Anda di halaman 1dari 126

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN


POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN

HALAMAN JUDUL

KARYA TULIS TUGAS AKHIR

TINJAUAN ATAS OPTIMALISASI PENGURUSAN PIUTANG


NEGARA OLEH PANITIA URUSAN PIUTANG NEGARA
PASCA PENERAPAN CRASH PROGRAM
PADA KPKNL DENPASAR

Diajukan oleh :
Pande Putu Devi Widya Savitri Oka
NPM 4302190102

Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat


Guna Mencapai Gelar Ahli Madya Manajemen Aset
2022
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN

PERSETUJUAN
KARYA TULIS TUGAS AKHIR
HALAMAN PERSETUJUAN

NAMA : PANDE PUTU DEVI WIDYA SAVITRI OKA


NOMOR POKOK MAHASISWA : 4302190102
PROGRAM STUDI : DIPLOMA III MANAJEMEN ASET
BIDANG STUDI : MANAJEMEN PIUTANG NEGARA
JUDUL KARYA TULIS TUGAS : TINJAUAN ATAS OPTIMALISASI
AKHIR PENGURUSAN PIUTANG NEGARA OLEH
PANITIA URUSAN PIUTANG NEGARA
PASCA PENERAPAN CRASH PROGRAM
PADA KPKNL DENPASAR

Mengetahui Menyetujui
Ketua Program Studi, Dosen Pembimbing,

Nurbiyanto, S.S.T., M.Ec.Dev. Prayudi Nugroho, S.S.T., Ak., M.Si.


NIP 19791012 200001 1 001 NIP 19750324 199502 1 002

ii
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN

PERNYATAAN LULUS DARI TIM PENILAI


KARYA TULIS TUGAS AKHIR
PERNYATAAN LULUS DARI TIM PENILAI

NAMA : PANDE PUTU DEVI WIDYA SAVITRI OKA


NOMOR POKOK MAHASISWA : 4302190102
PROGRAM STUDI : DIPLOMA III MANAJEMEN ASET
BIDANG STUDI : MANAJEMEN PIUTANG NEGARA
JUDUL KARYA TULIS TUGAS : TINJAUAN ATAS OPTIMALISASI
AKHIR PENGURUSAN PIUTANG NEGARA OLEH
PANITIA URUSAN PIUTANG NEGARA
PASCA PENERAPAN CRASH PROGRAM
PADA KPKNL DENPASAR

Tangerang Selatan, 14 Mei 2022

1. ………………………… Dosen Penilai I/Pembimbing


Prayudi Nugroho, S.S.T., Ak., M.Si.
NIP 19750324 199502 1 002

2. ………………………… Dosen Penilai II


Tanda Setiya, S.E, M.E.
NIP 19700516 199201 1 001

iii
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN

PERNYATAAN KEASLIAN
KARYA TULIS TUGAS AKHIR
PERNYATAAN KEASLIAN

NAMA : PANDE PUTU DEVI WIDYA SAVITRI OKA


NOMOR POKOK MAHASISWA : 4302190102
PROGRAM STUDI : DIPLOMA III MANAJEMEN ASET
BIDANG STUDI : MANAJEMEN PIUTANG NEGARA
JUDUL KARYA TULIS TUGAS : TINJAUAN ATAS OPTIMALISASI
AKHIR PENGURUSAN PIUTANG NEGARA OLEH
PANITIA URUSAN PIUTANG NEGARA
PASCA PENERAPAN CRASH PROGRAM
PADA KPKNL DENPASAR

Dengan ini menyatakan bahwa sesungguhnya Karya Tulis Tugas Akhir ini
adalah hasil tulisan saya sendiri dan/atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan
tulisan yang saya salin atau tiru tanpa memberikan pengakuan pada penulis
aslinya. Bila terbukti melakukan plagiarisme, saya siap dinyatakan tidak lulus dan
dicabut gelar yang telah diberikan.
Tangerang Selatan, 14 Mei 2022
Yang memberi pernyataan,

Pande Putu Devi Widya Savitri Oka


NPM 4302190102

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang

telah dan selalu memberikan karunia, berkat, rahmat, kesehatan, kekuatan, dan

kelancaran bagi penulis dalam menyusun dan menyelesaikan Karya Tulis Tugas

Akhir yang berjudul “Tinjauan Atas Optimalisasi Pengurusan Piutang Negara

Oleh Panitia Urusan Piutang Negara Pasca Penerapan Crash Program Pada

KPKNL Denpasar” dengan baik dan tepat waktu.

Dalam penulisan karya tulis ini, tidak luput dari adanya berbagai rintangan

serta hambatan yang penulis hadapi. Namun, penulis telah menerima banyak

bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang senantiasa membantu secara

moril maupun materiil baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena

itu penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya

kepada:

1. Bapak dan Mama, selaku orang tua penulis yang senantiasa setia menemani,

memberikan doa, dukungan, bantuan, dan semangat kepada penulis, serta

seluruh anggota keluarga penulis yang telah memberikan berbagai bantuan

dan dukungan bagi penulis.

2. Bapak Rahmadi Murwanto, Ak., M.Acc., M.BA. Ph.D. selaku Direktur

Politeknik Keuangan Negara STAN.

3. Bapak Nurbiyanto, S.S.T., M.Ec.Dev. selaku Ketua Program Studi DIII

Manajemen Aset.

4. Bapak Prayudi Nugroho, S.S.T., Ak., M.Si. selaku Dosen Pembimbing dan

Dosen Penilai I penulis, yang telah memberikan ilmu, arahan, masukan, saran,

v
dan motivasi kepada penulis sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan

dengan baik.

5. Bapak Tanda Setiya S.E., M.E. selaku Dosen Penilai II penulis, atas

bimbingan, saran, dan arahan yang telah diberikan kepada penulis selama

penyusunan karya tulis ini.

6. Ibu Ni Made Sukanari, selaku Kepala Seksi Piutang Negara KPKNL Denpasar

serta seluruh pegawai Seksi Piutang Negara yang telah memberikan

pengalaman, ilmu, dan membantu penulis memberikan data, informasi, dan

masukan terkait penyusunan karya tulis ini.

7. Seluruh jajaran pegawai KPKNL Denpasar yang telah memberikan

kesempatan, pengalaman, bantuan, dan dukungan kepada penulis.

8. Seluruh dosen PKN STAN yang telah memberikan ilmu, pengalaman, dan

motivasi kepada penulis selama menjalani tiga tahun perkuliahan baik di

dalam maupun di luar kelas.

9. Team Rahasia Negara sebagai support system yang mendengarkan keluh

kesah, memberi masukan, saran, dan dukungan kepada penulis, dan telah

bersama-sama berjuang dan bertahan selama 3 tahun perkuliahan hingga

penyusunan KTTA ini, walaupun terbatas jarak karena adanya pandemi.

10. Indah, sebagai teman dekat penulis, yang senantiasa menemani,

mendengarkan keluh kesah, memberikan berbagai bantuan dan dukungan serta

berjuang bersama-sama dengan penulis sejak awal hingga akhir tahun

perkuliahan.

vi
11. Team Netnot Mutia, Sarah, Indyra, Dina, Pinkan, Safau, Kia, dan Alma

sebagai teman belajar, teman bermain, teman curhat yang senantiasa

menemani penulis, membantu menghadapi berbagai kendala selama

penyusunan KTTA dan senantiasa menjadi penyemangat dengan berbagai

kelucuan dan bahasan menarik yang tidak ada habisnya tiap harinya selama 2

tahun perkuliahan, walaupun belum pernah bertatap muka secara langsung.

12. Teman-teman Praktik Kerja Lapangan penulis, Hadi, dan Angga yang

menemani penulis menyusun KTTA ini selama PKL dan memberi berbagai

dukungan serta semangat kepada penulis.

13. Team Squad Dayu Ari, Dewayu Tria, Wuriti, dan Triska yang telah

memberikan doa, dukungan, dan semangat bagi penulis.

14. Teman-teman satu bimbingan penulis di bidang Piutang Negara, yang

bersama-sama berjuang melewati proses bimbingan dengan dosen

pembimbing.

15. Teman-teman Manajemen Aset XXV yang telah bersama-sama melewati suka

dan duka masa perkuliahan.

16. Anggota Grup Band BTS, atas karya-karyanya yang telah menghibur penulis

selama menyelesaikan karya tulis ini.

17. Seluruh pihak yang belum disebutkan yang selalu mendoakan, memberi

dukungan dan semangat kepada penulis.

Dalam penyusunan Karya Tulis Tugas Akhir ini penulis telah

mencurahkan waktu, tenaga, dan usaha untuk memberikan hasil yang semaksimal

mungkin. Penulis berharap karya tulis ini dapat memberikan manfaat dan berguna

vii
bagi seluruh pihak yang membacanya. Namun, penulis menyadari bahwa Karya

Tulis ini masih terdapat kekurangan maupun kekeliruan karena keterbatasan

pengalaman dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis terbuka atas kritik

dan saran dari pembaca yang membangun agar selanjutnya di lain kesempatan,

penulis dapat menyusun Karya Tulis yang lebih baik. Akhir kata, penulis

memohon maaf atas segala kekurangan dan kekeliruan yang penulis lakukan.

