id
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
50
perpustakaan.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id
B. Hasil Penelitian
Bahasa Jawa sebagai pelajaran muatan lokal di sekolah juga
menggunakan bahan ajar berupa buku untuk menunjang proses belajar
mengajarnya. Buku teks bahasa Jawa juga diselaraskan dengan kurikulum yang
berlaku saat ini, yaitu Kurikulum 2013. Perubahan-perubahan pada buku teks
tentunya untuk menunjang keberhasilan implementasi Kurikulum 2013 khususnya
pelajaran muatan lokal.
Seiring dengan perubahan kurikulum dari KTSP menjadi Kurikulum
2013, banyak buku teks bahasa Jawa yang beredar mengikuti perubahan
Kurikulum tersebut. Salah satu buku teks bahasa Jawa Kurikulum 2013 yang
banyak digunakan oleh guru dan siswa saat ini adalah buku teks bahasa Jawa
Marsudi Basa lan Sastra Jawa. Buku ini sudah terbit untuk memenuhi pelajaran
Muatan Lokal Bahasa Jawa dari jenjang SMP sampai SMA.
Penelitian ini membahas buku teks bahasa Jawa Marsudi Basa lan Sastra
Jawa kelas VII Sekolah Menengah Pertama semester 1. Buku ini mempunyai
empat bab, dan setiap bab sudah disesuaikan dengan Standar Isi pada Kurikulum
2013 Mulok Bahasa Jawa. Marsudi Basa lan Sastra Jawa sudah melengkapi
aspek-aspek sesuai Standar Isi Kurikulum 2013 Mulok Bahasa Jawa yaitu seperti
KI, KD, Indikator, materi-materi, contoh soal, dan latihan soal.
Penilaian pada aspek kelayakan isi dan kelayakan bahasa diambil dari
skor rata-rata hasil penilaian oleh tiga orang peneliti yaitu, peneliti 1 (penulis),
peneliti 2 Yessi Estifalia (YE), dan peneliti 3 Dwi Ratna (DR). Penentuan dengan
skor rata-rata untuk memberikan penilaian pada setiap butir menjadi lebih
subjektif, sehingga skor yang didapat tidak ditentukan sepihak oleh penulis.
Berikut hasil analisis penilaian kelayakan isi dan bahasa pada buku teks Marsudi
Basa lan Sastra Jawa.
1. Analisis Kelayakan Isi
Dalam buku teks bahasa Jawa Marsudi Basa lan Sastra Jawa analisis
kelayakan isi berdasarkan tigacommit to user Subkomponen dalam kelayakan
subkomponen.
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id
isi tersebut adalah kesesuaian materi, keakuratan materi, dan kandungan materi
pembelajaran. Tiga subkomponen tersebut merupakan analisis kelayakan buku
teks sesuai dengan ketentuan dari Dinas Pendidikan Jawa Tengah yang telah
disesuaikan dengan BSNP dan diberikan sedikit pengubahan pada sistem
penyekoran. Penilaian dilakukan dengan memberikan skor pada setiap butir
penilaian yaitu rentang 1-4, yang setiap rentang skor akan diberikan alasan
penilaiannya. Berikut adalah analisis kelayakan isi pada buku teks bahasa Jawa
Marsudi Basa lan Sastra Jawa.
kelas
b Isi teks sesuai kebutuhan rasa ingin tahu peserta didik 3
c Mengandung nilai-nilai spiritual dan sosial 3
4 Penggunaan gambar dan ilustrasi
a Mempermudah pemahaman teks 3
b Menambah daya tarik teks 3
5 Penggunaan konsep dan teori
a Benar sesuai bidang ilmunya 4
b Sesuai dengan tingkat pemahaman peserta didik 3
6 Penggunaan contoh
a Sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai 4
b kontekstual 3
c Disajikan secara runtut (dari mudah ke sukar, dari 4
konkret ke abstrak)
d Mengandung nilai-nilai spiritual dan sosial 4
7 Pelatihan dan penugasan
a Mencerminkan keruntutan proses belajar (dari mudah 4
ke sukar, konkret ke abstrak) sehingga mudah
dilaksanakan
b Membentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan, 3
dan sikap secara sistematis
c Memposisikan peserta didik sebagai subjek belajar 4
8 Penilaian
a Menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan 4
kompetensi yang akan diukur (pengetahuan,
keterampilan, dan sikap)
b Proses penilaian melibatkan beberapa pihak terkait 3
c Tersedia instrumen penilaian proses dan hasil belajar 4
d Mempertimbangkan gradasi tingkat kesukaran 3
9 Up to date commit to user 3
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id
seperti tata krama, perilaku baik dan buruk, serta pedoman hidup di
masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan kompetensi yang akan
dicapai.
b) Kontekstual (Skor rata-rata: 3,6)
Pada butir ini penulis dan DR memberikan skor 4,
sedangkan YE memberikan skor 3. Alasan penulis dan DR
dikarenakan contoh berupa teks Piwulang Serat Wulangreh pupuh
Pangkur sudah menggambarkan pembelajaran yang kontekstual.
Nilai-nilai yang terkandung pada tembang pangkur memberikan
contoh perilaku teladan bagi peserta didik. Dengan tujuan
kompetensi berupa apresiasi dan tanggapan terhadap tembang
Pangkur, akan membuat peserta didik mencoba menemukan sendiri
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Secara tidak langsung
peserta didik akan menghubungkan pembelajaran yang didapatnya
dengan keadaan disekitarnya. Menurut Muslich (2007:41)
pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia
nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari. Pernyataan tersebut sesuai dengan
materi yang disajikan berupa teks piwulang. Alasan YE memberikan
skor 3 karena penggunaan contoh berupa teks piwulang tembang
kurang menggambarkan pembelajaran yang kontekstual, karena pada
isi teks dan terjemahan teks kurang mudah dipahami oleh peserta
didik.
c) Disajikan secara runtut (dari mudah ke sukar, dan konkret ke
abstrak) (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, dengan
alasan contoh teks berupa tembang Pangkur dalam Serat Wulangreh
sudah sesuai dengan syarat penyajian secara runtut. penyajian teks
commit mengolah,
diawali dengan mencoba, to user dan menyajikan mulai dari
perpustakaan.uns.ac.id 78
digilib.uns.ac.id
mengajar. Hal ini agar peseta didik dapat ditempatkan sebagai pihak
yang aktif dalam sistem pembelajaran sehingga dapat membentuk
pengetahuannya sendiri. Sesuai dengan pernyataan diatas pelatihan
dan penugasan pada materi teks Piwulang Serat Wulangreh pupuh
Pangkur menempatkan peserta didik sebagai pihak yang aktif dalam
memberikan pemikiran yang kritis, kreatif, dan memecahkan
masalah. Dalam bab ini pelatihan dan penugasan sudah
menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar sehingga
mendapatkan skor 4, hal tersebut menggambarkan kesesuaian
dengan kriteria yang diharapkan.
8) Penilaian
Pada aspek ini terdiri dari 4 butir penilaian, yaitu:
a) Menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan
kompetensi yang akan diukur (pengetahuan, keterampilan, dan
sikap) (Skor rata-rata: 3,3)
Pada butir ini penulis dan DR memberikan skor 3,
sedangkan YE memberikan skor 4. Alasan penulis dan DR yaitu
penilaian yang disajikan pada materi teks Piwulang Serat Wulangreh
pupuh Pangkur belum menggunakan berbagai teknik penilaian
sesuai dengan kompetensi yang akan diukur, yaitu pengetahuan,
keterampilan, dan sikap. Teknik penilaian yang disajikan hanya
berupa pengukuran kompetensi pengetahuan, seperti tes tulis, tes
lisan, dan penugasan. Kekurangan penyajian teknik penilaian
terdapat pada:
(1) Tidak tersedia teknik penilaian keterampilan. Pendidik menilai
kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu
penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu
kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek,
dan penilaian portofolio. Menurut Sudjana, tipe hasil belajar
ranah psikomotorik berkenaan dengan keterampilan atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 81
digilib.uns.ac.id
sesuai untuk memenuhi rasa ingin tahu peserta didik karena terdapat
kekurangan pada teks kedua yaitu cerita yang terlalu rumit yang
disajikan dengan bahasa Jawa ragam krama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 92
digilib.uns.ac.id
6) Penggunaan contoh
Pada aspek ini terdiri dari 4 butir penilaian, yaitu:
a) Sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai (Skor rata-rata:
4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, dengan
alasan penggunaan contoh berupa teks cerita rakyat “Timun Mas”
dan “Jaka Tarub” sudah sesuai dengan kompetensi yang akan
dicapai. Kedua teks cerita rakyat tersebut sangat tepat sebagai bahan
memahami teks cerita rakyat dan membaca nyaring teks cerita
rakyat.
b) Kontekstual (Skor rata-rata: 3,3)
Pada butir ini penulis dan YE memberikan skor 3,
sedangkan DR memberikan skor 4. Alasan penulis dan YE yaitu
contoh teks cerita rakyat yang digunakan secara umum sudah sesuai.
Pembelajaran yang dapat dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari
tidak dapat dilihat langsung dari isi cerita, namun terdapat pada
nilai-nilai yang terkandung dalam cerita. Nilai-nilai yang terkandung
dalam cerita dapat dijadikan contoh perilaku teladan, sehingga
peserta didik dapat membedakan mana perilaku yang baik dan buruk
yang dapat dihubungkan maupun diaplikasikan dengan kehidupan
sehari-hari.
c) Disajikan secara runtut (dari mudah ke sukar, dan konkret ke
abstrak) (Skor: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4,dengan
alasan penggunaan contoh berupa teks cerita rakyat sudah disajikan
secara runtutdari mudah ke sukar, maupun dari konkret ke abstrak.
Hal tersebut dapat dilihat dari penyajian teks pertama menggunakan
bahasa Jawa ngoko dan teks kedua dengan bahasa Jawa krama.
Secara umum peserta didik lebih menganggap bahasa Jawa krama
lebih sulit tingkatannya daripada bahasa Jawa ngoko. Hal tersebut
commit informasi
sesuai dengan pemerolehan to user dari peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id 94
digilib.uns.ac.id
teori maupun teks yang disajikan hingga ke ranah yang lebih sulit
dan abstrak seperti menulis, membaca, dan mengarang.
d) Mengandung nilai-nilai spiritual dan sosial (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, dengan
alasan penggunaan contoh berupa teks cerita pengalaman dan
wacana berhuruf Jawa diambil dari sumber-sumber yang dapat
memberikan perilaku teladan bagi peserta didik sehingga
mempunyai kandungan nilai-nilai spiritual dan sosial. Contoh teks
cerita pengalaman yang disajikan merupakan kejadian nyata di
masyarakat yang kaya akan nilai-nilai spiritual dan sosial, yang
berguna bagi kompetensi sikap peserta didik. Kandungan nilai-nilai
sosial yang lebih dominan pada teks wacana beraksara Jawa berupa
cerita rakyat juga sangat bermanfaat bagi pembangun sikap positif
peserta didik. Penyajian teks menggunakan ragam ngoko dan krama
juga menjadi salah satu contoh nilai sosial dalam menggunakan
unggah-ungguh yang sesuai dalam kehidupan sehari-hari.
7) Pelatihan dan penugasan
Pada aspek ini terdiri dari 3 butir penilaian, yaitu:
a) Mencerminkan keruntutan proses belajar (dari mudah ke
sukar, konkret ke abstrak) sehingga mudah dilaksanakan (Skor
rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, dengan
alasan pelatihan dan penugasan pada materi pokok teks cerita
pengalaman dan aksara Jawa sudah mencerminkan keruntutan
proses belajar dari mudah ke sukar dan dari konkret ke abstrak
sehingga mudah dilaksanakan. Pelatihan dan penugasan mulai dari
memahami, menganalisis, hingga menulis menyesuaikan dengan
tingkat pemahaman peserta didik. Menurut DR pada setiap latihan
soal berupa uraian dan sebagainya selalu diawali dengan penulisan
kata-kata sulit, hal tersebut mencerminkan keruntutan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 107
digilib.uns.ac.id
8) Penilaian
Pada aspek ini terdiri dari 4 butir penilaian, yaitu:
a) Menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan
kompetensi yang akan diukur (pengetahuan, keterampilan, dan
sikap) (Skor rata-rata: 2,6)
Pada butir ini penulis dan DR memberikan skor 2,
sedangkan YE memberikan skor 3. Alasan ketiga peneliti yaitu
penilaian pada materi pokok teks cerita pengalaman dan aksara Jawa
menggunakan teknik penilaian yang dominan terhadap kompetensi
pengetahuan. Tes tulis, tes lisan, dan penugasan disajikan hampir
pada setiap Kompetensi Dasar pada materi pokok ini. Namun, teknik
penilaian yang dapat mengukur kompetensi keterampilan dan sikap
tidak tersedia pada bab ini. Seharusnya dalam menyajikan teknik
penilaian harus seimbang antara pengetahuan, keterampilan,dan
sikap agar kompetensi yang akan dicapai juga merata.
b) Proses penilaian melibatkan beberapa pihak terkait (Skor rata-
rata: 3,0)
Pada butirini ketiga peneliti memberikan skor 3, dengan
alasan pada materi pokok teks cerita pengalaman dan aksara Jawa
proses penilaian secara umum sudah melibatkan beberapa pihak
terkait. Hal tersebut terlihat dari tugas membaca teks cerita
pengalaman untuk disimak dan dinilai oleh teman yang lain, hal
tersebut menggambarkan penilaian yang melibatkan pihak lain
secara subjektif. Namun, proses penilaian yang melibatkan beberapa
pihak terkait hanya tersedia dari beberapa tugas saja, sedangkan
tugas yang lain hanya memerlukan penilaian guru saja masih
mendominasi.
c) Tersedia instrumen penilaian proses dan hasil belajar (Skor
rata-rata: 2,3)
Pada butir ini penulis dan YE memberikan skor 2,
commit to
sedangkan DR memberikan user
skor 3. Alasan ketiga peneliti Instrumen
perpustakaan.uns.ac.id 109
digilib.uns.ac.id
bahasa juga sudah cukup baik. Bahasa yang digunakan secara imajinatif
dapat dibayangkan oleh peserta didik terkait dengan penyajian wacana,
teks, gambar,dan ilustrasi. Sehingga materi yang disajikan benar-benar
dapat dipahami dan tidak hanya sebagai sebatas teori saja. Bahasa yang
digunakan juga disesuaiakan dengan pemakaian bahasa Jawa pada
umumnya yang dekat dengan kehidupan peserta didik. Alasan menurut YE
dan DR memberikan skor 4 dikarenakan bahasa yang digunakan pada buku
teks Marsudi Basa lan Sastra Jawa sudah sesuai dengan tingkat
perkembangan intelektual peserta didik. Hal tersebut dapat dilihat dari
bahasa yang digunakan dalam menyampaikan materi masih sederhana dan
mudah dipahami untuk anak-anak.
2) Penggunaan bahasa sesuai dengan tingkat perkembangan sosial
emosional peserta didik (Skor rata-rata: 3,6)
Pada butir ini penulis dan DR memberikan skor 4, sedangkan YE
memberikan skor 3. Alasan menurut penulis dan DR penggunaan bahasa
pada Bab I buku teks Marsudi Basa lan Sastra Jawa sesuai dengan
kematangan sosial emosional peserta didik dengan wacana, teks, gambar
dan ilustrasi yang menggambarkan konsep-konsep mulai dari lingkungan
terdekat (lokal) sampai dengan lingkungan global. Materi yang disajikan
berupa wacana, teks, gambar, dan ilustrasi menggunakan bahasa sesuai
kaidah bahasa Jawa yang baik dan benar yaitu bahasa Jawa yang umum
digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa. Pada jenjang
anak kelas VII SMP tentu harus menggunakan bahasa yang sederhana
namun tetap sesuai kaidah agar peserta didik mengetahui dan memahami
setiap materi yang disampaikan dalam buku. Pada bab ini ragam ngoko dan
krama yang digunakan juga sudah sesuai dengan tingkat anak SMP yang
pada umumnya digunakan di lingkungannya sehari-hari. Alasan yang
dituturkan oleh YE yaitu penggunaan bahasa secara keseluruhan sudah baik
sudah sesuai dengan perkembangan sosialemosional peserta didik, namun
pada bab I bahasa yang digunakan terlalu banyak istilah dalam bahasa
commit
Indonesia yang mungkin masih to user
asing terdengar ditelinga peserta didik. Hal
perpustakaan.uns.ac.id 115
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 117
digilib.uns.ac.id
(5x)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 119
digilib.uns.ac.id
Kesalahan data (9x) terletak pada tanda baca koma (,), Pusat Vulkanologi
dan Mitigasi Bencana Geologi merupakan kepanjangan dari PVMBG jadi
setiap kata tidak perlu diberikan tanda koma seperti menyebutkan bagian-
bagian kata yang tidak menjadi satu. Konjungsi “lan” juga tidak perlu
digunakan untuk menghubungkan kata dalam kepanjangan kata tersebut.
Karena PVMBG memang sudah merupakan kata-kata yang menjadi satu
dari sebuah nama instansi. Lebih tepat jika dituliskan seperti data (9y).
(10x)
(16x)
dengan cetak miring seperti pada data (17y), sehingga kata dini hari bisa
tetap dituliskan dalam bahasa Indonesia.
(18x)
(21x)
bahasa yang digunakan pada soal latihan disajikan dengan ragam ngoko
dan krama. Ketepatan ragam bahasa pada bab ini juga sudah sesuai dengan
unggah-ungguh bahasa Jawa yang baik dan benar.
7) Keruntutan dan kesatuan gagasan (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor masing-masing 4,
dengan alasan pada Bab I membahas tentang materi teks naratif berbahasa
Jawa yang dalam penyampaian pesan melalui wacana, teks, gambar, dan
ilustrasi antar paragraf yang berdekatan dan antar kalimat dalam paragraf
mencerminkan hubungan yang logis. Hal tersebut dikarenakan teks naratif
yang disajikan berupa rangkaian peristiwa maupun kejadian yang secara
umum diceritakan secara runtut. Teks naratif yang disajikan menggunakan
ragam ngoko dan krama yang disusun dengan kalimat-kalimat yang cukup
efektif membentuk paragraf-paragraf yang mempunyai hubungan yang
logis dan tidak keluar dari konteksnya. Jadi secara keseluruhan keruntutan
dan kesatuan gagasan pada Bab I sudah sangat baik.
b. Wulangan 2, Materi Pokok: Teks Piwulang Serat Wulangreh Pupuh
Pangkur
1) Penggunaan bahasa sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual
peserta didik (Skor rata-rata: 3,3)
Pada butir ini peneliti dan YE sama-sama memberikan skor 3,
sedangkan DR memberikan skor 4. Alasan DR yaitu penggunaan bahasa
pada Bab II buku teks Marsudi Basa lan Sastra Jawa terkait penggunaan
konsep dan aplikasi konsep maupun wacana, teks, gambar, dan ilustrasi
sudah sangat baik. Pada bab ini ditekankan pada pembelajaran sastra yaitu
tentang tembang. Dapat kita ketahui bahasa yang digunakan pada tembang
tentu menggunakan bahasa pujangga. Pada bab ini penggunaan bahasa
terkait dengan penggunaan konsep dan aplikasi konsep sudah baik. Terlihat
dari keterangan materi, kalimat perintah, bahasa pada soal latihan, dan
bahasa untuk menyampaikan contoh sudah sesuai dengan perkembangan
intelektual peserta didik karena bahasa yang disajikan sudah sesuai dengan
penggunaan bahasa yang baik commit
dantobenar.
user Bahasa yang digunakan mudah
perpustakaan.uns.ac.id 125
digilib.uns.ac.id
ketidakpahaman peserta didik terhadap materi. Selain hal itu materi yang
disajikan juga terlalu banyak, sehingga memberatkan peserta didik.
Seharusnya, pada materi sastra seperti tembang disajikan dalam jumlah
yang tidak terlalu banyak dan disediakan terjemahan yang jelas sesuai
dengan tingkat pemahaman peserta didik, sehingga pemahaman materi
akan tercapai.
3) Keterbacaan pesan (Skor rata-rata: 2,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 2. Menurut penulis
keterbacaan pesan pada Bab II juga secara umum juga sudah disajikan
dengan bahasa yang menarik, jelas, tepat sasaran, dan tidak menimbulkan
makna ganda. Hal tersebut akan membuat minat peserta didik untuk
mempelajari buku tersebut lebih lanjut. Namun, terdapat beberapa
kesalahan terkait penggunaan bahasa dalam penulisan kata dan kalimat
pada bab ini. Hasil analisis oleh YE dan DR juga menunjukkan hal yang
sama, yaitu terdapat beberapa kesalahan yang dapat menghambat
keterbacaan pesan dalam buku. Berikut hasil analisis kesalahan berupa kata
dan kalimat pada bab II.
(22x)
Kesalahan data (23x) yaitu pada kata kuataman, pada kata tersebut terjadi
kekeliruan penulisan kata-kata yang seharusnya berbunyi kautaman
menjadi kuataman. Kautaman berasal dari kata dasar utama seperti yang
disebutkan dalam Kamus Basa Jawa oleh Balai Bahasa Yogyakarta, yang
mempunyai arti “utami”, “becik”, “linuwih”, “luwih dening becik”
(Widada, 2001: 830). Dalam Sutardjo (2008: 61), imbuhan (ka- + -an)
ingkang sumambung wonten tembung lingga saged andhapuk utawi damel
tembung kriya lan aran, tuladha: ka- + becik + -an = kabecikan. Dapat
disimpulkan bahwa kata utama yang diberikan imbuhan ka- + -an menjadi
kautaman seperti pada data (23y).
(24x)
(31y), kata tersebut juga terdapat pada kamus Baoesastra Djawa yang
berarti “sadulur” (Poerwadarminta, 1939: 552).
(32x)
yang dalam penyampaian pesan melalui wacana, teks, gambar, dan ilustrasi
antar paragraf yang berdekatan dan antar kalimat dalam paragraf
mencerminkan hubungan yang logis. Cerita rakyat pada bab ini disajikan
secara runtut dan tidak ada paragraf yang keluar dari konteksnya, sehingga
kesatuan gagasan pada setiap cerita yang disajikan mencerminkan
hubungan yang logis. Paragraf pada masing-masing cerita juga
menjabarkan ide pokok setiap paragraf. Jadi, secara keseluruhan keruntutan
dan kesatuan gagasan pada Bab III sudah sangat baik. Hal tersebut akan
berdampak baik bagi pemahaman peserta didik dalam mempelajari teks-
teks yang terdapat pada buku teks Marsudi Basa lan Sastra Jawa sebagai
bahan ajar.
d. Wulangan 4, Materi Pokok: Teks Cerita Pengalaman dan Aksara jawa
1) Penggunaan bahasa sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual
peserta didik (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, dengan alasan
penggunaan bahasa pada Bab IV buku teks Marsudi Basa lan Sastra Jawa
dalam menjelaskan konsep atau aplikasi konsep dan penggunaan wacana,
teks, gambar, dan ilustrasi sudah sangat baik. Pada bab ini secara spesifik
mempelajari tentang cerita pengalaman dan materi aksara Jawa. Bahasa
yang digunakan untuk menjelaskan konsep dan aplikasi konsep sudah
sesuai dengan perkembangan intelektual peserta didik, hal tersebut terlihat
dari teori-teori, kalimat perintah, soal-soal latihan, serta contoh soal yang
digunakan dapat disampaikan dengan bahasa yang sederhana sesuai dengan
kaidah bahasa Jawa yang baik dan benar.
