1 kebijakan upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien pada Rumah Sakit Umum Mamami
sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini.
2. Mamami. 3. kepala unit penjamin mutu Rumah Sakit Umum Mamami bertanggung jawan
terhadap pelaksanaan upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien kepada Direktur Rumah
Sakit Umum Mamami.
PERATURAN DIREKTUR RSU SANTO YOSEPH LABUAN BAJO
NOMOR: 00000/KEP-DIR/RSSY/III/2021
TENTANG
MEMUTUSKAN
DIREKTUR RSU
SANTO YOSEPH LABUAN BAJO,
BAB I
PEDOMAN PENINGKATAN MUTU
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia rumah sakit pada saat sekarang mengalami kemajuan yang sangat pesat,
baik jumlah rumah sakit yang semakin bertambah banyak, peralatan kedokteran yang
digunakan rumah sakit semakin canggih, juga kualitas layanan rumah sakit yang semakin
tinggi dengan tarif bersaing. Hal ini memberikan kesempatan dan kebebasan pasien untuk
menentukan pilihan mereka terhadap rumah sakit yang akan mereka manfaatkan,
sehingga tentu saja rumah sakit yang memberikan layanan terbaik yang akan mereka
pilih.
Kebijakan Pemerintah pada sektor kesehatan pada saat ini juga semakin baik,
terutama kebijakan bahwa seluruh rumah sakit harus terakreditasi dimana ada
penekanan bahwa seluruh layanan rumah sakit harus berfokus pada pasien. Oleh
karenanya rumah sakit dituntut untuk meningkatkan mutu layanan untuk memenuhi
kebijakan tersebut. Di samping itu perubahan faktor lingkungan yang dinamis dari waktu
ke waktu mengharuskan rumah sakit melakukan penyesuaian untuk menyikapi
perubahan- perubahan yang terjadi, seperti tingkat pendidikan masyarakat yang makin
baik sehingga mereka makin kritis terhadap mutu layanan rumah sakit, tingkat sosial
ekonomi yang makin baik juga menyebabkan mereka akan memilih rumah sakit dengan
mutu layanan terbaik. Akibatnya rumah sakit dituntut untuk memberikan mutu layanan
terbaiknya agar bisa memenangkan persaingan serta memenuhi kebutuhan pasien
sesuai dengan apa yang mereka harapkan.
Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup
sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang
optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari Tujuan Nasional. Untuk itu
perlu ditingkatkan upaya guna memperluas dan mendekatkan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat dengan mutu yang baik dan biaya yang terjangkau. Selain itu
dengan semakin meningkatnya pendidikan dan keadaan sosial ekonomi masyarakat,
maka sistem nilai dan orientasi dalam masyarakatpun mulai berubah. Masyarakat mulai
cenderung menuntut pelayanan umum yang lebih baik, lebih ramah dan lebih bermutu
termasuk pelayanan kesehatan. Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat
akan mutu pelayanan rumah sakit maka fungsi pelayanan Rumah Sakit Umum St.
Yoseph secara bertahap perlu terus ditingkatkan agar menjadi lebih efektif dan efisien
serta memberi kepuasan kepada pasien, keluarga maupun masyarakat.
Agar upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit Umum St. Yoseph dapat
seperti yang diharapkan, maka dibentuk suatu struktur di rumah sakit yang bertugas
mengelola Program Peningkatan Mutu dan Keselamatan (PMKP). Rumah Sakit Umum St.
Yoseph yang berada langsung di bawah Direktur RS. Komite Mutu dan Keselamatan
Pasien Rumah Sakit Rumah Sakit Umum St. Yoseph bertugas dalam merencanakan dan
mengkoordinir seluruh program kegiatan peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan
pasien rumah sakit melalui upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Rumah Sakit
Umum St. Yoseph. Dalam rangka kelancaran kegiatan dan pengorganisasiannya maka
perlu disusun Pedoman Pengorganisasian Komite Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah
Sakit Umum St. Yoseph. Dalam buku pedoman ini diuraikan tentang gambaran umum
Rumah Sakit Umum St. Yoseph dan secara khusus tata pengorganisasian Komite PMKP.