Tangerang Selatan, 14 Mei 2022

Pande Putu Devi Widya Savitri Oka

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii

PERNYATAAN LULUS DARI TIM PENILAI ................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................ v

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................... 5
1.4 Ruang Lingkup Penulisan ..................................................................... 6
1.5 Manfaat Penulisan ................................................................................. 6
1.5.1 Manfaat Teoritis ................................................................................. 6
1.5.2 Manfaat Praktis .................................................................................. 7
1.6 Sistematika Penulisan............................................................................ 8

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 10


2.1 Gambaran Umum Piutang ................................................................... 10
2.1.1 Definisi Piutang................................................................................ 10
2.1.2 Klasifikasi Piutang ........................................................................... 12
2.1.3 Faktor Internal dan Eksternal Timbulnya Piutang Tak Tertagih
(Bad Debt Expense) ........................................................................ 14
2.2 Konsep Dasar Piutang Negara ............................................................ 18
2.3 Sistem Pengurusan Piutang Negara .................................................... 20
2.3.1 Penyerahan Pengurusan Piutang Negara .......................................... 20
2.3.2 Penerimaan Pengurusan Piutang Negara ......................................... 21
2.3.3 Penolakan Pengurusan Piutang Negara ............................................ 21
2.3.4 Panggilan Pertama............................................................................ 21
2.3.5 Panggilan Terakhir ........................................................................... 22
2.3.6 Pernyataan Bersama ......................................................................... 22

ix
2.3.7 Penetapan Jumlah Piutang Negara ................................................... 22
2.3.8 Surat Paksa ....................................................................................... 22
2.3.9 Penyitaan .......................................................................................... 23
2.3.10 Pembayaran Hutang ....................................................................... 23
2.3.11 Piutang Negara Selesai ................................................................... 23
2.3.12 Pelunasan Piutang Negara .............................................................. 24
2.4 Konsep Dasar Optimalisasi Piutang Negara ....................................... 24
2.5 Crash Program Penyelesaian Piutang Negara .................................... 25
2.6 Piutang Negara Yang Dapat Diselesaikan (PNDS) ............................ 28
2.6.1 Pembayaran Piutang Negara ............................................................ 28
2.6.2 Pengembalian Piutang Negara ......................................................... 28
2.6.3 Piutang Negara Sementara Belum Dapat Ditagih (PSBDT) ............ 29
2.6.4 Surat Pernyataan Piutang Negara Lunas (SPPNL) .......................... 29
2.6.5 Penarikan Piutang Negara ................................................................ 29
2.7 Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN) ............................................. 30

BAB III METODE DAN PEMBAHASAN .......................................................... 35


3.1 Metode Pengumpulan Data ................................................................. 35
3.1.1 Metode Penelitian Kepustakaan ....................................................... 35
3.1.2 Metode Penelitian Lapangan ............................................................ 35
3.2 Gambaran Umum Objek Penulisan ..................................................... 38
3.2.1 Profil KPKNL Denpasar .................................................................. 38
3.2.2 Seksi Piutang Negara KPKNL Denpasar ......................................... 39
3.3 Pembahasan Hasil ............................................................................... 41
3.3.1 Tinjauan atas Praktik Pengurusan Piutang Negara Berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 240 Tahun 2016 di KPKNL
Denpasar .......................................................................................... 41
3.3.2 Identifikasi Problematika Dalam Pengurusan Piutang Negara di
KPKNL Denpasar ............................................................................ 55
3.3.3 Tinjauan atas Praktik Pengurusan Piutang Negara Pasca Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 15 Tahun 2021 di KPKNL Denpasar ... 61
3.3.4 Pencapaian Piutang Negara Yang Dapat Diselesaikan (PNDS)
Setelah Adanya Mekanisme Crash Program di KPKNL Denpasar 69

BAB IV SIMPULAN ............................................................................................ 86


4.1 Simpulan ............................................................................................. 86
4.2 Saran.................................................................................................... 88

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 89

LAMPIRAN .......................................................................................................... 92

SURAT RISET.................................................................................................... 109

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS .......................................................... 111

x
DAFTAR TABEL

Tabel III.1 Pencapaian Pengembalian Pengurusan Piutang Negara Di Luar


Mekanisme Crash Program Tahun 2021.............................................................. 70

Tabel III. 2 Pencapaian PSBDT Pengurusan Piutang Negara Di Luar


Mekanisme Crash Program Tahun 2021.............................................................. 72

Tabel III. 3 Pencapaian SPPNL Pengurusan Piutang Negara Melalui


Mekanisme Crash Program Tahun 2021.............................................................. 75

Tabel III. 4 Pencapaian SPPNL Pengurusan Piutang Negara Di Luar


Mekanisme Crash Program Tahun 2021.............................................................. 81

Tabel III. 5 Pencapaian Penarikan Piutang Negara Di Luar Mekanisme Crash


Program Tahun 2021 ............................................................................................ 83

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar III. 1 Struktur Organisasi KPKNL Denpasar .......................................... 39

Gambar III. 2 Bagan Prosedur Pengurusan Piutang Negara ................................. 41

Gambar III. 3 Bagan Alur Proses Pelaksanaan Crash Program Keringanan


Piutang Negara ...................................................................................................... 61

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Transkrip Wawancara dengan Ibu Ni Made Sukanari, Kepala Seksi


Piutang Negara KPKNL Denpasar........................................................................ 92

Lampiran 2 Transkrip Wawancara dengan Bapak I Gede Abdi Negara, Juru Sita
Seksi Piutang Negara KPKNL Denpasar .............................................................. 98

Lampiran 3 Transkrip Wawancara Via Whatsapp dengan Bapak I Gede Abdi


Negara, Juru Sita Seksi Piutang Negara KPKNL Denpasar ............................... 104

Lampiran 4 Data Realisasi Pengembalian Pengurusan Piutang Negara Di Luar


Mekanisme Crash Program Tahun 2021............................................................ 105

Lampiran 5 Data Realisasi PSBDT Pengurusan Piutang Negara Di Luar


Mekanisme Crash Program Tahun 2021............................................................ 105

Lampiran 6 Data Realisasi Pelunasan Pengurusan Piutang Negara Melalui


Mekanisme Crash Program Tahun 2021............................................................ 106

Lampiran 7 Data Realisasi Pelunasan Pengurusan Piutang Negara Di Luar


Mekanisme Crash Program Tahun 2021............................................................ 107

Lampiran 8 Data Realisasi Penarikan Piutang Negara Di Luar Mekanisme


Crash Program Tahun 2021 ............................................................................... 108

Lampiran 9 Data Realisasi Piutang Negara Yang Dapat Diselesaikan (PNDS)


Tahun 2021.......................................................................................................... 108

xiii
ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi adanya kebijakan baru oleh Direktorat Jenderal


Kekayaan Negara, Kementerian Keuangan yang menyikapi berbagai
permasalahan pengurusan piutang negara yang timbul dan memperkecil beban
penanggung utang di tengah masa pandemi Covid-19. Dalam merespon hal itu
penulis melakukan penelitian dengan tujuan antara lain (1) Meneliti perbedaan
prosedur pengurusan piutang negara menurut PMK Nomor 240 Tahun 2016
tentang Pengurusan Piutang Negara dengan Pengurusan Piutang Negara menurut
PMK Nomor 15 Tahun 2021 tentang Crash Program, (2) Meneliti masalah dan
kendala selama pengurusan piutang negara yang diserahkan pengurusannya
kepada KPKNL Denpasar, dan (3) Meneliti pencapaian Piutang Negara Yang
Dapat Diselesaikan (PNDS) setelah adanya mekanisme Crash Program di
KPKNL Denpasar. Penelitian ini dilaksanakan dengan menerapkan sejumlah
metode pengumpulan data antara lain metode penelitian kepustakaan dan metode
penelitian lapangan. Hasil penelitian menujukkan bahwa terdapat perbedaan yang
cukup signifikan terkait dengan mekanisme pengurusan piutang negara sebelum
dan sesudah Crash Program. Pelaksanaan pengurusan melalui mekanisme Crash
Program cenderung lebih optimal karena memerlukan waktu yang lebih singkat
serta lebih efisien dan efektif. Pengurusan piutang negara masih seringkali
ditemukan adanya beberapa problematika yang dihadapi oleh PUPN sehingga
menjadi suatu hambatan dalam pengoptimalan pengurusan piutang negara.
Pencapaian Piutang Negara Yang Dapat Diselesaikan (PNDS) setelah adanya
mekanisme Crash Program memperoleh hasil yang cukup optimal. Optimalisasi
pengurusan piutang negara terlihat dari adanya pelunasan piutang negara melalui
mekanisme Crash Program yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap
penerimaan yang diperoleh Seksi Piutang Negara KPKNL Denpasar.

Kata kunci: Piutang Negara, Crash Program, PMK Nomor 240 Tahun 2016,
PMK Nomor 15 Tahun 2021, KPKNL Denpasar

xiv
ABSTRACT

This research was motivated by a new policy by the Directorate General of State
Assets Management, Ministry of Finance, that was addressing various problems
in managing the state’s receivables that arose and reducing the burden of debt
insurers in the midst of the Covid-19 pandemic. In response to this, the authors
conducted research with the aim of (1) Examining the differences in procedures
for managing the state’s receivables according to Regulation of the Minister of
Finance Number 240 of 2016 concerning Management of The State’s Receivables
with Management of The State’s Receivables according to Regulation of the
Minister of Finance Number 15 of 2021 concerning Crash Programs, (2)
Researching problems and obstacles during the management of the state’s
receivables which were handed over to KPKNL Denpasar, and (3) Researching
the achievement of Resolvable State’s Receivables (PNDS) after the Crash
Program mechanism at KPKNL Denpasar. This research was carried out by
applying a number of data collection methods, including literature review
methods and field research methods. The results of the study show that there are
significant differences related in the mechanism for managing the state’s
receivables before and after the Crash Program. The implementation of
management through the Crash Program mechanism tends to be more optimal
because it requires a shorter time and is more efficient and effective. The
management of the state’s receivables is often has several problems that was
faced by PUPN so that it becomes an obstacle in optimizing the management of
the state’s receivables. The achievement of Resolvable State’s Receivables
(PNDS) after the Crash Program mechanism was obtained was quite optimal. The
optimization of the management of the state’s receivables can be seen from the
settlement of the state’s receivables through the Crash Program mechanism,
which contributes significantly to the revenue obtained by the Denpasar KPKNL
State’s Receivable Section.

Keywords: The State’s Receivables, Crash Program, Regulation of the Minister


of Finance Number 240 of 2016, Regulation of the Minister of Finance Number
15 of 2021, KPKNL Denpasar

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberlangsungan suatu negara memiliki kebutuhan yang tentunya tidak

sedikit demi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pemenuhan atas kebutuhan ini

pun berkaitan erat dengan pendapatan negara yang dihimpun dari berbagai sumber

pendapatan. Menurut Pasal 11 Ayat 3 Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun

2003 tentang Keuangan Negara menyatakan bahwa pendapatan negara terdiri atas

penerimaan pajak, penerimaan bukan pajak, dan hibah. Penerimaan Negara Bukan

Pajak (PNBP) menjadi salah satu sumber penerimaan yang penting disamping

penerimaan yang bersumber dari pajak. Hal ini karena realisasi penerimaan pajak

setiap tahunnya yang cenderung tidak mencapai target dari APBN (Ridwan &

Sukmalalana, 2020). Berkaitan dengan hal tersebut, adanya piutang negara

sebagai salah satu sumber Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) perlu

dilakukan optimalisasi agar pendapatan negara mampu mencapai hasil yang

maksimal.

Definisi piutang negara diatur dalam Pasal 1 Peraturan Menteri Keuangan

(PMK) Nomor 240 Tahun 2016 tentang Pengurusan Piutang Negara menyatakan

bahwa piutang negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada negara

1
2

berdasarkan suatu peraturan, perjanjian atau sebab apapun. Potensi piutang negara

dirasakan sangat besar dan cukup berdampak pada stabilitas pembangunan

nasional (Jonathan et al., 2016). Disamping itu, piutang negara saat ini

memberikan indikasi yang sangat besar dan potensial, baik apabila dilihat dari

segi besaran piutang maupun segi kepentingan keuangan negara atau pemerintah

dalam rangka pengoptimalannya. Institusi negara/pemerintah yang diberikan

mandat dalam hal pengurusan piutang negara dalam hal ini Panitia Urusan

Piutang Negara (PUPN) dan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN)

Departemen Keuangan Republik Indonesia dituntut untuk senantiasa

berkomitmen dan secara sungguh-sungguh dalam mengupayakan dan mencari

cara terkait penyelesaian piutang negara secara optimal dengan mengefektifkan

berbagai sarana hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Berdasarkan PMK 240 Tahun 2016 tentang Pengurusan Piutang Negara

menyatakan bahwa Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN) memiliki tanggung

jawab untuk melakukan pengurusan piutang negara. Pengurusan piutang negara

merupakan salah satu bentuk upaya penyelamatan aset negara. Berkaitan dengan

hal tersebut, piutang negara yang berasal dari penyerahan oleh instansi

pemerintah, lembaga pemerintah nondepartemen, Badan Usaha Milik

Negara/Daerah (BUMN/BUMD), serta badan-badan usaha yang merupakan anak

usaha BUMN/BUMD wajib diurus oleh PUPN. Merujuk pada piutang negara

merupakan salah satu sumber dari kekayaan negara yang diatur oleh undang-

undang dengan pengelolaannya diserahkan kepada Menteri Keuangan, maka dari

itu pengelolaan piutang negara harus dikelola seoptimal mungkin serta taat pada
3

peraturan perundang-undangan yang berlaku serta dengan memperhatikan rasa

keadilan dan kepatuhan.

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Kementerian Keuangan

pada akhir tahun 2020 mencatat terdapat sebanyak 59.514 Berkas Kasus Piutang

Negara (BKPN) dengan outstanding sejumlah Rp75,3 triliun. Jumlah nominal

yang tergolong tinggi atas Berkas Kasus Piutang Negara (BKPN) oleh Panitia

Urusan Piutang Negara (PUPN) penyerahan dari Kementerian/Lembaga

mengindikasikan bahwa masih banyaknya piutang negara yang bermasalah

(macet) walaupun telah dilakukan penagihan secara optimal oleh

Kementerian/Lembaga. Dalam praktiknya di lapangan, penyelesaian piutang

negara tidak semudah yang diharapkan (Jonathan et al., 2016). Dipicu pula

dengan adanya bencana nasional Pandemi Covid-19 kian memperbesar indikasi

piutang negara yang tidak dapat diselesaikan. Perangkat hukum yang ada dalam

penyelesaian piutang negara saat ini dirasakan belum optimal dalam

menyelesaikan perkara piutang negara di tengah kondisi kahar (force majeure).

Oleh karena itu, dirasakan perlu untuk melakukan terobosan hukum baik

menyangkut teknik, manajemen, relasi antar lembaga, maupun langkah-langkah

sebagai upaya pengurusan piutang negara yang lebih efektif, efisien transparan,

dan bertanggung jawab.

Dalam rangka mempertimbangkan segala permasalahan pengurusan

piutang negara yang timbul dan mempercepat penyelesaian piutang negara serta

guna memperkecil beban penanggung utang di tengah masa pandemi Covid-19

Kementerian Keuangan mengeluarkan suatu kebijakan baru. Adapun kebijakan


4

yang dimaksud dengan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Republik

Indonesia Nomor 15 Tahun 2021 tentang Penyelesaian Piutang Instansi

Pemerintah Yang Diurus/Dikelola Oleh Panitia Urusan Piutang Negara/Direktorat

Jenderal Kekayaan Negara Dengan Mekanisme Crash Program Tahun Anggaran

2021. Pada Peraturan Menteri Keuangan ini Crash Program didefinisikan sebagai

optimalisasi penyelesaian Piutang Negara yang dilakukan secara terpadu dalam

bentuk pemberian keringanan utang atau moratorium tindakan hukum atas piutang

negara. Crash Program ini diberlakukan tidak hanya dalam lingkup kantor pusat

DJKN namun hingga mencakup lingkup operasional paling bawah yakni salah

satunya pada KPKNL Denpasar.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Tinjauan Atas Optimalisasi Pengurusan

Piutang Negara Oleh Panitia Urusan Piutang Negara Pasca Penerapan Crash

Program Pada KPKNL Denpasar”.

1.2 Rumusan Masalah

Berlandaskan pada latar belakang, penulis memetakan beberapa rumusan

masalah yang dibahas dalam Karya Tulis Tugas Akhir ini antara lain sebagai

berikut:

a. Bagaimana pengurusan piutang negara berdasarkan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 240 Tahun 2016 di KPKNL Denpasar?

b. Bagaimana problematika dalam pengurusan piutang negara di KPKNL

Denpasar?
5

c. Bagaimana pengurusan piutang negara pasca Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 15 Tahun 2021 di KPKNL Denpasar?

d. Bagaimana pencapaian Piutang Negara Yang Dapat Diselesaikan (PNDS)

setelah adanya mekanisme Crash Program di KPKNL Denpasar?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan Penulisan yang hendak dicapai penulis dalam penyusunan Karya

Tulis Tugas Akhir ini yaitu :

a. Meneliti praktik pengurusan piutang negara berdasarkan Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 240 Tahun 2016 di KPKNL Denpasar.

b. Meneliti masalah dan kendala selama pengurusan piutang negara yang

diserahkan pengurusannya kepada KPKNL Denpasar.

c. Meneliti praktik pengurusan piutang negara berdasarkan Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 15 Tahun 2021 di KPKNL Denpasar.

d. Meneliti perbedaan prosedur pengurusan piutang negara menurut

Peraturan Menteri Nomor 240 Tahun 2016 tentang Pengurusan Piutang

Negara dengan pengurusan Piutang Negara menurut PMK Nomor 15 Tahun

2021 tentang Crash Program.

e. Meneliti pencapaian Piutang Negara Yang Dapat Diselesaikan (PNDS)

setelah adanya mekanisme Crash Program di KPKNL Denpasar.

f. Memenuhi salah satu syarat kelulusan Program Diploma III Manajemen

Aset Politeknik Keuangan Negara STAN Tahun Akademik 2021/2022.


6

1.4 Ruang Lingkup Penulisan

Ruang lingkup dalam penulisan Karya Tulis Tugas Akhir ini meliputi

prosedur pengurusan piutang negara berdasarkan PMK Nomor 240 Tahun 2016

tentang Pengurusan Piutang Negara dibandingkan dengan PMK Nomor 15 Tahun

2021 tentang Crash Program. Perbandingan diantara kedua peraturan tersebut

terbatas pada ruang lingkup poin-poin yang diatur dalam PMK Nomor 15 Tahun

2021 tentang Crash Program. Penulis meninjau pula mengenai praktik

pengurusan piutang negara yang dilakukan oleh KPKNL Denpasar apakah telah

sesuai dan relevan dengan peraturan yang ada atau belum. Dalam tulisan ini

membahas pula mengenai permasalahan yang dihadapi selama pengurusan

piutang negara serta penyelesaian dari permasalahan tersebut dengan pengurusan

piutang negara melalui mekanisme Crash Program. Selain itu, penulis membahas

mengenai pencapaian Piutang Negara Yang Dapat Diselesaikan (PNDS) Tahun

2021 setelah dilakukan pengurusan dengan mekanisme Crash Program di

KPKNL Denpasar.

1.5 Manfaat Penulisan

Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai pada penyusunan Karya Tulis

Tugas Akhir ini, penulis berharap karya tulis ini dapat memberikan manfaat antara

lain sebagai berikut:

1.5.1 Manfaat Teoritis

a. Memberikan wawasan dan pengetahuan terkait dengan pengurusan piutang

negara.
7

b. Memperkuat pemahaman terkait dengan penerapan teori-teori atau peraturan

yang sudah ada dalam ilmu pengetahuan terkait dengan pengurusan piutang

negara.

c. Sebagai referensi dan bahan kajian lebih lanjut untuk penelitian selanjutnya

terkait dengan pengurusan piutang negara.

1.5.2 Manfaat Praktis

a. Manfaat Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan

pertimbangan bagi pemerintah yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam

perencanaan kebijakan di masa mendatang terkait dengan optimalisasi pengurusan

piutang negara.

b. Manfaat Bagi Lembaga Pengurusan Piutang Negara

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi untuk senantiasa

melakukan upaya secara optimal dalam pengurusan piutang negara serta sebagai

pertimbangan terkait dengan tambahan praktik pengurusan piutang negara atau

pembuatan kebijakan terkait pengurusan piutang negara.

c. Manfaat Bagi Masyarakat Umum

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan masyarakat terkait dengan pengurusan piutang negara serta

menumbuhkan kesadaran masyarakat terkait urgensi pengurusan piutang negara.

d. Manfaat Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan

serta pengalaman terkait dengan penerapan secara langsung teori yang telah
8

diperoleh selama menjalani perkuliahan serta peraturan yang berlaku dengan

keadaan sebenarnya di lapangan.

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan Karya Tulis Tugas Akhir ini menganut sistematika

penulisan antara lain sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat uraian mengenai latar belakang penulisan, rumusan

masalah penulisan, tujuan penulisan, ruang lingkup penulisan, manfaat penulisan,

dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum piutang, konsep dasar

piutang negara, sistem pengurusan piutang negara, konsep dasar optimalisasi

piutang negara, Crash Program penyelesaian piutang negara, piutang negara yang

dapat diselesaikan (PNDS), dan panitia urusan piutang negara (PUPN).

BAB III METODE DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan mengenai metode pengumpulan data yang digunakan

dalam penulisan ini, gambaran umum KPKNL Denpasar sebagai objek penulisan,

tinjauan atas praktik pengurusan piutang negara berdasarkan Peraturan Menteri

Nomor 240 Tahun 2016, problematika dalam pengurusan piutang negara, tinjauan

atas praktik pengurusan piutang negara pasca Peraturan Menteri Keuangan Nomor

15 Tahun 2021, dan pencapaian piutang negara yang dapat diselesaikan (PNDS)

setelah adanya mekanisme Crash Program di KPKNL Denpasar.


9

BAB IV SIMPULAN

Bab ini memuat uraian mengenai simpulan dari pembahasan bab-bab

sebelumnya.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Gambaran Umum Piutang

2.1.1 Definisi Piutang

Dalam rangka proses bisnis, perjanjian dengan pihak lain terkait dengan

kelangsungan bisnis, tidak dapat dilepaskan oleh perseorangan maupun

perusahaan. Perjanjian memiliki pengertian adanya hubungan hukum

kekayaan/harta yang terjalin diantara dua pihak atau lebih, yang menimbulkan

suatu kewenangan atau hak untuk memperoleh prestasi atau menunaikan prestasi.

Perjanjian melahirkan suatu perikatan yang menghantarkan kedua belah pihak

dalam suatu kesepakatan tertulis antara pihak pemberi kredit/kreditur dengan

penerima kredit/debitur. Kesepakatan tertulis ini sering disebut dengan perjanjian

kredit. Dasar dari timbulnya suatu perjanjian kredit adalah adanya hubungan

utang piutang diantara kedua belah pihak.

Dalam hubungan utang-piutang, kreditur memiliki kewajiban

menyerahkan sejumlah uang maupun harta kepada debitur untuk digunakan dalam

periode tertentu. Di sisi lain, debitur berkewajiban untuk melakukan

pengembalian atas sejumlah uang maupun harta yang telah dipinjamkan itu pada

jangka waktu tertentu didasarkan pada adanya kesepakatan yang terjalin di

10
11

kemudian hari. Berlandaskan beberapa hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa

piutang adalah harta kekayaan berupa tagihan sejumlah uang dengan adanya

pembuktian melalui surat yang dimiliki oleh pihak terkait berlandaskan pada

perjanjian utang-piutang.

Definisi piutang dijabarkan pula dalam berbagai referensi. Menurut

Rahardjo (2002, dalam Lestari, 2014), piutang adalah hak tagih terhadap

seseorang maupun perusahaan lain, dengan adanya tuntutan pembayaran dalam

bentuk uang/penyerahan aktiva/jasa lain kepada pihak yang memiliki piutang

kepadanya. Piutang timbul sebagai akibat dari adanya kegiatan penjualan produk

atau penyerahan jasa dalam rangka kegiatan proses bisnis atau usaha perusahaan.

Piutang diartikan pula bahwa timbulnya hak penagihan bagi perusahaan terhadap

pihak lain yang berlangganan dan mengharap adanya pembayaran yang dilakukan

dari mereka sehingga terpenuhinya kewajiban terhadap perusahaan.

Menurut Yuliana (2018), piutang merupakan salah satu unsur dari aset

lancar dalam neraca perusahaan yang berasal dari adanya penjualan barang

maupun jasa atau pemberian kredit terhadap debitur. Secara umum timbulnya

piutang berasal dari adanya transaksi penjualan barang dagang melalui mekanisme

kredit. Dalam artian luas, piutang digunakan untuk seluruh pengakuan hak atau

klaim atas uang, barang, maupun jasa. Apabila aktivitas bisnis suatu perusahaan

bergerak di sektor bisnis penjualan barang atau pelayanan jasa secara kredit, maka

piutang menjadi unsur paling penting dari aset lancar.

Piutang didefinisikan pula sejumlah tagihan yang nantinya akan diterima

oleh perusahaan dari pihak lain, sebagai akibat penyerahan barang dan pelayanan
12

jasa secara kredit ataupun akibat pembayaran kas yang berlebih kepada pihak lain

(Lestari, 2014). Menurut Setiawan (2010), piutang merupakan segala bentuk

klaim atau tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dapat dilakukan pelunasan

dalam bentuk sejumlah uang, pemberian jasa, maupun barang.

2.1.2 Klasifikasi Piutang

Pengklasifikasian piutang dilakukan dengan tujuan untuk memberi

kemudahan dalam proses pendataan transaksi serta membantu stakeholder dalam

memahami unsur-unsur yang tercantum dalam neraca keuangan. Ikatan Akuntan

Indonesia Tahun 1994 dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK),

mengemukakan bahwa klasifikasi piutang berdasarkan sumber terjadinya dibagi

ke dalam dua kategori antara lain piutang usaha dan piutang lain-lain. Piutang

usaha berasal dari adanya penjualan produk maupun jasa dalam rangka aktivitas

normal usaha. Piutang yang berasal di luar aktivitas normal usaha dikategorikan

sebagai piutang lain-lain. Secara umum pengelompokan piutang antara lain

sebagai berikut:

a. Piutang Dagang (Trade Receivable)

Piutang dagang merupakan sejumlah tagihan yang dimiliki oleh

perusahaan kepada para pelanggan atas adanya transaksi penjualan barang

maupun jasa yang merupakan aktivitas bisnis perusahaan. Dalam artian lain,

piutang ini muncul ketika perusahaan telah menyediakan suatu produk atau

layanan jasa terhadap pelanggan namun belum memperoleh imbalan pembayaran

tunai. Piutang dagang merupakan jenis piutang yang seringkali ditemukan dan
13

umumnya memiliki jumlah perolehan yang paling besar. Piutang dagang

dikategorikan menjadi piutang usaha dan wesel tagih.

b. Piutang Usaha (Account Receivable)

Piutang usaha merupakan sejumlah hak tagih yang berasal dari penjualan

kredit periode pendek dan umumnya dapat ditagih diperkirakan dalam waktu 30

sampai 60 hari. Secara umum piutang usaha tidak membebankan adanya bunga,

namun tidak menutup kemungkinan bahwa pembayaran bunga maupun biaya jasa

dapat dibebankan bilamana pembayarannya tidak dilakukan dalam waktu tertentu.

c. Wesel Tagih (Notes Receivable)

Wesel tagih merupakan janji secara tertulis yang diterbitkan sebagai

bentuk pengakuan utang dengan membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal

tertentu di masa mendatang. Periode waktu wesel tagih umumnya memiliki waktu

tagih antara 60 sampai dengan 90 hari atau dapat lebih lama serta membebankan

pihak yang berutang untuk dilakukan pembayaran atas bunga. Sumber wesel tagih

dapat dihimpun dari adanya penjualan, pembayaran maupun transaksi lainnya.

Wesel tagih dapat memiliki periode waktu yang pendek maupun periode yang

panjang sesuai dengan kesepakatan yang tercantum dalam perjanjian tertulis.

d. Piutang Lain-lain (Non Dagang)

Piutang lain-lain mencakup ruang lingkup piutang selain piutang usaha.

Dalam artian lain, piutang lain-lain terkait dengan tagihan perusahaan kepada

pelanggan atau pihak lain akibat dari adanya transaksi yang berhubungan secara

tidak langsung dengan aktivitas normal usaha perusahaan. Piutang lain-lain antara
14

lain meliputi piutang pegawai, piutang bunga, piutang dividen, piutang dari

perusahaan afiliasi, dan piutang pajak.

2.1.3 Faktor Internal dan Eksternal Timbulnya Piutang Tak Tertagih (Bad

Debt Expense)

Piutang tak tertagih disebabkan oleh adanya beberapa faktor yang

mendasari timbulnya suatu kondisi bahwa atas suatu piutang dinyatakan telah

tidak dapat dilakukan pelunasan atau tak tertagih. Faktor pemicu ini berasal dari

lingkungan internal maupun eksternal. Faktor internal berkaitan dengan penjual

atau kreditur antara lain kelemahan administrasi, penjualan produk kedaluwarsa,

hubungan buruk dengan konsumen, dan hubungan istimewa dengan pelanggan. Di

samping itu, terdapat kelemahan SDM, dana, metode, dan sarana pendukung serta

keengganan menyelesaikan transaksi secara tuntas dengan pelanggan bermasalah.

Faktor eksternal timbul dari konsumen ataupun debitur antara lain pelanggan tidak

puas terhadap layanan penjual, unsur kesengajaan, unsur ketidaksengajaan, dan

debitur terlilit hutang.

2.1.3.1. Faktor Internal (Penjual/Kreditur)

a. Kelemahan Administrasi

Kelemahan administrasi mencakup antara lain analisis dalam pemberian

kredit yang kurang tepat, sistem pengawasan dan administrasi kredit yang kurang

memadai atau tidak adanya sistem pengawasan yang tertib dan terintegrasi.

Keadaan tersebut menyebabkan manajemen kurang dapat mengawasi secara

langsung usaha milik debitur serta portofolio perkreditan secara menyeluruh dan

terperinci. Sebagai akibatnya manajemen kurang dapat melakukan tindakan


15

koreksi dengan segera sehingga ditemukannya pelanggaran dan penyimpangan.

Seperti contohnya adanya bukti penjualan fiktif, tidak tersedianya bukti tertulis

atas tiap angsuran pembayaran piutang sehingga sulit mengumpulkan bukti

piutang secara lengkap dan memonitor piutang.

b. Penjualan Produk Kedaluwarsa

Produk kedaluwarsa merupakan produk yang sejatinya tidak layak untuk

diperjualbelikan kepada pelanggan mengingat produk tidak lagi dapat

dimanfaatkan atau digunakan sesuai dengan fungsinya. Pelanggan dalam setiap

transaksi jual beli senantiasa menuntut kualitas produk yang terbaik dan sesuai

dengan harapan. Tidak terpenuhinya harapan tersebut memicu pelanggan enggan

menyelesaikan pembayaran dikarenakan produk yang dipesannya tidak sesuai

dengan kesepakatan yang telah ditetapkan sebelumnya.

c. Masalah Pribadi/Hubungan Buruk Dengan Konsumen

Hubungan yang terjalin antara penjual dan pelanggan berpengaruh

signifikan terhadap pelunasan penjualan atas produk ataupun layanan jasa.

Apabila tidak terpenuhinya pelayanan sesuai dengan harapan maka hal ini

memicu ketidakpuasan konsumen sehingga tidak terjalin hubungan yang baik

antara penjual dan pelanggan. Hal ini mengakibatkan konsumen cenderung

merasa enggan menyelesaikan kewajibannya atas pelayanan yang diterima karena

tidak selaras dengan sejumlah sejumlah uang/harta yang akan dikeluarkannya.

d. Hubungan Istimewa Dengan Pelanggan

Kondisi ini memicu penagihan dapat dilakukan tanpa menggunakan atau

menunjukkan nota asli ke pelanggan, dan nyatanya hasil tagihan juga tidak
16

dilaporkan. Adanya kepentingan pribadi dalam ranah kegiatan bisnis perusahaan

cenderung memberikan beban tambahan yang mengantarkan perusahaan tidak

dapat mencapai tujuan sebagaimana mestinya. Setiap langkah yang hendak

ditempuh oleh perusahaan diintervensi oleh pihak lain. Hal tersebut

mengakibatkan perusahaan tidak dapat leluasa dalam menjalankan proses

bisnisnya yang erat kaitannya dengan memperoleh keuntungan bagi perusahaan.

Perolehan perusahaan dalam hal penagihan atas produk atau layanan jasa yang

telah diberikan.

e. Kelemahan SDM, Dana, Metode, dan Sarana Pendukung untuk Pemantauan

dan Penagihan, khususnya pada konsumen yang membayar lewat jatuh tempo

Kualitas SDM hingga sarana pendukung merupakan kunci dalam

melakukan kegiatan bisnis perusahaan seperti halnya melakukan penagihan atas

penjualan terhadap konsumen. Kurang memadainya faktor kunci tersebut maka

kegiatan bisnis perusahaan tidak dapat terselenggara secara optimal serta efektif

dan efisien dalam rangka pencapaian tujuan.

f. Keengganan untuk menyelesaikan secara tuntas atas transaksi dengan

pelanggan yang bermasalah

Manajemen perusahaan yang kurang berkomitmen dalam menjalani

tanggung jawab sebagaimana mestinya menjadi batu penghambat dalam proses

penagihan piutang kepada pelanggan. Keadaan seperti ini yang tidak kunjung

teratasi memicu adanya peningkatan kredit macet yang berlebih bahkan hingga

dapat mengantarkan perusahaan dalam kondisi kebangkrutan.


17

2.1.3.2. Faktor Eksternal (Debitur/Konsumen/Pelanggan)

a. Pelanggan Tidak Puas Terhadap Layanan Penjual

Pelanggan enggan melaksanakan kewajibannya dalam hal memberikan

imbalan kepada kreditur atau penjual karena produk atau layanan yang diberikan

tidak sesuai dengan harapan pembeli atau melanggar kesepakatan yang telah

ditetapkan sebelumnya.

b. Unsur Kesengajaan

Pelanggan memiliki niatan atau beritikad buruk dengan tidak berusaha

melunasi tagihan tepat waktu walaupun mempunyai kemampuan dalam

membayar. Adapun beberapa bentuk kesengajaan tersebut antara lain dengan

sengaja sering berganti identitas serta data dan alamatnya tidak sesuai dengan

kenyataan.

c. Unsur Ketidaksengajaan/Force Majeure (bencana alam atau bencana non

alam) yang dialami pelanggan

Pelanggan mengalami keadaan yang memaksa mereka tidak mampu

melunasi hutangnya sesuai dengan perjanjian. Beberapa bentuk keadaan yang

memaksa antara lain adanya musibah seperti gempa bumi, banjir, kebakaran, dan

meninggal dunia serta bencana alam yang tidak terduga lainnya.

d. Debitur Terlilit Hutang (Bangkrut)

Debitur mengalami kondisi menderita kerugian besar yang menimbulkan

kondisi keuangan tidak sehat atau kesulitan keuangan. Kondisi ini memaksa
18

kegiatan bisnis debitur berhenti beroperasi sehingga dinyatakan mengalami

kebangkrutan.

2.2 Konsep Dasar Piutang Negara

Definisi piutang negara diatur dalam Pasal 8 Peraturan Pengganti Undang-

Undang Nomor 49 Tahun 1960. Piutang negara adalah sejumlah uang yang wajib

dibayar kepada negara atau badan-badan secara langsung maupun tidak langsung

dikuasai oleh negara berdasarkan suatu peraturan, perjanjian atau sebab apapun.

Selanjutnya, dalam penjelasan atas Pasal 8 Peraturan Pengganti Undang-Undang

(Perpu) disebutkan bahwa piutang negara yang dimaksudkan hutang yaitu:

a. Secara langsung timbulnya hutang kepada negara dan maka dari itu harus

dilakukan pembayaran kepada Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.

b. Secara langsung timbulnya pembebanan hutang terhadap badan-badan yang

umumnya kepemilikan kekayaan dan modalnya sebagian atau seluruhnya

dimiliki oleh Negara. Badan-badan tersebut antara lain Bank-Bank Negara,

PT. Negara, Perusahaan Negara, Yayasan Perbekalan dan Persediaan,

Yayasan Urusan Bahan Makanan dan sebagainya. Berkaitan dengan hutang

pajak tetap dikategorikan sebagai piutang negara, namun diselesaikan secara

terpisah menurut Undang-Undang Penagihan Pajak Negara melalui Surat

Paksa.

