Anda di halaman 1dari 115

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian


Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku
“Marsudi Basa lan Sastra Jawa” kelas VII SMP/MTs yang ditulis oleh
Priyantono, M.Pd. dan Drs. Sawukir, M.Pd. yang diterbitkan oleh Erlangga tahun
2014. Buku ini mempunyai halaman sejumlah 151 untuk jilid 1, dengan empat
bab pada semester 1. Penelitian ini akan menggunakan objek penelitian buku
Marsudi Basa lan Sastra Jawa pada semester 1 yang terdiri dari 4 materi pokok,
yaitu teks narasi, teks Serat Piwulang (Wulangreh pupuh Pangkur), teks cerita
rakyat, dan teks cerita pengalaman.
Materi pokok teks narasi mempunyai dua Kompetensi Dasar yaitu KD
3.1 memahami teks narasi tentang peristiwa atau kejadian dan KD 4.1 memahami
isi wacana narasi tentang peristiwa atau kejadian. Materi pokok kedua teks Serat
Piwulang (Wulangreh pupuh Pangkur) mempunyai dua Kompetensi Dasar yaitu
KD 3.2 mengapresiasi teks Serat Piwulang (Wulangreh pupuh Pangkur) dan KD
4.2 menyampaikan tanggapan tentang isi teks Piwulang Serat Wulangreh pupuh
Pangkur. Materi pokok ketiga yaitu teks cerita rakyat mempunyai dua
Kompetensi Dasar yaitu KD 3.3 memahami cerita rakyat dan KD 4.3 membaca
nyaring teks cerita rakyat. Materi pokok keempat teks cerita pengalaman
mempunyai empat Kompetensi Dasar yaitu KD 3.4 memahami cerita pengalaman,
KD 4.4 menyusun/menulis cerita pengalaman, KD 4.5 menceritakan kembali dan
menanggapi teks dengaran cerita pengalaman,dan KD 4.6 membaca wacana
berhuruf Jawa.
Analisis pada penelitian ini mempunyai dua komponen penilaian, yaitu
penilaian kelayakan isi dan kelayakan bahasa. Penilaian pada kelayakan isi dan
bahasa menggunakan instrumen yang sudah ditetapkan oleh Dinas Pendidikan
Jawa Tengah dan BSNP dan telahcommit
disesuaikan.
to user

50
perpustakaan.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id

B. Hasil Penelitian
Bahasa Jawa sebagai pelajaran muatan lokal di sekolah juga
menggunakan bahan ajar berupa buku untuk menunjang proses belajar
mengajarnya. Buku teks bahasa Jawa juga diselaraskan dengan kurikulum yang
berlaku saat ini, yaitu Kurikulum 2013. Perubahan-perubahan pada buku teks
tentunya untuk menunjang keberhasilan implementasi Kurikulum 2013 khususnya
pelajaran muatan lokal.
Seiring dengan perubahan kurikulum dari KTSP menjadi Kurikulum
2013, banyak buku teks bahasa Jawa yang beredar mengikuti perubahan
Kurikulum tersebut. Salah satu buku teks bahasa Jawa Kurikulum 2013 yang
banyak digunakan oleh guru dan siswa saat ini adalah buku teks bahasa Jawa
Marsudi Basa lan Sastra Jawa. Buku ini sudah terbit untuk memenuhi pelajaran
Muatan Lokal Bahasa Jawa dari jenjang SMP sampai SMA.
Penelitian ini membahas buku teks bahasa Jawa Marsudi Basa lan Sastra
Jawa kelas VII Sekolah Menengah Pertama semester 1. Buku ini mempunyai
empat bab, dan setiap bab sudah disesuaikan dengan Standar Isi pada Kurikulum
2013 Mulok Bahasa Jawa. Marsudi Basa lan Sastra Jawa sudah melengkapi
aspek-aspek sesuai Standar Isi Kurikulum 2013 Mulok Bahasa Jawa yaitu seperti
KI, KD, Indikator, materi-materi, contoh soal, dan latihan soal.
Penilaian pada aspek kelayakan isi dan kelayakan bahasa diambil dari
skor rata-rata hasil penilaian oleh tiga orang peneliti yaitu, peneliti 1 (penulis),
peneliti 2 Yessi Estifalia (YE), dan peneliti 3 Dwi Ratna (DR). Penentuan dengan
skor rata-rata untuk memberikan penilaian pada setiap butir menjadi lebih
subjektif, sehingga skor yang didapat tidak ditentukan sepihak oleh penulis.
Berikut hasil analisis penilaian kelayakan isi dan bahasa pada buku teks Marsudi
Basa lan Sastra Jawa.
1. Analisis Kelayakan Isi
Dalam buku teks bahasa Jawa Marsudi Basa lan Sastra Jawa analisis
kelayakan isi berdasarkan tigacommit to user Subkomponen dalam kelayakan
subkomponen.
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id

isi tersebut adalah kesesuaian materi, keakuratan materi, dan kandungan materi
pembelajaran. Tiga subkomponen tersebut merupakan analisis kelayakan buku
teks sesuai dengan ketentuan dari Dinas Pendidikan Jawa Tengah yang telah
disesuaikan dengan BSNP dan diberikan sedikit pengubahan pada sistem
penyekoran. Penilaian dilakukan dengan memberikan skor pada setiap butir
penilaian yaitu rentang 1-4, yang setiap rentang skor akan diberikan alasan
penilaiannya. Berikut adalah analisis kelayakan isi pada buku teks bahasa Jawa
Marsudi Basa lan Sastra Jawa.

Tabel 3.1 Hasil Penilaian Kelayakan Isi oleh Penulis


Butir penilaian Skor
1 Kelengkapan materi 4
2 Kedalaman materi 2
3 Penggunaan teks
a Sesuai dengan tuntutanStandar Isi (SI) dan jenjang 4
kelas
b Isi teks sesuai kebutuhan rasa ingin tahu peserta didik 3
c Mengandung nilai-nilai spiritual dan sosial 4
4 Penggunaan gambar dan ilustrasi
a Mempermudah pemahaman teks 3
b Menambah daya tarik teks 4
5 Penggunaan konsep dan teori
a Benar sesuai bidang ilmunya 4
b Sesuai dengan tingkat pemahaman peserta didik 4
6 Penggunaan contoh
a Sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai 4
b kontekstual 4
c Disajikan secara runtut (dari mudah ke sukar, dari 4
konkret ke abstrak)
d Mengandung nilai-nilai spiritual dan sosial 3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 53
digilib.uns.ac.id

7 Pelatihan dan penugasan


a Mencerminkan keruntutan proses belajar (dari mudah 4
ke sukar, konkret ke abstrak) sehingga mudah
dilaksanakan
b Membentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan, 3
dan sikap secara sistematis
c Memposisikan peserta didik sebagai subjek belajar 4
8 Penilaian
a Menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan 3
kompetensi yang akan diukur (pengetahuan,
keterampilan, dan sikap)
b Proses penilaian melibatkan beberapa pihak terkait 2
c Tersedia instrumen penilaian proses dan hasil belajar 2
d Mempertimbangkan gradasi tingkat kesukaran 4
9 Up to date 4
10 Relevan, menarik, serta kontekstual 3
11 Memperkuat wawasan kebhinekaan, kebangsaan, 3
multikultural, dan integrasi bangsa
12 Tidak mengandung unsur SARA, HAKI, Pornografi, 4
dan Bias (Gender, Wilayah dsb)
Total 83
Skor maksimal 96
Persentase kelayakan 86,45%

Tabel 3.2 Hasil Penilaian Kelayakan Isi oleh YE


No Butir penilaian Skor
1 Kelengkapan materi 4
2 Kedalaman materi 2
3 Penggunaan teks
a Sesuai dengan tuntutanStandar
commit to userIsi (SI) dan jenjang 3
perpustakaan.uns.ac.id 54
digilib.uns.ac.id

kelas
b Isi teks sesuai kebutuhan rasa ingin tahu peserta didik 3
c Mengandung nilai-nilai spiritual dan sosial 3
4 Penggunaan gambar dan ilustrasi
a Mempermudah pemahaman teks 3
b Menambah daya tarik teks 3
5 Penggunaan konsep dan teori
a Benar sesuai bidang ilmunya 4
b Sesuai dengan tingkat pemahaman peserta didik 3
6 Penggunaan contoh
a Sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai 4
b kontekstual 3
c Disajikan secara runtut (dari mudah ke sukar, dari 4
konkret ke abstrak)
d Mengandung nilai-nilai spiritual dan sosial 4
7 Pelatihan dan penugasan
a Mencerminkan keruntutan proses belajar (dari mudah 4
ke sukar, konkret ke abstrak) sehingga mudah
dilaksanakan
b Membentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan, 3
dan sikap secara sistematis
c Memposisikan peserta didik sebagai subjek belajar 4
8 Penilaian
a Menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan 4
kompetensi yang akan diukur (pengetahuan,
keterampilan, dan sikap)
b Proses penilaian melibatkan beberapa pihak terkait 3
c Tersedia instrumen penilaian proses dan hasil belajar 4
d Mempertimbangkan gradasi tingkat kesukaran 3
9 Up to date commit to user 3
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id

10 Relevan, menarik, serta kontekstual 3


11 Memperkuat wawasan kebhinekaan, kebangsaan, 4
multikultural, dan integrasi bangsa
12 Tidak mengandung unsur SARA, HAKI, Pornografi, 4
dan Bias (Gender, Wilayah dsb)
Total 82
Skor maksimal 96
Persentase kelayakan 85,41%

Tabel 3.3 Hasil Penilaian Kelayakan Isi oleh DR


No Butir penilaian Skor
1 Kelengkapan materi 4
2 Kedalaman materi 3
3 Penggunaan teks
a Sesuai dengan tuntutanStandar Isi (SI) dan jenjang 4
kelas
b Isi teks sesuai kebutuhan rasa ingin tahu peserta didik 3
c Mengandung nilai-nilai spiritual dan sosial 3
4 Penggunaan gambar dan ilustrasi
a Mempermudah pemahaman teks 4
b Menambah daya tarik teks 4
5 Penggunaan konsep dan teori
a Benar sesuai bidang ilmunya 4
b Sesuai dengan tingkat pemahaman peserta didik 3
6 Penggunaan contoh
a Sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai 4
b kontekstual 4
c Disajikan secara runtut (dari mudah ke sukar, dari 4
konkret ke abstrak)
d commit
Mengandung nilai-nilai to user
spiritual dan sosial 4
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id

7 Pelatihan dan penugasan


a Mencerminkan keruntutan proses belajar (dari mudah 4
ke sukar, konkret ke abstrak) sehingga mudah
dilaksanakan
b Membentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan, 3
dan sikap secara sistematis
c Memposisikan peserta didik sebagai subjek belajar 4
8 Penilaian
a Menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan 2
kompetensi yang akan diukur (pengetahuan,
keterampilan, dan sikap)
b Proses penilaian melibatkan beberapa pihak terkait 2
c Tersedia instrumen penilaian proses dan hasil belajar 2
d Mempertimbangkan gradasi tingkat kesukaran 3
9 Up to date 4
10 Relevan, menarik, serta kontekstual 4
11 Memperkuat wawasan kebhinekaan, kebangsaan, 4
multikultural, dan integrasi bangsa
12 Tidak mengandung unsur SARA, HAKI, Pornografi, 4
dan Bias (Gender, Wilayah dsb)
Total 84
Skor maksimal 96
Persentase kelayakan 87,5%

Pemberian skor hasil penilaian kelayakan isi diatas berdasarkan materi


secara keseluruhan dalam satu buku teks Marsudi Basa lan Sastra Jawa.
Berikut penjabaran dari hasil penilaian kelayakan isi pada setiap bab.
a. Wulangan I, Materi Pokok: Teks Narasi
1) Kelengkapan Materi (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir kelengkapan materi bab I ketiga peneliti
commit to user
memberikan skor 4, hal tersebut sesuai dengan temuan yang
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id

menunjukkan bahwa uraian materi sudah sesuai dengan KI dan KD pada


Standar Isi. Kelengkapan materi merupakan tersedianya KI, KD,
maupun indikator beserta uraian materi yang mempunyai kesesuaian.
Kelengkapan materi pada Bab I secara keseluruhan sudah disajikan
dengan lengkap. Uraian materi yang disajikan sudah sesuai dengan
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar. Bab I mempunyai dua
Kompetensi Dasar yang disajikan yaitu KD 3.1 memahami teks narasi
tentang peristiwa dan kejadian dengan KD 4.1 memahami isi wacana
narasi tentang peristiwa dan kejadian. Uaraian materi yang disajikan
berupa wacana teks naratif dengan ragam ngoko dan krama serta
pemahaman teks naratif. Menurut YE pada setiap Kompetensi Dasar
juga dikembangkan menjadi beberapa indikator yang mencakup seluruh
materi sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai, sehingga
menujukkan kelengkapan materi yang sesuai. Hal tersebut juga sesuai
dengan hasil wawancara dengan pakar buku teks yang menyatakan
bahwa kelengkapan materi sudah sesuai dengan ketentuan pada Standar
Isi kurikulum 2013 Mulok Bahasa Jawa.
2) Kedalaman Materi (Skor rata-rata: 2,3)
Pada butir kedalaman materi skor rata-rata diperoleh dari
penilaian oleh penulis yang memberikan skor 2, YE memberikan skor 2,
dan DR memebrikan skor 3. Alasan YE memberikan skor 2
dikarenakan, peneliti 2 memiliki alasan yang sama dengan penulis yaitu
beranggapan bahwa pada setiap materi pokok mempunyai kekurangan
terkait dengan kedalaman materi, seperti materi yang dalam hal
penjabarannya kurang jelas. Selanjutnya, skor 3 diberikan oleh DR,
dengan alasan bahwa ada kekurangan terkait kedalam materi pada
materi pokok teks narasi seperti penyajian uraian materi yang tidak
menyeluruh. Hal tersebut menunjukkan bahwa kedalaman materi pada
Bab I secara umum sudah sesuai, namun masih terdapat beberapa
kekurangan yaitu pada setiap materi pokok yang disajikan sehingga
commit
memperoleh skor rata-rata to user
sebesar 2,3.
perpustakaan.uns.ac.id 58
digilib.uns.ac.id

Menurut ketiga peneliti pada aspek kedalaman materi


menunjukkan masih terdapat beberapa materi yang kurang sesuai.
Uraian materi yang disajikan berupa pengertian teks naratif, bagian teks
naratif yaitu orientasi, komplikasi, dan resolusi, wacana teks naratif,
analisis teks naratif dengan 5W1H (what,when, where, who, why, dan
how), teknik membaca intensif, dan unsur intrinsik. Berikut materi yang
kurang sesuai:
a) Kekurangan terdapat pada halaman 5, penjabaran materi untuk
menganalisis teks naratif dengan 5W1H, pada penjabarannya tidak
disebutkan secara jelas tentang teknik menganalisis teks dengan
5W1H, namun hanya dijelaskan secara umum, dan pada bagian why
yaitu bagaimana tidak disebutkan sehingga akan membuat
kedalaman materi kurang sesuai.
b) Pada halaman 11, uraian materi memahami teks naratif dengan
teknik membaca intensif juga mempunyai kekurangan dalam
menjabarkan tentang pengertian teknik membaca intensif. Tidak
dijelaskan secara spesifik apa itu teknik membaca intensif,
bertujuan untuk apa, maupun jenis-jenis membaca intensif. Hal
tersebut membuat peserta didik tidak mengetahui dengan jelas
bagaimana cara membaca dengan benar agar dapat memahami isi
wacana narasi yang dibacanya. Menurut Tarigan (2008: 37), yang
termasuk ke dalam kelompok membaca intensif ialah: 1) membaca
telaah isi (content study reading); 2) membaca telaah bahasa
(linguistic study reading). Dalam materi halaman 11 seharusnya
dijelaskan secara jelas tentang membaca telaah isi yang termasuk
dalam teknik membaca intensif secara jelas dan runtut, sehingga
peserta didik benar-benar mengetahui langkah yang harus dijalani
dalam membaca telaah isi.
c) Kekurangan uraian materi juga terdapat pada bagian unsur intrinsik
yang tidak disajikan pada Bab I. Teks narasi sebagai teks yang
commit
bersifat menceritakan to user ciri khas seperti alur, karakter,
mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id

tokoh dan unsur pendukung lain pada penyajiannya. Hal tersebut


tidak relevan dengan salah satu tugas yang diberikan untuk
menyebutkan unsur-unsur tersebut, sedangkan pada materi tidak
dijelaskan tentang unsur-unsur pembangun teks narasi. Hal tersebut
mengurangi kriteria kedalaman materi pada Bab I. Ketidaksesuaian
beberapa uraian materi mengakibatkan sebagian tugas yang
diberikan tidak relevan dengan materi yang disajikan.
3) Penggunaan Teks
Pada aspek penggunaan teks terdapat 3 butir penilaian sebagai berikut:
a) Sesuai dengan tuntutan Standar Isi (SI) dan jenjang kelas (Skor
rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti sepakat memberikan skor 4,
dengan alasan bahwa penggunaan teks berupa teks narasi yang
disajikan dengan ragam ngoko dan krama sudah sesuai dengan
tuntutan Standar Isi dan jenjang kelas. Teks narasi yang disajikan
sesuai dengan jenjang kelas VII SMP yang disusun dengan bahasa
yang mudah dipahami dan isinya menarik untuk dipelajari.
Penggunaan teks disesuaikan dengan Standar Isi dan jenjang kelas,
karena pada dasarnya tingkat pemahaman setiap jenjang kelas
mempunyai tingkat yang berbeda-beda.
b) Isi teks sesuai dengan kebutuhan rasa ingin tahu peserta didik
(Skor rata-rata: 3,0)
Pada bab I ketiga peneliti memberikan skor 3 untuk butir isi
teks sesuai dengan kebutuhan rasa ingin tahu peserta didik. Alasan
yang diberikan ketiga peneliti yaitu teks narasi yang disajikan pada
bab I berupa peristiwa dan kejadian sudah sesuai dengan tingkat
pemahaman peserta didik, sehingga berguna dalam pemenuhan rasa
ingin tahu peserta didik. Pada umumnya rasa ingin tahu peserta didik
dalam membaca sebuah teks, jika teks yang disajikan dapat
dipahaminya dengan baik dan memuat isi yang menarik. Namun, ada
commit
kekurangan pada butir inito terkait
user penggunaan kata-kata dalam
perpustakaan.uns.ac.id 60
digilib.uns.ac.id

bahasa Indonesia yang masih banyak digunakan. Pada halaman 2, 3,


dan 4 terdapat kata-kata seperti keamanan, dini hari, pengendara,
berat, dan ledakan. Hal tersebut tidak sesuai dengan Kompetensi
Dasar 1.2 menerima anugerah Tuhan Yang Maha Esa berupa bahasa
Jawa dan memanfaatkannya sebagai sarana komunikasi. Kata-kata
tersebut seharusnya disesuaikan dengan kata-kata dalam bahasa
Jawa.
c) Mengandung nilai-nilai spiritual dan sosial (Skor rata-rata: 3,6)
Pada butir ini pemerolehan skor rata-rata diperoleh dari
pemberian skor oleh penulis dan DR sebesar 4, sedangkan YE
memberikan skor 3. Alasan penulis dan DR memberikan skor 4
karena secara keseluruhan, materi yang disajikan sudah mengandung
nilai-nilai spiritual dan sosial. Hal tersebut ditunjukkan pada teks
narasi yang disajikan berupa peristiwa atau kejadian. Pada teks
narasi pertama dan kedua berupa peristiwa gunung meletus dan
banjir bandang, dalam penyajian teks selalu ditekankan nilai-nilai
sosial bagaimana cara menanggapi bencana yang terjadi terkait
dengan banyak orang. Pada teks narasi ketiga yaitu tentang kejadian
yang dialami oleh seorang anak terkait dengan kejadian yang
menakutkan, dalam penyajian teks selalu ditekankan bagaimana
nilai-nilai spiritual berguna bagi kehidupan seseorang. Pemberian
skor 3 oleh YE dengan alasan, pada penggunaan teks yang disajikan
secara keseluruhan sudah mengandung nilai-nilai spiritual namun,
tidak ditegaskan secara jelas sehingga akan sulit untuk ditemukan
peserta didik sebagai teladan.
4) Penggunaan Gambar dan ilustrasi
Pada aspek ini terbagi menjadi 2 butir penialain, yaitu:
a) Mempermudah pemahaman teks (Skor rata-rata: 3,6)
Pada butir ini penulis memberikan skor 4, YE memberikan
skor 3, dan DR memberikan skor 4 sehingga diperoleh skor rata-rata
commit
3,6. Pemerolehan skor to usermenunjukkan bahwa gambar dan
tersebut
perpustakaan.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id

ilustrasi yang digunakan sudah sesuai untuk mempermudah


pemahaman teks yang disajikan. Gambar dan ilustrasi yang yang
digunakan sesuai dengan ide pokok setiap paragraf, walaupun tidak
pada setiap pargraf diberikan gambar dan ilustrasi. Namun, gambar
dan ilustrasi yang digunakan sudah dapat mewakili gambaran teks
yang disajikan. Menurut YE gambar dan ilustrasi yang disajikan
pada bab I kurang sesuai karena gambar yang digunakan tidak
mewakili ide pokok setiap paragraf.
b) Menambah daya tarik teks (Skor rata-rata: 3,6)
Pada butir ini penulis dan DR memberikan skor 4,
sedangkan YE memberikan skor 3. Secara keseluruhan gambar dan
ilustrasi yang digunakan sudah sesuai untuk menambah daya tarik
teks. Pada umumnya anak-anak jenjang kelas VII dalam membaca
sebuah teks pasti masih mempertimbangkan adanya gambar maupun
ilustrasi pada teks yang dibacanya. Pada teks narasi yang disajikan
penggunaan gambar dan ilustrasi dapat menumbuhkan daya khayal
peserta didik dalam memahami teks, sehingga secara langsung
gambar dan ilustrasi yang digunakan menambah daya tarik teks
narasi yang disajikan. Menurut YE pemberian skor 3 didasarkan
pada alasan bahwa gambar yang disajikan kurang menarik karena
tidak berwarna dan masih minim kaitannya dengan jumlah.
5) Penggunaan konsep dan teori
Pada aspek ini terdiri dari 2 butir penilaian, yaitu:
a) Benar sesuai bidang ilmunya (Skor rata-rata: 3,6)
Pada butir ini penulis memberikan skor 3, sedangkan YE
dan DR memberikan skor 4. Alasan penulis memberikan skor 3
karena penggunaan konsep dan teori pada Bab I masih memiliki
sedikit kekurangan, sedangkan menurut YE dan DR penggunaan
konsep dan teori sudah sesuai dengan bidang ilmunya. Konsep
pembelajaran yang disajikan pada bab ini dimulai dari penyajian
commitmeliputi
teori tentang teks narasi to user pengertian, contoh wacana teks
perpustakaan.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id

naratif, kemudian penyajian tugas dan latihan. Pemberian teori


singkat tentang teks narasi memberikan sedikit pengetahuan kepada
peserta didik, sehingga dapat dikembangkan sendiri untuk
mengetahui informasi tentang teks narasi lebih lanjut. Contoh teks
narasi yang disajikan juga memakai bahasa Jawa ragam ngoko dan
krama, hal tersebut akan memberikan pengetahuan tentang ragam
bahasa Jawa sebagai bahasa yang digunakan sehari-hari. Konsep
yang disajikan sesuai dengan langkah-langkah mengamati, menanya,
mencoba, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Akan tetapi
terdapat kekurangan pada beberapa hal yaitu:
(1) Kekurangan dalam menyampaikan teori secara lengkap. Dalam
materi memahami isi wacana teks narasi peserta didik diminta
untuk memberikan tanggapan terhadap isi teks narasi yang
dibacanya. Untuk dapat memberikan tanggapan terhadap isi teks
narasi peserta didik harus membaca teks narasi dengan teknik
membaca intensif. Namun, pada teori yang disajikan tentang
pengertian membaca intensif hanya secara singkat. Hal tersebut
akan mengurangi pemahaman peserta didik terkait cara membaca
intensif yang benar sehingga dalam memberikan tanggapan juga
tidak sesuai.
(2) Tidak tersedianya rancanangan pembelajaran atau sering disebut
peta konsep pada awal Bab I. Penggunaan peta konsep akan
memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memahami
proses atau jalannya alur pembelajaran sesuai dengan tujuan
yang akan dicapai. Menurut Dahar (dalam Firdaus, 2014) peta
konsep memegang peranan penting dalam belajar bermakna. Hal
tersebut karena peta konsep berguna untuk menghubungkan ide-
ide dalam proses pembelajaran, sehingga sebelum peserta didik
mulai mempelajari materi-materi dalam buku sebelumnya sudah
mengetahui rancangan pembelajaran yang hendak dilalui.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 63
digilib.uns.ac.id

b) Sesuai dengan tingkat pemahaman peserta didik (Skor rata-


rata: 3,3)
Pada butir ini penulis memberikan skor 4, sedangkan YE
dan DR memberikan skor 3. Alasan YE dan DR memberikan skor 3
dikarenakan masih terdapat uraian materi pada bab I yang kurang
sesuai dengan dengan tingkat pemahaman peserta didik, seperti pda
teori tentang teks narasi yang hanya disajikan secara singkat. Alasan
penulis memberikan skor 4 karena penggunaan konsep dan teori
sudah sesuai dengan tingkat pemahaman peserta didik. Konsep
pembelajaran yang disajikan disesuaikan dengan tingkat pemahaman
peserta didik, mulai dari pembelajaran dengan tingkat kesukaran
yang rendah ke tingkat kesukaran yang tinggi. Teori-teori yang
digunakan disajikan dengan bahasa yang mudah dipahami.
6) Penggunaan Contoh
Pada aspekpenggunaan contoh terdiri dari 4 butir penilaian, yaitu:
a) Sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai (Skor rata-rata:
4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, dengan
alasan penggunaan contoh pada materi teks narasi secara
keseluruhan sudah sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai. Hal
tersebut dapat dilihat dari contoh teks narasi yang disajikan sudah
sesuai dengan susunan teks narasi yang benar, sehingga
memudahkan peserta didik memahami teks dan menghubungkannya
dengan teori yang ada. Teks narasi yang digunakan juga
disesuaiakan dengan kompetensi yang akan dicapai yaitu memahami
isi wacana narasi tentang peristiwa dan kejadian.
b) Kontekstual (Skor rata-rata: 3,3)
Pada butir ini penulis dan YE memberikan skor 3, sedangkan DR
memberikan skor 4. Alasan penulis dan YE memberikan skor 3
karena pemilihan contoh pada materi teks narasi secara keseluruhan
sudah menggambarkancommit to user yang kontekstual. Teks narasi
pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id 64
digilib.uns.ac.id

yang disajikan sesuai dengan kompetensi yang ditentukan yaitu


tentang peristiwa dan kejadian. Teks narasi dengan judul “gunung
kelud njeblug maneh” , tentang banjir, dan “kedadeyan ing kamar
mandi” merupakan peristiwa yang sangat dekat dengan kehidupan
nyata. Teks narasi tentang peristiwa dan kejadian menggambarkan
cerita berisi pembelajaran yang dapat dikaitkan dengan hal-hal
disekitar peserta didik. Hal tersebut dapat mendorong peserta didik
untuk menggunakan pengetahuan yang dimilikinya untuk melakukan
perencanaan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Namun, sedikit
kekurangan pada contoh teks yang digunakan yaitu tidak
memberikan contoh secara tegas perilaku yang dapat dijadikan
teladan bagi peserta didik dalam menghadapi suatu peristiwa
maupun kejadian disekitarnya.
c) Disajikan secara runtut (dari mudah ke sukar, dari konkret ke
abstrak) (Skor rata-rata: 3,6)
Pada butir ini penulis memberikan skor 3, sedangkan YE
dan DR memberikan skor 4. Alasan penulis memberikan skor 3
karena penggunaan contoh berupa teks narasi sudah sesuai dengan
syarat penyajian. Dalam bahasa Jawa, ragam ngoko sering dianggap
lebih mudah daripada ragam krama karena ragam ngoko lebih sering
digunakan dalam percakapan sehari-hari. Hal tersebut sesuai dengan
penyajian teks narasi secara runtut, pada teks pertama menggunakan
ragam ngoko, dilanjutkan teks kedua dengan ragam krama, lalu teks
ketiga juga menggunakan ragam krama dengan menyertakan dialog
yang menggambarkan unggah-ungguh. Namun, ada kekurangan
dalam hal penyajian contoh teks naratif yang tidak memperhatikan
unsur konkret ke abstrak, yaitu teks yang disajikan tidak mempunyai
kesimpulan secara keseluruhan dari isi teks.
d) Mengandung nilai-nilai spiritual dan sosial (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga penilai memberikan skor 4, dengan
commit to
alasan secara keseluruhan user
penggunaan contoh berupa teks narasi
perpustakaan.uns.ac.id 65
digilib.uns.ac.id

sudah memasukkan pembelajaran tentang nilai-nilai spiritual dan


sosial. Teks yang disajikan berupa peristiwa dan kejadian menjadi
suatu gambaran tentang hal-hal yang terjadi disekitar peserta didik
yang menanamkan nilai spiritual dan sosial, sehingga akan
mendorong munculnya rasa yang berhubungan dengan nilai-nilai
spiritual dan sosial.
7) Pelatihan dan penugasan
Pada aspek ini terdiri dari 3 butir penilaian, yaitu:
a) Mencerminkan keruntutan proses belajar (dari mudah ke
sukar, konkret ke abstrak) sehingga mudah dilaksanakan (Skor
rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, dengan
alasan materi pokok teks narasi disajikan beberapa pelatihan dan
penugasan bagi peserta didik. Secara umum pelatihan dan penugasan
yang disajikan sudah memenuhi mencerminkan keruntutan proses
belajar. Pelatihan dan penugasan yang disajikan dimulai dari tataran
yang lebih mudah ke yang lebih sulit. Pada materi pokok teks narasi,
peserta didik dimulai dengan tugas mencatat kata-kata sulit dan
mengartikannya agar lebih memahami teks yang dibacanya, lalu
menjawab pertanyaan seputar isi teks, memberikan tanggapan
terhadap isi teks, selanjutnya tugas berupa menuliskan ringkasan
cerita dengan ragam ngoko maupun krama. Hal tersebut
mencerminkan keruntutan proses belajar agar peserta didik dalam
memahami pembelajaran melalui proses yang runtut.
b) Membentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
secara sistematis (Skor rata-rata: 3,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 3, dengan
alasan butir ini masih memiliki sedikit kekurangan. Pelatihan dan
penugasan yang disajikan secara keseluruhan hanya memenuhi
kompetensi pengetahuan dan keterampilan. Pelatihan dan penugasan
commitpenilaian
berupa soal-soal latihan, to user kinerja melalui tugas diskusi
perpustakaan.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id

kelompok, tes tertulis, maupun tugas praktik lebih condong pada


pembentukan penguasaan pengetahuan dan keterampilan, sedangkan
pada pelatihan dan penugasan yang membentuk penguasaan sikap
masih belum ditegaskan secara jelas pada bab ini, sehingga akan
terjadi ketidakseimbangan antar penilaian setiap kompetensi yang
akan dicapai.
c) Memposisikan peserta didik sebagai subjek belajar (Skor rata-
rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, dengan
alasan pelatihan dan penugasan yang disajikan pada bab ini secara
keseluruhan sudah memposisikan peserta didik sebagai subjek
belajar. Hal tersebut dapat terlihat dari setiap butir latihan dan tugas
selalu mendorong peserta didik untuk menggunakan pemikirannya
sendiri dalam menemukan ide-ide, seperti menceritakan kembali
sebuah cerita dengan bahasa sendiri dalam ragam ngoko maupun
krama, memberikan tanggapan terhadap isi teks, serta menganalisis
suatu teks dengan pendapatnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa
pelatihan dan penugasan pada materi teks narasi memposisikan
peserta didik sebagai subjek belajar.
8) Penilaian
Pada aspek ini terdiri dari 4 butir penilaian, yaitu:
a) Menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan
kompetensi yang akan diukur (pengetahuan, keterampilan, dan
sikap) (Skor rata-rata: 3,3)
Pada butir ini penulis memberikan skor 3, YE dengan skor
4, dan DR dengan skor 3. Alasan penulis memberikan skor 3 karena
pada materi teks narasi teknik penilaian kompetensi pengetahuan
disajikan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan. Pada kompetensi
keterampilan materi teks narasi, penilaian dapat dilakukan melalui
tugas praktik didepan kelas untuk melakukan presentasi,dan kinerja
commit
melalui tugas kelompok to user
untuk berdiskusi. Penilaian dapat disebut
perpustakaan.uns.ac.id 67
digilib.uns.ac.id

sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk


mengukur pencapaian hasil belajar Peserta Didik (Permendikbud
No. 66 Tahun 2013). Seperti pendapat di atas secara umum penilaian
dengan kompetensi yang akan diukur pada materi teks narasi sudah
sesuai, namun masih kurang pada teknik penilaian dalam mengukur
kompetensi sikap peserta didik. Materi ini belum menunjukkan
latihan dan tugas yang disajikan dapat sebagai pengukur kompetensi
sikap.
b) Proses penilaian melibatkan beberapa pihak terkait (Skor rata-
rata: 2,3)
Pada butir ini penulis dan DR memberikan skor 2,
sedangkan YE memberikan skor 3. Menurut penulis dan DR alasan
memberikan skor 2 disebabkan pada bab ini menunjukkan bahwa
proses penilaian pada materi teks narasi belum melibatkan beberapa
pihak terkait. Menurut Permendikbud No. 66 Tahun 2013, penilaian
merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis,
dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik
yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga
menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Penilaian dapat dilakukan selama pembelajaran berlangsung
(penilaian proses) dan setelah pembelajaran usai dilaksanakan
(penilaian hasil/produk). Pada materi ini penilaian yang melibatkan
pihak lain terdapat pada tugas kelompok yang mendapatkan
penilaian dari guru maupun teman lain atau kelompok lain. Namun,
proses penilaian pada beberapa aspek tidak melibatkan pihak lain
seperti teman maupun antar kelompok dalam proses penilaiannya.
Seperti salah satu prinsip penilaian yaitu objektif yang
mengharuskan padaproses penilaian tidak boleh dipengaruhi oleh
subjektivitas guru saja. Secara umum penilaian yang dapat diambil
melalui proses pembelajaran, tugas, maupun latihan tidak melibatkan
pihak lain melainkancommit to user
hanya ditentukan oleh guru.
perpustakaan.uns.ac.id 68
digilib.uns.ac.id

c) Tersedia instrumen penilaian proses dan hasil belajar (Skor


rata-rata: 2,3)
Pada butir ini penulis memberikan skor 2, YE memberikan
skor 3, sedangkan DR memberikan skor 2. Alasan penulis dan DR
karena penilaian terdiri dari penilaian kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Pada materi teks narasi penilaian
yang sangat menonjol ditunjukkan pada kompetensi pengetahuan.
Pada kompetensi pengetahuan teknik penilaian melalui tes tulis, tes
lisan, dan penugasan sudah tersedia dalam materi teks
narasi.instrumen yang digunakan berupa isian, jawaban singkat,
menjodohkan, uraian, daftar pertanyaan, dan tugas kelompok
maupun individu. Instrumen penilaian kompetensi pengetahuan
tersebut menjadi alat pengukur untuk menentukan penilaian proses
dan hasil belajar peserta didik. Namun, ada beberapa kekurangan
pada materi teks narasi terkait penilaian sikap dan keterampilan.
(1) Tidak tersedia instrumen penilaian proses dan hasil belajar pada
kompetensi sikap. Bentuk instrumen dalam kompetensi sikap
harusnya menggunakan daftar cek dan skala penilaian yang
disertai rubrik untuk mengamati sikap dan perilaku peserta didik.
Hal tersebut untuk mengetahu tercapainya KI 1 dan KI 2 terkait
dengan kompetensi sikap berupa spiritual dan sosial peserta
didik.
(2) Tidak tersedia instrumen penilaian kompetensi keterampilan.
Penilaian kompetensi keterampilan pada umumnya
menggunakan teknik tes praktik, proyek, dan portofolio dengan
instrumen berupa daftar cek dan skala penilaian. Namun, pada
materi teks narasi ini tidak disediakan hal-hal tersebut sehingga
kurang sesuai dengan penilaian yang harus diambil oleh guru
dalam menentukan kompetensi keterampilan peserta didik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 69
digilib.uns.ac.id

Namun, hal tersebut dapat diatasi jika guru menggunakan


referensi buku yang lain.
d) Mempertimbangkan gradasi tingkat kesukaran (Skor rata-rata:
3,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 3,dengan
alasan secara umum pertimbangan gradasi tingkat kesukaran pada
instrumen yang digunakan pada penilaian materi teks narasi sudah
sesuai. Instrumen penilaian dengan teknik tes tulis, lisan, dan
penugasan selalu disajikan dengan memperhatikan tingkat kesukaran
dan disesuaikan dengan perkembangan intelektual peserta didik.
Namun, kekurangan yang terdapat pada materi teks narasi yaitu
tidak tersedianya instrumen penilaian kompetensi sikap dan
keterampilan sehingga tidak diketahui gradasi tingkat kesukaran
pada instrumen penilaiannya.
9) Up To Date (Skor rata-rata: 3,3)
Pada butir ini penulis dan YE memberikan skor 3, sedangkan
DR memberikan skor 4. Menurut penulis dan YE materi yang digunakan
pada bab ini sudah menunjukkan kekinian. Hal tersebut ditandai dengan
sumber teks yang menunjukkan tahun 2014, dan merupakan peristiwa
yang akhir-akhir ini sedang menjadi pembicaraan di masyarakat. Teks
pertama berupa teks narasi tentang meletusnya gunung kelud yang
diunduh di internet. Berita tentang meletusnya gunung kelud memang
menjadi pembicaraan akhir-akhir ini karena terjadi pada tahun 2014, hal
tersebut menunjukkan kekinian pada teks yang disajikan. Teks yang
kedua berupa teks narasi tentang banjir bandang yang terjadi di Kudus.
Kejadian ini terjadi sekitar tahun 2014, sehingga bisa dikatakan teks ini
bersifat kekinian. Namun, terdapat kekurangan pada teks ketiga berupa
teks narasi yang berupa kejadian yang terinspirasi dari kehidupan di
masyarakat yang tidak menuliskan sumber maupun waktu kejadian
sehingga tidak bisa ditentukan bahwa teks tersebut bersifat kekinian atau
tidak. Seharusnya jika commit to user
tidak disebutkan sumber dan waktu kejadian
perpustakaan.uns.ac.id 70
digilib.uns.ac.id

secara jelas diberikan keterangan berupa teks narasi tersebut bersifat


fiksi atau nyata sehingga dapat ditentukan unsur kekiniannya.
10) Relevan, menarik, serta kontekstual (Skor rata-rata: 3,6)
Pada butir ini penulis dan DR memberikan skor 4, sedangkan
YE memberikan skor 3. Alasan penulis dan DR dikarenakan kandungan
materi pada bab I sudah relevan, menarik, dan kontekstual sehingga
sangat mudah untuk dipelajari anak-anak jenjang SMP. Secara umum
materi tentang teks narasi sudah sesuai dan memiliki unsur relevan,
menarik, serta kontekstual. Dapat dilihat dari teks yang merupakan
cerita tentang peristiwa bencana alam yang terjadi akhir-akhir ini dan
juga cerita kejadian yang dikemas dengan baik. Materi berupa teks
tersebut dapat menarik minat peserta didik karena merupakan kejadian
yang masih baru. Hal tersebut akan membuat peserta didik tertarik
mempelajarinya karena merasa akan menambah informasi yang sudah
didapat. Materi teks cerita fiksi juga sangat menarik bagi peserta didik
karena dapat menumbuhkan rasa penasaran. Materi yang disajikan juga
bersifat kontekstual yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari peserta
didik. Kejadian seperti bencana alam pasti sering terjadi di sekitar
kehidupan peserta didik, begitu juga dengan teks yang menceritakan
kejadian yang menarik. Nilai-nilai yang terdapat pada teks juga terkait
dengan kehidupan sehari-hari di masyarakat.
11) Memperkuat wawasan kebhinekaan, kebangsaan, multikultural,
dan integrasi bangsa (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4 yaitu dengan
kriteria sangat baik. Ketiga peneliti mempunyai alasan yaitu materi yang
disajikan berupa teks narasi dapat memperkuat wawasan peserta didik
mengenai keanegaraman suku, budaya, ras, penampakan alam, serta
peristiwa-peristiwa yang amat dekat dengan kehidupan masyarakat
Indonesia dan kehidupan sehari-harinya. Penyajian teks merupakan
peristiwa yang bersumber dari berbagai daerah di Indonesia dapat
menumbuhkan kecintaancommit
pesertatodidik
user terhadap kekayaan dan keunikan
perpustakaan.uns.ac.id 71
digilib.uns.ac.id

budaya Indonesia. Hal tersebut dapat menumbuhkan rasa cinta peserta


didik terhadap bangsa Indonesia dimulai dari keunikan daerah mereka
masing-masing. Kecintaan peserta didik pada bangsanya dapat
ditumbuhkan mulai dari daerahnya sendiri sebagai bagian dari bangsa
Indonesia.
12) Tidak mengandung unsur SARA, HAKI, Pornografi, dan Bias
(Gender, Wilayah dsb) (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, dengan
alasan kandungan materi pada Bab I sudah sesuai dengan aturan
penyajian yang tidak mengandung unsur-unsur SARA, HAKI,
pornografi,dan bias gender maupun wilayah. Materi pada Bab ini tidak
mengarah pada kepentingan suatu golongan, suku, ras, agama, maupun
gender. Materi yang disajikan memberikan pembelajaran secara
menyeluruh yang memberikan pengetahuan tidak hanya terfokus pada
suatu golongan, suku, agama, ras, wilayah, maupun gender. Materi Bab
ini juga terbebas dari unsur pornografi yang dapat memberikan pengaruh
buruk bagi peserta didik.
b. Wulangan 2, Materi pokok: Teks Serat Piwulang (Wulangreh pupuh
Pangkur)
1) Kelengkapan Materi (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, dengan
alasan pada Bab II tersedianya KI, KD, dan Indikator juga sudah sesuai
dengan Standar Isi. Adapun Kompetensi Dasar pada Bab ini fokus pada
KD 3.2 dengan 5 indikator dan KD 4.2 dengan 3 indikator. Setiap
indikator menjabarkan materi-materi yang dikembangkan dari
Kompetensi Dasar. KD 3.2 bertujuan mengapresiasi teks Serat Piwulang
(Wulangreh pupuh Pangkur). KD 3.2 mempunyai 5 indikator dan
dilengkapi dengan uraian materi tentang teori seputar serat wulangreh
dan tembang pangkur pada serat wulangreh dari pada 1 sampai dengan
pada 17 yang dilengkapi dengan terjemahan dalam bahasa Jawa dan
bahasa Indonesia. Padacommit to user
KD 4.2 bertujuan menyampaikan tanggapan
perpustakaan.uns.ac.id 72
digilib.uns.ac.id

tentang isi teks Piwulang Serat Wulangreh pupuh Pangkur. KD 4.2


mempunyai 3 indikator dan dilengkapi dengan uraian materi tentang
Piwulang Serat Wulangreh. Indikator satu dengan yang lainnya
mempunyai hubungan yang saling berkaitan berupa materi, soal latihan,
maupun tugas.
2) Kedalaman Materi (Skor rata-rata: 2,3)
Pada butir ini penulis dan YE memberikan skor 2, sedangkan
DR memberikan skor 3. Alasan penulis dan YE yaitu pada Bab II buku
teks Marsudi Basa lan Sastra Jawa ini materi dititik beratkan pada
pembelajaran bahasa dan sastra yaitu tentang teks Serat Piwulang
(Wulangreh pupuh Pangkur). Kedalaman materi pada Bab ini
ditunjukkan dengan banyaknya indikator yang dikembangkan dari
Kompetensi Dasar. KD yang fokus pada Bab ini yaitu KD 3.2 tentang
mengapresiasi teks Serat Piwulang (Wulangreh pupuh Pangkur) dan
KD 4.2 tentang menyampaikan tanggapan tentang isi teks Piwulang
Serat Wulangreh pupuh Pangkur. Uraian materi yang disajikan berupa
teori pengetahuan umum mengenai tembang Pangkur pada Serat
Wulangreh yang disajikan secara singkat. Materi selanjutnya berupa
tembang Pangkur bait 1 sampai dengan bait 17 beserta terjemahan yang
sudah sesuai. Namun, terdapat beberapa kekurangan sebagai berikut:
(1) Penggunaan bahasa lain, yaitu pada setiap bait tembang Pangkur
disajikan terjemahan dalam bahasa Jawa dan bahasa Indonesia.
Seharusnya terjemahan dalam bahasa Indonesia tidak perlu disajikan
karena peserta didik akan lebih fokus dengan bahasa Indonesia yang
dianggap lebih mudah dipahami. Hal tersebut tidak sesuai dengan
Kompetensi Inti 1.2 dan 2.2 tentang pemanfaatan bahasa Jawa
sebagai sarana komunikasi dan interaksi sosial. Akan lebih baik jika
terjemahan disajikan hanya dalam bentuk bahasa Jawa dengan
tataran ragam ngoko yang mudah dipahami peserta didik dan
disesuaikan dengan tingkat pemahaman peserta didik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id

(2) Minimnya penjabaran teori tentang Piwulang Serat Wulangreh


khususnya tembang Pangkur yang terdapat pada halaman 33 buku
teks Marsudi Basa lan Sastra Jawa. Pada materi ini seharusnya
disajikan teori tentang karakteristik tembang Pangkur dan Serat
Wulangreh secara luas, sehingga pemahaman peserta didik terhadap
materi lebih dalam. Setiap tembang mempunyai karakteristik
sendiri-sendiri, seperti halnya tembang Pangkur mempunyai
kegunaan, isi, dan nilai-nilai yang dikandung. Hal tersebut akan
memberikan informasi lebih mengenai tembang Pangkur yang akan
dipelajari, sehingga peserta didik akan lebih mudah untuk
mengetahui isi dari tembang Pangkur tersebut.
3) Penggunaan Teks
Pada aspek ini terdiri dari 3 butir penilaian, yaitu:
a) Sesuai dengan tuntutan standar Isi (SI) dan jenjang kelas (Skor
rata-rata: 3,6)
Pada butir ini penulis dan DR memberikan skor 4,
sedangkan YE memberikan skor 3. Alasan penulis dan DR
memberikan skor 4 pada butir ini didasarkan pada teks yang
disajikan berupa tembang Pangkur Serat Wulangreh sudah sesuai
dengan Standar isi dan jenjang kelas VII. Tembang Pangkur pada
umumnya berisi nasihat tentang pendidikan dan ajaran hidup, yang
sangat sesuai dengan peserta didik kelas VII dalam menjalankan
proses belajar di sekolah. Alasan YE memberikan skor 3
dikarenakan pada materi ini penggunaan teks sudah sesuai dengan
Standar Isi, namun pada tingkat bahasa yang digunakan kurang
sesuai dengan jenjang kelas yang seharusnya.
b) Isi teks sesuai kebutuhan rasa ingin tahu peserta didik (Skor
rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4,dengan alasan
materi teks Piwulang Serat Wulangreh pupuh Pangkur secara
commitdengan
keseluruhan sudah sesuai to userkebutuhan rasa ingin tahu peserta
perpustakaan.uns.ac.id 74
digilib.uns.ac.id

didik. Materi tembang yang disajikan menggunakan bahasa Jawa


puitis menjadikan daya tarik tersendiri bagi peserta didik untuk
memahami dan menemukan nilai-nilai yang terkandung pada teks.
c) Mengandung nilai-nilai spiritual dan sosial (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, dengan alasan
materi teks Piwulang Serat Wulangreh pupuh Pangkur mengandung
nilai-nilai spiritual dan sosial. Dari kata piwulang dapat diketahui
bahwa tembang pangkur berisi pembelajaran hidup, seperti tata
krama dan ajaran hidup. Piwulang yang terkandung dalam tembang
Pangkur selalu dekat dengan nilai spiritualdan sosial di masyarakat,
sehingga dapat menjadi contoh yang baik bagi peserta didik.
4) Penggunaan gambar dan ilustrasi
Padaaspekini terdiri dari 2butir penilaian yaitu:
a) Mempermudah pemahaman teks (Skor rata-rata: 3,3)
Pada butir ini penulis dan YE memberikan skor 3,
sedangkan DR memberikan skor 4. Alasan penulis dan YE pada Bab
II penggunaan gambar dan ilustrasi hanya digunakan pada lembar
awal pembukaan Bab. Ilustrasi menggambarkan seorang anak yang
bersalaman dengan gurunya, sebagai contoh perilaku teladan yang
baik. Hal tersebut sesuai dengan materi pada Bab II ini yang berupa
teks Serat Piwulang Tembang. Materi pada Bab II ini tidak
menggunakan gambar dan ilustrasi, mungkin karena pada dasarnya
pada Serat Wulangreh bait-bait tembangnya tidak menggunakan
gambar maupun ilustrasi. Namun, alangkah baiknya jika
pembelajaran Serat Wulangreh berupa tembang bagi jenjang SMP
menggunakan gambar maupun ilustrasi yang menggambarkan nilai-
nilai yang terkandung pada setiap bait tembang agar peserta didik
lebih tertarik dan lebih mudah memahamai dalam mempelajarinya.
b) Menambah daya tarik teks (Skor rata-rata: 3,3)
Pada butir ini penulis dan YE memberikan skor 3,
commit toskor
sedangkan DR memebrikan user4. Alasan penulis dan YE hampir
perpustakaan.uns.ac.id 75
digilib.uns.ac.id

sama yaitu gambar dan ilustrasi yang digunakan sudah


menggambarkan isi materi secara keseluruhan, sehingga dapat
menambah daya tarik teks. Teks Piwulang Serat Wulangreh
Tembang Pangkur umumnya mengajarkan tata krama, membedakan
perilaku baik dan buruk, serta ajaran hidup di masyarakat. Namun,
terdapat beberapa kekurangan yaitu gambar dan ilustrasi yang
menggambarkan nilai-nilai selain tata krama, sehingga sedikit
mengurangi daya tarik teks karena pada umumnya gambar maupun
ilustrasi dapat mendorong daya khayal peserta didik dalam
memahami isi teks. Hal tersebut relevan dengan hasil wawancara
dengan guru yang menyebutkan bahwa penggunaan gambar masih
minim.
5) Penggunaan konsep dan teori
Pada aspek ini terdiri dari 2 butir penilaian, yaitu:
a) Benar sesuai bidang ilmunya (Skor rata-rata: 3,6)
Pada butir ini penulis memberikan skor 3, sedangkan YE
dan DR memberikan skor 4. Pemerolehan skor 3 menurut penulis
menggambarkan bahwa penggunaan konsep dan teori sudah sesuai
dengan bidang ilmunya. Hal tersebut ditunjukkan pada penggunaan
konsep dan teori disajikan runtut sesuai dengan langkah-langkah
pembelajaran pada Kurikulum 2013 yaitu mengamati, menanya,
mencoba, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Hal tersebut
menunjukkan keruntutan langkah-langkah pembelajaran dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Namun, ada satu kekurangan yaitu
pada konsep yang disajikan tidak dirancang melalui peta konsep
pada awal bab. Martin (dalam Basuki, 2000) mengungkapkan bahwa
peta konsep merupakan petunjuk bagi guru, untuk menunjukkan
hubungan antara ide-ide yang penting dengan rencana pembelajaran.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui peta konsep
merupakan rancangan yang penting dalam memberikan gambaran
commit toyang
tentang proses pembelajaran userakan dilaksanakan.
perpustakaan.uns.ac.id 76
digilib.uns.ac.id

b) Sesuai dengan tingkat pemahaman peserta didik (Skor rata-


rata: 3,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 3, dengan
alasan penggunaan konsep sesuai dengan tingkat pemahaman peserta
didik yaitu disajikan secara jelas dan runtut untuk mencapai
pemahaman lebih tentang materi teks Piwulang Tembang. Konsep
yang digunakan sesuai dengan keruntutan penyajian mulai dari ide-
ide yang lebih sederhana menuju ide-ide yang lebih kompleks. Hal
tersebut tentu memberikan tahap-tahap bagi pemikiran peserta didik
mulai dari pemahaman yang lebih mudah menuju yang lebih sulit,
jadi peserta didik tidak akan mengalami kebingungan karena melalui
proses yang runtut. Konsep yang runtut juga dapat dilihat dengan
adanya ringkasan materi pada setiap akhir pembelajaran, hal tersebut
memberikan bahan evaluasi bagi peserta didik di akhir
pembelajaran. Namun, ada sedikit kekurangan dalam penyampaian
teori pada halaman 33 mengenai Piwulang Serat Wulangreh,
cakupan materi yang disajikan terlalu singkat sehingga dapat
mengurangi pemahaman peserta didik yang pada dasarnya dalam
mencapai pemahaman tidak hanya melalui penjelasan yang singkat.
6) Penggunaan contoh
Pada aspek ini terdiri dari 4 butir penilaian yaitu:
a) Sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai (Skor rata-rata:
4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, dengan
alasan contoh berupa teks Piwulang Serat Wulangreh pupuh
Pangkur sudah sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai. Hal
tersebut dapat dilihat dengan penyajian tembang Pangkur dari bait 1
sampai dengan bait 17 yang sesuai dengan jumlah tembang Pangkur
padaSerat Wulangreh. Pada materi teks piwulang Serat Wulangreh
pupuh Pangkur fokus pada kompetensi KI 1, KI 2, KD 3.2, dan KD
commit
4.2. Tembang Pangkur padato umumnya
user berisi tentang ajaran hidup
perpustakaan.uns.ac.id 77
digilib.uns.ac.id

seperti tata krama, perilaku baik dan buruk, serta pedoman hidup di
masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan kompetensi yang akan
dicapai.
b) Kontekstual (Skor rata-rata: 3,6)
Pada butir ini penulis dan DR memberikan skor 4,
sedangkan YE memberikan skor 3. Alasan penulis dan DR
dikarenakan contoh berupa teks Piwulang Serat Wulangreh pupuh
Pangkur sudah menggambarkan pembelajaran yang kontekstual.
Nilai-nilai yang terkandung pada tembang pangkur memberikan
contoh perilaku teladan bagi peserta didik. Dengan tujuan
kompetensi berupa apresiasi dan tanggapan terhadap tembang
Pangkur, akan membuat peserta didik mencoba menemukan sendiri
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Secara tidak langsung
peserta didik akan menghubungkan pembelajaran yang didapatnya
dengan keadaan disekitarnya. Menurut Muslich (2007:41)
pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia
nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari. Pernyataan tersebut sesuai dengan
materi yang disajikan berupa teks piwulang. Alasan YE memberikan
skor 3 karena penggunaan contoh berupa teks piwulang tembang
kurang menggambarkan pembelajaran yang kontekstual, karena pada
isi teks dan terjemahan teks kurang mudah dipahami oleh peserta
didik.
c) Disajikan secara runtut (dari mudah ke sukar, dan konkret ke
abstrak) (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, dengan
alasan contoh teks berupa tembang Pangkur dalam Serat Wulangreh
sudah sesuai dengan syarat penyajian secara runtut. penyajian teks
commit mengolah,
diawali dengan mencoba, to user dan menyajikan mulai dari
perpustakaan.uns.ac.id 78
digilib.uns.ac.id

tingkat yang lebih mudah dan konkret seperti menggunakan,


mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat melalui teks
Piwulang Serat Wulangreh pupuh Pangkur. Prosesn selanjutnya
dengan penyajian ke ranah yang lebih sukar dan abstrak seperti
menulis, membaca, dan mengarang atau memberi tanggapan sesuai
dengan pembelajaran di sekolah maupun sumber lain dengan sudut
pandang teori yang sama.
d) Mengandung nilai-nilai spiritual dan sosial (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, dengan
alasan karena pembelajaran tentang materi teks Piwulang Serat
Wulangreh pupuh Pangkur banyak mengandung nilai-nilai spiritual
dan sosial sebagai contoh teladan yang baik bagi peserta didik. Nilai-
nilai yang terkangdung pada setiap bait tembang Pangkur
disampaikan secara tersirat, namun dijelaskan pada terjemahan
terdapat pada setiap bait. Hanya saja terjemahan yang disajikan
masih belum bergitu jelas karena dalam penyajiannya bahasa yang
digunakan masih belum sesuai dengan tingkat pemahaman peserta
didik, namun hal tersebut tidak menjadi hambatan dalam proses
pembelajaran selama diberikan penjelasan oleh guru pada setiap
materi yang kurang dipahami peserta didik.
7) Pelatihan dan penugasan
Pada aspek ini terdiri dari 3 butir penialain yaitu:
a) Mencerminkan keruntutan proses belajar (dari mudah ke
sukar, konkret ke abstrak) sehingga mudah dilaksanakan (Skor
rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, dengan
alasan pelatihan dan penugasan yang disajikan sudah mencerminkan
keruntutan proses belajar. Bagi peserta didik proses pembelajaran
yang mudah dilaksanakan tentu dimulai dengan tingkat yang lebih
mudah dalam ranah konkret, seperti menggunakan, mengurai, dan
mengapresiasi bahancommit to user sesuai dengan materi pada bab
pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id 79
digilib.uns.ac.id

ini yaitu teks Piwulang Serat Wulangreh pupuh Pangkur. Proses


selanjutnya menuju pembelajaran dengan tingkat yang lebih sukar
dalam ranah abstrak, seperti menulis, membaca, dan memberikan
tanggapan. Pembelajaran dengan proses yang runtut akan mudah
dilaksanakan dan mencapai hasil yang sesuai.
b) Membentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
secara sistematis (Skor rata-rata: 3,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 3, dengan
alasan materi teks Piwulang Serta Wulangreh pupuh Pangkur secara
umum sudah membentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap peserta didik. Pelatihan dan penugasan yang disajikan
terkait dengan penguasaan pengetahuan ditandai dengan latihan dan
tugas berupa pilihan ganda, soal uraian, dan pertanyaan singkat.
Pada penguasaan sikap dapat ditandai dengan latihan dan tugas
berupa pemberian tanggapan, saran, dan analisis piwulang yang
terdapat pada tembang Pangkur yang disajikan. Namun, ada
kekurangan pada penguasaan keterampilan terkait dengan
penggunaan pelatihan dan penugasan yang tidak tersaji pada materi
ini. Seharusnya pelatihan dan penugasan dalam mengukur
penguasaan keterampilan disajikan melalui instrumen berupa tes
projek, praktik, dan portofolio tetapi pada materi ini tidak disajikan.
c) Memposisikan peserta didik sebagai subjek belajar (Skor rata-
rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, dengan
alasan pelatihan dan penugasan yang disajikan sudah memposisikan
peserta didik sebagai subjek belajar. Hal tersebut dapat dilihat dari
latihan maupun tugas yang diberikan kepada peserta didik selalu
menuntut peserta didik untuk mengeluarkan pemikiran-
pemikirannya sendiri seperti pendapat, tanggapan, dan analisis.
Pelatihan dan penugasan yang menempatkan peserta didik sebagai
subjekbelajar akan commit to userkeaktifan dalam proses belajar
memancing
perpustakaan.uns.ac.id 80
digilib.uns.ac.id

mengajar. Hal ini agar peseta didik dapat ditempatkan sebagai pihak
yang aktif dalam sistem pembelajaran sehingga dapat membentuk
pengetahuannya sendiri. Sesuai dengan pernyataan diatas pelatihan
dan penugasan pada materi teks Piwulang Serat Wulangreh pupuh
Pangkur menempatkan peserta didik sebagai pihak yang aktif dalam
memberikan pemikiran yang kritis, kreatif, dan memecahkan
masalah. Dalam bab ini pelatihan dan penugasan sudah
menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar sehingga
mendapatkan skor 4, hal tersebut menggambarkan kesesuaian
dengan kriteria yang diharapkan.
8) Penilaian
Pada aspek ini terdiri dari 4 butir penilaian, yaitu:
a) Menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan
kompetensi yang akan diukur (pengetahuan, keterampilan, dan
sikap) (Skor rata-rata: 3,3)
Pada butir ini penulis dan DR memberikan skor 3,
sedangkan YE memberikan skor 4. Alasan penulis dan DR yaitu
penilaian yang disajikan pada materi teks Piwulang Serat Wulangreh
pupuh Pangkur belum menggunakan berbagai teknik penilaian
sesuai dengan kompetensi yang akan diukur, yaitu pengetahuan,
keterampilan, dan sikap. Teknik penilaian yang disajikan hanya
berupa pengukuran kompetensi pengetahuan, seperti tes tulis, tes
lisan, dan penugasan. Kekurangan penyajian teknik penilaian
terdapat pada:
(1) Tidak tersedia teknik penilaian keterampilan. Pendidik menilai
kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu
penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu
kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek,
dan penilaian portofolio. Menurut Sudjana, tipe hasil belajar
ranah psikomotorik berkenaan dengan keterampilan atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 81
digilib.uns.ac.id

kemampuan bertindak setelah ia menerima pengalaman belajar


tertentu (2008: 31).
(2) Tidak tersedia teknik penilaian sikap. Penilaian sikap adalah
penilaian terhadap perilaku dan keyakinan siswa terhadap suatu
obyek, fenomena, atau masalah. Sikap dapat dibentuk dan
merupakan ekspresi perasaan, nilai, atau pandangan hidup yang
terkait dengan kecenderungan bertindak seseorang dalam
merespon sesuatu/objek. Penilaian terhadap sikap dibagi dalam
dua kompetensi sikap yaitu sikap spiritual dan sikap sosial.
Kurikulum 2013 membagi kompetensi sikap menjadi dua, yaitu
sikap spiritual yang terkait dengan pembentukan peserta didik
yang beriman dan bertakwa, dan sikap sosial yang terkait dengan
pembentukan peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri,
demokratis, dan bertanggung jawab. Kompetensi sikap spiritual
mengacu pada KI-1: Menghargai dan menghayati ajaran agama
yang dianutnya, sedangkan kompetensi sikap sosial
mengacu pada KI-2: Menghargai dan meng-hayati perilaku
jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong
royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan
dan keberadaannya. Teknik yang digunakan dalam penilaian
sikap yaitu: teknik onservasi,penilaian diri sendiri, penilaian
antarteman, dan jurnal harian.
b) Proses penilaian melibatkan beberapa pihak terkait (Skor rata-
rata: 2,3)
Pada butir ini penulis dan DR memberikan skor 2,
sedangkan YE memebrikan skor 3. Alasan penulis dan DR karena
pada aspek penilaian tidak lepas dari kompetensi pengetahuan,
keterampilan, dan sikap. Pada butir ini hampir mirip dengan butir di
atas. Proses penilaian melalui teknik penilaian yang disajikan sudah
melibatkan beberapacommit to user seperti teman dan kelompok lain
pihak terkait
perpustakaan.uns.ac.id 82
digilib.uns.ac.id

namun hanya pada penilaian penguasaan pengetahuan saja.


Sedangkan pada penguasaan keterampilan dan sikap tidak tersedia,
sehingga butir proses penilaian melibatkan beberapa pihak terkait
hanya mendapatkan skor 2 karena tidak tersedianya teknik penilaian
kompetensi keterampilan dan sikap.
c) Tersedia instrumen penilaian proses dan hasil belajar (Skor
rata-rata: 3,3)
Pada butir ini penulis dan DR memberikan skor 3,
sedangkan YE memberikan skor 4. Hal tersebut masih berhubungan
pada butir sebelumnya, yaitu karena teknik penilaian yang tersedia
hanya pada kompetensi pengetahuan sedangkan pada kompetensi
keterampilan dan sikap tidak tersedia. Proses dan hasil belajar
seharusnya disimpulkan melalui penilaian proses dan penilaian hasil
belajar yang terdiri dari kemampuan-kemampuan kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Namun, pada materi ini lebih ditekankan pada
kemampuan kognitif yang berkaitan dengan kompetensi
pengatahuan saja, sedangkan pada ranah afektif dan psikomotorik
tidak tersedia.
d) Mempertimbangkan gradasi tingkat kesulitan (Skor rata-rata:
3,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 3, dengan
alasan penilaian yang disaikan melalui teknik penilaian sudah
mempertimbangkan gradasi tingkat kesukaran. Teknik penilaian
pada kompetensi pengetahuan yaitu tes tulis, lisan dan penugasan
disajikan secara runtut dari ranah yang lebih mudah menuju yang
lebih sulit. Namun, kekurangan pada materi ini tidak menyajikan
teknik penilaian pada kompetensi keterampilan dan sikap.
9) Up to date (Skor rata-rata: 3,6)
Pada butir ini penulis dan DR memberikan skor 4, sedangkan
YE memberikana skor 3. Menurut YE Pada Bab II teks yang digunakan
commit
berupa tembang-tembang yangtoterdapat
user pada Serat Wulangreh karya
perpustakaan.uns.ac.id 83
digilib.uns.ac.id

Pakubuwana IV. Walaupun Serat Wulangreh merupakan serat yang


berasal dari jaman dahulu, namun pada materi Bab ini dihubungkan
dengan kehidupan masyarakat pada masa sekarang ini. Hal tersebut
memberikan kesan walaupun tembang-tembang pada Serat Wulangreh
merupakan karya pujangga Jawa pada jaman dahulu namun nilai-nilai
yang terkandung masih berlaku sampai sekarang. Sehingga dapat
dikaitkan dengan keadaan masyarakat pada saat sekarang ini. Hal
tersebut menandakan bahwa teks yang digunakan bersifat kekinian
sebagai salah satu pembelajaran sastra. Namun, pada nilai-nilai yang
dapat dapat dikaitkan dengan keadaan jaman sekarang ini kurang
ditegaskan sehingga peserta didik akan kesulitan dalam menemukan
nilai-nilai yang terkandung.
10) Relevan, menarik, serta kontekstual (Skor rata-rata: 3,6)
Pada butir ini penulis dan DR memberikan skor 4, sedangkan
YE memberikan skor 3. Menurut penulis dan DR kandungan materi
pembelajaran pada Bab II berupa teks piwulang tembang. Tembang-
tembang Jawa selalu menggunakan bahasa puitis dalam penulisannya.
Pada jaman sekarang ini bahasa Jawa mungkin kurang diminati oleh
anak-anak, apalagi bahasa Jawa yang sulit dipahami seperti bahasa pada
tembang. Hal tersebut mungkin kurang menarik bagi peserta didik.
Namun nilai-nilai yang terkandung dalam tembang-tembang dalam
Serat Wulangreh selalu mengandung nasihat bagi kehidupan masyarakat
dari dulu hingga sekarang. Hal tersebut membuat materi pembelajaran
tembang bersifat kontekstual karena dikaitkan dengan nasihat-nasihat
kehidupan yang sesuai dengan peserta didik. Menurut YE pada materi
ini kekurangan terletak pada terjemahan teks yang disajikan dalam
bahasa Jawa dan bahasa Indonesia belum memperjelas teks.
11) Memperkuat wawasan kebhinekaan, kebangsaan, multikultural,
dan integrasi bangsa (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, dengan
commit
alasan kandungan materi to user pada Bab II sudah memenuhi
pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id 84
digilib.uns.ac.id

syarat memperkuat wawasan kebhinekaan, kebangsaan, multikultural,


dan integrasi bangsa. Materi pada Bab ini menyajikan sebuah karya
sastra pada suatu budaya, namun nilai-nilai yang terkandung dalam
materi memberikan pesan kepada seluruh masyarakat berbagai budaya
karena mempelajari tentang berbagai macam status sosial, agama, dan
norma-norma. Materi Bab ini juga mempunyai kandungan yang relevan
dengan nilai-nilai kebhinekaan dan integrasi bangsa, yaitu mengajarkan
nilai-nilai yang berkembang di masyarakat sehingga materi teks
Piwulang Serat Wulangreh pupuh Pangkur dapat menumbuhkan
kecintaan peserta didik terhadap budayanya yang merupakan bagian dari
bangsa Indonesia.
12) Tidak mengandung unsur SARA, HAKI, Pornografi, dan Bias
(Gender, Wilayah dsb) (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, dengan
alasan kandungan materi pembelajaran pada Bab II sudah memenuhi
aturan penyajian yang tidak mengandung unsur SARA, HAKI,
pornografi, Bias gender maupun wilayah. Bab ini menyajikan materi
berupa tembang-tembang dari Serat Wulangreh yang rata-rata
memberikan nasihat-nasihat berupa teladan perilaku baik untuk
kehidupan. Bahasa Jawa yang digunakan juga jauh dari unsur pornografi
maupun mementingkan suatu golongan saja. Nilai-nilai yang terkandung
dapat menjadi pembelajaran secara umum bagi siapapun yang
membacanya, sehingga pada butir ini mendapatkan skor sempurna yang
menggambarkan kesesuaian.
c. Wulangan 3, Materi Pokok: Teks Cerita Rakyat
1) Kelengkapan materi (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, dengan
alasan pada Bab III materi yang disajikan sudah lengkap. Kompetensi
Inti terdiri dari KI 1 sampai dengan KI 4, adapun Kompetensi Dasar
fokus pada KD 3.3 dan KD 4.3. KD 3.3 mempunyai 7 indikator yang
commit to user
dikembangkan yaitu, menyebutkan kata-kata sulit, mengartikan kata-
perpustakaan.uns.ac.id 85
digilib.uns.ac.id

kata sulit, menjawab pertanyaan bacaan dalamragam ngoko dan krama,


meringkas teks cerita rakyat dalam ragam ngoko, meringkas teks cerita
rakyat dalam ragam krama, menceritakan isi cerita rakyat dalam ragam
ngoko, dan menceritakan isi cerita rakyat dalam ragam krama.
Pada KD 4.3 mempunyai tujuan membaca nyaring teks cerita rakyat.
Membaca nyaring mengajarkan pada peserta didik untuk membaca
dengan ucapan dan intonasi yang tepat dan benar agar pesan dalam teks
tersampaikan dengan baik. Adapun cerita rakyat merupakan cerita yang
turun-temurun berkembang di masyarakat, dan mempunyai nilai-nilai
berisi nasihat. Jadi, jika cerita rakyat dibacakan dengan teknik membaca
nyaring akan memungkinkan nilai-nilai dalam cerita tersampaikan
dengan baik bagi pembacanya. Karena dalam membaca cerita
memerlukan pemahaman mendalam untuk mendapatkan pesan yang
terkandung.
2) Kedalaman materi (Skor rata-rata: 2,3)
Pada butir ini penulis dan YE memberikan skor 2, sedangkan
DR memebrikan skor 3. Menurut ketiga peneliti kedalaman materi pada
Bab III dititik beratkan pada pembelajaran bahasa dan sastra yaitu
tentang cerita rakyat yang tentu saja disajikan dalam bahasa Jawa ragam
ngoko dan krama. Kedalaman materi ditandai dengan banyaknya
indikator yang dikembangkan dari KD 3.3 tentang memahami cerita
rakyat dan KD 4.3 tentang membaca nyaring teks cerita rakyat. Pada KD
3.3 dikembangkan menjadi beberapa indikator yang mampu membuat
peserta didik memahami materi cerita rakyat. Pada tahap pertama
peserta didik diberikan contoh cerita rakyat dalam ragam ngoko dan
krama, sehingga akan membuat peserta didik lebih memahami lagi
tentang ragam bahasa Jawa. Lalu dilanjutkan dengan menyebutkan kata-
kata sulit yang ditemukan dalam teks lalu mencari arti kata tersebut.
Materi ini juga dilengkapi dengan pertanyaan-pertanyaan untuk
mengidentifikasi isi dari teks cerita rakyat, sehingga mampu membuat
peserta didik mengingat commit to user isi cerita. Hal tersebut dapat
pokok-pokok
perpustakaan.uns.ac.id 86
digilib.uns.ac.id

digunakan untuk dapat melanjutkan pada materi meringkas dan


menceritakan kembali isi teks dalamragam ngoko dan krama. Pada KD
4.3 kedalaman materi ditandai dengan 5 indikator yang dikembangkan.
Namun, masih terdapat kekurangan pada hal-hal berikut:
(1) Terdapat dua indikator yang masih kurang sesuai. Seperti pada
indikator melafalkan kata dan kalimat secara benar. Hal tersebut
mungkin lebih baik disatukan dengan indikator membaca nyaring
karena dalam melafalkan kata maupun kalimat lebih mudah dengan
mengetahui kata dan kalimat yang mempunyai hubungan dengan
kata dan kalimat lainnya dalam satu teks. Lalu pada indikator
menyebutkan dan mengartikan kata-kata sulit merupakan materi
yang diulang dari KD 3.3 dan masih dalam satu Bab dan dalam satu
teks yang sama. Hal tersebut akan membuat peserta didik hanya
mengulang sama persis dengan pekerjaan pada materi sebelumnya.
(2) Pada halaman 40, penjelasan tentang teori mengenai cerita rakyat
tidak disajikan secara jelas, tepat, dan lengkap. Teori yang disajikan
hanya menjelaskan tentang cerita rakyat secara umum. Seharusnya
disajikan pengertian cerita rakyat secara lengkap dan jelas, akan
lebih baik lagi jika dilengkapi dengan jenis-jenis cerita rakyat seperti
cerita fabel, legenda, pelipur lara, dan jenaka. Ciri-ciri cerita rakyat
seperti bersifat turun temurun, anonim, komunal, istana sentris, dan
sebagainya. Penyajian teori yang lengkap dan jelas akan memancing
pengetahuan peserta didik untuk berkembang dalam menemukan
informasi baru.
(3) Pada halaman 51-52 disajikan tentang pengertian membaca nyaring.
Kekurangan pada poin ini hampir sama seperti poin sebelumnya,
yaitu dalam menyajikan teori tentang membaca nyaring kurang
tepat, jelas, dan lengkap. Setelah disebutkan beberapa pengertian
tentang membaca nyaring, disajikan juga keterampilan yang harus
dikuasai dalam membaca nyaring dengan tepat dan jelas. Menurut
Dalman (2013: 63),commit to user
membaca nyaring adalah kegiatan membaca
perpustakaan.uns.ac.id 87
digilib.uns.ac.id

dengan mengeluarkan suara atau kegiatan melafalkan lambang-


lambang bunyi bahasa dengan suara cukup keras. Hal tersebut agar
sesuai dengan syarat dalam membaca nyaring yaitu menggunakan
ucapan yang tepat, frase yang tepat, intonasi suara yang wajar,
menguasai tanda baca, penuh perasaan dan ekspresif, dan tidak
terbata-bata (Tarigan, 2008: 25). Penyajian materi secara runtut jelas
dan tepat akan memberikan pengetahuan yang sesuai bagi peserta
didik dalam memepelajari materi selanjutnya.
3) Penggunaan Teks
Pada aspek ini terdiri dari 3 butir penilaian, yaitu:
a) Sesuai dengan tuntutan standar Isi (SI) dan jenjang kelas (Skor
rata-rata: 3,6)
Pada butir ini penulis dan DR memberikan skor 4,
sedangkan YE memberikan skor 3. Menurut ketiga peneliti
penggunaan teks berupa cerita rakyat yang berasal dari Jawa Tengah
sudah sesuai dengan Standar Isi dan jenjang kelas VII SMP/MTs.
Sesuai dengan pelajaran Muatan Lokal bahasa Jawa teks yang
digunakan berasal dari daerah Jawa Tengah, sehingga sesuai dengan
Standar Isi kurikulum 2013 Mulok Bahasa Jawa.
b) Isi teks sesuai kebutuhan rasa ingin tahu peserta didik (Skor
rata-rata: 3,3)
Pada butir ini penulis memberikan skor 4, sedangkan YE
dan DR memberikan skor 3. Pemerolehan skor 4 menunjukkan
bahwa teks cerita rakyat sudah sesuai dengan kebutuhan rasa ingin
tahu peserta didik. Penyajian cerita secara menarik dilengkapi
dengan gambar dan ilustrasi yang tepat membuat minat peserta didik
terbangun untuk mempelajari teks lebih lanjut. Rasa ingin tahu
peserta didik dapat dipengaruhi oleh tingkat kemenarikan teks yang
disajikan dan unsur-unsur pelengkapnya. Pemilihan wacana, teks,
gambar, dan ilustrasi sesuai bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta
didik. Menurut YE commit
dan DRto pada
user penggunaan teks masih kurang
perpustakaan.uns.ac.id 88
digilib.uns.ac.id

sesuai untuk memenuhi rasa ingin tahu peserta didik karena terdapat
kekurangan pada teks kedua yaitu cerita yang terlalu rumit yang
disajikan dengan bahasa Jawa ragam krama.

c) Mengandung nilai-nilai spiritual dan sosial (Skor rata-rata: 3,0)


Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 3, dengan
alasan teks cerita rakyat yang digunakan secara umum sudah
mengandung nilai-nilai yang dapat menjadi teladan yang baik bagi
peserta didik. Adegan-adegan dalam teks dapat memberikan contoh
perilaku baik dan buruk yang dapat dipilah oleh peserta didik.
Namun, terdapat kekurangan dalam hal memberikan penegasan
dalam menunjukkan nilai-nilai spiritual dan sosial. Hal tersebut
dapat mengabaikan pembentukan sikap pada peserta didik, karena
sesuai dengan kompetensi sikap pada kurikulum 2013 nilai spiritual
dan sosial merupakan pembangun moral peserta didik.
4) Penggunaan gambar dan ilustrasi
Pada aspek ini terdiri dari 2 butir penilaian, yaitu:
a) Mempermudah pemahaman teks (Skor rata-rata: 3,3)
Pada butir ini penulis memberikan skor 2, YE memberikan
skor 3, dan DR memberikan skor 4. Menurut penulis dan YE
penggunaan gambar dan ilustrasi pada teks cerita rakyat secara
umum sudah mempermudah pemahaman teks. Gambar dan ilustrasi
yang digunakan menggambarkan ide pokok dari beberapa paragraf
dalam teks. Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor yang
masing-masing berbeda, sehingga penulis meminta bantuan kepada
Expert Judgement yaitu Drs. Edy Suryanto, M. Pd. untuk
memberikan skor. Drs. Edy Suryanto, M.Pd. memberikan skor 3,
sehinggaskor yang diberikan penulis tidakdigunakan
dalampenentuan skor rata-rata karena terpaut terlalu jauh dengan
skor yang lain, sehingga rata-rata skor menjadi 3,3. Beberapa
commit
kekurangan pada butir to user
ini dalam hal:
perpustakaan.uns.ac.id 89
digilib.uns.ac.id

(1) Pada halaman 41, terdapat ilustrasi yang menggmabarkan ide


pokok paragraf 5 teks cerita rakyat “Timun Mas”. Namun,
penempatan ilustrasi tersebut tidak sesuai dengan paragraf yang
diilustrasikan. Hal tersebut akan membuat peserta didik kurang
jelas dalam menghubungkan paragraf yang dibaca dengan
ilustrasi yang digambarkan. Seharusnya penempatan ilustrasi
harus sesuai dengan paragraf yang dijelaskan.

(Marsudi Basa lan Sastra Jawa: 41)


Gambar 4.1 Ilustrasi yang tidak sesuai dengan paragraf
(2) Pada halaman 42, sama seperti poin sebelumnya terdapat
ilustrasi yang tidak sesuai dengan ide pokok paragraf yang
ditunjukkan. Ilustrasi yang menggambarkan jaka tarub melihat
bidadari mandi tidak sesuai dengan paragraf yang terletak di
sebelahnya. Seharusnya ilustrasi yang dicantumkan harus
diletakkan sesuai dengan paragraf yang dijelaskan agar lebih
mendukung daya khayal peserta didik saat membaca dan
memahami. Ilustrasi yang diletakkan sesuai dengan paragraf
yang menjelaskannya akan mendukung pemahaman saat
membaca yang secara langsung dapat dibayangkan oleh peserta
didik setiap detail isi dari teks tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 90
digilib.uns.ac.id

(Marsudi basa lan Sastra Jawa: 42)


Gambar 4.2 Ilustrasi yang tidak sesuai dengan paragraf
(3) Pada halaman 44 juga terdapat ilustrasi yang kurang tepat
menggambarkan ide pokok paragraf yang menunjukkannya.

(Marsudi Basa lan Sastra Jawa: 44)


Gambar 4.3 Ilustrasi yang tidak sesuai dengan paragraf
b) Menambah daya tarik teks (Skor rata-rata: 3,6)
Pada butir ini penulis dan DR memberikan skor 4,
sedangkan YE memberikan skor 3. Menurut penulis dan DR
commit to user
Penggunaan gambar dan ilustrasi teks cerita rakyat secara
perpustakaan.uns.ac.id 91
digilib.uns.ac.id

keseluruhan sudah menambah daya tarik teks. Gambar dan ilustrasi


yang disajikan sesuai dengan ide pokok beberapa paragraf dalam
teks. Hal tersebut dapat meningkatkan daya khayal peserta didik
dalam memahami teks cerita rakyat yang dibacanya. Dapat
disimpulkan penggunaan gambar dan ilustrasi menambah daya tarik
teks cerita rakyat. Menurut YE kekurangan penggunaan gambar dan
ilustrasi pada butir sebelumnyayaitu beberapa ilustrasi tidak
ditempatkan secara benar dalam menerangkan ide pokok setiap
paragraf, sehingga mengurangi daya tarik teks. Namun, hal tersebut
dapat diatasi dengan penjelasan dari guru agar tidak terjadi
pemahaman yang salah.
5) Penggunaan konsep dan teori
Pada aspek ini terdiri dari 2 butir penilaian, yaitu:
a) Benar sesuai bidang ilmunya (Skor rata-rata: 3,6)
Pada butir ini penulis memberikan skor 3, sedangkan YE
dan DR memberikan skor yang sama yaitu 4. Alasan penulis yaitu
penggunaan konsep dan teori secara umum sudah sesuai dengan
bidang ilmunya. Pengertian tentang teori-teori penunjang materi
pembelajaran disajikan dengan bahasa Jawa yang sesuai kaidah.
Namun, terdapat beberapa kekurangan pada hal-hal sebagai berikut:
(1) Pada halaman 40, penjelasan tentang teori cerita rakyat tidak
disertakan sumber informasi. Seharusnya teori yang digunakan
berasal dari ahli dan menyertakan sumber informasi dengan
jelas. Hal tersebut dapat menjadi referensi bagi peserta didik
dalam mencari informasi lebih lanjut dalam menunjang teori
pembelajaran.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 92
digilib.uns.ac.id

(Marsudi Basa lan Sastra Jawa: 40)


Gambar 4.4 Cakupan materi yang tidak disertai sumber
pengutipan
(2) Tidak disediakan peta konsep sebagai rancangan pembelajaran.
Peta konsep akan memudahkan peserta didik dalam mengetahui
rancangan proses pembelajaran yang akan dilaksanakan terkait
dengan materi pokok pembelajaran, karena dapat mengaitkan
ide-ide pada setiap materi yang akan dipelajari oleh peserta didik
sehingga proses pembelajaran terlaksana secara runtut.
b) Sesuai dengan tingkat pemahaman peserta didik (Skor rata-
rata: 3,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 3 dengan
alasan konsep dan teori secara umum sudah sesuai dengan tingkat
pemahaman peserta didik. Penyajian konsep pembelajaran secara
runtut dari hal yang mudah dipahami menuju ke hal yang lebih sulit
dipahami memberikan keruntutan proses belajar. Teori yang
disajikan juga berupa pengertian-pengertian tentang materi pokok
yang mudah dipahami oleh peserta didik. Namun, terdapat
kekurangan dalam penyajian teori yang kurang lengkap. Misalnya
pada teori tentang cerita rakyat, selain pengertian atau definisi
seharusnya dilengkapi dengan ciri-ciri dan jenis-jenis cerita rakyat.
Pada materi membaca nyaring selain pengertian akan lebih tepat jika
diberikan teori tentang keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan
commit to user
dalam membaca nyaring.
perpustakaan.uns.ac.id 93
digilib.uns.ac.id

6) Penggunaan contoh
Pada aspek ini terdiri dari 4 butir penilaian, yaitu:
a) Sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai (Skor rata-rata:
4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, dengan
alasan penggunaan contoh berupa teks cerita rakyat “Timun Mas”
dan “Jaka Tarub” sudah sesuai dengan kompetensi yang akan
dicapai. Kedua teks cerita rakyat tersebut sangat tepat sebagai bahan
memahami teks cerita rakyat dan membaca nyaring teks cerita
rakyat.
b) Kontekstual (Skor rata-rata: 3,3)
Pada butir ini penulis dan YE memberikan skor 3,
sedangkan DR memberikan skor 4. Alasan penulis dan YE yaitu
contoh teks cerita rakyat yang digunakan secara umum sudah sesuai.
Pembelajaran yang dapat dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari
tidak dapat dilihat langsung dari isi cerita, namun terdapat pada
nilai-nilai yang terkandung dalam cerita. Nilai-nilai yang terkandung
dalam cerita dapat dijadikan contoh perilaku teladan, sehingga
peserta didik dapat membedakan mana perilaku yang baik dan buruk
yang dapat dihubungkan maupun diaplikasikan dengan kehidupan
sehari-hari.
c) Disajikan secara runtut (dari mudah ke sukar, dan konkret ke
abstrak) (Skor: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4,dengan
alasan penggunaan contoh berupa teks cerita rakyat sudah disajikan
secara runtutdari mudah ke sukar, maupun dari konkret ke abstrak.
Hal tersebut dapat dilihat dari penyajian teks pertama menggunakan
bahasa Jawa ngoko dan teks kedua dengan bahasa Jawa krama.
Secara umum peserta didik lebih menganggap bahasa Jawa krama
lebih sulit tingkatannya daripada bahasa Jawa ngoko. Hal tersebut
commit informasi
sesuai dengan pemerolehan to user dari peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id 94
digilib.uns.ac.id

d) Mengandung nilai-nilai spiritual dan sosial (Skor rata-rata: 4,0)


Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4.
Pemerolehan skor 4 menunjukkna bahwa teks cerita rakyat yang
digunakan sebagai contoh sudah mengandung nilai-nilai spiritual
dan sosial yang berguna bagi pengembangan sikap peserta didik.
Nilai-nilai spiritual dan sosial yang terkandung dalam teks
disampaikan secara tersirat, sehingga peserta didik harus benar-
benar memahami isi teks yang dibacanya.
7) Pelatihan dan penugasan
Pada aspek ini terdiri dari 3 butir penilaian, yaitu:
a) Mencerminkan keruntutan proses belajar (dari mudah ke
sukar, konkret ke abstrak) sehingga mudah dilaksanakan (Skor
rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, dengan
alasan pelatihan dan penugasan yang digunakan pada materi teks
cerita rakyat sudah mencerminkan keruntutan proses belajar dari
mudah ke sukar maupun dari konkret ke abstrak sehingga mudah
dilaksanakan karena melalui proses yang runtut. Pelatihan dan
penugasan dimulai dari hal yang dapat memberikan pemahaman
lebih bagi peserta didik terhadap teks cerita rakyat seperti
menuliskan kata-kata sulit, lalu menjawab pertanyaan seputar isi
teks, dilanjutkan dengan menuliskan ringkasan cerita dengan ragam
ngoko dan krama. Pelatihan dan penugasan dilanjutkan ke dalam
ranah yang lebih abstrak yaitu membaca teks cerita rakyat dengan
teknik membaca nyaring, kemudian melafalkan kata/frasa dengan
benar. Hal tersebut menggambarkan keruntutan proses belajar yang
benar.
b) Membentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
secara sistematis (Skor rata-rata: 3,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 3. Dengan
alasan pelatihan commit to user
dan penugasan secara keseluruhan sudah
perpustakaan.uns.ac.id 95
digilib.uns.ac.id

membentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap


peserta didik. Soal uraian dan teks rumpang melatih penguasaan
pengetahuan peserta didik, sedangkan penulisan kembali isi teks
cerita dengan ragam ngoko dan krama melatih penguasaan sikap
terkait dengan unggah-ungguh bahasa Jawa yang baik dan benar.
Kekurangan terdapat pada pelatihan dan penugasan yang melatih
penguasaan keterampilan peserta didik belum tersedia pada materi
teks cerita rakyat.
c) Memposisikan peserta didik sebagai subjek belajar (Skor rata-
rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, dengan
alasan pelatihan dan penugasan pada materi pokok teks cerita rakyat
secara umum memposisikan peserta didik sebagai subjek belajar.
Layihan dan tugas yang disajikan menuntut peserta didik agar aktif
dan kreatif mengungkapkan ide-ide yang dimilikinya. Melalui
latihan dan tugas seperti mencatat kata-kata sulit dan artinya,
menjawab soal uraian, menuliskan ringkasan cerita, dan menyajikan
teks dalam ragam ngoko dan krama melatih peserta didik untuk
menjadi subjek belajar.
8) Penilaian
Pada aspek ini terdiri dari 4 butir penilaian, yaitu:
a) Menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan
kompetensi yang akan diukur (pengetahuan, keterampilan, dan
sikap) (Skor rata-rata: 3,3)
Pada butir ini penulis memberikan skor 3. YE dan DR
masing-masing memberikan skor 3 dan 4. Menurut penulis dan YE
penilaian yang digunakan pada materi teks cerita rakyat lebih
dominan pada penggunaan teknik penilaian kompetensi
pengetahuan. Teknik penilaian berupa tes tulis dan penugasan sering
digunakan pada materi ini. Namun, teknik penilaian untuk mengukur
commitseperti
kompetensi keterampilan to usertes praktik, projek, dan portofolio
perpustakaan.uns.ac.id 96
digilib.uns.ac.id

tidak tersedia, sedangkan teknik penilaian kompetensi sikap


mengharuskan guru menyediakannya secara mandiri sesuai dengan
keadaan peserta didik yang ada.
b) Proses penilaian melibatkan beberapa pihak terkait (Skor rata-
rata: 2,3)
Pada butir ini penulis dan DR memberikan skor 2,
sedangkan YE memberikan skor 3. Menurut ketiga peneliti,
penilaian yang digunakan pada materi pokok teks cerita rakyat
menunjukkan bahwa pada proses penilaian tidak melibatkan
beberapa pihak terkait. Hal tersebut dapat dilihat dari teknik teknik
penilaian yang digunakan. Berikut hal-hal yang tidak sesuai:
(1) Pada proses penilaian kompetensi pengetahuan yang terkait
dengan ranah kognitif tidak melibatkan beberapa pihak terkait.
Dapat dilihat dari teknik penilaian yang digunakan berupa tes
tulis dan penugasan yang secara umum hanya merupakan tugas
individu yang pemberian nilai hanya diberikan oleh guru.
(2) Pada proses penilaian kompetensi keterampilan yang terkait
dengan ranah psikomotorik tidak disediakan teknik penilaian
secara spesifik sehingga tidak dapat diketahui dalam proses
penilaiannya melibatkan pihak lain atau tidak.
(3) Pada proses penilaian kompetensi sikap yang berkaitan dengan
ranah afektif juga tidak disediakan teknik penilaian secara
spesifik sehingga tidak bisa ditentukan bahwa dalam proses
penilaian sikap melibatkan pihak lain atau tidak.
c) Tersedia instrumen penilaian proses dan hasil belajar (Skor
rata-rata: 3,6)
Pada butir ini penulisdan DR memebrikan skor 3,
sedangkan YE memberikan skor 4. Menurut penulis dan DR pada
materi pokok teks cerita rakyat instrumen penilaian proses dan hasil
belajar hanya tersedia pada kompetensi pengetahuan berupa soal
commit
uraian, teks rumpang, to user
dan menuliskan kembali teks cerita. Namun,
perpustakaan.uns.ac.id 97
digilib.uns.ac.id

pada kompetensi keterampilan dan sikap instrumen penilaian proses


dan hasil belajar tidak disediakan, sehingga pada materi pokok teks
cerita rakyat hanya dominan pada penilaian kompetensi pengetahuan
saja.
d) Mempertimbangkan gradasi tingkat kesulitan (Skor rata-rata:
3,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 3, dengan
alasan penilaian yang digunakan pada materi pokok teks cerita
rakyat sudah mempertimbangkan gradasi tingkat kesulitan. Hal
tersebut dapat dilihat dari instrumen penilaian berupa soal uraian,
pengisisan teks rumpang, dan menulis ringkasan cerita dengan
ragam ngoko dan krama disajikan tidak begitu rumit sesuai dengan
tingkat pemahaman peserta didik. Namun, pada materi ini instrumen
yang disediakan hanya pada kompetensi pengetahuan sedangkan
pada kompetensi keterampilan dan sikap tidak disajikan.
9) Up to date (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, dengan
alasan pada Bab III teks yang digunakan berupa teks cerita rakyat.
Cerita rakyat merupakan cerita yang berkembang di masyarakat dan
bersifat fiksi, hal tersebut untuk memberikan pembelajaran bagi anak-
anak. Teks cerita rakyat yang digunakan pada Bab ini yaitu timun emas
dan jaka tarub. Cerita rakyat tersebut berkembang dan sangat terkenal di
masyarakat Jawa. Walaupun cerita tersebut berkembang dari jaman
dahulu secara turun temurun namun nilai-nilai yang terkandung pada
cerita masih dapat diambil manfaatnya pada jaman sekarang ini. Jadi
teks ini masih mempunyai unsur kekinian terkait dengan nilai-nilai yang
terkandung.
10) Relevan, menarik, serta kontekstual (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, dengan
alasan kandungan materi pembelajaran pada Bab III berupa teks cerita
commit
rakyat. Cerita rakyat yang to user yaitu “Timun Emas” dan “Jaka
disajikan
perpustakaan.uns.ac.id 98
digilib.uns.ac.id

Tarub” yang disajikan menarik sekali sangat sesuai dengan anak-anak


jenjang SMP. Materi pada Bab ini sangat relevan dan menarik karena
bersifat fiksi yang memunculkan imajinasi maupun daya khayal peserta
didik. Kandungan nilai pada materi yang disajikan juga baik untuk
mengembangkan contoh perilaku baik pada peserta didik. Materi juga
bersifat kontekstual, isi cerita dan nilai-nilai yang terkandung berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari peserta didik.
11) Memperkuat wawasan kebhinekaan, kebangsaan, multikultural,
dan integrasi bangsa (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, dengan
alasan kandungan materi pembelajaran pada Bab III sudah memenuhi
syarat memperkuat wawasan kebhinekaan, kebangsaan, multikultural,
dan integrasi bangsa. Materi pada Bab ini menyajikan cerita rakyat yang
diambil dari daerah Jawa Tengah, hal tersebut relevan dengan pelajaran
bahasa Jawa yang merupakan pelajaran muatan lokal di Jawa Tengah.
Materi cerita rakyat tersebut dapat membuat peserta didik lebih
mengenal budaya di sekitarnya. Rasa kecintaan peserta didik terhadap
budaya sendiri akan menguntungkan bagi sebuah bangsa,karena budaya
merupakan salah satu bagian kekayaan suatu bangsa. Dalam materi ini
juga mempunyai nilai-nilai sosial yang tinggi dan juga berisi nasihat-
nasihat yang sesuai bagi peserta didik.
12) Tidak mengandung unsur SARA, HAKI, Pornografi, dan Bias
(Gender, Wilayah dsb) (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, dengan
alasan kandungan materi pembelajaran pada Bab III sudah memenuhi
aturan penyajian yang tidak menggunakan unsur SARA, HAKI,
pornografi, biasa gender maupun wilayah. Bab ini menyajikan materi
berupa teks cerita rakyat. Cerita rakyat yang diambil sesuai dengan
kebudayaan Jawa yaitu dari daerah Jawa Tengah. Cerita rakyat pada
materi ini merupakan cerita yang secara turun-temurun berkembang di
commit
masyarakat Jawa sehingga to user nilai-nilai luhur untuk mendidik
mengandung
perpustakaan.uns.ac.id 99
digilib.uns.ac.id

anak-anak. Dan nilai-nilai yang terkandung dapat dicontoh oleh


kalangan umum tidak hanya sebagian masyarakat saja.
d. Wulangan 4, Materi Pokok: Teks Cerita Pengalaman dan Aksara Jawa
1) Kelengkapan materi (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikana skor 4, dengan
alasan pada Bab IV juga sudah memenuhi standar isi yaitu mempunyai
komponen KI 1 sampai dengan KI 4, dan terdiri dari 4 Kompetensi
Dasar yaitu KD 3.4 dengan 4 indikator, KD 4.4 dengan 5 indikator, KD
4.5 dengan 4 indikator, dan KD 4.6 dengan 5 indikator.
KD 3.4 bertujuan memahami cerita pengalaman yang berada pada
halaman 58 dan 61. Indikator-indikator pada KD 3.4 yaitu, menyebutkan
kata-kata sulit, mengartikan kata-kata sulit, menjawab pertanyaan
bacaan dalam ragam ngoko dan krama, dan menceritakan kembali isi
cerita dengan ragam ngoko dan krama. Pada Bab IV difokuskan pada
empat Kompetensi Dasar yaitu, KD 3.4, 4.4, 4.5, 4.6. yang masing-
masing KD mempunyai penjabaran materi tersendiri.
2) Kedalaman materi (Skor rata-rata: 3,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memebrikan skor 3, dengan
alasan kedalaman materi pada Bab IV menjabarkan materi tentang
pembelajaran bahasa dan sastra. Materi yang dibahas berupa teks cerita
pengalaman dan aksara Jawa. Pada Bab IV ini terdiri dari empat
Kompetensi Dasar. KD pertama yaitu KD 3.4 tentang memahami cerita
pengalaman. Materi yang disajikan berupa teori secara umum mengenai
cerita pengalaman pribadi yang disajikan dalam bentuk kumpulan
paragraf. Teori yang disajikan berupa pengertian dari cerita pengalaman,
klasifikasi cerita pengalaman menurut suasana,waktu terjadi, dan umur.
Kedalaman materi pada teori cerita pengalaman secara umum sudah
sesuai, namun terdapat kekurangan pada teknik penyajian yang kurang
menarik. Seharusnya penyajian tentang klasifikasi cerita pengalaman
dari beberapa segi disajikan dengan menggunakan poin-poin bukan
commit
berupa paragraf, agar lebih to userdan mudah diingat sehingga tidak
menarik
perpustakaan.uns.ac.id 100
digilib.uns.ac.id

membosankan. Materi selanjutnya berupa teks cerita pengalaman


“Dikira Teh, Jebul.....” yang disajikan dengan ragam ngoko sudah
sesuai, yaitu mengungkapkan sebuah pengalaman yang lucu yang
dialami oleh anak kelas VII SMP. Teks yang kedua berjudul “Mugi
Gusti Angijabahi” yang merupakan cerita pengalaman menyedihkan.
Pada KD 4.4 ditekankan pada materi menulis. Peserta didik disediakan
contoh cerita pengalaman untuk dibaca dan dipahami. Lalu dianalisis
unsur intrinsiknya, agar lebih mudah memahami setiap bagian-bagian
dari sebuah teks cerita pengalaman. Setelah itu peserta didik mulai
mendapatkan tugas untukmenulis cerita pengalaman secara individu
dengan langkah-langkah menyusun kerangka karangan lalu
mengembangkannya dan menjadikannya sebuah karangan cerita
pengalaman. Pada KD ini memberikan keterampilan pada peserta didik
dalam kompetensi menulis yang dijabarkan dengan materi-materi yang
tersusun mulai dari pemahaman hingga menulis. Selanjutnya pada KD
4.5 yang masih berhubungan dengan KD sebelumnya. Teks cerita yang
digunakan berjudul “Dikira Juwara Jebul Kleru Anggone....” yang berisi
cerita lucu. KD ini lebih ditekankan pada keterampilan berbicara dan
menyimak karena berorientasi tentang menceritakan kembali dan
menanggapi teks dengaran cerita pengalaman. Peserta didik dituntut
mendengarkan cerita pengalaman yang dibacakan lalu mencatat isi
pokok cerita. Kedua indikator ini sudah menggambarkan materi yang
melatih keterampilan menyimak peserta didik. Selanjutnya peserta didik
diminta untuk menceritakan kembali dan menanggapi isi cerita
pengalaman yang didengarkan. Hal tersebut akan membantu peserta
didik untuk lebih berani dan lebih terampil mengungkapkan
pendapatnya. Selanjutnya KD 4.6 yang berisi materi tentang aksara
Jawa berupa teks cerita rakyat menggunakan aksara Jawa. Kedalaman
materi dapat dilihat dari teks yang digunakan berupa aksara Jawa
dengan pasangan dan sandhangan dalam membentuk kalimat. Hal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 101
digilib.uns.ac.id

tersebut membantu pembelajaran peserta didik dalam belajar aksara


Jawa beserta sandhangan dan pasangannya.
3) Penggunaan Teks
Pada aspek ini terdiri dari 3 butir penilaian, yaitu:
a) Sesuai dengan tuntutan standar Isi (SI) dan jenjang kelas (Skor
rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, dengan
alasan teks yang digunakan secara keseluruhan sudah sesuai dengan
tuntutan Standar Isi dan jenjang kelas. Hal tersebut dapat dilihat dari
teks cerita pengalaman yang digunakan merupakan cerita yang
diambil dari sumber informan peserta didik kelas VII, yang rata-rata
ceritanya masih mudah dipahami seperti cerita lucu, menyedihkan,
menyenangkan, dan kejadian yang terjadi di lingkungan sekolah.
Pada teks aksara Jawa yang digunakan juga berupa cerita rakyat
yang sesuai dengan jenjang kelas yang mudah dipahami dan isi
cerita sederhana.
b) Isi teks sesuai kebutuhan rasa ingin tahu peserta didik (Skor
rata-rata: 3,3)
Pada butir ini penulis memberikan skor 4, sedangkan YE
dan DR memberikan skor 3. Pemerolehan skor tersebut
menunjukkan bahwa isi teks yang disajikan sesuai dengan kebutuhan
rasa ingin tahu peserta didik. Cerita pengalaman yang dialami oleh
peserta didik dari jenjang kelas yang sama dapat menumbuhkan daya
khayal peserta didik yang membacanya, sehingga menimbulkan rasa
ingin tahu yang tinggi terhadap isi teks. Teks yang kedua berupa
cerita rakyat yang disajikan dengan aksara Jawa. Pada jenjang kelas
VII pembelajaran aksara Jawa meliputi huruf Jawa, sandhangan, dan
pasangan. Teks cerita rakyat beraksara Jawa sudah sesuai dengan
kompetensi yang akan dicapai sehingga menumbuhkan rasa ingin
tahu peserta didik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 102
digilib.uns.ac.id

c) Mengandung nilai-nilai spiritual dan sosial (Skor rata-rata: 3,3)


Pada butir ini penulis memberikan skor 4, sedangkan YE
dan DR memberikan skor 3. Menurut YE dan DR teks yang
digunakan berupa cerita pengalaman dan cerita rakyat dalam aksara
Jawa secara keseluruhan sudah mengandung nilai spiritual dan sosial
sebagai contoh perilaku teladan bagi peserta didik. Nilai-nilai yang
terkandung dalam teks secara umum memberikan pembelajaran
sikap yang baik. Isi teks yang menunjukkan perilaku religius
menjadi contoh nilai-nilai spiritual yang dapat ditiru peserta didik,
sedangkan isi teks yang menunjukkna perilaku interaksi dengan
teman, orang lain, dan lingkungan memberikan contoh nilai-nilai
sosial bagi peserta didik. Namun, terdapat kelemahan pada penyajian
nilai-nilai spiritual dan sosial yang tidak ditegaskan dengan jelas.
4) Penggunaan gambar dan ilustrasi
Pada aspek ini terdiri dari 2 butir penialaian, yaitu:
a) Mempermudah pemahaman teks (Skor rata-rata: 3,3)
Pada butir ini penulis dan YE memberikan skor 3,
sedangkan DR memberikan skor 4. Alasan penulis dan YE yaitu
penggunaan gambar dan ilustrasi secara keseluruhan sudah sesuai
untuk mempermudah pemahaman teks. Gambar dan ilustrasi yang
digunakan dalam teks cerita pengalaman diletakkan pada pargraf
yang ide pokoknya ditegaskan dengan gambar maupun ilustrasi
tersebut, sehingga dapat memunculkan daya khayal peserta didik
terhadap cerita yang dibacanya dan mempermudah pemahaman teks
bagi peserta didik. Namun, terdapat kekurangan pada penyajian
ilustrasi pada teks cerita rakyat beraksara Jawa. Ilustrasi yang
digunakan berupa gambar air terjun antara bebatuan, hal tersebut
tidak sesuai dengan cerita rakyat yang disajikan berjudul “Batur
raden”, karena cerita rakyat batur raden merupan cerita rakyat
tentang legenda terjadinya suatu temapat di Banyumas, sehingga
commit
ilustrasi berupa air terjun to user
tidak sesuai dengan teks yang disajikan.
perpustakaan.uns.ac.id 103
digilib.uns.ac.id

b) Menambah daya tarik teks (Skor rata-rata: 4,0)


Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, dengan
alasan secara keseluruhan gambar dan ilustrasi yang disajikan pada
materi pokok teks cerita pengalaman dan aksara Jawa sudah sesuai,
yaitu untuk menambah daya tarik teks. Gambar dan ilustrasi
menjelaskan beberapa ide pokok paragraf dalam setiap teks sehingga
dapat merangsang daya imajinasi peserta didik dalam memahami
dan menangkap isi teks. Teks yang disertai dengan gambar maupun
ilustrasi tentu memberikan kesan yang menarik, sehingga dapat
menarik minat peserta didik untuk membaca dan memahami isinya.
Gambar dan ilustrasi yang disajikan juga mempunyai jumlah yang
cukup banyak sehingga memberikan kesan menarik, karena
beberapa ide pokok dapat diilustrasikan dengan gambar.
5) Penggunaan konsep dan teori
Pada aspek ini terdiri dari 2 butir penilaian, yaitu:
a) Benar sesuai bidang ilmunya (Skor rata-rata: 2,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 2,
penggunaan konsep dan teori pada materi teks cerita pengalaman
dan aksara Jawa secara umum belum sesuai dengan bidang ilmunya.
Konsep yang disajikan kurang menggambarkan keruntutan proses
belajar untuk memenuhi pengetahuan yang dibutuhkan peserta didik.
Teori-teori yang disajikan juga kurang menjelaskan secara detail
tentang informasi yang dibutuhkan peserta didik dalam mengawali
setiap materi yang akan dipelajari. Terdapat beberapa kekurangan
terkait hal-hal berikut:
(1) Tidak tersedianya peta konsep pada setia awal bab untuk
memberikan rancangan proses pembelajaran yang akan
dilakasanakan. Menurut Suparno (dalam Basuki, 2000: 9) peta
konsep merupakan suatu bagan skematik untuk menggambarkan
suatu pengertian konseptual seseorang dalam suatu rangkaian
pernyataan. petacommit
konseptobukan
user hanya menggambarkan konsep-
perpustakaan.uns.ac.id 104
digilib.uns.ac.id

konsep yang penting, melainkan juga menghubungkan antara


konsep-konsep itu. Sesuai dengan hal tersebut peta konsep
memegang peranan penting dalam suatu perencanaan pada
proses pembelajaran.
(2) Tidak dituliskan sumber referensi pada setiap teori yang
digunakan. Hal tersebut terdapat pada halaman 58 dan 67 buku
teks Marsudi Basa lan Sastra Jawa. Sumber referensi seharusnya
dituliskan secara jelas dan lengkap untuk memberikan informasi
kepada peserta didik darimana teori-teori tersebut berasal.
Sumber referensi dapat menjadi bahan bagi peserta didik untuk
mencari info lebih lanjut mengenai materi yang akan
dipelajarinya.
b) Sesuai dengan tingkat pemahaman peserta didik (Skor rata-rata
rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4.
Pemerolehan skor 4 menunjukkan bahwa penggunaan konsep dan
teori pada materi pokok teks cerita pengalaman dan aksara Jawa
sudah sesuai dengan tingkat pemahaman peserta didik. Konsep
disajikan secara runtut mulai dari tingkat kesukaran sedang hingga
tinggi dan dari ranah konkret hingga ranah abstrak. Konsep dan teori
yang digunakan juga sesuai untuk memahami dan menerapkan
pengetahuan berupa faktual, konseptual, dan prosedural berdasarkan
rasa ingin tahu peserta didik tentang ilmu pengetahuan, budaya, dan
kejadian nyata, sehingga sesuai dengan tingkat pemahaman peserta
didik.
6) Penggunaan contoh
a) Sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai (Skor rata-rata:
4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, dengan
alasan pada materi ini contoh yang digunakan berupa teks cerita
pengalaman dan tekscommit
ceritato user
rakyat beraksara Jawa. Teks cerita
perpustakaan.uns.ac.id 105
digilib.uns.ac.id

pengalaman yang digunakan sudah sesuai dengan kompetensi yang


akan dicapai yaitu tentang pemahaman teks, menyusun/menulis
cerita pengalaman, menceritakan kembali cerita pengalaman, dan
membaca wacana beraksara Jawa. Dalam memenuhi kompetensi
yang akan dicapai pada materi ini disajikan contoh teks dengan
berbagai bentuk sesuai dengan klasifikasi teks pada teori yang
disajikan diawal pembelajaran, sehingga dalam memahami,
menyusun, maupun menceritakan kembali peserta didik diberikan
macam-macam teks sesuai kompetensi yang akan dicapai.
b) Kontekstual (Skor rata-rata: 3,6)
Pada butir ini penulis dan DR memberikan skor 4,
sedangkan YE memberikan skor 3. Penggunaan contoh berupa teks
cerita pengalaman dan aksara Jawa sudah sesuai dengan
pembelajaran kontekstual. Hal tersebut dapat dilihat dari isi teks
merupakan cerita pengalaman yang benar-benar terjadi, sehingga
dapat memunculkan ide-ide peserta didik dan mengaitkannya dengan
kehidupan sehari-harinya maupun dengan pengalaman yang
dimilikinya. Menurut YE pada penggunaan teks terakhir berupa
aksara Jawa dari segi isi kurang menunjukkan pembelajaran yang
kontekstual, hal tersebut berkaitan dengan teks berupa cerita rakyat
yang alur ceritanya tidak sesuai dengan perkembangan sosial
emosional peserta didik.
c) Disajikan secara runtut (dari mudah ke sukar, dan konkret ke
abstrak) (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, dengan
alasan penggunaan contoh berupa teks cerita pengalaman dan aksara
Jawa disajikan dengan runtut. Menurut kompetensi yang akan
dicapai yaitu memahami, menyusun/menulis, menceritakan kembali
teks cerita pengalaman, dan membaca wacana berhuruf Jawa sudah
sesuai dengan kruntutan penyajian mulai dari hal yang lebih mudah
dan konkret seperticommit to user
mencoba, mengolah, menyaji, dan mengurai
perpustakaan.uns.ac.id 106
digilib.uns.ac.id

teori maupun teks yang disajikan hingga ke ranah yang lebih sulit
dan abstrak seperti menulis, membaca, dan mengarang.
d) Mengandung nilai-nilai spiritual dan sosial (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, dengan
alasan penggunaan contoh berupa teks cerita pengalaman dan
wacana berhuruf Jawa diambil dari sumber-sumber yang dapat
memberikan perilaku teladan bagi peserta didik sehingga
mempunyai kandungan nilai-nilai spiritual dan sosial. Contoh teks
cerita pengalaman yang disajikan merupakan kejadian nyata di
masyarakat yang kaya akan nilai-nilai spiritual dan sosial, yang
berguna bagi kompetensi sikap peserta didik. Kandungan nilai-nilai
sosial yang lebih dominan pada teks wacana beraksara Jawa berupa
cerita rakyat juga sangat bermanfaat bagi pembangun sikap positif
peserta didik. Penyajian teks menggunakan ragam ngoko dan krama
juga menjadi salah satu contoh nilai sosial dalam menggunakan
unggah-ungguh yang sesuai dalam kehidupan sehari-hari.
7) Pelatihan dan penugasan
Pada aspek ini terdiri dari 3 butir penilaian, yaitu:
a) Mencerminkan keruntutan proses belajar (dari mudah ke
sukar, konkret ke abstrak) sehingga mudah dilaksanakan (Skor
rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, dengan
alasan pelatihan dan penugasan pada materi pokok teks cerita
pengalaman dan aksara Jawa sudah mencerminkan keruntutan
proses belajar dari mudah ke sukar dan dari konkret ke abstrak
sehingga mudah dilaksanakan. Pelatihan dan penugasan mulai dari
memahami, menganalisis, hingga menulis menyesuaikan dengan
tingkat pemahaman peserta didik. Menurut DR pada setiap latihan
soal berupa uraian dan sebagainya selalu diawali dengan penulisan
kata-kata sulit, hal tersebut mencerminkan keruntutan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 107
digilib.uns.ac.id

memudahkan peserta didik dalam mengikuti proses belajar sehingga


sampai pada tahap pemahaman yang sebenarnya.
b) Membentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
secara sistematis (Skor rata-rata: 3,6)
Pada butir ini penulis memberikan skor 4, sedangkan YE
dan DR memberikan skor 3. Menurut YE dan DR secara
keseluruhan pelatihan dan penugasan pada materi pokok teks cerita
pengalaman dan aksara Jawa sudah membentuk penguasaan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara sistematis. Latihan dan
tugas seperti tes tulis, lisan, dan penugasan secara secara umum
membentuk penguasaan pengetahuan, sedangkan pada tugas maju
didepan kelas membacakan cerita pengalaman untuk disimak dan
diberikan penilaian oleh teman-teman dapat membentuk penguasaan
keetrampilan, namun secara tidak langsung juga dapat membentuk
pengetahuan sikap secara sistematis. Serangkaian pelatihan dan
penugasan yang terdapat pada materi ini dapat menghubungkan
penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap pada peserta
didik. Namun, pelatihan dan penugasan yang digunakan tidak
seimbang, yaitu didominasi pada kompetensi pengetahuan.
c) Memposisikan peserta didik sebagai subjek belajar (Skor rata-
rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, dengan
alasan pelatihan dan penugasan terkait dengan teks cerita
pengalaman dan aksara Jawa sudah memposisikan peserta didik
sebagai subjek belajar. Latihan dan tugas yang disajikan, secara
keseluruhan menuntut daya aktif dan kreatif peserta didik untuk
menggunakan pemikirannya dalam memecahkan masalah, seperti
menjawab pertanyaan, memahami isi teks, memberikan tanggapan,
menganalisis teks, dan membuat sebuah tulisan berupa teks cerita.
Peserta didik yang dituntut aktif akan secara otomatis memposisikan
commit
dirinya sebagai subjek to user
belajar.
perpustakaan.uns.ac.id 108
digilib.uns.ac.id

