Anda di halaman 1dari 19

KRITIK FILM SEJARAH

“Soekarno: Indonesia Merdeka”

A. Identitas Film
Berisi segala hal terkait informasi yang dapat diperoleh terkait dengan
film sebagai identitasnya
Contoh:
- Poster Film:

Judul Film : Soekarno: Indonesia Merdeka (2013)


Tanggal Rilis : 11 Desember 2013
Sutradara : Hanung Bramantyo
Produser : Raam Punjabi
Editor : Cesa David Lukmansyah & Hery Kuntoro
Durasi : 02:22:11
Penulis Naskah : Ben Sihombing dan Hanung Bramantyo
Pemeran : 1. Ario Bayu sebagai Soekarno
2. Lukman Sardi sebagai Mohammad Hatta
3. Tanta Ginting sebagai Sutan Sjahrir
4. Tika Bravani sebagai Fatmawati
5. Maudy Koesnaedi sebagai Ibu Inggit Garnasih
(Istri Kedua Soerkarno)
6. Sujiwo Tejo sebagai Soekemi Sosrodihardjo (Ayah
Soekarno)
7. Ayu Laksmi sebagai Ida Ayu Nyoman Rai (Ibu
Soekarno)
8. Agus Mahesa sebagai Ki Hadjar Dewantara
9. Emir Mahira sebagai Soekarno remaja
10. Susumu sebagai Hitoshi Imamura
1
11. Roza sebagai HOS Tjokroaminoto
12. Toyik sebagai Ki Bagus Hadikusumo
13. Heriyanto sebagai Sukarni
14. Anta sebagai Kyai Wahid Hasyim
15. Nobuyuki Suzuki sebagai Laksamana Tadashi
Maeda

B. Gambaran Umum Film


Sebenarnya berisi tentang unsur-unsur ekstrinsik film, meliputi komentar,
penilaian, jumlah penonton, penghargaan, dll yang dapat diperoleh melalui
berbagai sumber.

Contoh:

Latar belakang pembuatan film Soekarno oleh Hanung Bramantyo ini selain
alasan dari tuntutan karirnya sebagai seorang sutradara ialah keinginannya
memberitahu masyarakat Indonesia tentang Soekarno, sang bapak bangsa.
Soekarno memiliki banyak kisah hidup lengkap dibandingkan pahlawan lain yang
menarik untuk diangkat menjadi film. Hanung berusaha menampilkan sosok
Soekarno sebagai Bapak Proklamator dan Bapak dalam sebuah rumah tangga.

Film ini mengambil latar tahun 1929-1945 mulai dari penyergapannya di


Yogyakarta ke Bandung. Film ini menampilkan masa kecil Soekarno dengan
nama asli Kusno dengna begitu singkat. Nama Soekarno merupakan nama ubahan
yang diberikan oleh ayahnya karena pada umur 11 Kusno menderita sakit selama
dua bulan dan menurut kepercayaan orang tua dahulu jika sebuah nama yang tidak
cocok dengan si anak maka akan berdampak pada kesehatan anak. Pada tahun
1920 Soekarno muda pindah ke Surabaya untuk menuntut ilmu pada HOS
Tjokroaminoto. Soekarno digambarkan sebagai sosok pemuda yang cerdas dan
memiliki minat yang tingi dalam mempelajari ideologi marxis, ia juga memiliki
jiwa seni yang tinggi. selain menggambarkan secara sekilas perjalannya dalam
belajar kepada HOS Tjokroaminoto, Hanung juga menceritakan kisah asmara
Soekarno dengan gadis Belanda.

Masa kecil dan remaja Soekarno ditampilkan secara singkat dalam film
tersebut, selebihnya Hanung menampilkan perjalanan Soekarno mulai dari

2
penahannya di penjara Banceuy Bandung pada tahun 1929 akibat dianggap
pergerakannya dalam pembentukan PNI memberi ancaman pada pemerintahan
Belanda. Akhirnya pemerintah Belanda menjatuhkan vonis 4 tahun penjara
kepada Soekarno. Dua tahun kemudian Soekarno dibebaskan karena terbukti tidak
bersalah. Soekarno kembali pada aktivitas politiknya hingga kemudian pada tahun
1934 ia ditangkap kembali dan diasingkan ke Ende. Setelah hidup selama 4 tahun
di Ende, Soekarno dipindah ke Bengkulu karena terjangkit menderita malaria, di
Ende lah perjalanan Soekarno mulai terlihat kronologis pada film ini. Hanung
Bramantyo, berusaha menampilkan perjalanan Soekarno di Ende diawali
penggambaran kehidupan rumah tanganya dengan Inggit, keseharian Soekarno di
Bengkulu sebagai pengajar dan perjumpaan Soekarno dengan Fatmawati yang
kelak menjadi istrinya.

Konflik mulai memuncak setelah Jepang menjajah Indonesia pada tahun


1942. Dalam film ini soekarno ditampilkan sebagai seorang diplomator yang
ulung, ia melakukan kerjasama dengan pihak Jepang. Hal ini dilakukan Soekarno
untuk mencegah adanya korban jiwa apabila melawan dan menolak permintaan
kerja sama pihak Jepang. Langkah Soekarno ini mendapat pertentangan oleh
Syahrir dan para pemuda yang menganggap Soekarno justru mendekatkan
Indonesia pada kehancuran. Tetapi perlahan, usaha Soekarno membuahkan hasil
ketika pihak Jepang di bumihanguskan oleh Amerika dengan bom atomnya.
Kesempatan ini digunakan Soekarno untuk mewujudkan cita-cita bangsa yaitu
kemerdekaan.

C. Sinopsis Film
Berisi tentang alur cerita dalam film
Contoh:
Film Soekarno yang disutradai oleh Hanung Bramantyo berfokus pada
perjuangan Bung Karno prakemerdekaan. Semasa kecil, Soekarno diberi nama
Kusno, lantaran ia sering sakit, akhirnya Soekemi Sosrodihardjo mengganti
namanya menjadi Soekarno. Semasa muda, Bung Karno tinggal bersama HOS.
Tjokroaminoto, pendiri Sarekat Islam. Soekarno banyak belajar darinya tata cara

3
berpidato yang baik, kepemimpinan, keagamaan. Bapak guru bangsa ini
menginspirasi Bung Karno untuk berjuang dan berkorban untuk kemerdekaan
rakyat Indonesia.
Pada usia 24 tahun, Bung Karno mulai berani berpidato di hadapan rakyat
Indonesia. Ia menerbarkan dan mengobarkan api nasionalisme pada rakyat
pribumi lewat Partai Nasional Indonesia atau PNI. Keberanian dan kepiawaian
Bung Karno dalam berbicara dan berpolitik menjadi suatu ancaman serius bagi
kemapanan kolonialisme Belanda di Bumi Putera. Beberapa kali, Bung Karno
mendekam dalam penjara (1929) dan diasingkan oleh kolonial Belanda ke Flores
(1933) dan Bengkulu (1938-1942).
Selama menjalani pengasingan di Bengkulu, Soekarno vakum dalam
berpolitik. Ia tinggal bersama istri keduanya Inggit Garnasih, yang selalu setia
menemani perjuangan politik Soekarno. Di sana, Soekarno tertarik dengan gadis
muda bernama Fatmawati. Kehadiran Fatmawati di hati Soerkano menjadi benalu
yang merusak keharmonisan keluarga Soekarno. Pertikaian terjadi dalam rumah
tangga Soekarno, sekalipun pada akhirnya, Inggit mengalah kepada kehendak
Soekarno yang ingin menikahi Fatmawati.
Di tengah konflik rumah tangga, Jepang dikabarkan berhasil memenangkan
Perang Asia Timur Raya. Jepang pun menginginkan Indonesia menjadi sekutu
Jepang dalam neyerang musuh. Dari sini, gairah politik Soekarno kembali tumbuh
dan memilih jalur kooperatif dengan Jepang dalam mengantarkan rakyat
Indonesia ke kemerdeakaan. Pilihan yang diambil oleh Soekarno dan Hatta
mendapat kritikan yang keras dari golongan muda seperti Sultan Sjahrir dan
Wikana. Sekalipun, Soekarno dianggap kacung Dai Nippon, ia tetap bersiteguh
mempertahankan idealisme kemerdekaan tanpa pertumbahan darah rakyat.
Ketika datang kabar hancurnya Nagasaki dan Hiroshima dengan bom atom
Amerika, Jepang pun menyatakan kekalahan tanpa syarat. Momentum itu
dimanfaatkan oleh Soekarno-Hatta dengan menekan jenderal Hitoshi Imamura
untuk mempercepat kemerdekaan. Namun, kalangan pemuda menginginkan
Indonesia merdeka secara independen atau berdikari tanpa atas intervensi atau
bantuan dari manapun termasuk Dai Nippon. Ambisi tersebut menuai peristiwa
penculikan Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok.

4
Pada 17 Agustus 1945, Soekarno memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.
Negara yang plural ini berpijak pada asas Pancasila dengan semboyan “Bhinneka
Tunggal Ika”. Disitulah, rakyat Indonesia meraih kebebasannya sebagai bangsa
sekaligus manusia yang seutuhnya. Sampai akhir, Soekarno selalu percaya dengan
analogi HOS Tjokroaminoto bahwa rakyat ibarat alam yang penuh misteri, namun
ketika kita berhasil menggenggam hatinya maka mereka akan mengikuti kita.

D. Kritik dan Apresiasi


Bagian ini merupakan penilaian, kritik, koreksi, dan berbagai pendapat
yang dapat anda lakukan murni sebagai pendapat anda ataupun dengan
dukungan dari pihak/sumber/bukti yang lain. Pola, model, dan caraya
terserah pada anda.
Contoh:
Kelebihan Film
1. Inisiasi Hanung Bramantyo dan tim, selaku sutradara untuk mengerjakan
film sejarah mengenai Soekarno ini tentu patut diapresiasi. Masyarakat
Indonesia bisa secara visual menyaksikan perjuangan-perjuangan para
pejuang bangsa. Film ini didukung dengan riset-riset kuat sebelumnya.
Sehingga film yang dihasilkan mampu menunjukkan sisi historis yang
kuat.
2. Secara alur, film Soekarno ini sangat runut dan runtut. Cerita ini dimulai
dari kehidupan Soekarno kecil, kehidupan Soekarno dengan HOS.
Cokroaminoto, aktivitas Soekarno dengan PNI, pemikiran marhaenisme
Soekarno, pengasingan Soekarno, strategi politik kooperatif Soekarno
dengan Dai Nippon, sampai perumusan dasar negara dan pembacaan
proklamasi. Secara substantif, film ini tidak hanya menekankan aspek
ekspresi semata tetapi tetap ini berpijak pada aspek historitas perjuangan
Soekarno. Secara substantif, film ini tidak hanya menekankan aspek
ekspresi semata tetapi tetap ini berpijak pada aspek historitas perjuangan
Soekarno.
3. Dilihat dari sisi artistik dan properti-properti yang digunakan, film ini
mendukung penonton untuk merasakan suasana masa penjajahan.

