Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belekang Masalah


Undang-undang No. 2 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah menjelaskan
bahwa segala urusan pemerintah daerah diserahkan kepada pemerintah daerah.
Pemerintah daerah diamatkan untuk melaksanakan, merencanakan, mengendalikan,
mengevaluasi, mengawasi kebijakan daerah, semua hak otonom diatur sendiri sesuai
dengan potensi yang ada pada daerah masing-masing sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pemerintah pusat memberikan hak dan wewenang dalam menentukan sendiri
tujuan pembangunan dan pengembangan ditiap daerah, untuk mengurus urusan
rumah tangga daerahnya sendiri, dengan hak otonomi tersebut pemerintah daerah
diberikan kesempatan untuk mengelola hasil pendapatan daerah tersebut. Setiap
daerah sudah memiliki wewenang penuh dalam menggali sumber pendapatan dalam
pelaksanaan pembangunan pemerintah daerah.
Dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah hal ini dimaksudkan agar setiap
daerah dapat berkembang sesuai dengan keadaan pemerintahan tersebut, oleh karena
itu diperlukan peningkatan keuangan disetiap daerahnya.
Kota madya Pangkalpinang adalah salah satu kota yang ada di provinsi Bangka
Belitung yang pemerintahannya berupaya meningkatkan pendapatan daerahnya dari
tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota
Pangkalpinang, Pemerintah Provinsi Bangka Belitung, dan Pemerintah Pusat. Upaya
dalam meningkatkan pendapatan daerah ditempuh dengan usaha intensifikasi hal ini
diperlukan tindakan memperbesar penerimaan dengan cara melakukan pemungutan
dengan lebih terorganisir dan teliti. Peraturan perundang-undangan yang telah
ditetapkan dengan Nomor 32 tahun 2004 yang melatarbelakangi adanya
perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan otonomi daerah. Menurut
undang-undang Nomor 32 tahun 2004 ini dalam penyelenggaraan otonomi dengan
azas yang sudah diberlakukan oleh pemerintah pada era sebelum terbentuknya
undang-undang Nomor 5 tahun 1974. Alasan pertimbangan ini didasarkan dengan
asumsi hal-hal yang mengenai urusan pemerintahan dapat dilaksanakan oleh daerah
itu sendiri, sehingga setiap daerah mampu dan mandiri dalam memberikan pelayanan
dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat di daerah dengan tetap dikontrol oleh
pemerintahan provinsi maupun pemerintahan pusat. Semua terkontrol kepada pusat
atas daerah dengan mekanisme pengawasan yang menunjukkan formulasi cukup ketat
dengan mekanisme pengawasan preventif, represif, dan pengawasan umum.
Berdasarkan Undang-undangn tersebut diatas tentang ketentuan keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah yang telah ditetapkan bahwa penerimaan daerah dalam
desentralisasi yang terdiri dari pendapatan daerah dan pembiayaan pendapatan daerah
bersumber dari tiga kategori, yaitu :
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu pendapatan yang diperoleh daerah dan
dipungut sesuai dengan peraturan perundang-undangan, meliputi:
a. Retribusi daerah, hasil dari badan layanan umum daerah,
b. Pajak daerah,
c. Hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan, antara lain bagian laba dari
BUMD,
d. Lain-lain PAD yang sah.
2. Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada
daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi
yang terdiri dari:
a. Dana alokasi umum,
b. Dana alokasi khusus,
c. Dana bagi hasil yang bersumber dari pajak maupun non pajak.
3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Salah satu kewenangan yang berkaitan erat dengan pengelolaan keuangan in

Anda mungkin juga menyukai