Anda di halaman 1dari 31

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI

KANTOR WILAYAH SULAWESI TENGGARA


RUMAH TAHANAN NEGARA KELAS IIA KENDARI
Jalan Letjend. R. Soeprapto No. 112 Kendari 93516
Telepon (0401) 3129280 – 3121881,Email : rutankendarisultra@yahoo.co.id

31 Januari 2022
Nomor : W27.E6.PW.06.02-
Lampiran : 1 (Satu) Berkas
Perihal : Laporan Program Pengendalian Gratifikasi
Pada Rumah Tahanan Negara Kelas IIA Kendari
Bulan Januari

Yth. Kepala Kantor Wilayah Kementerian


Hukum dan HAM Sulawesi Tenggara

Dalam rangka percepatan dan pemberantasan tindak pidana korupsi,


sebagai upaya Kementerian Hukum dan HAM dalam membangun budaya kerja
anti korupsi melalui Program Pengendalian Gratifikasi, bersama ini dengan
hormat disampaikan laporan periode bulan Januari menuju terciptanya
lingkungan pengendalian kerja yang akuntabel, transparan dan berintegritas.

Demikian disampaikan, atas perkenan dan arahan lebih lanjut diucapkan


terima kasih.

KEPALA,

IWAN MUTMAIN, S.H


NIP. 19700223 199303 1 002

Tembusan:
1. Kepala Divisi Administrasi Kemenkumham Sulawesi Tenggara;
2. Kepala Divisi Pemasyarakatan Kemenkumham Sulawesi Tenggara.
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI
KANTOR WILAYAH SULAWESI TENGGARA
RUMAH TAHANAN NEGARA KELAS IIA KENDARI
Jalan Letjend. R. Soeprapto No. 112 Kendari 93516
Telepon (0401) 3129280 – 3121881,Email : rutankendarisultra@yahoo.co.id

LAPORAN PROGRAM PENGENDALIAN GRATIFIKASI


DI RUMAH TAHANAN NEGARA KELAS IIA KENDARI
BULAN JANUARI

A. PENDAHULUAN
1. Umum
Sebagai aktualisasi tata kelola pemerintahan yang Profesional,
Akuntabel, Sinergi, Trasnparan, Inovatif dan dalam rangka memberikan
ruang bagi warga negara untuk berperan serta menuju terciptanya
transparansi pemerintahan (Open Government Partnership) di
lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia perlu adanya
pengendalian gratifikasi sebagai perwujudan dari integritas pegawai
dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Upaya strategi percepatan
melalui progran pencegahan dan pemberantasan korupsi secara
nasional yang dibangun secara berkesinambungan dalam jangka
menengah 5 (lima) tahunan sebagaimana Grand Design yang dibangun
dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2012
yang harus dilaksanakan di setiap Kementerian/Lembaga sesuai
tugas dan fungsinya agar tepat sasaran.
Pelaporan gratifikasi bertujuan untuk membangun kesadaran
pegawai sekaligus untuk memberikan edukasi bagi pegawai yang rawan
akan potensi gratifikasi dalam pelaksanaan tugas, sehingga ketentuan
dalam pelaksanaan pengendalian gratifikasi menjadi lebih implementatif.
Kementerian Hukum dan HAM bekerjasama dengan Deputi Bidang
Pencegahan KPK terus membangun dan berupaya mewujdkan aparatur
yang bersih dan berwibawa melalui revisi Peraturan Menteri Hukum dan
HAM Nomor 15 Tahun 2014 menjadi Peraturan Menteri Hukum dan HAM
Nomor 58 Tahun 2016 tentang Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan
Kementerian Hukum dan HAM. Rumusan pasal 7 menyebutkan perlunya
dibentuk Unit Pengendalian Gratifikasi (UPG) di seluruh Satuan Kerja
baik di Unit Utama, Kantor Wilayah dan Unit Pelaksana Teknis sebagai
wadah pengendalian pencegahan terjadinya korupsi dalam
pelaksanaan tugas dan fungsi, dalam rangka meningkatkan pelayanan
masyarkat yang bersih dari praktek gratifikasi di lingkungan Rumah
Tahanan Negara Kelas IIA Kendari .

2. Maksud dan Tujuan


Pelaksanaan Program Pengendalian Gratifikasi ini dimaksudkan
untuk membentuk karakter setiap pegawai di lingkungan Rumah
Tahanan Negara Kelas IIA Kendari yang memiliki integritas pribadi dalam
rangka mewujudkan Good Governance dan Clean Goverment. Laporan
pengendalian gratifikasi ini bertujuan untuk:

a. Membangun pengendalian gratifikasi, yang ditandai dengan


tumbuhnya kesadaran dan komitmen setiap pegawai di lingkungan
Rumah Tahanan Negara Kelas IIA Kendari untuk menghindari
terjadinya gratifikasi;
b. Membangun komitmen dan integritas setiap pegawai di
lingkungan Rumah Tahanan Negara Kelas IIA Kendari melalui
internalisasi tata nilai PASTI (Profesional, Akuntabel, Sinergi,
Transparan, dan Inovatif) dalam rangka terciptanya pelayanan publik
yang bersih dari budaya koruptif;
c. Mewujudkan Rumah Tahanan Negara Kelas IIA Kendari Wilayah
Birokrasi Bersih dan Melayani.

3. Ruang Lingkup
Program Pengendalian Gratifikasi mencakup upaya-upaya
pencegahan terhadap terjadinya gratifikasi pada Rumah Tahanan
Negara Kelas IIA Kendari.

4. Dasar Hukum
a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi;
b. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
c. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5038);
d. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah;
e. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010
tentang Grand Desaign Reformasi Birokrasi 2010-2025;
f. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi (PermenPAN dan RB) Nomor 52 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pembangunan Zona Integritas menuju WBK dan WBBM di
lingkungan Instansi Pemerintah;
g. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 58 Tahun
2016 tentang Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

B. KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN


Rumah Tahanan Negara Kelas IIA Kendari berupaya menjadi unit
kerja yang bersih, berintegritas, berkinerja tinggi, dan bebas dari korupsi.
Pelaksanaan asas Clean Government diwujudkan dalam pembangunan
program integritas yang berkesinambungan dengan cara menciptakan

budaya kerja yang bersih dan memberikan pelayanan prima kepada


masyarakat. Adapun kegiatan yang telah dilaksanakan terkait kemajuan
Program Pengendalian Gratifikasi bulan Januari adalah sebagai berikut:
Aksi Data Dukung
Pengawasan terhadap segala  Permenkumham Nomor 58
kegiatan dalam pelaksanaan tugas Tahun 2016 tentang
dan fungsi pemasyarakatan yang Pengendalian Gratifikasi;
berpotensi terjadinya gratifikasi di  SK Kepala Rumah Tahanan
Rumah Tahanan Negara Kelas IIA Negara Kelas IIA Kendari tentang
Kendari. Pembentukan Tim Pengendali
Gratifikasi Rumah Tahanan
Negara Kelas IIA Kendari.

C. HASIL YANG DICAPAI


Upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi, terus dilaksanakan
secara berkesinambungan dengan terimplementasinya Peraturan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 58 Tahun 2016 tentang
Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia dan Surat Keputusan Kepala Rumah Tahanan
Negara Kelas IIA Kendari Nomor W27.E6-08.PW.06.02 Tahun 2022 tentang
Pembentukan Unit Pengendalian Gratifikasi, Adapun hasil yang telah
dicapai terkait dengan pelaksanaan Program Pengendalian Gratifikasi
sepanjang bulan Januari sebagai berikut:
 Rekapitulasi Laporan Kejadian Gratifikasi Berdasarkan Jenis
No Jenis Gratifikasi Pelaporan %
1 Uang - -
2 Barang - -
3 Makanan - -
4 Lain-lain - -
TOTAL 0 0