8) Penilaian
Pada aspek ini terdiri dari 4 butir penilaian, yaitu:
a) Menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan
kompetensi yang akan diukur (pengetahuan, keterampilan, dan
sikap) (Skor rata-rata: 2,6)
Pada butir ini penulis dan DR memberikan skor 2,
sedangkan YE memberikan skor 3. Alasan ketiga peneliti yaitu
penilaian pada materi pokok teks cerita pengalaman dan aksara Jawa
menggunakan teknik penilaian yang dominan terhadap kompetensi
pengetahuan. Tes tulis, tes lisan, dan penugasan disajikan hampir
pada setiap Kompetensi Dasar pada materi pokok ini. Namun, teknik
penilaian yang dapat mengukur kompetensi keterampilan dan sikap
tidak tersedia pada bab ini. Seharusnya dalam menyajikan teknik
penilaian harus seimbang antara pengetahuan, keterampilan,dan
sikap agar kompetensi yang akan dicapai juga merata.
b) Proses penilaian melibatkan beberapa pihak terkait (Skor rata-
rata: 3,0)
Pada butirini ketiga peneliti memberikan skor 3, dengan
alasan pada materi pokok teks cerita pengalaman dan aksara Jawa
proses penilaian secara umum sudah melibatkan beberapa pihak
terkait. Hal tersebut terlihat dari tugas membaca teks cerita
pengalaman untuk disimak dan dinilai oleh teman yang lain, hal
tersebut menggambarkan penilaian yang melibatkan pihak lain
secara subjektif. Namun, proses penilaian yang melibatkan beberapa
pihak terkait hanya tersedia dari beberapa tugas saja, sedangkan
tugas yang lain hanya memerlukan penilaian guru saja masih
mendominasi.
c) Tersedia instrumen penilaian proses dan hasil belajar (Skor
rata-rata: 2,3)
Pada butir ini penulis dan YE memberikan skor 2,
commit to
sedangkan DR memberikan user
skor 3. Alasan ketiga peneliti Instrumen
perpustakaan.uns.ac.id 109
digilib.uns.ac.id

penilaian merupakan bahan yang digunakan untuk mendapatkan


suatu penilaian. Dalam materi ini instrumen penilaian yang tersedia
berupa soal uraian, menceritakan isi teks, menganalisis unsur-unsur
teks cerita pengalaman, menulis cerita pengalaman, membacakan
teks cerita pengalaman, dan membaca wacana berhuruf Jawa. Hal
tersebut hanya memenuhi instrumen penilaian untuk mengukur
kompetensi pengetahuan, sedangkan pada kompetensi keterampilan
dan sikap tidak tersedia. Instrumen keterampilan dan sikap
seharusnya diberikan pada setiap Kompetensi Dasar yang disajikan
untuk memenuhi pencapaian kompetensi.
d) Mempertimbangkan gradasi tingkat kesulitan (Skor rata-rata:
3,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 3, dengan
alasan penilaian yang digunakan pada materi pokok teks cerita
pengalaman dan aksara Jawa secara keseluruhan sudah
mempertimbangkan gradasi tingkat kesulitan. Hal tersebut dapat
dilihat dari penyajian teknik penilaian selalu menggunakan tugas dan
latihan dari hal yang mudah ke hal yang lebih sukar. Kekurangan
yang terdapat pada materi ini adalah penilaian hanya spesifik pada
penilaian kompetensi pengetahuan saja, sedangkan pada kompetensi
keterampilan dan sikap tidak disajikan.
9) Up to date (Skor rata-rata: 3,3)
Pada butir ini penulis dan YE memberikan skor 3, sedangkan
DR memberikan skor 4. Menurut penulis dan YE Pada Bab IV teks yang
digunakan berupa teks cerita pengalaman dan teks cerita rakyat. Salah
satu teks diambil dari majalah panjebar semangat pada tahun 2013
sehingga bisa dikatakan teks ini bersifat kekinian. Pada tiga teks yang
lain tidak disebutkan sumber sehingga sulit untuk menentukan bahwa
teks tersebut bersifat kekinian atau tidak, sehingga akan mengurangi
unsur kekinian pada teks. Namun, hal tersebut tidak terlalu
mempengaruhi jalannyacommit to usermengajar.
proses belajar
perpustakaan.uns.ac.id 110
digilib.uns.ac.id

10) Relevan, menarik, serta kontekstual (Skor rata-rata: 4,0)


Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 3, denga alasan
kandungan materi pembelajaran pada Bab IV berupa teks cerita
pengalaman dan aksara Jawa. Teks cerita pengalaman diambil dari
pengalaman anak-anak tingkat SMP agar relevan dengan jenjang kelas.
Cerita pengalaman yang disajikan ada yang berisi pengalaman lucu, dan
pengalaman menyedihkan. Hal tersebut akan membuat peserta didik
tertarik dalam memepelajarinya karena akan membuat daya khayal
berkembang. Materi yang lain yaitu aksara Jawa, yang merupakan
materi wajib pada pelajaran aksara Jawa. Materi aksara Jawa yang
disajikan relevan dengan pembelajaran pada jenjang kelas, materi juga
menarik karena berbentuk cerita rakyat tentang suatu objek wisata.hal
tersebut pasti akan membuat penasaran peserta didik untuk
mengubahnya pada bentuk tulisan latin agar memahami isinya. Materi
pada Bab ini juga mengandung nilai-nilai yang sangat berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari peserta didik.
11) Memperkuat wawasan kebhinekaan, kebangsaan, multikultural,
dan integrasi bangsa (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, dengan
alasan kandungan materi pembelajaran pada Bab IV juga sudah
memenuhi syarat untuk memperkuat wawasan kebhinekaan,
kebangsaan, multikultural, dan integrasi bangsa. Materi pada Bab ini
menyajikan cerita pengalaman dan aksara Jawa. Materi ini mempunyai
relevansi dengan nilai kebhinekaan dan kebangsaan karena menyajikan
pesan dan nasihat-nasihat bagi peserta didik. Materi aksara Jawa juga
memberikan nilai budaya yang memberikan pembelajaran pada peserta
didik. Materi pada Bab ini juga selalu berpedoman pada nilai-nilai
kebhinekaan seperti sosial, budaya, dan kehidupan sehari-hari. Dalam
materi ini dapat menumbuhkan kecintaan peserta didik terhadap
bangsanya dengan hal yang lebih sederhana mulai dari budayanya
sendiri yang merupakan commit to user
bagian dari kekayaan bangsa.
perpustakaan.uns.ac.id 111
digilib.uns.ac.id

12) Tidak mengandung unsur SARA, HAKI, Pornografi, dan Bias


(Gender, Wilayah dsb) (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, dengan
alasan kandungan materi pembelajaran pada Bab IV juga sudah
memenuhi aturan penyajian yang tidak menggunakan unsur SARA,
HAKI, pornografi, dan bisa gender maupun wilayah. Materi pada Bab
ini menyajikan cerita pengalaman dan aksara Jawa. Semua unsur
bahasa, kandungan, isi, maupun pesan-pesan dalam teks tidak
menggambarkan adanya penggunaan unsur SARA, HAKI, pornografi
dan bias gender maupun wilayah.
2. Analisis Kelayakan Bahasa
Analisis kelayakan bahasa pada buku teks Marsudi Basa lan Sastra
Jawa didasarkan pada instrumen dari Dinas Pendidikan Jawa Tengah yang
telah disesuaikan dengan BSNP. Kelayakan bahasa mempunyai 3
subkomponen, yaitu kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik,
komunikatif, serta keruntutan dan kesatuan gagasan. Dari ketiga subkomponen
tersebut didapat 7 butir penilaian sebagai berikut, penggunaan bahasa sesuai
dengan tingkat perkembangan intelektual peserta didik, penggunaan bahasa
sesuai dengan tingkat perkembangan sosial emosional peserta didik,
keterbacaan pesan, ketepatan bahasa, penggunaan istilah, ketepatan ragam
bahasa, serta keruntutan dan kesatuan gagasan.
Penilaian didasarkan pada tujuh butir penilaian yang dijabarkan dari
subkomponen yang ada. Setiap butir akan mendapatkan penilaian dengan
rentang skor 1-4 sesuai dengan tingkat kelayakannya. Berikut adalah hasil
analisis kelayakan bahasa pada buku teks pelajaran Marsudi Basa lan Sastra
Jawa.

Tabel 3.4 Penilaian Kelayakan Bahasa oleh Penulis

No Butir Penilaian Skor


1 Penggunaan bahasa sesuai dengan tingkat perkembangan 3
intelektual peserta didik commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 112
digilib.uns.ac.id

2 Penggunaan bahasa sesuai dengan tingkat perkembangan 4


sosial emosional peserta didik
3 Keterbacaan pesan 2
4 Ketepatan bahasa 2
5 Penggunaan istilah 4
6 Ketepatan ragam bahasa 4
7 Keruntutan dan kesatuan gagasan 4
Jumlah 23
Skor maksimal 28
Persentase 82,14%

Tabel 3.5 Hasil Penilaian Kelayakan Bahasa YE


No Butir Penilaian Skor
1 Penggunaan bahasa sesuai dengan tingkat perkembangan 4
intelektual peserta didik
2 Penggunaan bahasa sesuai dengan tingkat perkembangan 3
sosial emosional peserta didik
3 Keterbacaan pesan 2
4 Ketepatan bahasa 2
5 Penggunaan istilah 4
6 Ketepatan ragam bahasa 4
7 Keruntutan dan kesatuan gagasan 4
Jumlah 23
Skor maksimal 28
Persentase 82,14%

Tabel 3.6 Hasil Penilaian Kelayakan Bahasa DR


No Butir Penilaian Skor
1 Penggunaan bahasa sesuai dengan tingkat perkembangan 4
commit to user
intelektual peserta didik
perpustakaan.uns.ac.id 113
digilib.uns.ac.id

2 Penggunaan bahasa sesuai dengan tingkat perkembangan 4


sosial emosional peserta didik
3 Keterbacaan pesan 2
4 Ketepatan bahasa 2
5 Penggunaan istilah 4
6 Ketepatan ragam bahasa 4
7 Keruntutan dan kesatuan gagasan 4
Jumlah 24
Skor maksimal 28
Persentase 85,71%

Hasil penilaian pada tabel diatas berdasarkan pemberikan skor terhadap


keseluruhan isi pada satu buku. Berikut penjabaran penilaian kelayakan bahasa
pada setiap materi pokok buku teks Marsudi Basa lan Sastra Jawa oleh ketiga
peneliti berdasarkan pemberian skor pada setiap bab.
a. Wulangan 1, Materi Pokok: Teks Narasi
1) Penggunaan bahasa sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual
peserta didik (Skor rata-rata: 3,6)
Pada butir ini penulis memberikan skor 3, sedangkan YE dan DR
memberikan skor 4. Alasan penulis yaitu penggunaan bahasa pada bab I
buku teks Marsudi Basa lan Sastra Jawa terkait penggunaan wacana, teks,
gambar, ilustrasi, dan contoh sudah cukup baik. Bahasa yang digunakan
dalam menjelaskan konsep atau aplikasi konsep sudah sesuai dengan
tingkat perkembangan intelektual peserta didik. Hal tersebut terlihat dari
bahasa yang digunakan untuk menyampaikan materi, memberi perintah
pada latihan, maupun bahasa yang digunakan dalam pertanyaan-pertanyaan
yang harus dijawab oleh peserta didik, bahasa yang digunakan tidak begitu
rumit namun sederhana sehingga sangat sesuai dengan jenjang anak SMP.
Sehingga setiap materi akan mudah dipahami oleh setiap peserta didik.
Dalam penyajian wacana, commit to user dan ilustrasi terkait penggunaan
teks, gambar,
perpustakaan.uns.ac.id 114
digilib.uns.ac.id

bahasa juga sudah cukup baik. Bahasa yang digunakan secara imajinatif
dapat dibayangkan oleh peserta didik terkait dengan penyajian wacana,
teks, gambar,dan ilustrasi. Sehingga materi yang disajikan benar-benar
dapat dipahami dan tidak hanya sebagai sebatas teori saja. Bahasa yang
digunakan juga disesuaiakan dengan pemakaian bahasa Jawa pada
umumnya yang dekat dengan kehidupan peserta didik. Alasan menurut YE
dan DR memberikan skor 4 dikarenakan bahasa yang digunakan pada buku
teks Marsudi Basa lan Sastra Jawa sudah sesuai dengan tingkat
perkembangan intelektual peserta didik. Hal tersebut dapat dilihat dari
bahasa yang digunakan dalam menyampaikan materi masih sederhana dan
mudah dipahami untuk anak-anak.
2) Penggunaan bahasa sesuai dengan tingkat perkembangan sosial
emosional peserta didik (Skor rata-rata: 3,6)
Pada butir ini penulis dan DR memberikan skor 4, sedangkan YE
memberikan skor 3. Alasan menurut penulis dan DR penggunaan bahasa
pada Bab I buku teks Marsudi Basa lan Sastra Jawa sesuai dengan
kematangan sosial emosional peserta didik dengan wacana, teks, gambar
dan ilustrasi yang menggambarkan konsep-konsep mulai dari lingkungan
terdekat (lokal) sampai dengan lingkungan global. Materi yang disajikan
berupa wacana, teks, gambar, dan ilustrasi menggunakan bahasa sesuai
kaidah bahasa Jawa yang baik dan benar yaitu bahasa Jawa yang umum
digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa. Pada jenjang
anak kelas VII SMP tentu harus menggunakan bahasa yang sederhana
namun tetap sesuai kaidah agar peserta didik mengetahui dan memahami
setiap materi yang disampaikan dalam buku. Pada bab ini ragam ngoko dan
krama yang digunakan juga sudah sesuai dengan tingkat anak SMP yang
pada umumnya digunakan di lingkungannya sehari-hari. Alasan yang
dituturkan oleh YE yaitu penggunaan bahasa secara keseluruhan sudah baik
sudah sesuai dengan perkembangan sosialemosional peserta didik, namun
pada bab I bahasa yang digunakan terlalu banyak istilah dalam bahasa
commit
Indonesia yang mungkin masih to user
asing terdengar ditelinga peserta didik. Hal
perpustakaan.uns.ac.id 115
digilib.uns.ac.id

tersebut akan mengurangi pemahaman peserta didik terhadap teks yang


dibacanya.
3) Keterbacaan pesan (Skor rata-rata: 2,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 2, dengan alasan
keterbacaan pesan yaitu meliputi kata dan kalimat banyak yang belum
sesuai penulisannya sehingga keterbacaan pesan pada buku teks kurang
menarik, jelas, dan tepat sasaran. Pada Bab I keterbacaan pesan sudah
cukup , namun masih terdapat beberapa kesalahan. Penulis, YE, dan DR
menemukan beberapa kesalahan terkait dengan penggunaan kata dan
kalimat, berikut beberapa kesalahan yang meliputi kata dan kalimat pada
Bab I. Untuk memudahkan proses analisis akan diberikan kode (x) untuk
data yang salah dan kode (y) untuk data yang sudah benar. Berikut hasil
analisis pada Bab I buku teks Marsudi Basa lan Sastra Jawa meliputi kata
dan kalimat.
(1x)

(Marsudi Basa lan Sastra Jawa: 6)

(1y) ....upamane nakokake apa (what)....


Kesalahan pada data (1x) terletak pada kata nakonake, kata tersebut tidak
sesuai dalam pemakaian imbuhan. Kata nakonake berasal dari kata dasar
takok (Poerwadarminta, 1939: 386). Dalam data ini kesalahan terletak
pada akhiran –ake pada kata takok. Seperti contoh penggunaan akhiran -
ake pada kata dasar jupuk jika ditambah imbuhan –ake menjadi jupukake
(Sutardjo, 2008: 67). Berdasarkan contoh tersebut dapat diketahui pada
data ini penggunaan imbuhan yang sesuai yaitu, an-/n- + takok + -ake =
nakokake seperti pada data (1y).
(2x)

(Marsudi Basa lan Sastra Jawa:8)


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 116
digilib.uns.ac.id

(2y) .....warga kang mapan ing tlatah radius.....


Kesalahan pada data (2x) yaitu pada kata radhius, kata tersebut tidak perlu
diubah menjadi kata dalam bahasa Jawa dengan menambahkan konsonan
“h”, karena kata radius tidak tertera dalam kamus bahasa Jawa. Akan lebih
baik jika kata radhius ditulis dengan huruf miring dan tidak perlu
ditambahkan konsonan “h”, karena merupakan kata dalam bahasa
Indonesia yang sesuai dengan KBBI (2005: 684), kata radius tidak
menggunakan konsonan “h” diantara konsonan “d” dan “i”, kata radius
mempunyai arti “jarak dari pusat ke keliling lingkaran”. Jadi, dapat
diketahui penulisan yang benar seperti pada data (2y).
(3x)

(Marsudi Basa lan Sastra Jawa: 10)

(3y) ayo gawe klompok telu-telu,....


Kesalahan pada data (3x) terletak pada kata klomplok. Kesalahan pada kata
klomplok karena ada konsonan “l” setelah konsonan “p” yang seharusnya
tidak ada, kosa kata yang benar menurut kamus Baoesastra Djawa yaitu
klompok (Poerwadarminta, : 231). Dapat diketahui penulisan yang benar
seperti pada data (3y).
(4x)

(Marsudi Basalan Sastra Jawa: 11)

(4y)......,lan struktur paragraf.


Kesalahan pada data (4x) yaitu pada kata paragrap, yang jika akan ditulis
menjadi satu bagian dengan kata struktur dan ditulis dengan huruf miring,
seharusnya tetap menggunakan bahasa Indonesia yaitu paragraf.
Sehingga, sebaiknya ditulis dengan huruf miring dan tidak perlu
mengganti konsonan “f” menjadi “p” seperti pada data (4y).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 117
digilib.uns.ac.id

(5x)

(Marsudi Basa lan Sastra Jawa: 16)

(5y) .....boten wantun tilem piyambakan?


Kesalahan data (5x) terletak pada kata wanton. Kesalahan terletak pada
penulisan vokal “o”yang seharusnya vokal “u”, agar menjadi kata yang
tepat dan sesuai dengan konteks kalimat, lebih tepat jika ditulis menjadi
wantun (Poerwadarminta, 1939: 655), seperti pada data (5y).
(6x)

(Marsudi Basa lan Sastra Jawa: 2)

(6y) Teks naratif kaperang dadi 3 yaiku:


Kesalahan pada data (6x) yaitu berupa kalimat yang membosankan.
Menurut Eneste, kalimat membosankan ialah kalimat yang mengandung
dua buah kata yang berasal dari kata dasar yang sama (Raharjo, 2014:
114). Seharusnya kata perangan tidak perlu dipakai karena pada kata
sebelumnya sudah terdapat kata kaperang yang sama-sama berasal dari
kata dasar perang yang berarti “diprinci-princi” dan “didadekake
bebagean”, sehingga saat diberikan imbuhan yang berbeda dari segi
fonologi maupun fonetiknya tetap sama. Akan lebih tepat jika kalimat
tersebut dituliskan seperti pada data (6y).
4) Ketepatan bahasa (Skor rata-rata: 2,0)
Pada bab ini ketiga peneliti sepakat untuk memberikan skor
masing-masing 2, dengan alasan ketepatan bahasa meliputi kata dan
kalimat terkait penggunaan wacana, teks, gambar, dan ilustrasi kurang
sesuai dengan kaidah bahasa Jawa yang baik dan benar. Dalam Bab I
secara keseluruhan sudah memenuhi kriteria, namun ada beberapa
kesalahan terkait ejaan yang digunakan. Ketiga peneliti menemukan cukup
banyak kesalahan terkait dengan ketepatan bahasa pada bab I meliputi
commit tomiring,
ejaan, tanda baca, penulisan user penggunaan huruf kapital,
perpustakaan.uns.ac.id 118
digilib.uns.ac.id

pemenggalan kata, dan penulisan unsur serapan. Berikut beberapa analisis


kesalahan yang ditemukan oleh ketiga peneliti meliputi ejaan dari Bab I
buku teks Marsudi Basa lan Sastra Jawa.
(7x)

(Marsudi Basa lan Sastra Jawa: 2)

(7y) nalika jam sanga bengi luwih limalas menit,


Kesalahan data (7x) terletak pada kata lima las. Dalam hal ini kata lima las
merupakan kata turunan. Menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Jawa
Huruf Latin yang Disempurnakan (2011: 17), gabungan satuan bilangan
dan kata bilangan yang salah satu atau keduanya terdiri atas satu suku kata
ditulis serangkai. Kata lima las mengalami kesalahan pada pemenggalan
katanya, seharusnya suku kata “las” digabungkan dengan kata “lima”
menjadi limalas karena kata las terdiri dari satu suku kata, sehingga akan
lebih tepat jika dituliskan seperti pada data (7y).
(8x)

(Marsudi Basa lan Sastra Jawa: 2)

(8y) Gempa vulkanik mau luwih dahsyat maneh...


Kesalahan data (8x) yaitu pada kata dahsyat. Kata dahsyat merupakan kata
dalam bahasa Indonesia. Pada data (8x) kata dahsyat tidak ditulis miring,
seharusnya kata tersebut harus dicetak miring karena merupakan kata
dalam bahasa Indonesia. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Jawa
Huruf Latin yang Disempurnakan (2011: 14), huruf miring di dalam
cetakan dipakai untuk menuliskan istilah ilmiah atau ungkapan asing,
kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Menurut KBBI (2005: 231), kata
dahsyat mempunyai arti “hebat tetapi mengerikan”, “hebat dan membuat
was-was”.
(9x)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 119
digilib.uns.ac.id

(Marsudi Basa lan Sastra Jawa: 3)

(9y) Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi


(PVMBG),......

Kesalahan data (9x) terletak pada tanda baca koma (,), Pusat Vulkanologi
dan Mitigasi Bencana Geologi merupakan kepanjangan dari PVMBG jadi
setiap kata tidak perlu diberikan tanda koma seperti menyebutkan bagian-
bagian kata yang tidak menjadi satu. Konjungsi “lan” juga tidak perlu
digunakan untuk menghubungkan kata dalam kepanjangan kata tersebut.
Karena PVMBG memang sudah merupakan kata-kata yang menjadi satu
dari sebuah nama instansi. Lebih tepat jika dituliskan seperti data (9y).
(10x)

(Marsudi Basa lan Sastra Jawa: 3)

(10y) ....penerbangan kang kudune terbang ing wektu iku....


Kesalahan data (10x) yaitu pada kata terbang. Kata terbang merupakan
kata dalam bahasa Indonesia, namun pada data (10x) kata tersebut tidak
dicetak miring. Jadi seharusnya kata terbang dicetak miring. Dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Jawa Huruf Latin yang Disempurnakan
(2011: 14), huruf miring di dalam cetakan dipakai untuk menuliskan istilah
ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
(11x)

(Marsudi Basa lan Sastra Jawa: 3)

(11y) Angkasa Pura lan maskapai penerbangan...


Kesalahan data (11x) terletak pada kata maskapai penerbangan yang tidak
dicetak miring. Kata maskapai penerbangan seharusnya dicetak miring
karena merupakan kata dalam bahasa Indonesia, seperti pada data (11y).
(12x)

(Marsudi Basa lan sastra Jawa: 4)


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 120
digilib.uns.ac.id

(12y) amarga piranti mau mung 5 km jarake


Kesalahan data (12x) yaitu pada kata lima. Penulisan bilangan yang
disertai ukuran yang disingkat lebih tepat jika menggunakan angka bukan
huruf. Menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Jawa Huruf Latin yang
Disempurnakan (2011: 19), angka digunakan untuk menyatakan ukuran,
satuan waktu, nilai uang, dan kuantitas. Sebagai contoh: 10 meter dan 5
gram. Jika akan menggunakan huruf lebih tepat jika ukuran juga tidak
disingkat, yaitu menjadi lima kilometer. Namun, jika ukuran disingkat
lebih tepat jika ditulis menjadi 5 km seperti data (12y).
(13x)

(Marsudi Basa lan Sastra Jawa: 4)

(13y) 10 griya ingkang risak berat


Kesalahan data (13x) yaitu pada kata berat. Kata berat merupakan kata
dalam bahasa Indonesia karena tidak terdapat pada kamus bahasa Jawa,
sehingga lebih tepat jika penulisannya dicetak miring. Namun, pada data
(13x) kata tersebut tidak dicetak miring akan lebih tepat jika ditulis seperti
pada data (13y).
(14x)

(Marsudi Basa lan sastra Jawa: 4)

(14y) tlatah ing kaki Gunung Murya.


Kesalahan data (14x) terletak pada kata Kaki. Kata tersebut menggunakan
huruf kapital pada awal hurufnya. Penulisan yang benar kata kaki
seharusnya tidak menggunakan huruf kapital mengikuti kata Gunung
Murya yang merupakan nama sebuah gunung. Dalam Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Jawa Huruf Latin yang Disempurnakan (2011: 10), huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Contoh: Gunung
Semeru.
(15x)
commit to user
(Marsudi Basa lan Sastra Jawa: 4)
perpustakaan.uns.ac.id 121
digilib.uns.ac.id

(15y) jawah deres saking Pareden/Pegunungan Kendeng


Kesalahan data (15x) yaitu pada kata pareden. Kata tersebut seharusnya
menggunakan huruf kapital karena menunjukkan sebuah nama
pegunungan. Adapun, kata pegunungan seharusnya dicetak miring karena
merupakan kata dalam bahasa Indonesia. Dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Jawa Huruf Latin yang Disempurnakan (2011: 10), huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Data yang lebih tepat seperti
pada data (15y).

(16x)

(Marsudi Basa lan Sastra Jawa: 7)

(16y) Pirang kilometer dhuwure nalika lahar lan awu vulkanik


Kelud muncrat?

Kesalahan data (16x) yaitu susunan kalimatnya yang kurang tepat.


Susunan kalimat yang kurang tepat tentu akan membingungkan
pembacanya, sehingga kalimat pada data (16x) dapat disebut sebagai
kalimat rancu. Menurut Eneste, kalimat rancu ialah kalimat yang
susunannya sedemikian rupa sehingga maknanya tidak jelas atau
membingungkan (Raharjo, 2014: 140). Selain susunannya yang kurang
tepat, kalimat tanya seharusnya diawali dengan kata tanya untuk
memperjelas pertanyaan, sehingga akan lebih tepat jika dituliskan seperti
pada data (16y).
(17x)

(Marsudi Basa lan Sastra Jawa: 8)

(17y) Nalika jam siji bengi utawa dini hari


Kesalahan data (17x) yaitu pada kata dini hari, kata tersebut merupakan
kata dalam bahasa Indonesia. Kata dini hari akan lebih tepat jika ditulis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 122
digilib.uns.ac.id

dengan cetak miring seperti pada data (17y), sehingga kata dini hari bisa
tetap dituliskan dalam bahasa Indonesia.
(18x)

(Marsudi Basa lan sastra Jawa: 8)

(18y) ..... saking Pareden Kendeng


Kesalahan data (18x) yaitu pada kata pareden. Kata pareden seharusnya
menggunakan huruf kapital karena pada kata selanjutnya diikuti dengan
nama pegunungannya yaitu Kendeng. Dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Jawa Huruf Latin yang Disempurnakan (2011: 10), huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Jadi, akan lebih tepat jika
dituliskan seperti pada data (18y).
(19x)

(Marsudi Basa lan Sastra Jawa: 16)

(19y) Menapa ingkang dipuntingali paraga aku rikala wudhu?


Kesalahan data (19x) yaitu pada susunan kalimat tanya yang kurang tepat
sehingga menjadi rancu. Menurut Eneste, kalimat rancu ialah kalimat yang
susunannya sedemikian rupa sehingga maknanya tidak jelas atau
membingungkan (Raharjo, 2014: 140). Kalimat tanya hendaknya diawali
dengan kata tanya, agar pada awal membaca pembaca sudah mengerti
maksud dari kalimat tersebut, seperti pada data (19y).
(20x)

(Marsudi Basa lan Sastra Jawa: 16)

(20y) Sinten ingkang dados imamipun rikala sholat isya’?