B. Pengertian
Mutu pelayanan adalah derajat kesempurnaan pelayanan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar
profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia
di rumah sakit secara wajar, efisien dan efektif serta diberikan secara aman dan
memuaskan sesuai dengan norma etika, hukum, sosial dan budaya dengan
memperhatikan keterbatasan dan kemampuan masyarakata.
Beberapa definisi yang harus dipahami dalam upaya pelaksanaan peningkatan
mutu dan keselamatan pasien di rumah sakit sebagai berikut:
1. Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien
Adalah memperkecil (reduction) risiko dan memberikan asuhan aman yang
berhubungan dengan proses klinik maupun meminimalkan risko lingkungan fisik pada
pasien dan staf yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menerapkan standar
pekerjaan, penerapan efisiensi, penggunaan sumber daya yang rasional untuk
mendapatkan hasil akhir yang maksimal.
Nilai dasar peningkatan mutu dan keselamatan pasien, adalah sebagai berikut:
a. Kualitas atau mutu rumah sakit yang rendah dapat membahayakan
konsumen pengguna jasa
b. Kualitas atau mutu yang rendah menimbulkan invektifitas, baik bagi
pemberi pelayanan ataupun konsumen pengguna jasa
c. Kualitas atau mutu pelayanan rumah sakit yang rendah dapat pula
berdampak terhadap makin mahalnya biaya yang harus ditanggung
konsumen pengguna jasa
d. Upaya menjaga dan meningkatkan kualitas atau mutu pelayanan
rumah sakit yang baik merupakan kebanggaan setiap SDM rumah
sakit yang menjungjung profesionalisme
2. Upaya Peningkatan Mutu
adalah keseluruhan upaya dan kegiatan komprehensif dan integrative yang
menyangkut struktur, proses dan outcome secara objektif, sistematik dan berlanjut
memantau dan menilai mutu dan kewajaran pelayanan terhadap pasien, menggunakan
peluang untuk meningkatkan pelayanan pasien dan memecahkan masalah-masalah
yang terungkapkan sehingga pelayanan yang diberikan di rumah sakit berddaya guna
dan berhasil guna.
3. Keselamatan Pasien (Patient Safety) Rumah Sakit
Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi: assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan
tindakan yang seharusnya dilakukan.
4. Indikator Klinis
Adalah indikator yang dipantau di area pelayanan yang berhubungan langsung
dengan pasien atau klinikal yang menjadi fokus pemantauan sesuai standar meliputi:
assesmen pasien, layanan laboratorium, layanan radiologi dan pencitraan diagnostik,
prosedur bedah, penggunaan antibiotik dan pengobatan lainnya, kesalahan obat dan
kejadian nyaris cidera, penggunaan anastesi dan sedasi, penggunaaan darah dan
produk – produk darah, ketersediaan isi dan penggunanan catatan tentang pasien,
pencegahan dan pengendalian, pengawasan serta pelaporan infeksi .
5. Indikator Sasaran Keselamatan Pasien
Adalah indikator keberhasilan terhadap sasaran keselamatan pasien yang
terdiri dari:
1) Mengidentifikasi pasien dengan benar
2) Meningkatkan komunikasi yang efektif
3) Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai
4) Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar,
pembedahan pada pasien yang benar
5) Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan
6) Mencegah pasien jatuh. Penanggung jawab terhadap indikator ini
yaitu Tim Keselamatan Pasien RS. Selain itu yang dilaksanakan
pemantauan Indikator keselamatan pasien sesuai dengan sasaran
keselamatan pasien, juga dilakukan pemantauan tren insiden yang
tidak diharapkan sesuai dengan ketetapan rumah sakit terkait dengan
KTD dan sentinel di RS.