 Rekapitulasi Laporan Kejadian Gratifikasi Berdasarkan Perkiraan Nilai


No Perkiraan Nilai (Rp) Pelaporan %
1 < 1 Juta - -
2 1 Juta – 10 Juta - -
3 > 10 Juta - -
4 Tidak diketahui nilainya - -
TOTAL 0 0
Pelaporan kejadian gratifikasi di Rumah Tahanan Negara Kelas IIA
Kendari untuk bulan Januari sebanyak 0 (Nihil) orang (Data Laporan
Penerimaan Gratifikasi Terlampir).
D. SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
Kementerian Hukum dan HAM terus membangun dan berupaya
mewujudkan aparatur yang berintegritas dan berbudaya anti korupsi
melalui revisi Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 15 Tahun 2014
diganti menjadi Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
tentang Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia, dan terbentuknya Unit Pengendalian Gratifikasi di
seluruh Satuan Kerja sebagai bentuk pengendalian dan pencegahan
korupsi.

2. Saran
a. Diharapkan dengan adanya Peraturan Menteri Hukum dan HAM
Nomor 58 Tahun 2016 tentang Pengendalian Gratifikasi di
Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dapat
membangun kesadaran setiap pegawai untuk berkomitmen
memerangi terjadinya gratifikasi;
b. Dengan adanya Unit Pengendalian Gratifikasi di Rumah Tahanan
Negara Kelas IIA Kendari diharapkan komitmen dan integritas
pribadi pada setiap pegawai dapat tetap terjaga, yang akhirnya dapat
mewujudkan tata nilai PASTI dalam pelaksanaan tugas dan fungsi di
lingkungan Kementerian Hukum dan HAM RI.

E. PENUTUP
Reformasi birokrasi yang dicanangkan oleh pemerintah ternyata belum
mampu memperbaiki perilaku birokrasi yang cenderung korup. Hal ini
disebabkan masih adanya penawaran dan permintaan antara birokrat dan
masyarakat dalam kegiatan pelayanan. Peran serta masyarakat sangat
dibutuhkan karena upaya pemberantasan budaya korupsi tidak dapat
dilaksanakan hanya oleh internal birokrasi. Masyarakat perlu menyadari
praktik korupsi merupakan penghambat tercapainya tujuan pembangunan
nasional. Dalam rangka mendukung reformasi birokrasi, Rumah Tahanan
Negara Kelas IIA Kendari melalui Unit Pengendalian Gratifikasi di unit
satuan kerjanya terus mengupayakan budaya kerja yang PASTI
Profesional, Akuntabel, Sinergi, Transparan, Inovatif) guna mewujudkan
Wilayah Bebas Korupsi.
Demikian laporan ini disampaikan sebagai bahan informasi dan
evaluasi Program Pengendalian Gratifikasi di Rumah Tahanan Negara
Kelas IIA Kendari.
Kendari, 01 Februari 2022
KEPALA,

IWAN MUTMAIN, S.H


NIP. 19700223 199303 1 002

LAMPIRAN
1. LAPORAN PENERIMAAN GRATIFIKASI DI RUTAN KELAS IIA
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI
KANTOR WILAYAH SULAWESI TENGGARA
RUMAH TAHANAN NEGARA KELAS IIA KENDARI
Jalan Letjend. R. Soeprapto No. 112 Kendari 93516
Telepon (0401) 3129280 – 3121881,Email : rutankendarisultra@yahoo.co.id

LAPORAN PENERIMAAN GRATIFIKASI


DI RUMAH TAHANAN NEGARA KELAS IIA KENDARI
BULAN JANUARI

Waktu
Nama Nama Nilai
No NIP Jabatan Tempat Kronologis Keterangan
Penerima Pemberi Gratifikasi
Penerimaan
Hasil monitoring dan evaluasi
gratifikasi terhadap Pejabat
Struktural Eselon IV, dan V
serta Fungsional Umum/
Tertentu selama bulan Januari
belum ada laporan yang
berkaitan dengan gratifikasi.

Kendari, 01 Februari 2022


KEPALA,

IWAN MUTMAIN, S.H


NIP. 19700223 199303 1 002
LAMPIRAN
2. PERMENKUMHAM NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN
GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM
BERITA NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
No.2125, 2016 KEMENKUMHAM. Pengendalian Gratifikasi.
Pencabutan.

