Anda di halaman 1dari 5

MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

p-ISSN: 1412-4920 e-ISSN: 2775-5614


https://ejournal.undip.ac.id/index.php/mkmi
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

DOI : 10.14710/mkmi.21.1.1-5 _________________________

Pelaksanaan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien di Puskesmas X


Kabupaten Demak

Farah Afanindya Jessedanta Putri 1*, Septo Pawelas Arso1, Rani Tiyas Budiyanti1
1 Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Semarang
*Corresponding author : farah.afanindya@gmail.com

Info Artikel : Diterima 27 September 2021; Disetujui 7 Desember 2021; Publikasi 1 Februari 2022

ABSTRAK
Latar Belakang: Keselamatan pasien merupakan salah satu isu penting dalam pelayanan kesehatan. Penelitian
ini menganalisis pelaksanaan program keselamatan pasien ditinjau dari tujuh langkah menuju keselamatan
pasien di Puskesmas X Kabupaten Demak.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Subjek penelitian ini
adalah informan utama yaitu anggota keselamatan pasien, dan informan triangulasi yaitu kepala puskesmas,
kepala tata usaha, ketua UKM, dan pasien.
Hasil: Berdasarkan hasil penelitian masih ditemukan adanya insiden, terjadi keterlambatan pelaporan, tidak
adanya agenda khusus keselamatan pasien, pelaporan hanya untuk internal, selama pandemi COVID-19
pelaksanaan keselamatan pasien kurang optimal.
Simpulan: Tujuh langkah menuju keselamatan pasien di puskesmas X Kabupaten Demak belum terlaksana
dengan optimal.

Kata Kunci : Keselamatan pasien; tujuh langkah menuju keselamatan pasien; puskesmas; insiden keselamatan
pasien

ABSTRACT
Title: Implementation of The Seven Steps to Patient Safety at Puskesmas X Demak

Background: Patient safety is one of the important issues in health care. This study proves the safety program
of the seven steps towards safety at Puskesmas X Demak district.
Method: This study uses a qualitative method with a descriptive approach. The subjects of this study were the
main informants, namely members of patient safety, and triangulation of informants, namely the head of the
puskesmas, the head of administration, the head of the UKM, and the patient.
Result: The results of the study, it was still found that there were incidents, there were delays in reporting, there
was no special patient safety agenda, reporting was only for internal, during the COVID-19 pandemic the
implementation of patient safety was less than optimal.
Conclusion: Seven steps towards patient safety at Puskesmas X, Demak district have not been implemented
optimally.

Keywords: Patient safety; seven steps to patient safety; puskesmas; patient safety

PENDAHULUAN disebutkan bahwa agar puskesmas dapat


Setiap fasilitas pelayanan kesehatan wajib menjalankan fungsinya secara optimal maka perlu
menyelenggarakan keselamatan pasien sesuai yang dikelola dengan baik, maka diperlukan adanya
tertuang pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor upaya peningkatan mutu, manajemen risiko serta
11 Tahun 2017 tentang keselamatan pasien. keselamatan pasien.
Keselamatan pasien merupakan hak dari setiap Berdasarkan penelitian terdahulu yang
pasien. Dalam standar akreditasi puskesmas dilakukan oleh Kholifatun Islami terkait analisis

1
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia 21(1), 2022

pelaksanaan program keselamatan pasien informan utama (IU) dan lima informan triangulasi
didapatkan hasil bahwa pelaksanaan program (IT). Berikut ini adalah karakteristik dari informan:
keselamatan pasien di Puskesmas Mangkang masih
belum optimal.1 Penelitian lain yang dilaksanakan Tabel 1. Karakteristik Informan
oleh Noer Octaviani ditemukan hasil bahwa Kode Status Lama Bekerja
pelaksanaan tujuh langkah menuju keselamatan (Tahun)
pasien di Puskesmas Loa Kulu sudah diterapkan IU1 PJ Keselamatan 6
akan tetapi masih ada langkah yang belum optimal Pasien
seperti langkah keempat, puskesmas belum optimal IU2 Nutrisionis 2
dalam sistem pelaporan insiden keselamatan IU3 Promkes 5
pasien.2 IU4 Staff pendaftaran 10
Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang IU5 Staff Laboratorium 13
dilakukan oleh peneliti, Puskesmas X telah IU6 Staff Farmasi 7
membentuk tim keselamatan pasien. didapatkan IT 1 Kepala Puskesmas 7
rekapitulasi data insiden keselamatan Berdasarkan IT 2 PJ UKM 21
hasil survei pendahuluan yang dilaksanakan oleh IT 3 Ketua TU 35
peneliti, Puskesmas X telah membentuk tim IT 4 Pasien -
keselamatan pasien. didapatkan rekapitulasi data IT 5 Pasien -
insiden keselamatan pasien pada tahun 2018
sebanyak 1 kejadian kategori KTC (Kejadian Tidak Pelaksanaan Program Keselamatan Pasien di
Cedera), 1 KNC (Kejadian Nyaris Cedera), dan 2 Puskesmas X
KTD (Kejadian Tidak Diharapkan). Puskesmas X Demak telah melaksanakan
Sedangkan, pada tahun 2019 didapatkan data program keselamatan pasien. Dilihat dari tujuh
insiden sebanyak 4 kategori KTC, 9 kategori KNC, langkah keselamatan pasien yang dilaksanakan
dan 6 kategori KTD. Selain itu ditemukan masalah masih belum optimal dalam pelaksanaanya. Dalam
lain dalam pelaksanaannya yaitu program ini langkah pertama, terkait membangun kesadaran
berjalan tidak optimal selama pandemi COVID-19, akan nilai keselamatan pasien, dalam hal ini
terjadi keterlambatan pelaporan, beberapa unit yang penanaman budaya pelaporan di Puskesmas X
terlambat bahkan tidak melakukan pencatatan belum terlaksana dengan baik karena terjadi
insiden, pelaporan hanya untuk internal puskesmas keterlambatan pelaporan insiden. Pencatatan pada
saja. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik 2020 tidak terlaksana karena petugas lebih berfokus
untuk menganalisis pelaksanaan keselamatan pasien pada penanganan pandemi COVID-19 karena resiko
berdasarkan pada aspek Pelaksanaan tujuh langkah tertularnya virus COVID-19 di puskesmas cukup
keselamatan pasien di Puskesmas X. tinggi. Pencatatan pelaporan selama pandemi
COVID-19 semakin kurang optimal dikarenakan
MATERI DAN METODE petugas memiliki kegiatan lain yang berkaitan
Penelitian ini menggunakan rancangan dengan COVID-19 seperti kegiatan vaksin.
penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif Pelaporan insiden keselamatan pasien merupakan
melalui wawancara mendalam kepada informan sistem yang mendokumentasikan laporan insiden,
utama dan informan triangulasi, serta observasi. analisis dan solusi pelayanan. Pelaporan insiden
Informan utama dalam penelitian ini adalah petugas dilakukan ketika terjadi insiden.3
puskesmas yang mengetahui tentang keselamatan Pada langkah kedua, terkait dukungan
pasien. Informan triangulasi dalam penelitian ini pemimpin, kepala puskesmas telah mengupayakan
meliputi Kepala Puskesmas, Kepala TU, untuk meningkatkan pelaksanaan keselamatan
Penanggung Jawab unit UKM, dan pasien. Kegiatan pasien dengan selalu mengingatkan petugas.
wawancara mendalam dan observasi dilaksanakan Monitoring dan evaluasi juga dilakukan, akan tetapi
secara langsung, mengingat kegiatan dilaksanakan sejauh ini belum ada agenda khusus untuk
ketika pandemi COVID-19 sehingga dalam keselamatan pasien. Biasanya pembahasan
melaksanakan kegiatan memperhatikan protokol keselamatan pasien dilakukan dalam rapat seperti
kesehatan. Subjek penelitian ditentukan dengan lokakarya mini sehingga keselamatan pasien tidak
purposive sampling. Penelitian ini telah lolos kaji dapat disinggung terlalu mendalam.
etik dengan nomor sertifikat 195/EA/KEPK- Langkah ketiga, terkait manajemen risiko,
FKM/2021 yang diterbitkan oleh komisi etik puskesmas X menangani resiko dilakukan sesuai
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas insiden yang terjadi. Apabila insiden darurat akan
Diponegoro. segera dilakukan penanganan, insiden tidak darurat
akan dibawa ke dalam rapat. Puskesmas X telah
HASIL DAN PEMBAHASAN memiliki matrik grading risiko di setiap unitnya dan
Karakteristik Informan formulir pencatatan insiden. Belum terdapat SOP
Wawancara mendalam pada penelitian ini terkait manajemen risiko serta belum ada pertemuan
dilaksanakan dengan sebelas informan yakni enam khusus. Hal ini sejalan dengan penelitian Alifa

2
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia 21(1), 2022

(2017) bahwa belum ada SOP terkait pelaksanaan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat
manajemen risiko di RSISA. Masih banyak dalam variabel Van Mater Van Horn.
keterlambatan pelaporan dan bahkan banyak unit
yang tidak melaporkan pelaporan manajemen Analisis Aspek dalam Pelaksanaan
risiko.4 Keselamatan Pasien
Langkah keempat, terkait pengembangan 1. Standar dan Tujuan Kebijakan
sistem pelaporan juga belum terlaksana dengan baik. Dalam pelaksanaan program, hendaknya
Sistem pelaporan di puskesmas X belum optimal tersedia sebuah prosedur terstandar. SOP
karena pelaporan insiden keselamatan pasien hanya digunakan sebagai kebijakan dan peraturan yang
dilakukan untuk Puskesmas atau untuk internal berlaku umum untuk menjelaskan proses
Puskesmas saja. Hal ini tidak sejalan dengan pelaksanaan akivitas yang berlangsung.6
Permenkes No.11 Tahun 2017 bahwa fasilitas Puskesmas X telah memiliki SOP
pelayanan kesehatan melaporkan insiden Keselamatan pasien dalam bentuk Surat
keselamatan pasien secara nasional ke Komite Keputusan (SK) Kepala Puskesmas. Didalam
Nasional Keselamatan Pasien (KNKP). Masih ada SOP tertulis langkah-langkah penanganan KTD,
petugas yang lupa mencatatat insiden yang terjadi. KPC KTC, dan KNC. SOP ini di sosialisakan
Hal ini menunjukan masih kurang kesadaran dari kepada seluruh petugas Puskesmas dalam rapat
staf atau pun pihak yang bertanggung jawab dalam bulanan serta memberikan SOP dalam bentuk
keselamatan pasien ini terkait pelaporan insiden print out.
keselamatan pasien. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Noer Octaviani yaitu “Tau kalau ada SOP, tapi ya saya gak
masih ada beberapa langkah yang belum optimal hafal.” (IU 5)
seperti angkah keempat, puskesmas belum optimal “Peraturan ini yang dijadikan panduan untuk
dalam sistem pelaporan insiden keselamatan pedoman dan SOP...” (IU 1)
pasien.5
Dalam langkah kelima, terkait komunikasi 2. Komunikasi
dengan melibatkan pasien, Puskesmas X Demak Peranan komunikasi dalam suatu organisasi
telah melaksanakannya terlebih terkait petunjuk sangat penting, komunikasi dapat membantu
konsumsi obat, hasil laboratorium ataupun hasil terjalinnya hubungan yang baik dan koordinasi
pelayanan. Kebijakan baru di tengah COVID-19 yang baik bagi anggota. Komunikasi di
puskesmas mengadakan sosialisasi di ruang tunggu Puskesmas X Demak sudah dilaksanakan.
yang dilakukan oleh tim promosi kesehatan. Akan Penyampaian informasi kepada petugas
tetapi, sosialisasi tidak dilakukan secara terus dilakukan melalui grup whatsapp, apel pagi, dan
menerus, hanya dilakukan ketika tim promkes pertemuan. Informasi kepada pasien di
sedang tidak terlalu banyak kegiatan atau memiliki sampaikan melalui media berupa poster, atau
waktu cukup luang. Padahal, seharusnya sosialisasi papan informasi yang diletakan di dalam akrilik
ini terus dilaksanakan untuk meningkatkan yang tertempel di dinding puskesmas.
keselamatan pasien terlebih lagi pada masa pandemi Hambatan yang terjadi, pada penyampaian
seperti saat ini. informasi kepada petugas terdapat istilah asing
Langkah keenam, terkait belajar dan berbagi yang tidak dimengerti. Sedangkan untuk pasien,
pembelajaran, Puskesmas X telah melaksanakan biasanya terjadi pada pasien lansia, karena
pelatihan. Peserta yang mewakili pelatihan akan kemampuan pendengarannya sudah mulai
membagikan ilmunya kepada petugas di puskesmas, menurun. Penelitian oleh Lalu menyatakan
akan tetapi dalam pelaksanaannya masih ada bahwa salah satu hambatan dalam komukasi
petugas yang kurang terpapar ilmu keselamatan dengan lansia adalah faktor pendengaran yang
pasien sehingga dalam pelaksanaan keselamatan berkurang.7
pasien tidak optimal.
Pada langkah ketujuh terkait implementasi “Lansia biasanya itu kadang gak denger.”
solusi-solusi untuk mencegah cidera, dalam (IU 4)
Puskesmas X telah dilakukan pemberian solusi- “Ada istilah asing yang sulit dipahami.” (IU
solusi yang harus diterapkan dalam mencegah cidera 5)
dan mencegah insiden terulang kembali. Akan tetapi
langkah ini masih belum terlaksana dengan optimal Hambatan lain dalam komunikasi dengan
dikarenakan pada langkah ketiga juga belum pasien adalah letak dari Puskesmas yang
terlaksana dengan maksimal, terlebih lagi merupakan puskesmas pedesaan dengan
puskesmas X tidak melaksanakan pelaporan keluar mayoritas penduduk berpendidikan SD dan
sehingga tidak mendapatkan solusi eksternal yang SMP, membuat informasi yang di sampaikan
diberikan oleh KNKP. Terlaksana atau tidaknya sulit untuk dipahami oleh beberapa pasien.
tujuh langkah menuju keselamatan pasien ini Dalam penelitian Dinda (2017), Latar belakang
pendidikan keluarga pasien mempengaruhi