5
4. Penggunaan 3 bahasa yang sangat rinci ditunjukkan dalam film ini selain
Bahasa Indonesia yaitu, Bahasa Jawa Kromo Inggil, Bahasa Belanda dan
Bahasa Jepang, para aktor dan artis pemeran dalam film ini bukan berasal
dari daerah dimana bahasa tersebut ada, walaupun tetap ada dari beberapa
aktor yang memang orang asing. Dialog dalam berbagai bahasa yang
memang nyata digunakan pada zaman tersebut juga menghidupkan
kembali era zaman penjajahan.
5. Soekarno yang diperankan oleh Ario Bayu di beberapa scene terutama
pidato-pidato yang ditampilkan dalam film sedikit banyak dapat
merepresentasikan kewibawaan Soekarno yang kita kenal begitu tegas
dan berwibawa.
6. Filming yang disajikan sangat menyenangkan, tidak ditemukan distraksi
perpindahan scene yang berarti. Perpindahan scene satu ke scene
selanjutnya sangat smooth.
7. Aktor yang memerankan Soekarno, Ario Bayu, berhasil memerankan
karakter Soekarno yang perlente alias metrosexual. Pidatonya
menggelegar dan lantang, kharisma, dan sorot mata yang tajam.
8. Properti yang digunakan dalam film ini mencerminkan zamannya dan
masuk akal. Seperti kostum, alat transportasi, pernak-pernik. Selain itu,
dapat terlihat di spanduk, surat kabar, pamphlet yang ada di film ejaan
lama, yang dinamakan Ejaan Van Ophuysen yang mulai berlaku pada
tahun 1901.
9. Peristiwa sejarah yang difilmkan tentu mempunyai tantangan dan
keterbatasan, seperti durasi yang singkat yang harus mengkover beberapa
tahun dan berikut peristiwa penting yang ada di dalamnya. Film Soekarno
ini dilengkapi dengan beberapa teks penjelasan yang mengantar penonton
dalam setiap transisi peristiwa dan tahun yang digambarkan. Hal tersebut
meminimalisir kebingungan penonton untuk mengikuti alur cerita film.
10. Dari segi pilihan peristiwa yang dititikberatkan pada masa penjajahan
Jepang, film ini berhasil dalam menggambarkan situasi dan kondisi yang
dialami oleh masyarakat Indonesia pada saat itu, misalnya, ketika Jepang
melawan Belanda (50:08), Pengerukan Suumber Daya Alam, beras

6
(51:01), Ekploitasi seksual “Jugun Ianfu” (52:34), Kerja Paksa
“Romusha” (1:29:27), dan Pembantaian penolakan hormat kepada
matahari “Shikerei” (1:31:36).
11. Adanya “Heteroglossia” atau Percakapan dalam berbagai bahasa. Para
tokoh digambarkan memiliki berbagai bahasa, seperti Belanda, Jepang,
Jawa, Melayu, dan beberapa bahasa daerah terutama di Bengkulu ketika
lumayan banyak porsi film yang mengambil setting di sana. Di film ini
bahasa bukan hanya sekadar penanda budaya, tapi juga penanda kelas.
Adegan dimana Sjahrir dan Hatta menggunakan bahasa Belanda
menunjukkan bahwa mereka adalah kalangan terdidik. Film yang juga
menggambarkan waktu dimana Belanda menguasai Indonesia terlihat
jelas bahwa berbahasa Belanda pun tidak cukup membuat seorang
Pribumi, seperi Soekarno diterima oleh Ayahnya Mien, seorang Meneer
Belanda. Fenomena Heteroglossia pada zaman Soekarno memang terlihat
jelas dalam film ini karena saat itu. Heteroglossia yang diparadekan
Hanung di film ini sangat baik, sebab ia tak tanggung-tanggung memakai
aktor dari luar negeri dari Jepang, Belanda, Swedia, sampai Portugal.
12. Pengambilan sudut kamera yang jauh (long shot) 1:03:39 dan kamera
jarak dekat (close shot) 1:03:51 pada saat Soekarno melakukan perjalan
ke Surabaya menaiki kereta api.
13. Dari sisi produksi, Hanung mengakui bahwa Film Soekarno meruapakan
film terberat yang diarahnya karena melibatkan sampai dengan tiga ribu
pemain dan figuran. Scene ketika Soekarno berpidato membutuhkan
waktu shooting selama enam hari. Lokasi shooting yang berada di
kawasan yang berbeda seperti Pabrik Gula Gondang, Ambarawa,
Semarang, Surabaya, Jakarta, dan Kebon Raya Bogor. Film ini berbiaya
hampir 20 miliar.
14. Film yang digarap oleh Hanung Bramantyo memang harus diakui
mempunyai cerita yang baik, plot yang kokoh dan detail yang teliti.
15. Detail propertinya sangat cocok,suasana masa lampau terasa dibangkitkn
kembali. Seragam dan senjata tentara Belanda dan Jepang sangat apik.

7
Kendaraan era dulu juga dimunculkan yang membuat nuansa dulu
semakin kental.
16. Film Soekarno sangat bagus dan menarik . Dimana dalam ceritanya
mengangkat tema perjuangan, dalam film tersebut kita bisa lebih tertarik
untuk mengenang sejarah dan lebih bisa menghargai para pejuang.
17. Banyak pelajaran yang dapat diambil dari film tersebut. Misalnya
menghargai perbedaan pendapat.
18. Film dimulai dengan lantunan lagu Indonesia Raya
19. Alur cerita menggunakan alur maju, dan sudah menceritakan secara runtut
walau ada beberapa adegan yang tidak ditampilkan secara detai seperti
adegan Soekarno dan keluarga di bunag ke Ende (menit: 24.32).
20. Film juga sudah menampilkan masa muda Sukarno yang tertarik pada
politik dan punya bakat berpidato (Menit: 15:21) sumber: buku 100
Tokoh Yang Mengubah Indonesia: Biografi Singkat Seratus Tokoh Yang
Paling berpengaruh di Indonesia di Abad 21.
21. Film ini juga menampilkan peristiwa-peristiwa penting yang berkaitan
dengan Sukarno seperti Sukarno yang memilih bersifat kooperatif
terhadap Jepang (Menit: 57:38), Pembentukan Putera (Menit: 01.17.24),
sidang BPUPKI (menit: 01.41.51) peristiwa Rengasdengklok (Menit:
01.58.00), dan prosesi proklamasi kemerdekaan. (menit: 02.15.19).
22. Secara alur, film Soekarno ini sangat runut dan runtut. Cerita ini dimulai
dari kehidupan Soekarno kecil, kehidupan Soekarno dengan HOS.
Cokroaminoto, aktivitas Soekarno dengan PNI, pemenjaraan Soekarno
(1926), pengasingan Soekarno di Ende (1934), kebijakan koperatif
Soekarno dengan Dai-Nippon, sampai perumusan dasar negara dan
pembacaan proklamasi. Secara substantif, film ini tidak hanya
menekankan aspek ekspresi semata tetapi tetap ini berpijak pada aspek
historitas dari perjuangan politik Soekarno.
23. Secara penokohan, film ini berhasil membangun sosok Soekarno yang
ulet dalam berpolitik. Semasa kolonial Belanda, jalan perjuangan politik
yang dipilih Soerkano bersifat non-kooperatif. Berbeda dengan masa Dai-
Nippon, Soekarno memilih jalur kooperatif untuk memanfaatkan Jepang

8
yang pada 1942-1943 untuk mencapai kemerdekaan Indonesia tanpa ada
pertumpahan darah rakyat (menit, 55:27).
24. Secara keseluruhan film ini mampu menggambarkan perjalanan Soekarno
yang kemudian membentuk karakter dan pemikirannya. Sekilas Hanung
mampu menampilkan usaha Soekarno dalam menggali dasar-dasar
Negara Indonesia, ini bisa dilihat pada bagian ketika Soekarno naik
podium pada sidang BPUPKI pertama, Hanung membingkainya dengan
flashback pada saat Soekarno mengusulkan butir demi butir dasar negara.
25. Penokohan Soekarno sudah bagus ketika ia berpidato di depan orang-
orang tinggi. Namun sedikit di sayangkan kurang terlalu menonjolkan ke
tegasan Soekarno terhadap Jepang maupun Belanda.

E. Kekurangan Film
Terlepas dari kelebihan di atas, kami menemukan beberapa kekurangan film
Soekarno, diantaranya:
1. Alur film ini belum menjelaskan kepada penonton background
pendidikan Soekarno. Secara tidak langsung, pendidikan yang dienyam
Soekarno memiliki pengaruh besar terhadap karakter dan pemikirannya.
Di sisi lain, film ini tidak menerangkan secaara eksplisit simpati Soekarno
kepada pemikiran dan gerakan kiri seperti Komunisme.
2. Dalam menokohkan seorang Soerkano, film ini kurang mampu
menampilkan sosok kharismatik dan kebijaksanaan sosok Soekarno.
Dalam film ini, Soekarno lebih sering digambarkan dengan situasi galau,
murung, dan tertekan. Efek penuansaan dalam film ini pun didominasi
dengan pencahayaan yang gelap sehingga kesan murung pada sosok
Sukarno sebagai tokoh utama semakin terasa. Padahal sebagai mana kita
tahu, bahwa Soekarno merupakan sosok yang tegas Dalam film
tergambarkan, sosok Soekarno yang dirundung cinta terhadap Fatmawati
sehingga ia tidak fokus kepada tujuan yang dicapainya yakni
kemerdekaan tanpa ada pertumpahan darah dengan Dai Nippon. Soekarno
juga tampak tidak bijaksana ketika ia hendak menuai cintanya dengan
Fatmawati. Di awal pertemuannya dengan Fatmawati di pantai Bengkulu,