Penjelasan Perpu Nomor 49 Tahun 1960 menyatakan pula bahwa pada

prinsipnya piutang negara diselesaikan pada tingkat pertama oleh instansi

pemerintah dan badan yang bersangkutan. Bilamana penyelesaiannya telah


19

diupayakan semaksimal mungkin atau tidak memungkinkan lagi dilakukan

penagihan maka dapat menyerahkan pengurusannya kepada PUPN.

Dalam Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 diatur mengenai

definisi piutang negara. Piutang negara merupakan pembayaran wajib kepada

Pemerintah Pusat ataupun hak Pemerintah Pusat yang dapat dinilai dengan uang

atas adanya perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan atau akibat

lainnya yang sah. Hal serupa dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 35 Tahun

2017 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah dijabarkan terkait

dengan piutang negara. Piutang negara merupakan pembayaran wajib kepada

Pemerintah Pusat atau hak Pemerintah Pusat yang dapat dinilai dengan uang

akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan maupun akibat lainnya

yang sah.

Piutang negara merupakan jumlah uang yang wajib dibayar kepada negara

berlandaskan suatu peraturan, perjanjian, atau sebab apapun. Pengertian tersebut

sesuai dengan yang diamanatkan dalam PMK Nomor 240 Tahun 2016 tentang

Pengurusan Piutang Negara. PMK Nomor 207 Tahun 2019 menjabarkan

mengenai piutang negara. Piutang negara sebagai jumlah uang yang wajib dibayar

kepada K/L atau BUN yang dapat diukur dengan uang akibat perjanjian atau

akibat lainnya berdasarkan peraturan yang berlaku atau akibat lainnya yang sah.

Piutang, dalam ruang lingkup perbendaharaan negara, diatur dengan

Peraturan Direktorat Jenderal (Perdirjen) Perbendaharaan PER-85/PB/2011.

Perdirjen Perbendaharaan PER-85/PB/2011 mengatur tentang Penatausahaan

Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak pada Satuan Kerja Kementerian


20

Negara/Lembaga. Piutang merupakan uang yang menjadi hak pemerintah sebagai

akibat adanya penyerahan uang, barang, maupun jasa oleh pemerintah atau akibat

lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Berlandaskan pada beberapa pengertian piutang negara tersebut, dapat ditarik

suatu simpulan bahwa piutang negara merupakan sejumlah uang yang wajib

dibayar kepada pemerintah pusat atau menjadi hak pemerintah pusat secara

langsung maupun tidak langsung yang dapat dinilai dengan uang akibat adanya

perjanjian atau akibat lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-undangan

yang berlaku atau akibat lainnya yang sah.

2.3 Sistem Pengurusan Piutang Negara

Sistem pengurusan piutang negara macet pada PUPN diatur dalam

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 240 Tahun 2016 tentang Pengurusan Piutang

Negara. Tahapan pengurusan Piutang Negara (PN) antara lain sebagai berikut:

2.3.1 Penyerahan Pengurusan Piutang Negara

Dalam hal pihak kreditur/penyerah piutang telah memperingati dan

melakukan upaya penyelesaian secara intern terhadap debitur terkait utangnya

yang macet, namun tidak menunjukkan hasil yang diharapkan. Penyerah piutang

dapat menyerahkan kepada PUPN melalui Kantor Pelayanan Kekayaan Negara

dan Lelang (KPKNL) untuk memperoleh pengurusan dan penyelesaiannya.

Penyerah piutang negara yang dimaksud antara lain Instansi Pemerintah termasuk

Badan Layanan Umum (BLU)/Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), Lembaga

Negara, Komisi Negara, dan Badan Hukum lainnya. Adapun Badan Usaha Milik

Negara (BUMN)/Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang menyalurkan dana


21

yang bersumber dari Instansi Pemerintah melalui pola channeling atau risk

sharing.

2.3.2 Penerimaan Pengurusan Piutang Negara

Dalam hal setelah dianalisis terkait kelengkapan dokumen permohonan

dan ternyata telah sesuai dengan kriteria/persyaratan penyerahan serta dapat

dibuktikan keberadaan dan besaran piutang negara. Berlandaskan pada hasil

penelitian, Panitia Cabang melakukan penerimaan penyerahan pengurusan dengan

menerbitkan Surat Penerimaan Pengurusan Piutang Negara (SP3N).

2.3.3 Penolakan Pengurusan Piutang Negara

Panitia Cabang melakukan penolakan atas penyerahan pengurusan Piutang

Negara dengan menerbitkan Surat Penolakan Pengurusan Piutang Negara.

Penolakan didasarkan pada kelengkapan persyaratan penyerahan pengurusan

piutang negara tidak dapat dipenuhi oleh kreditur/penyerah piutang sehingga tidak

dapat dibuktikan keberadaan dan besaran piutang negara sah secara hukum.

Adapun kondisi penyerah piutang dalam waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal surat

permintaan konfirmasi tidak memberikan tanggapan serta penyerah piutang tidak

termasuk Instansi Pemerintah sesuai yang tercantum dalam peraturan.

2.3.4 Panggilan Pertama

Piutang negara setelah diterima dan diterbitkan Surat Penerimaan

Pengurusan Piutang Negara (SP3N) oleh PUPN Cabang, maka tahapan berikutnya

dilakukan pemanggilan terhadap penanggung hutang/debitur. Jangka waktu antara

tanggal surat panggilan dengan tanggal menghadap mempertimbangkan beberapa

hal. Pertimbangan atas estimasi lamanya surat sampai di alamat penanggung


22

hutang serta tambahan waktu yang dibutuhkan untuk datang menghadap ke

Kantor Pelayanan.

2.3.5 Panggilan Terakhir

Apabila telah dikeluarkan surat panggilan pertama, namun debitur tidak

datang menghadap karena sesuatu dan lain hal, maka akan dibuat surat panggilan

terakhir. Penerbitan surat panggilan terakhir dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari

kerja sejak tanggal menghadap yang dicantumkan dalam surat panggilan pertama.

2.3.6 Pernyataan Bersama

Dalam hal surat panggilan yang disampaikan kepada debitur, dan debitur

datang menghadap, maka dilakukan wawancara dan disusun berita acara tanya

jawab, kemudian ditetapkan Pernyataan Bersama (PB). Adapun kesepakatan yang

ditempuh dalam pernyataan bersama terkait dengan besaran hutang yang wajib

dilakukan pelunasan, langkah-langkah penyelesaiannya, dan sanksi.

2.3.7 Penetapan Jumlah Piutang Negara

Apabila debitur tidak datang menghadap karena menghilang, penanggung

utang tidak mengakui jumlah utang atau kalau pun datang menghadap namun

tidak mau menandatangani pernyataan bersama. Berlandaskan beberapa kondisi

atau peristiwa tersebut maka diterbitkan Surat Penetapan Jumlah Piutang Negara

(PJPN). Surat Keputusan Penetapan Jumlah Piutang Negara mencantumkan

besaran hutang yang wajib dilakukan pelunasan oleh penanggung hutang.

2.3.8 Surat Paksa

Bilamana debitur/penanggung utang tidak memenuhi kesepakatan di

dalam Pernyataan Bersama dan atau PJPN, maka ditindaklanjuti dengan


23

penerbitan dan penyampaian surat paksa (SP) setelah ditandatangani oleh Ketua

PUPN Cabang. Penyampaian surat ini meminta penanggung utang untuk

membayar keseluruhan hutangnya secara sekaligus dalam tenggang waktu 1 x 24

(satu kali dua puluh empat) jam terhitung sejak tanggal disampaikan surat paksa.

2.3.9 Penyitaan

Bilamana setelah lewat tenggang waktu 1 x 24 (satu kali dua puluh empat)

jam sejak Surat Paksa diberitahukan tidak dilakukan pelunasan keseluruhan

hutang oleh debitur, panitia cabang menerbitkan Surat Perintah Penyitaan (SPP).

Penyitaan dapat dilaksanakan terhadap barang jaminan utang maupun harta

kekayaan lainnya milik debitur dalam hal ini barang bergerak maupun barang

tidak bergerak.

2.3.10 Pembayaran Hutang

Pelaksanaan pembayaran hutang sesuai dengan jumlah nominal hutang,

ditambah dengan pembebanan bunga serta disertai dengan biaya administrasi

pengurusan piutang negara. Pembayaran hutang dapat dilakukan melalui Kantor

Pelayanan atau Penyerah Piutang.

2.3.11 Piutang Negara Selesai

Dalam hal usulan penarikan atas pengurusan piutang negara disetujui serta

telah diselesaikan biaya administrasi pengurusan piutang negara atas penarikan

pengurusan. Panitia Cabang menerbitkan Surat Pernyataan Pengurusan Piutang

Negara Selesai (SPPNL).


24

2.3.12 Pelunasan Piutang Negara

Apabila keseluruhan hutang milik debitur/penanggung hutang telah

dinnyatakan lunas, Panitia Cabang menerbitkan Surat Pernyataan Piutang Negara

Lunas. Penyampaian surat kepada penanggung hutang dan penyerah piutang.

Surat Pernyataan Piutang Negara Lunas diterbitkan berdasarkan hasil verifikasi.