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI


MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 58 TAHUN
2016 TENTANG

PENGENDALIAN GRATIFIKASI
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas korupsi,


kolusi dan nepotisme di lingkungan Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia merupakan wujud integritas
pegawai dalam melaksanakan tugas dan fungsi pemerintahan;

b. bahwa untuk mengoptimalkan pelaksanaan pengendalian


gratifikasi di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia perlu dibentuk Unit Pengendalian Gratifikasi di
setiap satuan kerja;
c. bahwa Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Nomor 15 Tahun 2014 tentang Pengendalian Gratifikasi di
Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan kebutuhan
hukum sehingga perlu diganti;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tentang
www.peraturan.go.id
Pe
2016, No.2125 - 2-

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan


Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3851);

2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang


Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor
20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang- Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4150);
3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4916);
4. Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2015 tentang
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 84);
5. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 28
Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
1698);
6. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor
29 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 1473) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Nomor 6 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 29 Tahun 2015

www.peraturan.go.id
-3- 2016, No.2125

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 186);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI
LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA.

BAB I
KETENTUAN
UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni uang,
barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket
perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata,
pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya, baik yang
diterima di dalam negeri maupun di luar negeri, yang
dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa
sarana elektronik.
2. Unit Pengendalian Gratifikasi yang selanjutnya disingkat
UPG adalah unit pelaksana pengendalian Gratifikasi.
3. Satuan Kerja adalah kuasa pengguna anggaran/kuasa
pengguna barang yang merupakan bagian dari suatu unit
organisasi pada kementerian/lembaga yang
melaksanakan 1 (satu) atau beberapa kegiatan dari suatu
program.
4. Pegawai di Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia yang selanjutnya disebut Pegawai adalah pegawai
negeri sipil yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian
dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau
diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
5. Pihak Ketiga adalah perseorangan maupun badan hukum di
luar Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang
berinteraksi dan bekerjasama dengan Kementerian

www.peraturan.go.id
2016, No.2125 - 4-

Hukum dan Hak Asasi Manusia termasuk tapi tidak terbatas pada penerima jasa,
pemasok, dan agen.

6. Pelapor adalah Pegawai yang menyampaikan laporan atas


penerimaan dan penolakan Gratifikasi.
7. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia.
8. Inspektur Jenderal adalah Inspektur Jenderal Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia.
9. Inspektorat Jenderal adalah Inspektorat Jenderal Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia.
10. Komisi Pemberantasan Korupsi yang selanjutnya disingkat
KPK adalah lembaga negara yang dalam melaksanakan
tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari
pengaruh kekuasaan manapun.
11. Benturan Kepentingan adalah situasi dimana Pegawai
memiliki atau patut diduga memiliki pengaruh kepentingan
pribadi/golongan/pihak lain terhadap setiap penggunaan
wewenang sehingga dapat mempengaruhi kualitas
pengurusan dan/atau tindakan Pegawai sesuai dengan
kewenangannya.
12. Berlaku Umum adalah suatu kondisi pemberian yang
diberlakukan sama dalam hal jenis, bentuk, persyaratan atau
nilai, untuk semua peserta dan memenuhi prinsip kewajaran
atau kepatutan.
13. Kedinasan adalah seluruh aktivitas resmi Pegawai yang
berhubungan dengan pelaksanaan tugas dan fungsi serta
jabatannya.
14. Hari adalah hari kerja.

BAB II
RUANG LINGKUP GRATIFIKASI

Pasal 2
Gratifikasi meliputi :
a. Gratifikasi yang wajib dilaporkan;dan
b. Gratifikasi yang tidak wajib dilaporkan;
-5- 2016, No.2125

Pasal 3
Gratifikasi yang wajib dilaporkan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 huruf a merupakan Gratifikasi yang diterima oleh Pegawai
yang berhubungan dengan jabatannya dan/atau berlawanan dengan
kewajiban atau tugasnya dalam tugas Kedinasan atau di luar tugas
Kedinasan.

Pasal 4
(1) Gratifikasi yang tidak wajib dilaporkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 huruf b, terdiri atas:
a. terkait dengan tugas Kedinasan; dan
b. tidak terkait dengan Kedinasan.
(2) Gratifikasi yang terkait dengan tugas Kedinasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. pemberian Pihak Ketiga yang berupa cinderamata dalam
kegiatan resmi kedinasan seperti rapat, seminar,
workshop, konferensi, pelatihan, atau kegiatan lain
sejenis; dan
b. pemberian Pihak Ketiga yang berupa kompensasi yang
diterima terkait kegiatan kedinasan, seperti honorarium,
transportasi, akomodasi, dan pembiayaan lainnya
sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai standar biaya yang
berlaku di instansi penerima, sepanjang tidak terdapat
pembiayaan ganda, tidak terdapat konflik
kepentingan, atau tidak melanggar ketentuan yang
berlaku di Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia.
(3) Gratifikasi yang tidak terkait dengan tugas Kedinasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. pemberian karena hubungan keluarga, yaitu
kakek/nenek, bapak/ibu/mertua, suami/istri,
anak/menantu, cucu, besan, paman/bibi, kakak/adik/ipar,
sepupu, dan keponakan sepanjang tidak memiliki
konflik kepentingan;
b. hadiah dalam bentuk uang, jasa, atau barang yang
memiliki nilai jual dalam rangka pesta pernikahan,
www.peraturan.go.id
2016, No.2125 - 6-

kelahiran, aqiqah, baptis, khitanan, dan potong gigi, atau


upacara adat/agama lainnya dengan batasan nilai
keseluruhan paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta
rupiah) per pemberian per orang;

c. pemberian terkait dengan musibah atau bencana yang


dialami oleh Pegawai atau
bapak/ibu/mertua/suami/istri/anak dari Pegawai
Negeri/Penyelenggara Negara dengan batasan nilai
keseluruhan paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta
rupiah) per pemberian per orang;
d. pemberian sesama Pegawai dalam rangka pisah
sambut, pensiun, promosi jabatan, dan ulang tahun yang
tidak dalam bentuk uang paling banyak Rp300.000,00
(tiga ratus ribu rupiah) per pemberian per orang dengan
total pemberian Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) dalam
1 (satu) tahun dari pemberi yang sama;
e. hadiah langsung/tanpa diundi, hadiah hasil undian,
diskon/rabat, voucher, point rewards, souvenir, atau
hadiah lainnya yang berlaku umum;
f. hidangan atau sajian yang berlaku umum;
g. prestasi akademis atau non akademis yang diikuti
dengan menggunakan biaya sendiri seperti kejuaraan,
perlombaan atau kompetisi;
h. keuntungan atau bunga dari penempatan dana,
investasi,atau kepemilikan saham pribadi yang berlaku
umum; dan/atau
i. kompensasi atau penghasilan atas profesi diluar
kedinasan yang tidak terkait dengan pelaksanaan tugas
dan fungsi dari Pegawai dan telah mendapatkan ijin
tertulis dari atasan langsung atau pihak lain yang
berwenang yang tidak memiliki konflik kepentingan dan
tidak melanggar aturan internal instansi Pegawai.
-7- 2016, No.2125

BAB III
UPG

Pasal 5
(1) Pengendalian Gratifikasi di lingkungan Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia dilaksanakan oleh
Menteri.
(2) Tugas dan fungsi UPG Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal sesuai
dengan kewenangannya.
(3) UPG terdiri atas:
a. UPG Pusat; dan
b. UPG Satuan Kerja.
(4) UPG Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a
sebagai koordinator yang berkedudukan pada Inspektorat
Jenderal dan bertanggung jawab kepada Menteri melalui
Inspektur Jenderal.
(5) UPG Satuan Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf b ditetapkan oleh Kepala Satuan Kerja dan
bertanggungjawab kepada UPG Pusat.

Pasal 6
UPG Pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf a
mempunyai tugas:

a. menerima dan mengkoordinasikan pelaksanaan pelaporan


pengendalian Gratifikasi di lingkungan Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia;
b. menyampaikan laporan triwulan pengendalian Gratifikasi
dari masing-masing Satuan Kerja kepada Menteri melalui
Inspektur Jenderal;
c. melaksanakan koordinasi dan konsultasi dengan KPK atas
nama Menteri dalam pelaksanaan pengendalian Gratifikasi;
dan
d. melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan
pengendalian Gratifikasi.

www.peraturan.go.id
2016, No.2125 - 8-

Pasal 7
UPG Satuan Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(3) huruf b terdiri atas:
a. UPG Unit Utama;
b. UPG Kantor Wilayah; dan
c. UPG Unit Pelaksana Teknis.

Pasal 8
(1) Unsur keanggotaan UPG Unit Utama dan Kantor Wilayah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a dan huruf
terdiri atas:
a. ketua merangkap anggota;
b. wakil ketua merangkap anggota; dan
c. anggota.
(2) Ketua UPG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dijabat oleh kepala Satuan Kerja.
(3) Wakil Ketua UPG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b dijabat oleh pejabat administrator.
(4) Anggota UPG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
paling sedikit 5 (lima) orang yang berasal dari unsur pejabat
administrasi.

Pasal 9
(1) Unsur keanggotaan UPG Unit Pelaksana Teknis sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 huruf c terdiri atas:
a. ketua merangkap anggota;
b. wakil ketua merangkap anggota; dan
c. anggota.
(2) Ketua UPG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dijabat oleh kepala Satuan Kerja.
(3) Wakil Ketua UPG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b dijabat oleh pejabat administrasi.
(4) Anggota UPG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
paling sedikit 5 (lima) orang yang berasal dari unsur pejabat
administrasi.
-9- 2016, No.2125

Pasal 10
UPG Satuan Kerja mempunyai tugas:

a. memberikan informasi dan data terkait perkembangan sistem


pengendalian Gratifikasi sebagai management tools bagi
pimpinan instansi;
b. menerima laporan adanya Gratifikasi dan melakukan
pencatatan kelengkapan laporan Gratifikasi;
c. mereviu laporan Gratifikasi yang disampaikan pelapor;
d. meminta keterangan kepada Pelapor dalam hal diperlukan;
e. menentukan dan memberikan rekomendasi atas penanganan
dan pemanfaatan Gratifikasi yang tidak dianggap suap
terkait kedinasan;
f. menerima barang hasil Gratifikasi dari penerima yang telah
mendapatkan penetapan status dan
meneruskannya kepada KPK atau langsung kepada
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara atau Kantor
Wilayah/Perwakilan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
dan menyampaikan bukti penyerahan barang kepada KPK;
g. menindaklanjuti rekomendasi dari UPG Pusat atau KPK
dalam hal penanganan dan pemanfaatan Gratifikasi;
h. memantau tindak lanjut atas rekomendasi yang diberikan
oleh UPG Pusat atau KPK atas pemanfaatan penerimaan
Gratifikasi yang ditetapkan menjadi milik negara atau milik
Pelapor/penerima Gratifikasi;
i. memberikan rekomendasi tindak lanjut kepada UPG Pusat
dalam hal terjadi pelanggaran Peraturan Menteri ini oleh
Pegawai di lingkungan kerja berkenaan;
j. berkoordinasi dengan UPG Pusat untuk melaksanakan
sosialisasi/internalisasi atas ketentuan Gratifikasi dan
penerapan pengendalian Gratifikasi;
k. melakukan koordinasi dan konsultasi dengan UPG Pusat
dalam pelaksanaan pengendalian Gratifikasi;
l. menyampaikan rekapitulasi laporan triwulan
pengendalian Gratifikasi kepada UPG Pusat paling lambat
setiap tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya; dan

www.peraturan.go.id
2016, No.2125 -10-

m. melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan


pengendalian Gratifikasi.

