Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

PT. ADI SATRIA ABADI


BIDANG KESEHATAN KERJA, KELEMBAGAAN
& KEAHLIAN, DAN SMK3

PEMBINAAN CALON AHLI K3 UMUM

KELOMPOK 4

1. Andi Nur Ifrah Ahmad, SE., MM


2. Ardiansyah, S.T
3. Gally Gepzy, S.T
4. Muhamad Samodro Abdulrohiim, S.Si
5. Fitri Amelia, S.Psi

PT. Adi Satria Abadi


Yogyakarta, 16 Juni 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT atas segala rakhmat dan
karunia-Nya sehingga laporan praktik kerja lapangan ini dapat terselesaikan.
Laporan ini disusun berdasarkan hasil kunjungan lapangan pada PT. Adi Satria
Abadi yang sebagai salah satu syarat kelulusan dalam pelatihan calon Ahli K3
Umum. Selama pelatihan, pelaksanaan PKL dan penyusunan laporan,
penyusun telah mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, terkait hal tersebut,
kami menyampaikan ucapan terimakasih yang mendalam kepada:
1. Seluruh Staf PT. Adi Satria Abadi yang telah memberikan izin untuk
melakukan kegiatan kunjungan lapangan.
2. Rekan-rekan peserta pelatihan Ahli K3 Umum tahun 2022 Yogyakarta yang
telah mampu menjaga suasana pelatihan yang kondusif dan dapat
mewujudkan kerjasama yang baik.
Penyusunan laporan ini dikerjakan dalam kurun waktu yang relatif
singkat, sehingga sangat wajar apabila masih banyak kekurangannya. Akhir kata,
penyusun berharap semoga laporan ini dapat memenuhi syarat yang telah
ditetapkan oleh penyelenggara pelatihandan dapat bermanfaat bagi yang
membutuhkan.

Yogyakarta, 16 Juni 2022

Penyusun

SFI (Safety First Indonesia)


DAFTAR ISI

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN...........................................................1


KATA PENGANTAR....................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG...................................................................................4
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN............................................................................4
1.3 RUANG LINGKUP......................................................................................5
1.4 DASAR HUKUM..........................................................................................5
BAB II KONDISI PERUSAHAAN...............................................................................6
2.1 Gambaran Umum Tempat Kerja................................................................6
2.2 Alat Kerja......................................................................................................9
2.3 Potensi Bahaya di tempat kerja.................................................................10
2.4 Faktor Bahaya.............................................................................................11
2.5 Temuan-temuan di Video...........................................................................12
BAB III..........................................................................................................................14
BAB IV PENUTUP......................................................................................................33
5.1 KESIMPULAN..........................................................................................33
5.2. SARAN........................................................................................................33

SFI (Safety First Indonesia)


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau disingkat K3 merupakan program pemerintah.


Program ini lahir dari keprihatinan akan banyaknya kecelakaan yang terjadi ditempat kerja
yang mengakibatkan penderitaan bagi pekerja maupun keluarga pekerja. Karena frekuensi
kecelakaan kerja tidak begitu banyak, maka banyak yang memandang sebelah mata pada
program ini. Undang-Undang dibidang K3 sudah ada sejak tahun 1970 yaitu UU No.1 tahun
1970 yang mulai diundangkan pada tanggal 12 Januari 1970 yang juga dijadikan hari lahirnya
K3. Kondisi kesehatan yang baik merupakan potensi untuk meraih produktivitas kerja yang
baik pula pekerja yang menuntut produktivitas kerja tinggi hanya dapat dilakukan oleh
tenaga kerja dengan kondisi kesehatan yang prima. Sebaliknya, keadaan sakit atau gangguan
kesehatan menyababkan tenaga kerja tidak atau kurang produktif dalam melakukan
pekerjaannya.
PT. Adi Satria Abadi merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur
yang memproduksi sarung tangan kerja, sarung tangan baseball dan kanebo khususnya
sarung tangan golf. PT. Adi Satria Abadi sudah menerapkan K3 didalam segala aktivitas
yang ada di lingkup produksi. Hal ini dibuktikan oleh sertifikasi yang telah diraih oleh
perusahaan tersebut.
Di perusahaan ini terdapat beberapa luang lingkup K3 didalamnya, yang dimana K3
kesehatan kerja, kelembagaan & keahlian, dan SMK3. Oleh karena itu, PT. Adi Satria Abadi
merupakan lokasi yang tepat untuk kami calon ahli K3 umum dalam melakukan observasi
lapangan. Pembahasan yang diambil yaitu pengawasan tentang keselamatan dan kesehatan
kerja dalam bidang kesehatan kerja, kelembagaan & keahlian, dan SMK3.