6. Risiko Manajemen
Adalah suatu tata cara pelaksanaan strategi dalam pelaksanaan suatu budaya,
proses dan struktur yang diciptakan atau dikembangkan untuk merealisasikan peluang-
peluang potensial selain untuk menangani efek negatifnya.
7. Dimensi Mutu
Mutu adalah kemampuan untuk memenuhi persyaratan yang berdasarkan
karakteristik yang dimiliki oleh suatu produk. Mutu pelayanan kesehatan berarti
memberikan pelayanan kepada pasien dengan kompetensi yang handal, komunikasi
yang baik, pengambilan keputusan yang tepat, dan sensitifitas budaya yang kuat. Mutu
adalah konsep yang bersifat komprehensif dan multisegi yang mengukur 1 atau lebih
dimensi mutu, seperti diantaranya kompetensi teknis, akses pelayanan, efektifitas,
efisiensi, hubungan interpersonal, kontinuitas, keselamatan, dan fasilitas (Brown, na).
Dimensi mutu ini merupakan kerangka kerja yang dapat digunakan untuk menganalisa
masalah kesehatan dan melakukan pengukuran standar mutu. Setiap dimensi harus
didefinisikan sesuai dengan konteks lokal dan program spesifik yang digunakan rumah
sakit.
Aman Pasien harus menerima pelayanan yang aman dan bebas dari
bahaya insiden dan kesalahan.
Efektif Pasien harus menerima pelayanan yang sesuai dan
berdasarkan ilmu pengetahuan terkini.
Efisien Pelayanan yang diberikan harus mengutamakan pelayanan
yang dapat memberikan benefit yang besar dan secara
berkelanjutan dapat menghindari pemborosan.
Terpusat Pada Pemberi pelayanan kesehatan harus memberikan pelayanan
Pasien yang disesuaikan dengan kebutuhan dan pilihan setiap
individu. Dalam hal ini provider harus melibatkan pasien dan
keluarga dalam menentukan dan memutuskan pelayanan yang
akan diberikan.
Akses Pasien harus menerima pelayanan tepat waktu untuk
mendapatkan outcome kesehatan yang terbaik.
Adil Setiap pasien harus mendapat pelayanan yang berkualitas
sama tanpa memandang dari mana mereka berasal dan
dimana mereka tinggal.
Terintegrasi Semua bagian/elemen dari pelayanan kesehatan harus
diorganisir, saling terhubung, dan dapat bekerja sama untuk
dapat memberikan pelayanan yang berkualitas.
Sumber daya Untuk dapat memberikan pelayanan yang berkualitas harus
yang memadai didukung dengan sumber daya yang memadai seperti sumber
daya manusia, dana, peralatan, suplai, dan fasilitas fisik yang
dibutuhkan oleh pasien.
Apabila divisualisasi maka prinsip panduan mutu di atas tampak seperti di bawah:
Direktur
Ketua PMKP
Sekretaris PMKP
Penanggungjawab
Data
Pengumpul Data
Unit
3. Uraian Tugas
Wewenang 1. Meminta semua data yang dibutuhkan terkait kegiatan yang akan
dilakukan (data, insiden, kronologis dsbnya)
2. Memberikan masukan/ feedback terkait kegiaytan yang belum
dilakukan
No Tugas Pokok Uraian Tugas
1. Menerima hasil laporan Insiden setiap bulan
EvaluasiLaporan 2.Melakukan kajian terhadap insiden yang terjadi
1.
Insidendan
Investigasi
Keterampilan Komunikasi
Tanggung 1. Bertanggungjawab terhadap semua pelaksanaan kegiatan KMKP.
2. Bertanggungjawab terhadap semua hasil pelaksanaan tugas yang
Jawab
diberikan kepadanya.
Wewenang Meminta dan memeriksa data, informasi, bukti ke semua unit kerja/
layanan terkait dengan tugasnya melakukan validasi, monitoring dan
audit atau pendampingan
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk keselamatan rumah sakit. Ada
lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) rumah sakit yaitu : keselamatan
pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan
bangunan dan peralatan rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien
dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap
pencemaran lingkungan dan keselamatan “bisnis” rumah sakit yang terkait dengan
kelangsungan hidup rumah sakit. Kelima aspek keselamatan tersebut sangat penting untuk
dilaksanakan di setiap rumah sakit, yang harus dikelola secara professional, komprehensif
dan terintegrasi.
Di Rumah Sakit terdapat ratusan macam obat, berbagai bahan-bahan berbahaya,
beragam alat kesehatan dengan berbagai teknologi yang semakin canggih dan berkembang
dengan pesat, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang memberikan pelayanan
pasien 24 jam terus menerus. Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak
dikelola dengan baik, berisiko menimbulkan insiden.Karena itu RSU Santo Yoseph Labuan
Bajo perlu melakukan pengelolaan risiko dalam suatu manajemen risiko yang professional,
komprehensif dan terintegrasi, agar insiden dapat diminimalisasi dan dicegah sedini
mungkin.
B. Pengertian
1) Risiko adalah kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang berdampak negative
terhadap pencapaian sasaran organisasi.
2) Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai dan
menyusun prioritas risiko, dengan tujuan untuk menghilangkan atau meminimalkan
dampaknya.
3) Manajemen risiko terintegrasi adalah proses identifikasi , analisis, evaluasi dan
pengelolaan semua risiko yang potensial dan diterapkan terhadap semua unit/ bagian/
program/ kegiatan mulai dari penyusunan rencana strategis, penyusunan dan
pelaksanaan program dan anggaran, pertanggungjawabkan dan monitoring dan
evaluasi serta pelaporan.
4) Unit pemilik risiko adalah satuan kerja tingkat RSU Santo Yoseph Labuan Bajo yang
bertanggung jawab melaksanakan manajemen risiko terintegrasi adalah Direktur
(Eselon II).
5) Proses manajemen risiko adalah suatu proses yang bersifat berkesinambungan,
sistematis, logis, dan teurkur yang digunakan untuk mengelola risiko di instansi.
6) Retensi adalah keputusan untuk menerima dan menyerap suatu risiko
7) Selera risiko adalah tingkat risiko yang bersedia diambil instansi dalam upayanya
mewujudkan tujuan dan sasaran yang dikehendakinya.
8) Peta risiko adalah fgambaran ntotal risiko dan distribusi posisinya dalam grafik dengan
frekuensi pada sumbu yang horizontal (x) dan konsekuensi pada sumbu vertical (y)
9) Probabilitas adalah kemungkinan terjadi atau tidak terjadinya sesuatu
10) Konsekuensi : dampak yang ditimbulkan akibat pajanan bahaya seperti penyakit akibat
kerja, kecelakaan akibat kerja, bahkan kematian
11) Risiko : potensi terjadi kerugian yang dapat timbul dari proses atau kegiatan saat
sekarang atau kejadian pada masa yang akan datang
12) Risiko klinis adalah semua isu yang dapat berdampak terhadap pencapaian pelayanan
pasien yang bermutu, aman dan efektif.
13) Risiko non klinis adalah semua isu yang dapat berdampak terhadap tercapainya tugas
pokok dan kewajiban hukum dari rumah sakit sebagai korporasi.
14) Risiko keuangan adalah risiko yang timbul akibat ketidakpastian target keuangan
sebuah usaha atau ukuran keuangan usaha. Target keuangan usaha adalah besaran
target yang ditetapkan oleh wirausaha dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan ukuran
keuangan usaha adalah kondisi keuangan usaha yang bisa berupa arus kas, laba
usaha dan pertumbuhan penjelasan .
Pendekatan manajemen risiko difokuskan pada kejadian yang telah terjadi (reaktif) dan
Potensial terjadi (proaktif) dengan menerapkan manajemen risiko terintegrasi yang
Memprioritaskan keselamatan pasien, melalui revisi pengembangan proses, fungsi dan
layanan.