BAB IV
TATA CARA PELAPORAN GRATIFIKASI

Pasal 11
(1) Pelapor menyampaikan laporan penerimaan Gratifikasi
kepada KPK melalui UPG Pusat atau UPG Satuan Kerja.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
disampaikan secara :
a. manual; atau
b. elektronik
(3) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a dengan mengisi formulir Gratifikasi dari KPK.
(4) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf b melalui laman resmi Inspektorat Jenderal.
(5) Formulir Gratifikasi dari KPK sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 12
(1) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 harus disertai:
a. formulir pelaporan Gratifikasi; dan
b. foto Gratifikasi.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak
tanggal penerimaan Gratifikasi.
(3) Formulir pelaporan Gratifikasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
-11- 2016, No.2125

Pasal 13
(1) Laporan Gratifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
12 harus dicatat dan dilakukan reviu oleh UPG Pusat atau UPG Satuan Kerja.

(2) Reviu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:


a. verifikasi atas kelengkapan laporan Gratifikasi; dan
b. reviu dokumen atas laporan Gratifikasi.
(3) Dalam hal diperlukan, UPG Pusat atau UPG Satuan Kerja
dapat meminta keterangan kepada pihak pelapor terkait
kelengkapan laporan.
(4) Hasil reviu UPG Pusat dan UPG Satuan Kerja berupa
rekapitulasi laporan paling sedikit memuat:
a. nama dan alamat lengkap Pegawai dan pemberi
Gratifikasi;
b. pangkat, golongan, dan jabatan Pegawai;
c. tempat dan waktu penerimaan Gratifikasi;
d. uraian jenis, nilai, dan/atau taksiran nilai
Gratifikasi; dan
e. penjelasan umum.

Pasal 14
(1) UPG Satuan Kerja menyampaikan rekapitulasi laporan
kepada KPK melalui UPG Pusat dalam jangka waktu paling
lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal laporan Gratifikasi
diterima.
(2) UPG Pusat meneruskan rekapitulasi laporan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kepada KPK dalam jangka waktu
paling lama 7 (tujuh) Hari terhitung sejak tanggal laporan
Gratifikasi diterima.

Pasal 15
(1) Kewajiban penyerahan Gratifikasi yang berbentuk uang
dan/atau barang melalui UPG Pusat atau UPG Satuan Kerja
atau secara langsung kepada KPK, dilakukan setelah
mendapatkan penetapan status kepemilikan Gratifikasi oleh
Pimpinan KPK.

www.peraturan.go.id
2016, No.2125 -12-

(2) Dalam hal penetapan status Gratifikasi sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) ditetapkan menjadi milik negara,
Pelapor menyerahkan Gratifikasi tersebut dalam waktu paling
lambat 7 (tujuh) Hari dengan ketentuan sebagai berikut:
a. untuk Gratifikasi berbentuk uang, Pelapor menyetor
uang Gratifikasi dimaksud ke rekening Kas Negara
dengan menyampaikan bukti penyetoran kepada KPK
atau melalui rekening KPK dengan tembusan kepada
UPG Pusat dan UPG Satuan Kerja;
b. untuk Gratifikasi berbentuk barang, Pelapor
menyerahkan barang Gratifikasi kepada:
1. KPK melalui UPG Pusat atau UPG satuan Kerja;
atau
2. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara atau Kantor
Wilayah/Perwakilan Direktorat Jenderal Kekayaan
Negara di tempat barang berada dan
menyampaikan bukti penyerahan barang kepada
KPK atau UPG Pusat dan/atau UPG Satuan Kerja.

Pasal 16
(1) Penerimaan Gratifikasi yang berupa barang mudah busuk
atau rusak antara lain bingkisan makanan dan/atau buah yang
dikhawatirkan kadaluarsa dan sulit dikembalikan kepada
pemberi Gratifikasi, dapat langsung disalurkan oleh Pelapor
atau UPG kepada fakir miskin atau tempat sosial.
(2) Penyaluran atas penerimaan Gratifikasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada KPK melalui UPG
Pusat atau UPG Satuan Kerja disertai dengan penjelasan
dan dokumentasi penyerahan.

Pasal 17
(1) Pegawai yang menolak penerimaan Gratifikasi, wajib
melaporkan kepada UPG Pusat atau UPG Satuan Kerja untuk
menghindari adanya resiko melekat di kemudian
-13- 2016, No.2125

hari terhadap para pihak.