SFI (Safety First Indonesia)


1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan penulisan laporan ini adalah :


1. Mengetahui kondisi lingkungan kerja di PT. Adi Satria Abadi
2. Mendapatkan gambaran mengenai penerapan K3 di tempat kerja.
3. Salah satu sarana untuk membantu penerapan K3 di PT. Adi Satria Abadi.
4. Menganalisis temuan positif dan negatif di PT. Adi Satria Abadi
5. Mengaplikasikan sistem K3 di tempat kerja.

1.3 RUANG LINGKUP

Ruang Lingkup Kerja Praktek Lapangan ini adalah :


Ruang lingkup dari pelaporan praktek lapangan ini adalah untuk mengetahui sistem Keselamatan dan
Kesehatan Kerja khususnya di bidang kesehatan kerja, kelembagaan & keahlian, dan SMK3.

1.4 DASAR HUKUM

Dalam pelaksanaan Sistem Manajemen K3 di Indonesia dilandasi dengan dasar hukum


sebagai berikut:

A. Dasar Hukum Kesehatan Kerja


1. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
2. PP RI No. Per-44 TAHUN 2015 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan
Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian
3. PERMENAKER RI No. Per-02/MEN 1980 Tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga
Kerja dalam Penyelenggaraan Kesehatan Kerja
4. PERMENAKER RI No. Per-03/MEN 1982 Tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga
Kerja
5. PERMENAKER no. PER. 15/MEN/VIII/2008 tentang pertolongan pertama pada
kecelakaan ditempat kerja
B. Dasar Hukum Kelembagaan dan Keahlian
a. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
b. PERMENAKER RI No. Per-04/MEN 1987 Tentang Panitia Pembina Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja
c. PERMENAKER RI No. Per-02/MEN 1992 Tentang Tata Cara Penunjukan
Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja
d. PERMENAKER PER-01/MEN/1979 tentang kewajiban latihan hygiene perusahaan,
keselamatan dan kesehatan kerja bagi paramedis perusahaan

SFI (Safety First Indonesia)


SFI (Safety First Indonesia)
C. Dasar Hukum Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
a. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
b. UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
c. PP RI No. Per-50 TAHUN 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja
d. PERMENAKER No.04/MEN/1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan
alat pemadam api ringan
e. KEPMEN Kep-186/MEN/1999 tentang unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja

SFI (Safety First Indonesia)


BAB II
KONDISI PERUSAHAAN

2.1 Gambaran Umum Tempat Kerja

PT. Adi Satria Abadi berdiri sejak 1994 yang merupakan perusahaan bergerak
dibidang pengolahan kulit untuk digunakan memproduksi sarung tangan golf yang diolah dari
kulit mentah menjadi kulit yang siap untuk dibuat menjadi barang setengah jadi. Adapun
bahan baku yang digunakan adalah kulit domba dan kambing yang sudah dihilangkan
bulunya dan sudah dalam keadaan diasamkan.
Perusahaan ini pada awalnya didirikan dengan nama PT. Adi Satria Abadi, tetapi
pada waktu diajukan untuk pengesahan ke Departemen Kehakiman, nama tersebut telah
terdaftar pada perusahaan lain. Mengikuti peraturan pada Departemen Kehakiman, yang tidak
memperbolehkan penggunaan nama perusahaan yang sama, maka disarankan untuk
menggunakan nama yang lain. Kemudian namanya diubah menjadi PT. Adi Satria Abadi dan
dapat disahkan oleh Departemen Kehakiman. Dengan demikian nama resmi yang selanjutnya
digunakan adalah PT. Adi Satria Abadi. Perusahaan ini didirikan oleh beberapa orang yang
saling bekerja sama yaitu bapak Subiyono, Bsc., Bapak Diyono HS. Bsc., dan Ibu M. Difalik
Tontowiyah.
Pada awalnya lokasi pabrik terletak di Pucang Sawit, Jebres, Solo. Namun pada
tahun 2005, pihak perusahaan dapat membeli tanah di daerah Kalasan dan pada akhir tahun
2006 pabrik baru pun selesai dibangun. Pada awal Mei 2007 pabrik yang dibangun di
Sidokerto, Purwomartani, Kalasan ini secara resmi dijadikan sebagai tempat pembuatan
sarung tangan golf hingga sekarang ini. Dalam hubungannya dengan perusahaan lain yang
sejenis, PT. Adi Satria Abadi memiliki prinsip yaitu memandang perusahaan tersebut sebagai
teman kerja dan bukan merupakan pesaing atau musuh perusahaan. Pada awal-awal kegiatan
usaha, akhir tahun 1994 yakni bulan Desember perusahaan berusaha mencari rekan kerja
dengan menghubungi supplier kulit mentah sebagai bahan baku, supplier obat-obatan untuk
membantu proses pengolahan kulit dan mencari pabrik-pabrik yang kurang aktif untuk diajak
bekerja sama di bidang proses.
Bahan utama yang digunakan dalam proses pembuatan sarung tangan golf adalah
kulit dan bahan pembantu seperti benang, karet, pita, lekra, velcro, kancing, dan logo. Ada
beberapa proses yang dilalui dalam pembuatan sarung tangan golf ini yaitu: persiapan bahan,
pemotongan press, persiapan produksi (P.S.P), proses jahit, finishing dan packing.

