Laporan Kajian Praktik Lapangan Mayoring Psikologi
Laporan Kajian Praktik Lapangan Mayoring Psikologi
LAPORAN
Untuk memenuhi tugas mata kuliah kajian praktik lapangan (KPL) Yang
dibimbing oleh Aji Bagus Priambodo S.Psi.,M.Psi
Oleh :
JULI 2021
HALAMAN PENGESAHAN
Aji Bagus Priyambodo, S.Psi., M.Psi Kiki Tamasari S.Psi., M.Psi., Psikolog
NIP. 198806212014041001 IPTU NRP. 91100548
Mengesahkan, Mengesahkan,
Menyetujui,
iiI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya penulis bisa menyelesaikan laporan KPL yang berjudul
“Laporan Kegiatan Magang Di Polda Jawa Timur Biro SDM Bagian Psikolo
gi ” Laporan pelaksanaan kegiatan ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah
Kajian dan Praktik Lapangan.
Terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Tak lupa ucapan
terima kasih disampaikan kepada pihak Polda Jawa Timur Bagian Psikologi Biro
SDM yang telah menerima mempersilahkan untuk terselenggaranya kegiatan
KPL. Terima kasih juga disampaikan kepada dosen pembimbing KPL yaitu
Bapak Aji Bagus Priyambodo S. Psi., M.Psi. dan juga kepada Supervisor Lapanga
n yaitu Ibu Kiki Tamalasari atas bimbingan dan pendampingan yang telah
diberikan selama ini.
Laporan KPL ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
diperlukan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan
KPL ini. Semoga laporan KPL ini dapat dijadikan acuan tindak lanjut kegiatan
KPL selanjutnya dan bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
iiI
DAFTAR ISI....................................................... Error: Reference source not found
BAB I PENDAHULUAN................................... Error: Reference source not found
1.1 Profil Lembaga..................................... Error: Reference source not found
1.2 Visi misi.................................................................................................... 2
1.2.1 Visi.....................................................................................................2
1.2.2 Misi.................................................................................................... 2
1.3 Struktur Organisasi....................................................................................2
1.3.1 Struktur Organisasi Biro SDM Polda Jatim.......................................2
1.3.2 Struktur Organisasi Bagian Psikologi................................................3
1.4 Jobdesk Biro Sumbr Daya Manusia Bagian Psikologi..............................4
1.4.1 Kepala Bagian Psikologi....................................................................4
1.4.3 Sub Bagian Psikologi Polisi...............................................................4
1.4.4 Sub Bagian Psikologi Personel..........................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................Error: Reference source not found
2.1 Rekrutmen..................................................Error: Reference source not found
2.1.1 Definisi Rekrutmen.............................Error: Reference source not found
2.1.2 Tujuan Rekrutmen................................................................................. 13
2.2 Assesent........................................................................................................ 14
2.2.1 Definisi Assesment.................................................................................14
2.2.2 Tujuan Assesment................................Error: Reference source not found
2.3 Pengembangan Sumber Daya Manusia........................................................16
2.3.1 Definisi Pengembangan Sumber Daya Manusia................................... 16
2.3.2 Fungsi M enejemen Sumber Daya Manusia..........................................17
2.3.3 Metode Pengembangan Sumber Daya Manusia....................................20
BAB III PELAKSANAAN KEGITAN.............................................................. 23
3.1 Rekrutmen Anggota Polri.............................................................................23
3.2 Pengembangan Sumber Daya Manusia........................................................23
3.2 Tes Psikologi Calon Pemegang Senpi..........................................................24
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 25
4.1 Kesimpulan ..................................................................................................26
4.2 Saran.............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................27
LAMPIRAN..........................................................................................................28
iv
BAB I
Deskripsi Lembaga
1
1.2 Visi dan Misi Organisasi
1.2.1 Visi
Terwujudnya postur Polda Jatim yang profesional, bermoral, dan
modern sebagai pelindung, pengayom serta pelayan masyarakat yang
terpercaya dalam memelihara Kamtibnas dan menegakkan hukum.
1.2.2. Misi
1. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada
masyarakat (meliputi security, surety, safety and peace) sehingga
masyarakat terbebas dari gangguan fisik maupun psikis.
2. Memberikan bimbingan kepada masyarakat melalui upaya preemtif dan
preventif yang dapat meningkatkan kesadaran dan kekuatan serta
kepatuhan hukum masyarakat (law abiding citizenship).
3. Menegakkan hukum secara profesional dan proporsional dengan
menjunjung tinggi supremasi hukum dan hak asasi manusia menuju
kepada adanya kepastian hukum dan rasa keadilan.
4. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat dengan tetap
memperhatikan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam
bingkai integritas wilayah hukum Polda Jatim.