Contoh pada halaman 59 buku Marsudi Basa lan Sastra Jawa
terdapat kalimat pada sebuat teks cerita pengalaman, yaitu “Sawise bocah-
bocah ngombe antimo ora let suwe, bocah sing maune mabuk padha
njenggelek lan katon seger maneh”. Pada bab ini bahasa yang digunakan
disesuaikan dengan bahasa sehari-hari peserta didik yang mudah dipahami
seperti contoh di atas. Istilah-istilah yang digunakan berupa kata yang tidak
asing bagi peserta didik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 138
digilib.uns.ac.id
yang berarti “yang” jika dimasukkan dalam kalimat pada data (38x) yang
lebih tepat berdasarkan konteks kalimat adalah kata ingkang.
(39x)
Kesalahan data (39x) terdapat pada kata kidmat. Kata tersebut dicetak
miring menandakan bahwa kata tersebut masih berbahasa Indonesia.
Namun, penulisan kata kidmat masih belum tepat dan baku karena
menurut KBBI kata kidmat mempunyai bentuk baku yaitu khidmat (2005:
466).
(40x)
(42x)
(42y) ing kene para siswa bisa nonton jinise wayang lan
gamelan.
Kesalahan data (42x) terdapat pada pemenggalan antar kata yang tidak
tepat. Kata ing dan kene pada data (42x) digabungkan, padahal seharusnya
dua kata tersebut dipisah seperti pada data (42y). Kata ing kene merupakan
sebuah kata tunjuk yang tidak digabung, sehingga dalam penggunaan akan
sesuai dengan konteks kalimat pada data di atas.
(43x)
hubung semua. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Jawa Huruf Latin
yang Disempurnakan (2011: 30), tanda hubung digunakan untuk
menyambung unsur kata ulang, contoh: bocah-bocah dan wira-wiri.
(44x)
Kesalahan data (44x) yaitu pada tanda koma (,) setelah kata isinipun,
seharusnya setelah kata tersebut tidak perlu diberikan tanda koma karena
sebelum kata tersebut sudah terdapat tanda koma dari frase sebelumnya.
Jadi lebih tepat jika kalimat tersebut dituliskan seperti pada data (44y).
(45x)
(46y) Apa wae kang bisa didelok bocah-bocah ana ing museum
sepur?
Kesalahan data (46x) yaitu pada susunan kalimat tanya yang kurang tepat.
commit to user
Kalimat tanya hendaknya diawali dengan kata tanya. Sehingga, kalimat
perpustakaan.uns.ac.id 143
digilib.uns.ac.id
tersebut perlu dibenahi seperti pada data (46y) yang menempatkan kata
tanya di awal kalimat. Pada data (46x) penulisan kalimat diawali dengan
kata keterangan tempat, sedangkan kata tanya “apa” diberikan dibelakang.
5) Penggunaan istilah (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, dengan alasan
penggunaan istilah pada Bab IV menggambarkan konsep yang tepat makna
dan konsisten. Penggunaan istilah seperti kata atau ungkapan khusus untuk
menyebutkan ungkapan tertentu disajikan secara tepat makna. Selain itu
penggunaannya juga konsisten tidak berubah-ubah diseluruh materi pada
Bab IV. Penggunaan istilah juga disesuaikan dengan unsur bahasa yang
biasa digunakan, sehingga hal tersebut akan memberikan kemudahan bagi
peserta didik dalam memahami setiap materi.
6) Ketepatan ragam bahasa (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti sama-sama memberikan skor 4. Pada
Bab IV disajikan materi berupa cerita pengalaman dan aksara Jawa. Materi
pada bab ini juga menggunakan ragam ngoko dan krama dalam hal
penyajian materi. Ragam bahasa yang digunakan pada bab ini sudah sesuai
dengan unggah-ungguh bahasa Jawa normatif. Penggunaan ragam ngoko
juga tidak disertai dengan ragam ngoko kasar yang dapat mengajarkan
contoh tidak baik pada peserta didik. Penggunaan ragam bahasa juga
seimbang, salah satu ragam bahasa tidak mendominasi dalam hal penyajian
materi. Unggah-ungguh yang digunakan sesuai dengan tingkat pemahaman
peserta didik, dan sesuai dengan penggunaan bahasa pada kehidupan
sehari-hari.
7) Keruntutan dan kesatuan gagasan (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4. Pada Bab IV
disajikan materi cerita pengalaman dan aksara Jawa. Dalam penyampaian
pesan melalui wacana, teks, gambar,dan ilustrasi pada cerita pengalaman
yang disajikan disusun dengan kalimat-kalimat dan paragraf-paragraf yang
berdekatan dan mempunyai hubungan yang logis. Masing-masing paragraf
mempunyai ide pokoknyacommit to user
sendiri sehingga keruntutan dan kesatuan
perpustakaan.uns.ac.id 144
digilib.uns.ac.id
C. Pembahasan
Pada penelitian ini membahas tentang penilaian buku teks Marsudi Basa
lan Sastra Jawa kelas VII SMP/MTs terkait dengan kelayakan isi dan kelayakan
bahasa. Penilaian yang dilakukan menggunakan instrumen penilaian kelayakan isi
dan kelayakan bahasa pada buku teks pelajaran dari sumber Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP) dan Dinas Pendidikan Jawa Tengah. Penilaian
dilakukan dengan mengkaji data berdasarkan teori-teori sehingga akan diperoleh
skor pada setiap butir penilaian, kemudian akan dibahas secara mendalam untuk
dapat mengetahui seberapa tingkat kelayakan buku teks tersebut. Setiap
komponen kelayakan isi dan bahasa mempunyai beberapa butir-butir penilaian,
berikut pembahasan penilaian setiap butir penilaian pada buku teks Marsudi Basa
lan Sastra Jawa kelas VII SMP/MTs.