SFI (Safety First Indonesia)


PT. Adi Satria Abadi mempunyai dua lokasi pabrik untuk produksinya. Bagian
perusahaan yang mengelola kulit lembaran berlokasi di Desa Bayakan, Kelurahan Siti
Mulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Bagian perusahaan yang
menangani pembuatan sarung tangan berlokasi di Jalan Adisucipto Km. 8,5, Dusun Sidokerto
RT. 03 / RW. 01 Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Pemb/uatan sarung tangan
ini sebelumnya berlokasi di kompleks L.I.K Maguwoharjo dengan menyewa gedung milik
Departemen Perindustrian. Pada awal didirikan, PT. Adi Satria Abadi hanya mengkhususkan
diri pada pengolahan kulit terutama untuk di ekspor. Pada tahun 1997, perusahaan mulai
merasakan adanya kulit-kulit yang sobek karena proses maupun jumlah kutu yang terlalu
banyak sehingga mengakibatkan kulit menjadi afkir (tidak dapat digunakan) dan
mempengaruhi sulitnya penjualan. PT. Adi Satria Abadi kemudian mendirikan pabrik sarung
tangan untuk mengolah kulit-kulit afkir tersebut. Kulit afkir yang telah diolah kembali dapat
mempunyai nilai jual dan tidak terbuang, sehingga pabrik sarung tangan ini sifatnya sebagai
pelengkap pabrik kulit yang memproduksi kulit bahan sarung tangan.
PT. Adi Satria Abadi memiliki 207 karyawan dengan rincian 200 karyawan tetap dan 7
karyawan kontrak. Dengan jumlah karyawan wanita sebanyak 35 orang dan 172 orang
karyawan pria. Seluruh karyawan PT. Adi Satria Abadi telah diikutsertakan dalam BPJS
Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan. Selain itu untuk pelayanan kesehatan di PT ASA
menyediakan klinik perusahaan dengan 1 dokter umum dan 1 paramedis.
Adapun Visi dan Misi perusahaan, sebagai berikut :

1. VISI
Menjadi Perusahaan penyamak kulit yang terbaik dalam hal produktivitas, mutu,
penyerahan, harga, keselamatan, moral, lingkungan, dan fleksibilitas.
2. MISI
PT. Adi Satria Abadi mempunyai beberapa misi dalam mengembangkan perusahaan
yaitu :
1. Memproduksi finished leather yang berkualitas dan mampu bersaing di pasaran dunia.
2. Menjadikan Perusahaan yang clean production.
3. Berwawasan sosial dan lingkungan yang sehat.
PT. Adi Satria Abadi juga miliki kebijakan K3 perusahan sebagai berikut :
PT Adi Satria Abadi adalah perusahaan yang menyediakan tempat kerja yang sehat,
aman, dan nyaman bagi seluruh karyawan guna mencegah kecelakaan kerja dan penyakit

SFI (Safety First Indonesia)


akibat kerja. Keberhasilan kebijakan ini merupakan tanggung jawab bersama dengan cara
menjaga dan menjalankan kebiasaan kerja yang baik dalam bidang K3. Untuk itu manajemen
berkomitmen :
1. Menjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja baik tenaga kerja dan orang lain (mitra
kerja, kontraktor, pengunjung/tamu) di tempat kerja dan masyarakat sekitar).
2. Memenuhi semua peraturan perundang-undangan pemerintah yang berlaku dan
persyaratan lainnya yang berkaitan dengan penerapan K3.
3. Melakukan perbaikan penerapan terhadap Sistem Manajemen K3 untuk meningkatkan
budaya K3 di tempat kerja.
PT. Adi Satria Abadi memiliki struktur organisasi yang terperinci, memiliki dua divisi
yang berbeda yaitu divisi sarung tangan dan divisi Penyamakan kulit. Berikut ini adalah
bagan struktur organisasi PT. Adi Satria Abadi.