(2) Penyampaian laporan penolakan Gratifikasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling
lama 7 (tujuh) Hari terhitung sejak tanggal penolakan
Gratifikasi.
(3) Laporan penolakan Gratifikasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) paling sedikit memuat:
a. nama dan alamat lengkap Pelapor dan pemberi
Gratifikasi;
b. nomor telepon Pelapor;
c. jabatan Pelapor Gratifikasi;
d. tempat dan waktu penolakan Gratifikasi;
e. uraian jenis Gratifikasi yang ditolak dan/atau nilai dan
taksiran nilai Gratifikasi yang ditolak; dan
f. kronologis penolakan Gratifikasi.

BAB V
KETENTUAN
PENUTUP

Pasal 18
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 15 Tahun 2014 tentang
Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia (Berita Negara Republik Indoensia Tahun
2014 Nomor 763), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 19
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

www.peraturan.go.id
2016, No.2125 -14-

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 29 Desember 2016

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI


MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

ttd

YASONNA H. LAOLY

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 30 Desember 2016

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

ttd

WIDODO EKATJAHJANA
-15- 2016, No.2125

LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 58 TAHUN
2016 TENTANG

PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI
LINGKUNGAN KEMENTERIAN
HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

FORMULIR
GRATIFIKASI KEMENTERIAN HUKUM DAN
HAK ASASI MANUSIA INSPEKTORAT
JENDERAL

UPG – UNIT UTAMA


UNIT PENGENDALIAN GRATIFIKASI

PELAPORAN GRATIFIKASI
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama :..............................................................................
...
Tempat/tanggal lahir :.................................................................................
NIP :.................................................................................
Pangkat/Golongan
:.................................................................................
Jabatan :.................................................................................
Unit Kerja :.................................................................................
Alamat Kantor :.................................................................................

Alamat Rumah :.................................................................................

Berdasarkan Pasal 12B dan 12C UU No 31 Tahun 1999 jo UU No 20 Tahun 2001


tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 tahun 1999 Pasal 13 huruf B jo
Pasal 16 UU No 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi dan Peraturan Menteri Hukum Nomor 15 Tahun 2014, dengan ini
melaporkan gratifikasi sebagaimana tertuang dalam lampiran laporan ini kepada

www.peraturan.go.id
unit pengelola gratifikasi Kementerian Hukum dan HAM. Laporan ini dibuat dengan
sebenar-benarnya dan saya bersedia sewaktu- waktu dipanggil untuk diklarifikasi.

Yang menerima laporan, Pelapor,


2016, No.2125 -16-

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


KANWIL....................................

UPG – KANTOR WILAYAH


UNIT PENGENDALIAN GRATIFIKASI

PELAPORAN GRATIFIKASI

Yang bertandatangan di bawah ini:


Nama :....................................................................
.............
Tempat/tanggal lahir
:......................................................................
...........
NIP :.............................................................................
....
Pangkat/Golongan
:.................................................................................
Jabatan :........................................................................
.........
Unit Kerja
:......................................................................
...........
Alamat Kantor
:......................................................................
...........

Alamat Rumah
:......................................................................
...........

Berdasarkan Pasal 12B dan 12C UU No 31 Tahun 1999 jo UU No 20


Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 tahun 1999
Pasal 13 huruf B jo Pasal 16 UU No 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Peraturan Menteri Hukum
Nomor 15 Tahun 2014, dengan ini melaporkan gratifikasi sebagaimana
tertuang dalam lampiran laporan ini kepada unit pengelola gratifikasi
Kementerian Hukum dan HAM. Laporan ini dibuat dengan sebenar-
benarnya dan saya bersedia sewaktu- waktu dipanggil untuk diklarifikasi.

Yang menerima laporan, Pelapor,

MENTERI HUKUM DAN HAK


ASASI MANUSIA REPUBLIK
INDONESIA,

ttd

YASONNA H. LAOLY

Anda mungkin juga menyukai