9
film tersebut menjelaskan kepada penonton bahwa Soekarno adalah buaya
cinta. Film ini terkesan sangat memaksakan sisi-sisi romantisme Soekarno
secara salah. Film ini mengangkat Sukarno sebagai seorang yang
womanizer. Akan lebih baik jika konflik Sukarno-Inggit-Fatma dalam
film ini ditiadakan dan hanya fokus dalam pergulatan dalam mendapatkan
kemerdekaan.
3. Mengenai pemeran terdapat beberapa tokoh yang kurang sesuai dengan
fakta sejarah. Salah satunya yaitu peran HOS Tjokroaminoto yang di
gambarkan bertubuh pendek dan mengendarai kereta sendiri. Dari
beberapa foto yang kami temukan, Tjokroaminoto bertubuh tinggi dan
pergi kemana-mana didampingi oleh orang lain, termasuk dalam menaiki
dokar, belum ditemukan ia menjadi kusir sendiri.
4. Ada beberapa atribut yang kurang sesuai dalam film ini. Seperti logo PNI
yang digunakan Soekarno dalam orasinya. Karena logo pertama yang
digunakan oleh PNI adalah lingkaran dengan kepala banteng. Kemudian
dalam perjalanan Soekarno ke kediaman pemimpin propaganda Nipon,
jalanan digambarkan sudah beraspal dan memakai marka jalan, sesuatu
yang tentu belum ada ketika masa itu.
5. Latar Istana Tenno Heika yang di film kurang menampil nuansa Jepang,
begitu juga kantor marsekal Terauchi di Saigon Vietnam bangunannya
mirip dengan bangunan di Indonesia.
6. Para tokoh Jepang dalam film ini terlalu fasih berbahasa Indonesia. Ketika
adegan tentara Jepang yang berbicara Inggris juga tidak menunjukkan
bahasa Inggris khas pengucapan orang Jepang (orang Jepang tidak bisa
sempurna pelafalan bahasa Inggris, yang kita kenal dengan istilah
Japanlish).1
7. Beberapa ungkapan dan penggunaan bahasa dalam film ini juga perlu
dikoreksi. Ketika adegan Soekarno membicarakan kegundahannya akan
orang-orang yang mengkritik manuvernya berkolaborasi dengan Jepang,
terutama terkait perkara Romusha. Ia menggunakan kata ‘nyinyir’ untuk
menjelaskan sikap para pengkritiknya. Di adegan lain, ada juga

1
Sumber: https://japanglish.org
10
penggunaan kata ‘keukeuh’, ‘ya udah deh’ dan ungkapan-ungkapan lain
yang tidak menggambarkan literatur kebahasaan pada masa itu.
8. Tidak dan sangat kurang digambarkan bagaimana proses pendidikan yang
penting dan berpengaruh dalam tahap pembentukan seorang Soekarno
muda.
9. Film merupakan “capital intensive” yang menjadikannya hiburan yang
butuh modal besar untuk memproduksinya. Artinya, film haruslah
mempertimbangkan banyak hal, mulai dari riset sejarah, tafsir sejarah,
dan tuntutan pasar secara sekaligus! Tentu tema romantika Bung Karno
mendominasi film ini dan bagaimana usaha Bung Karno dan kawan-
kawan dalam mengatasi dan memperjuangkan kemerdekaan di bawah
kolonialisme Jepang dan mengantar Indonesia menjuju gerbang
kemerdekaan Indonesia. Romantika Soekarno dianggap berlebihan dalam
film ini.
10. Dalam film, Sukarno kecil digambarkan sebagai anak Priyayi Jawa
bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo (diperankan dengan baik oleh
Sudjiwo Tedjo). Sekilas tak ada yang salah dalam hal ini. Namun, apabila
diamati lebih lagi, penggambaran ibu kandung Sukarno, bernama Ida Ayu
Nyoman Rai, yang terkesan “orang Jawa” adalah keliru. Dalam buku
yang berjudul 100 Tokoh yang Mengubah Indonesia diceritakan
bahwasanya Ibu Soekarno adalah seseorang yang mempunyai keturunann
orang Bali dan bukan Jawa.
11. Dari semua pemain utama —Bung Karno (diperankan Ario Bayu), Bung
Hatta (Lukman Sardi), Bung Sjahrir (Tanta Ginting), Inggit Garnasih
(Maudy Koesnaedi), dan Fatmawati (Tika Bravani), dan Sakaguchi (Ferry
Salim) menurut saya mungkin hanya Lukman Sardi yang cukup baik
dalam melakoni perannya.
12. Ada beberapa adegan yang membuat bingung karena tidak ada pemberian
nama tokoh yang dihadirkan. Misalnya pada adegan di scene ke 11:08
disitu terdapat banyak tokoh perjuangan, namun nama namanya tidak
jelas.

11
13. Di menit ke 4, dibuka dengan adegan datangnya polisi Belanda di rumah
ketua PNI Jawa Tengah. Yang menjadi perhatian saya adalah diputarnya
lagu Terang Bulan yang popular pada masa itu. Bahkan Federasi Malaysia
menggunakan lagu tersebut menjadi lagu nasional mereka tentunya
dengan penggantian lirik. Yang saya kritisi dari pemutaran lagu ini adalah
pemutaran lagu yang menggunakan bahasa asing, karena pada masa
tersebut lagu ini sudah ada yang memakai bahasa Indonesia (Melayu) dan
harusnya didalam lingkungan PNI yang nasionalis lebih suka yang berbau
Indonesia.
14. Di menit ke 5, sebelum pasukan polisi sampai di halaman rumah Soerjudi,
ada tembok yang bertuliskan “Koemunis Nomer Sidji”. Mengapa slogan
tersebut berada didekat rumah seorang tokoh PNI. Penonton pasti
menduga bahwa PNI itu juga komunis, apalagi ditambah adegan Soerjudi
menyembunyikan buku-buku Marxis dan Leninisme. Setahun sebelum
penangkapan Soekarno pada 1929, terjadi pemogokan buruh kereta api
yang terjadi di Semarang Jawa Tengah. Pemogokan tersebut dipelopori
oleh Snevvliet, Semaun, Darsono, dan gerombolan SI (Sarekat Islam) Kiri
yang bermarkas di Semarang yang tergabung dalam ISDV (Partai
Komunis Hindia Belanda). Akan tetapi jalan PNI tidaklah sama dengan SI
Kiri karena mereka berbeda aliran meskipun sama-sama mempelajari
sosialisme. Penggambaran PNI Komunis didalam film ini kurang tepat.
15. Menit ke 07.40, adegan flashback ke masa Soekarno masih bernama
Koesno yang diganti Namanya menjadi Soekarno karena sering sakit-
sakitan pada umur 11 tahun. Saya rasa kurang tepat jika fase konflik
Soekarno dengan Belanda kemudian berlanjut adegan flashback saat ia
kecil, lebih baik langsung saja dimulai dari masa tersebut saja.
16. Di menit ke 15, dihadirkan Tjokroaminoto yang merupakan tokoh utama
Sarekat Islam sekaligus induk semang Soekarno. Di film ini ia
digambarkan dengan fisik yang pendek, padahal dalam beberapa sumber,
Tjokroaminoto merupakan seorang yang tinggi dan gagah yang juga
menjadi modal kharisma yang terpancar padanya. Kemudian di dalam

12
film ini, ia menjadi kusir delman sendiri, saya rasa kurang sesuai
mengingat beliau orang besar dan mempunyai banyak pengikut.
17. Menit ke 20, Soekarno ditangkap dan dimasukan ke penjara Benceuy
Bandung. Ini yang menimbulkan tanda tanya, apakah adegan ini
merupakan kelanjutan dari penangkapan dirinya sewaktu di rumah
Soejudi atau ketika selepas berorasi dalam acara PNI. Pada scene ini
terjadi keterputusan kronologi.
18. Menit ke 26, diceritakan Bung Karno sudah di Bengkulu setelah
sebelumnya dibuang ke Ende dan mengalami malaria. Akan tetapi secara
fisik tidak ditemukan perbedaan antara Soekarno waktu sakit dan sehat.
Sehingga dirasa kurang pas.
19. Menit ke 32, Soekarno sedang bermesraan dengan Fatmawati yang
umurnya jauh terpaut jauh, padahal ia masih menjadi istri Inggit. Memang
demikian adanya pertemuan dan percintaan Soekarno dengan Fatmawati,
akan tetapi agaknya lebih bisa menjaga marwah Soekarno dengan
menampilkannya dengan sekilas dan sopan.
20. Menit ke 50, terjadi penembakan tantara Jepang kepada pedagang
Tionghoa, hal tersebut dapat menggiring/mengingat kembali senimen
Anti Jepang dalam masyarakat China.
21. Sepanjang film, tidak tercantum keterangan nama tokoh dan tempat. Hal
tersebut mempersulit penonton mengetahui siapa tokoh dalam adegan
tersebut dan dimana kejadian tersebut.
22. Alur cerita film ini belum menjelaskan kepada penonton background
pendidikan Soekarno. Secara tidak langsung, pendidikan yang dienyam
Soekarno memiliki pengaruh besar terhadap karakter dan pemikirannya.
23. Kedua pada penokohan seorang Soerkarno, film ini kurang mampu
menampilkan sosok kharismatik dan kebijaksanaan sosok Soekarno. Ini
tampak ketika Soekarno dan Hatta melakukan konsolidasi kerjasama
dengan Dai-Nippon. Dalam film tergambarkan, sosok Soekarno yang
dirundung cinta terhadap Fatmawati sehingga kondisi romantika tersebut
menjadi penghalang langkah Soekarno untuk meraih kemerdekaan
Indonesia dari Jepang.

13
24. Secara penokohan, film ini belum berhasil seutuhnya menvisualisasikan
kharisma seorang Soekarno sebagai seorang kepala rumah tangga. Dalam
film ini, Soerkano tergambar sebagai sosok buaya cinta. Gambaran ini
sangat kentara pada awal pertemuan Soerkano dengan Fatmawati di
Pantai Bengkulu. Di sana, Soekarno bercakap dan menatap lekat-lekat
mata Fatmawati. Tampak keterpesonaan Bung Karno kepada Fatmawati.
(menit, 29:15).
25. Selain itu, Soekarno tampak tidak memiliki rasa malu untuk mendatangi
rumah Fatmawati di kala sendiri. Dengan berani, ia menyelonong ke
rumah Fatmawati (menit, 31:47) mendatangi wanita muda dan perawan.
Pemandangan tersebut menunjukkan bahwa Soekarno tidak memiliki
etika dalam bersosial, terlepas ia tidak memberitahu Inggit.
26. Selain pada sikap, penulis mendapati beberapa tutur kata yang tidak
sepantasnya diucapkan oleh seorang pemimpin. Secara sontak, Soerkanor
mengatakan “Kita akan dianggap sebagai antek-antek Dai Nippon.
Jangkrik…!”(jam ke, 1:20:35). Kata Jangkrik diarahkan kepada golongan
pemuda yang tidak setuju dengan jalan politik koperatif yang diambil oleh
golongan tua. PETA sebagai embrio tentara nasional merekrut secara
paksa para pemuda pribumi untuk dilatih menjadi tentara yang siap
membantu militer Dai Nippon.
27. (50.50) Pada scene ini Soekarno berbincang dengan salah satu warga
setempat setelah penyerangan yang dilakukan oleh tentara Jepang. Di
lihat dari penampilannya warga tersebut merupakan masyarakat Sumatra.
Penggunaan bahasa kurang menunjukkan khas bahasa daerah setempat,
dimana penggunaan bahasa Indonesia sangat menonjol.