C. Maksud, Tujuan dan Manfaat
1) Maksud
a) Meningkatkan mutu pelayanan dan informasi untuk pengambilan keputusan
b) Perlindungan terhadap satuan kerja dan pegawai
c) Mengurangi kejutan atas resiko yang tidak diinginkan
2) Tujuan
Tujuan dari manajemen risiko adalah untuk melestarikan aset, meningkatkan mutu perawatan
dan memanfaatkan proses untuk mengidentifikasi, mengurangi atau menghilangkan risiko
kerugian.
Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan :
a) Mengidentifikasi semua risiko dan bahaya untuk mencegah dan memperbaiki
kondisi berbahaya yang dapat menimbulkan risiko yang tidak perlu untuk pegawai,
pasien, dan lainnya.
b) Review Kinerja semua pegawai yang melaksanakan pelayanan pasien untuk
mengidentifikasi dan memperbaiki praktek-praktek yang dapat menimbulkan risiko
yang tidak perlu untuk pegawai, pasien dan lain-lain
c) Meninjau kebijakan dan prosedur untuk direvisi agar dihasilkan perawatan yang
sesuai, dan dilakukan monitoring agar tidak terjadi hal-hal yang merugikan
d) Investigasi kejadian tidak diharapkan untuk menilai dan menentukan bagaimana
agar kejadian serupa dapat dihindari untuk mengontrol kerugian
e) Menangani keluhan, menyelesaikan sengketa dan meningkatkan mutu perawatan
pasien dan layanan yang terkait
f) Mengatur program pendidikan manajemen risiko untuk membangun kesadaran
tentang isu-isu pengelolaan risiko dan praktek-praktek yang aman.
3) Manfaat
a) Meningkatnya mutu informasi untuk pengambilan keputusan
b) Melindungi pasien, staf klinis, tenaga kesehatan dan tenaga lain yang bekerja di
Rumah Sakit, fasilitas dan lingkungan bisnis Rumah Sakit
c) Mengurangi resiko yang tidak diinginkan
D. Ruang Lingkup Manajemen Risiko
Program manajemen resiko dirancang untuk mengidentifikasi, menilai, mencegah dan
mengontrol kerugian yang timbul akibat cedera pada pegawai, kewajiban pembayaran
hutang, properti, kepatuhan terhadap peraturan dan kerugian lain yang timbul dalam proses
kegiatan. Program manajemen risiko mencakup pencegahan kehilangan, kontrol dan
kegiatan peningkatan mutu berkesinambungan. Upaya tim untuk melaksanakan program
manajemen risiko mencakup dokter, administrator, manajemen, pengawas dan karyawan
front line untuk mengidentifikasi, meninjau, mengevaluasi dan pengendalian risiko yang
mengganggu mutu pelayanan pasien, keselamatan.
1) Terkait dengan pelayanan pasien
a) Berhubungan langsung dengan pelayanan pasien.
b) Konsekuensi hasil pengobatan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.
c) Kerahasiaan dan pemberian informasi yang sesuai.
d) Perlindungan dari pelecehan, kelalaian dan serangan.
e) Pasien diberitahu tentang risiko
f) Pengobatan yang non diskriminatif.
2) Terkait dengan staf medis
a) Apakah telah dilakukan kredensial terhadap staf medis
b) Apakah tindakan medis dilakukan sesuai kompetensi dan prosedur baku
c) Apakah pasien dikelola dengan benar
d) Apakah staf yang kita miliki telah cukup dilatih
3) Terkait dengan karyawan
a) Menjaga lingkungan yang aman
b) Kebijakan kesehatan pegawai
c) Mengurangi risiko penyakit akibat pekerjaan
4) Terkait dengan property
a) Melindungi aset dari kerugian akibat kebakaran, banjir, dll
b) Catatan rekam medik pasien non-elektronik atau elektronik, catatan bisnis dan
catatan keuangan, dilindungi dari kerusakan atau perusakan.
c) Ikatan kerja sama dan asuransi untuk melindungi fasilitas dari kerugian
5) Risiko lain-lain
a) Manajemen bahan berbahaya lainnya: kimia, radioaktif, bahan biologis
menular,manajemen limbah.
