Anda di halaman 1dari 13

PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (PPnBM)

PPnBM dikenakan atas penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah yang dilakukan oleh
produsen atau atas impor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah. Pengenaan PPnBM termasuk
dalam fungsi mengatur. Pengenaan pajak ini dilakukan untuk:

1. Menyeimbangkan pembebanan pajak antara konsumen yang berpenghasilan rendah dan


konsumen yang berpenghasilan tinggi: perlu adanya pengendalian pola konsumsi atas Barang
Kena Pajak yang tergolong mewah:
2. Melindungi produsen kecil atau tradisional
3. Mengamankan penerimaan negara.

A. Subjek Pajak

Subjek PPnBM adalah:

1. Pengusaha Kena Pajak produsen yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak yang
Tergolong Mewah.
Kegiatan menghasilkan BKP yang tergolong mewah bagi PKP produsen adalah:
a. Merakit, yaitu menggabungkan bagian-bagian lepas dari suatu barang menjadi barang
setengah jadi atau barang jadi, seperti merakit mobil, barang elektronik, dan perabot
rumah tangga;
b. Memasak, yaitu mengolah barang dengan cara memanaskan baik dicampur bahan
lain maupun tidak;
c. Mencampur, yaitu mempersatukan dua atau lebih unsur (zat) untuk menghasilkan
satu atau lebih barang lain;
d. Mengemas, yaitu menempatkan suatu barang ke dalam suatu benda untuk dari
kerusakan dan/atau untuk meningkatkan pemasarannya;
e. Membotolkan, yaitu memasukkan minuman atau benda cair ke dalam botol yang
ditutup menurut cara tertentu;
f. Kegiatan lain yang dapat dipersamakan dengan kegiatan itu atau menyuruh orang lain
untuk melakukan kegiatan tersebut.
2. Orang pribadi atau badan yang melakukan impor Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah

Pengenaan PPnBM terhadap impor BKP yang Tergolong Mewah tidak memandang siapa yang
mengimpor BKP tersebut dan apakah impor tersebut dilakukan secara terus-menerus atau
hanya sekali saja.

B. Objek Pajak

Pajak Penjualan atas Barang Mewah dikenakan atas:

1. Penyerahan Barang Kena Pajak yang Barang Kena Pajak yang tergolong mewah yang dilakukan
oleh pengusaha yang menghasilkan barang tersebut di dalam Daerah Pabean dalam kegiatan
usaha atau pekerjaannya
2. Impor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah.

Barang Kena Pajak yang tergolong mewah merupakan:

1. Barang yang bukan merupakan barang kebutuhan pokok


2. Barang yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu;
3. Barang yang pada umumnya dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi; dan/atau
4. Barang yang dikonsumsi untuk menunjukkan status.

Pengenaan PPnBM terhadap suatu penyerahan BKP yang Tergolong Mewah tidak memandang
apakah bagian dari BKP tersebut sudah dikenakan PPnBM pada transaksi sebelumnya atau belum
dikenakan.

Contoh 1

PKP Perdana memproduksi Barang Kena Pajak yang tergolong mewah diberi nama produk X.
Dalam pembuatan produk X digunakan salah satu komponen QQ. Komponen QQ merupakan
Barang Kena Pajak yang tergolong mewah. Atas pembelian komponen QQ, PKP Perdana
membayar PPnBM sebesar Rp10.000.000. Pada saat melakukan penyerahan produk X, PKP
Perdana terutang PPnBM sebesar Rp25.000.000. PPnBM yang dibayar pada saat pembelian
komponen QQ sebesar Rp10.000.000 tidak dapat dikreditkan dari PPnBM yang terutang. Jadi, PKP
Perdana harus membayar (terutang) PPnBM sebesar Rp25.000.000.

PPnBM hanya dikenakan sekali pada sat pabrikan atau produsen melakukan penyerahan
Barang Kena Pajak yang tergolong mewah atau pada saat impor Barang Kena Pajak yang tergolong
mewah. Penyerahan pada tingkat berikutnya (misalnya dari agen/pedagang ke konsumen akhir)
tidak dikenakan PPnBM. PPnBM tidak mengenal kredit pajak masukan.

Contoh 2

PKP Ananda merupakan usaha dagang. Pada Januari 2015, PKP Ananda membeli BKP yang
tergolong mewah (tarif PPnBM 20%) dari produsen PKP Hakim senilai Rp80.000.000. Atas
perolehan/pembelian tersebut dibayar PPN Rp8.000.000 dan PPnBM Rp16.000.000. Pada bulan
yang sama, dilakukan penyerahan BKP tersebut senilai Rp100.000.000. Atas penyerahan BKP
tersebut terutang PPN Rp10.000.000 dan tidak terutang PPnBM

C. Tarif PPnBM

Tarif PPnBM dibedakan menjadi:

1. Tarif PPnBM atas penyerahan Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah di dalam Daerah
Pabean.

Tarif yang berlaku adalah tarif terendah sebesar 10% (sepuluh persen) dan tarif tertinggi
sebesar 200% (dua ratus persen). Perbedaan tarif tersebut didasarkan pada pengelompokan
BKP yang Tergolong Mewah yang atas penyerahannya dikenakan juga PPnBM.
Pengelompokan barang-barang yang terkena PPnBM terutama didasarkan pada tingkat
kemampuan golongan masyarakat yang menggunakan barang-barang tersebut, di samping
didasarkan pula pada nilai gunanya bagi masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut, tarif
yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang yang hanya dikonsumsi oleh masyarakat yang
berpenghasilan tinggi dan barang-barang yang konsumsinya perlu dibatasi. Barang-barang
yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat pada umumnya dikenakan PPnBM dengan tarif yang
lebih rendah. Ketentuan tarif PPnBM lebih lanjut diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 130/PMK.11/2013

2. Tarif PPnBM atas penyerahan Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah ke luar Daerah
Pabean (ekspor)

Tarif yang berlaku adalah 0% (nol persen). PPnBM adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi
BKP yang Tergolong Mewah di dalam Daerah Pabean. Oleh karena itu, BKP yang Tergolong
Mewah yang diekspor atau dikonsumsi di luar Daerah Pabean dikenakan PPnBM dengan tarif
0% (nol persen).

Pengenaan PPnBM terhadap BKP yang Tergolong Mewah juga dibedakan menjadi BKP yang
Tergolong Mewah Kendaraan Bermotor dan BKP yang Tergolong Mewah selain Kendaraan
Bermotor. Kelompok BKP yang Tergolong Mewah yang dikenakan PPnBM selain Kendaraan
Bermotor berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK. 11/2013 sebagai berikut

1. Daftar jenis Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor yang
dikenai pajak penjualan atas barang mewah dengan tarif sebesar 10% (sepuluh persen)
a. Kelompok alat rumah tangga, pesawat pendingin, pesawat pemanas, dan pesawat
penerima siaran televisi.
1) Lemari pendingin
 Kombinasi lemari pendingin-pembeku, dengan pintu luar terpisah dari tipe rumah
tangga dengan kapasitas di atas 180 liter dengan nilai impor atau harga jual di atas
Rp10.000.000 (sepuluh juta rupiah) sampai dengan Rp15.000.000 (lima belas juta
rupiah) per unit.
 Lemari pendingin, tipe rumah tangga dengan kapasitas di atas 180 liter dengan
nilai impor atau harga jual di atas Rp10.000.000 (sepuluh juta rupiah) sampai
dengan Rp15,000.000 (lima belas juta rupiah)per unit.

2) Pemanas air instan atau pemanas air dengan tempat penyimpanan, bukan listrik,
untuk keperluan rumah tangga dengan nilai impor atau harga jual atas Rp5000.000
(lima juta rupiah) per unit
3) Mesin cuci dari jenis yang dipakai untuk rumah tangga, termasuk mesin yang dapat
digunakan untuk mencuci dan mengeringkan pakaian, kain atau sejenisnya,
dioperasikan secara elektrik yang mempunyai kapasitas linen Kering lebih dari 10 Kg
dengan nilai impor atau harga jual di atas Rp5.00000 (lima juta rupiah) per unit.
4) Pemanas air instan atau pemanas air dengan tempat penyimpanan, selain pemanas
celup, listrik, aparatus pemanas ruangan dan aparatus pemanas tanah listrik dari jenis
yang digunakan untuk keperluan rumah tangga dengan nila impor atau harga jual di
atas Rp5.000.000 (lima juta rupiah) per unit.
5) Monitor dan pesawat televisi berwarna, dengan nilai impor, atau harga jual di atas
Rp10.000.000 (sepuluh juta rupiah) sampai dengan Rp15.000.000 (lima belas juta
rupiah) per unit
 Monitor berwarna berukuran di atas 17 inch sampai dengan 43 inch.
 Pesawat televisi berwarna berukuran di atas 40 inch
b. Kelompok peralatan dan perlengkapan olahraga Perlengkapan memancing dengan
nilai impor atau harga jual Rp2.500.000 (dua juta lima ratus ribu rupiah) atau lebih per
unit:
 Joran
 Penggulung tali pancing
c. kelompok mesin pengatur suhu udara.
Mesin pengatur suhu udara dari tipe jendela atau dinding, dengan kapasitas
pendingin di atas 1 PK (0,746 kW) sampai dengan 2 PK (1,492 kW) dengan nilai impor
atau harga jual di atas Rp8.000.000 (delapan juta rupiah) per unit.
d. Kelompok alat perekam atau reproduksi gambar, pesawat penerima siaran radio.
1) Aparatus perekam atau pereproduksi video, digabung dengan video tuner
maupun tidak, selain yang digunakan khusus dalam sinematografi atau penyiaran
televisi, dengan nilai impor atau harga jual di atas Rp5.000.00 (lima juta rupiah)
per unit.
2) Aparatus penerima untuk penyiaran radio, dikombinasi maupun tidak, dalam
rumah yang sama, dengan aparatus perekam atau pereproduksi suara atau
penunjuk waktu, selain radio-cassette player ukuran saku dan aparatus penerima
yang dapat merencanakan, mengatur dan memonitor spektrum elektromagnetik,
dengan nilai impor atau harga jual di atas Rp5.000.000 (lima juta rupiah) per unit.
e. Kelompok alat fotografi, alat sinematografi, dan perlengkapannya.
1) Kamera perekam video selain dari jenis yang dipergunakan dalam penyiaran, dan
kamera digital tidak termasuk kamera web dan kamera televisi, dengan nilai
impor atau harga jual di atas Rp10.000.000 (sepuluh juta rupiah) per unit.
2) Kamera fotograf (selain kamera sinematografi), tidak termasuk kamera dari jenis
yang digunakan untuk menyiapkan pelat atau silinder cetak, kamera yang
dirancang secara khusus untuk penggunaan di bawah air, untuk penelitian dari
udara atau untuk pemeriksaan medis atau bedah organ bagian dalam tubuh dan
kamera pembanding untuk keperluan forensik atau kriminologi, dengan nilai
impor atau harga jual di atas Rp10.000.000 (sepuluh juta rupiah) per unit:
 Kamera cetak instan.
 Kamera lainnya.
2. Daftar jenis Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor yang
dikenai pajak penjualan atas barang mewah dengan tarif sebesar 20% (dua puluh persen)
a. Kelompok alat rumah tangga, pesawat pendingin, pesawat pemanas, selain yang
tercantum angka 1 (kelompok tarif 10%).
1) Tungku, kompor, tungku terbuka, alat masak (termasuk tungku dengan ketel
tambahan untuk pemanasan sentral), panggangan besar, anglo, gelang gas, piring
pemanas, dan peralatan rumah tangga tanpa listrik semacam itu, dari besi atau
baja, dengan nilai impor atau harga jual di atas Rp5.000.000 (lima juta rupiah) per
unit.
 Peralatan masak dan piring pemanas selain dengan bahan bakar cair.
 Peralatan lainnya selain dengan bahan bakar cair.
2) Lemari pendingin
 Kombinasi lemari pendingin-pembeku, dilengkapi dengan pintu luar terpisah,
dari tipe rumah tangga dengan kapasitas melebihi 180 liter dengan nilai impor
atau harga jual di atas Rp15.000.000 (lima belas juta rupiah) per unit.
 Lemari pendingin tipe rumah tangga dengan kapasitas melebihi 180 liter
dengan nilai impor atau harga jual di atas Rp15.000.000 (lima belas juta
rupiah) per unit.
b. Kelompok hunian mewah seperti rumah mewah, apartemen, kondominium,
townhouse, dan sejenisnya.
1. Rumah dan townhouse dari jenis nonstrata-title dengan luas bangunan 350 m2
atau lebih.
2. Apartemen, Kondiminium, townhouse dari jenis strata title, dan sejenisnya
dengan luas bangunan 150 m2 atau lebih.
c. Kelompok pesawat penerima siaran televisi dan antena serta reflektor antena, selain
yang tercantum dalam angka 1 (kelompok tarif 10%).
1. Monitor dan pesawat televisi berwarna, dengan nilai impor atau harga jual di atas
Rp15.000.000 (lima belas juta rupiah) per unit.
 Monitor berwarna berukuran di atas 17 inch sampai dengan 43 inch.
 Pesawat televisi berwarna berukuran di atas 40 inch.
2. Proyektor dengan nilai impor atau harga jual di atas Rp10.000.000 (sepuluh juta
rupiah) per unit.
d. Kelompok mesin pengatur suhu udara, mesin pencuci piring, mesin pengering
pesawat elektromagnetik dan instrumen musik, selain yang tercantum dalam angka 1
(kelompok tarif 10%).
1) Mesin pengatur suhu udara, terdiri dari kipas yang digerakkan dengan motor dan
elemen untuk mengubah suhu dan kelembaban udara, termasuk mesin tersebut
yang tidak dapat mengatur kelembaban udara secara terpisah :
 Dari tipe jendela atau dinding, dengan kapasitas pendingin di atas 2 PK (1,492
kW) sampai dengan 3 PK (2,238 kW) dengan nilai impor atau harga jual di
atas Rpl0.000.000 (sepuluh juta rupiah) per unit - Dari jenis yang digunakan
untuk orang, di dalam kendaraan bermotor dengan nilai impor atau harga jual
di atas Rp20.0.000 (dua puluh juta rupiah) per unit.
2) Mesin pencuci piring dari tipe rumah tangga dengan nilai impor atau harga jual di
atas Rp5.000.000 (lima juta rupiah) per unit.
3) Mesin pengering dengan kapasitas linen kering tidak melebihi 10 kg dari jenis yang
dipakai untuk rumah tangga dengan nilai impor atau harga jual di atas
Rp5.000.000 (lima juta rupiah) per unit.
4) Microwave oven dari tipe rumah tangga dengan nilai impor atau harga jual di atas
Rp15,000.000 (lima belas juta rupiah) per unit.
5) Piano termasuk piano otomatis, harpsichord dan instrumen keyboard bersenar
lainnya:
 Piano tegak
 Grand Piano
 Lain-lain
6) Instrumen musik, dengan suara yang dihasilkan, atau harus diperkuat secara
elektrik (misalnya organ, gitar, akordeon):
 Instrumen keyboard, selain akordeon
 Lain-lain
e. Kelompok wangi-wangian
Parfum dan cairan pewangi yang siap untuk dijual eceran dengan nilai impor atau
harga jual Rp20.000 (dua puluh ribu rupiah) atau lebih per ml.
3. Daftar jenis Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor yang
dikenai pajak penjualan atas barang mewah dengan tarif sebesar 30% (tiga puluh persen)
a. Kelompok kapal atau kendaraan air lainnya, sampan dan kano, kecuali untuk
keperluan negara atau angkutan umum. Kendaraan air untuk pelesir atau olahraga
termasuk sampan dan kano, selain Yacht dan perahu motor :
 Dapat digembungkan
 Lain-lain
 Perahu layar, dengan atau tanpa motor pembantu
 Sampan, kano dan kendaraan air sejenis yang tidak bermotor
b. Kelompok peralatan dan perlengkapan olahraga.
1) Perlengkapan golf
 Bola golf
2) Perlengkapan golf lainnya selain tongkat golf
3) Perlengkapan menyelam:
 Pakaian selam (wet suit)
 Kacamata pelindung untuk selam
4) Perlengkapan ski air, papan selancar, papan layar, papan selancar layar dan
olahraga

4. Daftar jenis Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor yang
dikenai pajak penjualan atas barang mewah dengan tarif sebesar 40% (empat puluh persen)
a. Kelompok barang yang terbuat dari kulit atau kulit tiruan
1) Saddlery dan harness untuk semua macam binatang (termasuk tali kekang,
kekang, penutup lutut, penutup mulut, tutup sadel, tas sadel, jaket anjing, dan
sejenisnya), dari kulit atau kulit tiruan, dengan nilai impor atau harga jual
Rp5.000.000 (lima juta rupiah) atau lebih per unit.
2) Peti, kopor, tas perempuan, tas eksekutif, tas kantor, tas sekolah, dompet kaca
mata, tas teropong, tas kamera, tas peralatan musik, kopor senjata, sarung pistol
dan kemasan semacam itu; tas untuk bepergian, tas makanan dan minuman
bersekat, kotak rias, ransel, tas tangan, tas belanja, dompet, pundi, tempat peta,
tempat rokok, kantong tembakau, tas perkakas, tas olahraga, tempat botol, kotak
perhiasan, kotak bedak, tempat pisau, dan kemasan semacam itu, dengan nilai
impor atau harga jual Rp5.000.000 (lima juta rupiah) atau lebih per unit.
 Peti, kopor, tas perempuan, tas eksekutif, tas kantor, tas sekolah, dan kemasan
semacam itu:
 Dengan permukaan luar dari kulit samak atau dari kulit komposisi:
 Barang untuk bepergian dengan ukuran maksimal tinggi x lebar x panjang
56 cm x 45 cm x 25 cm
 Lain-lain
 Tas tangan, dengan tali bahu maupun tidak, termasuk yang tanpa gagang
 Dengan permukaan luar dari kulit samak atau dari kulit komposisi
 Barang dari jenis yang biasanya dibawa dalam saku atau dalam tas tangan:
 Dengan permukaan luar dari kulit samak atau dari kulit Komposisi
 Lain-lain
 Dengan permukaan luar dari kulit samak atau dari kulit Komposisi
 Tas olahraga: tas bowling dan lain-lain
3) Pakaian dan aksesori pakaian dari kulit samak atau kulit komposisi dengan nilai
impor atau harga jual Rp6.000.000 (enam juta rupiah) atau lebih per stel atau
Rp3.000.000 (tiga juta rupiah) atau lebih per potong atau per buah.
4) Pakaian, aksesori pakaian dan barang lainnya dari kulit berbulu, selain barang
untuk kegunaan industri, dengan nilai impor atau harga jual Rp6.000.000 (enam
juta rupiah) atau lebih per stel atau Rp3,000.000 (tiga juta rupiah) atau lebih per
potong atau per buah :
 Pakaian dan aksesori pakaian
 Lain-lain
b. Kelompok permadani yang terbuat dari sutra atau wol
1) Karpet dan penutup lantai tekstil lainnya, dari wol atau sutra, rajutan, sudah jadi selain
alas untuk sembahyang
2) Karpet dan penutup lantai tekstil lainnya, tenunan, tidak berumbai-umbai atau tidak
dibentuk flock seperti beludru, sudah jadi, termasuk "Kelem”, "Schumacks"
"Karamanie" dan babut tenunan tangan yang semacam itu.
 "Kelem”, "Schumacks'", "Karamanie" dan babut tenunan tangan yang semacam
itu
 Lainnya dengan konstruksi bulu:
 Dari wol
 Dari sutra
 Lainnya, bukan dengan konstruksi bulu:
 Dari wol
 Dari sutra
3) Karpet dan penutup lantai tekstil lainnya, dari wol atau sutra, berumbai, sudah jadi,
selain dari jenis yang digunakan untuk kendaraan bermotor dan untuk keperluan
sembahyang.
4) Karpet dan penutup lantai tekstil lainnya, sudah jadi, dari wol atau sutra, selain dari
jenis yang dipergunakan untuk kendaraan bermotor dan untuk keperluan
sembahyang,
c. Kelompok barang kaca dari kristal timbal dari jenis yang digunakan untuk meja, dapur,
rias, kantor, dekorasi dalam ruangan atau keperluan semacam itu. Barang kaca dari kristal
timbal dari jenis yang digunakan untuk meja, dapur, toilet (rias), kantor, dekorasi dalam
ruangan atau keperluan semacam itu
 Gelas minum stemware, selain keramik kaca
 Gelas minum lainnya, selain keramik kaca
 Barang kaca dan jenis yang digunakan untuk di meja (selain gelas minuman) atau
untuk keperluan dapur
 Barang kaca lainnya
d. Kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari logam mulia atau
dari logam yang dilapisi logam mulia atau campuran daripadanya.
1) Arloji tangan, arloji saku dan arloji lainnya, termasuk penghitung detik dengan badan
arloji dari logam mulia atau dipalut dengan logam mulia dengan nilai impor atau harga
jual Rp40.000.000 (empat puluh juta rupiah) atau lebih per unit.
2) Jam, selain arloji dan penghitung detik, yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari
logam mulia atau dari logam yang dipalut dengan logam mulia atau campuran dari
padanya
3) Barang lainnya yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari emas atau platina atau
dari logam yang dipalut dengan emas atau platina atau campuran dari padanya, selain
barang perhiasan dan bagiannya:
 Barang hasil tempaan pandai emas dan bagiannya, dari emas atau platina
 Barang hasil tempaan pandai emas dan bagiannya, dari logam tidak mulia yang
disepuh atau dipalut dengan emas atau platina
 Barang dari emas atau platina atau dari logam yang dipalut dengan emas atau
platina, selain perhiasan, barang hasil tempaan pandai emas, dan barang untuk
keperluan laboratorium.
e. Kelompok kapal atau kendaraan air lainnya, sampan dan kano, selain yang tercantum
dalam Lampiran III, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan umum.
Perahu motor untuk pelesir atau olah raga:
 Perahu motor, selain perahu motor tempel.
 Perahu motor tempel.
f. Kelompok balon udara dan balon udara yang dapat dikemudikan, pesawat udara lainnya
tanpa tenaga penggerak.
g. Kelompok peluru senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan negara.
Peluru dan bagiannya, tidak termasuk peluru senapan angin.
h. Kelompok jenis alas kaki
1) Alas kaki tahan air dengan sol luar dan bagian atas dari karet atau dari plastik. bagian
atasnya tidak dipasang pada sol dan tidak dirakit dengan cara dijahit, dikeling, dipaku,
disekrup, ditusuk atau proses semacam itu, dengan nila impor atau harga jual
Rp5,000.000 (lima juta rupiah) atau lebih perpasang
 Alas kaki dilengkapi logam pelindung jari
 Alas kaki lainnya
 Menutupi mata kaki tetapi tidak menutupi lutut
 Lain-lain
2) Alas kaki lainnya dengan sol luar dan bagian atas dari karet atau plastik, dengan nilai
impor atau harga jual Rp5.000.000 (lima juta rupiah) atau lebih perpasang:
 Alas kaki olah raga
 Bot ski alas ski untuk lintas alam dan bot papan luncur salju
 lain-lain
 Alas kaki gulat
 Lain-lain
 Alas kaki dengan ali pengikat atau tali kulit di atasnya dirakit pada sol dengan alat
penusuk.
 Alas kaki lainnya:
 Menutupi mata kaki
 Sepatu selam
 Lain-lain
 Dilengkapi dengan logam pelindung
 Lain-lain
 Lain-lain
 Dilengkapi logam pelindung jari
 Lain-lain
3) Alas kaki dengan sol luar dari karet, plastik, kulit samak atau kulit komposisi dan
bagian atas sepatu dari kulit samak, dengan nilai impor atau harga Jual Rp5.000.000
(lima juta rupiah) atau lebih perpasang.
 Alas kaki olah raga:
 Bot ski, alas kaki untuk lintas alam dan bot papan luncur salju
 Lain-lain:
 Dilengkapi dengan spike, cleat, atau sejenisnya
 Bot pengendara atau sepatu bowling
 Alas kaki untuk gulat, angkat beban atau gimnastik
 Lain-lain
 Alas kaki dengan sol luar dari kulit samak, dan bagian atasnya terdiri atas pengikat
dari kulit samak yang menyilang punggung kaki dan sekeliling jempol
 Alas kaki lainnya, dilengkapi logam pelindung jari
 Alas kaki lainnya dengan sol luar dari kulit
 Menutupi mata kak
 Lain-lain
 Alas kaki lainnya
 Menutupi mata kaki
 Lain-lain
4) Alas kaki dengan sol luar dari karet, plastik, kulit samak atau kulit komposisi dan
bagian atasnya dari bahan tekstil, dengan nilai impor atau harga jual Rp5.000.000
(lima juta rupiah) atau lebih perpasang.
 Alas kaki dengan sol luar dari karet atau plastik:
 Alas kali olahraga, sepatu tenis, sepatu bola basket, sepatu senam, sepatu
latihan dan sejenisnya
 Dilengkapi dengan spike, cleat atau sejenisnya
 Alas kaki untuk gulat, angkat beban atau gimnastik
 Lain-lain

 Lain-lain
 Alas kaki dengan sol luar dari kulit samak atau kulit komposisi
5) Alas kaki lainnya, dengan nilai impor atau harga jual Rp5.000.000 (lima juta rupiah)
atau lebih perpasang
 Dengan bagian atasnya dari kulit samak atau kulit komposisi.
 Dengan bagian atasnya dari bahan tekstil
 Selain dengan bagian atasnya dari kulit samak atau kulit komposisi, bahan tekstil.
i. Kelompok barang-barang perabot rumah tangga dan kantor.
1) Tempat duduk, dapat diubah menjadi tempat tidur maupun tidak, tidak termasuk
tempat duduk dari jenis yang digunakan untuk kendaraan udara dan untuk keperluan
medis, bedah, perawatan gigi dan kedokteran hewan serta kursi cukur, dengan nilai
impor atau harga jual Rp5.000.000 (lima juta rupiah) atau lebih per unit.
2) Perabotan lainnya, tidak termasuk tempat duduk dari jenis yang digunakan untuk
kendaraan udara dan untuk keperluan medis, bedah, perawatan gigi dan kedokteran
hewan serta kursi cukur, dengan nilai impor atau harga jual Rp10.000.000 (sepuluh
juta rupiah) atau lebih per unit.
3) Alas kasur, barang keperluan tidur dan perabotan semacam itu (misalnya, kasur,
selimut tebal, eiderdown, bantalan kursi, poufe, dan bantal) dilengkapi dengan pegas
atau diisi atau dilengkapi bagian dalamnya dengan berbagai bahan atau dengan karet
atau plastik seluler, disarungi maupun tidak, kecuali yang terbuat dari kapuk :
 Alas kasur dengan nilai impor atau harga jual Rp2.000.000 (dua juta rupiah) atau
lebih per m2 per unit.
 Kasur dengan nilai impor atau harga jual Rp5.000.000 (lima juta rupiah) atau lebih
per m2 per unit.
 Kantong tidur dengan nilai impor atau harga jual Rp5.000.000 (lima juta rupiah)
atau lebih per unit
 Barang keperluan tidur dan perabotan semacam itu. Selain alas kasur, kasur dan
kantong tidur, dengan nilai impor atau harga jual Rp1.000.000 (satu juta rupiah)
atau lebih per unit.
4) Lampu dan alat kelengkapan penerangan lainnya, dengan nilai impor atau harga jual
Rp10000.000 (sepuluh juta rupiah) atau lebih per unit:
 Lampu dan alat kelengkapan penerangan listrik lainnya, selain di digunakan untuk
bedah dan penerangan khusus operasi medis, untuk penerangan umum pada
ruang terbuka atau jalan, untuk penunjuk arah jalan dan rambu lalu lintas
 Lampu dan alat kelengkapan penerangan non-elektris, selain untuk ritual
keagamaan, lampu pejerja tambang, untuk lampu tukang gali batu, untuk lampu
gas di bawah tekanan (lampu pompa), dan lampu badai minyak tanah
j. Kelompok barang-barang yang terbuat dari porselin, tanah lempung cina atau keramik.
 Bak cuci, wastafel, alas baskom cuci, bak mandi, bidet, bejana kloset, tangki air
pembilasan, tempat kencing, dan perlengkapan sanitasi semacam itu dari keramik
dengan nilai impor atau harga jual Rp10.000.000 (sepuluh juta rupiah) atau lebih per
unit.
 Patung dan barang keramik ornamental lainnya dengan nilai impor atau harga jual
Rp5.000.000 (lima juta rupiah) atau lebih per unit.
k. Kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari batu selain batu
jalan atau batu tepi jalan.
Ubin, batu monumen dan bentuk lainnya dengan nilai impor atau harga jual Rp2.000.000
(dua juta rupiah) atau lebih per meter persegi atau Rp5.000.000 (lima juta rupiah) atau
lebih per meter kubik.
5. Daftar jenis Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor yang
dikenai pajak penjualan atas barang mewah dengan tarif sebesar 50% (lima puluh persen)
a. Kelompok permadani yang terbuat dari bulu hewan halus.
1) Karpet dan penutup lantai tekstil lainnya, rajutan, sudah jadi, yang terbuat dari bulu
hewan halus.
2) Karpet dan penutup lantai tekstil lainnya (selain dari penutup lantai dari serai kelapa
(coir)) yang terbuat dari bulu hewan halus, tenunan, tidak berumba- umbai atau tidak
dibentuk flock seperti beludru, sudah jadi, termasuk "kelem”, "Schumacks;
"Karamanie" dan babut tenunan tangan yang semacam itu selain alas sembahyang
 "Kelem”, Schumacks, "Karamanie" dan babut tenunan tangan semacam itu
dengan konstruksi bulu
 Bukan dengan konstruksi bulu
3) Karpet dan penutup lantai tekstil lainnya yang terbuat dari bulu hewan halus,
berumbai, sudah jadi.
4) Karpet dan penutup lantai tekstil lainnya yang terbuat dari bulu hewan halus, sudah
jadi, selain penutup lantai bukan tenunan dari jenis yang digunakan untuk kendaraan
bermotor dan alas sembahyang.
b. Kelompok pesawat udara selain yang termasuk dalam barang dengan tarif 40%, kecuali
untuk keperluan negara atau angkutan udara niaga.
1) Helikopter
2) Pesawat udara dan kendaraan udara lainnya, selain helikopter
c. Kelompok peralatan dan perlengkapan olahraga selain yang termasuk dalam kelompok
barang dengan tarif 10% dan 20%. Tongkat golf dalam kondisi lengkap maupun tidak
d. Kelompok senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan negara:
 Senjata artileri
 Revolver dan pistol
 Senjata api (selain senjata artileri, revolver, dan pistol) dan peralatan semacam itu
yang dioperasikan dengan penembakan bahan peledak
6. Daftar jenis Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor yang
dikenai pajak penjualan atas barang mewah dengan tarif sebesar 75% (tujuh puluh lima
persen)
a. Kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari batu mulia dan/atau
mutiara atau campuran daripadanya. Barang dari mutiara alam atau mutiara budidaya,
batu mulia atau batu semi mulia alam:
 Dari mutiara alam atau mutiara budidaya
 Dari batu mulia atau batu semi mulia alam
b. Kelompok kapal pesiar mewah, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan umum.
1) Kapal pesiar, kapal ekskursi, dan kendaraan air semacam itu terutama dirancang
untuk pengangkutan orang, kapal feri dari semua jenis, kecuali untuk kepentingan
negara atau angkutan umum:
 dengan tonase kotor tidak melebihi 26 ton
 dengan tonase kotor melebihi 26 ton tetapi tidak melebihi 500 ton
 dengan tonase kotor melebihi 500 ton tetapi tidak melebihi 1.000 ton
 dengan tonase kotor melebihi 1.000 ton tetapi tidak melebihi 4.000 ton
 dengan tonase kotor melebihi 4.000 ton tetapi tidak melebihi 5.000 ton
 dengan tonase kotor melebihi 5.000 ton
2) Yacht, kecuali untuk kepentingan negara atau angkutan umum.

D. MENGHITUNG PPnBM

Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dihitung sebesar tarif PPnBM dikalikan dengan
Dasar Pengenaan Pajak (DPP). DPP yang dimaksud dapat berupa harga jual, nilai impor, nilai
pengganti, nilai ekspor, atau nilai lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Secara matematis,
PPnBM yang terutang diformulasikan sebagai berikut :
PPnBM yang terutang = Tarif PPnBM x Dasar Pengenaan Pajak

Contoh 1

Produsen PKP Perdana melakukan penyerahan Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah
(tarif30%) dengan harga Rp 140.000.000 (dalam harga tersebut tidak termasuk PPN PPnBM)

PPnBM yang terutang = 30% x Rp 140.000.000 = Rp 42.000.000

PPN yang terutang = 10% x Rp 140.000.000 = Rp 14.000.000

Dalam hal penyerahan BKP yang tergolong mewah kepada pembeli tertentu, harga
jual atau nilai penggantian yang ditawarkan telah termasuk PPN dan PPnBM, maka dasar
Pengenaan Pajak dihitung sebagai berikut:

1. Menghitung Dasar Pengenaan Pajak,

Dasar Pengenaan Pajak = 100/(110 + tarif PPnBM) x Harga Jual (nilai penggantian)

2. Menghitung PPnBM yang terutang,

PPnBM yang terutang = Tarif PPnBM × Dasar Pengenaan Pajak

Contoh 2
Produsen PKP Perdana melakukan penyerahan Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah
(tarif 30%) dengan harga Rp 140.000.000 (dalam harga termasuk PPN dan PPnBM)
100
Dasar Pengenaan Pajak = × Rp 140.000.000 = Rp 100.000.000
(110 + 30)
PPnBM yang terutang = 30% × Rp 100.000.000 = Rp 30.000.000
Penghitungan PPnBM dalam hal harga termasuk PPN dan PPnBM dapat juga dilakukan dengan
cara sebagai berikut:

PPnBM yang terutang = Tarif PPnBM/(110 + tarif PPnBM) x Harga Jual (nilai penggantian)

Contoh

Produsen PKP Perdana melakukan penyerahan barang tergolong mewah (tarif 30%) dengan
harga Rp140.000.000 (dalam harga tersebut telah termasuk PPN dan PPnBM).
30
PPnBM yang terutang = × Rp 140.000.000 = Rp 30.000.000
(110 + 30)
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa PPnBM hanya dipungut pada tingkat
penyerahan oleh PKP yang menghasilkan BKP yang Tergolong Mewah atau atas impor BKP
yang Tergolong Mewah. Dengan demikian, PPnBM bukan merupakan Pajak Masukan sehingga
tidak dapat dikreditkan. Oleh karena itu, PPnBM dapat ditambahkan ke dalam harga jual BKP
yang Tergolong Mewah yang bersangkutan atau dibebankan sebagai baya sesuai ketentuan
perundang-undangan Pajak Penghasilan (PPh).

Contoh

Produsen PKP Ananda melakukan impor BKP yang Tergolong Mewah (tarif 20%) dengan nilai
impor Rp500.000.000. Atas impor BKP tersebut, PKP Ananda membayar PPN dan PPnBM
sebagai berikut:

DPP Rp 500.000.000

PPN: 10% Rp500.000.000 Rp 50.000.000

PPnBM: 20% x Rp500.000.000 Rp 100.000.000

BKP yang diimpor tersebut merupakan salah satu komponen bahan baku produk yang
dihasilkan oleh PKP Ananda. Hasil produksi PKP Ananda merupakan BKP yang Tergolong
Mewah dengan tarif 30%, pada bulan yang sama, PKP Ananda melakukan penyerahan BKP
hasil produksinya senilai Rp700.000,000. Atas penyerahan BKP tersebut, PKP Ananda
memungut PPN dan PPnBM sebagai berikut:

DPP Rp 700.000.000

PPN: 10% x Rp700.000.000 Rp 70.000.000

PPnBM: 30% x Rp700.000.000 Rp 210.000.000

Penghitungan PPN dan PPnBM atas kedua transaksi tersebut adalah:

PPN saat penyerahan barang (Pajak Keluaran) Rp 70.000.000


PPN saat impor barang (Pajak Masukan) Rp 50.000.000 (dapat dikreditkan)

PPN kurang disetor Rp 20.000.000

PPnBM saat penyerahan barang Rp 210.000.000

PPnBM saat impor barang Rp 100.000.000

PPnBM harus dibayar saat penyerahan barang Rp 210.000.000

PPN yang telah dibayar pada sat perolehan BKP dapat dikreditkan dari PPN yang
dipungut pada saat penyerahan BKP Hal ini tidak berlaku untuk PPnBM. PPnBM bukan
Pajak Masukan sehingga tidak dapat dikreditkan dari PPnBM pada saat penyerahan
BKP PPnBM hanya bisa ditambahkan ke dalam harga jual BKP yang tergolong mewah
yang bersangkutan atau dibebankan sebagai biaya sesuai ketentuan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku.

PPnBM atas penyerahan BKP yang Tergolong Mewah yang dikembalikan, dapat dikurangkan
dari PPnBM yang terutang pada masa pajak terjadinya pengembalian BKP tersebut.

Contoh

Pada Januari 2015, PKP Ananda melakukan penyerahan BKP yang tergolong mewah senilai
Rp200.000.000. Atas penyerahan tersebut terutang PPnBM Rp40.000.000. Pada bulan yang
sama terdapat pengembalian BKP senilai Rp10.000.000, dengan PPnBM sebesar Rp2.000.000.
PPnBM yang terutang pada Masa Pajak Januari 2015 adalah :

PPnBM atas penyerahan barang Rp 40.000.000

PPnBM atas pengembalian barang Rp 2.000.000

PPnBM yang harus disetor Rp 38.000.000

Daftar Pustaka

Resmi, Siti. 2015. Perpajakan: Teori dan Kasus. Buku 2 Edisi 8. Jakarta : Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai