Degree of threat
Ecosystem integrity
1. Species richness
2. Phyletic diversity
3. Number of endemic species
4. Beta diversity
5. Presence of rare/endangered species
1. The presence/absence of large blocks of
original habitat
2. The percent of remaining original habitat
3. The rate of conversion
4. Degree of degradation and fragmentation
5. Degree of protection
• Masing-masing kelompok memulai dengan data set
yang sama.
• Masing-masing kelompok menghasilkan prioritas
konservasi yang berbeda.
• Dapat ditebak (gambar A):
– Tiap group memberikan prioritas tertinggi pada RHU
dengan nilai biologis tertinggi, dan vice versa.
– Mayoritas memberikan prioritas tertinggi pada RHU
dengan status critical, diikuti dengan endangered, dst.
• Tetapi (gambar B):
– Salah satu group memberikan prioritas tertinggi pada
relatively stable juga critical.
• Penentuan prioritas berdasarkan dua faktor
(“values”) lebih mudah:
– Nilai biologis
• Area dengan nilai biologis tinggi mendapatkan
prioritas lebih tinggi untuk aksi konservasi.
– Tingkat keterancaman
• Area yang lebih terancam mendapatkan prioritas
yang lebih tinggi untuk aksi konservasi.
• Faktor yang ketiga menambah kompleksitas:
– Integritas
• Area yang lebih utuh (intact) prioritasnya lebih
tinggi.
• Menyelamatkan area yang intact sebelum menjadi
terdegradasi dan terfragmentasi.
• Derajat keterancaman dan integritas ekosistem
mempunyai konflik langsung.
– Derajat keterancaman mementingkan skala critical pada
status konservasi.
– Integritas menekankan pada skala relatively stable pada
status konservasi.
Determining what to protect:
The priority-setting process
• Helps set priorities and allows acting on
those priorities in an effective manner.
• Shaped by values, goals, and resources of
their users.
– E.g. if an organization values a certain aspect of
biodiversity, but does not have the resources to
protect it, its priority will change.
Consists of three steps: