Anda di halaman 1dari 2

Nama : Citra Dewi Maulidiani

NPM : 170510200010
UAS Teori Sosial Kontemporer
Kode : SR

Soal
1. Bagaimanakah paradigma struktur dan agen memperbaiki paradigma-paradigma
sebelumnya untuk menjelaskan tingkah laku manusia?
2. Apakah kritik posmodernisme terhadap metodologi antropologi?
3. Apakah yang dimaksudkan Hazan dan Hertzog (2012) dengan the nomadic turn atau daya
kembara antropologi?
4. Jelaskanlah salah satu pandangan antropologi terhadap isu Anthropocene

Jawab
1. Manusia diposisikan sebagai agen pelaku yang memiliki tujuan dan alasan dalam
melakukan suatu aktivitas dan mampu menjelaskan alasan atas tindakan tersebut secara
berulang. Hal ini diperkuat dengan pernyataan bahwa tindakan manusia diibaratkan sebagai
suatu arus perilaku seperti kognisi dalam dimensi ruang dan waktu, sehingga mendukunh
bahkan mematahkan selama akal masih dianugerahkan pada diri manusia (Giddens, 2011).
Pihak yang menginginkan perubahan tersebut dalam tulisan ini disebut sebagai agent
of change. Keberadaan agent of change menjadi sangat penting karena kondisi perubahan
Gundih merupakan hasil dari upaya awalnya dalam mengajak berubah. Hal tersebut
sebagaimana Hook (dalam Sztompka, 2010, hlm. 305) yang menyatakan bahwa perubahan
sosial merupakan prestasi aktor manusia, hasil dari tindakan mereka.
Dalam teori strukturasi yang dikemukakan oleh Giddens, sebenarnya yang menjadi
pusat perhatian bukanlah sebuah struktur, melainkan apa yang disebutkan oleh Giddens
disebut “social practices”. Memang orang tidak boleh melupakan struktur dan agensi, bahkan
seharusnya memahami secara detail kedua hal tersebut. Namun fokus utama harus diletakkan
pada social practice, yaitu bagaimana tingkah laku manusia dalam menjalani kehidupan
sehari-hari, baik dalam hubungannya dengan anak-istri/suami, sahabat, maupun dengan
individu atau kelompok lain.
Maka dapat disimpulkan bahwa paradigma struktur dan agen lebih menekankan
tindakan. Salah satu penerapan paradigma struktur dan agen yang dilakukan oleh Anthony
Giddens yaitu kritik terhadap sejarah perkembangan masyarakat. Ia berpendapat bahwa
masyarakat cenderung berkembang dari organisasi yang relatif simpleks berubah ke
organisasi yang relatif kompleks, sumber perubahan sosial pada dasarnya memiliki karakter
yang endogen, serta perbandingan antara masyarakat perlu dibuat antar tipe yang saling
berdekatan atas dasar skala evolusioner.
2. Sikap penolakan terhadap perbedaan dalam ilmu pengetahuan menimbulkan
hegemoni,etnosentrisme, eurosentrisme (western minded) yang kemudian menjadi sasaran
kritik tajam terutama dari kalangan pendukung teori poskolonial, postpositivisme, dan
postmodernisme (Lubis, 2004). Menurut sebagian teoretisi social kontemporer,
postmodernisme mendorong terjadinya ‘krisis representasi’dalam ilmu-ilmu kemanusiaan.
Dalam antropologi keadaan ini mendorong meningkatnya ‘ketidakpastian cara yang tepat
dalam memaparkan realitas sosial’, merosotnya kepercayaan atas paradigma ilmiah yang ada
dan rasa keraguan yang mendalam terhadap metanaratif yang merupakan karakter ilmu-ilmu
kemanusiaan pada abad keduapuluh ini (Saifuddin, 2005).
Para penganut postmodernistis dalam antropologi tidak lagi mempercayai adanya
etnografi yang objektif, utuh sebagaimana adanya. Menurut von Hassel, setiap etnografi
selalu mengandung sifat fiktif, karena tidaklah mungkin untuk melukiskan keseluruhan
secara utuh (masyarakat dan atau kebudayaan) dan tepat tentang situasi lapangan penelitian.
Selain tidak memungkinkan melukiskan benar-benar apa yang dialami, dilihat, diperoleh dan
dikerjakan oleh sipeneliti selama dia di lapangan, sebuah etnografi merupakan karya dari
seorang Antropolog yang dikerjakan melalui proses merangkum, menyunting, menyusun,
menambah dan mengurangi berbagai catatan lapangannya. Dalam kegiatan seperti itu maka
apa yang dilukiskan sebagai karya etnografi dengan sendirinya telah mengalami banyak
distorsi sehingga tidaklah bisa disebut ‘objektif’ (Ahimsa-Putra, 2005).
3.

Sumber Bacaan
Lubis, Akhyar Yusuf, 2004. Masih Adakah Tempat Berpijak Bagi Ilmuwan. Bogor:
AKADEMIA.
Ahimsa-Putra, Heddy Shri, 2005.“Poststrukturalisme Dan Postmodernisme: Sebuah Sketsa
Komparatif”. Makalah dalam Seminar Cultural Studies: Isu, Teori dan Metode, di
Universitas Udayana.

Anda mungkin juga menyukai