Gambar 2.1 Struktur Perusahaan PT Adi Satria Abadi

Proses produksi pada PT. Adi Satria Abadi terbagi menjadi dua proses yaitu produksi
basah dan produksi kering. Produksi basah dimulai dari pengolahan bahan baku berupa kulit
domba dan kambing sekitar 1000 sampai 2000 lembar yang didapat dari bahan baku lokal
maupun impor dari Arab dan Nigeria sebagai back up. Proses produksi basah pertama yaitu
kesrik, pada proses ini bertujuan untuk mengurangi sisa lemak agar kulit terpisah dari
lemaknya menggunakan bahan B3.
Proses selanjutnya kulit diaduk dan diputar kurang lebih selama tiga hari didalam
drum, proses ini dinamakan tanning. Setelah proses ini kulit memasuki proses wet blue untuk
mengklasifikasi dan menyeleksi kulit yang baik dan untuk mengetahui kulit yang mengalami
cacat produksi. Proses selanjutnya shaving yang bertujuan untuk menyamakan ketebalan kulit,
pada proses ini digunakan bahan B3. Setelah proses shaving kulit masuk kedalam proses
drying yang merupakan proses untuk pewarnaan kulit selama dua hari. Total waktu yang
SFI (Safety First Indonesia)
dibutuhkan untuk produksi basah selama satu minggu.
Produksi kering diawali dengan proses setter drying yang bertujuan mendiamkan
kulit dari proses drying. selanjutnya masuk kedalam proses hanging yang bertujuan untuk
menjemur kulit agar menghilangkan kadar air didalam kulit agar tekstur kulit menjadi keras.
Setelah itu masuk ke proses miling, kulit dimasukan ke dalam drum kering agar mengalami
pelemasan.
Proses berikutnya yaitu staking untuk menjadikan kulit lemas agar mudah diproses.
Proses terahkir dalam produksi kering yaitu toggling, kulit dimasukan kedalam oven dan
ditarik setelah itu kulit dikemas.
Penjelasan lebih lanjut proses produksi basah dan produksi kering dapat dilihat pada
bagan dibawah ini.

Gambar 2.2 Bagan Produksi Basah dan Produksi Kering

2.2 Alat Kerja


1. Alat Tanning
2. Elevator Barang
3. Mesin Tacking
4. Mesin Toggle (Mesin Pementangan)
5. Mesin Milling

SFI (Safety First Indonesia)


6. Bejana Tekan
7. Forklift
8. Mesin Spray
9. Kompresor
10. Generator

11. Boiler
12. Blower
13. Water Pump

2.3 Potensi Bahaya di tempat kerja


Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang ada di tempat kerja yang dapat
menimbulkan terjadinya kecelakaan kerja. Potensi bahaya di tempat kerja PT. Adi Satria
Abadi yaitu
1. Terjepit
Pemakaian mesin-mesin produksi , serta cara kerja dan sikap kerja yang kurang sesuai,
sering kali dapat menimbulkan potensi bahaya. angka kecelakaan kerja yang sering terjadi
adalah terjepit. kecelakaan ini biasanya terjadi pada proses shaving yaitu terjepit mesin
shaving yang mungkin terjadi kulit terlalu licin, tebal. Pada umumnya tenaga kerja di
perusahaan ini kurang berhati-hati dan tidak patuh pada pedoman kerja sehingga kecelakaan
kerja tersebut dapat terjadi.
2. Terjatuh
Potensi bahaya terjatuh sering kali di temukan di tempat kerja . Potensi bahaya ini
terjadi karena adanya tangga yang tidak ada pengaman atau hanya ada satu pegangan saja dan
bahkan tidak ada pegangan, hai ini sering kali tidak di perhatikan oleh tenaga kerja sehingga
berpotensi menimbulkan bahaya terjatuh.
3. Peledakan
Sumber bahaya peledakan yang ada di PT. Adi Satria Abadi di sebabkan dari
penggunaan dan pemakaian bahan-bahan dasar kimia seperti : tabung gas oksigen, formalin,
dan lain lain. Yang dapat meledak pada konsentrasi dan tekanan tertentu. Apabila bahan-
bahan tersebut saling berdekatan (penempatan yang tidak sesuai) dan terkena sinar matahari
langsung, maka dapat menimbulkan potensi bahaya peledakan di tempat kerja.
4. Tertimpa Kulit
Kulit-kulit yang di taruh di atas dapat jatuh apabila penempatannya tidak sesuai
sehingga dapat mengenai tenaga kerja yang sedang bekerja di bawahnya, dan juga pada saat