5. Mengelola profesionalisme sumberdaya manusia dengan dukungan
sarana prasarana serta meningkatkan upaya konsolidasi dan soliditas
Polda Jatim untuk mewujudkan keamanan di wilayah Jawa Timur
sehingga dapat mendorong meningkatnya gairah kerja guna mencapai
kesejahteraan masyarakat.
2
Bagian Psikologi (Bagpsi) merupakan salah satu unsur pelaksana
pada Biro Sumber Daya Manusia (SDM) yang berada dibawah naungan
Karo SDM Polda Jatim. Bagian Psikologi ini memiliki tugas dalam
melakukan pembinaan dan penyelenggaraan fungsi psikologi yang meliputi
Psikologi Kepolisian dan pelayanan Psikologi Personel dalam rangka
pembinaan personel polri, mendukung pelaksanaan operasi Kepolisian.
Bagpsi dipimpin oleh Kepala Bagian Psikologi atau biasa disebut dengan
istilah Kabagpsi yang bertanggung jawab kepada Karo SDM. Didalam
Bagian Psikologi, terdapat dua subbagian yang terdiri dari Subbagian
Psikologi Personel (Psipers), dan Subbagian Psikologi Kepolisian (Psipol).
Subbagian Psipers bertugas untuk membantu Kabagpsi dalam
melakukan pengelolaan dan mengkoordinir dalam menyelenggarakan
seleksi psikologi yang meliputi seleksi Diktuk (PPSS, Catar, Caba, Intelsus,
PNS), dan Seleksi Dikbang (Sespim, Selapa, PTIK, Setukpa, Dikbangspes).
Subbag Psipers juga bertugas dalam menyelenggarakan klasifikasi Psikologi
pada calon anggota intel dan reserse, calon pemegang senjata api, penugas
an khusus dan mutasi jabatan. Selain itu, Subbag Psipers juga bertugas menjag
a kesejahteraan mental personel seperti melakukan pemeriksaan psikologis dan ko
nsultasi anggota maupun siswa yang bermasalah, melakukan pelatihan dan pengaja
ran psikologi serta melakukan pembinaan dan ceramah psikologi.
3
1.3.2 Struktur Organisasi Bagian Psikologi
4
f) Mewakili Kepala Biro SDM sesuai perintah atau pada saat
berhalangan.
g) Menghadiri dan berperan aktif dalam rapat koordinasi teknis
psikologi Polri.
h) Memeriksa, merevisi, dan menyetujui semua hasil atau produk
Bagian Psikologi.
i) Bertanggung jawab atas semua hasil atau produk Bagian Psikologi.
j) Berperan aktif sebagai psikolog.
k) Berperan aktif sebagai Assessor Polda Jatim.
Bagian psikologi di Biro SDM Polda Jatim memiliki dua sub bagian
yaitu psikologi Kepolisian dan psikologi personel. Pada dasarnya, bagian
psikologi dibawahi langsung oleh Kepala Biro Sumber Daya Manusia.
Beberapa tugas dari masing-masing sub bagian sebagai berikut :
5
1.4.3 Sub Bagian Psikologi Personel
Subbag Psipers merupakan unsure pembantu pimpinan dan
pelaksana staf bidang Psikologi Personel pada Bag Psikologi Biro SDM
Polda Jatim. Subbag Psipers dipimpin oleh Kasubbag Psipers berpangkat A
KP.
a. Melakukan pemeriksaan psikologi untuk giat penerimaan anggota
Polri (Akpol, SIPSS, Bintara, Tamtama Polri).
b. Melakukan pemeriksaan psikologi untuk giat seleksi pendidikan
pengembangan Polri antara lain Sekolah Inspektur Polisi (SIP),
Sekolah Staf dan Pimpinan Pertama (Sespimma Polri), Sekolah Staf
dan Pimpinan Menengah (Sespimmen Polri), Seleksi Alih Golongan
(SAG) dari Bintara ke Perwira Polri.
c. Melakukan tes psikologi bakat minat anggota Polri
d. Melakukan assesmen untuk jabatan tertentu di lingkungan Polri
e. Melakukan pemeriksaan psikologi bagi calon atau pemegang senpi
organik Polri
f. Melakukan konseling psikologi pra nikah kepada anggota Polri
g. Melakukan konseling psikologi pra nikah kepada anggota Polri
h. Melakukan konseling psikologi rujuk cerai kepada anggota Polri
i. Melakukan konseling psikologi kepada anggota bermasalah
6
d) Mengkoordinasikan pelaksanaan evaluasi psikologi terhadap
calon pemegang senpi organik Polri
e) Mengkoordinasikan dan melaksanakan konsultasi psikologi bagi
personel Polri/PNS dan keluarganya
f) Mengkoordinasikan dan melaksanakan pengajaran, penyuluhan
dan ceramah psikologi baik dalam rangka pendidikan maupun
pengembangan diri anggota Polri dan keluarganya.
