Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

STUDI INSTRUMEN CEILOMETER CT25K UNTUK PENGAMATAN KETINGGIAN


DASAR AWAN PADA BULAN SEPTEMBER 2021 DI BRIN AGAM

Diajukan sebagai syarat untuk memenuhi Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan

Oleh:

AULIA RAHMAN ISTI


18034044

Bidang Kajian Elektronika dan Instrumentasi

DOSEN PEMBIMBING :
Dr. Yulkifli, S.Pd, M.Si.

PROGRAM STUDI FISIKA


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
RINGKASAN
Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa S1 Jurusan
Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Padang. Kegiatan ini
dilakukan diluar kampus dengan tujuan mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu secara teoritis yang
telah diperoleh selama perkuliahan dan akan diimplementasikan pada kegiatan lapangan. PKL ini
dilaksanakan pada tanggal 11 Oktober 2021 hingga 11 November 2021 di Balai Pengamatan
Antariksa dan Atmosfer (BPAA) LAPAN Agam. PKL dimulai dengan mengamati dan mempelajari
sistem kerja dari semua peralatan yang ada di BRIN Agam. Kemudian dipilih salah satu peralatan
yang akan dikaji lebih jauh sesuai dengan literatur yang ada.
BRIN Agam mempunyai tugas melakukan pengamatan, perekaman, pengolahan, dan
pelaporan data atmofer di daerah Kototabang. Salah satu pengamatan dan pengukuran yang di
lakukan di BRIN Agam adalah mengukur ketinggian dasar awan. Pengukuran ini biasanya
dilakukan untuk pengamatan di bidang atmosfer, serta untuk studi iklim, prediksi cuaca dan
keamanan aktivitas penerbangan.
Awan merupakan salah satu faktor penentu keadaan cuaca suatu wilayah. Berdasarkan
ketinggiannya awan dibedakan menjadi tiga yaitu, awan tinggi (ketinggiannya lebihcdari 6.000
meter), awan menengah (ketinggiannya berkisar 2.000-6.000 meter), dan awan rendah
(ketinggiannya kurang dari 2.000 meter).
Instrumen yang digunakan untuk mengukur ketinggian dasar awan di BRIN Agam yaitu
Ceilometer dengan tipe CT25K. Alat ini menggunakan prinsip LIDAR (Light Detection and
Ranging) laser diode sebagai sumber transmitternya. Sinar laser dipancarkan secara vertikal ke
atmosfer, saat menumbuk awan, kabut, asap atau persipitas maka sinar akan dipantulkan kembali
dan ditangkap oleh receiver untuk selanjutnya diperkuat dan diubah menjadi daata digital oleh
rangkaian elektrronika alat. Hasil pengukuran ini dapat dilihat [ada software CT-VIEW yang berupa
grafik altittude (ketinggian) terhadap waktu.
Berdasarkan data hasil pengukuran yang ditampilkan software CT-VIEW kita dapat
mengidentifikasi awan berdasarkan ketinggiannya. Dari data juga terlihat noise seperti terjadinya
hujan atau adanya kabut selama waktu pengukuran berlangsung. Dengan adanya laporan ini
diharapkan bisa mengedukasi pembaca mengenai fungsi, komponen, prinsip kerja dan data hasi
pengukuran alat Ceilometer CT25K sebagai salah satu alat pengamatan atmosfer untuk pengamatan
ketinggian dasar awan di daerah BRIN Agam.
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktik kerja lapangan
yang berjudul “ Studi Instrumen Ceilometer CT25K Untuk Pengamatan Ketinggian Dasar
Awan Pada Bulan September 2021 Di BRIN AGAM ”. Shalawat dan salam selalu kita hantarkan
kepada nabi besar Muhammad SAW.
Laporan praktik kerja lapangan ini selesai berkat dukungan, bimbingan, motivasi dan do’a
dari segala pihak yang telah bersedia untuk membantu penyusunan laporan ini. Untuk itu penulis
ingin menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Bapak Dr. Yulkifli, S.Pd, M.Si selaku Dosen Pembimbing PKL.
2. Bapak Ir. Muzirwan, M.Kom selaku pembimbing selama praktik kerja lapangan di BRIN
Agam.
3. Ibu Dr. Ratnawulan, M.Si selaku Ketua Jurusan Fisika.
4. Ibu Syafriani, M.Si, Ph.D selaku Ketua Program Studi Fisika.
5. Bapak Dr. Syafrijon, S.Pd, M.Kom selaku Koordinator BRIN Agam.
6. Seluruh karyawan dan staf di BRIN Agam yang telah membantu dalam proses pembuatan
laporan praktik kerja lapangan.
7. Irfan, Wahyu, dan Waldy selaku teman-teman seperjuangan dalam melaksanakan Praktik
Kerja Lapangan di BRIN Agam.
8. Teman-teman Fisika (NK) A, B, dan C 2018.
9. Teman-teman Konsentrasi Bidang Kajian (KBK) Elektronika dan Instrumentasi 2020.
10. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutan satu persatu.
Semoga semua do’a dan dukungan, serta bimbingan yang telah diberikan kepada penulis
mendapatkan balasan pahala dari Allah SWT.
Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan mata kuliah Praktik Kerja Lapangan.
Peulis menyadari laporan Praktik Kerja Lapangan ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih dan mohon maaf apabila terdapat
kesalahan dan kekhilafan dalam penulisan laporan ini. Dengan kerendahan hati penulis berharap,
semoga laporan Praktik Kerja Lapangan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Padang, Oktober 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Praktik Kerja Lapangan atau biasa disingkat PKL merupakan salah satu mata kuliah yang
terdapat pada program studi Fisika Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Negeri Padang. Mata kuliah PKL ini terdiri dari 2 SKS Lapangan, dimana
menjadi sarana untuk belajar melalui pengamatan langsung. Melalui mata kuliah ini diharapkan
mahasiswa mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dalam dunia kerja. Sehingga akan
tumbuh minat mahasiswa untuk menata dan mengembangkan kemampuannya sebagai seorang
sarjan Fisika serta dapat menerapkan ilmunya dikemudian hari.
Praktik Kerja Lapangan dapat dilakukan di beberapa tempat yang relevan dengan Fisika dan
cukup memadai dan signifikan untuk peningkatan pengetahuan dan wawasan mahasiswa Fisika.
Salah satunya di Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer (BPAA) LAPAN Agam. BRIN
Agam adalah salah satu stasiun pengamatan yang terletak di wilayah equator (khatulistiwa),
tepatnya di Kototabang, Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam, Sumatera Barat dengan posisi
100,32 BT dan 0,23 LS dan berada pada ketinggian 865 mdpl. Balai ini dibangun untuk
melengkapi data-data meteorologi untuk daerah Indonesia bagian barat seperti data hujan, awan,
angin, suhu, dan beberapa parameter lainnya. Balai ini mempunyai tugas melaksanakan
pengamatan, perekaman, pengolahan, analisis dan pengelolaan data antariksa dan atmosfer.
Salah satu peralatan yang ada di BRIN Agam yaitu Ceilometer CT25K. Ceilometer
merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur ketinggian awan, dalam
pengoperasiannya Ceilometer CT25K menggunakan sinyal laser yang dipancarkan vertikal ke
atmosfer. Sinyal ini akan dihamburkan atau dipantulkan kembali apabila mengenai awan, kabut,
virga, dan hujan. Hasil hamburan atau pantulan ini akan diterima oleh detector receiver,
kemudian didapatkan data kekuatan sinyal dan ketinggiannya, untuk selanjutnya disimpan dan
diproses dalam menentukan ketinggian dasar awan. Pembacaan hasil pengamatan akan
ditampilkan ke dalam PC yang telah terhubung dengan perangkat Ceilometer, dalam
pengmpulan, penyimpanan, dan menampilkan data untuk alat ini digunakan software CT-
VIEW.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa itu Ceilometer?
2. Bagaiman prinsip kerja dari Ceilometer sebagai pengukur ketinggian dasar awan ditinjau
dari segi instrumentasi?
C. Batasan Masalah
Batasan masalah pada laporan ini yaitu mengamati dan memahami prinsip kerja dan
instrumentasi Ceilometer sebagai pengukur ketinggian awan. Ceilometer yang
digunakan adalah Ceilometer CT25K.
D. Tujuan Praktik Kerja Lapangan
Tujuan dari Praktik Kerja Lapangan ini yaitu :
1. Memperoleh pengalaman kerja dan mempelajari langsung disiplin kerja diinstansi
tempat pelaksanaan PKL.
2. Mengetahui secara umum mengenai Ceilometer.
3. Mengetahui dan memahami prinsip kerja dari Ceilometer sebagai pengukur ketinggian
dasar awan ditinjau dari segi instrumenasi.
E. Manfaat
Adapun manfaat yang akan dicapai dalam penulisan laporan praktik kerja lapangan ini yaiu
sebagai berikut :
1. Penulisan, untuk menambah pengetahuan terutama di bidang kajian elektronikadan
instrumentasi seta menambah pengalaman di dalam dunia kerja.
2. Pembaca, dapat mengetahui hal-hal yang berkaitan tentang Ceilometer seperti definisi
alat, pengoperasian dan prinsip kerja Ceilometer CT25K.
3. Peneliti lain, sebagai referensi untuk melakukan kajian lebih lanjut tentang Ceilometer.
BAB II
LAPORAN KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan PKL
Praktik Kerja Lapangan ini dilaksanakan pada sebuah instansi pemerintahan non kementrian
yang bergerak dibidang antariksa yaitu BRIN Agam yang berada di Kototabang, Kecamatan
Palupuh, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Praktik Kerja Lapangan ini berlangsung selam kurang
lebih satu bulan, yaitu dari tanggal 11 Oktober 2021 hingga 11 November 2021.
B. Mekanisme Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
Mata kuliah Praktik Kerja Lapangan (PKL) terdiri dari kredit Praktik Lapangan sebanyak 2
SKS, dimana kegiatan ini akan berlangsung selama kurang lebih satu bulan di instansi yang dituju.
Mata kuliah ini dibebankan pada semester 7, dan dilaksanakan pada libur semester 6 sesuai kalender
akademik. Dalam memilih instansi mahasiswa harus memastikan beberapa faktor diantaranya,
instansi tersebut merupakan instansi berbadan hukum resmi, tingkat aktivitas proses produksi cukup
memadai dan signifikan untuk peningkatan pengetahuan dan wawasan mahasiswa Fisika, serta
metoda dan sistem kerja sudah standar dan relevan dengan Fisika.
Sebelum melaksanakan PKL ada beberapa prosedur yang harus dilakukan oleh penulis.
Penulis mendapatkan buku panduan PKL dari Program Studi Fisika, setelah mempelajari buku
panduan, penulis mengikuti pembekalan/coaching PKL yang diadakan oleh Program Studi. Setelah
mengkuti pembekalan, penulis meminta persetujuan PA untuk melaksanakan PKL dengan
ketentuan telah memenuhi sks dan syarat mata kuliah PKL. Setelah mendapatkan persetujuan PA,
penulis mengajukan permohonan izin melaksanakan PKL ke Program Studi Fisika. Kemudian
setelah diperiksa Ketua Program Studi Fisika menyiapkan surat permohonan tempat Praktik Kerja
Lapangan pada instansi. Penulis mengirimkan surat permohonan tempat Praktik Kerja Lapangan
pada instansi. Penulis mengirimkan surat permohonan tersebut ke BRIN Agam. Permohonan
diterima oleh BRIN Agam dengan mengirimkan surat balasan. Kemudian penulis melaporkan surat
balasan yang sudah diterima ke pihak Program Studi, dilanjutkan pengisian Gform. Pihak Program
Studi menindaklanjuti dengan memberikan surat tugas dosen pembimbing PKL.
Selaku peserta PKL, penulis dibimbing oleh koordinator dan para peneliti serta perekayasa
yang ada di BRIN Agam agar dapat mengetahui dan memahami aktivitas yang dilakukan di BRIN
Agam. Pelaksanaan PKL diawali dengan pengenalan Lingkungan Kerja, Koordinator Balai, Staf
Tata Usaha, Staf Teknis, serta pengenalan alat-alat yang terdapat di BPLAA LAPAN Agam.
C. Deskrispsi Instansi Tempat Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
1. LAPAN
LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) adalah lembaga non-kementrian
Indonesia yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui menteri yang
membidangi urusan pemerintahan dibidang riset dan teknologi. LAPAN melaksanakan tugas
pemerintahan dibidang penelitian dan pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya. LAPAN
atau biasa juga disebut National Institute in Aeronautics and Space saat ini dipimpin oleh Prof. Dr.
Thomas Djamaluddin terbentuk pada tanggal 27 November 1963, dengan Keputusan Presiden
Nomor 236 Tahun 1963 tentang LAPAN. Empat bidang utama yang dimiliki LAPAN yaitu
penginderaan jauh, teknologi dirgantara, sains antariksa, dan kebijakan dirgantara.