SFI (Safety First Indonesia)


kulit yang baru datang yang masih berada di atas truk saat akan di turunkan secara estafet
sehingga apabila yang berada di bawah belum siap menerima kulit dari atas dapat tertimpa
kulit dengan jumlah kulit yang sangat banyak bahakan berkilo-kilo. Terutama pada pickle.
5. Terpeleset
Tempat kerja yang sangat becek dan tergenang air dapat menimbulkan bahaya
terpeleset khususnya pada proses piclke dan dyeing.

6. Terhirup bahan kimia yang mengakibatkan Penyakit Akibat Kerja (PAK)


Tempat kerja yang banyak menggunakan bahan kimia untuk industri pada proses ini
bertujuan untuk mengurangi sisa lemak agar kulit terpisah dari lemaknya menggunakan bahan
B3.

2.4 Faktor Bahaya


Karyawan akan menghadapi ancaman bahaya yang mengganggu kesehatan di tempat
kerja PT. Adi Satria Abadi, identifikasi bahaya yang dilakukan di bagi menjadi 2 area yaitu:
2.4.1 Area Office
Berikut ini merupakan identifikasi factor bahaya yang mungkin terjadi pada area
office PT. Adi Satria Abadi, antara lain :
2.4.1.1 Faktor Fisik
Bahaya yang timbul di area office antara lain bahaya akibat kebisingan, bahaya akibat
pencahayaan, dan bahaya akibat radiasi.
1. Bahaya kebisingan yang timbul di area office di karenakan pada ruangan
office tidak kedap suara, sehingga terpapar kebisingan yang di sebabkan oleh
adanya kebisingan yang berada di area produksi.
2. Bahaya pencahayaan timbul akibat tidak adanya pemeliharaan terhadap
fasilitas pencahayaan. pencahayaan yang tidak baik dapat mengakibatkan
kelelahan pada mata yang pada akhirnya dapat menurunkan produktivitas
pekerja.
3. Aktivitas di area office yang menggunakan komputer berpotensi menyebabkan
bahaya akibat radiasi yang di hasilkan oleh layar komputer, hal ini dapat
mengakibatkan kelelahan pada mata serta efek radiasi lainnya.
2.4.1.2 Faktor Ergonomi
Ergonomi terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara pekerja dengan
peralatan atau perlengkapan yang digunakan ketika bekerja. posisi tubuh yang salah,
ketika mengetik atau mengambil barang misalnya, merupakan contoh potensi bahaya

SFI (Safety First Indonesia)


ergonomi yang dapat mengakibatkan Low Back Pain yang apabila tidak segera

SFI (Safety First Indonesia)


ditangani dapat berakibat fatal karena bisa mengakibatkan sakit pada tulang belakang.
2.4.1.3 Faktor Biologi
Potensi bahaya yang timbul berasal dari tempat sampah, dapur, atau tempat
kotor lainnya yang merupakan tempat berkembangnya bakteri, serta AC yang kotor
dimana jamur dapat berkembang biak.
2.4.1.4 Area Produksi
Faktor – faktor bahaya yang dapat diindetifikasi antara lain :
1. Faktor Fisika
Bahaya fisik yang timbul di area produksi, antara lain : bahaya akibat getaran, bahaya
akibat tekanan panas, tergelincir, terjatuh, tertimpa kulit, terjepit, dan lain-lain.
2. Faktor Kimia
Penggunaan bahan kimia pada proses produksi seperti formalin. bahan kimia tersebut
dapat mengakibatkan keracunan apabila terhirup oleh pekerja dan mudah meledak dan
terbakar apabila tidak digunakan dan diperlakukan sesuai prosedur.
3. Faktor Ergonomi
Bahaya ergonomi adanya ketidak sesuaian antara pekerja dengan alat kerja dapat
mengakibatkan terjadinya bahaya ergonomi seperti kegiatan produksi yang monoton
seperti bekerja yang selalu berdiri, karena di perusahaan tidak memperbolehkan
pekerjanya bekerja dengan posisi berdiri, dengan alasan bekerja dengan duduk, dapat
menimbulkan perasaan malas dan produktivitas menurun.
4. Faktor Biologi
Bahaya biologi berasal dari bakteri dan jamur. Bahaya ini bahkan dapat berpotensi
lebih besar karena kondisi kebersihan pada area produksi jauh lebih rentan. Bakteri
dan jamur ini berasal dari tempat sampah yang masih kurang terjaga kebersihannya.

2.5 Temuan-temuan di Video


Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di PT. Adi Satria Abadi (ASA) terdapat 2
jenis temuan. Temuan positif dan temuan negative dari masing – masing aspek Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) yang diamati.
2.5.1 Temuan Positif
Berikut beberapa temuan positif dari K3 Kesehatan kerja
1. --------------------------------.

2. ------------------------------------

SFI (Safety First Indonesia)


3. ----------------------------------------

4. ----------------------------------

5. Dll

SFI (Safety First Indonesia)


BAB III
ANALISA & PEMECAHAN MASALAH

Berikut analisa temuan positif dan positif Kesehatan Kerja, Kelembagaan&Keahlian dan SMK3 pada PT. Adi Satria Abadi (ASA)

Tabel 1. Analisa temuan positif Kesehatan Kerja, Kelembagaan&Keahlian dan


SMK3
No. Foto Tempat Temuan Manfaat Saran Dasar Hukum Bunyi pasal
Temuan
Kesehatan Kerja, Kelembagaan&Keahlian dan SMK3
1. PT ASA Lokasi kerja Dengan adanya Sebaiknya PP No.50 Tahun Kriteria 6.4.4 Rambu-
rambu-rambu K3 beberapa lokasi 2012 rambu K3 harus
(penandaan/safety seperti pada area dipasang sesuai
sign) maka baik ruangan HSE dengan standard dan
tenaga kerja yang belum pedoman teknis
maupun orang lain diberi
yang berada di area penandaan
PT ASA dapat tersebut (jalur
megetahui arah evakuasi)
evakuasi jika ada
indikasi bencana
alam, kebakaran
dan lainnya

SFI (Safety First Indonesia)


2. PT ASA Lokasi kerja Menjadi komitmen UU 13 Tahun 2003 Pasal 87 Ayat 1: Setiap
terhadap K3 Melaksanakan tentang Perusahaan wajib
khususnya pada audit Sistem Ketenagakerjaan menerapkan Sistem
penerapan Sistem Manajemn Manajemn
Manajemn Keselematan Keselematan dan
Keselematan dan dan Kesehatan Kesehatan Kerja dan
Kesehatan Kerja Kerja (SMK3) terintegrasi dengan
(SMK3) sistem manajemen
Perusahaan

3.
PT ASA Dokumen Memenuhi Permenaker No. BAB I Pasal 1 ayat 1:
Kantor HSE ketentuan yang Memenuhi PER.02/MEN/1992 Ahli Keselematan dan
dipersyaratkan persyaratan tentang tata cara Kesehatan Kerja ialah
terhadap penerapan keahlian lainnya penunjukan tenaga tehnis
K3 di tempat kerja sesuai dengan kewajiban dan berkeahlian khusus
bidang kerja wewenang ahli dari luar departemen
Perusahaan Keselematan dan tenaga kerja yang
Kesehatan Kerja ditunjuk oleh Menteri
Tenaga Kerja untuk
mengawasi ditaatinya
undang-undang
keselamatan kerja

SFI (Safety First Indonesia)


4. PT ASA Dokumen Memenuhi Permenaker No. Pasal 2 ayat 1: setiap
Kantor HSE ketentuan yang audit Sistem PER.04/MEN/1987 tempat kerja dengan
dipersyaratkan Manajemn tentang Panitia kriteria tertentu
terhadap penerapan Keselematan Pembina pengusaha atau
K3 di tempat kerja dan Kesehatan Keselematan dan pengurus wajib
Kerja (SMK3) Kesehatan Kerja membentuk P2K3
karena telah serta tata cara
membentuk penunjukan ahli
P2K3 keselamatan kerja