2.4 Konsep Dasar Optimalisasi Piutang Negara

Optimalisasi merupakan sesuatu hasil atau tujuan yang dicapai sesuai

dengan keinginan serta lebih baik dibandingkan hasil sebelumnya. Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia optimalisasi berarti terbaik, paling

menguntungkan, menjadikan paling baik, dan lebih efektif.

Menurut Butterfield et al. (2016) dalam Kamus Oxford menjelaskan

bahwa, “Optimization is the process of finding the best solution to some problem

where “best“ accords to prestated criteria”. Pernyataan tersebut dapat diartikan

bahwa optimalisasi merupakan serangkaian proses, cara, maupun perbuatan dalam

rangka mencari solusi terbaik terhadap beberapa permasalahan, yang terbaik

sesuai dengan kriteria tertentu.

Adapun literatur lain yang menjabarkan mengenai konsep optimalisasi

dengan menyatakan bahwa optimalisasi ialah suatu tindakan meningkatkan atau

mengoptimalkan. Optimalisasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses pencarian

solusi yang paling baik, dan tidak selalu berkaitan dengan keuntungan yang paling

tinggi apabila tujuan pengoptimalan memaksimumkan keuntungan. Di samping

itu, tidak selalu mengacu pada biaya paling minimal yang mampu ditekan apabila

tujuan pengoptimalan meminimumkan biaya.


25

Optimalisasi diartikan dengan mengoptimalkan suatu pekerjaan yang

memudahkan dalam proses pengerjaannya sehingga dapat meminimalisir waktu

yang digunakan. Berlandaskan beberapa referensi di atas, dapat ditarik

kesimpulan bahwa optimalisasi adalah suatu proses, tindakan ataupun metodologi

untuk membuat sesuatu hal menjadi lebih efektif guna membantu pelaksanaan

suatu pekerjaan.

2.5 Crash Program Penyelesaian Piutang Negara

Dalam kaitannya dengan pelaksanaan amanat Pasal 39 ayat (2) UU Nomor

9 Tahun 2020 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran

2021, maka diaturlah PMK 15/PMK.06/2021. Peraturan mengenai Penyelesaian

Piutang Instansi Pemerintah yang Diurus/Dikelola oleh Panitia Urusan Piutang

Negara/ Direktorat Jenderal Kekayaan Negara dengan mekanisme Crash

Program. Crash Program merupakan mekanisme pengoptimalan penyelesaian

piutang negara yang diterapkan secara terpadu dalam hal pemberian keringanan

utang atau moratorium tindakan hukum. Keringanan Utang didefinisikan sebagai

pengurangan pembayaran pelunasan utang oleh debitur melalui pemberian

pengurangan pokok, bunga, denda, ongkos/biaya lainnya. Di sisi lain, moratorium

tindakan hukum atas piutang negara merupakan penetapan atas terhentinya

tindakan hukum penagihan piutang negara untuk sementara.

Peraturan Menteri ini mengatur Berkas Kasus Piutang Negara (BKPN)

yang diselesaikan dengan mekanisme Crash Program terkait dengan Piutang

Instansi Pemerintah Pusat dengan Penanggung Utang:


26

a. Perorangan maupun badan hukum/badan usaha yang memiliki jenis usaha

dikategorikan dalam skala mikro, kecil, atau menengah (UMKM) dengan

pagu sisa hutang paling banyak sebesar Rp5.000.000.000,00 (lima miliar

rupiah);

b. Perorangan yang memperoleh Kredit Pemilikan Rumah Sederhana/Rumah

Sangat Sederhana (KPR RS/RSS) dengan pagu sisa hutang paling banyak

sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah); dan

c. Perorangan atau badan hukum/badan usaha yang memiliki sisa kewajiban

sampai dengan sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Atas piutang instansi dapat diurus dalam hal pengurusan piutang negara

telah diserahkan kepada PUPN dan telah dilakukan penerbitan Surat Penerimaan

Pengurusan Piutang Negara (SP3N) hingga pada tanggal 31 Desember 2020.

Dalam hal sisa kewajiban debitur berbentuk mata uang asing, dengan batasan sisa

besaran utang sejumlah Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dihitung

berdasarkan pada kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal surat persetujuan

keringanan utang.

Dalam pemberian keringanan terbagi berdasarkan kepemilikan barang

jaminan antara lain penanggung utang yang memiliki barang jaminan berupa

tanah dan bangunan dan tidak memiliki barang jaminan tanah dan bangunan.

Piutang negara yang melampirkan kepemilikan atas jaminan tanah dan bangunan,

keringanan diberikan atas utang pokok sebesar 35%, serta Bunga Denda Ongkos

(BDO) sebesar 100%. Di lain sisi, atas piutang negara yang tidak melampirkan

kepemilikan jaminan tanah atau tanah dan bangunan, keringanan diberikan atas
27

utang pokok sebesar 60%, serta bunga denda ongkos (BDO) sebesar 100%.

Adapun piutang negara yang tidak diperkenankan mengikuti mekanisme Crash

Program ataupun dikecualikan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor

15/PMK.06/2021 antara lain sebagai berikut :

a. Piutang negara yang diperoleh atas adanya tuntutan ganti rugi ataupun

tuntutan perbendaharaan (TGR/TP), kecuali debitur telah menempuh masa

pensiun atau merupakan pegawai negeri sipil dengan pangkat/golongan

(Penata Muda/III/a) ke bawah;

b. Piutang negara yang diperoleh dari ikatan dinas;

c. Piutang Negara yang diperoleh dari aset kredit eks Bank Dalam Likuidasi

(BDL);

d. Piutang Negara yang memiliki jaminan untuk penyelesaian utang berupa

asuransi, surety bond, bank garansi dan/atau bentuk jaminan penyelesaian

sebanding lainnya serta

e. Dalam kaitannya dengan jaminan penyelesaian utang dinyatakan sudah tidak

efektif, telah kedaluwarsa atau adanya kondisi lainnya, tidak dapat lagi

digunakan sebagai jaminan untuk penyelesaian piutang negara.

Penanggung Utang yang dapat diberikan Crash Program merupakan

penanggung utang yang menyampaikan permohonan tertulis kepada Kepala

KPKNL dan diterima secara keseluruhan paling lambat tanggal 1 Desember 2021.

Permohonan tertulis disertai dengan menyebutkan jenis Crash Program yang

akan diikuti oleh penanggung utang. Dalam hal permohonan atas keringanan

utang atau permohonan moratorium tindakan hukum atas piutang negara.


28

2.6 Piutang Negara Yang Dapat Diselesaikan (PNDS)

Adapun beberapa indikator yang diklasifikasikan sebagai Piutang Negara

Yang Dapat Diselesaikan (PNDS). Indikator ini merepresentasikan berbagai

tahapan akhir dari pengoptimalan pengurusan piutang negara berlandaskan pada

peristiwa penyelesaian serta alur tahapan yang berbeda. Konsep dari indikator

yang menjadi bagian dari Piutang Negara Yang Dapat Diselesaikan (PNDS)

antara lain sebagai berikut :

2.6.1 Pembayaran Piutang Negara

Dalam hal pembayaran piutang negara terbagi kedalam beberapa sistem

pembayaran antara lain pembayaran yang dilakukan secara tunai ataupun

angsuran. Bilamana pembayaran ditempuh melalui angsuran, periode waktu

angsuran tidak diperkenankan lebih dari periode triwulanan.

2.6.2 Pengembalian Piutang Negara

Pengembalian pengurusan piutang negara dapat dilakukan oleh Panitia

Cabang apabila timbulnya beberapa kondisi atau peristiwa. Kondisi yang

dimaksud antara lain adanya kekeliruan penyerah piutang, piutang terjerat perkara

pidana, dan penyerah piutang atau kreditur tidak menunjukkan sikap kooperatif.

Adanya peristiwa atas piutang terdapat ketetapan putusan lembaga peradilan baik

dalam perkara perdata maupun tata usaha negara serta piutang negara yang

diserahkan terjadi atau disalurkan di eks Provinsi Timor-Timur. Pengembalian PN

yang bersumber dari perjanjian penerusan pinjaman luar negeri, rekening

pembangunan daerah, dan rekening dana investasi pada Perusahaan Daerah Air

Minum. Di samping itu, kreditur memohon pengembalian atas pengurusan PN eks


29

PT Jamsostek (Persero) yang telah berubah menjadi Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan.

2.6.3 Piutang Negara Sementara Belum Dapat Ditagih (PSBDT)

Mengenai piutang negara untuk sementara belum dapat ditagih adalah

piutang negara dalam hal sisa piutang negara masih menjadi kewajiban debitur

namun debitur tidak memiliki kemampuan untuk menyelesaikan. Di samping itu,

alamat tempat tinggal penanggung hutang tidak diketahui dan barang jaminan

tidak ada, telah ditebus, terjual, atau tidak lagi memiliki nilai ekonomis. Namun

demikian bilamana terdapat perkembangan tentang harta kekayaan lainnya milik

debitur yang bersangkutan, maka akan dilakukan pengusutan/pemeriksaan lebih

lanjut.

2.6.4 Surat Pernyataan Piutang Negara Lunas (SPPNL)

Panitia Cabang menerbitkan Surat Pernyataan Piutang Negara Lunas

(SPPNL) dalam hal penanggung hutang telah melunasi keseluruhan

kewajibannya. Penerbitan SPPNL didasarkan dari adanya tahapan verifikasi yang

telah ditempuh oleh PUPN. Penyampaian surat diberikan kepada penanggung

hutang serta penyerah piutang.