Gambar 1. Logo LAPAN


Pada tanggal 31 Mei 1962, dibentuk panitia Austronautika oleh Perdana Menteri Ir. H. Juanda
selaku ketua dewan penerbangan Republik Indonesia dan R. J. Salatun selaku sekretaris dewan
penerbangan Republik Indonesia. Panitia ini dibentuk atas arahan presiden Republik Indonesia
Soekarno. Untuk mendukung langkah tersebut maka pada tanggal 22 September 1962, dibentuklah
Proyek Roket Ilmiah dan Militer Awal (PRIMA) afiliasi AURI dan Institut Teknologi Bandung.
Proyek ini berhasil membuat dan meluncurkan dua roket seri Kartika berikut dengan telementerinya
pada tahun 1964.
Pada tanggal 27 November 1963, dibentuklah Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional
(LAPAN) dengan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 236 Tahun 1963 tentang LAPAN, untuk
melembagakan penyelenggaraan program-program kedirgantaraan nasional. Dalam hal
penyempurnaan organisasi LAPAN, telah dikeluarkan beberapa Keputusan Presiden, dan yang
terbaru yaitu keppres Nomor 9 Tahun 2004 tentang lembaga non-kementrian.
Gambar 2. Peta Sebaran Lokasi Satuan Kerja LAPAN di Indonesia
Dari pesebaran peta diatas, maka terlihat di Indonesia terdapat 15 lokasi satuan kerja LAPAN.
a. Visi dan Misi LAPAN
Lapan memiliki visi dan misi dalam menjalankan tugas pokoknya yakni sebagai berikut :
Visi :
Menjadi Penggerak Sektor-Sektor Pembangunan Nasional Berbasis IPTEK Penerbangan
dan Antariksa Dalam Mewujudkan Visi Misi Presiden dan Wakil Presiden Indonesia Maju
Yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong.
Misi :
1) Memberikan dukungan teknik dan administrasi serta analisis yang cepat, akurat dan
responsif kepada Presiden dan Wakil Presiden dalam pengambilan kebijakan
penyelenggaraan Pemerintah Negara berkaitan dengan sains antariksa dan atmosfer.
2) Memberikan dukungan teknis dan administrasi serta analisis yang cepat, akurat dan
responsif kepada Presiden dan Wakil Presiden dalam pengambilan kebijakan
penyelenggaraan pemerintahan Negara berkaitan dengan penginderaan jauh.
3) Memberikan dukungan teknis dan administrasi serta analisis yang cepat, akurat dan
responsif kepada Presiden dan Wakil Presiden dalam pengambilan kebijakan
penyelenggaraan Pemerintahan Negara berkaitan dengan teknologi penerbangan dan
antariksa.
4) Memberikan dukungan teknis dan administrasi serta analisis yang akurat dan responsif
kepada Presiden dan Wakil Presiden dalam pengambilan kebijakan penyelenggaraan
Pemerinttahan Negara berkaitan dengan kebijakan penerbangan dan antariksa.
5) Memberikan dukungan teknis dan administrasi serta analisis yang cepat, akurat dan
responsif kepada Presiden dan Wakil Presiden dalam pengambilan kebijakan
penyelenggaraan Pemerintahan Negara berkaitan dengan mewujudkan birokrasi LAPAN
berkelas dunia.
b. Tugas Pokok dan Fungsi LAPAN
LAPAN memiliki tugas yaitu melaksanakan tugas pemerintahan di bidang penelitian dan
pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya serta penyelenggaraan keantariksaan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam mengemban tugas pokok diatas, LAPAN menyelenggarakan fungsi-fungsi
sebagai berikut:
1) Penyusunan kebijakan nasional di bidang penelitian dan pengembangan sains antariksa
dan atmosfer, teknologi penerbangan dan antariksa dan penginderaan jauh serta
pemanfaatannya;
2) Pelaksanaan penelitian dan pengembangan sains antariksa dan atmosfer, teknologi
penerbangan dan antariksa, dan penginderaan jauh serta pemanfaatannya;
3) Penyelenggaraan keantariksa;
4) Pengoordinasian kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas LAPAN;
5) Pelaksanaan pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit
organisasi di lingkungan LAPAN;
6) Pelaksanaan kajian kebijakan strategis penerbangan dan antariksa;
7) Pelaksanaan penjalaran teknologi penerbangan dan antariksa;
8) Pelaksanaan pengelolaan standardisasi dan system informasi penerbangan dan antariksa;
9) Pengawasan atas pelaksanaan tugas LAPAN; dan
10) Penyampaian laporan, saran, dan pertimbangan di bidang penelitian dan pengembangan
sains antariksa dan antariksa dan atmosfer, teknologi penerbangan dan antariksa, dan
penginderaan jauh serta pemanfaatannya.
c. Struktur Organisasi LAPAN

