Anda di halaman 1dari 8

REVIEW PERATURAN PEMERINTAH

NOMOR 21 TAHUN 2021

TENTANG PENGELENGGARAAN PENATAAN RUANG

DISUSUN OLEH

I KOMANG INDRA GUPTA YOGISWARA 20293547 KELAS E

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV PERTANAHAN

SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL

TAHUN 2022
REVIEW
PERATURAN PEMERINAH NOMOR 21 TAHUN 2021
TENTANG
PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG

Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 merupakan Peraturan yang mengatur


tentang Penyelenggaraan Ruang.
Isi dari Peraturan Pemerintah tersebut terdiri dari 10 bab:
BAB I KETENTUAN UMUM (Pasal 1-4)
BAB II PERENCANAAN TATA RUANG
Bagian Kesatu Umum (Pasal 5-8)
Bagian Kedua Penyusunan Rencana Umum Tata Ruang (Pasal 9-23)
Bagian Ketiga Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang (Pasal 24-59)
Bagian Keempat Penetapan Rencana Umum Tata Ruang (Pasal 60-82)
Bagian Kelima Penetapan Rencana Rinci Tata Ruang (Pasal 83-91)
Bagian Keenam Peninjauan Kembali dan Revisi Rencana Tata Ruang (Pasal 92-96)
BAB III PEMANFAATAN RUANG
Bagian Kesatu Umum ( Pasal 97)
Bagian Kedua Pelaksanaan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (Pasal 98-143)
Bagian Ketiga Pelaksanaan Sinkronisasi Program Pemanfaatan Ruang (Pasal 144-145)
BAB IV PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Bagian Kesatu Umum (Pasal 147 dan 148)
Bagian Kedua Penilaian Pelaksanaan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (Pasal
149-154)
Bagian Ketiga Penilaian Perwujudan Rencana Tata Ruang (Pasal 155-162)
Bagian Keempat Pemberian Intensif dan Disinsentif (Pasal 163-187)
Bagian Kelima Pengenaan Sanksi (Pasal 188-205)
Bagian Keenam Sengketa Penataan Ruang (Pasal 206-208)
BAB V PENGAWASAN PENATAAN RUANG
Bagian Kesatu Umum (Pasal 209-211)
Bagian Kedua Lingkup Pengawasan Penataan Ruang (Pasal 212-219)
Bagian Ketiga Tata Cara Pengawasan Khusus Penataan Ruang (Pasal 220-222)
BAB VI PEMBINAAN RUANG
Bagian Kesatu Umum (Pasal 223-225)
Bagian Kedua Bentuk dan Tata Cara Pembinaan Penataan Ruang (Pasal 226-234)
Bagian Ketiga Pengembangan Profesi Perencana Tata Ruang (Pasal 235-239)
BAB VII KETENTUAN LAIN-LAIN (Pasal 240-244)
BAB IX KETENTUAN PERALIHAN (Pasal 245-250)
BAB X KETENTUAN PENUTUP (Pasal 251-255)

Hal-hal pokok yang diatur pada Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 meliputi
BAB I
Penataan Ruang Mencakup Ruang Darat, Ruang Laut, Ruang Udara, dan Ruang Dalam
Bumi. Sama seperti pada pasal 1
“Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang
di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk lain hidup,
melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidup”
BAB II
1. Perencanaan Tata ruang dilakukakan untuk menghasilkan rencana umum tata ruang yang
berupa RTRWN, RTRW Provinsi, RTRW Kabupaten, RTRW Kota, dan menghasilkan
Rencana rinci tata ruang seperti RTR Pulai/Kepulaua, RDTR Kabupaten dan RDTR
Kota. Dalam pembuatan RTRW baik Provinsi, Kabupaten, dan Kota tentu harus memuat
kebijakan pengembangan Kawasan strategis masing-masing wilayah yang diatur dalam
Pasal 15, 18, dan 21. Selain itu melakukakan pengintegrasian tata ruang darat dan laut
yang menghasilkan satu produk hukum RTR yang memuat struktur dan pola ruang
gabungan meliputi kawasan lindung, kawasan konservasi di laut, kawasan budi daya,
kawasan pemanfaatan umum dan alur migrasi biota laut. Penjelasan terdapat pada pasal
7, pasal 12 ayat 2-4, pasal 16 ayat 2-4, pasal 19 ayat 2-4, pasal 23 ayat 2-4, pasal 27 ayat
2-4, pasal 36 ayat 2-4 mengenai tata cara pelaksanaan integrasi kajian lingkungan hidup
strategis dalam penyusunan rencana tata ruang.
2. Mengatur tentang Penetapan RTRW pada Pasal 60-84 dimana jangka waktu penyusunan
dan penetapan dibatasi palig lama 18 bulan. Untuk kajian lingkungan hidup strategis
diintegrasikan ke dalam materi teknis RTRW. Sedangkan untuk Penetapan RDTR pada
Pasal 85-91 dimana jangka waktunya dibatasi paling lama 12 bulan. Selain itu untuk
proses evaluasi Kemendagri pada penetapan RDTR dihilangkan.