1) Kelayakan Isi
Penilaian kelayakan isi pada buku teks dibagi menjadi tiga
subkomponen yang menjadi ukuran tingkat kelayakan isinya. Subkomponen
tersebut meliputi kesesuaian materi, keakuratan materi, dan kandungan materi
pembelajaran. Tiga subkomponen tersebut terdiri dari dua belas butir penilaian
yang menjadi dasar penilaian kelayakan isi buku teks Marsudi Basa lan Sastra
Jawa. Butir-butir tersebut yaitu; (1) kelengkapan materi; (2) kedalaman materi;
(3) Penggunaan teks; (4) Penggunaan gambar dan ilustrasi; (5) Penggunaan
konsep dan teori; (6) Penggunaan contoh; (7) Pelatihan dan penugasan; (8)
Penilaian; (9) Up to date; (10) Relevan, menarik, serta kontekstual; (11)
Memperkuat wawasan kebhinekaan, kebangsaan, multikultural, dan integrasi
bangsa; (12) Tidak mengandung unsur SARA, HAKI,pornografi, dan bias
(gender,wilayah dsb).
Penilaian pada setiap butir tersebut menggunakan rentang skor 1-4,
yang setiap skor mempunyai kriteria yang berbeda mulai dari kurang, cukup,
commit
baik, dan baik sekali. Pemberian to user
skor didasarkan pada deskripsi instrumen
perpustakaan.uns.ac.id 145
digilib.uns.ac.id
dalam kedalam materi hanya terdapat pada materi pokok teks narasi dan
teks cerita rakyat. hal tersebut menunjukkan bahwa kedalaman materi pada
buku teks Marsudi Basa lan Sastra Jawa secara umum sudah sesuai namun,
masih terdapat beberapa kekurangan yaitu pada setiap materi pokok yang
disajikan sehingga memperoleh skor rata-rata sebesar 2,3. Berikut
ketidaksesuaian beberapa hal terkait dengan kedalaman materi:
(a) Kekurangan terdapat pada halaman 5, penjabaran materi untuk
menganalisis teks naratif dengan 5W1H, pada penjabarannya tidak
disebutkan secara jelas tentang teknik menganalisis teks dengan 5W1H,
namun hanya dijelaskan secara umum, dan pada bagian why yaitu
bagaimana tidak disebutkan sehingga akan membuat kedalaman materi
kurang sesuai.
(b) Pada halaman 11, uraian materi memahami teks naratif dengan
membaca intensif juga mempunyai kekurangan dalam menjabarkan
tentang pengertian teknik membaca intensif. Tidak dijelaskan secara
spesifik apa itu teknik membaca intensif, bertujuan untuk apa, maupun
jenis-jenis membaca intensif. Hal tersebut membuat peserta didik tidak
mengetahui dengan jelas bagaimana cara membaca dengan benar agar
dapat memahami isi wacana narasi yang dibacanya.
(c) Penggunaan bahasa lain, yaitu pada setiap bait tembang pangkur
disajikan terjemahan dalam bahasa Jawa dan bahasa Indonesia.
Seharusnya terjemahan dalam bahasa Indonesia tidak perlu disajikan
karena peserta didik akan lebih fokus dengan bahasa Indonesia yang
dianggap lebih mudah dipahami. Hal tersebut tidak sesuai dengan
Kompetensi Inti 1.2 dan 2.2 tentang pemanfaatan bahasa Jawa sebagai
sarana komunikasi dan interaksi sosial. Akan lebih baik jika terjemahan
disajikan hanya dalam bentuk bahasa Jawa dengan tataran ragam ngoko
yang mudah dipahami peserta didik dan disesuaikan dengan tingkat
pemahaman peserta didik.
(d) Minimnya penjabaran teori tentang piwulang Serat Wulangreh
commityang
khususnya tembang pangkur to user
terdapat pada halaman 33 buku teks
perpustakaan.uns.ac.id 147
digilib.uns.ac.id
Marsudi Basa lan Sastra Jawa. Pada materi ini seharusnya disajikan
teori tentang karakteristik tembang pangkur dan Serat Wulangreh
secara luas, sehingga pemahaman peserta didik terhadap materi lebih
dalam. Setiap tembang mempunyai karakteristik sendiri-sendiri, seperti
halnya tembang pangkur mempunyai kegunaan, isi, dan nilai-nilai yang
dikandung.
(e) Pada halaman 40, penjelasan tentang teori mengenai cerita rakyat tidak
disajikan secara jelas, tepat, dan lengkap. Teori yang disajikan hanya
menjelaskan tentang cerita rakyat secara umum. Seharusnya disajikan
pengertian cerita rakyat secara lengkap dan jelas, akan lebih baik lagi
jika dilengkapi dengan jenis-jenis cerita rakyat seperti cerita fabel,
legenda, pelipur lara, dan jenaka. Ciri-ciri cerita rakyat seperti bersifat
turun temurun, anonim, komunal, istana sentris, dan sebagainya.
Penyajian teori yang lengkap dan jelas akan memancing pengetahuan
peserta didik untuk berkembang dalam menemukan informasi baru.
(f) Pada halaman 51-52 disajikan tentang pengertian membaca nyaring.