Kesalahan data (20x) yaitu pada susunan kalimatnya yang kurang tepat,
sama seperti data (19). Kalimat tanya hendaknya diawali dengan kata
tanya pada awal kalimat lalu setelah itu diberikan keterangan pertanyaan,
sehingga akan lebih tepat, jika dituliskan seperti pada data (20y).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 123
digilib.uns.ac.id

(21x)

(Marsudi Basa lan Sastra Jawa: 18)

(21y) siswa siji lan sijine iku beda carane a


weh tanggapan.
Kesalahan data (21x) yaitu pada pemenggalan kata siji lan sijine. Kata lan
seharusnya menjadi konjungsi dari kata siji dan sijine sehingga harus
dipisah, akan lebih tepat jika kata tersebut dituliskan seperti pada data
(21y).
5) Penggunaan istilah (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor masing-masing 4,
dengan alasan penggunaan istilah yang menggambarkan suatu konsep,
prinsip, asas, atau sejenisnya harus tepat makna dan konsisten. Menurut
KBBI istilah yaitu “kata atau gabungan kata yg dengan cermat
mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yg khas di
bidang tertentu”. Pada Bab I penggunaan istilah secara keseluruhan sudah
tepat. Konsep-konsep yang digunakan pada buku teks Marsudi Basa lan
Sastra Jawa ini sudah tepat makna. Istilah-istilah dalam bahasa Jawa
dituliskan benar dan tepat sesuai dengan kaidah bahasa Jawa yang baik dan
benar.
6) Ketepatan ragam bahasa (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor masing-masing 4,
dengan alasan penggunaan dan penerapan ragam bahasa sesuai dengan
unggah-ungguh bahasa Jawa normatif. Menurut Sutardjo, unggah-ungguh
tegesipun tata pranataring basa miturut lungguhing tatakrama (2008: 16).
Unggah-ungguh basa dalam masyarakat Jawa berguna sebagai norma
pergaulan masyarakat, menyatakan rasa hormat dan keakraban, dan
pengatur jarak sosial. Pada bab I materi penggunaan ragam bahasa sudah
meliputi semua aspek, seperti teks, tugas, dan latihan. Materi pada Bab I
berupa teks naratif, ada yang disajikan dengan ragam ngoko dan krama.
commit toragam
Pada latihan soal juga disediakan user ngoko dan krama, seperti pada
perpustakaan.uns.ac.id 124
digilib.uns.ac.id

bahasa yang digunakan pada soal latihan disajikan dengan ragam ngoko
dan krama. Ketepatan ragam bahasa pada bab ini juga sudah sesuai dengan
unggah-ungguh bahasa Jawa yang baik dan benar.
7) Keruntutan dan kesatuan gagasan (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor masing-masing 4,
dengan alasan pada Bab I membahas tentang materi teks naratif berbahasa
Jawa yang dalam penyampaian pesan melalui wacana, teks, gambar, dan
ilustrasi antar paragraf yang berdekatan dan antar kalimat dalam paragraf
mencerminkan hubungan yang logis. Hal tersebut dikarenakan teks naratif
yang disajikan berupa rangkaian peristiwa maupun kejadian yang secara
umum diceritakan secara runtut. Teks naratif yang disajikan menggunakan
ragam ngoko dan krama yang disusun dengan kalimat-kalimat yang cukup
efektif membentuk paragraf-paragraf yang mempunyai hubungan yang
logis dan tidak keluar dari konteksnya. Jadi secara keseluruhan keruntutan
dan kesatuan gagasan pada Bab I sudah sangat baik.
b. Wulangan 2, Materi Pokok: Teks Piwulang Serat Wulangreh Pupuh
Pangkur
1) Penggunaan bahasa sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual
peserta didik (Skor rata-rata: 3,3)
Pada butir ini peneliti dan YE sama-sama memberikan skor 3,
sedangkan DR memberikan skor 4. Alasan DR yaitu penggunaan bahasa
pada Bab II buku teks Marsudi Basa lan Sastra Jawa terkait penggunaan
konsep dan aplikasi konsep maupun wacana, teks, gambar, dan ilustrasi
sudah sangat baik. Pada bab ini ditekankan pada pembelajaran sastra yaitu
tentang tembang. Dapat kita ketahui bahasa yang digunakan pada tembang
tentu menggunakan bahasa pujangga. Pada bab ini penggunaan bahasa
terkait dengan penggunaan konsep dan aplikasi konsep sudah baik. Terlihat
dari keterangan materi, kalimat perintah, bahasa pada soal latihan, dan
bahasa untuk menyampaikan contoh sudah sesuai dengan perkembangan
intelektual peserta didik karena bahasa yang disajikan sudah sesuai dengan
penggunaan bahasa yang baik commit
dantobenar.
user Bahasa yang digunakan mudah
perpustakaan.uns.ac.id 125
digilib.uns.ac.id

dipahami dan disajikan secara sederhana. Alasan penulis dan YE yaitu


bahasa yang disajikan dari wacana dan teks yang digunakan terlihat cukup
sulit untuk jenjang anak SMP, hal tersebut terkait dengan materi yang
diberikan berupa tembang dari Serat Wulangreh. Bahasa pada tembang
menggunakan bahasa Jawa pujangga yang sering mencampurkan dengan
bahasa Jawa kuna, hal tersebut dapat memberatkan peserta didik dalam
memahami materi. Materi tembang juga disertai dengan terjemahan dalam
bahasa Jawa dan bahasa Indonesia, namun bahasa yang digunakan dalam
menjelaskan terjemahan juga terlalu rumit sehingga akan sulit dipahami.
Jumlah materi yang diberikan juga menjadi beban tersendiri bagi peserta
didik. Dapat disimpulkan, bahasa yang digunakan pada bab ini kurang
sesuai dengan perkembangan intelektual peserta didik sehingga secara
imajinatif sangat sulit dibayangkan oleh peserta didik.
2) Penggunaan bahasa sesuai dengan tingkat perkembangan sosial
emosional peserta didik (Skor rata-rata: 3,0)
Pada butir ini ketiga peneliti masing-masing memberikan skor 3,
dengan alasan penggunaan bahasa pada Bab II buku teks Marsudi Basa lan
Sastra Jawa sudah sesuai dengan tingkat perkembangan sosial emosional
peserta didik. Penggunaan wacana, teks, gambar, dan ilustrasi
menggambarkan konsep-konsep dari lingkungan terdekat sampai dengan
lingkungan global. Pada bab ini penggunaan bahasa yang masih kurang
sesuai dengan kematangan sosial emosional peserta didik ada pada teks
tembang yang disajikan cukup banyak. Bahasa pada tembang yang
disajikan dengan keterangan dalam bahasa Jawa dan bahasa Indonesia,
namun tetap saja mempunyai tingkat kesulitan untuk dipahami karena
bahasa yang digunakan kurang sesuai dengan kematangan sosial emosional
peserta didik pada jenjang SMP kelas VII. Bahasa yang digunakan
menggunakan bahasa Jawa kuna yang mengandung unsur puitis sehingga
peserta didik tingkat SMP kelas VII akan merasa kesulitan untuk
memahaminya. Bahasa pada tembang juga tidak umum digunakan pada
commit
kehidupan sehari-hari peserta to user
didik yang akan menjadi salah satu faktor
perpustakaan.uns.ac.id 126
digilib.uns.ac.id

ketidakpahaman peserta didik terhadap materi. Selain hal itu materi yang
disajikan juga terlalu banyak, sehingga memberatkan peserta didik.
Seharusnya, pada materi sastra seperti tembang disajikan dalam jumlah
yang tidak terlalu banyak dan disediakan terjemahan yang jelas sesuai
dengan tingkat pemahaman peserta didik, sehingga pemahaman materi
akan tercapai.
3) Keterbacaan pesan (Skor rata-rata: 2,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 2. Menurut penulis
keterbacaan pesan pada Bab II juga secara umum juga sudah disajikan
dengan bahasa yang menarik, jelas, tepat sasaran, dan tidak menimbulkan
makna ganda. Hal tersebut akan membuat minat peserta didik untuk
mempelajari buku tersebut lebih lanjut. Namun, terdapat beberapa
kesalahan terkait penggunaan bahasa dalam penulisan kata dan kalimat
pada bab ini. Hasil analisis oleh YE dan DR juga menunjukkan hal yang
sama, yaitu terdapat beberapa kesalahan yang dapat menghambat
keterbacaan pesan dalam buku. Berikut hasil analisis kesalahan berupa kata
dan kalimat pada bab II.
(22x)

(Marsudi basalan Sastra Jawa: 23)

(22y) .....iku bisa diingeti lumantar....


Kesalahan pada data (22x) terletak pada kata dingingeti. Kata dingingeti
menurut kamus Baoesastra Djawa berasal dari kata dasar inget, yang
apabila ditambah dengan awalan di- dan akhiran –i menjadi diingeti yang
mempunyai arti “dideleng kathi ditamatake” (Poerwadarminta, 1939:
172). Kata tersebut akan lebih tepat jika dituliskan seperti pada data (22y).
(23x)

(Marsudi Basa lan Sastra Jawa: 24)

(23y) ....,kautaman sing digoleki.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 127
digilib.uns.ac.id

Kesalahan data (23x) yaitu pada kata kuataman, pada kata tersebut terjadi
kekeliruan penulisan kata-kata yang seharusnya berbunyi kautaman
menjadi kuataman. Kautaman berasal dari kata dasar utama seperti yang
disebutkan dalam Kamus Basa Jawa oleh Balai Bahasa Yogyakarta, yang
mempunyai arti “utami”, “becik”, “linuwih”, “luwih dening becik”
(Widada, 2001: 830). Dalam Sutardjo (2008: 61), imbuhan (ka- + -an)
ingkang sumambung wonten tembung lingga saged andhapuk utawi damel
tembung kriya lan aran, tuladha: ka- + becik + -an = kabecikan. Dapat
disimpulkan bahwa kata utama yang diberikan imbuhan ka- + -an menjadi
kautaman seperti pada data (23y).
(24x)

(Marsudi Basa lan Sastra Jawa: 25)

(24y) ....nuruti hawa nepsu luamah/srakah....


Kesalahan data (24x) yaitu pada kata lawamah. Dalam kamus Arab-
Indonesia kata lawamah merupakan kata dalam bahasa Arab yang berasal
dari kata lama dan yalumu yang berarti “suka mencela” (Junus, 1973:
402). Kata lawamah juga terdapat dalam KBBI yang berarti “jiwa yang
menyesali kesalahan” (2005: 520). Kata lawamah diserap dalam bahasa
Jawa menjadi kata luamah atau aluamah yang berarti “pepenginaning ati”
(Poerwadarminta, 1939: 276).
(25x)

(Marsudi Basa lan Sastra Jawa: 30)

(25y) wangsulana pitakon-pitakon ing ngisor iki!


Kesalahan data (25x) yaitu pada kata ayo dan diwangsuli. Kata ayo kurang
menggambarkan sebuah kalimat perintah, namun lebih menggambarkan
kalimat ajakan. Sehingga kata ayo lebih baik tidak digunakan. Lalu, pada
kata diwangsuli juga kurang tepat digunakan pada kalimat perintah,
commit to
seharusnya dengan menambahkan user –ana yaitu menjadi wangsulana
akhiran
perpustakaan.uns.ac.id 128
digilib.uns.ac.id

sehingga lebih terkesan memberikan perintah seperti yang dituliskan pada


data (25y).
(26x)

(Marsudi Basa lan Sastra Jawa: 35)

(26y) ayo wenehana komentar marang isine tembang....!


Kesalahan pada data (26x) yaitu kata menehi kurang tepat untuk
menjelaskan sebuah kalimat perintah. Kata menehi seharusnya menjadi
wenehana sehingga dapat menjelaskan sebuah kalimat perintah, seperti
data (26y).
(27x)

(Marsudi Basalan Sastra Jawa: 38)

(27y) ...... bisa nuladhani ajaran/piwulang....


Kesalahan data (28x) terdapat pada kata nuladha, seharusnya kata nuladha
yang berasal dari kata dasar tuladha yang berarti “pola” dan “conto”
(Poerwadarminta,1939: 611). Kata tuladha selain mendapatkan awalan n-
yang merupakan ater-ater anuswara (Sutardjo, 2008: 54), juga sebaiknya
mendapat akhiran –i yang merupakan panambang –i/-ni (Sutardjo, 2008:
59), menjadi kata nuladhani sehingga kalimat tersebut menjadi kalimat
efektif sesuai dengan konteksnya.
4) Ketepatan bahasa (Skor rata-rata: 2,0)
Pada butir ini penulis dan dua peneliti lain, yaitu YE dan DR
memberikan skor yang sama yaitu 2. Menurut YE ketepatan Bahasa pada
Bab II meliputi penggunaan wacana, teks, gambar, dan ilustrasi yang
disajikan dengan kata dan kalimat sesuai dengan kaidah bahasa Jawa yang
baik dan benar. Ketepatan bahasa terkait dengan ejaan seperti tanda baca,
penulisan miring, penggunaan huruf kapital, pemenggalan kata, huruf tebal,
dan penulisan unsur serapan juga harus diperhatikan. Menurut DR dalam
commit to user
bab ini ketepatan bahasa secara keseluruhan sudah cukup baik, namun
perpustakaan.uns.ac.id 129
digilib.uns.ac.id

masih terdapat beberapa kesalahan yang terjadi. Berdasarkan analisis yang


dilakukan ketiga peneliti masih terdapat beberapa kesalahan yang
ditemukan. Berikut analisis kesalahan terkait ketepatan bahasa pada Bab II
buku teks Marsudi basa lan Sastra Jawa.
(28x)

(Marsudi Basa lan Sastra Jawa: 22)

(28y) Mangkono iku dadi lelimbangan/bahan pertimbangan


perkara

Kesalahan data (28x) yaitu pada kata bahan pertimbangan yang


merupakan kata dalam bahasa Indonesia yang tidak ditulis dengan huruf
miring. Seharusnya, kata yang masih dalam bahasa asing harus ditulis
dengan tulisan miring. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Jawa Huruf
Latin yang Disempurnakan (2011: 14), huruf miring di dalam cetakan
dipakai untuk menuliskan istilah ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang
telah disesuaikan ejaannya
(29x)

(Marsudi Basa lan Sastra Jawa: 21)

(29y) kanthi ancas supaya para siswa mangerteni


Kesalahan data (29x) yaitu pada kata ancas dan tujuwan, kedua kata
tersebut mempunyai arti yang sama. Sehingga hal ini berkaitan dengan
diksi atau pemilihan kata, lebih tepat jika digunakan salah satu saja karena
mempunyai arti yang sama. Dalam kamus Baoesastra Djawa kata ancas
berarti “enering sedya”, “kang diniyati”, “utawa kang dituju”
(Poerwadarminta, 1939: 13), sedangkan tujuwan berarti “ener”, “arah”,
dan “sedya” (Poerwadarminta, 1939: 611). Sehingga, akan lebih tepat jika
yang digunakan adalah salah satunya karena mempunyai arti yang sama.
5) Penggunaan istilah (Skor rata-rata: 3,6)
Pada butir ini penulis memberikan skor 3, sedangkan YE dan DR
commit to user
masing-masing memberikan skor 4. Menurut YE dan DR penggunaan
perpustakaan.uns.ac.id 130
digilib.uns.ac.id

istilah pada Bab II yang menggambarkan konsep, prinsip, asas, dan


sejenisnya sudah tepat makna dan konsisten. Istilah yang digunakan dalam
penyajian wacana, teks, dan teori digunakan secara konsisten dan tidak
berganti-ganti. Istilah yang digunakan pada Bab II juga merupakan istilah
yang sederhana, yang mudah dimengerti oleh peserta didik jenjang SMP.
Contoh penggunaan istilah yaitu kata piwulang yang mempunyai kata lain
seperti yang disebutkan pada kamus Baoesastra Djawa (Poerwadarminta,
1939: 495), yaitu “pitutur”, “wewarah”, dan “pangajaran”. Namun, pada
bab ini istilah piwulang digunakan secara konsisten dan tidak berubah-ubah
menggunakan istilah lain yang mempunyai arti yang sama. Pada bab ini
menyajikan keterangan setiap tembang yang disajikan dalam bahasa Jawa
dan bahasa Indonesia.
6) Ketepatan ragam bahasa (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti sama-sama memberikan skor 4.
Menurut penulis, dalam sebuah percakapan selain memperhatikan kaidah
tata bahasa, juga harus memperhatikan siapa orang yang diajak bicara.
Aturan berbicara seperti itu dalam bahasa Jawa disebut unggah-ungguh
basa. Menurut YE dan DR pada Bab II materi yang disajikan berupa
tembang dari Serat Wulangreh, bahasa yang digunakan kebanyakan ragam
ngoko. Ragam bahasa ngoko banyak digunakan untuk menerangkan teori,
materi, dan soal latihan. Pada bab ini jarang menggunakan ragam krama.
Ragam ngoko banyak digunakan untuk menjelaskan teori dan soal latihan,
adapun materi berupa tembang disajikan dalam bahasa Jawa Kuna. Ragam
ngoko pada bab ini juga sudah sesuai dengan aturan, kebanyakan ragam
ngoko yang digunakan berupa ngoko lugu dan ngoko alus, sehingga pantas
untuk disajikan bagi peserta didik jenjang SMP sesuai dengan bahasa yang
mereka gunakan sehari-hari.
7) Keruntutan dan kesatuan gagasan (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, dengan alasan
pada Bab II materi yang disajikan berupa tembang dari sebuah serat.
Tembang disajikan dengancommit to user
bait-bait syair, sehingga pada materi tembang
perpustakaan.uns.ac.id 131
digilib.uns.ac.id

ini jarang menyajikan kumpulan paragraf-paragraf. Kalimat-kalimat yang


disajikan berupa terjemahan tembang dengan bahasa Jawa dan bahasa
Indonesia yang tentu disajikan secara runtut antar kalimatnya karena
mengikuti setiap baris tembang yang diterjemahkan. Penyajian teori juga
mempunyai keruntutan dan kesatuan gagasan yang logis untuk
menerangkan setiap teori tentang tembang. Jadi, secara keseluruhan
keruntutan dan kesatuan gagasan pada bab ini sudah cukup baik.
Antarkalimat dan antarparagraf dalam teks yang disajikan selalu
mempunyai hubungan yang logis secara runtut, sehingga menimbulkan
keruntutan dan kesatuan gagasan.
c. Wulangan 3, Materi Pokok: Teks Cerita Rakyat
1) Penggunaan bahasa sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual
peserta didik (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti sama-sama memberikan skor 4,
dengan alasan penggunaan bahasa pada Bab III buku teks Marsudi Basa
lan Sastra Jawa terkait penggunaan konsep atau aplikasi konsep dan
penggunaan wacana, teks, gambar, maupun ilustrasi sudah sangat baik.
Penggunaan bahasa untuk menjelaskan konsep dan aplikasi konsep dapat
dilihat dari teori-teori, kalimat perintah, contoh soal, dan soal-soal latihan.
Penggunaan bahasa sudah sesuai dengan perkembangan intelektual peserta
didik yaitu disajikan secara sederhana dengan struktur bahasa Jawa yang
baik dan benar. Hal tersebut akan membuat peserta didik memahami setiap
materi yang dipelajarinya. Bab ini memberikan materi tentang cerita rakyat.
Terkait dengan hal tersebut penggunaan bahasa untuk menjelaskan wacana,
teks, gambar, dan ilustrasi juga sudah sesuai dengan perkembangan peserta
didik karena disajikan dengan bahasa Jawa yang baik dan benar. Berikut
contoh penggunaan bahasa Jawa yang sesuai untuk peserta didik tingkat
SMP. Gambar tersebut menjelaskan ilustrasi dari sebuah cerita rakyat,yang
disajikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh peserta
didik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 132
digilib.uns.ac.id

(Marsudi Basa lan Sastra Jawa: 40)


Gambar 4.5 Paragraf yang sesuai dengan ilustrasi
Bahasa Jawa ngoko dan krama yang digunakan sesuai dengan
jenjang SMP, mudah dipahami, dan disajikan secara sederhana. Hal
tersebut membuat peserta didik secara imajinatif dapat membayangkan
wacana, teks, gambar, dan ilustrasi yang disajikan karena bahasa yang
digunakan mudah dipahami.
2) Penggunaan bahasa sesuai dengan tingkat perkembangan sosial
emosional peserta didik (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, dengan alasan
penggunaan bahasa pada Bab III buku teks Marsudi Basa lan Sastra Jawa
sudah sangat sesuai dengan tingkat perkembangan sosial emosional peserta
didik. Secara keseluruhan bahasa yang digunakan untuk menyampaikan
materi cerita rakyat sudah sesuai dengan tingkat perkembangan sosial
emosional peserta didik. Hal tersebut dapat dilihat dari wacana, teks,
gambar, dan ilustrasi yang digunakan menggunakan bahasa yang sederhana
namun tetap menggunakan kaidah bahasa Jawa yang baik dan benar,
sehingga materi akan mudah dipahami peserta didik. Penggunaan bahasa
menggambarkan konsep-konsep mulai dari lingkungan terdekat hingga
lingkungan global. Penggunaan bahasa Jawa ragam ngoko dan krama
commit
dalam materi juga merupakan to user
bahasa yang secara umum digunakan pada
perpustakaan.uns.ac.id 133
digilib.uns.ac.id

lingkungan peserta didik, namun tetap berdasarkan kaidah bahasa Jawa


yang baik dan benar.
3) Keterbacaan pesan (Skor rata-rata: 2,3)
Pada butir ini peneliti dan YE memberikan skor 2, sedangkan DR
memberikan skor 3. Menurut DR keterbacaan pesan pada Bab III terkait
penggunaan wacana, teks, gambar, dan ilustrasi secara umum disajikan
dengan bahasa yang menarik, jelas, tepat sasaran, dan tidak menimbulkan
makna ganda, yaitu menggunakan kalimat efektif. Namun, DR juga
menemukan beberapa kesalahan terkait penulisan kata dan kalimatnya.
Alasan menurut penulis dan YE juga menemukan beberapa kekeliruan
dalam penulisan kata dan kalimat. Berikut temuan beberapa kekeliruan oleh
ketiga peneliti.
(30x)

(Marsudi Basa lan Sastra Jawa: 40)

(30y) ayo wacanen crita rakyat ing ngisor iki!


Kesalahan data (30x) yaitu pada kata njingglengi yang mempunyai kata
dasar jinggleng dan mempunyai arti “mandeng”, “namatake kanthi temen-
temen” (Poerwadarminta, 1939: 92). Kalimat perintah tersebut
memberikan perintah untuk membaca cerita rakyat, namun pada dasarnya
jika kita membaca pasti juga dilihat. Jadi, kata njingglengi sebenarnya
tidak perlu dimasukkan dalam struktur kalimat perintah tersebut. Kalimat
yang lebih tepat dan efektif dapat dilihat pada data (30y).
(31x)

(Marsudi Basa lan Sastra Jawa: 40)

(31y) ......urip dhewe ora ana putra utawa sedulur.


Kesalahan data (31x) yaitu pada kata sedululur. Kata tersebut mengalami
kekeliruan kata karena dalam penulisannya kelebihan satu suku kata yaitu
commit to user
“lu”. Kata sedululur yang benar menjadi kata sedulur seperti pada data
perpustakaan.uns.ac.id 134
digilib.uns.ac.id

(31y), kata tersebut juga terdapat pada kamus Baoesastra Djawa yang
berarti “sadulur” (Poerwadarminta, 1939: 552).
(32x)

(Marsudi Basa lan Sastra Jawa: 42)

(32y) ....wong-wong wadon padha geguyon cekikikan.


Kesalahan data (32x) terletak pada kata geguyonan. Kata tersebut menjadi
tidak tepat karena diberikan akhiran –an. Hal tersebut karena kata setelah
kata geguyonan yaitu cekikikan juga menggunakan akhiran –an sehingga
menjadi tidak tepat. Akan lebih tepat jika akhiran –an tidak digunakan
pada kata geguyonan sehingga menjadi geguyon jadi kata tersebut menjadi
lebih tepat dengan kata selanjutnya seperti pada data (32y).
(33x)

(Marsudi Basa lan Sastra Jawa: 42)

(33y) ....siram ing sendhang ingkang mapan ing...


Kesalahan data (33x) terletak pada kata apan. Kata apan dalam kamus
Baoesastra Djawa mempunyai arti “sebab” dan “awit”, sedangkan kata
mapan mempunyai arti “milih papan” dan “tata-tata” (Poerwadarminta,
1939: 17). Menurut konteks kalimat pada data di atas, kata yang tepat
dipakai dalam kalimat tersebut yaitu kata mapan seperti pada data (33y).
(34x)

(Marsudi Basa lan Sastra Jawa: 47)

(34y) Ayo wangsulana pitakon-pitakon ing ngisor iki mawa basa


ngoko!
Kesalahan data (34x) terletak pada kata mangsulana. Kata tersebut berasal
dari kata dasar wangsul yang berarti “bali” atau “balik”, namun jika
diberikan imbuhan misal di- + wangsul + -i = diwangsuli, mempunyai arti
“disauri”, “dijawab”, “dibales” (Poerwadarminta, 1939: 656). Kata
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 135
digilib.uns.ac.id

wangsul jika diberi imbuhan –ana lebih tepat menjadi wangsulana,


sehingga akan lebih baik jika dituliskan seperti pada data (34y).
(35x)

(Marsudi Basa lan Sastra Jawa: 47)


(35y) ayo wangsulana pitakon-pitakon ing ngisor iki mawa basa
krama!
Kesalahan pada data (35x) sama seperti data (34) yaitu pada kata
mangsulana yang lebih tepat jika penulisannya menjadi wangsulana. Kata
tersebut berasal dari kata dasar wangsul yang berarti “bali” atau “balik”
(Poerwadarminta, 1939: 656) yang apabila diberi imbuhan –ana menjadi
wangsulana seperti pada data (35y).
4) Ketepatan bahasa (Skor rata-rata: 2,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor masing-masing 2,
dengan alasan ketepatan bahasa pada Bab III secara keleruhan sudah cukup
baik. Penggunaan kata dan kalimat dalam wacana, teks, gambar, dan
ilustrasi disajikan sesuai dengan kaidah bahasa Jawa yang baik dan benar.
Ejaan yang digunakan meliputi tanda baca, cetak miring, huruf kapital,
unsur serapan, dan pemenggalan kata juga sudah cukup baik. Namun, ada
beberapa kesalahan terkait dengan hal-hal tersebut. Berikut hasil analisis
beberapa kesalahan yang terdapat pada Bab III buku teks Marsudi Basa lan
Sastra Jawa.
(36x)

(Marsudi Basa lan Sastra Jawa: 47)

(36y) rikala nglempit klasa ingkang gumelar


Kesalahan data (36x) terletak pada kata nglempet. Kata nglempet yang
lebih tepat jika ditulis dengan kata nglempit. Kata nglempet tidak terdapat
dalam kamus, kiranya kata yang tepat dan sesuai dengan konteks kalimat
adalah nglempit yang menurut Kamus Basa Jawa berasal dari kata dasar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 136
digilib.uns.ac.id

lempit yang berarti “nekuk-nekuk banjur dirangkep-rangkep” (2001: 463).


Kata nglempit juga sesuai dengan konteks kalimat pada data di atas.
5) Penggunaan istilah (Skor rata-rata: 3,6)
Pada butir ini penulis dan DR memberikan skor 4, sedangkan YE
memberikan skor 3. Menurut penulis dan DR pada Bab III penggunaan
istilah yang menggambarkan konsep, prinsip, asas, dan sejenisnya sudah
tepat makna dan konsisten. Pada Bab III mulai dari penyajian wacana, teks,
teori, dan soal-soal selalu menggunakan istilah yang konsisten tidak
berubah-ubah, hal tersebut tentu akan memudahkan peserta didik dalam
memahami setiap materi yang disajikan pada Bab III. Istilah digunakan
untuk menjelaskan konsep-konsep yang digunakan pada buku untuk lebih
mudah dalam menyampaikan materi pembelajaran. Alasan menurut YE
memberikan skor 3 karena secara keseluruhan penggunaan istilah pada
materi ini sudah sesuai dan tidak ditemukan penggunaan istilah yang tidak
konsisten.
6) Ketepatan ragam bahasa (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, dengan alasan
pada Bab III penyajian materi tentang cerita rakyat menggunakan ragam
bahasa berupa ragam ngoko dan krama. Ketepatan ragam ngoko yang
digunakan sudah sesuai dengan unggah-ungguh bahasa Jawa yang baik dan
benar. Ragam ngoko disajikan pada teks cerita rakyat, soal latihan, dan
tugas membaca maupun menulis. Ketepatan ragam krama yang digunakan
pada teks cerita rakyat, soal latihan, dan tugas maupun menulis sudah
sesuai dengan kaidah bahasa Jawa dan unggah-ungguh bahasa Jawa
normatif. Pada bab ini ketepatan ragam bahasa secara keseluruhan sudah
sesuai dengan unggah-ungguh bahasa Jawa normatif. Penggunaan ragam
ngoko dan krama juga seimbang, penggunannya tidak lebih banyak dari
salah satunya.
7) Keruntutan dan kesatuan gagasan (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor masing-masing 4.
commit
Hal tersebut dikarenakan pada BabtoIIIuser
disajikan materi berupa cerita rakyat
perpustakaan.uns.ac.id 137
digilib.uns.ac.id

yang dalam penyampaian pesan melalui wacana, teks, gambar, dan ilustrasi
antar paragraf yang berdekatan dan antar kalimat dalam paragraf
mencerminkan hubungan yang logis. Cerita rakyat pada bab ini disajikan
secara runtut dan tidak ada paragraf yang keluar dari konteksnya, sehingga
kesatuan gagasan pada setiap cerita yang disajikan mencerminkan
hubungan yang logis. Paragraf pada masing-masing cerita juga
menjabarkan ide pokok setiap paragraf. Jadi, secara keseluruhan keruntutan
dan kesatuan gagasan pada Bab III sudah sangat baik. Hal tersebut akan
berdampak baik bagi pemahaman peserta didik dalam mempelajari teks-
teks yang terdapat pada buku teks Marsudi Basa lan Sastra Jawa sebagai
bahan ajar.
d. Wulangan 4, Materi Pokok: Teks Cerita Pengalaman dan Aksara jawa
1) Penggunaan bahasa sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual
peserta didik (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, dengan alasan
penggunaan bahasa pada Bab IV buku teks Marsudi Basa lan Sastra Jawa
dalam menjelaskan konsep atau aplikasi konsep dan penggunaan wacana,
teks, gambar, dan ilustrasi sudah sangat baik. Pada bab ini secara spesifik
mempelajari tentang cerita pengalaman dan materi aksara Jawa. Bahasa
yang digunakan untuk menjelaskan konsep dan aplikasi konsep sudah
sesuai dengan perkembangan intelektual peserta didik, hal tersebut terlihat
dari teori-teori, kalimat perintah, soal-soal latihan, serta contoh soal yang
digunakan dapat disampaikan dengan bahasa yang sederhana sesuai dengan
kaidah bahasa Jawa yang baik dan benar.
Contoh pada halaman 59 buku Marsudi Basa lan Sastra Jawa
terdapat kalimat pada sebuat teks cerita pengalaman, yaitu “Sawise bocah-
bocah ngombe antimo ora let suwe, bocah sing maune mabuk padha
njenggelek lan katon seger maneh”. Pada bab ini bahasa yang digunakan
disesuaikan dengan bahasa sehari-hari peserta didik yang mudah dipahami
seperti contoh di atas. Istilah-istilah yang digunakan berupa kata yang tidak
asing bagi peserta didik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 138
digilib.uns.ac.id

Bahasa yang digunakan juga sangat sesuai dengan jenjang anak


SMP karena mudah dipahami, sehingga materi yang disampaikan akan
mudah diterima. Bahasa yang digunakan untuk menjelaskan wacana, teks,
gambar dan ilustrasi juga sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual
peserta didik yang secara imajinatif dapat dibayangkan oleh peserta didik,
jadi pemahaman terhadap materi juga menjadi lebih mudah.
2) Penggunaan bahasa sesuai dengan tingkat perkembangan sosial
emosional peserta didik (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor masing-masing 4,
dengan alasan penggunaan bahasa pada Bab IV buku teks Marsudi Basa
lan Sastra Jawa sangat sesuai dengan tingkat perkembangan sosial
emosional peserta didik. Pada bab ini, spesifik terhadap materi cerita
pengalaman dan aksara jawa. Bahasa yang digunakan dalam menyajikan
materi cerita pengalaman sudah sesuai dengan tingkat perkembangan sosial
emosional peserta didik tingkat SMP, karena diambil dari sumber-sumber
yang juga setingkat dengan jenjang SMP. Pada materi aksara Jawa juga
menggunakan bahasa yang sederhana. Teori-teori, latihan soal, dan contoh-
contoh juga disajikan dengan bahasa yang sesuai jenjang sehingga mudah
dipahami peserta didik. Contoh pada halaman 72 buku Marsudi Basa lan
Sastra Jawa bahasa yang digunakan dalam paragraf sebuah teks cerita
pengalaman yaitu, “Dina iku ngepasi upacara kanggo mengeti dina kartini.
Aku sakancaku padha metu saka klas saprelu melu upacara tanggal 21
April rong taun kepungkur. Para siswa klas 7 nganti klas 9 wis padha ing
lapangan. Saben-saben klas ngabani supaya para siswa baris kanthi aba-
aba: “siaaaap graaaak.” Para siswa klas 7 nganti 9 uga padha baris rapi
lan utama”. Pada paragraf tersebut bahasa yang digunakan merupakan
bahasa yang umum dipakai oleh jenjang anak sekolah seperti kata upacara,
hari kartini, siap grak, dan sebagainya, sehingga sesuai dengan
perkembangan sosial emosional peserta didik pada jenjang Sekolah
Menengah Pertama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 139
digilib.uns.ac.id

3) Keterbacaan pesan (Skor rata-rata: 2,6)


Pada butir ini penulis memberikan skor 2, sedangkan YE danDR
memberikan skor 3. Menurut YE dan DR keterbacaan pesan pada Bab IV
secara menyeluruh sudah cukup baik. Penyajian wacana, teks, gambar, dan
ilustrasi sudah cukup menarik, jelas, tepat sasaran, dan tidak menimbulkan
makna ganda. Kalimat-kalimat yang digunakan juga efektif. Namun, YE
dan DR masih menemukan beberapa kesalahan yang ditemukan dalam bab
ini terkait penulisan kata maupun kalimat, tetapi tidak sesering pada bab-
bab yang sebelumnya. Menurut penulis, kekeliruan masih sering ditemukan
terkait dengan penulisan, kebakuan, maupun struktur kata. Adapun, pada
kalimat juga ditemukan beberapa kesalahan dalam struktur penulisannya.
Berikut analisis kekeliruan yang ditemukan ketiga peneliti pada Bab IV.
(37x)

(Marsudi Basa lan Sastra Jawa: 58)

(37y) angel dilalekake,malah ana


Kesalahan data (37x) terjadi pada kata dilalelake. Pada kata tersebut
terjadi kekeliruan kata. Bisa saja hal tersebut karena salah pengetikan dan
terlewat pada proses editing. Kata dilalelake kurang tepat pada bagian
konsonan “l” terakhir, seharusnya konsonan tersebut tidak diperlukan,
sehingga menjadi dilalekake. Kata tersebut berasal dari kata lali yang
mempunyai arti “ora kelingan”, “ora eling” (Poerwadarminta, 1939:
258). Kata eling mendapatkan imbuhan di- dan –ake menjadi dilalekake.
(38x)

(Marsudi Basa lan Sastra Jawa: 65)

(38y) sinten ingkang numbasaken tiket paraga utama


Kesalahan data (38x) terletak pada kata ing. Kata tersebut mengalami
kekeliruan kata sehingga tidak tepat dengan kata-kata lain dalam rangkaian
kalimat tersebut. Kata ing seharusnya ingkang. Dengan begitu dapat
menyempurnakan kalimat commit
tersebut.toKata
usering yang berarti “di” dan ingkang
perpustakaan.uns.ac.id 140
digilib.uns.ac.id

yang berarti “yang” jika dimasukkan dalam kalimat pada data (38x) yang
lebih tepat berdasarkan konteks kalimat adalah kata ingkang.
(39x)

(Marsudi Basa lan Sastra Jawa: 72)

(39y) ....petugas Paskibra siaga ngibarake merah putih kanthi


khidmat.

Kesalahan data (39x) terdapat pada kata kidmat. Kata tersebut dicetak
miring menandakan bahwa kata tersebut masih berbahasa Indonesia.
Namun, penulisan kata kidmat masih belum tepat dan baku karena
menurut KBBI kata kidmat mempunyai bentuk baku yaitu khidmat (2005:
466).

(40x)

(Marsudi Basa lan Sastra Jawa: 75)

(40y) ....ditulis sejajar karo aksara....


Kesalahan data (40x) terdapat pada kata sejajar. Kata sejajar merupakan
kata dalam bahasa Indonesia. Namun, dalam kalimat ini kata sejajar tidak
ditulis miring. Kata sejajar akan lebih tepat jika dituliskan seperti pada
data (40y).
(41x)

(Marsudi Basa lan Sastra Jawa: 81)

(41y) yen wis lancar, lapurna asiling....


Kesalahan data (41x) terdapat pada kata laporna. Kata laporna mengalami
kekeliruan kata. Dalam kamus Baoesastra Djawa kata bakunya yaitu lapur
yang mempunyai arti “ngaturake prakara apa-apa marang polisi”
(Poerwadarminta, 1939: 262). Jadi, seharusnya kata laporna menjadi
lapurna. Sehingga, kata yang benar menjadi lapurna seperti data (42y)
commit
yaitu kata dasar lapur diberikan to user–na menjadi lapurna.
akhiran
perpustakaan.uns.ac.id 141
digilib.uns.ac.id

4) Ketepatan bahasa (Skor rata-rata: 2,3)


Pada butir ini penulis dan YE memberikan skor 2, sedangkan DR
memberikan skor 3. Menurut penulis dan YE ketepatan bahasa pada Bab
IV secara keseluruhan sudah cukup baik, yaitu meliputi penggunaan kata
dan kalimat dalam wacana, teks, gambar, dan ilustrasi disajikan dengan
kaidah Bahasa Jawa yang baik dan benar. Pemakaian ejaan juga sudah
sesuai dengan aturan pada Ejaan Bahasa Jawa yang Disempurnakan.
Namun, ada beberapa kesalahan terkait dengan hal tersebut. Menurut DR
ketepatan bahasa secara keseluruhan seudah sesuai, dan hanya terdapat
beberapa kekurangan yang saja dan tidak mendominasi sebagai kekeliruan.
Berikut analisis kekeliruan yang terdapat pada Bab IV buku teks Marsudi
Basa lan Sastra Jawa.

(42x)

(Marsudi Basa lan Sastra Jawa: 59)

(42y) ing kene para siswa bisa nonton jinise wayang lan
gamelan.

Kesalahan data (42x) terdapat pada pemenggalan antar kata yang tidak
tepat. Kata ing dan kene pada data (42x) digabungkan, padahal seharusnya
dua kata tersebut dipisah seperti pada data (42y). Kata ing kene merupakan
sebuah kata tunjuk yang tidak digabung, sehingga dalam penggunaan akan
sesuai dengan konteks kalimat pada data di atas.
(43x)

(Marsudi Basa lan Sastra Jawa: 61)

(43y) telpon krang-kring, krang-kring sansaya


Kesalahan data (43x) terletak pada kata krang kring, pada data (43x)
terdapat dua kata krang-kring, namun kata pertama menggunakan tanda
hubung sedangkan kata kedua tidak menggunakan tanda hubung. Jadi
commit
penulisan yang tepat seperti padato data
user (43y) yaitu menggunakan tanda
perpustakaan.uns.ac.id 142
digilib.uns.ac.id

hubung semua. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Jawa Huruf Latin
yang Disempurnakan (2011: 30), tanda hubung digunakan untuk
menyambung unsur kata ulang, contoh: bocah-bocah dan wira-wiri.
(44x)

(Marsudi Basa lan Sastra Jawa: 63)

(44y) wonten sms saking Kangmas kula, isinipun kula supados


cepet numpak pesawat

Kesalahan data (44x) yaitu pada tanda koma (,) setelah kata isinipun,
seharusnya setelah kata tersebut tidak perlu diberikan tanda koma karena
sebelum kata tersebut sudah terdapat tanda koma dari frase sebelumnya.
Jadi lebih tepat jika kalimat tersebut dituliskan seperti pada data (44y).
(45x)

(Marsudi Basa lan Sastra Jawa: 63)

(45y) Boten antawis dangu, HP kula kring banjur kula angkat,


Kesalahan data (45x) terletak pada kata kulak ring, yang sebenarnya
konsonan “k” diakhir kata kulak seharusnya diletakkan pada kata kring
sehingga menjadi kula kring, sehingga akan lebih sesuai dengan konteks
kalimat pada data di atas. Pada kalimat tersebut juga banyak menggunakan
tanda koma yang seharusnya tidak perlu. Jika frase dalam suatu kalimat
masih dalam satu kesatuan sebaiknya tidak perlu diberikan tanda koma.
Kalimat yang sesuai dapat dilihat pada data (45y).
(46x)

(Marsudi Basa lan Sastra Jawa: 65)

(46y) Apa wae kang bisa didelok bocah-bocah ana ing museum
sepur?

Kesalahan data (46x) yaitu pada susunan kalimat tanya yang kurang tepat.
commit to user
Kalimat tanya hendaknya diawali dengan kata tanya. Sehingga, kalimat
perpustakaan.uns.ac.id 143
digilib.uns.ac.id

tersebut perlu dibenahi seperti pada data (46y) yang menempatkan kata
tanya di awal kalimat. Pada data (46x) penulisan kalimat diawali dengan
kata keterangan tempat, sedangkan kata tanya “apa” diberikan dibelakang.
5) Penggunaan istilah (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, dengan alasan
penggunaan istilah pada Bab IV menggambarkan konsep yang tepat makna
dan konsisten. Penggunaan istilah seperti kata atau ungkapan khusus untuk
menyebutkan ungkapan tertentu disajikan secara tepat makna. Selain itu
penggunaannya juga konsisten tidak berubah-ubah diseluruh materi pada
Bab IV. Penggunaan istilah juga disesuaikan dengan unsur bahasa yang
biasa digunakan, sehingga hal tersebut akan memberikan kemudahan bagi
peserta didik dalam memahami setiap materi.
6) Ketepatan ragam bahasa (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti sama-sama memberikan skor 4. Pada
Bab IV disajikan materi berupa cerita pengalaman dan aksara Jawa. Materi
pada bab ini juga menggunakan ragam ngoko dan krama dalam hal
penyajian materi. Ragam bahasa yang digunakan pada bab ini sudah sesuai
dengan unggah-ungguh bahasa Jawa normatif. Penggunaan ragam ngoko
juga tidak disertai dengan ragam ngoko kasar yang dapat mengajarkan
contoh tidak baik pada peserta didik. Penggunaan ragam bahasa juga
seimbang, salah satu ragam bahasa tidak mendominasi dalam hal penyajian
materi. Unggah-ungguh yang digunakan sesuai dengan tingkat pemahaman
peserta didik, dan sesuai dengan penggunaan bahasa pada kehidupan
sehari-hari.
7) Keruntutan dan kesatuan gagasan (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4. Pada Bab IV
disajikan materi cerita pengalaman dan aksara Jawa. Dalam penyampaian
pesan melalui wacana, teks, gambar,dan ilustrasi pada cerita pengalaman
yang disajikan disusun dengan kalimat-kalimat dan paragraf-paragraf yang
berdekatan dan mempunyai hubungan yang logis. Masing-masing paragraf
mempunyai ide pokoknyacommit to user
sendiri sehingga keruntutan dan kesatuan
perpustakaan.uns.ac.id 144
digilib.uns.ac.id

gagasan setiap teks mencerminkan hubungan yang logis. Jadi, keruntutan


dan kesatuan gagasan pada Bab IV sudah sangat baik.

C. Pembahasan
Pada penelitian ini membahas tentang penilaian buku teks Marsudi Basa
lan Sastra Jawa kelas VII SMP/MTs terkait dengan kelayakan isi dan kelayakan
bahasa. Penilaian yang dilakukan menggunakan instrumen penilaian kelayakan isi
dan kelayakan bahasa pada buku teks pelajaran dari sumber Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP) dan Dinas Pendidikan Jawa Tengah. Penilaian
dilakukan dengan mengkaji data berdasarkan teori-teori sehingga akan diperoleh
skor pada setiap butir penilaian, kemudian akan dibahas secara mendalam untuk
dapat mengetahui seberapa tingkat kelayakan buku teks tersebut. Setiap
komponen kelayakan isi dan bahasa mempunyai beberapa butir-butir penilaian,
berikut pembahasan penilaian setiap butir penilaian pada buku teks Marsudi Basa
lan Sastra Jawa kelas VII SMP/MTs.
1) Kelayakan Isi
Penilaian kelayakan isi pada buku teks dibagi menjadi tiga
subkomponen yang menjadi ukuran tingkat kelayakan isinya. Subkomponen
tersebut meliputi kesesuaian materi, keakuratan materi, dan kandungan materi
pembelajaran. Tiga subkomponen tersebut terdiri dari dua belas butir penilaian
yang menjadi dasar penilaian kelayakan isi buku teks Marsudi Basa lan Sastra
Jawa. Butir-butir tersebut yaitu; (1) kelengkapan materi; (2) kedalaman materi;
(3) Penggunaan teks; (4) Penggunaan gambar dan ilustrasi; (5) Penggunaan
konsep dan teori; (6) Penggunaan contoh; (7) Pelatihan dan penugasan; (8)
Penilaian; (9) Up to date; (10) Relevan, menarik, serta kontekstual; (11)
Memperkuat wawasan kebhinekaan, kebangsaan, multikultural, dan integrasi
bangsa; (12) Tidak mengandung unsur SARA, HAKI,pornografi, dan bias
(gender,wilayah dsb).
Penilaian pada setiap butir tersebut menggunakan rentang skor 1-4,
yang setiap skor mempunyai kriteria yang berbeda mulai dari kurang, cukup,
commit
baik, dan baik sekali. Pemberian to user
skor didasarkan pada deskripsi instrumen
perpustakaan.uns.ac.id 145
digilib.uns.ac.id

yang menerangkan kriteria-kriteria dalam menilai. Setiap butir penilaian


dianalisis pada setiap bab oleh 3 peneliti untuk mempermudah dalam
menemukan kekurangan-kekurangan pada setiap bab. Setelah dilakukan
analisis setiap bab, barulah dapat ditarik kesimpulan untuk menentukan berapa
skor yang sesuai pada butir tersebut. Secara umum setiap komponen
mendapatkan nilai yang cukup baik antara skor rata-rata 2-4 yang mempunyai
deskripsi cukup, baik dan baik sekali.
Berikut hasil penilaian dengan mengambil skor rata-rata dari ketiga
peneliti untuk memberikan persentase kelayakan isi pada buku teks Marsudi
Basa lan Sastra Jawa.
1) Kelengkapan materi (Skor rata-rata: 4,0)
Pada kelengkapan materi ketiga peneliti memberikan skor 4, hal
tersebut karena kelengkapan materi pada buku teks Marsudi Basa lan Sastra
Jawa sudah sesuai dengan KI dan KD pada kurikulum 2013 mata pelajaran
Muatan Lokal Bahasa Jawa. KI 1 sampai dengan KI 4 tersedia pada setiap
uraian materi yang disajikan. Kompetensi Dasar yang tersedia antara lain
KD 3.1, 3.2, 3.3, 3.4, 4.1, 4.2, 4.3, 4.4, 4.5, dan 4.6.
Hal tersebut relevan dengan hasil wawancara dengan pakar dan
guru yang menyebutkan bahwa dalam buku teks Marsudi Basa lan Sastra
Jawa sudah mempunyai kelengkapan materi yang baik sesuai dengan
standar isi kurikulum 2013 pelajaran bahasa Jawa SMP/MTs. Hasil
wawancara dengan peserta didik juga menunjukkan bahwa materi pada
buku tersebut sudah lengkap sehingga tidak perlu menggunakan banyak
referensi buku yang lain.
2) Kedalaman materi (Skor rata-rata: 2,3)
Pada butir kedalaman materi penulis memberikan skor 2 hal
tersebut karena banyak kekurangan pada setiap materi pokok yang
disajikan. Skor yang diberikan oleh YE yaitu 2, peneliti 2 memiliki
penilaian yang sama dengan penulis yaitu beranggapan bahwa pada setiap
materi pokok mempunyai kekurangan terkait dengan kedalaman materi.
commit
Selanjutnya, skor 3 diberikan olehtoDR,
userdengan alasan bahwa kekurangan
perpustakaan.uns.ac.id 146
digilib.uns.ac.id

dalam kedalam materi hanya terdapat pada materi pokok teks narasi dan
teks cerita rakyat. hal tersebut menunjukkan bahwa kedalaman materi pada
buku teks Marsudi Basa lan Sastra Jawa secara umum sudah sesuai namun,
masih terdapat beberapa kekurangan yaitu pada setiap materi pokok yang
disajikan sehingga memperoleh skor rata-rata sebesar 2,3. Berikut
ketidaksesuaian beberapa hal terkait dengan kedalaman materi:
(a) Kekurangan terdapat pada halaman 5, penjabaran materi untuk
menganalisis teks naratif dengan 5W1H, pada penjabarannya tidak
disebutkan secara jelas tentang teknik menganalisis teks dengan 5W1H,
namun hanya dijelaskan secara umum, dan pada bagian why yaitu
bagaimana tidak disebutkan sehingga akan membuat kedalaman materi
kurang sesuai.
(b) Pada halaman 11, uraian materi memahami teks naratif dengan
membaca intensif juga mempunyai kekurangan dalam menjabarkan
tentang pengertian teknik membaca intensif. Tidak dijelaskan secara
spesifik apa itu teknik membaca intensif, bertujuan untuk apa, maupun
jenis-jenis membaca intensif. Hal tersebut membuat peserta didik tidak
mengetahui dengan jelas bagaimana cara membaca dengan benar agar
dapat memahami isi wacana narasi yang dibacanya.
(c) Penggunaan bahasa lain, yaitu pada setiap bait tembang pangkur
disajikan terjemahan dalam bahasa Jawa dan bahasa Indonesia.
Seharusnya terjemahan dalam bahasa Indonesia tidak perlu disajikan
karena peserta didik akan lebih fokus dengan bahasa Indonesia yang
dianggap lebih mudah dipahami. Hal tersebut tidak sesuai dengan
Kompetensi Inti 1.2 dan 2.2 tentang pemanfaatan bahasa Jawa sebagai
sarana komunikasi dan interaksi sosial. Akan lebih baik jika terjemahan
disajikan hanya dalam bentuk bahasa Jawa dengan tataran ragam ngoko
yang mudah dipahami peserta didik dan disesuaikan dengan tingkat
pemahaman peserta didik.
(d) Minimnya penjabaran teori tentang piwulang Serat Wulangreh
commityang
khususnya tembang pangkur to user
terdapat pada halaman 33 buku teks
perpustakaan.uns.ac.id 147
digilib.uns.ac.id

Marsudi Basa lan Sastra Jawa. Pada materi ini seharusnya disajikan
teori tentang karakteristik tembang pangkur dan Serat Wulangreh
secara luas, sehingga pemahaman peserta didik terhadap materi lebih
dalam. Setiap tembang mempunyai karakteristik sendiri-sendiri, seperti
halnya tembang pangkur mempunyai kegunaan, isi, dan nilai-nilai yang
dikandung.
(e) Pada halaman 40, penjelasan tentang teori mengenai cerita rakyat tidak
disajikan secara jelas, tepat, dan lengkap. Teori yang disajikan hanya
menjelaskan tentang cerita rakyat secara umum. Seharusnya disajikan
pengertian cerita rakyat secara lengkap dan jelas, akan lebih baik lagi
jika dilengkapi dengan jenis-jenis cerita rakyat seperti cerita fabel,
legenda, pelipur lara, dan jenaka. Ciri-ciri cerita rakyat seperti bersifat
turun temurun, anonim, komunal, istana sentris, dan sebagainya.
Penyajian teori yang lengkap dan jelas akan memancing pengetahuan
peserta didik untuk berkembang dalam menemukan informasi baru.
(f) Pada halaman 51-52 disajikan tentang pengertian membaca nyaring.
Kekurangan pada poin ini hampir sama sepertipoin sebelumnya, yaitu
dalam menyajikan teori tentang membaca nyaring kurang tepat, jelas,
dan lengkap. Seharusnya setelah menyebutkan beberapa pengertian
tentang membaca nyaring, disajikan juga keterampilan yang harus
dikuasai dalam membaca nyaring dengan tepat dan jelas. Hal tersebut
agar sesuai dengan syarat dalam membaca nyaring yaitu menggunakan
ucapan yang tepat, frase yang tepat, intonasi suara yang wajar,
menguasai tanda baca, penuh perasaan dan ekspresif, dan tidak terbata-
bata (Tarigan, 2008: 25). Penyajian materi secara runtut jelas dan tepat
akan memberikan pengetahuan yang sesuai bagi peserta didik dalam
memepelajari materi selanjutnya, sehingga buku teks yang digunakan
mempunyai kegunaan secara maksimal karena menyediakan sumber
pembelajaran yang lengkap.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 148
digilib.uns.ac.id

3) Penggunaan teks
a) Sesuai dengan tuntutan standar isi (SI) dan jenjang kelas (Skor
rata-rata: 3,6)
Pada butir penilaian penggunaan teks sesuai dengan tuntutan
standar isi dan jenjang kelas mendapat skor rata-rata sebesar 3,6.
Penilaian oleh YE memberikan skor 3, alasannya YE menemukan
bahwa teks pada materi pokok teks piwulang tembang menyajikan teks
terlalu banyak sehingga tidak sesuai dengan kemampuan peserta didik
jenjang kelas VII, dimana teks piwulang tembang pangkur dari Serat
Wulangreh mempunyai bahasa yang sulit dipahami. Peneliti DR
memberikan skor 4 sesuai dengan skor yang diberikan penulis, hal
tersebut karena secara keseluruhan penggunaan teks yang digunakan
pada buku teks Marsudi Basa lan Sastra Jawa sudah sesuai dengan
Standar Isi dan jenjang kelas. Hal tersebut juga sesuai dengan hasil
wawancara dengan guru dan peserta didik yang menyebutkan teks yang
digunakan sudah sesuai, namun sering mengalami sedikit kesulitan
dalam memahami materi pokok teks piwulang tembang yang terlalu
banyak.
Hasil pemberian skor oleh YE relevan dengan hasil wawancara
dengan ketiga informan yaitu pakar, guru, dan peserta didik yang
berpendapat bahwa pada materi pokok teks Serat Piwulang (Wulangreh
pupuh Pangkur) terlalu sulit untuk dipahami, peserta didik merasa
keberatan karena materi yang disajikan terlalu banyak sehingga dalam
pelatihan dan penugasan memerlukan pemahaman dengan waktu yang
cukup lama. Menurut pakar bahasa yang digunakan pada terjemahannya
terlalu tinggi sehingga kurang sesuai dengan peserta didik jenjang
SMP/MTs.
b) Isi teks sesuai kebutuhan rasa ingin tahu peserta didik (Skor rata-
rata: 3,0)
Pada butir penilaian ini ketiga peneliti memberikan skor 3 yang
artinya pada penggunaancommit to user
teks sudah sesuai dengan kebutuhan rasa ingin
perpustakaan.uns.ac.id 149
digilib.uns.ac.id

tahu peserta didik, namun masih terdapat sedikit kekurangan. Menurut


YE dan DR, alasan memberikan skor 3 dikarenakan pada materi pokok
teks narasi, penyajian teks masih banyak menggunakan banyak kata
dalam bahasa Indonesia yang seharusnya dapat disajikan dalam bahasa
Jawa seperti, dini hari, berat, terbang, dan pengendara. Hal tersebut tidak
sesuai dengan kebutuhan rasa ingin tahu peserta didik karena seharusnya
peserta didik diberikan pengetahuan tentang bahasa Jawa secara
menyeluruh. Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat guru bahwa teks
masih menggambarkan kata dan kalimat yang diterjemahkan dari bahasa
Indonesia ke bahasa Jawa sehingga masih banyak penggunaan kata yang
kurang tepat dan kalimat yang penyusunannya kurang tepat.
c) Mengandung nilai-nilai spiritual dan sosial (Skor rata-rata: 3,3)
Pada butir ini penulis memberikan skor 4 dengan alasan teks
yang digunakan sudah mengandung nilai-nilai spiritual dan sosial.
Pemberian skor oleh YE dan DR yaitu 3, dengan alasan nilai-nilai
spiritual dan sosial yang terdapat pada teks-teks yang digunakan kurang
ditegaskan secara jelas sehingga akan sulit untuk dipahami peserta didik.
Nilai-nilai spiritual dan sosial seharusnya ditegaskan dengan jelas
karena berguna bagi pembentukan kompetensi sikap peserta didik pada
kurikulum 2013. Jadi, seharusnya teks-teks yang digunakan dapat
memberikan kandungan nilai spiritual dan sosial yang dapat langsung
ditiru oleh peserta didik.
Pendapat diatas sesuai dengan hasil wawancara dengan peserta
didik yang kurang tahu apa saja nilai-nilai spiritual dan sosial yang dapat
diambil dari materi-materi yang telah dipelajari. Hasil wawancara
dengan guru juga menunjukkan bahwa nilai-nilai yang terkandung dapat
diketahui peserta didik dengan penjelasan dari guru terlebih dahulu.
4) Pengunaan gambar dan ilustrasi
a) Mempermudah pemahaman teks (Skor rata-rata: 3,3)
Pada butir ini peulis memberikan skor 3, sedangkan YE
memberikan skor 3, dancommit to user
DR skor 4. Alasan yang dikemukakan penulis
perpustakaan.uns.ac.id 150
digilib.uns.ac.id

dan YE hampir sama dalam memberikan skor 3, yaitu dikarenakan


penggunaan gambar dan ilustrasi sudah mempermudah pemahaman teks,
namun terdapat beberapa ilustrasi yang kurang sesuai menjelaskan
paragraf yang digambarkannya. Hal tersebut terletak pada materi pokok
teks cerita rakyat halaman 41, 42, dan 44. Ilustrasi yang digunakan tidak
ditempatkan sesuai paragraf yang digambarkan ide pokoknya, sehingga
hal tersebut dapat membuat ketidaksesuaian antara ilustrasi dengan
paragraf. Hal tersebut dapat diatasi jika guru memberikan penjelasan
kepada peserta didik.
b) Menambah daya tarik teks (Skor rata-rata: 3,6)
Pada butir ini penulis dan DR memberikan skor 4, hal tersebut
menunjukkan bahwa gambar dan ilustrasi yang digunakan pada buku teks
Marsudi Basa lan Sastra Jawa sudah sesuai untuk menambah daya tarik
teks. Ilustrasi yang disajikan pada setiap teks dapat menarik perhatian
peserta didik, sehingga dapat menumbuhkan daya khayal dalam
memahami setiap teks yang dipelajarinya. Pemberian skor 3 oleh YE
mempunyai alasan karena pada materi pokok teks piwulang Serat
Wulangreh pupuh Pangkur tidak menggunakan gambar dan ilustrasi.
Seharusnya akan lebih baik jika pada materi tersebut diberikan gambar
maupun ilustrasi yang menggambarkan piwulang pada tembang pangkur.
Pendapat penulis sesuai dengan hasil wawancara dengan peserta
didik yang mengungkapkan bahwa lebih tertarik membaca teks yang
dilengkapi dengan gambar maupun ilustrasi yang cukup banyak karena
selain memahami dengan membaca peserta didik juga akan lebih paham
dengan penjelasan pada ilustrasi, seperti pada teks cerita rakyat.
5) Penggunaan konsep atau teori
a) Benar sesuai bidang ilmunya (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4 yang
menunjukkan bahwa penggunaan konsep dan teori pada buku teks
Marsudi Basa lan Sastra Jawa sudah benar sesuai bidang ilmunya.
Menurut penulis konsepcommit to user
dan teori yang disajikan sudah sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id 151
digilib.uns.ac.id

bidang ilmu bahasa Jawa. Teori-teori yang disajikan menggunakan


bahasa Jawa yang sesuai kaidah, sedangkan konsep dirancang dengan
proses pembelajaran yang runtut.
Hal tersebut relevan dengan hasil wawancara dengan pakar yang
menyebutkan bahwa konsep dan teori yang digunakan sesuai dengan
bidang ilmunya, sehingga dapat mempermudah peserta didik dalam
menerima pembelajaran yang diberikan oleh guru. Selain itu, peserta
didik dapat mempelajari sendiri isi buku tanpa bimbingan guru.
b) Sesuai dengan tingkat pemahaman peserta didik (Skor rata-rata:
3,6)
Pada butir ini penulis memberikan skor 4 menunjukkan bahwa
penggunaan konsep dan teori sudah sesuai dengan tingkat pemahaman
peserta didik, sedangkan YE dan DR memberikan skor 3. Alasan peneliti
2 dan 3 memberikan skor 3 dikarenakan pada beberapa bab masih
menyajikan teori secara tidak lengkap dan jelas, sehingga akan
berpengaruh pada pemahaman peserta didik.
Hal tersebut relevan dengan hasil wawancara dengan pakar yang
menyebutkan bahwa konsep dan teori pada beberapa bab perlu ditinjau
ulang agar sesuai dengan karakter peserta didik jenjang SMP/MTS.
6) Penggunaan contoh
a) Sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai (Skor rata-rata: 4)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, hal tersebut
menunjukkan bahwa penggunaan contoh berupa wacana, teks, gambar,
dan ilustrasi sudah sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai.
Penggunaan contoh berupa teks dan wacana sesuai dengan materi-materi
yang dibutuhkan untuk mencapai komptensi seperti memahami,
menganalisis, menceritakan kembali, dan menanggapi isi teks. Hal
tersebut menggambarkan sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai.
b) Kontekstual (Skor rata-rata: 3,6)
Pada butir ini penulis dan DR memberikan skor 4,sedangkan YE
commit to contoh
memberikan skor 3. Penggunaan user berupa wacana dan teks pada
perpustakaan.uns.ac.id 152
digilib.uns.ac.id

buku Marsudi Basa lan Sastra Jawa secara umum sudah menggambarkan
pembelajaran yang kontekstual. Hal tersebut dapat dilihat dari isi pada
setiap teks mempunyai kandungan yang dapat membangun ide-ide
peserta didik untuk dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari di
masyarakat. Menurut Komalasari (2010:7) menyatakan bahwa
pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang
mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa
sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat
maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi
tersebut bagi kehidupannya.
c) Disajikan secara runtut (dari mudah ke sukar, dari konkret ke
abstrak) (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, hal tersebut
menunjukkan bahwa penggunaan contoh berupa wacana dan teks sudah
disajikan secara runtut dari mudah kesukar dan dari konkret ke abstrak.
Pada penyajian teks dan wacana selalu disajikan dengan bahasa Jawa
ragam ngoko terlebih dahulu lalu ragam krama. Penggunaan teks juga
disesuaikan dengan tingkat kesulitan materi seperti pemahaman, analisis,
dan pemberian tanggapan.
d) Mengandung nilai-nilai spiritual dan sosial (Skor rata-rata: 3,6)
Pada butir ini penulis memberikan skor 3, sedangkan YE dan
DR memberikan skor 4. Hal tersebut dikarenakan secara keseluruhan
penggunaan contoh sudah mengandung nilai-nilai spiritual dan sosial.
Namun, menurut penulis pada materi teks narasi terdapat kekurangan
dalam menegaskan tentang ajaran nilai-nilai spiritual dan sosial. Nilai-
nilai yang terkandung dalam teks seharusnya ditegaskan secara jelas agar
mudah dijadikan teladan bagi peserta didik.
7) Pelatihan dan penugasan
a) Mencerminkan keruntutan proses belajar (dari mudah ke sukar,
konkret ke abstrak) sehingga mudah dilaksanakan (Skor rata-rata:
4,0) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 153
digilib.uns.ac.id

Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4,hal tersebut


menunjukkan bahwa pelatihan dan penugasan yang terdapat pada buku
teks Marsudi Basa lan Sastra Jawa sudah mencerminkan keruntutan
proses belajar sehingga mudah dilaksanakan. Dapat dilihat pada setiap
materi pokok pembelajaran pelatihan dan penugasan disajikan dari hal
yang lebih mudah dan konkret menuju hal yang lebih sulit dan abstrak.
Hal tersebut dapat membuat peserta didik menguasai setiap materi yang
dipelajarinyamulai dari memahami, menganalisis,hingga memberikan
tanggapan dengan pemikiran sendiri.
Hal tersebut relevan denga hasil wawancara dengan guru 1 yang
menyatakan pelatihan dan penugasan secara umum sudah runtut biasanya
diawali dengan mencari kata-kata sulit itu gunanya untuk pemahaman
teks setelah itu baru soal-soal uraian dan lainnya. Sedangkan penguasaan
4 kompetensi melalui tugas dan latihan juga sudah sesuai, siswa juga
kreatif dalam mengerjakan soal
b) Membentuk penguasaan, pengetahuan, keterampilan, dan sikap
secara sistematis (Skor rata-rata: 3,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 3, hal tersebut
menunjukkan bahwa pelatihan dan penugasan tidak memasukkan salah
satu dari 3 kompetensi yang akan dicapai. Menurut penulis secara umum
pelatihan dan penugasan yang terdapat pada buku teks Marsudi basa lan
Sastra Jawa sudah membentuk penguasaan pengetahuan dan
keterampilan. Namun, pada penguasaan sikap sering tidak ada dalam
penyajian latihan dan tugas. Penguasaan pengetahuan juga lebih
mendominasi diantara penguasaan yang lain.
Hal tersebut relevan dengan hasil wawancara dengan guru 2
yang menyatakan bahwa secara umum sudah mencakup ketiga
kompetensi, pada kompetensi pengetahuan paling banyak seperti soal
uraian, pilihan ganda, dan lainnya, sedangkan kompetensi keterampilan
biasanya ditambahkan sendiri seperti memberikan tugas mencari cerita
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 154
digilib.uns.ac.id

lalu dianalisis unsur intrinsiknya. Untuk kompetensi sikap seperti


menyampaikan pendapat atau tanggapan.
c) Memposisikan peserta didik sebagai subjek belajar (Skor rata-rata:
4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4,sehingga
menunjukkan bahwa pelatihan dan penugasan secara umum sudah
memposisikan peserta didik sebagai subjek belajar. Dapat dilihat dari
poelatihan dan penugasan yang disajikan selalu menuntut peserta didik
untuk aktif , kreatif, dan kritis menggunakan pemikirannya sendiri dalam
memecahkan masalah. Belajar yang efektif hanya akan terjadi jika
peserta didik turut aktif dalam merumuskan serta memecahkan berbagai
masalah. Peserta didik adalah salah satu komponen yang menempati
posisi sentral dalam proses pembelajaran baik di kelas maupun di luar
kelas.
Hasil penilaian tersebut relevan dengan hasil wawancara dengan
pakar buku teks yang menyebutkan bahwa pelatihan dan penugasan pada
buku sudah memposisikan peserta didik sebagai subjek belajar, karena
dalam pemecahan masalah peserta didik dituntut untuk aktif dan kreatif
dalam mengungkapkan pendapatnya sendiri.
8) Penilaian
a) Menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi
yang akan di ukur ( pengetahuan, keterampilan, dan sikap) (Skor
rata-rata: 3,0)
Penulis memberikan skor 3, sedangkan YE memberikan skor 4
dan DR memberikan skor 2. Menurut DR alasan memberikan skor 2
dikarenakan penggunaan teknik penilaian pada buku teks Marsudi Basa
lan Sastra Jawa lebih dominan pada kompetensi penegtahuan saja,
sedangkan pada kompetensi keterampilan dan sikap tidak tersedia. Jadi
YE berpendapat bahwa teknik penilaian yang digunakan kurang sesuai
dengan kompetensi yang akan diukur. Penulis juga menyatakan alasan
commit
yang hampir sama dengan to user
YE yaitu pada setiap materi pokok buku teks
perpustakaan.uns.ac.id 155
digilib.uns.ac.id

Marsudi Basa lan Sastra Jawa teknik penilaian hanya condong pada
penilaian kompetensi pengetahuan saja, sedangkan kompetensi yang lain
tidak disediakan teknik penilaian.
Pendapat DR relevan dengan hasil wawancara dengan pakar
yang menyebutkan penilaian pada kompetensi sikap dan keterampilan
belum begitu dominan. Seharusnya selain pengetahuan siswa harus
terampil dalam aktivitas, seperti bahasa sehari-hari bisa untuk menilai
apakah menggunakan bahasa yang santun atau tidak. Selain itu pedoman
penilaian bagi guru belum terdeskripsi dengan baik
b) Proses penilaian melibatkan beberapa pihak terkait (Skor rata-rata:
2,3)
Pada butir ini penulis memberikan skor 2, sedangkan YE
memberikan skor 3 dan DR memberikan skor 2. Menurut YE dan DR
alasan penilaian tersebut karena proses penilaian padabuku teks Marsudi
Basa lan Sastra Jawa masih bersifat objektif, yaitu penilaian hanya
diberikan oleh guru melalui tugas-tugas dan latihan yang diberikan.
Seharusnya penilaian harus melibatkan beberapa pihak terkait untuk
mendapatkan penilaian yang lebih subjektif. Alasan penulis memberikan
skor 2 dikarenakan pada buku teks Marsudi Basa lan Sastra Jawa lebih
dominan pada penilaian pengetahuan yang menyajikan teknik penilaian
berupa tes tulis dan penugasan yang penilaiannya tidak melibatkan
beberapa pihak terkait.
c) Tersedia instrumen penilaian proses dan hasil belajar (Skor rata-
rata: 2,6)
Pada butir ini mendapat skor rata-rata 2,6 yang didapat
pemberian skor oleh penulis yaitu 2, YE memberikan skor 4, sedangkan
DR memberikan skor 2. Menurut YE alasan memberikan skor 4 karena
pada buku teks Marsudi Basa lan Sastra Jawa sudah menyediakan
instrumen penilaian proses dan hasil belajar dilihat dari tugas-tugas dan
latihan yang disajikan. Alasan penulis dan DR memberikan skor 2 yaitu
commit toproses
dikarenakan instrumen penilaian user dan hasil belajar hanya terdapat
perpustakaan.uns.ac.id 156
digilib.uns.ac.id

pada kompetensi pengetahuan saja, sedangkan pada kompetensi lain


tidak tersedia, sehingga hal tersebut tidak sesuai untuk mencapai
kompetensi secara keseluruhan. Menurut sudjana, penilaian hasil belajar
adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai
siswa dengan kriteria tertentu, adapun penilaian proses belajar adalah
upaya memberi nilai terhadapkegiatan belajar-mengajar yang dilakukan
oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran (2008: 3).
Sesuai dengan pernyataan tersebut penilaian proses dan hasil belajar
mempunyai hubungan yang erat sehingga saling berhubungan untuk
menentukan seberapa besar keberhasilan proses pembelajaran pada
peserta didik. Hasil wawancara dengan guru 1 juga menyebutkan bahwa
sebagian besar teknik penilaian terfokus pada kompetensi pengetahuan,
sehingga untuk melengkapi penilaian guru menggunakan buku tambahan
berupa Lembar Kerja Siswa (LKS).
d) Mempertimbangkan gradasi tingkat kesukaran (Skor rata-rata: 3,3)
Pada butir ini skor rata-rata 3,3 diperoleh dari skor yang
diberikan penulis yaitu 4, sedangkan YE dan DR memberikan skor
masing-masing 3. Alasan YE dan DR memberikan skor 3 dikarenakan
penilaian melalui instrumen berupa pelatihan dan penugasan beberapa
masih memiliki tingkat kesulitan yang tidak sesuai dengan kemampuan
pada jenjang kelas VII. Hal tersebut terdapat pada materi pokok teks
piwulang Serat Wulangreh pupuh Pangkur, pada materi ini tugas yang
diberikan adalah memberikan penjelasan tentang isi pupuh pangkur dan
mencari piwulang yang terdapat pada tembang tersebut. Selain materi
yang disajikan sangat banyak tugas yang diberikan juga terlalu sulit, hal
tersebut akan berdampak pada penilaian bagi peserta didik. Alasan YE
dan DR diatas sesuai dengan hasil wawancara dengan peserta didik dan
guru yang berpendapat bahwa materi pokok piwulang tembang terlalu
banyak dan sulit untuk dipahami. Pada bab ini banyak menggunakan
teknik analisis dalam proses pembelajarannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 157
digilib.uns.ac.id

9) Up to date (Skor rata-rata: 3,6)


Pada butir ini peneliti dan DR memberikan nilai 4, karena
mempunyai alasan jika kandungan materi dalam buku teks Marsudi Basa
lan Sastra Jawa sudah mempunyai unsur kekinian karena wacana maupun
teks yang digunakan bersumber dari data yang dikeluarkan 5 tahun terakhir,
sehingga materi yang disajikan merupakan hal-hal yang masih baru. Namun,
YE memberikan skor 3 dikarenakan YE mempunyai alasan bahwa
kandungan materi seperti wacana dan teks sudah mempunyai unsur kekinian
tetapi ada beberapa teks yang tidak mencantumkan sumber dan tahun
sehingga tidak diketahui unsur kekinian dari teks tersebut yaitu pada
halaman 12 tentang teks narasi berupa kejadian, 58 tentang teks cerita
pengalaman, dan 61 juga tentang cerita pengalaman.
10) Relevan, menarik, serta kontekstual (Skor rata-rata: 3,0)
Pada butir ini penulis dan YE memberikan skor 3, sedangkan DR
memberikan skor 4. Alasan dari penulis dan YE memberikan skor 3
dikarenakan kandungan materi pada buku teks Marsudi Basa lan Sastra
Jawa sudah relevan, menarik, serta kontekstual namun pada beberapa teks
khususnya dalammateri pokok piwulang tembang tidak disajikan dengan
menarik, sehingga akan membuat peserta didik kurang tertarik dalam
memepelajarinya.hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan
peserta didik yang menyebutkan bahwa pada materi pokok tersebut kurang
begitu dipahami.
11) Memperkuat wawasan kebhinekaan, kebangsaan, multikultural, dan
integrasi bangsa (Skor rata-rata: 3,6)
Pada butir ini penulis memberikan skor 3, sedangkan YE dan DR
masing-masing memberikan skor 4. Alasan ketiga peneliti yaitu kandungan
materi pada buku teks Marsudi Basa lan Sastra Jawa terkait penggunaan
wacana,teks, gambar, dan ilustrasi sudah menunjukkan wawasan
kebhinekaan, kebangsaan, multikultural, dan integrasi bangsa. Materi yang
disajikan memberikan pengenalan terhadap budaya Jawa yang merpakan
commit
bagian dari bangsa Indonesia, to user
sehingga akan memunculkan rasa kecintaan
perpustakaan.uns.ac.id 158
digilib.uns.ac.id

peserta didik terhadap bangsanya mulai dari hal yang ada disekitarnya. Hal
tersebut relevan dengan hasil wawancara dengan pakar buku teks yang
berpendapat bahwa kecintaan terhadap bangsa dimulai dari mencintai
budayanya sendiri, dimana Indonesia terdiri dari berbagai macam budaya
yang dapat mempersatukan setiap warganya. Sehingga mencintai budaya
sendiri secara tidak langsung akan meningkatkan rasa nasionalisme
seseorang, dengan begitu peserta didik secara tidak langsung diajak untuk
dapat menghargai budayanya sendiri.
12) Tidak mengandung unsur SARA, HAKI, Pornografi, dan Bias
(Gender, wilayah dsb) (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, hal tersebut
dikarenakan kandungan materi pembelajaran pada buku teks Marsudi Basa
lan Sastra Jawa tidak mengandung unsur-unsur yang dapat memberikan
pengaruh buruk bagi peserta didik seperti SARA, HAKI, Pornografi, dan
Bias (gender, wilayah dsb).
Dari hasil penilaian ketiga peneliti didapatkan jumlah skor rata-rata
sebesar 82,3 dari skor maksimal yaitu 96, sehingga menghasilkan persentase
penilaian sebesar 85,73% yang menunjukkan bahwa buku teks Marsudi Basa lan
Sastra Jawa terkait dengan isi buku tersebut sudah layak digunakan. Namun,
pengguna seperti guru dan siswa tetap harus memperhatikan beberapa kekurangan
yang terdapat dalam buku teks tersebut, agar tidak menimbulkan pemahaman
yang salah.
Hasil penelitian dapat dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Raharjo (2014) yang menganalisis tentang Buku Ajar Bahasa Indonesia
Kurikulum 2013 Wahana Pengetahuan Kelas VII. Dalam menganalisis
kelayakan isi peneliti menggunakan instrumen yang terdiri dari 12 butir penilaian
didasarkan ketetapan dari BSNP. Kedua belas butir penilaian tersebut adalah
keluasan materi, kedalaman materi, pemilihan tema,ketepatan konsep,
keautentikan materi,ketepatan prosedur, kesesuaian dengan perkembangan ilmu,
kemutakhiran wacana, contoh dan latihan, keingintahuan dan giat belajar,
keberagaman sosial dan budaya, commit to user
ketersajian lingkungan, dan kecintaan terhadap
perpustakaan.uns.ac.id 159
digilib.uns.ac.id

bahasa Indonesia. Penelitian kedua oleh Santoso (2015) tentang Analisis


Kesesuaian Buku Teks Pelajaran Bahasa Indonesia dengan Kurikulum 2013
Sekolah Menengah Atas Kelas XI Semester I. Dalam menganalisis kelayakan isi
peneliti menggunakan instrumen dari BSNP dan Pusbuk dengan perubahan dan
penyesuaian. Terdapat 6 aspek penilaian yang digunakan peneliti ini yaitu, 1)
kelengkapan materi; 2) kedalaman materi; 3) pemilihan wacana,teks, gambar, dan
ilustrasi; 4) konsep dan teori sesuai dengan sistematika keilmuan; 5) pemilihan
contoh; dan 6) pelatihan, penugasan, dan penilaian sesuai tuntutan penilaian
autentik.
Penelitian yang dilakukan penulis jika dibandingkan dengan kedua
penelitian tersebut lebih banyak menggunakan butir penilaian yaitu sejumlah 24
butir penilaian yang didasarkan pada ketetapan Dinas Pendidikan Jawa Tengah
dan BSNP dengan sedikit perubahan dan penyesuaian. Penelitian yang dilakukan
penulis juga dibantu oleh 2 orang peneliti lainnya untuk menghasilkan penilaian
yang lebih objektif dan tidak sepihak. Skor yang akan diambil berupa skor rata-
rata ketiga peneliti untuk memperoleh hasil kelayakan isipada buku Marsudi basa
lan Sastra Jawa.
2. Kelayakan Bahasa
Penilaian kelayakan bahasa pada buku teks dibagi menjadi tiga
subkomponen meliputi kesesuaian bahasa dengan tingkat perkembangan
peserta didik, komunikatif, serta keruntutan dan kesatuan gagasan. Tiga
subkomponen tersebut terdiri dari tujuh butir penilaian yang menjadi dasar
kelayakan bahasa pada buku teks Marsudi Basa lan Sastra Jawa. Ketujuh butir
tersebut meliputi; (1) penggunaan bahasa sesuai dengan tingkat perkembangan
intelektual peserta didik; (2) penggunaan bahasa sesuai dengan tingkat
perkembangan sosial emosional peserta didik; (3) keterbacaan pesan; (4)
ketepatan bahasa; (5) penggunaan istilah; (6) ketepatan ragam bahasa; dan (7)
keruntutan dan kesatuan gagasan. Ketujuh butir tersebut menjadi dasar dalam
penilaian kelayakan bahasa buku teks.
Penilaian kelayakan bahasa pada buku teks dengan cara memberikan
skor pada setiap butir yang commit to user
dianalisis. Setiap bab akan dianalisis tingkat
perpustakaan.uns.ac.id 160
digilib.uns.ac.id

kelayakan bahasanya dengan memberikan skor dengan rentang 1-4. Pada


analisis kelayakan bahasa buku teks Marsudi Basa lan Sastra Jawa ini banyak
ditemukan kesalahan-kesalahan pada penyajian ejaan, kata, maupun kalimat
pada penggunaan wacana, teks, gambar, maupun ilustrasi. Kesalahan-
kesalahan tersebut tentu akan mempengaruhi tingkat skor yang diberikan pada
setiap butir penilaian.
Penentuan skor dilakukan oleh 3 peneliti, sehingga akan didapatkan
skor rata-rata pada setiap butir penilaian. Berikut perolehan skor pasa aspek
kelayakan bahasa buku teks Marsudi Basa Lan Sastra Jawa.
1) Penggunaan bahasa sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual
peserta didik (Skor rata-rata: 3,6)
Pada butir ini penulis memberikan skor 3, sedangkan YE dan DR
masing-masing memberikan skor 4. YE dan DR mempunyai alasan bahwa
penggunaan bahasa dalam buku teks Marsudi Basa lan Sastra Jawa sudah
sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual peserta didik. Alasan penulis
memberikan skor 3 dikarenakan penggunaan bahasa terkait dengan tingkat
perkembangan intelektual peserta didik masih mempunyai kekurangan yang
terdapat pada materi pokok teks piwulang Serat Wulangreh pupuh Pangkur.
Pada materi tersebut teks berupa tembang pangkur menggunakan bahasa Jawa
kawi yang disertai dengan terjemahan dalam bahasa Jawa dan bahasa
Indonesia. Namun, pada terjemahan yang disajikan masih menggunakan
bahasa yang sulit dimengerti bagi peserta didik. Seharusnya bahasa yang
digunakan harus jelas dan tepat makna sehingga peserta didik dapat memahami
setiap teks yang dipelajarinya.
Hal tersebut didukung dengan hasil wawancara terhadap guru dan
pakar buku teks yang menyebutkan bahwa secara keseluruhan bahasa yang
digunakan sudah sesuai dengan tingkat pemahaman intelektualpeserta didik,
namun terdapat juga materi yang disajikan dengan bahasa yang terlalu tinggi
sehingga menyulitkan peserta didik dalam memahami materi. Hal tersebut
dapat diatasi dengan penjelasan yang dilakukan oleh guru pada setiap awal
pembelajaran dimulai. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 161
digilib.uns.ac.id

2) Penggunaan bahasa sesuai dengan tingkat perkembangan sosial emosional


peserta didik (Skor rata-rata: 3,6)
Pada butir ini penulis memberikan skor 4 karena penggunaan bahasa
sudah sesuai dengan tingkat perkembangan sosial emosional peserta didik,
sedangkan YE memberikan skor 3 dan DR memberikan skor 4. Menurut YE
bahasa yang digunakan dalam buku tersebut masih terlalu tinggi, dan masih
banyak terjemahan dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa yang tidak
sesuai sehingga berpengaruh terhadap tingkat pemahaman peserta didik.
Pendapat YE relevan dengan hasil wawancara dengan guru yang
menyebutkan masih banyak kata-kata dalam bahasa Indonesia, dan pada teks
yang disajikan masih terlihat seperti terjemahan yang dalam struktur kata dan
kalimatnya belum sesuai.
3) Keterbacaan pesan (Skor rata-rata: 2,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 2, dengan alasan pada
buku teks Marsudi Basa lan Sastra Jawa terkair keterbacaan pesan melalui
wacana, teks, gambar, dan ilustrasi masih banyak kesalahan mengenai kata dan
kalimat yang digunakan. Pada hasil penelitian ditemukan beberapa kesalahan
pada setiap bab pada buku teks Marsudi Basa lan Sastra Jawa yang secara
keseluruhan masih sangat banyak kesalahan penulisan berupa ejaan, kosa kata,
diksi, dan kalimat.
4) Ketepatan bahasa (Skor rata-rata: 2,0)
Pada butir ini ketiga peneliti juga memberikan skor 2, hal tersebut
dikarenakan ketepatan bahasa terkait dengan ejaan, tanda baca, dan pemakaian
huruf dalam buku teks Marsudi Basa lan Sastra Jawa ada yang tidak sesuai.
ketidaksesuaian terkait penggunaan ejaan, tanda baca, dan pemakaian huruf
yang masih perlu dibenahi, hal tersebut telah dibahasa pada hasil penelitian
pada setiap bab buku Marsudi Basa lan Sastra Jawa.
5) Penggunaan istilah (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, dengan alasan bahwa
penggunaan istilah dalam buku teks Marsudi Basa lan Sastra Jawa sudah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 162
digilib.uns.ac.id

konsisten penggunaanya. Penggunaan istilah yang menggambarkan konsep,


prinsip, asas, atau sejenisnya juga tepat makna sesuai dengan kemajuan jaman.
Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan ahli buku teks
yang menyebutkan penggunaan istilah dalam bahasa Jawa sudah konsisten dan
pemilihan istilah sesuai dengan jenjang kelas yang digunakan, sehingga
memberikan pemahaman yang mudah.
6) Ketepatan ragam bahasa (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, dengan alasan bahwa
penggunaan ragam bahasa pada buku teks Marsudi Basa lan Sastra Jawa
sudah tepat. Pada setiap materi pokok buku ini disajikan materi berupa wacana
atau teks yang menggunakan ragam ngoko dan krama yang dalam penggunaan
dan penerapannya sesuai dengan kaidah unggah-ungguh bahasa Jawa normatif.
Alasan di atas sesuai dengan hasil wawancara dengan peserta didik,
yang menyebutkan unggah-ungguh basa dalam buku mudah dipahami,
penggunaan kata-katanya juga tidak terlalu sulit. Menurut hasil wawancara
dengan pakar buku teks ragam bahasa yang digunakan pada buku sudah sesuai
dengan pemilihan kata yang tidak asing bagi peserta didik, yang secara umum
sering digunakan dalam masyarakat umum.
7) Keruntutan dan kesatuan gagasan (Skor rata-rata: 4,0)
Pada butir ini ketiga peneliti memberikan skor 4, dengan alasan bahwa
pada buku teks Marsudi Basa lan Sastra Jawa penyampaian pesan melalui
wacana, teks, gambar, dan ilustrasi antarparagraf yang berdekatan dan
antarkalimat dalam paragraf sudah mencerminkan hubungan yang logis. Hal
tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan pakar buku teks yang
menyebutkan bahwa keruntutan dan kesatuan gagasan sudah sesuai karena
secara umum materi pada buku merupakan teks cerita yang disajikan secara
runtut, sehingga pada setiapkalimat dan paragraf selalu berhubungan.
Dari penilaian yang dilakukan ketiga peneliti didapatkan jumlah skor
rata-rata yaitu 23,2 dari jumlah skor maksimal sebesar 28, sehingga didapatkan
persentase hasil penilaian sebesar 82, 85% yang menunjukkan bahwa bahasa yang
digunakan pada buku teks Marsudi commit
Basatolan
user
Sastra Jawa sudah layak. Namun,
perpustakaan.uns.ac.id 163
digilib.uns.ac.id

tetap harus memperhatikan beberapa kesalahan yang terdapat pada buku tersebut
agar dapat digunakan dengan teliti terkait penggunaan bahasanya.
Penelitian oleh penulis akan dibandingkan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Raharjo (2014) yang menganalisis kelayakan buku ajar bahasa
Indonesia Wahana Pengetahuan kelas VII. Peneliti menganalisis kelayakan
bahasa yang terdapat pada buku ajar wahana pengetahuan ditinjau dari kadar
kebakuan bahasa. Kadar kebakuan meliputi ejaan, istilah, diksi, tata bahasa,
struktur kalimat, dan penggunaan bahasa dengan menggunakan teknik cloze test
yaitu berupa pengisisan teks rumpang,untuk mengetahui tingkat keterbacaan suatu
teks.
Peneliti kedua oleh Santoso (2015) yang menganalisis buku teks bahasa
indonesia terkait kesesuaian dengan KI dan KD pada kurikulum 2013 tingkat
SMA. Dalam mengukur kelayakan bahasa peneliti menggunakan instrumen yang
berasal dari Pusbuk dan BSNP, yang terdiri dari 6 butir penilaian yaitu; 1)
kesesuaian dengan tingkat perkembangan intelektual peserta didik; 2) kesesuaian
dengan tingkat perkembangan sosial emosional peserta didik; 3) keterbacaan
pesan; 4) ketepatan bahasa; 5) keruntutan dan keterpaduan bab mencerminakan
hubungan yang logis; dan 6) keruntutan dan keterpaduan paragraf mencerminkan
hubungan yang logis. Peneliti ini juga menggunakan triangulasi peneliti yang
melibatkan 2 peneliti lain dalam memberikan skor.
Dibandingkan dengan kedua penelitian tersebut, penelitian yang
dilakukan penulis hampir sama. Dalam menilai kelayakan bahasa penulis
menggunakan instrumen dari Dinas Pendidikan Jawa Tenganh dan BSNP dengan
7 butir penilaian yang terdiri dari, 1) penggunaan bahasa sesuai dengan
perkembangan intelektual peserta didik; 2) penggunaan bahasa sesuai dengan
perkembangan sosial emosional peserta didik; 3) keterbacaan pesan; 4) ketepatan
bahasa; 5) penggunaan istilah; 6) ketepatan ragam bahasa; dan 7) keruntutan dan
kesatuan gagasan. Pada penilaian kelayakan bahasa penulis juga melibatkan 2
peneliti lain untuk memberikan skor agar penilaian lebih objektif.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 164
digilib.uns.ac.id

commit to user

Anda mungkin juga menyukai