3. Ketentuan muatan RTR yang diintergrasikan pada pembahasan lintas sector yang diatur
dalam pasal 63. Untuk batas daerah ditetapkan oleh Menteri dalam negeri diatur pada
pasal 64,78, dan 87. Kawasan Hutan ditetapkan oleh Menteri LHK yang diatur pada Pasal
66, 80, dan 89. Pada garis pantai pengintegrasiannya dapat dilakukakan dengan Peta RBI
sesuai dengan Pasal 65, 79, dan 88.

BAB III

1. Mengatur tentang kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang atau KKPR dan sinkronasi
program Pemanfaatan Ruang. KKPR itu sendiri merupakan kesesuaian antara rencana
kegiatan Pemanfaatan Ruang dengan RTR. KKPR dibagi menjadi tiga yaitu untuk
kegiatan berusaha, nonberusaha, dan kebijakan yang bersifat strategis nasional. Diatur
pada Pasal 100-115 dan Pasal 135-143.

2. Mengatur ketentuan perubahan peruntukan dan fungsi Kawasan hutan dalam KKPR.
Pada persetujuan KKPR yang Berusaha diatur dalam dalam Pasal 109 sedangkan untuk
yang Non-Berusaha diatur dalam Pasal 125. Untuk rekomendasi KKPR dijelaskan pada
Pasal 143.

BAB IV
1. Tujuan dari pengendalian pemanfaatan ruang dijelaskan dalam pasal 147 ayat 2 yaitu
bertujuan untuk mendorong setiap orang menaati RTR, memanfaatkan ruang sesuai RTR,
mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan KKPR.
2. Peraturan tentang penilaian pelaksanaan KKPR terdapat pada pasal 149-154, penilaian
perwujudan RTR dijelaskan dalam pasal 155-162, pemberian insentif dan disinsentif
dalam pasal 163-187, pemerian sanksi, serta penyelesaian sengketa Penataan Ruang
terdapat dalam pasal 188-208.
3. Penilaian pelaksanaan KKPR dilakukan oleh Pemertintah Pusat dapat didelegasikan
kepada Pemerintah Daerah. Penilaian kepatuhan pelaksanaan KKPR dilaksanakan pada
periode selama pembangunan dan pasca pembangunan sesuai dalam pasal 150. Penilaian
masa pembangunan dilakukan untuk memastikan kepatuhan pelaksanaan sesuai KKPR
dan dilakukan paling lambat 2 tahun sejak diterbitkannya KKPR, apabila ditemukan
inkonsistensi/tidak dilaksakan maka dilakukan penyesuaian. Sedangkan penilaian periode
pasca pembangunan dilakukan untuk memastikan kepatuhan hasil pembangunan apabila
ditemukan inkonsistensi maka akan mendapat sanksi. Sanksi yang di dapat berupa sanksi
administratif tertulis dalam pasal 188. Pengenaan sanksi administratif dilakukan
berdasarkan hasil penilaian pelaksanaan kesesuaian KKPR, pengawasan penataan ruang,
hasil audit tata ruang, dan pengaduan pelanggaran pemanfaatan ruang. Sengketa penataan
ruang yatu perselisihan antarpemangku kepentingan da pelaksana penataan ruang,
penyelesaian utamanya dapat dengan musyawarah mufakat kemudian dinegosiasikan,
mediasi, dan jalur pengadilan.

BAB V
a. Tujuan dan Objek Kinerja Pengawasan Penataan Ruang
Tujuan Pengawasan Penataan ruang diatur dalam Pasal 209 ayat (1),(2), dan (3)
yang menjelaskan bahwa diselenggarakan untuk :
- Menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan penataan ruang
- Menjamin terlaksananya penegakan hukum bidang penataan ruang
- Meningkatkan kualitas penataan ruang
Objek Kinerja dalam pengawasan penataan ruang antara lain :
- Pengaturan, pembinaan, dan pelaksanaan penataan ruang
- Fungsi dan manfaat penyelenggaraan penataan ruang
- Pemenuhan standar pelayanan bidang penataan ruang dan standar tknis penataan
ruang Kawasan
b. Pengawasan Penataan Ruang
Sesuai dengan Pasal 211 pengawasan penataan ruang dilakukakn secara berkala
setiap dua tahun sejak RTR ditetapkan. Bentuk kegiatan yang dilakukakan yaitu,
pemantauan secara langsung, tidak langsung, dan/atau berdasarkan informasi dari
masyarakat. Evaluasi penilaian terhadap tingkat penyelenggaraan pengawasan penataan
ruang secara terukur dan efektif. Pelaporan kegiatan penyampaian hasil evaluasi.
Pengawasan khusus

c. Subjek pelaksanaan
Subjek pelaksanaan pengawasan penataan ruang dilakukakn oleh Menteri,
gubernir, bupati/walikota, dan inspektur pembangunan. Subjek-subjek ini diatur dalam
Pasal 216 dan Pasal 217. Menteri berwenang menyelenggarakan urusan pemerintahan
dibidang kelautan. Sedangkan gubernur dan bupati/walikota melakukan pengawasaan
penataan ruang sesuai dengan kewenangannya. Inspektur pembangunan adalah petugas
khusus yang memiliki tugas/wewenang melaksanakan pengawasan penataan ruang yang
dibentuk oleh Menteri, gubernur, dan bupati/walikota. Inspektur pembangunan
merupakan ASN dan non ASN. Dalam melakukakan pengawasan penataan ruang
pemerintah dapat dibantu oleh masyarakat untuk meningkatkan efektifitas pengawasan
yang diatur dalam Pasal 219.
d. Pengawasan Khusus
Pengawasan khusus diatur dalam bagian ketiga tentang tata cara pengawsan
khusus penataan ruang yakni dalam pasal 220-222. Pengawasan khusus dilakukakan
dalam hal terdapat konsidi khusus dari hasil pengawasan penataan ruang dan/atau laporan
aduan masyarakat yang bersifat mendesak untuk ditindaklanjuti.. bentuk kegiatannya
adalah merekonstruksikan terjadinya kondisi khusus, menganalisis dampak dan prediksi,
dan merumuskan alternative penyelesaian kondisi khusus.

BAB VI
Tujuan dan Bentuk Pelaksanaan Pembinaan Tata Ruang
Tujuan pembinaan penataan ruang diatur pada Pasal 223. Pembinaan diselenggarakan
melalui peningkatan kualitas dan efektivitas, serta peningkatan peran masyarakat. Bentuk
Pembinaan Penataan Ruang meliputi koordinasi, sosialisasi peraturan, pemberian bimbingan,
supervise, dan konsultasi, Pendidikan dan pelatihan, penelitian, kajian dan pengembangan
system informasi dan komunikasi, dan peningkatan pemahaman. Pelaksanaan pembinaan
dilakukakan secara sinergis oleh Menteri ATR/BPN, Menteri KKP, Gubernur, Bupati/Walikota,
dan Masyarakat.
Menteri ATR/BPN melakukakan pembinaan melalui Pembinaan jabatan fungsional dan
pengembangan tenaga professional melalui pendidkan profesi, pengembangan keprofesian
berkelanjutan, sertifikasi kompetensi ahli, dan lisensi perencanaan tata ruang.
BAB VII
Pemberntukan forum penataan ruang untuk mendukung inklusivitas masyarakat yang
beranggotakan dari kementerian/Lembaga terkait, asosiasi profesi, asosiasi akademisi, dan tokoh
masyarakat. Diatur lebih lanjut dalam peraturan Menteri.

BAB VIII
BAB IX
BAB X

Anda mungkin juga menyukai