Kekurangan pada poin ini hampir sama sepertipoin sebelumnya, yaitu
dalam menyajikan teori tentang membaca nyaring kurang tepat, jelas,
dan lengkap. Seharusnya setelah menyebutkan beberapa pengertian
tentang membaca nyaring, disajikan juga keterampilan yang harus
dikuasai dalam membaca nyaring dengan tepat dan jelas. Hal tersebut
agar sesuai dengan syarat dalam membaca nyaring yaitu menggunakan
ucapan yang tepat, frase yang tepat, intonasi suara yang wajar,
menguasai tanda baca, penuh perasaan dan ekspresif, dan tidak terbata-
bata (Tarigan, 2008: 25). Penyajian materi secara runtut jelas dan tepat
akan memberikan pengetahuan yang sesuai bagi peserta didik dalam
memepelajari materi selanjutnya, sehingga buku teks yang digunakan
mempunyai kegunaan secara maksimal karena menyediakan sumber
pembelajaran yang lengkap.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 148
digilib.uns.ac.id
3) Penggunaan teks
a) Sesuai dengan tuntutan standar isi (SI) dan jenjang kelas (Skor
rata-rata: 3,6)
Pada butir penilaian penggunaan teks sesuai dengan tuntutan
standar isi dan jenjang kelas mendapat skor rata-rata sebesar 3,6.
Penilaian oleh YE memberikan skor 3, alasannya YE menemukan
bahwa teks pada materi pokok teks piwulang tembang menyajikan teks
terlalu banyak sehingga tidak sesuai dengan kemampuan peserta didik
jenjang kelas VII, dimana teks piwulang tembang pangkur dari Serat
Wulangreh mempunyai bahasa yang sulit dipahami. Peneliti DR
memberikan skor 4 sesuai dengan skor yang diberikan penulis, hal
tersebut karena secara keseluruhan penggunaan teks yang digunakan
pada buku teks Marsudi Basa lan Sastra Jawa sudah sesuai dengan
Standar Isi dan jenjang kelas. Hal tersebut juga sesuai dengan hasil
wawancara dengan guru dan peserta didik yang menyebutkan teks yang
digunakan sudah sesuai, namun sering mengalami sedikit kesulitan
dalam memahami materi pokok teks piwulang tembang yang terlalu
banyak.
Hasil pemberian skor oleh YE relevan dengan hasil wawancara
dengan ketiga informan yaitu pakar, guru, dan peserta didik yang
berpendapat bahwa pada materi pokok teks Serat Piwulang (Wulangreh
pupuh Pangkur) terlalu sulit untuk dipahami, peserta didik merasa
keberatan karena materi yang disajikan terlalu banyak sehingga dalam
pelatihan dan penugasan memerlukan pemahaman dengan waktu yang
cukup lama. Menurut pakar bahasa yang digunakan pada terjemahannya
terlalu tinggi sehingga kurang sesuai dengan peserta didik jenjang
SMP/MTs.
b) Isi teks sesuai kebutuhan rasa ingin tahu peserta didik (Skor rata-
rata: 3,0)
Pada butir penilaian ini ketiga peneliti memberikan skor 3 yang
artinya pada penggunaancommit to user
teks sudah sesuai dengan kebutuhan rasa ingin
perpustakaan.uns.ac.id 149
digilib.uns.ac.id
buku Marsudi Basa lan Sastra Jawa secara umum sudah menggambarkan
pembelajaran yang kontekstual. Hal tersebut dapat dilihat dari isi pada
setiap teks mempunyai kandungan yang dapat membangun ide-ide
peserta didik untuk dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari di
masyarakat. Menurut Komalasari (2010:7) menyatakan bahwa
pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang
mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa
sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat
maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi
tersebut bagi kehidupannya.
c) Disajikan secara runtut (dari mudah ke sukar, dari konkret ke
abstrak) (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, hal tersebut
menunjukkan bahwa penggunaan contoh berupa wacana dan teks sudah
disajikan secara runtut dari mudah kesukar dan dari konkret ke abstrak.
Pada penyajian teks dan wacana selalu disajikan dengan bahasa Jawa
ragam ngoko terlebih dahulu lalu ragam krama. Penggunaan teks juga
disesuaikan dengan tingkat kesulitan materi seperti pemahaman, analisis,
dan pemberian tanggapan.
d) Mengandung nilai-nilai spiritual dan sosial (Skor rata-rata: 3,6)
Pada butir ini penulis memberikan skor 3, sedangkan YE dan
DR memberikan skor 4. Hal tersebut dikarenakan secara keseluruhan
penggunaan contoh sudah mengandung nilai-nilai spiritual dan sosial.
Namun, menurut penulis pada materi teks narasi terdapat kekurangan
dalam menegaskan tentang ajaran nilai-nilai spiritual dan sosial. Nilai-
nilai yang terkandung dalam teks seharusnya ditegaskan secara jelas agar
mudah dijadikan teladan bagi peserta didik.
7) Pelatihan dan penugasan
a) Mencerminkan keruntutan proses belajar (dari mudah ke sukar,
konkret ke abstrak) sehingga mudah dilaksanakan (Skor rata-rata:
4,0) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 153
digilib.uns.ac.id
Marsudi Basa lan Sastra Jawa teknik penilaian hanya condong pada
penilaian kompetensi pengetahuan saja, sedangkan kompetensi yang lain
tidak disediakan teknik penilaian.
Pendapat DR relevan dengan hasil wawancara dengan pakar
yang menyebutkan penilaian pada kompetensi sikap dan keterampilan
belum begitu dominan. Seharusnya selain pengetahuan siswa harus
terampil dalam aktivitas, seperti bahasa sehari-hari bisa untuk menilai
apakah menggunakan bahasa yang santun atau tidak. Selain itu pedoman
penilaian bagi guru belum terdeskripsi dengan baik
b) Proses penilaian melibatkan beberapa pihak terkait (Skor rata-rata:
2,3)
Pada butir ini penulis memberikan skor 2, sedangkan YE
memberikan skor 3 dan DR memberikan skor 2. Menurut YE dan DR
alasan penilaian tersebut karena proses penilaian padabuku teks Marsudi
Basa lan Sastra Jawa masih bersifat objektif, yaitu penilaian hanya
diberikan oleh guru melalui tugas-tugas dan latihan yang diberikan.