7
3) PAUR Subbag Psipers
a) Menyiapkan administrasi dan perlengkapan pelaksanaan
pemeriksaan psikologi dalam rangka seleksi penerimaan anggota
Polri ditingkat Polda
b) Menyiapkan administrasi dan perlengkapan pelaksanaan
pemeriksaan psikologi dalam rangka seleksi pendidikan
pengembangan anggota Polri/PNS
c) Menyiapkan administrasi dan perlengkapan pelaksanaan evaluasi
psikologi dalam rangka klasifikasi atau mapping atau assesmen
personel guna pembinaan karir anggota Polri/PNS Polri
d) Menyiapkan administrasi dan perlengkapan pelaksanaan evaluasi
psikologi terhadap calon pemegang senpi organik Polri
e) Menyiapkan administrasi dan melaksanakan konsultasi psikologi
bagi personel Polri/PNS dan keluarganya
f) Menyiapkan administrasi dan melaksanakan pengajaran,
penyuluhan dan ceramah psikologi baik dalam rangka pendidikan
maupun pengembangan diri anggota Polri dan keluarganya.
10
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 rekrutmen
11
diskualifikasi karena alasan yang tidak tepat, sehingga di dalam
proses ini dibutuhkan kecermatan dari pihak penyaring.
12
2.1.2 Tujuan rekrutmen
13
Diknas, Disdukcapil, IDI, HIMPSI, Akademisi, Guru Olahraga, Tokoh
Masyarakat, Tokoh Adat, LSM, Media Massa untuk
mengawasi/menyaksikan pelaksanaan setiap tahapan seleksi secara ketat,
terus menerus, transparan.
2.2 Assesment
14
yang dilakukan adalah wawancara klinis. Yang membedakan wawancara
klinis dan wawancara lainnya adalah pada wawancara klinis diakhir ada
kesepakatan untuk bekerjasama demi kebaikan klien. Setelah observasi,
wawancara klinis dan psikotes dilakukan (informasi yang diperlukan telah
terkumpul), maka psikolog dapat menyusun laporan.
Menurut Sunardi & Sunaryo (2006) tujuan asessment secara umum asesmen
dikatakan:
15
yang dapat memberi pengertian yang lebih luas tentang fungsi-
fungsi psikologi.
16
keterbelakangan dan hambatan-hambatan di berbagai bidang, baik
bidang ekonomi, politik, maupun sosial budayanya.
1) Perencanaan
17
pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan, kompensasi,
pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhentian
karyawan. Program yang baik akan membantu tercapainya tujan
perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
2) Pengorganisasian
3) Penyusunan staf
4) Kepemimpinan
5) Pengendalian
6) Pengembangan
18
pendidikan daan pelatihan. Penidikan pelatihan yang diberikan harus
sesuai dengan kebutuhan pekerjaan masa kini maupun masa depan.
7) Kompensasi Kompensasi
8) Pengintegrasian
9) Pemeliharaan
10) Kedisiplinan
19
kesadaran untuk mentaaati peraturan-peraturan perusahaan dan
norma-norma sosial.
11) Pemberhentian
1) Metode Pelatihan
20
pendidikan jangka pendek yang meggunakan prosedur sistematis dan
teroganisir di mana karyawan non-managerial mempelajari
pengetahuan dan ketrampilan teknis dalam tujuan terbatas.
2) Metode Pengembangan
a. Pembekalan (Coaching)
21
3) Metode Motivasi
2.4 Konseling
22
hakekat psikologi konseling dan konseling yang dilihat dari perspektif
helping relationship.
3. Dilihat dari teori atau konsep, konseling bertolah dari teori-teori atau
konsepkonsep psikologis
23
pertumbuhan pribadi dan penyesuaian diri serta pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan.
24
Dari berbagai rumusan definisi-definisi yang dikemukakan terdapat beberapa
kesamaan. Kesamaaan tersebut menyangkut ciri-ciri pokok konseling yaitu
sebagai berikut :
25
5) Konseling merupakan suatu proses belajar terutama bagi klien
untuk mengembangkan perilaku baru dan membuat pilihan, keputusan
sendiri (autonomous) kearah perubahan yang dikehendaki.
Dengan beberapa rumusan definisi dan ciri-ciri pokok konseling maka dapat
disimpulkan bahwa konseling merupakan suatu proses bantuan secara profesional
antara konselor dan klien yang bertujuan membantu individu (klien) dalam
memecahkan masalahnya agar individu dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya sesuai potensi atau kemampuan yang ada pada dirinya. Cavanagh
dan Levitov (2002) menyimpukan bahwa dari 36 definisi konseling, konseling
memiliki 4 komponen utama, yakni hubungan, masalah, tujuan, dan treatment.