Gambar 3. Struktur Organisasi LAPAN Secara Umum


d. Sejarah LAPAN
1) Kronologi Pembentukan LAPAN
Pada tanggal 31 Mei 1962, dibentuk Panitia Astronautika oleh Menteri Pertama RI, Ir.
Juanda (selaku Ketua Dewan Penerbangan RI) dan R.J. Salatun (selaku Sekretaris Dewan
Penerbangan RI). Tanggal 22 September 1962, terbentuknya Proyek Roket Ilmiah dan
Militer Awal (PRIMA) afiliasi AURI dan ITB. Berhasil membuat dan meluncurkan dua
roket seri Kartika berikut telemetrinya. Tanggal 27 November 1963, Lembaga Penerbangan
dan Antariksa Nasional (LAPAN) dibentuk dengan Keputusan Presiden Nomor 236 Tahun
1963 tentang LAPAN.
2) Ketua/Kepala LAPAN dari masa ke masa :
a) Komodor TNI AU Nurtanio Pringgodigdo (TNI AU) (Periode 1963-1966).
b) Marsdya TNI AU Soebambang (TNI AU) (Periode 1967-1971).
c) Marsdya TNI AU (Purn) Raden Jacob Salatun (TNI AU) (Periode 1971-1978).
d) Marsda TNI AU dr. R. Sunaryo (TNI AU) (Periode 1978-1986).
e) Marsdya TNI AU Iskandar (TNI AU) (Periode 1986-1987).
f) Marsda TNI AU R. Ibnoe Soebroto (TNI AU) (Periode 1987-1991).
g) Prof. Dr. Ir. Harsono Wiryosumarto, M.S. Met E. (ITB) (Periode 1991-1998).
h) Prof. Dr. Harijono Djojodihardjo (LAPAN/ITB) (Periode 1999-2000).
i) Ir. Mahdi Kartasasmita, M. Sc., Ph. D. (LAPAN) (Periode 2001-2005).
j) Dr. Ir. Adi Sadewo Salatun (LAPAN) (Periode 2006-2010).
k) Drs. Bambang S. Tedjasukmana, Dipl. Ing. (LAPAN) (Periode 2011-2014).
l) Prof. Dr. Thomas Djamaluddin (LAPAN) (Periode 2014-sekarang).
3) Penyempurnan Organisasi LAPAN melalui :
a) Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 18 Tahun 1974,
b) Keppres Nomor 33 Tahun 1988,
c) Keppres Nomor 33 Tahun 1988 Keppres Nomor 24 Tahun 1994;
d) Keppres Nomor 166 Tahun 2000 sebagaimana diubah beberapa kali yang terakhir dengan
Keppres Nomor 4 Tahun 2013.
e) Perpres Nomor 49 Tahun 2015.
4) Kompetensi Utama :
a) Sains Antariksa dan Atmosfer
b) Teknologi penerbangan, roket, dan satelit
c) Penginderaan Jauh
d) Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa.
5) Sejarah Logo LAPAN :
30 Desember 1965

Berdasarkan arsip yang dimiliki LAPAN, ditemukandokumen resmi yang memuat logo
LAPAN. Dalam kopsurat bertanggal 30 Desember 1965 tersebut, terlihatlogo LAPAN
terdiri dari empat unsur yaitu Roket, Sayap, Peta Indonesia berada dalam lingkaran yang
dikonotasikan sebagai bumi.Berdasarkan artikel pada Majalah Interkom Nomor71-94/95, RJ
Salatun Kepala LAPAN periode 1971-1978, tidak ada keistimewaan tertentu yang
mendasari gagasan untuk menciptakan logo LAPANpertama kali. Hanya terpikirkan untuk
menggunakan sayap sebagai lambang penerbangan dan roket sebagai lambang antariksa
dalam logo LAPAN. Melaluitangan seorang seniman terwujudlah sebuah logo.
1974 – 2006 :

Logo yang dipakai era 1974-2006 ini tidak mengalami perubahan dari sisi unsur
pembentuknya (roket dan sayap).
Namun logo ini menghilangkan unsur peta dan lingkaran, dengan sayap yang terlihat lebih
besar yang melambangkan perkembangan organisasi LAPAN pada waktu itu. Secara resmi
logo kedua LAPAN ini tercantum dalam Pedoman Administrasi Umum di lingkungan
LAPAN berdasarkan Keputusan Kepala LAPAN Nomor: LPN/070/SK/119/XII/1983 1974 –
2006.
2004 – 2005

Logo yang dipakai sekitar tahun 2004-2005, terlihat logo ini merupakan perpaduan antara
logo pertama dengan logo ketiga. Tidak ada peraturan formal yang mengatur tentang logo
ini, namun diaplikasikan pada baju kerja, plakat, hingga souvenir. Ini merupakan varian logo
tidak resmi namun banyak digunakan. 2004 – 2005.
2006 – 2015
Pemaknaan gambar Roket pada logo ini merupakan pencerminan dari produk andalan
LAPAN untuk rancang bangun teknologi antariksa sebagai aplikasi kegiatan di ruang
angkasa (remote sensing, riset atmosfer dan matahari) serta penelitian pengembangan
teknologi kedirgantaraan LAPAN secara keseluruhan. Gambar Roket tersebut memiliki
panjang sekitar 17 satuan ukuran yang dimaksudkan untuk mengingatkan tanggal
kemerdekaan Indonesia diproklamasikan. Sayap Burung Garuda yang mengapit Roket
menandakan identitas yang mengandung makna kegiatan LAPAN yang dinamis. Jumlah
bulu pada masing-masing sayap pun juga memiliki beberapa makna, antara lain bulu pada
tiga baris pertama berjumlah 27 helai merujuk pada tanggal kelahiran LAPAN. Sementara
bulu pada sisi sayap paling luar berjumlah 11 helai menunjukkan bulan ke sebelas
(November) yaitu bulan kelahiran LAPAN. Sedangkan keseluruhan bulu pada sayap
sebanyak 63 helai diartikan sebagai tahun kelahiran LAPAN. Dengan demikian Sayap
Burung Garuda didalamnya terkandung makna tanggal, bulan dan tahun berdirinya LAPAN
yaitu tanggal 27 November 1963. Tulisan “LAPAN” yang terletak dibawah Roket dan
Sayap Burung Garuda mengandung makna bahwa LAPAN sebagai instansi yang menaungi
segala kegiatan penelitian dan pengembangan kedirgantaraan nasional. 2006 – 2015.
2015 – Sekarang

Logo baru LAPAN divisualisasikan melalui empat bidang universal yang diwakili bentuk
eliptik, yang mempresentasikan empat kompetensi utama LAPAN, yaitu Teknologi
Penerbangan dan Antariksa, Penginderaan Jauh, Sains Antariksa dan Atmosfer, serta Kajian
Kebijakan Penerbangan dan Antariksa. Warna biru langit yang dominan pada logo menjadi
ciri tradisional logo LAPAN sebelumnya. Sedangkan warna kuning api melambangkan
gelora dan semangat membara seluruh elemen LAPAN untuk mewujudkan cita-cita
penerbangan dan keantariksaan nasional yang luhur dan jaya di angkasa.
e. Kontak Penyelenggara LAPAN
Informasi mengenai LAPAN dapat diakses pada situs www.lapan.go.id atau juga bisa
diakses pada laman Instagram, Facebook dan Youtube. Berikut profil LAPAN yang ada
dimedia sosial :

a) b) c)

Gambar 4. Profil Media Social LAPAN, a) Youtube LAPAN, b) Facebook LAPAN, c) Instagram
LAPAN
LAPAN memiliki satuan kerja yang tersebar diseluruh Indonesia, untuk mendukung
aktivitasnya. Kantor pusat LAPAN terletak di Jl. Pemuda Persil no. 1, Rawamangun, Jakarta Timur.
Beberapa fasilitas LAPAN lainnya yakni :
1) Pusat Antariksa Bandung (Bandung, Jawa Barat)
2) Pusat Teknologi Penerbangan dan Roket Rumpin (Bogor, Jawa Barat)
3) Pusat Teknologi Satelit Rancabungur (Bogor, Jawa Barat)
4) Balai Uji Teknologi dan Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Garut (Garut, Jawa Barat)
5) Loka Pengamatan Dirgantara Sumedang (Sumedang, Jawa Barat)
6) Balai Pengamatan Bumi Watukosek (Surabaya, Jawa Timur)
7) Loka Pengamatan Dirgantara Koto Tabang (Padang, Sumatera Barat)
8) Balai Pengamatan Dirgantara Pontianak (Pontianak, Kalimantan Barat)
9) Balai Penginderaan Jauh Parepare (Parepare, Sulawesi Selatan)
10) Stasiun Pengamat Dirgantara Kupang (Kupang, Nusa Tenggara Timur)
11) Balai Penjejakan dan Kendali Wahana Antariksa Biak (Biak, Papua)
Gambar 5. Lokasi Satuan Kerja LAPAN
2. BRIN Agam
a) Visi dan Misi BRIN Agam
Visi :
Menjadi Sentral data Antariksa dan Atmosfer yang Bermanfaat Bagi Peneliti dan
Masyarakat
Misi :
1) Meningkatkan penguasaan teknik pengamatan dan pengoperasian alat pengamatan
dalam mendapatkan data yang baik dan berkelanjutan.
2) Meningkatkan penguasan teknik tentang pengolahan data agar didapat data yang sudah
siap pakai.
3) Meningkatkan kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan peralatan pengamatan agar
didapat data yang kontiniu dan berkesinambungan.
4) Meningkatkan kegiatan kerja sama pengamatan dan penelitian baik dalam maupun luar
negeri dan meningkatkan  kemampuan sumber daya manusia (SDM).
b) Kedudukan, Tugas dan Fungsi
1) Kedudukan
Berdasarkan peraturan Kepala LAPAN No.15 Tahun 2015 Balai Pengamatan Antariksa
dan Atmosfer Agam adalah unit pelaksana teknis yang berada dibawah dan bertanggung
jawab kepada Deputi Sains Antariksa dan Atmosfer.
2) Tugas
Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Agam mempunyai tugas melaksanakan
pengamatan, perekaman, pengolahan, analisa dan pengelolaan dan antariksa dan
atmosfer.
3) Fungsi
Dalam melaksanakan tugasnya, Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Agam
Menyelenggarakan Fungsi :
a) Penyusunan rencana kegiatan dan anggaran.
b) Pelaksanaan pengamatan, perekaman, pengolahan, analisa, dan pengelolaan data
antariksa dan atmosfer.
c) Pengembangan, pengoperasianm dan pemeliharaan peralatan pengamatan antariksa
dan atmosfer.
d) Pelaksanaan kerja sama teknis di bidang pengamatan antariksa dan atmosfer.
e) Pemberian layanan public penerbangan dan antariksa.
f) Evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan.
g) Pelaksanaan urusan keuangan, SDM aparatur, tata usaha, penatausahaan barang
milik Negara, dan rumah tangga.
c) Struktur Organisasi BRIN Agam
Struktur organisasi BRIN Agam secara umum terdapat pada gambar 6 di bawah ini:

Gambar 6. Struktur Organisasi BRIN Agam


d) Kontak Penyelenggara BRIN Agam
Informasi mengenai BRIN Agam dapat diakses pada situs https://satulayanan.lapan.go.id
atau juga bisa diakses pada laman Instagram, Facebook dan Youtube. Berikut profil
BRIN Agam yang ada di media sosial :

1) 2) 3)

Gambar 7. Profil Media Social BRIN Agam, 1) Youtube LAPAN Agam, 2) Facebook LAPAN
Agam, 3) Instagram LAPAN Agam

e) Sejarah BRIN Agam


Berdasarkan Peraturan Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Nomor 15 tahun 2015 yang ditandatangani pada tanggal 9 Oktober 2015 tentang Balai
Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Agam merupakan unit pelaksana teknis di
lingkungan Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Deputi Bidang Sains Antariksa dan Atmosfer.
Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Agam atau sering juga disebut dengan
BPAA Agam merupakan stasiun pengamat yang terletak di wilayah equator tepatnya di
daerah Kototabang, Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Stasiun ini
berada pada koordinat 100° 19’11’’ BT dan 0° 11’59’’ LS dengan ketinggian 865 meter
di atas permukaan laut. Pembangunan BRIN Agam didasarkan atas kurangnya data-data
meteorologi untuk wilayah Indonesia bagian barat. Kototabang merupakan daerah
penyimpanan panas sensible maupun panas laten dan tempat besar pembentukan awan-
awan raksasa seperti cumulonimbus. Kototabang memiliki letak geografis yang unik
karena diapit oleh dua benua yaitu benua Asia dan Australia dan dua samudera yaitu
samudera Hindia dan Pasifik. BRIN Agam diresmikan oleh Menteri Negara Riset dan
Teknologi yakni Dr. AS Hikam pada tanggal 26 Juni 2001.
f) Aktivitas Instansi
Aktivitas di BPAA Agam diantaranya melakukan pengamatan, perekaman,
pengolahan, dan analisis data antariksa dan atmosfer. Kegiatan pengamatan meliputi
kegiatan operasional harian peralatan, perawatan dan perbaikan peralatan. Kegiatan
perekaman terdiri dari mengambil data (back up) dari peralatan dan menyimpannya di
media lain. Kegiatan pengolahan meliputi mengolah data mentah dari peralatan (raw
data) menjadi data yang bisa diinterpretasikan. Kegiatan pengelolaan meliputi
pengiriman data ke pusat terkait, penyimpanan data/arsip dan pemanfaatan data.
Bidang penelitian terkait yang dilakukan oleh BRIN Agam adalah :

1) Pemodelan Iklim
Kegiatan pemodelan iklim disusun daerah dilakukan dengan cara melihat atmosfer
pada daerah yang dimodelkan tersebut. Bidang ini meliputi monitoring dan
penelitian tentang pembentukan awan dan hujan. Dalam bidang ini, penggunaan alat
yang sesuai sangatlah membantu. Alat-alat tersebut meliputi EAR, X-Band Radar,
RASS, Disdrometer, ORG, AWS, Ceilometer dan Micro Rain Radar.

2) Pengkajian Ozon dan Polusi Udara


Bidang pengkajian ozon dan polusi udara adalah pengkajian kandungan yang
terdapat di atmosfer. Penelitian ini diantaranya penelitian tentang aerosol (debu
atmosfer). Penelitian ini menggunakan Lidar sebagai alat utama dalam pengamatan.

3) Aplikasi Klimatologi dan Lingkungan


Bidang ini meneliti tentang stabilitas udara dan profil temperatur serta tekanan udara.
Penelitian ini ditujukan untuk melihat pengaruh iklim menggunakan alat ukur
kelembapan udara yang diterbangkan dengan balon udara. Alat yang digunakan
adalah Radiosonde. Saat pengukuran, alat ini dilepas dengan balon udara ada periode
tertentu. Untuk mempermudah penelitian, alat ini dilengkapi GPS untuk menentukan
posisi dari alat saat diterbangkan.
4) Aplikasi Geomagnet dan Magnet Antariksa
Bidang ini dapat melihat pengaruh magnet bumi dan antariksa terhadap gelombang
atmosfer. Alat yang mendukung pada bidang ini yaitu Magnetometer.

5) Matahari dan Antariksa


Bidang yang diteliti dalam pengamatan matahari dan antariksa adalah meteor dan
angin. Alat yang digunakan untuk mengamati bidang tersebut ialah MWR.

6) Ionosfer dan Antariksa


Bidang ini meneliti bagian atmosfer meliputi gelombang gravitasi atmosfer dan
variasi dan penjalaran energi pada thermosfer dan ionosfer.
g) Peralatan di BRIN Agam
Berikut merupakan tabel peralatan-peralatan yang terdapat di BPAA Agam LAPAN,
antara lain yaitu:
Tabel 2.1 Peralatan yang digunakan untuk melakukan pengukuran di bidang
ionosfer

No Gambar Alat Nama Alat Fungsi Alat

1
Untuk mengamati
perilaku atmosfer berupa
gelombang yang
Imager Airglow diakibatkan oleh cahaya
benda-benda langit yang
menunjukkan adanya
transfer energi di daerah
atmosfer atas

2
Untuk mengukur
Magnetometer parameter geomagnet,
komponen H, D dan Z.

3
Untuk mengamati
matahari, bulan, planet,
Teleskop William dan benda-benda langit
lainnya.
4 Untuk memonitoring
Meteor Wind Radar meteor yang jatuh di
(MWR) atmosfer dan melihat
keadaan angin dari
meteor-meteor tersebut.

5
Untuk mengamati
ionosfer, yang meliputi
Ionosonda frekuensi maksimum,
minimum, dan optimum.

6
Untuk mengidentifikasi
GPS Scintilasi terjadinya sintilasi yang
digambarkan adanya
perubahan propagasi (fasa
dan amplitudo) sinyal
satelit pada saat melewati
lapisan ionosfer.

7
Fabry-Perot Untuk mengukur angin
Interferometer netral di wilayah
(FPI) mesopause dan troposfer.

8 GNU Radiometer GRBR merupakan sistem


Beacon Receiver pengukuran Total
(GRBR) Electron Content (TEC)
berbasis GNU radio,
dimana digunakan sistem
penerima radio beacon
satelit berbasis free
software GNU radio.

Instrument ini
memanfaatkan sinyal dari
GNSS beberapa satelit untuk
penentuan posisi dan
mengukur Total Electron
Content (TEC) di
atmosfer bumi.

10
Very High Untuk pengamatan
Frequency irregularitas
Ionospheric Radar (ketidakberaturan) lapisan
(VHF) ionosfer.

11 Automatic Link Untuk menguji transfer


Establishment frekuensi, selanjutnya
(ALE) memantau kondisi lapisan
ionosfer dan propagasi
gelombang radio

12

Teleskop Celestron Mengamati benda-benda


langit.

13

Sky Quality Meter Mengukur kecerlangan


(SQM) langit malam.
Tabel 2.2 Peralatan yang digunakan untuk melakukan pengukuran di bidang atmosfer

No Gambar Alat Nama Alat Fungsi Alat

Equator Atmosphere Untuk mendapatkan arah


Radar (EAR) dan kecepatan angin dalam
tiga dimensi.

Untuk mendapatkan data


awan, baik itu berupa
X-Band Radar
sebaran, posisi dan berupa
arah penjalarannya.

3
Untuk mengukur kadar
karbondioksida di udara
Sensor CO2
dalam rangka penelitian
variabilitas gas rumah kaca

Light Detection and Untuk mengukur aerosol,


Ragging (LIDAR) debu, dan lainnya

5 Untuk melakukan
pengamatan ketinggian
Ceilometer
dasar awan dengan
jangkauan kisaran 0 - 75
km secara vertikal.

Untuk mendapatkan data


besarnya kecepatan, besar,
dan jumlah butiran hujan
Disdrometer

7 Untuk memancarkan suara


dalam arah vertikal dengan
frekuensi ~2000 Hz, dan
memanfaatkan gelombang
Radio Acoustic Sounding suara untuk mendapatkan
System (RASS) profil temperature vertikal
sampai ketinggian 15 km.

8 Untuk mengamati
atmosfer. Parameter yang
diamati berupa temperatur,
Automatic Weather
kelembapan, arah dan
Station(AWS)
kecepatan angin, curah
hujan, tekanan udara serta
radiasi matahari.

Untuk mendapatkan data

Micro Rain Radar (MRR) kandungan uap air yang


ada di atmosfer.

10

Untuk mendapatkan data


mengenai tingkat curah
Optical Rain Gauge
hujan yang terjadi secara
(ORG)
kontiniu.

11
EPAM 5000 Untuk mengukur partikel
udara PM 10, PM 2,5 dan
PM 1,0.

12

Alat takar hujan yang


mengukur curah hujan
Rain Gauge
dengan system typing
bucket.

13 Pemantau hujan spasial.


Santanu memanfaatkan
Santanu
noise hujan dari radar
kapal untuk memantau
lokasi, intensitas, serta
pergerakan hujan

14

ASLUNG Mengukur parameter


kulitas udara.
15

Ozon monitoring
digunakan untuk
Ozonmonitor
pengukuran kadar ozon
permukaan.

16

Gas monitoring digunakan


untuk mengambil sampel
Gas monitor
udara kemudian
melakukan pengukuran
terhadap gas yang
terkandung.

17

Pyranometer Mengamati radiasi


matahari
18

Untuk mengetahui durasi


penyinaran matahari
Campbell Stokes

D. Aktivitas Praktik Kerja Lapangan


1) Ruang Lingkup Pelaksanaan PKL
Ruang lingkup pelaksanaan PKL sesuai dengan kondisi BPAA Agam yakni
melakukan perekaman, pengolahan, manajemen serta kompilasi data antariksa dan atmosfer.
Dalam praktek lapangan ini, topiknya dikhususkan pada analisa parameter cuaca seperti
prinsip kerja dari instrumen yang dipilih sesuai dengan konsentrasi bidang kajian atau
disebut dengan KBK dari penulis. Pengenalan tentang bagaimana profil instansi dari BRIN
Agam sendiri dilakukan secara daring yang dilaksanakan sebelum melakukan PKL secara
langsung di instansi. Pelaksanaan hari pertama PKL yaitu pada tanggal 11 Oktober 2021
penulis serta beberapa rekan yang juga melaksanakan PKL datang langsung ke BRIN Agam.
Penulis dan rekan PKL lainnya diarahkan untuk mengamati serta mempelajari sistem kerja
dari semua peralatan yang ada di BRIN Agam. Kemudian penulis diberi kesempatan untuk
memilih salah satu peralatan yang diminati dan mengkaji lebih jauh mengenai peralatan
tersebut sesuai dengan literatur terkait.
Dalam proses pelaksanaan PKL di BRIN Agam, penulis disarankan untuk berdiskusi
dengan semua karyawan, berhubung jadwal dari semua keryawan di BRIN Agam dibedakan
karna harus bergantian untuk ke instansi, penulis hanya berdiskusi dengan pembimbing.
Mengingat topik yang difokuskan adalah pada Pengamatan ketinggian awan dengan
Ceilometer yang dibimbing oleh Bapak Ir. Muzirwan, M.Kom yang merupakan peneliti
bidang sains atmosfer. Pembimbing menjelaskan hal yang terkait dengan Ceilometer
kemudian memberikan beberapa file terkait dengan instrumen tersebut. Pembimbing
mengarahkan penulis dalam mempelajari berbagai literatur, serta membimbing penulis agar
mampu mengetahui dan manganalisa data yang diperoleh. Kegiatan diskusi bersama
pembimbing dilakukan disela-sela waktu kesibukan dan aktivitas pembimbing. Bimbingan
berlangsung tidak hanya dalam ruangan kerja, namun juga dengan media online.
2) Jadwal Pelaksanaan PKL
Praktek Kerja Lapanan dilaksanakan di BRIN Agam selama kurang lebih satu bulan
yaitu dimulai pada tanggal 11 Oktober 2021 sampai dengan 11 November 2021 dan kegiatan
mulai dilakukan dari pukul 08.00 WIB sampai dengan 16.00 WIB.
3) Kendala dalam Pelaksanaan PKL Serta Solusinya
Praktek Kerja Lapangan yang dilakukan di BRIN Agam dilakukan empat hari kerja
dalam satu minggu yaitu Senin sampai Kamis, dimulai dari jam 08.00 WIB sampai dengan
jam 16.00 WIB. Hal ini dikarenakan kondisi di Indonesia terutama di Sumatera Barat sendiri
yang tengah berjuang melawan pandemi Covid-19, untuk menjaga dan mengurangi angka
positif yang terus melonjak maka pihak instansi memberikan kesempatan kepada mahasiswa
PKL untuk melakukan PKL secara tatap muka dan juga beberapa kali dilakukan secara
daring.
Kendala yang dihadapi selama melakukan Kegiatan PKL beserta solusinya yaitu
pada minggu pertama menjalankan PKL. Penulis mengaku kesulitan dalam menentukan
topik permasalahan untuk dijadikan laporan karena banyaknya topik yang ada baik dari segi
peralatan maupun data. Penulis juga tidak cukup paham mengenai konsep dan tata cara
pengambilan data maupun perawatan dari peralatan pengamatan yang terdapat di BRIN
Agam. Menanggapi hal ini pembimbing selalu mengarahkan penulis dan selalu meyakinkan
penulis bahwa penulis pasti dapat menyelesaikan dengan baik, serta selalu membimbing
penulis dalam memahami konsep dan prosedur pengambilan data serta perawatan, peralatan,
pengamatan. Selain itu pembimbing senantiasa berdiskusi mengenai perkembangan topik
yang diambil untuk laporan akhir dalam PKL.

BAB III
STUDI INSTRUMEN CEILOMETER CT25K UNTUK PENGAMATAN KETINGGIAN
DASAR AWAN PADA BULAN SEPTEMBER 2021 DI BRIN AGAM
A. Tinjauan Kondisi Riil
BRIN Agam merupakan stasiun pengamat yang dilalui oleh garis khatulistiwa dan
berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, dengan wilayah tropis menjadikan cuaca di wilayah
ini sangat menarik untuk diteliti. BRIN Agam merupakan balai yang melakukan pengamatan
terhadap atmosfer dan antariksa nasional. Salah satu pengamatan yang dilakukan di bidang atmosfer
adalah pengamatan ketinggian dasar awan.
Bumi tersusun atas tiga lapisan yang terdiri dari hidrosfer, litosfer, dan atmosfer. Atmosfer
merupakan campuran gas-gas yang mengelilingi bumi pada segala sisinya. Atmosfer bersifat aktif,
dapat dimampatkan, dan dapat mengembang. Menurut (Tjasyono, 1992 : 3) atmosfer ialah lapisan
gas yang menyelubungi bulatan bumi. Atmosfer penting bagi kehidupan karena tanpa atmosfer
maka hewan dan tumbuhan tidak dapat hidup. Disamping itu, atmosfer bertindak sebagai pelindung
kehidupan di bumi dari tenaga matahari yang kuat pada siang hari dan mencegah hilangnya panas
ke ruang angkasa pada malam hari.
Pengamatan di bidang atmosfer yang dilakukan di BRIN Agam salah satunya ialah
pengukuran ketinggian dasar awan. Cuaca ditentukan oleh banyak faktorpenentu salah satunya
adalah awan. Keadaan awan yaitu berawan atau tidak, biasanya disebutkan saat menggambarkan
keadaan cuaca di suatu tempat pada suatu waktu. Kemunculan awan di daerah Koto Tabang
ditandai dengan pertumbuhan awan hujan. Rata-rata hujan terjadi pada awan rendah atau ketinggian
2 km.
BRIN Agam menggunakan Ceilometer CT25K sebagai instrumen untuk pengukuran
ketinggian dasar awan. Ceilometer ini sudah beroperasi sejak tahun 2003 sampai dengan sekarang.
Ceilometer merupakan instrumen kerjasama antara LAPAN dan Kyoto University Jepang. Kegiatan
ini dilaksanakan di BRIN Agam terkait Ceilometer berupa pengambilan data, pengolahan data,
pengecekan atau perawatan Ceilometer dengan waktu yang telah ditentukan.

B. Tinjauan Literatur
1) Atmosfer
Atmosfer merupakan lapisan udara yang menyelubungi bumi. Atmosfer berasal dari dua
kata Yunani yaitu Atmos berarti uap dan Sphaira berarti bulatan, Atmosfer bumi mempunyai
ketebalan sekitar 1000 km yang dibagi menjadi lapisan-lapisan berdasarkan profil temperatur,
komposisi atmosfer, sifat radioelektrik, dan lain-lain. Atmosfer berfungsi sebagai pelindung
kehidupan dibumi yang memiliki sifat tidak berwarna, tidak berbau dan berwujud, dan fleksibel.
Atmosfer terdiri dari banyak unsur gas, diantaranya Nitrogen (N2), Oksigen (O2), Argon
(Ar), dan Karbon Dioksida (CO2) sebagai unsur utama. Unsur lainnya seperti Neon (Ne),
Helium (He), Ozon (O3), Hidrogen (H2), Krypton (Kr), Metana (CH4), dan Xenon (Xe).
Lapisan atmosfer tersebar berbeda secara vertikal maupun horizontal. Secara vertikal, terdiri
dari lapisan troposfer, stratosfer, mesosfer, dan thermosfer. Dan ada juga ionosfer dan exosfer.
Secara horizontal hanya berada pada lapisan troposfer dengan keadaan yang berbeda-beda
antara satu tempat dengan tempat yang lainnya. Perbedaan tersebut mengakibatkan perbedaan
gejala cuaca dan iklim di permukaan bumi.

Gambar 8. Lapisan Atmosfer

2) Cuaca
Cuaca merupakan suatu gejala alam yang terdiri beberapa unsur cuaca dan juga merupakan
suatu keadaan udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit dengan jangka
waktu yang singkat dalam hitungan menit hingga minggu. Cuaca juga merupakan keadaan
atmosfer pada periode waktu tertentu meliputi wilayah yang sempit. Unsur-unsur cuaca meliputi
suhu, tekanan udara, kelembaban udara, hujan, dan angin. Unsur cuaca lainnya yang dapat kita
saksikan yaitu penyinaran matahari, keadaan awan, gejala halilintar, pelangi, halo, dan lain-lain.

Gambar 9. Unsur-unsur Cuaca


(http://www.fisikanet.lipi.go.id)
3) Awan
Awan adalah sekumpulan tetesan air atau kristal es yang terdapat pada atmosfer bumi dan
terbentuk akibat pengembunan atau pemadatan uap air yang ada dalam udara setelah
melampaui keadaan jenuh.
Parameter ketinggian awan merupakan salah satu unsur cuaca yang memiliki peran penting
dalam analisis curah hujan dikarenakan presipitasi erat kaitannya dengan kondisi awan. Dalam
bidang penerbangan parameter ini berfungsi untuk menentukan keamanan dalam transportasi
udara. Karena awan dapat menyebabkan gangguan pandangan pada pilot selama penerbangan.
Menurut morfologinya, awan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
1) Commulus, bentuknya bergumpal-gumpal (bundar-bundar) dan dasarnya horizontal.
2) Stratus, tipis dan tersebar luas sehingga dapat menutupi langit secara merata. Memiliki
arti khusus yaitu awan yang rendah dan luas.
3) Cirrus, awan yang berdiri sendiri yang halus dan berserat, bentuknya seperti bulu
burung. Sering terdapat kristal es tapi tidak dapat menimbulkan hujan.
(Handoko, 1995) menyatakan tipe awan berdasarkan penyebarannya secara vertikal
dibedakan menjadi :
a) Awan Tinggi
Mempunyai ketinggian lebih dari 6.000 meter. Umumnya terdiri dari kristal-kristal es,
berwarna putih atau mendekati transparan. Golongan awan ini yaitu : Awan Cirrus,
Cirristratus, dan Cirricumullus.
b) Awan Menengah
Mempunyai ketinggian antara 2.000-6.000 meter diatas permukaan laut. Awan ini
merupakan campuran titik-titik air dan kristal-kristal es. Golongan awan ini ialah :
Altocumullus dan Altostratus.
c) Awan Rendah
Awan ini berada pada ketinggian 2.000 meter. Jenis awannya ialah : Stratus,
Stratocumullus, dan Nimbostratus.
Menurut (Samarantika, 2018) Pengamatan terhadap awan memiliki kepentingan
yang besar untuk studi iklim, prediksi cuaca dan keamanan transportasi udara. Karena
awan adalah indikator yang menyatakan kondisi atmosfer setempat, tinggi awan, tipe
dan luas lapisan awan menyediakan wawasan untuk kondisi di berbagai tempat di
atmosfer.
4) Ceilometer CT25K
Ceilometer CT25K instrumen yang digunakan untuk mengukur ketinggian dasar awan
dan visibilitas vertikal. Ceilometer menggunakan teknologi Lidar (Light Detection and
Ranging) laser diode. Dimana pulsa laser yang pendek dan kuat dikirim dalam arah vertikal
atau mendekati vertikal. Refleksi cahaya backscatter disebabkan oleh kabut, curah hujan,
dan awan diukur sebagai pulsa laser yang melintasi langit. Kekuatan sinyal yang tinggi
disimpan dan diproses sehingga dasar awan terdeteksi. Dengan mengetahui kecepatan
cahaya, waktu keterlambatan antara peluncuran pulsa laser dan deteksi sinyal backscatter
menunjukkan ketinggian dasar awan. CT25K mampu mendeteksi tiga lapisan awan secara
bersamaan, selain itu juga mendeteksi adanya presipitasi atau hambatan lain pada
penglihatan. (Vaisala : 1999)
Gambar 10. Ceilometer CT25K

a. Spesifikasi Ceilometer CT25K di BRIN Agam


Tabel 3.1 Spesifikasi Mekanik
Unit Pengukuran 760 x 280 x 245 mm
Tinggi dengan perisai dan alas 1320 mm
Total Berat ± 169 kg
Keluaran antar muka (output interface) RS-232, RS422, RS-485
Tegangan nominal 115 V atau 230 V
Total konsumsi daya 365 W
Frekuensi 45-46 Hz
Jarak Pengukuran 0-25.000 ft. (0-7,5 km)
Resolusi 50 ft.
Bandwitch penerima 3 MHz (-3 dB)
Suhu Lingkungan -50°C sampai +60°C (-60°F - 140°F)
Tabel 3.2 Spesifikasi Transmitter
Sumber Laser Indium Gallium Arsenide (InGaAs) Diode
Laser
Panjang gelombang pusat 905 ± 5 nm di 25°C (77°F)
Mode Operasi Pulsa
Energi 1,6 Ws ± 20% (sesuai pabrik)
Daya Puncak Tipikal 16 W
Lebar, 50% Tipikal 100ns
Tingkat Pengulangan 5,57 KHz
Daya rata-rata 8,9 mW (ukuran jarak penuh)
Maksimal Radiasi 170/cm2 diukur dengan 7 mm aperture

Tabel 3.3 Spesifikasi Receiver

Detektor Silico Navalanche Photodiode (APD)

Responsivitas pada 905 nm 65 A/W (sesuai pabrik)

Diameter permukaan 0.5 mm

Filter Interferensi Panjang gelombang pusat 908 nm

50% Pass Band 35 nm pada 890-925 nm

Transmisivitas pada 905 nm Tipikal 80% minimal 70%


b. Komponen Ceilometer CT25K

Gambar 11. Unit Ceilometer (User Guide Vaisala, 1999)

Gambar 12. Komponen Ceilometer (User Guide Vaisala, 1999)


Komponen pada Ceilometer CT25K dapat dilihat pada gambar diatas. Bagian
komponen penyusun Ceilometer tidak dapat diperlihatkan karena badan Ceilometer CT25K
di BRIN Agam terkunci dan Ceilometer dalam keadaan aktif atau sedang bekerja. Bagian
badan Ceilometer terbagi menjadi 3 yaitu terdapat perisai, unit pengukuran, dan alas.
c. Blok Diagram Ceilometer CT25K

Gambar 13. Blok Diagram Ceilometer CT25K

Block Diagram sangat diperlukan untuk mengetahui jalannya proses pengukuran


ketinggian dasar awan. Gambar 13 merupakan blok diagram dari Ceilometer CT25K. Pada
gambar 13 kontrol tingkat atas berada di perangkat lunak papan prossesor DMC50B. Ini
menentukan pengaturan apa yang akan digunakan untuk pengukuran. Pengaturan ditulis oleh
perangkat lunak ke dalam Ceilometer Interface Board DCT51, yang kemudian melakukan
pengukuran aktual secara mandiri. Saat pengukuran selesai, interupsi dikeluarkan dari
DCT51 ke DMC50B, dimana profil data mentah hamburan balik pengukuran yang
terakumulasi diambil oleh DMC50B ke dalam RAM-nya untuk pemrosesan algoritmik.
Selain itu, ada mode lain untuk melakukan pengukuran simulasi tanpa laser, dengan
Light Emitting Diode (LED) dari Monitor Optik CTL21 bertindak sebagai hamburan balik
yang disimulasikan. Mode ini berfungsi untuk menguji seluruh bagian penerima.
Ketika pengukuran dimulai, logika waktu dan kontrol dari DCT51 mulai
mengeluarkan pulsa pemicu ke Pemancar Laser CTT21 pada waktu yang ditentukan tingkat
pengulangan. Pada setiap pulsa pemicu, transmitter mengirimkan satu pulsa laser.
Pulsa laser ini dikolimasikan oleh lensa menjadi sinar cahaya yang hampir paralel.
Saat sinar laser pendek ini meintasi atmosfer, partikel menyebabkan hamburan masuk arah
mundur, bagian yang mengenai lensa dan difokuskan olehnya. Beamsplitter memantulkan
fraksi tetapnya melalui Inframerah Filter Interferensi ke Avalanche Photodiode (APD)
penerima CTR21. Filter Interferensi Inframerah menghilangkan semua kebisingan cahaya
latar belakang di luar pita panjang gelombang laser. Penjelasan lebih lanjut akan dijabarkan
pada bagian hasil dan analisa. (Vaisala, 1999)

5) Software CT-VIEW
Vaisala Graphical User Interface for Ceilometers Software CT-VIEW adalah
program presentasi grafis untuk tinggi awan dan informasi profil hamburan balik yang
diukur dengan Ceilometer Vaisala. CT-VIEW mengumpulkan pesan dari Ceilometer dan
menyimpannya di Hard Disk. Software CT-VIEW menampilkan data dalam bentuk
grafik di layar dan dapat digunakan untuk memeriksa data yang disimpan. Software ini
beroperasi dalam dua mode utama : Mode Online dan Mode Offline. Dalam Mode
Online, CT-VIEW terhubung ke ceilometer dan dapat digunakan untuk pengumpulan
data dan presentasi data instan. Dalam Mode Offline, file data yang disimpan dapat
dipelajari, dalam mode offline profil backscatter juga dapat dikonversi ke format
spreadsheet Ms.Excel yang sesuai untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Untuk masuk dalam mode online yaitu dengan membuka port komunikasi. Dalam
mode ini CT-VIEW menerima pesan dari ceilometer melalui modem atau saluran serial.
Program menyimpan pesan ke disk sesuai opsi yang ditentukan, kemudian menampilkan
grafik, pesan, nilai instan dari pesan. Untuk masuk mode offline yaitu dengan membuka
file offline yang tersimpan. Dalam mode offline, CT-VIEW membaca pesan dari file,
menampilkan grafik, nilai instan, dan pesan sesuai dengan opsi yang ditentukan.

Gambar 14. PC dan tampilan CT-VIEW pendukung Ceilometer CT25K

d. Prinsip Kerja Ceilometer CT25K


Prinsip kerja pengoperasian Ceilometer yaitu pada pengukuran waktu yang
diperlukan untuk pulsa pendek cahaya melintasi atmosfer dari pemancar ceilometer ke dasar
awan hamburan balik dan kembali ke penerima Ceilometer. Persamaan umum yang
menghubungkan waktu tunda (t) dan tinggi hamburan balik (h) adalah h = ct/2, dimana c
adalah kecepatan cahaya. Dengan c = 2,9929 x 108 m/s, pantulan dari jarak 7620m akan
terlihat oleh penerima setelah t = 50.9 s.
Gambar 15. Prinsip Kerja Ceilometer CT25K

Gambar 16. Prinsip Kerja dan Lebar Sinar Laser Ceilometer CT25K

Gambar 17. Operasi Ceilometer CT25K (semanticscholar.org)


Umumnya, partikel di semua ketinggian memantulkan cahaya, sehingga sintal balik
ditunjukkan oleh gambar di bawah ini.

Gambar 18. Typical Measurement Signal (User Guide Vaisala, 1999)


Output dari data hasil pengukuran pada gambar menunjukkan bahwa sinyal kembali
memberikan informasi tentang ketinggian awan, presipitas, dan kabut. Pada skala normal
sinyal balik membutuhkan waktu 100 ns dari 0-50 s, untuk jarak 50 feet dari tanah sampai
25.000 feet ke atmosfer dengan mengembangkan resolusi spatial. Resolusi ini cukup untuk
mengukur atmosfer, karena visibilitas di awan terpadat memiliki urutan yang sama.
(Vaisala, 1999).
e. Pengambilan Data Pengamatan Ketinggian Dasar Awan
Pengambilan data pengamatan ketinggian dasar awan di BRIN Agam menggunakan
instrumen Ceilometer CT25K, beberapa bagian yang berperan dalam pengambilan data
pengamatan :
a) Optical Subassembly CTB22
Gambar 19. Sub-rakitan Optik CTB22 dengan Monitor Optik, Transmitter, dan Receiver (User
Guide Vaisala, 1999)

Bagian ini terdiri dari unit utama yaitu kerucung tabung optik dengan perlengkapan
untuk lensa, blok intregator sinar yang tepat di ujung bawah termasuk beamsplitter dan filter
pita sempit, dan sambungan flange untuk subassemblies pemancar dan penerima laser.
Penerima dan pemancar diselaraskan dengan pabrik.. Diujung atas tabung optik adalah
Monitor Optik untuk mengontrol kinerja laser, kontaminasi jendela dan suhu.

b) Laser Transmitter CTT21

Gambar 20. Blok Diagram CTT21 (User Guide Vaisala, 1999)


Sebuah unregulated supply voltage P65 dibawa ke Pemancar Laser CTT21 dan
disesuaikan ke tingkat yang sesuai dengan menggunakan regulator tegangan internal. Dioda
laser dari Sub-rakitan disuplai dengan tegangan tinggi yang telah diatur. Sebuah pulsa
pemicu disalurkan melalui transformator ke elektroda pemicu dari trigger switching thyristor
untuk menggerakan pulsa arus melalui dioda laser. Sirkuit kontrol dengan sensor suhu dan
elemen pemanas memastikan suhu laser yang benar. Suhu laser diarahkan ke Ceilometer
Interface Board DCT51 dan Processor Board DMC50B untuk pemantauan internal.
Untuk menjamin keamanan peralatan laser, kabel yang menghubungkan bagian
pendek, memungkinkan operasi hanya ketika instalasi lengkap. Untuk melepas perangkat
pemancar laser, kabel antara pemancar dan papan antarmuka laser harus diputuskan terlebih
dahulu.

c) Receiver CTR21

Gambar 21. Blok Diagram CTR21 (User Guide Vaisala, 1999)


Perangkat penerima CTR21 terdiri dari dua Avalanche Photo Diodes (APDs). Kedua APD
mengkompensasi sebagian besar optik crosstalk muncul dalam sistem lensa melalui refleksi sinyal
melalui jembatan setengah koneksi. Pertama, APD menerima sinyal pengukuran aktual dan
mengirimkan arus pulsa melalui penguat transimpedansi yang dipilih. Pada sinyal output dari
penguat ini adalah sinyal tegangan yang ditransfer melalui filter dengan batas frekuensi 115 MHz
untuk sinyal amplifier yang kedua. Berdasarkan mode operasi, sinyal mengarah lebih jauh ke tahap
penguat atau penggabung filter tambahan dengan batasan frekuensi dari 3 MHz dan sebuah penguat.
Penguat amplifier dipilih oleh sistem secara otomatis sehingga terkecil sinyal noise yang
muncul dalam pengukuran lebih besar dari resolusi pengubah cahaya AD dari Modul Ceilometer
Antarmuka DCT51. Pengukuran sinyal terbesar tidak boleh melebihi rentang pengukuran penuh
pengubah AD. Kontrol penguat sama seperti pemilihan bandwitch secara otomatis dan dikendalikan
oleh perangkat lunak prossesor dan Modul DCT51.
Secara sederhana proses pengambilan data oleh alat Ceilometer ditunjukkan oleh
gambar dibawah ini :

Gambar 22. Proses Pengambilan Data oleh Ceilometer CT25K


Keterangan :
- Panah warna hijau merupakan laser atau sinyal yang dipancarkan oleh Transmitter ke
Atmosfer.
- Panah berwarna merah merupakan sinyal balik yang akan diterima oleh Receiver.

Posisi sumber laser yang ditembakkan oleh transmitter diatur arah vertikal atau
mendekati vertikal terhadap atmosfer. Data yang diperoleh pada pengukuran ketinggian
dasar awan ini diteruskan ke PC yang berada di BRIN Agam. PC Ceilometer telah
dilengkapi dengan software CT-VIEW, yang merupakan software bawaan Ceilometer
CT25K. Komunikasi antara Ceilometer dengan PC dihubungkan langsung oleh RS-232
serial line atau menggunakan modem untuk jarak jauh.
Hasil dari pengukuran alat disimpan ke hard disk dalam bentuk log file. Program
akan membuat log file baru secara otomatis setelah 24 jam. Data dapat dilihat dalam
tampilan CT-VIEW dalam bentuk grafik dan dapat pula di konversi dalam format
Spreadsheet Ms. Excel.

Anda mungkin juga menyukai