Anda di halaman 1dari 16

Kegiatan

Belajar

7. PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH


7
A. Indikator
a. Peserta pelatihan dapat menjelasakan karakteristik PPn BM
b. Peserta pelatihan dapat menjelaskan jenis-jenis barang mewah dan tarif PPn BM
c. Peserta pelatihan dapat menjelaskan mekanisme pengenaan PPn BM

B. Uraian dan Contoh

a. Karakteristik PPn BM
Pajak penjualan barang mewah (PPn BM) adalah pajak yang dikenakan terhadap impor
dan penyerahan barang-barang tertentu yang masuk dalam ketegori barang mewah. Seperti
halnya PPN, PPn BM mempunyai karakteristik sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri,
merupakan tidak langsung dan pajak objektif. PPn BM sebagai pajak konsumsi dalam negeri
artinya PPn BM dikenakan atas impor dan penyerahan barang mewah yang dilakukan di dalam
negeri (dalam daerah pabean). Sebagai pajak tidak langsung artinya dalam transaksi dalam
negeri pemikul beban PPn BM adalah pembeli, tapi yang berkewajiban menyetor ke kas negara
adalah pihak penjual. Sedangkan PPn BM merupakan pajak objektif artinya PPn BM dikenakan
atas peristiwa hukum yang terutang PPn BM (objek PPn BM) tanpa harus memperhatikan
kondisi subjeknya.
Namun, ada beberapa karakteristik PPn BM yang membedakannya dengan PPN, yaitu :
a) PPn BM merupakan pungutan tambahan disamping PPN. Salah satu pertimbangan
pengeanaan PPn BM sebagai pungutan tambahan disamping PPN adalah karakteristik
PPN sebagai pajak objektif, dimana pengenaan PPN yang tidak memperhatikan kondisi
subjeknya menimbulkan dampak regresifitas.48 Sehingga untuk barang-barang yang
masuk dalam kategori barang mewah selain dikenakan PPN juga akan dikenakan PPn
BM. Dengan demikian pengenaan PPn BM tidak berdiri sendiri, semua barang yang
dikenakan PPn BM pasti dikenakan PPN. Mekanisme pemungutan dan pelaporannya
juga ikut dalam mekanisme PPN misalnya dalam penerbitan faktur pajak dan pelaporan
SPT.
b) PPn BM hanya dikenakan satu kali yaitu saat impor atau saat penyerahan di dalam
negeri (dalam daerah pabean) barang kena pajak yang tergolong mewah oleh pabrikan
yang menghasilkannya.

48 Yang dimaksud dengan regresifitas adalah semakin tinggi penghasilan seseorang maka beban pajak
yang dipikul akan terasa semakin ringan. Contohnya sebuah barang harga jualnya Rp10.000.000
dikenakan pajak 10% yaitu Rp1.000.000. Bagi orang yang penghasilannya Rp10.000.000 beban Pajak
IIni terasa lebih berat dibandingkan dengan orang yang penghasilannya Rp100.000.000. Artinya semakin
tinggi penghasilan seseorang beban pajak terasa lebih ringan

Halaman 71
c) PPn BM tidak dapat dikreditkan dengan PPN atau PPn BM.49 Namun, pengusaha kena
pajak yang mengekspor BKP yang tergolong mewah dapat meminta kembali PPn BM
yang telah dibayar pada waktu perolehan BKP yang tergolong mewah yang diekspor
tersebut.