1. Hubungan
2. Masalah
3. Tujuan
26
Tujuan konseling bervariasi sesuai dengan orientasi teoritis dan
masalah konseli. Beberapa teori menekankan pada perubahan kognisi dan
pemahamna, teori lainnya menekankan pada perubahan emosi dan perilaku,
dan ada juga teori yang bertujuan pengembangan dan pertumbuhan
individu. Terdapat pendekatan konseling fokus secara langsung pada proses
belajar dengan fokus utama mengubah perilaku yang maladaptif dengan
perilaku yang adaptif, tetapi secara umum, berbagai pendekatan tersebut
fokus pada salah satu dibawah ini:
b. Perkembangan kepribadian
4. Treatment
27
dikarenakan didasarkan pada pengetahuan khas, menerapkan suatu teknik
intelektual dalam suatu pertemuan khusus dengan orang lain (klien) agar
klien tersebut dapat lebih efektif menghadapi dilema,
pertentanganpertentangan atau konflik yang terjadi dalam dirinya. Keunikan
ini tercermin pada kekhususan karakteristik yang terjadi antara konselor dan
klien. Kekhususan ini dapat dilihat dari sasaran yang dibantu oleh konselor,
metode hubungannya dan masalah yang dihadapi oleh klien.
28
Selain itu menurut Cappuzzi dan Gross (1991) mengartikan bahwa
hubungan membantu merupakan beberapa individu bekerja bersama untuk
memecahkan apa yang menjadi perhatiannya atau masalahnya dan/atau
membantu perkembangan dan pertumbuhan salah seorang dari keduanya.
29
BAB III
Tahap tahapan kegiatan antara lain : Mulai dari penerimaan atau seleksi ber
kas, pemeriksaan administrasi peserta, tes kesehatan, psikotes, tes akademik, kesam
aptaan dan jasmani hingga proses pengumuman kelulusan semua dalam pengawasa
n. Dan kami sebagai mahasiswa yang melaksanakan KPL magang, kemarin mengik
uti salah satu proses seleksi anggota polri yaitu tes wawancara psikologi tahap 2. ke
giatan ini berlangsung di Graha Unesa Lantai 3 mulai tanggal 1 Juli hinggal 7 Juli 2
021. adapun tahap tahap pelaksanaan kegiatan tes wawancara tahap 2 anggota polri
yang dilaksanakan antara lain. Mulai dari pukul 06.00 peserta seleksi sudah mulai
mengisi lembar inventori,RH dan juga Tes kepribadian. Dan pada pukul 08.00 - sel
esai adalah pelaksanaan wawancara yang dilaksanakan oleh seluruh anggota polri y
ang terlibat dalam melaksanakan wawancara.
30
Peserta KPL dalam kegiatan itu membantu administrasi dalam pelaksanaan
kegiatan. Misalnya menyiapkan RH, inventori dan Tes Kepribadian sebelum pelaks
anaan wawancara dan peserta KPL juga mengumpulkan kembali hasil wawancara y
ang telah dilaksanakan untuk di kelompokan mana peserta yang tidak memenuhi sy
arat dan mana peserta yang memenuhi syarat. Peserta yang tidak memenuhi syarat a
kan dipertimbangkan lagi dalam sidang integrasi yang dilakukan setelah kegiatan w
awancara. Wawancara ini berlangsung kurang lebih 7 hari.
Selama proses perekrutan, dalam hal ini proses wawancara psikologi tahap
dua untuk calon anggota polri, mahasiswa mendapatkan banyak pengalaman dari
anggota polri yang melaksanakan wawancara. Salah satunya mahasiswa
mendapatkan pembelajaran tentang dalam melaksanakan perekrutan, itu tidak
sembarangan wawancara atau tidak sembarangan merekrut saja namun dalam hal
ini perekrut harus menguasai terlebih dahulu mengenai pedoman wawancara agar
perekrut juga mengetahui orang orang sepeti apa yang dibutuhkan lembaga atau
perusahaan.
Dalam kegiatan yang disebutkan di atas, ada beberapa kegiatan yang mahasi
swa berkontribusi di dalamnya atau ikut serta dalam kegiatan tersebut. Misalnya pe
mbekalan kesehatan mental, pembekalan e-mental dan pemberian pelatihan seperti
brain gym. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada
anggota polri terhadap pentingnya menjaga kesehatan mental dan pentingnya meng
ontrol emosi dan juga stres ketika bekerja.