Seharusnya penilaian harus melibatkan beberapa pihak terkait untuk
mendapatkan penilaian yang lebih subjektif. Alasan penulis memberikan
skor 2 dikarenakan pada buku teks Marsudi Basa lan Sastra Jawa lebih
dominan pada penilaian pengetahuan yang menyajikan teknik penilaian
berupa tes tulis dan penugasan yang penilaiannya tidak melibatkan
beberapa pihak terkait.
c) Tersedia instrumen penilaian proses dan hasil belajar (Skor rata-
rata: 2,6)
Pada butir ini mendapat skor rata-rata 2,6 yang didapat
pemberian skor oleh penulis yaitu 2, YE memberikan skor 4, sedangkan
DR memberikan skor 2. Menurut YE alasan memberikan skor 4 karena
pada buku teks Marsudi Basa lan Sastra Jawa sudah menyediakan
instrumen penilaian proses dan hasil belajar dilihat dari tugas-tugas dan
latihan yang disajikan. Alasan penulis dan DR memberikan skor 2 yaitu
commit toproses
dikarenakan instrumen penilaian user dan hasil belajar hanya terdapat
perpustakaan.uns.ac.id 156
digilib.uns.ac.id
peserta didik terhadap bangsanya mulai dari hal yang ada disekitarnya. Hal
tersebut relevan dengan hasil wawancara dengan pakar buku teks yang
berpendapat bahwa kecintaan terhadap bangsa dimulai dari mencintai
budayanya sendiri, dimana Indonesia terdiri dari berbagai macam budaya
yang dapat mempersatukan setiap warganya. Sehingga mencintai budaya
sendiri secara tidak langsung akan meningkatkan rasa nasionalisme
seseorang, dengan begitu peserta didik secara tidak langsung diajak untuk
dapat menghargai budayanya sendiri.
12) Tidak mengandung unsur SARA, HAKI, Pornografi, dan Bias
(Gender, wilayah dsb) (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, hal tersebut
dikarenakan kandungan materi pembelajaran pada buku teks Marsudi Basa
lan Sastra Jawa tidak mengandung unsur-unsur yang dapat memberikan
pengaruh buruk bagi peserta didik seperti SARA, HAKI, Pornografi, dan
Bias (gender, wilayah dsb).
Dari hasil penilaian ketiga peneliti didapatkan jumlah skor rata-rata
sebesar 82,3 dari skor maksimal yaitu 96, sehingga menghasilkan persentase
penilaian sebesar 85,73% yang menunjukkan bahwa buku teks Marsudi Basa lan
Sastra Jawa terkait dengan isi buku tersebut sudah layak digunakan. Namun,
pengguna seperti guru dan siswa tetap harus memperhatikan beberapa kekurangan
yang terdapat dalam buku teks tersebut, agar tidak menimbulkan pemahaman
yang salah.
Hasil penelitian dapat dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Raharjo (2014) yang menganalisis tentang Buku Ajar Bahasa Indonesia
Kurikulum 2013 Wahana Pengetahuan Kelas VII. Dalam menganalisis
kelayakan isi peneliti menggunakan instrumen yang terdiri dari 12 butir penilaian
didasarkan ketetapan dari BSNP. Kedua belas butir penilaian tersebut adalah
keluasan materi, kedalaman materi, pemilihan tema,ketepatan konsep,
keautentikan materi,ketepatan prosedur, kesesuaian dengan perkembangan ilmu,
kemutakhiran wacana, contoh dan latihan, keingintahuan dan giat belajar,
keberagaman sosial dan budaya, commit to user
ketersajian lingkungan, dan kecintaan terhadap
perpustakaan.uns.ac.id 159
digilib.uns.ac.id
tetap harus memperhatikan beberapa kesalahan yang terdapat pada buku tersebut
agar dapat digunakan dengan teliti terkait penggunaan bahasanya.
Penelitian oleh penulis akan dibandingkan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Raharjo (2014) yang menganalisis kelayakan buku ajar bahasa
Indonesia Wahana Pengetahuan kelas VII. Peneliti menganalisis kelayakan
bahasa yang terdapat pada buku ajar wahana pengetahuan ditinjau dari kadar
kebakuan bahasa. Kadar kebakuan meliputi ejaan, istilah, diksi, tata bahasa,
struktur kalimat, dan penggunaan bahasa dengan menggunakan teknik cloze test
yaitu berupa pengisisan teks rumpang,untuk mengetahui tingkat keterbacaan suatu
teks.
Peneliti kedua oleh Santoso (2015) yang menganalisis buku teks bahasa
indonesia terkait kesesuaian dengan KI dan KD pada kurikulum 2013 tingkat
SMA. Dalam mengukur kelayakan bahasa peneliti menggunakan instrumen yang
berasal dari Pusbuk dan BSNP, yang terdiri dari 6 butir penilaian yaitu; 1)
kesesuaian dengan tingkat perkembangan intelektual peserta didik; 2) kesesuaian
dengan tingkat perkembangan sosial emosional peserta didik; 3) keterbacaan
pesan; 4) ketepatan bahasa; 5) keruntutan dan keterpaduan bab mencerminakan
hubungan yang logis; dan 6) keruntutan dan keterpaduan paragraf mencerminkan
hubungan yang logis. Peneliti ini juga menggunakan triangulasi peneliti yang
melibatkan 2 peneliti lain dalam memberikan skor.
Dibandingkan dengan kedua penelitian tersebut, penelitian yang
dilakukan penulis hampir sama. Dalam menilai kelayakan bahasa penulis
menggunakan instrumen dari Dinas Pendidikan Jawa Tenganh dan BSNP dengan
7 butir penilaian yang terdiri dari, 1) penggunaan bahasa sesuai dengan
perkembangan intelektual peserta didik; 2) penggunaan bahasa sesuai dengan
perkembangan sosial emosional peserta didik; 3) keterbacaan pesan; 4) ketepatan
bahasa; 5) penggunaan istilah; 6) ketepatan ragam bahasa; dan 7) keruntutan dan
kesatuan gagasan. Pada penilaian kelayakan bahasa penulis juga melibatkan 2
peneliti lain untuk memberikan skor agar penilaian lebih objektif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 164
digilib.uns.ac.id
commit to user