Undang-undang No. 2 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah menjelaskan bahwa segala urusan pemerintah daerah diserahkan kepada pemerintah daerah. Pemerintah daerah diamatkan untuk melaksanakan, merencanakan, mengendalikan, mengevaluasi, mengawasi kebijakan daerah, semua hak otonom diatur sendiri sesuai dengan potensi yang ada pada daerah masing-masing sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemerintah pusat memberikan hak dan wewenang dalam menentukan sendiri tujuan pembangunan dan pengembangan ditiap daerah, untuk mengurus urusan rumah tangga daerahnya sendiri, dengan hak otonomi tersebut pemerintah daerah diberikan kesempatan untuk mengelola hasil pendapatan daerah tersebut. Setiap daerah sudah memiliki wewenang penuh dalam menggali sumber pendapatan dalam pelaksanaan pembangunan pemerintah daerah. Dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah hal ini dimaksudkan agar setiap daerah dapat berkembang sesuai dengan keadaan pemerintahan tersebut, oleh karena itu diperlukan peningkatan keuangan disetiap daerahnya. Kota madya Pangkalpinang adalah salah satu kota yang ada di provinsi Bangka Belitung yang pemerintahannya berupaya meningkatkan pendapatan daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Pangkalpinang, Pemerintah Provinsi Bangka Belitung, dan Pemerintah Pusat. Upaya dalam meningkatkan pendapatan daerah ditempuh dengan usaha intensifikasi hal ini diperlukan tindakan memperbesar penerimaan dengan cara melakukan pemungutan dengan lebih terorganisir dan teliti. Peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan dengan Nomor 32 tahun 2004 yang melatarbelakangi adanya perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan otonomi daerah. Menurut undang-undang Nomor 32 tahun 2004 ini dalam penyelenggaraan otonomi dengan azas yang sudah diberlakukan oleh pemerintah pada era sebelum terbentuknya undang-undang Nomor 5 tahun 1974. Alasan pertimbangan ini didasarkan dengan asumsi hal-hal yang mengenai urusan pemerintahan dapat dilaksanakan oleh daerah itu sendiri, sehingga setiap daerah mampu dan mandiri dalam memberikan pelayanan dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat di daerah dengan tetap dikontrol oleh pemerintahan provinsi maupun pemerintahan pusat. Semua terkontrol kepada pusat atas daerah dengan mekanisme pengawasan yang menunjukkan formulasi cukup ketat dengan mekanisme pengawasan preventif, represif, dan pengawasan umum. Berdasarkan Undang-undangn tersebut diatas tentang ketentuan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang telah ditetapkan bahwa penerimaan daerah dalam desentralisasi yang terdiri dari pendapatan daerah dan pembiayaan pendapatan daerah bersumber dari tiga kategori, yaitu : 1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu pendapatan yang diperoleh daerah dan dipungut sesuai dengan peraturan perundang-undangan, meliputi: a. Retribusi daerah, hasil dari badan layanan umum daerah, b. Pajak daerah, c. Hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan, antara lain bagian laba dari BUMD, d. Lain-lain PAD yang sah. 2. Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi yang terdiri dari: a. Dana alokasi umum, b. Dana alokasi khusus, c. Dana bagi hasil yang bersumber dari pajak maupun non pajak. 3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah. Salah satu kewenangan yang berkaitan erat dengan pengelolaan keuangan in