b. Jenis barang mewah dan tarif PPn BM


Atas penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah oleh produsen atau atas
impor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah, di samping dikenai Pajak Pertambahan Nilai,
dikenai juga Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan pertimbangan bahwa:
a. perlu keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen yang berpenghasilan rendah
dan konsumen yang berpenghasilan tinggi;
b. perlu adanya pengendalian pola konsumsi atas Barang Kena Pajak yang tergolong
mewah;
c. perlu adanya perlindungan terhadap produsen kecil atau tradisional; dan
d. perlu untuk mengamankan penerimaan negara.
Undang Undang PPN memberikan kriteria suatu barang dimasukkan dalam kategori
Barang Kena Pajak yang tergolong mewah yaitu :
a. barang yang bukan merupakan barang kebutuhan pokok
b. barang yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu
c. barang yang pada umumnya dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi;
dan/atau
d. barang yang dikonsumsi untuk menunjukkan status.
Berdasarkan pasal 8 Undang Undang No.42 Tahun 2009 tarif PPn BM ditetapkan paling
rendah 10% dan paling tinggi 200%. Sedangkan untuk Ekspor Barang Kena Pajak yang
tergolong mewah dikenai pajak dengan tarif 0%. Ketentuan mengenai kelompok Barang Kena
Pajak yang tergolong mewah yang dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif
diatur dengan Peraturan Pemerintah. Sedangkan ketentuan mengenai jenis Barang yang
dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
Dalam pelaksanaannya Barang Kena Pajak yang tergolong mewah dikelompokkan menjadi
dua, yaitu :
a. Barang kena pajak yang tergolong mewah berupa kendaraan bermotor
b. Barang kena pajak yang tergolong mewah selain kendaraan bermotor. Daftar
jenis dan tarif Barang kena pajak yang tergolong mewah selain kendaraan
bermotor dapat dilihat di lampiran bahan ajar ini
Adapun kelompok dan tarif barang kena pajak yang tergolong mewah berupa kendaraan
bermotor adalah sebagai berikut :50
1. Kelompok Barang Kena Pajak yang tergolong mewah berupa kendaraan bermotor yang
dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 10% adalah:
a. kendaraan bemotor untuk pengangkutan 10 orang sampai dengan 15 orang
termasuk pengemudi, dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel
atau semi diesel) untuk semua kapasitas silinder; dan

49 Untung Sukardji. Pokok-Pokok Pajak Pertambahan Nilai Indonesia Edisi Revisi. 2011. Rajawali Pers
50 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2013 jo Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2014

Halaman 72
b. kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk
pengemudi selain sedan atau station wagon, dengan motor bakar cetus api atau
nyala kompresi (diesel atau semi diesel) dengan sistem 1 gardan penggerak 4x2,
dengan kapasitas isi silinder sampai dengan 1.500 cc.
2. Kelompok Barang Kena Pajak yang tergolong mewah berupa kendaraan bermotor yang
dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 20%, adalah:
a. kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk
pengemudi selain sedan atau station wagon, dengan motor bakar cetus api atau
nyala kompresi (diesel atau semi diesel), dengan sistem 1 gardan penggerak (4x2),
dengan kapasitas isi silinder lebih dari 1.500 cc sampai dengan 2.500 cc; dan
b. kendaraan bermotor dengan kabin ganda (double cabin) dalam bentuk kendaraan
bak terbuka atau bak tertutup, dengan penumpang lebih dari 3 orang termasuk
pengemudi, dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel atau semi
diesel), dengan sistem 1 gardan penggerak (4x2) atau dengan sistem 2 gardan
penggerak (4x4), untuk semua kapasitas isi silinder, dengan massa total tidak lebih
dari 5 (lima) ton
3. Kelompok Barang Kena Pajak yang tergolong mewah berupa kendaraan bermotor yang
dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 30% adalah
kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk pengemudi,
berupa kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk
pengemudi berupa:
a. kendaraan bermotor sedan atau station wagon dengan motor bakar cetus api
atau nyala kompresi (diesel atau semi diesel) dengan kapasitas isi silinder
sampai 1.500 cc; dan
b. kendaraan bermotor selain sedan atau station wagon dengan motor bakar
cetus api atau nyala kompresi (diesel atau semi diesel) dengan sistem 2
gardan penggerak (4x4), dengan kapasitas isi silinder sampai 1.500 cc.
4. Kelompok Barang Kena Pajak yang tergolong mewah berupa kendaraan bermotor yang
dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 40% adalah
kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk pengemudi,
berupa kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk
pengemudi, berupa:
a. kendaraan bermotor selain sedan atau station wagon dengan motor bakar cetus
api, dengan sistem 1 gardan penggerak (4x2) dengan kapasitas isi silinder lebih
dari 2.500 cc sampai dengan 3.000 cc;
b. kendaraan bermotor dengan motor bakar cetus api, berupa: 1. Sedan atau
station wagon; dan 2. selain sedan atau station wagon dengan sistem 2 gardan
penggerak (4x4), dengan kapasitas isi silinder lebih dari 1.500 cc sampai
dengan 3.000 cc; fan
c. kendaraan bermotor dengan motor bakar nyala kompresi (diesel atau semi
diesel), berupa:
1. sedan atau station wagon; dan
2. selain sedan atau station wagon dengan sistem 2 gardan penggerak (4x4)
dengan kapasitas isi silinder lebih dari 1.500 cc sampai dengan 2.500 cc.

