam dan Beberapa Perma- ke-1, Bandung: CV Pustaka Setia, 2000.
salahannya). Jakarta: Duta Grafika, 1992. Hamid, Zahri, Peminangan Menurut Hukum
Ahmad, Zainal Abidin, Ushul Fiqih, Jakarta: Islam, Jakarta: Bina Cipta, 1987.
Bulan Bintang, 1975. Hana, Leyla, Ta’aruf, Proses Perjodohan Sesuai
Syari Islam cet. ke-1, Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo, 2012.

Al-Ah}wa>l, Vol. 7, No. 1, 2014 M/1435 H 81


Robith Muti'ul Hakim

Haryono, Bambang, “Perilaku Pacaran Muchtar, Kamal, Asas-Asas Hukum Islam


Mahasiswa Fakultas Syari’ah UIN Sunan Tentang Perkawinan, Jakarta: PT Bulan
Kalijaga (Tinjauan Maqa> s )id Asy- Bintang, 2004.
Syari<’ah)”, skripsi tidak diterbitkan, skripsi Muhammad Utsman Al-Kasyat, Problematika
Strata Satu Fakultas Syari’ah UIN Sunan Suami Istri dan Cara Mengatasinya
Kalijaga Yogyakata, 2008. Berdasarkan al-Qur’an, Sunnah, dan Sains
http://ilarizky.blogspot.com/2013/12/ Modern cet Ke-9, Surabaya: Risalah Gusti,
r e s e n s i- bu k u - h o w - t o - m a s t e r - y o u r - 2000.
habits.html?m=1 Mujib, Muhammad Abdul, Kamus Istilah Fiqih,
http://remajaislam.com/414-apa-itu-ta’aruf Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994.
http://timbunanresensi.wordpress.com/ Munawwir, Ahmad Warson, Kamus al-
2014/03/20/muhammad-al-fatih-1453- Munawwir. Surabaya: Pustaka Progressif,
by-selix-siauw/ 1997.
http://udahputusinsaja.blogspot.com/2013/ Musa, Muhammad Yusuf, Ahkam al-Ah}wa>l asy-
10/Sinopsis-Buku-Udah-Putusin-Aja- Syakhsiyyah, Mesir: Da>r al-Kutub al-‘Arabi,
karya-Ustadz-Felix-Y-Siauw.html?m=1 1956.
http://www.daftar.co/buku-felix-siauw Muslim, S{ah}ih} Muslim, “Kitab an-Nika>h”, Beirut:
http://www.mediatadulako.com/index.php/ Da>r al-Fikr, 1412 H/1992 M.
2012-10-23-17-27-33/kreativitas/ 255- Mutaqin, Cepi, “Tinjauan Hukum Islam
resensi-buku-beyond-the-inspiration Terhadap Praktek Pacaran Di Kalangan
http://www.republika.co.id/berita/dunia- Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga”, skripsi
islam/muallaf/09/03/09/41165-felix- tidak diterbitkan, skripsi Strata Satu
yanwar-siauw-dengan-islam-hidup-jadi- Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga
terarah Yogyakata, 2006.

http://www.tokobukuhanan.com/2014/03/ Muzarie, H. Mukhlisin, Kasus-Kasus Perkawinan


Buku-The-Chronicles-of-Ghazi-Sayf- Era Modern Perkawinan Wanita Hamil, Antar
Muhammad-Isa-Felix-Siauw.html?m=1 Agama, Sesama Jenis dan Teleconference cet.
ke-1, Cirebon: STAIC Press, 2010.
http://www.tokobukuhanan.com/2014/04/
Buku-Khilafah-Felix-Y-Siauw.html?m=1 Nasution, Khoiruddin, Hukum Perkawinan I,
edisi revisi, Yogyakarta: ACAdeMIA +
h ttps ://m. bu kalap ak .com /p/bu ku /
TAZZAFA, 2005.
p e n d id ik a n / p f u p - j u a l- bu k u - u d a h -
putusin-aja-karya-ustad-felix-siauw Nasution, Khoiruddin, Pengantar dan Pemikiran
Hukum Keluarga (Perdata) Islam Indonesia,
Jamal, Ibrahim Muhammad al-, Fiqh Muslimah,
Yogyakarta: ACAdeMIA + TAZZAFA,
Jakarta: Pustaka Amani, 1995.
2007.
Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Bandung:
Nurjannah, Phutut Annisa, “Pola Pergaulan
Humaniora Utama, 1991/1992.
Calon Suami Isteri Pasca Tukon Di Dusun
Kuzari, Ahmad, Nikah Sebagai Perikatan, Gambretan Dalam Prespektif Hukum
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995. Islam”, skripsi tidak diterbitkan, skripsi
Malik bin Anas, al-Muwat}t}a, Da>r al-Ihya’ al- Strata Satu Fakultas Syari’ah UIN Sunan
Kutub al-‘Arabiyyah, 1951. Kalijaga Yogyakata, 2006.

