Anda di halaman 1dari 4

NAMA : Aulia Widyani Khasanah

KELAS/NO : XII AKL 2 / 05


SMK NEGERI 12 MALANG

Resume “The Other Side of Corruption in Indonesia – Elizabeth Pisani”.

Bahasa Indonesia sangat mudah untuk dipahami bahkan lebih dari Bahasa Inggris sekalipun.
Dan juga topik ini dapat dijabarkan dalam 3 kata, “Korupsi, Kolusi, Nepotisme”.
Kita dapat mengambil contoh dari salah satu pulau yaitu Maluku. Pulau tersebut diisi oleh
banyak kepala keluarga di dalam rumah mereka yang kecil. Salah satu dari mereka
mengatakan “Anak saya sedang mengikuti ujian tes untuk menjadi guru, bahkan sama sekali
tidak menggunakan uang sama sekali!”. Mereka dengan bangga mengungumkan bahwa ada
anggota keluarganya yang bekerja keluar kota dengan melewati jalur kenalan dengan para
petinggi di daerah tersebut.
Bahkan disaat kita mengendarai motor dengan menerobos jalur satu arah, polisi yang datang
untuk menilang pun dapat kita usir hanya dengan mengeluarkan secarik kertas dari saku,
kartu izin mengemudi pun juga dikembalikan dengan mudahnya.
Beberapa orang pun menyadari bahwa hal tersebut merupakan tindakan korupsi, dan bahkan
di kampung tersebut juga ada yang mengatakan bahwa hal tersebut adalah KKN. Namun
mereka yang melakukan praktik jaringan keluarga tersebut bahkan menginginkan hal ini
dikarenakan bagi mereka, ini adalah hal yang pantas untuk kebaikan keluarga. Hal ini sudah
maklum di negara Indonesia.

Perlu diketahui bahwa sejarah Indonesia dulunya dijajah oleh Belanda selama 350 tahun
sampai terjadinya Proklamasi. Padahal seharusnya Belanda bukanlah penjajah, mereka
datang ke Indonesia dengan tujuan berdagang dan memonopolinya. Hindia timur merupakan
salah satu penyuplai stok di dunia, dan pertukaran barang dikirim ke Amsterdam. Penjelajah
VOC mengirimkan untuk pertukaran barang di Indonesia berpusat pada 2 tempat, yaitu
Maluku yang menyimpan banyak rempah-rempah, serta Jawa yang dimana menyimpan
banyak sumber daya manusia.
Agar terjadinya perdagangan monopoli yang lancar jaya, kita harus menyingkirkan pedagang
lain seperti pedagang dari China, Hindia, dan Arab yang telah menjalin perdagangan dengan
Indonesia bertahun-tahun lalu lamanya.
Menggunakan monopoli juga berarti mendirikan banyak bangunan, pelabuhan seperti
Benteng di pulau Banda. Serta itu juga mengungumkan dimulainya perang didaerah tersebut.
Hal tersebut sangatlah mahal sehingga VOC menjadi bangkrut setelah berdiri selama 150-200
tahun. Di waktu tersebut, banyak yang telah mempelajari kapitalisme yang digunakan.
Belanda memperbolehkan para rakyat lokal untuk memimpin sejalan dengan tarif pajak yang
ditariknya.
Setelah terjadinya kemerdekaan, Belanda kembali ke indonesia setela kiranya Jepang
menyerah pada Perang Dunia ke-2, dan karenanya terjadi perang Agresi Militer. Dikarenakan
kurangnya dana untuk memasok pasukan Indonesia, banyak cara telah dilakukan seperti
perdagangan ilegal, ataupun perdagangan legal dengan barang illegal. Jadi pasukan Indonesia
dapat terbentuk karena dapat membuat uang semau mereka. Banyak juga yang enggan untuk
bergabung dengan pasukan, namun mereka berhasil bergabung karena diiming-imingi dengan
beras, lauk-pauk, atau pakaian.
Di tahun pemerintahan Suharto, semuanya menjadi lebih baik. Namun banyak juga terjadinya
korupsi dengan cara yang sama seperti sebelumnya. Banyak pro kontra yang terjadi dimasa
jabatnya beliau. Beliau juga mempunyai banyak kontrak salah satunya kontrak tentang warga
etnis Tionghoa yang boleh melakukan monopoli, tetapi mereka masih harus mengirimkan
info perkembangan infrastruktural, mengirimkan pekerjaan, mengirimkan investasi kapital.
Lalu banyak kontrak tersebut diserahkan kepada anaknya saat mereka sudah tumbuh besar.
Sayangnya mereka menjadi serakah, dan tidak pada akhirnya tidak menghasilkan apa-apa.
Para warga Indonesia sebenarnya tidak menyukai aksi korupsi tersebut, dan begitu pula
dengan pihak militer karena kontraknya dengan Suharto malah diserahkan kepada anaknya
tersebut. Namun pada akhirnya kita membiarkannya begitu saja.
Sekarang kita ke masa reformasi. Hal pertama yang terjadi di masa ini adalah banyaknya
korupsi yang tak terkendali, sehingga banyak hal yang harus dilakukan untuk menyingkirkan
hal tersebut. Perlu diketahui bahwa di masa ini terfokus pada pemerintahan desentralisasi. Ini
merupakan topik menarik yang terjadi di Indonesia. Dimana terdapat 500 pemerintahan
terpisah yang menjalankan hampir semua aktivitas pemerintahan didaerahnya seperti
pendidikan, kesehatan, dan hal yang serupa. Bahkan menurut saya, banyak warga yang
tinggal di Jakarta tidak menyadari betara kecilnya influence yang mereka punya, yang
terdapat pada provinsi dan distrik di tempat itu. Dititik ini kita kembali lagi memimpin atas
potensi lokal yang ada, namun bedanya adalah masyarakat yang mengaturnya dan perbadaan
yang terbesar adalah itu semua datang dengan yang punya uang. Intinya, sejumlah uang
sebesar 340 triliun yang dikirimkan disini dapat dipakai oleh Bupati yang ada sesuka hati
mereka. Contohnya jika sang Bupati menginginkan kantor yang megah, dia bisa mengambil
uang itu dan membangunnya seperti yang terjadi di Kepulauan Bangka dan Maluku Tenggara
Barat. Sayangnya itu bukanlah kantor dinas, tapi memang kantor milik Bupati.
Di Halmahera, seorang Bupati juga terpilih dan diharapkan dapat memberi kemajuan kepada
rakyatnya. Namun hal yang beliau kembalikan kepada rakyatnya adalah membuka
pertambangan di hutan yang dilindungi, memberikan papan tanda alokasi di seluruh rumah
10 ribu rakyatnya, bahkan yang paling terkenal adalah memberi sejumlah uang untuk
orangnya dan berfoto dengan partainya.
Disini dapat dipastikan para Bupati dan Walikota memiliki sejumlah uang yang banyak yang
tidak dikembalikan pada rakyatnya, lalu terjadilah kemarahan warga dengan
mengutarakannya menggunakan karikatur politik di iklan-iklan jalan. Harapannya agar
mengeluarkan uang dari dunia politik dimana tak terjadi dengan baik. Sehingga terdapat
ketakutan yang besar bahwa korupsi terbentuk di Indonesia karena hal kecil ini.
Pak Suharto pun mengalihkan banyak panggilan atas kejadian ini, dan begitu pula dengan
anaknya. Pilihan yang dipilih untuk menjadi dekat dengan rakyatnya, malah menimbulkan
korupsi.

Namun menurut saya keputusan tersebut tidak terlalu buruk. Karena korupsi yang kita lihat
sekarang, dasarnya itu penyebaran korupsi yang sangat umum yang terjadi di Indonesia dan
itu disebut keluarga besar. Dan keluarga besar terkadang memanglah keluarga besar secara
harfiah.
Konsep keluarga besar menjadi hal yang merebak di Indonesia seperti Keluarga Besar TNI,
Keluarga Besar Pelajar Islam, dan sebagainya. Serta inti karakter dari keluarga besar ini
seperti mengumpulkan kekuatan untuk menyokong seseorang dengan posisinya semakin
keatas. Dan seseorang di posisi diatas tersebut kembali merangkul dan bertanggung jawab
atas semua orang di keluarga besar.
Sekarang, jika anda bekerja di Bank Dunia atau program pemerintah serupa, itu adalah
korupsi. Namun bagi kebanyakan orang di Indonesia, itu merupakan bagian dari sosial. Dan
banyak pula yang berkebalikan dengan korupsi, berkonsep “punyaku adalah milikku, dan
punyamu adalah milikmu” malah dipandang buruk. Bahkan banyak sinetron memakai konsep
keluarga besar dan seolah mengajarkan hal tersebut. Bagi Indonesia korupsi adalah hal
seperti contoh memakai uang rumah sakit untuk hal lain, atau memakai uang rakyat untuk
diri sendiri, dan sejenisnya. Namun jika melakukan hal tersebut dengan cara lebih “merata”,
maka hasil akhirnya akan berbeda.

Anda mungkin juga menyukai