Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ressa Juliyawan

Tugas Mata kuliah : FTS solid

1. Uji Keregasan Tablet

Uji keregasan tablet (Friabilitas)merupakan uji ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang
dialami selama pengemasan, pengiriman dan penyimpanan. Keregasan dapat dievaluasi dengan
menggunakan alat uji kerapuhan (friability tester).Tablet dikatakan baik apabila kerapuhannya tidak
lebih dari 0,8% (Lachman, dkk, 1994). Uji keregasan berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi
(pengikisan) yang terjadi pada permukaan tablet. Keregasan yang tinggi akan mempengaruhi
konsentrasi/kadar zat aktif yang masih terdapat pada tablet. Pada pengujian keregasan pada beberapa
tablet ranitidin, diperoleh hasil keregasan untuk masing-masing sampel, yaitu Tablet ranitidin produk
generik dangenerik bermerek yang telah diuji dalam penelitian ini telah memenuhi persyaratan untuk uji
keregasan dan waktu hancur tablet, sedangkan untuk uji kekerasan tablet tidak memenuhi persyaratan
yang sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Tablet yang tidak memenuhi persyaratan uji
kekerasan masih dapat diterima apabila tablet tersebut memenuhi persyaratan uji waktu hancur dan uji
disolusi.Hasil penelitian ini mungkin dapat mengubah pemahaman masyarakat tentang kualitas dari
obat generik yang juga memiliki kualitas yang baik, karena telah memenuhi beberapa persyaratan
pengujian yang telah dilakukan.

2. Uji Waktu Hancur Tablet

Suatu komponen obat sepenuhnya tersedia untuk diabsorpsi dalam saluran pencernaan, maka tablet
harus hancur dan melepaskan obatnya ke dalam cairan tubuh untuk dilarutkan. Daya hancur juga
penting untuk tablet yang mengandung bahan obat yang tidak dimaksudkan untuk diabsorpsi tetapi
lebih banyak bekerja dalam saluran cerna. Dalam hal ini daya hancur tablet memungkinkan partikel obat
menjadi lebih luas untuk bekerja secara lokal dalam tubuh. Waktu hancur dapat dipengaruhi oleh bahan
penghancur/desintegran (jenis dan jumlahnya) dan banyaknya pengikat yang digunakan dalam formulasi
tablet, karena desintegran merupakan bahan yang akan menyebabkan tablet pecah dan hancur dalam
air atau cairan lambung. Tablet yang memiliki waktu hancur yang sesuai dengan persyaratan yang telah
ditetapkan dapat memberikan efek terapi yang cepat. Waktu yang diperbolehkan untuk menghancurkan
tablet tidak bersalut salut enterik adalah tidak lebih dari 15 menit (Depkes RI, 1979). Berdasarkan hasil
pengujian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa, semua tablet ranitidin yang digunakan dalam
pengujian ini telah memenuhi persyaratan uji waktu hancur seperti yang tertera pada Farmakope
Indonesia Edisi III.

1. Derajat keasaman (pH)

Berdasarkan derajat keasaman, suatu bahan pangan dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok derajat
keasaman, yaitu yang pertama bahan pangan berasam rendah dengan kisaran pH 5,3 sampai 4,5, kedua
bahan pangan berasam sedang dengan kisaran pH 4,5 sampai 3,7 dan yang terakhir bahan pangan
berasam tinggi dengan nilai pH di bawah 3,7 (Kailaku, Sumangat and Hernani, 2012). pH serbuk
effervescent okra ini sesuai dengan syarat yang ditetapkan dan tergolong dalam bahan pangan asam
rendah (Tabel IV). Suatu sediaan effervescent jika derajat keasamanya semakin dekat dengan nilai
derajat keasaman netral (6-7) maka semakin baik sediaan tersebut (Kumullah, 2016). Pengaturan pH
sangat diperlukan karena jika nilai pH nya terlalu asam atau basa dapat menimbulkan iritasi lambung
dan rasa yang pahit. Basis asam dalam sediaan serbuk effervescent okra ini memberikan rasa sparkling
seperti soda sedangkan basis basa memberikan efek timbulnya gelembung – gelembung udara dalam air
akibat bereaksi dengan asam. Reaksi antara asam dan basa tersaji pada persamaan (1).

2. Uji tinggi buih

Tinggi buih terbaik merupakan tinggi buih yang memiliki selisih terkecil dengan standar effervescent
pasaran, yaitu 3 cm. Berdasarkan hasil penelitian, tinggi buih terbaik ada pada perlakuan asam sitrat
(A1). Hal ini telah sesuai dengan pendapat Mohrle (1989) dimana gas karbondioksida dalam reaksi
effervescent berperan penting dalam mempercepat kelarutannya didalam air. Brayant (1970)
menjelaskan bahwa buih terdiri atas ribuan gelembung kecil yang bersumber dari cairan dan terbentuk
dari hasil reaksi kimia atau perlakuan secara mekanik (pengadukan). Ketika gelembung bertumbuh dan
berakumulasi dengan cepat pada permukaan cairan maka ketika itulah buih terbentuk. Sedangkan
Lieberman et al. (1994) menjelaskan bahwa kelarutan merupakan banyaknya zat terlarut tertentu yang
akan melarut ke dalam suatu larutan. Kelarutan bergantung pada gaya tarik partikel zat terlarut dengan
partikel pelarutnya. Dalam proses pelarutan, molekul dari pelarut menarik molekul zat terlarut menjauh
satu dengan yang lain. Proses ini berjalan hingga tercapai suatu keadaan dimana molekul pelarut tidak
mampu memisahkan molekul zat terlarut atau biasa disebut dengan kondisi jenuh. Waktu yang
diperlukan untuk mencapai kondisi jenuh dari penelitian ini berbeda-beda. Ketika suatu perlakuan
mencapai kondisi jenuh dengan cepat, maka gelembung akan berhenti memproduksi buih, sehingga
buih yang dihasilkan akan sedikit. Begitu pula sebaliknya jika waktu yang diperlukan untuk mencapai
kondisi jenuh lambat, maka gelembung akan terus berakumulasi menjadi buih, sehingga buih yang
dihasilkan menjadi semakin banyak. Hal ini berarti bahwa buih yang dihasilkan sebanding dengan waktu
larut, dimana jika waktu larut semakin cepat, maka buih yang dihasilkan juga sedikit (tinggi buihnya
rendah) dan begitu pula sebaliknya.Pada penelitian ini, waktu larut yang dimiliki oleh asam sitrat lebih
rendah dari asam tartrat dan asam malat (Gambar 1), sehingga buih yang dihasilkan juga akan sedikit.

Anda mungkin juga menyukai