Halaman 73
5. Kelompok Barang Kena Pajak yang tergolong mewah berupa kendaraan bermotor yang
dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 50% adalah semua
jenis kendaraan khusus yang dibuat untuk golf.
6. Kelompok Barang Kena Pajak yang tergolong mewah berupa kendaraan bermotor yang
dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 60%, adalah:
a. kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas isi silinder lebih dari 250 cc
sampai dengan 500 cc; dan
b. kendaraan khusus yang dibuat untuk perjalanan di atas salju, di pantai, di
gunung, dan kendaraan semacam itu.
7. Kelompok Barang Kena Pajak yang tergolong mewah berupa kendaraan bermotor yang
dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 125%, adalah:
a. kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk
pengemudi, dengan motor bakar cetus api, berupa:
1. sedan atau station wagon; dan
2. selain sedan atau station wagon dengan sistem 1 gardan penggerak (4x2)
atau dengan sistem 2 gardan penggerak (4x4), dengan kapasitas isi silinder
lebih dari 3.000 cc;
b. kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk
pengemudi,
dengan motor bakar nyala kompresi (diesel atau semi diesel) berupa:
1. sedan atau station wagon; dan
2. selain sedan atau station wagon dengan sistem 1 gardan penggerak (4x2)
atau dengan sistem 2 gardan penggerak (4x4),dengan kapasitas isi silinder
lebih dari 2.500 cc;
c. kendaraan bermotor beroda 2 dengan kapasitas isi silinder lebih dari 500 cc; dan
d. trailer, semi-trailer dari tipe caravan, untuk perumahan atau kemah.

Fasilitas untuk Mobil Murah


Pemerintah memberikan fasilitas untuk mobil murah (low cost and green car), dengan
memberikan pengurangan dasar pengenaan pajak. Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas
Barang Kena Pajak yang tergolong mewah yang termasuk dalam kelompok kendaraan
bermotor tarif 10%,20%,30%,40% dan 125% dihitung dengan Dasar Pengenaan Pajak sebesar:
d. 75% (tujuh puluh lima persen) dari Harga Jual untuk kendaraan bermotor yang
menggunakan teknologi advance diesel/petrol engine, dual petrol gas engine (converter kit
CNG/LGV), biofuel engine, hybrid engine, CNG/LGV dedicated engine, dengan konsumsi
bahan bakar minyak mulai dari 20 kilometer per liter sampai dengan 28 kilometer per liter
atau bahan bakar lain yang setara dengan itu;
e. 50% (lima puluh persen) dari Harga Jual untuk kendaraan bermotor yang menggunakan
teknologi advance diesel/petrol engine, biofuel engine, hybrid engine, CNG/LGV dedicated
engine, dengan konsumsi bahan bakar minyak lebih dari 28 kilometer per liter atau bahan
bakar lain yang setara dengan itu; dan
f. 0% (nol persen) dari Harga Jual untuk kendaraan bermotor yang termasuk program mobil
hemat energi dan harga terjangkau, selain sedan atau station wagon, dengan persyaratan
sebagai berikut:

Halaman 74
1. motor bakar cetus api dengan kapasitas isi silinder sampai dengan 1.200 cc dan
konsumsi bahan bakar minyak paling sedikit 20 kilometer per liter atau bahan bakar
lain yang setara dengan itu; atau
2. motor nyala kompresi (diesel atau semi diesel) dengan kapasitas isi silinder sampai
dengan 1.500 cc dan konsumsi bahan bakar minyak paling sedikit 20 kilometer per liter
atau bahan bakar lain yang setara dengan itu.