28. (01.02.11) Pemilihan tokoh yang memerankan Jendral Imamura Hitoshi


kurang tepat. Imamura merupakan tokoh Jepang yang dekat dengan
Soekarno. Dari beberapa sumber menyebutkan Imamura memliki sifat
yang ramah terhadap penduduk di Indonesia terutama yang tinggal di
Jawa. Soekarno mengenang sosok Imamura sebagai seorang samurai
sejati, postur tubuhnya tinggi dan langsing melebihi tinggi orang Jepang
pada umumnya. Sedangkan dalam film Soekarno, Imamura memiliki

14
postur tubuh yang kurang tinggi, bahkan lebih pendek dari tentara di
sekitarnya.
29. (01.34.05) Posisi hormat Soekarno saat pengibaran bendera merah putih.
Tanggal 8 September 1944 untuk pertama kalinya bendera merah putih
dikibarkan sejak masa penjajahan Jepang. Dalam scene ini Soekarno
terlihat salah dalam melakukan penghormanatan, bahkan terkesan hanya
sekadar mengangkat tangan. Hal ini kurang sesuai dalam penggambaran
sikap Soekarno yang dikenal tegas dan berkharisma.
30. Film ini belum mampu menggambarkan sosok Soekarno dengan baik.
Karakter Soekarno belum tergambarkan secara maksimal. Meskipun
Hanung mendapat aktor yang memiliki postur tubuh tinggi gagah, serta
bentuk wajah dan rambut yang mirip dengan soekarno akan tetapi ia
belum mampu menampilkan sorot mata seperti Soekarno. Dari mimik
wajah aktor serta sorot wajahnya Soekarno terkesan loyo. Masalah diatas
bisa diakali salah satunya dengan meniru gaya bicara/retorika Soekarno
saat sedang orasi maupun tidak dan poin ini juga belum maksimal di
peragakan oleh sang aktor.
31. Di menit ke 13.41 ada adegan yang tidak sesuai dengan pemain. Disana
terdengar suara seseorang yang sedang mengetik naskah dengan alat
pengeruk zaman dulu, namu pemeran tersebut tidak melakukan seperti
orang yang sedang mengetik naskah atau tulisan.
32. Soekarno yang sering terlihat suka galau dan murung atau berdiam diri.
Disini sangat terlihat ketika Soekarno sudah membaca surat yg di kirim
oleh Fatmawati bahwa dia ingin segera di nikahi. Soekarno tidak
mendengarkan Hatta berbica, setelah Hatta memanggilnya ternyata
Soekarno sedang dan memikirkan sesuatu. (Ratna)
33. Menurut artikel atau jurnal
https://repository.usd.ac.id/4345/1/831_Film+Soekarno.pdf, bahwa
Soekarno pernah menikah dengan perempuan Belanda yang bernama Siti
Oetari anak dari Tjokroaminoto. Namun di film hanya menceritakan
kedekatan Soekarno dengan Siti Oetari di masa kecilnya. Padahal

15
sebelum menikah dengan inggit Garnasih, Soekarno sudah menikahi
perempuan Belanda terlebih dahulu.

F. Makna dan Pesan Film


1. Sosok Soekarno pada film ini memberi pesan kepada generasi muda agar
selalu mengedepankan kepentingan kebangsaan daripada kepentingan
golongan. Pada film Soekarno seakan-seakan berbicara kepada kaum
pemuda hari ini agar menjadi generasi bangsa yang intelek dan literate.
Sebab, kemajuan suatu bangsa ini diukur dari kualitas intelektual dan
literasi generasi bangsa. Dalam konteks revolusi digital, pemuda perlu
menjadi pribadi yang intelek dan literate untuk menunjang proses
keadaban dan peradaban bangsa yang sampai hari ini masih
diperjuangkan.
2. Soekarno merupakan seseorang yang ulet dan gigih untuk mencapai
suatu tujuan. Ia memang terkesan sedikit lamban, namun matang.
Soekarno selalu berusaha mencari celah agar negaranya bisa merdeka.
Kelambanan ini sebenarnya juga berkorelasi dengan sifatnya yan sangat
romantis. Sutradara dalam menggambarkan sebuah karakter yang linear,
cukup berdisiplin dan saling terkait. Soekarno adalah orang yang
kooperatif dan cinta damai. Soekarno mengatakan terkait keyakinannya
memimpin Indonesia kepada Hatta. Ia mengatakan, bahwa dia hanya
mengambil inisiatif dan melakukan yang terbaik. Jika bukan dia yang bisa
memimpin negeri, pasti ada orang lain yang muncul karena sebuah
situasi. Bagi Soekarno, ikhtiar dan tawakal menjadi sepasang tindakan
yang mengikuti hukum alam yang natural. Perasaan positif bahwa para
penerus bangsa bisa melanjutkan perjuangannya pula membuat Soekarno
tak pantang menyerah meski harus dikurung berkali-kali.
3. Selain dari sisi Soekarno, kita juga bisa mengambil pelajaran dari sisi
Hatta sebagai wakil presiden pertama Indonesia. Betapa para pemimpin
juga harus memiliki pertanyaan yang sama dalam benak mereka,
mampukah pemerintah menyelenggarakan pemilu dengan jujur dan adil
dan mampukah melahirkan pemimpin yang dapat memimpin negeri ini