PT ASA Dokumen Memenuhi Permenaker No.: Pasal 9: pengurus


5. Kantor HSE ketentuan yang Melakukan Per.02/MEN/1980 bertanggungjawab atas
dipersyaratkan pemeriksaan tentang biaya yang diperlukan
terhadap penerapan pada pekerjaan pemeriksaan terhadap pemeriksaan
K3 di tempat kerja khusus Kesehatan Tenaga kesehatan berkala atau
Kerja dalam pemeriksaan kesehatan
penyelenggaraan khusu yang
Keselematan Kerja dilaksanakan atas
perintah baik oleh
pertimbangan
kesehatan daerah
ataupun oleh majelis
pertimbangan
kesehatan pusat

SFI (Safety First Indonesia)


PT ASA Dokumen Telah melaksanakn PP No.50 Tahun Kriteria 7.4.5: Catatan
Kantor HSE pemeriksaan Melakukan 2012 mengenai pemantauan
6. berkala di tahun pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
2022 pada pekerjaan dibuat sesuai dengan
khusus peraturan perundang-
undangan

SFI (Safety First Indonesia)


SFI (Safety First Indonesia)
Tabel 2. Analisa temuan Negatif Bidang Kesehatan Kerja, Kelembagaan & Keahlian, dan SMK3

No. Foto Tempat Temuan Potensi Bahaya Saran Dasar Hukum Bunyi pasal
Temuan
Kesehatan Kerja

1. PT. ASA Para pekerja Makanan Disediakan kantin PP no.50 tahun Kriteria 6.4.3: tersedianya fasilitas
makan di tempat terkontaminasi untuk para pekerja 2012 tentang dan layanan di tempat kerja sesuai
kerja yang tidak dengan partikel- penerapan sistem dengan standar dan pedoman teknis
hygiene partikel proses manajemen
produksi keselamatan dan
kesehatan kerja

2. Wawancara PT. ASA Petugas Ketika tenaga Menambah PP no 50 tahun Kriteria 7.4.4: perusahaan
paramedis cuti kerja memerlukan paramedic dimana 2012 tentang menyediakan pelayanan
penanganan PT. ASA telah penerapan sistem kesehatan kerja sesuai dengan
pertolongan memiliki 1 orang manajemen perauran perundang-undangan
pertama paramedis keselamatan dan
kecelakaan kerja kesehatan kerja

Permenaker PER- Pasal 2: yang dimaksud tenaga


01/MEN/1979 paramedic ialah tenaga paramedic
tentang yang ditunjuk atau ditugaskan
kewajiban latihan untuk melaksanakan atau
hygiene membantu penyelenggaraan
perusahaan, tugas-tugas hygiene perusahaan,
keselamatan dan kesehatan dan keselamatan kerja
kesehatan kerja
bagi paramedis di perusahaan atas petunjuk dan
perusahaan bimbingan dokter perusahaan.
No. Foto Tempat Temuan Potensi Bahaya Saran Dasar Hukum Bunyi pasal
Temuan
Kelembagaan & Keahlian
1. wawancara PT. ASA Paramedis belum Belum memenuhi Menambah jumlah Permenaker PER- Pasal 2: yang dimaksud tenaga
dapat menunjukan dan mentaati petugas paramedis 01/MEN/1979 paramedic ialah tenaga
sertifikasi perundang- yang bersertifikasi tentang kewajiban paramedic yang ditunjuk atau
undangan latihan hygiene ditugaskan untuk melaksanakan
perusahaan, atau membantu penyelenggaraan
keselamatan dan tugas-tugas hygiene perusahaan,
kesehatan kerja kesehatan dan keselamatan kerja
bagi paramedis di perusahaan atas petunjuk dan
perusahaan bimbingan dokter perusahaan.

2. wawancara PT. ASA Belum adanya Penanggulangan Melakukan Kepmen Kep- Pasal 1 poin e: Petugas peran
petugas tanggap dan pencatatan sertifikasi 186/MEN/1999 penanggulangan kebakaran ialah
darurat (P3K dan tanggap darurat tentang unit petugas yang ditunjuk dan diserahi
DAMKAR) yang belum sesuai yang penanggulangan tugas tambahan untuk
bersertifikat dipersyaratkan kebakaran di mengidentifikasi sumber bahaya
tempat kerja dan melaksanakan upaya
penanggulangan kebakaran diunit
kerjanya
3. Permenaker no. Pasal 3 ayat 1: petugas P3K
PER. ditempat kerja sebagaimana
15/MEN/VIII/2008 dimaksud dalam pasal 2 ayat 1
tentang pertolongan harus memiliki lisensi dan buku
pertama pada kegiatan P3K dari kepala instansi
kecelakaan yang bertanggung jawab dibidang
ditempat kerja ketenagakerjaan setempat.