Pengecualian dan Fasilitas Pembebasan PPn BM


PPnBM tidak dikenakan atas impor atau penyerahan:51
a. Kendaraan CKD;
b. Kendaraan Sasis;
c. Kendaraan Pengangkutan Barang;
d. Kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas isi silinder sampai dengan 250 cc; dan
e. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan 16 (enam belas) orang atau lebih termasuk
pengemudi.
Pemerintah juga memberikan fasilitas pembebasan PPn BM untuk kendaraan tertentu.
Kendaraan bermotor yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
yaitu :
a. kendaraan bermotor yang digunakan untuk kendaraan ambulan, kendaraan jenazah,
kendaraan pemadam kebakaran, kendaraan tahanan, dan kendaraan angkutan umum;
b. kendaraan bermotor yang digunakan untuk tujuan protokoler kenegaraan;
c. kendaraan bermotor angkutan orang untuk 10 orang atau lebih termasuk pengemudi,
dengan motor bakar nyala kompresi (diesel atau semi diesel) dengan semua kapasitas isi
silinder sebagaimana dimaksud dalam yang digunakan untuk kendaraan dinas TNI atau
POLRI; dan
d. kendaraan bermotor yang digunakan untuk keperluan patroli TNI atau POLRI.
Apabila kendaraan bermotor yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah tersebut dalam jangka waktu 5 tahun sejak impor atau perolehannya ternyata
dipindahtangankan atau diubah peruntukannya sehingga tidak sesuai dengan tujuan semula,
Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang pada saat impor atau perolehannya
tersebut wajib dibayar kembali dalam jangka waktu 1 bulan sejak Barang Kena Pajak tersebut
dipindahtangankan atau diubah peruntukannya.
Apabila dalam jangka waktu 1 bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pajak
Penjualan atas Barang Mewah yang terutang tersebut tidak atau kurang dibayar, Direktur
Jenderal Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) ditambah sanksi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

c. Mekanisme Pengenaan PPn BM


PPn BM hanya dikenakan satu kali yaitu saat impor atau saat penyerahan di dalam
negeri (dalam daerah pabean) barang kena pajak yang tergolong mewah oleh pabrikan yang
menghasilkannya. Pengenaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas impor Barang Kena
Pajak yang tergolong mewah tidak memperhatikan siapa yang mengimpor Barang Kena Pajak
tersebut serta tidak memperhatikan apakah impor tersebut dilakukan secara terus menerus
51 PMK No. 64/PMK.011/2014

Halaman 75
atau hanya sekali saja. Selain itu, pengenaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah terhadap
suatu penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah tidak memperhatikan apakah
suatu bagian dari Barang Kena Pajak tersebut telah dikenai atau tidak dikenai Pajak Penjualan
atas Barang Mewah pada transaksi sebelumnya.
PPn BM terutang atas penyerahan barang kena pajak yang tergolong mewah oleh
pabrikan yang menghasilkannya. Yang termasuk dalam pengertian menghasilkan adalah
kegiatan:
a. merakit, yaitu menggabungkan bagian-bagian lepas dari suatu barang menjadi barang
setengah jadi atau barang jadi, seperti merakit mobil, barang elektronik, dan perabot
rumah tangga;
b. memasak, yaitu mengolah barang dengan cara memanaskan baik dicampur bahan lain
maupun tidak;
c. mencampur, yaitu mempersatukan dua atau lebih unsur (zat) untuk menghasilkan satu
atau lebih barang lain;
d. mengemas, yaitu menempatkan suatu barang ke dalam suatu benda untuk
melindunginya dari kerusakan dan/atau untuk meningkatkan pemasarannya; dan
e. membotolkan, yaitu memasukkan minuman atau benda cair ke dalam botol yang ditutup
menurut cara tertentu;
serta kegiatan lain yang dapat dipersamakan dengan kegiatan itu atau menyuruh orang
atau badan lain melakukan kegiatan tersebut.
Untuk memberikan gambaran pengenaan PPn BM atas transaksi impor dan penyerahan
oleh pabrikan dapat disimak ilustrasi berikut ini.

Mekanisme PPn BM Impor


PT IMPORTIR melakukan impor barang dengan nilai impor Rp100.000.000. Oleh PT
IMPORTIR barang tersebut dijual ke PT DISTRIBUTOR dengan harga jual Rp150.000.000.
Oleh PT DISTRIBUTOR tersebut dijual ke konsumen akhir dengan harga jual Rp200.000.
Barang tersebut termasuk kelompok barang kena pajak yang tergolong mewah dikenakan PPn
BM tarif 20%.

Gambar 4. Mekanisme PPn BM Impor

Halaman 76
Dalam kasus diatas PPn BM hanya dipungut satu kali saja yaitu pada saat impor oleh PT
IMPORTIR. PPn BM yang dibayar oleh PT IMPORTIR saat impor tidak dapat dikreditkan,
sehingga menjadi biaya (beban) bagi PT IMPORTIR. Atas penyerahan berikutnya oleh PT
IMPORTIR ke PT DISTRIBUTOR dan dari PT DISTRIBUTOR ke KONSUMEN tidak lagi
dikenakan PPn BM. Sedangkan untuk PPN, dipungut disemua rantai distribusi, mulai saat impor
oleh PT IMPORTIR, penyerahan dari PT IMPORTIR ke PT DISTRIBUTOR dan dari PT
DISTRIBUTOR ke KONSUMEN
Pajak-pajak yang harus disetor ke kas negara oleh PT IMPORTIR terdiri dari PPN dan PPn BM
dengan penghitungan sebagai berikut:
Pajak keluaran 15.000.000
Pajak masukan (10.000.000)
PPN Kurang Bayar 5.000.000
PPn BM 20.000.000
Pajak yang harus disetor ke kas negara oleh PT DISTRIBUTOR hanya dari PPN saja dengan
penghitungan sebagai berikut:
Pajak keluaran 20.000.000
Pajak masukan (15.000.000)
PPN Kurang Bayar 5.000.000

Mekanisme PPn BM Penyerahan oleh Pabrikan


PT PABRIKAN menghasilkan barang yang termasuk dalak dalam kategori barang
mewah. Oleh PT PABRIKAN barang tersebut dijual ke PT DISTRIBUTOR dengan harga jual
Rp100.000.000. Oleh PT DISTRIBUTOR barang tersebut dijual ke PT PENGECER dengan
harga jual Rp150.000.000. Oleh PT PENGECER barang tersebut dijual ke konsumen akhir
dengan harga jual Rp200.000. Barang tersebut termasuk kelompok barang kena pajak yang
tergolong mewah dikenakan PPn BM tarif 20%.

Gambar 5. Mekanisme PPn BM Penyerahan Pabrikan

Dalam kasus diatas PPn BM hanya dipungut satu kali saja yaitu pada saat penyerahan dari PT
PABRIKAN ke PT DISTRIBUTOR. PPn BM yang dibayar oleh PT DISTRIBUTOR tidak dapat
dikreditkan, sehingga menjadi biaya (beban) bagi PT DISTRIBUTOR. Atas penyerahan
berikutnya oleh PT DISTRIBUTOR ke PT PENGECER dan dari PT PENGECER ke

Halaman 77
KONSUMEN tidak lagi dikenakan PPn BM. Sedangkan untuk PPN, dipungut disemua rantai
distribusi, mulai penyerahan PT PABRIKAN ke PT DISTRIBUTOR, penyerahan dari PT
DISTRIBUTOR ke PT PENGECER dan dari PT PENGECER ke KONSUMEN
Pajak-pajak yang harus disetor ke kas negara oleh PT PABRIKAN terdiri dari PPN dan PPn BM
dengan penghitungan sebagai berikut:
Pajak keluaran 10.000.000
Pajak masukan -
PPN Kurang Bayar 10.000.000
PPn BM 20.000.000
Pajak yang harus disetor ke kas negara oleh PT DISTRIBUTOR hanya dari PPN saja dengan
penghitungan sebagai berikut:
Pajak keluaran 15.000.000
Pajak masukan (10.000.000)
PPN Kurang Bayar 5.000.000
Pajak yang harus disetor ke kas negara oleh PT PENGECER hanya dari PPN saja dengan
penghitungan sebagai berikut:
Pajak keluaran 20.000.000
Pajak masukan (15.000.000)
PPN Kurang Bayar 5.000.000