3
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia 21(1), 2022

pemahaman mereka dalam mencerna informasi petugas yang mana harus lebih ditingkatkan lagi
yang diberikan.8 Perubahan informasi terjadi terutama dalam melaporkan insiden.11 Sikap dan
ketika pandemi COVID-19 membuat seluruh komitmen pelaksana menjadi faktor terkuat
petugas di Puskesmas X harus beradaptasi dalam pelaksanaan suatu program, bila SDM
kembali sehingga membuat pelaksanaan mencukupi tetapi sikap dan komitmen para
keselamatan pasien cukup terhambat. pelaksana masih kurang, maka pelaksanaan
suatu program tidak akan optimal.
“...Kita kan puskesmas pedesaan jadi kadang
tidak mudah untuk beberapa pasien paham “Beban kerja banyak, kami berusaha untuk
dengan cepat apa yang kita sampaikan.” tetap menjalankan semua tugas, tapi ya
(IT1) kadang sudah kecapekan terus kadang lupa
mencatat karena saking padatnya kegiatan.”
3. Sumber Daya (IU 2)
Sumber daya meliputi sumber daya manusia,
sumber daya fasilitas, dan sumber dana. Sumber 5. Karakteristik Organisasi
daya manusia yang baik dan memadai serta Struktur organisasi memiliki pengaruh yang
keahlian yang baik untuk melaksanakan tugas- dapat membuat organisasi menjadi lebih efektif.
tugas mereka.9 Sumber daya manusia di Menurut Robbins (dalam penelitian
puskesmas X dianggap masih belum mencukupi, Djamaluddin, 2019) menjelaskan bahwa hal
hal ini dikarenakan masih banyaknya petugas yang membuat organisasi efektif adalah struktur
yang memegang lebih dari satu program organisasi yang tepat.12 Tim keselamatan pasien
sehingga mereka mendapat beban kerja yang Puskesmas X berada dibawah tim mutu
berlebihan. Beban kerja berlebihan ini menjadi puskesmas.
faktor sering terlambatnya pelaporan insiden Di dalam karakteristik organisasi, koordinasi
keselamatan pasien. Sejalan dengan Afandi menjadi salah satu hal penting. Puskesmas X
(dalam penelitian Ramdhani, 2017) menjelaskan biasanya melakukan koordinasi melalui grup
Jika para pelaksana kekurangan sumber daya whatsapp maupun secara langsung untuk
yang diperlukan, maka pelaksanaaan kebijakan berkoordinasi dengan tim keselamatan pasien.
akan cenderung tidak dapat dilaksanakan secara Koordinasi ini dilakukan untuk pengambilan
efektif.10 keputusan berkaitan dengan keselamatan pasien.
Hal ini sejalan dengan Permenkes No. 11 Tahun
“SDM kurang, masih banyak yang 2017 dimana menumbuhkan komunikasi dan
memegang program lebih dari dua.”(IT 2) koordinasi antar unit dan individu berkaitan
“Menurut saya, masih kurang.” (IU 1) dengan pengambilan keputusan tentang
Keselamatan Pasien.
Ketersediaan Sarana dan Prasarana di
Puskesmas X sudah mencukupi. Bahkan di “Koordinasi biasanya lewat WA.” (IU 2)
tengah pandemi sarana dan prasarana telah “Koordinasi bisa langsung atau lewat WA.”
menyesuaikan peraturan baru yang ada. (IT 2)
Puskesmas X telah memiliki sumber dana untuk
pelaksanaan program keselamatan pasien. Dana Puskesmas X melakukan monitoring dan
keselamatan pasien di puskesmas X ini evaluasi pada program keselamatan pasien.
menggunakan dana dari BOK. Monitoring biasanya dilakukan oleh kepala
puskesmas dan tim audit internal. Dalam
“sudah cukup memadai” (IU 1) melakukan evaluasi tim audit internal akan
“Sumber dana itu berasal dari BOK.” (IT 1) melakukannya pada saat lokakarya mini, tim
audit bersama kepala puskesmas akan
4. Disposisi Pelaksana melakukan evaluasi dari hasil pelaksanaan
Sikap dari pelaksana menentukan komitmen keselamatan pasien.
para pelaksana sehingga akan berpengaruh
terhadap suasana dan kemauan dalam “Diawasi bu kapus, ada tim audit juga...”
melaksanakan kebijakan dengan konsisten. (IU 6)
Dalam hal pencatatan dan pelaporan komitmen
mereka harus ditingkatkan lagi mengingat 6. Lingkungan
pelaporan dan pencatatan insiden sering Aspek lingkungan adalah aspek diluar
mengalami keterlambatan pelaporan bahkan lupa program yang memiliki pengaruh besar terhadap
untuk mencatat insiden. Penelitian ini sesuai pelaksanaan program keselamatan pasien di
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Puskesmas X. Faktor lingkungan dalam
Astriyani (2021), Puskesmas X harus lebih penelitian ini berasal dari petugas Puskesmas X
memperhatikan terkait komitmen dan kesadaran yang bukan anggota tim keselamatan pasien dan