No. Foto Tempat Temuan Saran Dasar Hukum Bunyi pasal


Temuan
SMK3
1. Wawancara PT. ASA Belum memiliki Melaksanakan audit UU no.13 tahun 2003 Pasal 87 ayat 1: Setiap perusahaan
sertifikat SMK3 internal maupun tentang wajib menerapkan sistem menejemen
eksternal SMK3 Ketenagakerjaan keselamatan dan kesehatan kerja yang
terintegrasi dengan sistem menejemen
perusahaan
2. PT. ASA Posisi APAR Diharapkan posisi PP no 50 tahun
yang terhalang APAR sesuai 2012 tentang Kriteria 6.7.7: Jenis, jumlah,
perundangan yang penerapan sistem penempatan dan kemudahan untuk
dipersyaratkan tanpa manajemen mendpatkan alat keadaan darurat telah
ada halangan dalam keselamatan dan sesuai dengan peraturan perundang-
posisi sekitar dan kesehatan kerja undangan atau standar dan dinilai oleh
aksesnya sehingga petugas yang kompeten dan
mudah di dapatkan Permenaker berwenang.
No.04/MEN/1980
tentang syarat-syarat Pasal 4: setiap satu atau kelompok alat
pemasangan dan pemadam api ringan harus ditempatkan
pemeliharaan alat pada posisi yang mudah dilihat dengan
pemadam api ringan jelas, mudah dicapai dan diambil serta
dilengkapi dengan pemberian tanda
pemasangan.
BAB IV
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil pengamatan lapangan Bidang Kesehatan


kerja,Kelembagaan&Keahlian,dan SMK3 yang telah dilakukan di PT Adi Satria Abadi, maka
dapat diambil kesimpulan :

1. Bidang kesehatan
a. Para pekerja makan di tempat kerja yang tidak hygiene
b. Petugas paramedis cuti

2. Bidang kelembagaan
a. Paramedis belum dapat menunjukan sertifikasi
b. Belum adanya petugas tanggap darurat (P3K dan DAMKAR) yang bersertifikat

3. Bidang SMK3
a. Belum memiliki sertifikat SMK3
b. Posisi APAR yang terhalang

5.2. SARAN

1. Bidang kesehatan
a. Disediakan kantin untuk para pekerja
b. Menambah paramedic dimana PT. ASA telah memiliki 1 orang paramedis

2. Bidang kelembagaan
a. Menambah jumlah petugas paramedis yang bersertifikasi
b. Melakukan sertifikasi

3. Bidang SMK3
a. Melaksanakan audit internal maupun eksternal SMK3
b. Diharapkan posisi APAR sesuai perundangan yang dipersyaratkan tanpa ada halangan dalam
posisi sekitar dan aksesnya sehingga mudah di dapatkan

SFI (Safety First Indonesia) Page 27


DAFTAR PUSTAKA

UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja


UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

PP RI No. Per-44 TAHUN 2015 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan

PP RI No. Per-50 TAHUN 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Permenaker PER-01/MEN/1979 tentang kewajiban latihan hygiene perusahaan, keselamatan dan kesehatan kerja bagi
paramedis perusahaan
PERMENAKER RI No. Per-02/MEN 1980 Tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan
Kesehatan Kerja
Permenaker No.04/MEN/1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api ringan
PERMENAKER RI No. Per-03/MEN 1982 Tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja
PERMENAKER RI No. Per-04/MEN 1987 Tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja Serta Tata Cara
Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja
PERMENAKER RI No. Per-02/MEN 1992 Tentang Tata Cara Penunjukan Kewajiban dan Wewenang Ahli
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Permenaker PER-01/MEN/1979 tentang kewajiban latihan hygiene perusahaan, keselamatan dan kesehatan kerja bagi
paramedis perusahaan
Permenaker no. PER. 15/MEN/VIII/2008 tentang pertolongan pertama pada kecelakaan ditempat kerja

SFI (Safety First Indonesia) Page 28

Anda mungkin juga menyukai