31
Metode pelaksanaannya adalah dengan bentuk pelatihan, dimana pemberi m
ateri memaparkan materi tentang pentingnya menjaga kesehatan mental dan juga pe
ntingnya menjaga emosi dan stres ketika bekerja. Untuk pemberian pelatihan sepert
i brain gym, itu metodenya dengan bentuk praktek atau langsung di peragakan tujua
nnya dilaksanakan brain gym ini agar personel tidak bosan dalam bekerja dengan k
ata lain brain gymini dapat dilakukan di sela sela waktu bekerja atau sembari istraha
t.
Kegiatan ini termasuk kegiatan yang rutin dilaksanakan. Kegiatan ini bukan
hanya dilaksanakan di ruang tes psikologi Biro SDM saja. Namun biasanya juga di
laksanakan bersamaan dengan kegiatan psikologi terpadu (pembekalan kesehatan m
ental). dan Tes psikologi untuk calon pemegang senpi ini bukan untuk anggota Polri
saja, namun ada juga calon pemegang senpi untuk satpam, anggota perbakin, polhut
dll ini dinamakan senpi non organik. Calon Pemegang senpi diharuskan mengerjaka
n tes psikologi antara lain : Tes kepribadian, Tes Kecakapan Kerja dan juga ada beb
erapa soal yang berada di Google Form. Tujuan dari dilaksanakan Tes psikologi Cal
on pemegang senpi ini adalah tidak lain untuk mengetahui kepribadian dari orang c
alon pemegang senpi baik itu dari kehidupan sosialnya, keluarganya maupun meng
ukur sejauh mana para Anggota Polri siap secara emosional dalam memegang senja
ta api ketika berada di lapangan.
32
ro SDM Polda, lebih tepatnya di Bagian Psikologi. Setelah peserta melaksanakan te
s, semua lembar jawaban peserta yang sudah direkap perhari diserahkan kepada sub
bagian psikologi personel untuk kemudian diinput datanya dan dievaluasi oleh psik
olog yang bertugas.
Kegiatan ini termasuk dalam kegiatan rutin Bagian Psikologi Biro SDM
Polda Jawa Timur, dan tentunya dalam kegiatan rutin ini mahasiswa rutin juga ikut
andil dalam kegiatan ini. Tentunya pembelajaran yang di dapatkan oleh mahasiswa
juga banyak. Misalnya mahasiswa yang tidak pernah praktek mengenai alat tes, di
Bagian Psikologi Biro SDM di berikan kesempatan untuk melaksanakan praktek
alat tes langsung. Selain itu, Mahasiswa yang pengetahuan tentang skoring alat tes
masih kurang, di Bagian Psikologi Biro SDM Polda Jatim di ajarkan. Kemudian
mahasiswa jadinya lebih mengenal beberapa alat tes dan fungsinya.
Kegiatan ini tesmasuk juga dalam kegiatan rutin yang dilaksanakan Subbag
Psikologi Kepolisian.
33
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Setiap organisasi atau lembaga pasti ada hal yang menjadi bahan evaluasi. P
ada Bagian Psikologi Biro SDM Polda Jatim hal yang kiranya harus diperbaiki adal
ah cara mengembangkan Sumber Daya Manusianya atau cara Mengembangkan Per
sonelnya. Apabila ada anggota yang bermasalah di harapkan kepada pemberi konsel
ing untuk menerapkan program intervensi terapi interpersonal berbasis konseling pa
da anggota bermasalah tersebut. Tujuannya adalah ketika diberikan terapi interpers
34
onal atau terapi individu di harapkan kepada anggota yang bermasalah tersebut agar
bisa memahami permasalahannya dan diharapkan kepada konselor agar lebih bisa f
okus terhadap masalah dan lebih fokus terhadap pemberian solusi kepada konseli.
Untuk lebih jelasnya agar lembaga menjalankan program tertentu seperti yang suda
h di tuliskan di bagian lampiran.
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, Soli dan Manrihu, Thayeb. 1996. Tehnik dan Laboratorium Konseling.
Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.
Ambar T. Sulistiyani dan Rosidah,(2003), Manajemen Sumber Daya Manusia,
Yogyakarta: Graha Ilmu,
Brammer, L.M dan Shostrom, E.L. 1982. Therapeutic Psychology: Fundamental of
Counseling and Psychoterapy: Fourth Edition. New Jersey: Prentice Hall Inc.
Capuzzi, D., dan Gross, D.R. 1991. Introduction to Counseling. Needham Heights:
Allyn and Bacon
Cavanagh, Michael & Levitov, Justin. 2002. The Counseling Experience, A
Theoritical and Practical Approach. Illionis: Waveland Press Inc
Elga Spthinna. (2013). Proses Rekrutmen Sumber Daya Aparatur Dinas Pendidikan
(Studi Kasus Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang). Jurnal Administrasi
Bisnis.