82 Al-Ah}wa>l, Vol. 7, No. 1, 2014 M/1435 H


Konsep Felix Siauw Tentang Ta‘a>ruf antara Calon Mempelai Pria dan Calon Mempelai Wanita

Qasim, Syekh Muhammad bin, Fiqih Islam Tabloid Paras, Edisi Khusus Cinta dan Per-
Terjemah Fathul Qarib, Ahli Bahasa, H. kawinan, Jakarta: September, 2004.
Muhammad Abu Bakar, Surabaya: Karya Thalib, Muhammad, 15 Tuntutan Meminang
Abditama, 1995. dalam Islam, Bandung: Irsyad Bait as-
Rahman, Asjmuni A., Qaidah-qaidah Fiqih Salam, 1999.
(Qawaid al-Fiqhiyyah), Jakarta: Bulan Thobroni, M. dan Aliyah A. Munir, Meraih
Bintang, 1976. Berkah dengan Menikah Yogyakarta:
Rasjid, Sulaiman, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Pustaka Marwa, 2010.
Lengkap), cet. XXXIV, Bandung: Sinar Baru Tim Penyusun IAIN Syarif Hidayatullah,
Algensindo, 2001. Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta:
Rasyid, Harun Ar, “Pergaulan Calon Suami Penerbit Djambatran.
Istri Pada Masa Pinangan Dalam Tirmizi, At-, Sunan at-Tirmizi, Beirut: Da>r al-
Prespektif Hukum Islam Di Dusun Fikr, 1938 M.
Onggopatran Piyungan Bantul”, skripsi
Twitter: @felixsiauw
tidak diterbitkan, skripsi Strata Satu
Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga ‘Ulwan, Abdullah Nashih, Tata Cara Meminang
Yogyakata, 2004. dalam Islam, Solo: Pustaka Mantiq, 1993.
Rofiq, Ahmad, Hukum Islam di Indonesia, cet. Wadji, Muhammad Farid, Dairah al-Ma’arif al-
ke-1, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995. Qur’an al-Isyrin, Beirut: Da>r al-Ma’rifah,
1971.
Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah 6 cet. ke-20,
Bandung: PT Al-Ma’arif, 1980. Web: http//www.felixsiauw.com
Sahrani, Sohari, Fikih Munakahat Kajian Fikih Yafie, Ali, Menggagas Fiqih Sosial cet. ke-2,
Nikah Lengkap, Jakarta: RajaGrafindo Bandung: Mizan,1994.
Persada, 2013. Yusuf, Husein Muhammad, Memilih Jodoh dan
Shobuni, M. Ali Ash, Pernikahan Islami cet. ke- Tata Cara Meminang dalam Islam, alih
1, Solo: Mumtaza, 2006. bahasa: Salim Basyarahil, Jakarta: Gema
Insani Press, 1999.
Siauw, Felix Y., Udah Putusin Aja!, Bandung:
PT Mizan Pustaka, 2013. Zahrah, Muhammad Abu, al-Ah } w al asy-
Syakhsiyyah, Da>r al-Fikr al-‘Arabi.
Syihab, M. Quraish, Untaian Permata Buat
Anakku Pesan al-Qur’an untuk Mempelai, Zuh} a ili, Wahbah az-, Al-Fiqh al-Isla > m i Wa
cet. ke- 4, Bandung: Al-Bayan, 1980. Adilatuh, Beirut: Da>r al-Fikr, 1404 H/1984.

Al-Ah}wa>l, Vol. 7, No. 1, 2014 M/1435 H 83


Arifah Milati

84 Al-Ah}wa>l, Vol. 7, No. 1, 2014 M/1435 H

Anda mungkin juga menyukai