4
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia 21(1), 2022

dari pasien. Seluruh petugas yang bukan Pelaksanaan Program Keselamatan Pasien
merupakan tim keselamatan pasien mendukung Puskesmas Mangkang, Kota Semarang. J
dan melaksanakan program keselamatan pasien Kesehat Masy. 2018;6(4):27–41.
dengan tanggung jawab, sehingga tim 2. Octaviani N, Hilda H, Nulhakim L. Evaluasi
keselamatan pasien cukup terbantu dalam Pelaksanaan Tujuh Langkah Menuju
menjalankan tugasnya. Dukungan dari pasien Keselamatan Pasien Di Puskesmas Loa Kulu
adalah hampir seluruh pasien mendukung Kabupaten Kutai Kartanegara. J Kedokt
adanya program keselamatan pasien yang Mulawarman. 2020;7(2):30.
ditunjukan dengan tertibnya pasien 3. Lestari endang sri. Sistem Pelaporan Insiden
memperhatikan protokol kesehatan. Pasien juga Keselamatan Pasien Disebuah Rumah Sakit
memahami petunjuk atau tanda-tanda jalan yang Swasta Di Kudus. J Chem Inf Model.
ada sehingga meminimalisir kesalahan pasien 2019;53(9):1689–99.
masuk kedalam ruangan. Akan tetapi, tidak 4. Rachmawati A, Wigati P, Sriatmi A. Analisis
semuanya mendukung, ada juga pasien yang Pelaksanaan Tujuh Langkah Menuju
melanggar aturan, jika hal ini terjadi maka Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit Islam
petugas akan menegur pasien. Sultan Agung Semarang. J Kesehat Masy Univ
Diponegoro. 2017;5(1):1–7.
“...Semua petugas disini mendukung, tidak 5. Octaviani N, Nulhakim L. Evaluasi
ada yang tidak.” (IU 5) Pelaksanaan Tujuh Langkah Menuju
“...ndak mbak, ndak pernah salah ruangan Keselamatan Pasien Di Puskesmas Loa Kulu
sih. Pentunjuk jelas juga..” (IT 6) Kabupaten Kutai Kartanegara. J Kedokt
Mulawarman. 2020;7(September):30–42.
SIMPULAN 6. Taufiq AR. Penerapan Standar Operasional
Pelaksanaan keselamatan pasien di puskesmas Prosedur (Sop) Dan Akuntabilitas Kinerja
X ditinjau dari tujuh langkah menuju keselamatan Rumah Sakit. J Profita. 2019;12(1):56.
pasien masih belum terlaksana dengan optimal. 7. Bahrudin L, Bahrudin L, Studi P, Kesehatan
Kurang optimalnya pelaksanaan tujuh langkah M, Kesehatan F, Qamarul U, et al. Pengalaman
keselamatan pasien mengakibatkan pelaksanaan Keluarga Berkomunikasi dengan Lansia di
program keselamatan pasien di Puskesmas X tidak Wilayah Kerja Puskesmas Pemenang
berjalan dengan optimal. Terlebih lagi pada langkah Kabupaten Lombok Utara. Bima Nurs J.
pertama terkait penanaman nilai keselamatan pasien 2020;2(1):16–22.
dimana petugas menanamkan budaya pelaporan, 8. Arumsari DP, Emaliyawati E, Sriati A.
puskesmas X Kabupaten Demak belum optimal, Hambatan Komunikasi Efektif Perawat
karena beberapa faktor yaitu rendahnya sikap dan Dengan Keluarga Pasien Dalam Perspektif
komitmen dalam mencatat insiden membuat Perawat. J Pendidik Keperawatan Indones.
pelaporan insiden sering mengalami keterlambatan. 2017;2(2):104.
Kurangnya SDM membuat pelaksanaan 9. Abdoellah, Awan Y; Rusfiana Y. Teori dan
keselamatan pasien menjadi tidak optimal karena Analisis Kebijakan Publik. 1st ed. Alfabeta
petugas memiliki banyak beban kerja sehingga Bandung. Bandung: Alfabeta; 2016. 71–74 p.
dalam menjalankan program ini tidak dapat 10. Ramdhani A, Ramdhani MA. Konsep Umum
maksimal. Pelaksanaan Kebijakan Publik. J Publik.
Faktor sikap dan komitmen pelaksana menjadi 2017;11 (01):1–12.
salah satu faktor kuat dalam pelaksanaan program 11. Astriyani S, Suryoputro A, Budiyanti RT.
keselamatan pasien, oleh sebab itu diperlukan peran Pelaksanaan Keselamatan Pasien di Puskesmas
pemimpin agar sikap dan komitmen pelaksana lebih X Ditinjau dari Tujuh Langkah Menuju
ditingkatkan kembali. Selain itu, dalam Keselamatan Pasien. 2021;150–8.
melaksanakan program keselamatan pasien, 12. Perawironegoro D. Hubungan antara struktur
puskesmas X harus memperhatikan lagi pelaksanaan organisasi dengan efektifitas organisasi di
tujuh langkah menuju keselamatan pasien. pesantren relationship between organizational
structure with the effectiveness of the
DAFTAR PUSTAKA organization in pesantren. J Kependidikan
1. Islami K, Arso SP, Lestantyo D. Analisis Islam. 2019;5(2):179–96.

Anda mungkin juga menyukai