b) Risiko terkait hukum dan peraturan
DIREKTUR
Cedera
Level Deskripsi Pasien Pelayanan Biaya / Publikasi Reputasi
Operasion
al Keuangan
Terhenti >
2 Minor Dapat diatasi 8 Kerugian Media Lokal Dampak kecil
dengan jam lebih dari Waktu terhadap moril
pertolongan 0,1% singkat karyawan dan
pertama anggaran kepercayaan
masyarakat
Terhenti >
3 Moderate Berkurangnya 1 Kerugian > Media lokal Dampak
fungsi
motorik / hari 0,25% Waktu lama bermakna
sensorik anggaran terhadap moril
karyawan dan
kepercayaan
masyarakat
Likehood
Insignificant Minor Moderate Major Cathastropic
1 2 3 4 5
Mungkin
Terjadi Low Moderate High Extreme Extreme
(1-2 tahun
sekali)
3
7. Investigasi Insiden
Invesigasi insiden adalah proses pengkajian ulang laporan insiden dengan mencatat ringkasan
kejadian secara kronologis dan mengidentifikasi masalah pelayanan/Care Management
Problem, mencatat staf yg terlibat dan mewawancarai mereka.
Investigasi insiden terdiri dari :
a. Investigasi Sederhana
Dilakukan oleh atasan langsung bila pita/ bands grading risiko berwarna biru atau hijau,
Langkah-langkah melakukan investigasi sederhana :
1) Pengumpulan data: observasi, dokumentasi dan interview (wawancara).
2) Tentukan penyebab insiden dengan menggunakan 5 why :
a) Penyebab langsung (immediate/ direct cause):
Penyebab yang berhubungan langsung dengan insiden/ dampak terhadap pasien.
b) Akar masalah (root cause) :
Penyebab yang melatarbelakangi \ penyebab langsung (underlying cause).
3) Rekomendasi: tentukan penanggung jawab dan tanggal pelaksanaan
4) Tindakan yang akan dilakukan : tentukan penanggung jawab dan tanggal pelaksanaan
b. Investigasi Komprehensif / Root Cause Analysis
Dilakukan oleh Tim K3RS atau Tim Keselamatan pasien bila pita / bands berwarna
kuning atau merah dengan perhatian dari direktur utama sampai komisaris. RCA adalah
metode evaluasi terstuktur untuk identifikasi akar masalah dari kejadian tidak diharapkan
dan tindakan adekuat untuk mencegah kejadian yang sama berulang kembali. Metode
proses analisis yang dapat digunakan secara retrospektif untuk mengidentifikasi factor-
faktor yang menyebabkan kejadian tidak diharapkan (KTD).
Proses RCA merupakan gambaran kritis sistem manajemen mutu dan keselamatan
Karena dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan untuk hal-hal yg berisiko tinggi, seperti :
1) Apa yang terjadi (aktual)
2) Apa yang harusnya terjadi (kebijakan)
3) Mengapa terjadi dan apa yang dapat dilakukan untuk mencegahagar tidak terjadi
kembali (tindakan/outcome?)
4) Bagaimana kita dapat mengetahui bahwa tindakan kita dapat meningkatkan
keselamatan pasien? (melalui pengukuran)
Langkah-Langkah RCA/ Analisa Akar Masalah :
1) Identifikasi Insiden yang akan di investigasi.
2) Tentukan Tim Investigator
3) Kumpulkan data & informasi :
a) Observasi
b) Dokumentasi
c) Interview
4) Petakan Kronologi kejadian
a) Narative Chronology
b) Timeline
c) Tabular Timeline
d) Time Person Grid
5) Identifikasi CMP ( Care Management Problem )
a) Brainstroming
b) Brainwriting
6) Analisis Information
a) 5 why
b) Analisa perubahan
c) Analisa penghalang
d) Fishbone / Analisa tulang ikan
7) Rekomendasi dan rencana kerja untuk improvement