Gibson, R.L & M.H. Mitchell. 2003. Introduction to Counseling and Guidance; 6 th
edition. Englewood Cliffts New Jersey: Merrill, Prentice Hall.
Hendy Surya Wijaya. (2017). Proses Rekrutmen Dan Seleksi pada PT. Pacific Jaya
Persada. Jurnal Agora vol. 5, no. 1, (2017).
Hendy Suryawijaya. (2017). Proses Rekrutmen Dan Seleksi ada PT. Pacific Jaya
Persada. Jurnal Agora vol. 5, no. 1, (2017).
Heru Soesanto. (2015). Proses Rrekrutmen dan Seleksi Pada PT. Berkat Sejati Jaya.
(e-Journal) Volume 3, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346).
35
Heru Soesanto. (2015). Proses Rrekrutmen dan Seleksi Pada PT. Berkat Sejati
Jaya. (e-Journal) Volume 3, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346).
Indonesia, H. P. (2010). Kode etik psikologi Indonesia. Jakarta: HIMPSI.
Latipun. 2004. Psikologi Konseling. Malang: UMM Press.
Mappiare, Andi. 2002. Pengantar Konseling dan Psikloterapi. Jakarta: PT. Rajawali
Grafindo Persada
Mappiare, Andi. 2006. Kamus Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT. Rajawali
Grafindo Persada.
Penyusun, T., Lestari, M. D., Vembriati, N., Widiasavitri, P. N., Wilani, N. M. A.,
Astiti, D. P., ... & Marheni, A. PSIKOLOGI KLINIS.
Rosjidan. 1994. Modul Pengantar Wawancara Konseling. Malang: PPB FIP
IKIPMalang
Samsudin, Sadali,(2010), Manajamen Sumber Daya Manusia. (edisi ketiga).
Bandung: PT. Pustakaka Setia,
Surya, M. 2003. Psikologi Konseling. Bandung: C.V. Pustaka Bani Quraisy.
Wulan, A. R. (2007). Pengertian dan esensi konsep evaluasi, asesmen, tes, dan
pengukuran. Jurnal, FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Dokumentasi Kegiatan KPL
36
Gambar 1
Pendampingan Pelaksanaan Mapping untuk anggota Perwira dan Bintara
Gambar 2
Pendampingan Konseling Tahanan
Gambar 3
Pelaksanaan Kegiatan Pembekalan E-mental, Kesehatan Mental Dan Pembari
an Brain gym bagi anggota Bintara baru
37
Gambar 5
Pelaksanaan Konseling E-mental bagi anggota yang bermasalah
Gambar 6
Pelaksanaan Tes Psikologi Bagi Calon Pemegang Senpi
Gambar 7
Pendampingan Pengambilan data pelaksanaan penerimaan bintara dan tamta
ma
38
RANCANGAN PROGRAM
INTERVENSI UNTUK ANGGOTA POLRI YANG BERMASALAH
A. Latar Belakang
Polisi merupakan alat Negara yang mempunyai tugas utama menjaga
keamanan dan ketertiban masyarakat. Dalam Pasal 5 ayat (1)
UndangUndang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia dinyatakan Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI)
merupakan lembaga eksekutif dalam hal menjaga keamanan Negara, serta
alat Negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat, menegakan hukum, serta memberikan perlindungan,
pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya
keamanan dalam negeri. Adapun tugas pokok POLRI berdasarkan Pasal 13
Undang-Undang Kepolisian adalah memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat, menegakan hukum, serta memberikan perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
POLRI dalam menyelenggarakan dan melaksanakan tugas dan
fungsinya juga harus berdasarkan legitimasi hukum yang berlaku. Fungsi
utama dari polisi adalah menegakkan hukum dan melayani kepentingan
masyarakat umum. Dapat dikatakan bahwa tugas polisi adalah melakukan
pencegahan terhadap kejahatan dan memberikan perlindungan kepada
masyarakat. Oleh karena itu Polisi disebut sebagai hukum yang hidup
Berdasarkan perincian tugas-tugas polisi sebagaimana yang tertera
diatas, tugas untuk mencapai dan memelihara ketertiban merupakan tugas
pokok yang harus dilakukan oleh polisi. Persoalan mulai timbul pada saat
dipertanyakan dengan cara bagaimanakah tujuan tersebut akan dicapai.
Ternyata pekerjaan kepolisian tersebut hanya boleh dijalankan dengan
mengikuti dan mematuhi berbagai pembatasan tertentu. Salah satu dari
pembatasan-pembatasan tersebut adalah hukum. Polisi ditugasi untuk
menciptakan dan memelihara ketertiban dalam kerangka hukum yang
berlaku
Namun kembali pada hakikatnya bahwa anggota polri adalah manusia
biasa yang bisa sewaktu waktu mendapatkan cobaan yang datang dari mana
saja. Baik itu dari pekerjaan, keluarga maupun masalah pribadi. Dalam menj
alankan tugas, tentunya banyak masalah yang dapat terjadi ketika seorang an
ggota polri dalam keadaan pikirannya terganggu. dia menjadi seakan tidak fo
kus dengan kerjaannya yang membuat kerjaannya menjadi berantakan dan a
kibat paling buruknya membuat dia diberhentikan secara tidak hormat oleh p
impinan. Adapun masalah masalah yang bisa terjadi di anggota polri antara l
ain : (1) masalah keluarga. Baik itu perselinguhan, KDRT ataupun penelanta
ran keluarga. (2) masalah narkoba. Baik itu Menjadi pengguna yang beresiko
diberhentikan sementara untuk menjalani masa rehabilitasi ataupun pengedar
yang beresiko akan kehilangan pekerjaannya.
Di Kepolisian sendiri, kasus tersebut dapat dikatakan bahwa perilaku
anggota tersebut telah melanggar kode etik kepolisian. Dalam kepolisian,
39
ketika terdapat anggota yang melanggar etik profesi, maka ia akan
mendapatkan tindakan disiplin dan atau hukuman disiplin. Tindakan
pelanggaran disiplin pada anggota polri dapat berupa 1). Teguran tertulis, 2).
Penundaan mengikuti pendidikan paling lama 1 (satu) tahun, 3). Penundaan
kenaikan gaji berkala, 4). Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama 1
(satu) tahun, dan 5). Mutasi yang bersifat demosi. Pemberian tindakan
disiplin dan atau hukuman disiplin kepada anggota yang melanggar memang
diperlukan agar anggota tidak mengulangi pelanggaran tersebut. Namun,
pemberian hukuman saja dirasa tidak cukup, perlu setidaknya diberikan
pendampingan psikologis kepada anggota yang melanggar atau anggota yang
bermasalah
B. Kajian teori
Menurut Klomek, Zalsman, dan Mufson (2007) Psikoterapi
Interpersonal merupakan intervensi berupa psikoterapi baru yang
dikembangkan dan telah terbukti efektif untuk menangani permasalahan
klinis, termasuk dalam kasus depresi. IPT sangat cocok untuk permasalahan
yang terkait dengan konflik interpersonal seperti perceraian, kekerasan
dalam rumah tangga, konflik berkepanjangan baik antara suami istri
maupun anak dan orang tua. Glasser menyatakan bahwa pada dasarnya
setiap manusia memiliki kebutuhan salah satunya adalah kebutuhan
psikologis yang akan terus menerus hadir sepanjang kehidupan manusia.
Sehingga, ketika seorang individu mengalami masalah, Glasser meyakini
bahwa hal tersebut disebabkan karena terhambatnya pemenuhan kebutuhan
psikologis seseorang. Daud (2019) menyatakan bahwa ketika kebutuhan-
kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi, hal tersebut disebabkan karena
adanya penyangkalan terhadap kenyataan yang dihadapi manusia.
IPT dikembangkan untuk penanganan depresi dan kemanjuran terapi
ini didukung oleh hasil uji coba dalam jumlah skala besar. IPT terbukti
efektif untuk menangani kasus depresi dengan pasangan, gangguan bipolar,
gangguan makan, dan depresi. Dalam The International Society for
Interpersonal Psychotherapy, IPT dikatakan sebagai terapi yang sederhana
namun menjanjikan (Niaz, 2003). Oleh sebab itu, diharapkan dengan
meningkatnya kemampuan interpersonal pada perempuan korban kekerasan
dan pelaku kekerasan, maka mereka akan mampu mengatasi gejala depresi
yang dirasakan serta meningkatkan keterampilan komunikasi subjek,
sehingga secara tidak langsung akan mempersempit konflik interpersonal
yang dialami, khususnya dalam rumah tangga.
C. Rancangan Program
1. Nama Program
Intervensi berbasis terapi interpersonal untuk anggota
bermasalah di Polda Jatim
2. Bentuk Kegiatan
Konseling
40
3. Tujuan
Pemberian intervensi ini bertujuan untuk :
1. Membantu klien agar berani bertanggung jawab dan mau
menerima resiko apapun dari perilaku yang telah ia lakukan
2. Menolong klien agar mampu mengurus dirinya sendiri
3. Membantu klien mengembangkan rencana-rencana dalam
mencapai tujuannya
4. Menanamkan nilai-nilai agar klien memiliki keinginan
untuk mengubah dirinya sendiri
5. Terapi ditekankan agar klien dapat menjadi pribadi yang
disiplin dan bertanggung jawab terhadap kesadaran diri
sendiri.
4. Peserta
Anggota polri yang bermasalah
5. Metode Pelaksanaan
Terapi dan konseling
6. Materi yang diberikan
Materi yang akan dibahas oleh konseli/terapis pada program
ini adalah sebagai berikut:
a. Membangun relasi
b. Menggali permasalahan
c. Personalisasi
d. evaluation
7. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu : Kondisional
Tempat : Polda Jatim
8. Tahapan Pelaksanaan
Tabel 1. Tahapan Pelaksanaan Program
Hasil yang
Sesi Rincian Kegiatan Materi Metode
diharapkan
Sesi Pada sesi ini, terapis aka Membangun Konseling agar klien dapat
1 n membangun relasi de relasi mempercayai tera
ngan klien pis sebagai tempa
t menceritakan m
asalahnya, agar kl
ien juga percaya b
ahwa terapis tidak
akan membocork
an permaslahanny
a kepada orang lai
n, dan agar klien l
ebih terbuka dala
m mencurahkan i
41
si hatinya kepada
terapis.
Sesi Pada sesi ini, terapis Menggali pe Konseling - Terapis/
2 akan menanyakan secara rmasalahan konselor dapat
spesifik kepada klien mengenali
mengenai apa saja yang secara
dilakukan klien. meyeluruh
bagimana cara pandang mengenai
klien. Terapis juga akan perilaku,
membicarakan pikiran, emosi
mengenai apa tujuan klien.
mereka dan apa yang
akan mereka lakukan,
serta kearah mana hidup
mereka akan berjalan
dengan perilaku yang
ditunjukkan saat ini. .
Sesi Pada tahap ini terapis m personalisai Konseling - klien menyadari
3 emberikan stimulus terh permasalahan
adap klien untuk membu dan bertanggung
at si klien menyadari ba jawab untuk
hwa apa yang dilakukan menyelesaikan
nya salah dan membuat - Klien mampu
si klien merasa bertangg memahami
ung jawab atas perbuata keadaan lack of
nnya psychological
strength serta
merumuskan
tujuan untuk
mengatasinya.
Sesi Tahap evaluasi Evaluation Konseling - Klien dapat
4 merupakan inti dari menilai sendiri
terapi ini. Pada tahap terkait
ini, klien diminta untuk perilakunya
membuat penliaian - Klien dapat
tentang apa yang telah mengetahui
mereka lakukan konsekuensi
berdasarkan nilai yang apa dari
berlaku. Pada tahap ini, perilaku yang
terapis juga bisa dilakukan
mengkonfrontasi klien
mengenai konsekuensi
dari perilakunya.
Terapis juga dapat
42
menanyakan apakah
perilaku yang dilakukan
klien dapat
membantunya untuk
mengatasi
permasahaannya. Disini,
terapis tidak berfungsi
untuk menilai salah
benar perilaku klien,
tapi membimbing klien
untuk dapat menilai
perilakunya.
9. Metode Evaluasi
Setelah dilakukan konseling, konselor/terapis kemudian akan melakukan
proses evaluasi untuk melihat apakah terdapat perubahan perilaku
setelah dilakukannyaa konseling. Selain itu, konselor/terapis juga
menilai apakah rencana yang akan dilakukan klien dilakukan atau tidak.
Proses penilaian dan evaluasi ini dilakukan dengan menggunakan form
penilaian.
MATERI SESI I
Durasi : Kondisional
43
Metode : konseling (konseling pribadi/individu)
Deskripsi pelaksanaan :
Peralatan :
1. Alat tulis
2. Panduan pelaksanaan
Prosedur Pelaksanaan :
1. Konselor membangun relasi dengan cara menanyakan hal hal kecil kepada
klien. Misalnya nama klien, asal klien dll
Refleksi : Dengan adanya relasi yang baik diharapkan klien dapat lebih perca
ya terhadap terapis
MATERI SESI II
Durasi : konsidisional
Deskripsi pelaksanaan :
Peralatan :
1. Alat Tulis
2. Panduan Pelaksanaan
Durasi : kondisional
44
Metode : konseling
Deskripsi pelaksanaan :
Peralatan :
1. Alat Tulis
2. Panduan Pelaksanaan
Refleksi : klien mampu memahami perbuatan yang dia lakukan atau klien ma
mpu memahami bahwa di setiap masalah pasti ada jalan keluarnya
MATERI SESI IV
Tujuan : evaluasi
Durasi : konsisional
Metode : konseling
Deskripsi Pekerjaan :
Peralatan :
1. Alat Tulis
2. Panduan Pelaksanaan
Refleksi :
1. Agar klien tau hal apa yang harus diperbuatnya selepas terapi ini
2. Konselor juga mengetahui hal apa yang harus dikembangkan ketika melaksana
kan konseling selanjutnya.
45
46