C. Rangkuman
Pajak penjualan barang mewah (PPn BM) adalah pajak yang dikenakan terhadap impor dan
penyerahan barang-barang tertentu yang masuk dalam ketegori barang mewah. PPn BM
mempunyai karakteristik yang membedakannya dengan pajak yang lain, yaitu :
a) PPn BM merupakan pungutan tambahan disamping PPN.
b) PPn BM hanya dikenakan satu kali yaitu saat impor atau saat penyerahan di dalam
negeri (dalam daerah pabean) barang kena pajak yang tergolong mewah oleh pabrikan
yang menghasilkannya.
c) PPn BM tidak dapat dikreditkan dengan PPN atau PPn BM.
Latar belakang pengenaan PPn BM adalah:
a. perlu keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen yang berpenghasilan rendah
dan konsumen yang berpenghasilan tinggi;
b. perlu adanya pengendalian pola konsumsi atas Barang Kena Pajak yang tergolong
mewah;
c. perlu adanya perlindungan terhadap produsen kecil atau tradisional; dan
d. perlu untuk mengamankan penerimaan negara.
Undang Undang PPN memberikan kriteria suatu barang dimasukkan dalam kategori
Kriteria Barang Kena Pajak yang tergolong mewah yaitu :
a. barang yang bukan merupakan barang kebutuhan pokok;
b. barang yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu;
c. barang yang pada umumnya dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi;
dan/atau
d. barang yang dikonsumsi untuk menunjukkan status.

Halaman 78
PAJAK PENJUALAN BARANG
MEWAH
Karakteristik PPn BM
• Pungutan tambahan selain PPN
– Untuk mengatasi PPN yang besifat regresif
• Dikenakan satu kali
– Pada saat impor
– Pada saat penyerahan oleh pabrikan
• PPn BM tidak dapat dikreditkan
Pertimbangan Pengenaan PPn BM
• perlu keseimbangan pembebanan pajak
antara konsumen yang berpenghasilan rendah
dan konsumen yang berpenghasilan tinggi;
• perlu adanya pengendalian pola konsumsi
atas Barang Kena Pajak yang tergolong
mewah;
• perlu adanya perlindungan terhadap
produsen kecil atau tradisional; dan
• perlu untuk mengamankan penerimaan
negara.
Barang Mewah
• barang yang bukan merupakan barang
kebutuhan pokok;
• barang yang dikonsumsi oleh masyarakat
tertentu;
• barang yang pada umumnya dikonsumsi oleh
masyarakat berpenghasilan tinggi; dan/atau
• barang yang dikonsumsi untuk menunjukkan
status.
Tarif PPn BM
Pengelompokan Barang Mewah

• Kendaraan Bermotor
– Tarif 10%,20%,30%,40%,50%,60% dan 125%

• Selain Kendaraan Bermotor


– Tarif 20%,40%,50%, dan 75%
Tidak Dikenakan PPn BM

PPnBM tidak dikenakan atas impor atau penyerahan:


1. Kendaraan CKD;
2. Kendaraan Sasis;
3. Kendaraan Pengangkutan Barang;
4. Kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas
isi silinder sampai dengan 250 cc; dan
5. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan 16 orang
atau lebih termasuk pengemudi.
Kendaraan Bermotor
dibebaskan PPn BM
a. kendaraan bermotor yang digunakan untuk kendaraan
ambulan, kendaraan jenazah, kendaraan pemadam
kebakaran, kendaraan tahanan, dan kendaraan angkutan
umum;
b. kendaraan bermotor yang digunakan untuk tujuan protokoler
kenegaraan;
c. kendaraan bermotor angkutan orang untuk 10 orang atau
lebih termasuk pengemudi, dengan motor bakar nyala
kompresi (diesel atau semi diesel) dengan semua kapasitas isi
silinder yang digunakan untuk kendaraan dinas TNI atau
POLRI; dan
d. kendaraan bermotor yang digunakan untuk keperluan patroli
TNI atau POLRI.

Anda mungkin juga menyukai