Belajar
a. Karakteristik PPn BM
Pajak penjualan barang mewah (PPn BM) adalah pajak yang dikenakan terhadap impor
dan penyerahan barang-barang tertentu yang masuk dalam ketegori barang mewah. Seperti
halnya PPN, PPn BM mempunyai karakteristik sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri,
merupakan tidak langsung dan pajak objektif. PPn BM sebagai pajak konsumsi dalam negeri
artinya PPn BM dikenakan atas impor dan penyerahan barang mewah yang dilakukan di dalam
negeri (dalam daerah pabean). Sebagai pajak tidak langsung artinya dalam transaksi dalam
negeri pemikul beban PPn BM adalah pembeli, tapi yang berkewajiban menyetor ke kas negara
adalah pihak penjual. Sedangkan PPn BM merupakan pajak objektif artinya PPn BM dikenakan
atas peristiwa hukum yang terutang PPn BM (objek PPn BM) tanpa harus memperhatikan
kondisi subjeknya.
Namun, ada beberapa karakteristik PPn BM yang membedakannya dengan PPN, yaitu :
a) PPn BM merupakan pungutan tambahan disamping PPN. Salah satu pertimbangan
pengeanaan PPn BM sebagai pungutan tambahan disamping PPN adalah karakteristik
PPN sebagai pajak objektif, dimana pengenaan PPN yang tidak memperhatikan kondisi
subjeknya menimbulkan dampak regresifitas.48 Sehingga untuk barang-barang yang
masuk dalam kategori barang mewah selain dikenakan PPN juga akan dikenakan PPn
BM. Dengan demikian pengenaan PPn BM tidak berdiri sendiri, semua barang yang
dikenakan PPn BM pasti dikenakan PPN. Mekanisme pemungutan dan pelaporannya
juga ikut dalam mekanisme PPN misalnya dalam penerbitan faktur pajak dan pelaporan
SPT.
b) PPn BM hanya dikenakan satu kali yaitu saat impor atau saat penyerahan di dalam
negeri (dalam daerah pabean) barang kena pajak yang tergolong mewah oleh pabrikan
yang menghasilkannya.
48 Yang dimaksud dengan regresifitas adalah semakin tinggi penghasilan seseorang maka beban pajak
yang dipikul akan terasa semakin ringan. Contohnya sebuah barang harga jualnya Rp10.000.000
dikenakan pajak 10% yaitu Rp1.000.000. Bagi orang yang penghasilannya Rp10.000.000 beban Pajak
IIni terasa lebih berat dibandingkan dengan orang yang penghasilannya Rp100.000.000. Artinya semakin
tinggi penghasilan seseorang beban pajak terasa lebih ringan
Halaman 71
c) PPn BM tidak dapat dikreditkan dengan PPN atau PPn BM.49 Namun, pengusaha kena
pajak yang mengekspor BKP yang tergolong mewah dapat meminta kembali PPn BM
yang telah dibayar pada waktu perolehan BKP yang tergolong mewah yang diekspor
tersebut.
49 Untung Sukardji. Pokok-Pokok Pajak Pertambahan Nilai Indonesia Edisi Revisi. 2011. Rajawali Pers
50 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2013 jo Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2014
Halaman 72
b. kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk
pengemudi selain sedan atau station wagon, dengan motor bakar cetus api atau
nyala kompresi (diesel atau semi diesel) dengan sistem 1 gardan penggerak 4x2,
dengan kapasitas isi silinder sampai dengan 1.500 cc.
2. Kelompok Barang Kena Pajak yang tergolong mewah berupa kendaraan bermotor yang
dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 20%, adalah:
a. kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk
pengemudi selain sedan atau station wagon, dengan motor bakar cetus api atau
nyala kompresi (diesel atau semi diesel), dengan sistem 1 gardan penggerak (4x2),
dengan kapasitas isi silinder lebih dari 1.500 cc sampai dengan 2.500 cc; dan
b. kendaraan bermotor dengan kabin ganda (double cabin) dalam bentuk kendaraan
bak terbuka atau bak tertutup, dengan penumpang lebih dari 3 orang termasuk
pengemudi, dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel atau semi
diesel), dengan sistem 1 gardan penggerak (4x2) atau dengan sistem 2 gardan
penggerak (4x4), untuk semua kapasitas isi silinder, dengan massa total tidak lebih
dari 5 (lima) ton
3. Kelompok Barang Kena Pajak yang tergolong mewah berupa kendaraan bermotor yang
dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 30% adalah
kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk pengemudi,
berupa kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk
pengemudi berupa:
a. kendaraan bermotor sedan atau station wagon dengan motor bakar cetus api
atau nyala kompresi (diesel atau semi diesel) dengan kapasitas isi silinder
sampai 1.500 cc; dan
b. kendaraan bermotor selain sedan atau station wagon dengan motor bakar
cetus api atau nyala kompresi (diesel atau semi diesel) dengan sistem 2
gardan penggerak (4x4), dengan kapasitas isi silinder sampai 1.500 cc.
4. Kelompok Barang Kena Pajak yang tergolong mewah berupa kendaraan bermotor yang
dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 40% adalah
kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk pengemudi,
berupa kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk
pengemudi, berupa:
a. kendaraan bermotor selain sedan atau station wagon dengan motor bakar cetus
api, dengan sistem 1 gardan penggerak (4x2) dengan kapasitas isi silinder lebih
dari 2.500 cc sampai dengan 3.000 cc;
b. kendaraan bermotor dengan motor bakar cetus api, berupa: 1. Sedan atau
station wagon; dan 2. selain sedan atau station wagon dengan sistem 2 gardan
penggerak (4x4), dengan kapasitas isi silinder lebih dari 1.500 cc sampai
dengan 3.000 cc; fan
c. kendaraan bermotor dengan motor bakar nyala kompresi (diesel atau semi
diesel), berupa:
1. sedan atau station wagon; dan
2. selain sedan atau station wagon dengan sistem 2 gardan penggerak (4x4)
dengan kapasitas isi silinder lebih dari 1.500 cc sampai dengan 2.500 cc.
Halaman 73
5. Kelompok Barang Kena Pajak yang tergolong mewah berupa kendaraan bermotor yang
dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 50% adalah semua
jenis kendaraan khusus yang dibuat untuk golf.
6. Kelompok Barang Kena Pajak yang tergolong mewah berupa kendaraan bermotor yang
dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 60%, adalah:
a. kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas isi silinder lebih dari 250 cc
sampai dengan 500 cc; dan
b. kendaraan khusus yang dibuat untuk perjalanan di atas salju, di pantai, di
gunung, dan kendaraan semacam itu.
7. Kelompok Barang Kena Pajak yang tergolong mewah berupa kendaraan bermotor yang
dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 125%, adalah:
a. kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk
pengemudi, dengan motor bakar cetus api, berupa:
1. sedan atau station wagon; dan
2. selain sedan atau station wagon dengan sistem 1 gardan penggerak (4x2)
atau dengan sistem 2 gardan penggerak (4x4), dengan kapasitas isi silinder
lebih dari 3.000 cc;
b. kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk
pengemudi,
dengan motor bakar nyala kompresi (diesel atau semi diesel) berupa:
1. sedan atau station wagon; dan
2. selain sedan atau station wagon dengan sistem 1 gardan penggerak (4x2)
atau dengan sistem 2 gardan penggerak (4x4),dengan kapasitas isi silinder
lebih dari 2.500 cc;
c. kendaraan bermotor beroda 2 dengan kapasitas isi silinder lebih dari 500 cc; dan
d. trailer, semi-trailer dari tipe caravan, untuk perumahan atau kemah.
Halaman 74
1. motor bakar cetus api dengan kapasitas isi silinder sampai dengan 1.200 cc dan
konsumsi bahan bakar minyak paling sedikit 20 kilometer per liter atau bahan bakar
lain yang setara dengan itu; atau
2. motor nyala kompresi (diesel atau semi diesel) dengan kapasitas isi silinder sampai
dengan 1.500 cc dan konsumsi bahan bakar minyak paling sedikit 20 kilometer per liter
atau bahan bakar lain yang setara dengan itu.
Halaman 75
atau hanya sekali saja. Selain itu, pengenaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah terhadap
suatu penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah tidak memperhatikan apakah
suatu bagian dari Barang Kena Pajak tersebut telah dikenai atau tidak dikenai Pajak Penjualan
atas Barang Mewah pada transaksi sebelumnya.
PPn BM terutang atas penyerahan barang kena pajak yang tergolong mewah oleh
pabrikan yang menghasilkannya. Yang termasuk dalam pengertian menghasilkan adalah
kegiatan:
a. merakit, yaitu menggabungkan bagian-bagian lepas dari suatu barang menjadi barang
setengah jadi atau barang jadi, seperti merakit mobil, barang elektronik, dan perabot
rumah tangga;
b. memasak, yaitu mengolah barang dengan cara memanaskan baik dicampur bahan lain
maupun tidak;
c. mencampur, yaitu mempersatukan dua atau lebih unsur (zat) untuk menghasilkan satu
atau lebih barang lain;
d. mengemas, yaitu menempatkan suatu barang ke dalam suatu benda untuk
melindunginya dari kerusakan dan/atau untuk meningkatkan pemasarannya; dan
e. membotolkan, yaitu memasukkan minuman atau benda cair ke dalam botol yang ditutup
menurut cara tertentu;
serta kegiatan lain yang dapat dipersamakan dengan kegiatan itu atau menyuruh orang
atau badan lain melakukan kegiatan tersebut.
Untuk memberikan gambaran pengenaan PPn BM atas transaksi impor dan penyerahan
oleh pabrikan dapat disimak ilustrasi berikut ini.
Halaman 76
Dalam kasus diatas PPn BM hanya dipungut satu kali saja yaitu pada saat impor oleh PT
IMPORTIR. PPn BM yang dibayar oleh PT IMPORTIR saat impor tidak dapat dikreditkan,
sehingga menjadi biaya (beban) bagi PT IMPORTIR. Atas penyerahan berikutnya oleh PT
IMPORTIR ke PT DISTRIBUTOR dan dari PT DISTRIBUTOR ke KONSUMEN tidak lagi
dikenakan PPn BM. Sedangkan untuk PPN, dipungut disemua rantai distribusi, mulai saat impor
oleh PT IMPORTIR, penyerahan dari PT IMPORTIR ke PT DISTRIBUTOR dan dari PT
DISTRIBUTOR ke KONSUMEN
Pajak-pajak yang harus disetor ke kas negara oleh PT IMPORTIR terdiri dari PPN dan PPn BM
dengan penghitungan sebagai berikut:
Pajak keluaran 15.000.000
Pajak masukan (10.000.000)
PPN Kurang Bayar 5.000.000
PPn BM 20.000.000
Pajak yang harus disetor ke kas negara oleh PT DISTRIBUTOR hanya dari PPN saja dengan
penghitungan sebagai berikut:
Pajak keluaran 20.000.000
Pajak masukan (15.000.000)
PPN Kurang Bayar 5.000.000
Dalam kasus diatas PPn BM hanya dipungut satu kali saja yaitu pada saat penyerahan dari PT
PABRIKAN ke PT DISTRIBUTOR. PPn BM yang dibayar oleh PT DISTRIBUTOR tidak dapat
dikreditkan, sehingga menjadi biaya (beban) bagi PT DISTRIBUTOR. Atas penyerahan
berikutnya oleh PT DISTRIBUTOR ke PT PENGECER dan dari PT PENGECER ke
Halaman 77
KONSUMEN tidak lagi dikenakan PPn BM. Sedangkan untuk PPN, dipungut disemua rantai
distribusi, mulai penyerahan PT PABRIKAN ke PT DISTRIBUTOR, penyerahan dari PT
DISTRIBUTOR ke PT PENGECER dan dari PT PENGECER ke KONSUMEN
Pajak-pajak yang harus disetor ke kas negara oleh PT PABRIKAN terdiri dari PPN dan PPn BM
dengan penghitungan sebagai berikut:
Pajak keluaran 10.000.000
Pajak masukan -
PPN Kurang Bayar 10.000.000
PPn BM 20.000.000
Pajak yang harus disetor ke kas negara oleh PT DISTRIBUTOR hanya dari PPN saja dengan
penghitungan sebagai berikut:
Pajak keluaran 15.000.000
Pajak masukan (10.000.000)
PPN Kurang Bayar 5.000.000
Pajak yang harus disetor ke kas negara oleh PT PENGECER hanya dari PPN saja dengan
penghitungan sebagai berikut:
Pajak keluaran 20.000.000
Pajak masukan (15.000.000)
PPN Kurang Bayar 5.000.000
C. Rangkuman
Pajak penjualan barang mewah (PPn BM) adalah pajak yang dikenakan terhadap impor dan
penyerahan barang-barang tertentu yang masuk dalam ketegori barang mewah. PPn BM
mempunyai karakteristik yang membedakannya dengan pajak yang lain, yaitu :
a) PPn BM merupakan pungutan tambahan disamping PPN.
b) PPn BM hanya dikenakan satu kali yaitu saat impor atau saat penyerahan di dalam
negeri (dalam daerah pabean) barang kena pajak yang tergolong mewah oleh pabrikan
yang menghasilkannya.
c) PPn BM tidak dapat dikreditkan dengan PPN atau PPn BM.
Latar belakang pengenaan PPn BM adalah:
a. perlu keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen yang berpenghasilan rendah
dan konsumen yang berpenghasilan tinggi;
b. perlu adanya pengendalian pola konsumsi atas Barang Kena Pajak yang tergolong
mewah;
c. perlu adanya perlindungan terhadap produsen kecil atau tradisional; dan
d. perlu untuk mengamankan penerimaan negara.
Undang Undang PPN memberikan kriteria suatu barang dimasukkan dalam kategori
Kriteria Barang Kena Pajak yang tergolong mewah yaitu :
a. barang yang bukan merupakan barang kebutuhan pokok;
b. barang yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu;
c. barang yang pada umumnya dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi;
dan/atau
d. barang yang dikonsumsi untuk menunjukkan status.
Halaman 78
PAJAK PENJUALAN BARANG
MEWAH
Karakteristik PPn BM
• Pungutan tambahan selain PPN
– Untuk mengatasi PPN yang besifat regresif
• Dikenakan satu kali
– Pada saat impor
– Pada saat penyerahan oleh pabrikan
• PPn BM tidak dapat dikreditkan
Pertimbangan Pengenaan PPn BM
• perlu keseimbangan pembebanan pajak
antara konsumen yang berpenghasilan rendah
dan konsumen yang berpenghasilan tinggi;
• perlu adanya pengendalian pola konsumsi
atas Barang Kena Pajak yang tergolong
mewah;
• perlu adanya perlindungan terhadap
produsen kecil atau tradisional; dan
• perlu untuk mengamankan penerimaan
negara.
Barang Mewah
• barang yang bukan merupakan barang
kebutuhan pokok;
• barang yang dikonsumsi oleh masyarakat
tertentu;
• barang yang pada umumnya dikonsumsi oleh
masyarakat berpenghasilan tinggi; dan/atau
• barang yang dikonsumsi untuk menunjukkan
status.
Tarif PPn BM
Pengelompokan Barang Mewah
• Kendaraan Bermotor
– Tarif 10%,20%,30%,40%,50%,60% dan 125%