16
dengan baik? Hal tersebut seperti Hatta seperti sedang mengetuk hati para
pemimpin kini, mengingatkan kembali bahwa negeri ini adalah amanah
dari rakyat. Tidak hanya rakyat di jaman ini, tetapi juga dari masa lalu dan
untuk masa depan.
4. Makna terakhir yang dapat diambil dari film Soekarno: Indonesia
Merdeka (2013) ini adalah bagaimana cara mengubah rintangan atau
halangan menjadi suatu kesempatan untuk mendorong diri menjadi yang
lebih baik. Banyak orang berputus asa karena sulitnya keadaan, namun
hanya sedikit orang yang menyadari bahwa ada jalan untuk melewati
keadaan yang sulit. Sebagai contoh, Soekarno di penjara beberapa kali.
Orang biasa melihat bahwa penjara sesempit suatu ruangan yang
mencegah mobilisasi seseorang. Padahal, penjara tidak jarang menjadi
suatu kemewahan dimana tokoh bangsa bertransformasi menjadi insan
yang lebih baik. Oleh karena itu, tidak heran, ketika di penjara seorang
tokoh, termasuk seperti Soekarno menjadi lebih kuat dan siap menghadapi
situasi apapun berkat menyiapkan diri di penjara.
5. Makna yang dapat diambil dari film Soekarno: Indonesia Merdeka (2013)
ini adalah hambatan merupakan peluang untuk menjadi lebih baik. Dalam
film ini, penjara adalah fase yang biasa dilalui oleh para pemimpin dalam
memperjuangkan cita-citanya. Lewat penjara, fisik seseorang mungkin
tidak bebas, akan tetapi pikiran seseorang tetap bisa berkembang.
6. Makna yang diambil dari drama romantika Soekarno adalah “jatuh cinta”
itu mudah akan tetapi mempertahankan itu sulit.
7. Bijaksana dalam menghadapi masalah
Pada adegan ketika Soekarno sedang berdiskusi dengan Hatta dan
Syahrir. Soekarno mempunyai pandangan terhadap masalah yang sedang
dihadapi. Walaupun Syahrir berbeda pendapat namun Soekarno tidak
memaksa Syahrir untuk mengiuti pendapatnya. Dalam hal ini soekarno
bersikap bijaksana dalam perbedaan pendapat untuk mencari titik
pertemuan.
8. Jujur

17
Pada adegan ketika Soekarno yang sedang keluar dari tempat
persembunyianya ketika dicari oeh Polisi Belanda. Soekarno
menyerahkan diri kepada Polisi Belanda walaupun pada awalnya teman
teman yang ada di rumah tuan Soejoedie mengatakan keberadaan
Soekarno. Dalam hal ini Soekarno bersikap Jujur dan pemberani.
9. Berpandangan luas
Pada adegan ketika Soekarno sedang mengajar di ruang kelas. Kemudian
salah satu muridnya bertanya. Dan kemudian terjadilah diskusi dalam
kelas tersebut. Dalam hal ini Soekarno berpandangan luas dan mampu
menjelaskan apa yang menjadi pertanyaan siswa pada waktu itu.
10. Sosok Soekarno pada film ini memberi pesan kepada generasi muda agar
selalu mengedepankan kepentingan bangsa daripada kepentingan
golongan. Film Soekarno menghimbau kepada pemuda agar
memaksimalkan perannya sebagai agent of change, memberdayakan
masyarakat dan membawa perubahan sosial ke arah yang lebih baik.
11. Sosok Soekarno dalam film ini memberi pesan kepada para birokrat dan
pemerintah agar selalu berpihak kepada kepentingan rakyat. Rakyat
sebagai poros kedaulatan bangsa harus diayomi dan dilayani dengan adil.
Oleh karenanya, pemimpin yang merakyat dan adil tidak akan melakukan
praktik KKN (Kolusi, Korupsi dan Nepotisme).
12. Cerita sejarah yang membuat penerus kebangsaan Indonesia merasakan
luar biasanya perjuangan Soekarno untuk memerdekakan Negara
Indonesia.
13. Sikap baik dan kepedulian Soekarno menjadikan pelajaran hidup bagi
penerus bangsa sekarang. Menjadi seorang pemimpi tidaklah mudah, ia
harus menurunkan egonya, demi menyelamatkan masyarakatnya dari
tentara Jepang. Perjuangan inilah yang menjadikan nilai moral dari
seorang Soekarno terhadap org lain.
14. Seorang pemimpin harus bisa menggenggam hati rakyat. Di sini sudah
terlihat ketika Soekarno berpidato didepan orang-orang tinggi. Dari pidato
inilah memikat hati rakyat terhadap Soekarno.

18
DAFTAR PUSTAKA
Jika diperlukan

19

Anda mungkin juga menyukai