2.6.5 Penarikan Piutang Negara

Penarikan kembali atas piutang negara macet penyerahan oleh kreditur

dapat dilakukan dalam hal adanya tujuan untuk dilakukan restrukturisasi kredit

oleh kreditur disertai dengan melampirkan proposal dari debitur. Panitia cabang

menerbitkan surat persetujuan penarikan pengurusan piutang negara bilamana

usul penarikan pengurusan piutang negara telah disetujui. Berlaku sebaliknya,


30

panitia cabang menerbitkan Surat Penolakan Penarikan Pengurusan Piutang

Negara sebagai bukti bahwa usulan penarikan pengurusan tidak dapat disetujui.

2.7 Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN)

Pengurusan piutang negara dalam rangka pengoptimalan kepentingan

keuangan negara yang perlu segera diurus melalui serangkaian proses yang

tidaklah mudah. Tidak dapat dipungkiri bahwa serangkaian proses tersebut

membutuhkan pengelola yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab atas

pengurusan piutang negara. Dengan kata lain, pengurusan piutang negara tidak

akan optimal apabila pihak yang bertanggung jawab tidak mengupayakan

pengurusan dengan optimal dan berpedoman pada peraturan yang berlaku. Pihak

yang memiliki kewenangan dalam pengurusan piutang negara adalah Panitia

Urusan Piutang Negara (PUPN). PUPN dibentuk berdasarkan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 49 Tahun 1960 yang saat ini

dikenal dengan Undang-Undang Nomor 49 Prp Tahun 1960. PUPN dibentuk

berlandaskan pada pertimbangan dari Undang-Undang Nomor 49 Prp Tahun

1960, di dalam huruf b, c, dan d menyatakan bahwa:

Untuk kepentingan keuangan negara, hutang kepada negara atau badan


negara, baik langsung maupun tidak langsung dikuasai oleh negara, perlu
segera diurus yang dengan peraturan-peraturan biasa tidak memungkinkan
untuk memperoleh hasil yang efisien dan efektif dalam mengurus piutang
negara, dan oleh karena keadaan memaksa, maka hal tersebut perlu diatur
dengan Perpu.

PUPN dalam peraturan ini, dinyatakan pula bahwa memiliki tugas dan

fungsi untuk melakukan pengurusan piutang negara yang keberadaan dan besaran

telah pasti menurut hukum, namun debitur tidak melunasi sebagaimana mestinya.

Peran dalam melakukan mekanisme pengawasan terhadap piutang-piutang/kredit


31

yang telah dikeluarkan oleh Negara/Badan-Badan Negara turut merupakan

tanggung jawab dari PUPN.

PUPN adalah panitia yang bersifat interdepartemental yang beranggotakan

pejabat departemen keuangan, angkatan perang, dan pejabat pemerintah lainnya

yang dianggap perlu. Merujuk pada Peraturan Presiden Republik Indonesia

Nomor 89 Tahun 20016 tentang Panitia Urusan Piutang Negara, struktur

keanggotaan PUPN saat ini terdiri dari PUPN Pusat dan PUPN Cabang.

Kedudukan PUPN Pusat berada di Jakarta sedangkan PUPN Cabang

berkedudukan di Ibu Kota Provinsi, kecuali ditentukan lain oleh Menteri

Keuangan.

Keanggotaan PUPN Pusat terdiri dari jabatan Ketua diemban oleh

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, sedangkan jabatan Sekretaris menjadi

kewenangan Direktur di DJKN yang membidangi pengurusan Piutang Negara.

Jabatan anggota antara lain diemban oleh Kepala Biro Hukum Kementerian

Keuangan dan Direktur II Ekonomi dan Khusus pada Badan Reserse, Kriminal

Mabes Polri. Adapun anggota lainnya yaitu Direktur Pemulihan dan Perlindungan

Hak pada Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara Kejaksaan

Agung. Keanggotaan PUPN Cabang dalam hal terdapat Kantor Wilayah DJKN di

tiap provinsi terdiri dari jabatan Ketua diemban oleh Kepala Kantor Wilayah

DJKN. Jabatan anggota diemban oleh Kepala KPKNL, Direktur Reserse dan

Kriminal/pejabat lain, Asisten Perdata dan Tata Usaha Negara/pejabat lain serta

Pejabat pada Badan Pengawasan Daerah/pejabat pada pemerintah daerah provinsi.


32

Pada Peraturan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor

49 Tahun 1960 dinyatakan pula bahwa Panitia Urusan Piutang Negara memiliki

tugas antara lain sebagai berikut:

1. Melakukan pengurusan terhadap piutang negara yang telah diserahkan

pengurusannya kepadanya oleh Pemerintah atau Badan-Badan yang berkaitan

secara langsung atau tidak langsung dikuasai oleh negara;

2. Melakukan pengurusan terhadap piutang negara dengan sebelumnya tidak

terdapat penyerahan kepadanya, bilamana menurut pendapat PUPN adanya

cukup alasan yang kuat, bahwa Piutang-piutang Negara tersebut harus segera

dilakukan pengurusan; dan

3. Melakukan mekanisme pengawasan terhadap piutang-piutang/kredit-kredit

yang telah dikeluarkan oleh Negara/Badan-badan Negara, dalam hal kredit itu

telah dipergunakan sesuai dengan permohonan dan/atau syarat pemberian

kredit dan menanyakan keterangan-keterangan yang berkaitan dengan itu

kepada bank-bank dengan menyimpang dari ketentuan-ketentuan dalam

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 23 Tahun 1960

tentang Rahasia Bank.

Dalam rangka melaksanakan tugas berkaitan dengan pengurusan piutang

negara berlandaskan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia

(KMK) Nomor 533/KMK.08/2002 Tentang Perubahan Atas KMK

61/KMK.08/2002 Tentang Panitia Urusan Piutang Negara, PUPN berwenang

antara lain sebagai berikut:


33

a. Melakukan penerimaan/penolakan/pengembalian atas pengurusan piutang

negara terhadap penyerah piutang;

b. Penetapan atas pernyataan bersama;

c. Melakukan penetapan jumlah piutang negara dalam hal akibat suatu dan lain

hal pernyataan bersama tidak dapat ditetapkan;

d. Menerbitkan surat paksa;

e. Menerbitkan surat perintah penyitaan;

f. Menerbitkan sita persamaan;

g. Menerbitkan surat perintah pengangkatan penyitaan;

h. Menerbitkan surat perintah penjualan barang sitaan;

i. Melakukan penetapan/penolakan atas penjualan barang jaminan;

j. Penetapan nilai limit lelang dan nilai pencairan di luar lelang;

k. Menerbitkan pernyataan pengurusan piutang negara telah lunas atau selesai;

l. Menerbitkan surat penetapan piutang untuk sementara belum dapat ditagih;

m. Persetujuan/penolakan penarikan kembali piutang negara;

n. Menerbitkan surat perintah paksa badan; dan

o. Penetapan kembali atas PSBDT menjadi piutang aktif.

PUPN mengadakan rapat PUPN dalam periode waktu 1 (satu) tahun

anggaran. Rapat PUPN dijalankan untuk PUPN Pusat dalam periode waktu 4

(empat) bulan sekali sedangkan untuk PUPN Cabang dalam periode waktu 2 (dua)

bulan sekali. Dalam tingkatan rapat PUPN Pusat hal-hal yang dibahas mengenai

rancangan kerja tahunan, kebijaksanaan pengurusan PN, dan evaluasi pengurusan

piutang negara serta materi lainnya yang dianggap perlu untuk didalami lebih
34

lanjut. Pelaksanaan rapat oleh PUPN cabang membahas tentang rancangan kerja

tahunan, evaluasi pengurusan piutang negara, optimalisasi pengurusan piutang

negara, dan penyelesaian piutang negara yang dianggap perlu untuk dirapatkan.

Pelaksanaan rapat PUPN Pusat/Panitia Cabang dipimpin Ketua PUPN

Pusat/Cabang dan dihadiri Anggota PUPN. Anggota PUPN Pusat/Cabang yang

berhalangan hadir harus memberitahukan alasan ketidakhadirannya karena Rapat

PUPN harus dihadiri oleh lebih dari 50% anggota termasuk Ketua PUPN.

Bilamana kehadiran anggota PUPN tidak dapat terpenuhi, maka rapat PUPN

ditetapkan batal dan rapat PUPN dilakukan penjadwalan kembali.


BAB III

METODE DAN PEMBAHASAN

3.1 Metode Pengumpulan Data

3.1.1 Metode Penelitian Kepustakaan

Mardalis (1999, dalam Sari, 2020) menyatakan bahwa penelitian

kepustakaan merupakan suatu studi yang digunakan untuk menghimpun informasi

dan data melalui dukungan berbagai macam material yang ada di perpustakaan.

Material yang dimaksud seperti buku, dokumen, majalah, kisah-kisah sejarah, dan

lain sebagainya. Metode penelitian kepustakaan yang digunakan dalam Karya

Tulis Tugas Akhir ini berupa pengumpulan data ditentukan dengan menelaah

literatur dan bahan pustaka yang relevan terhadap masalah yang diteliti. Sumber

literatur baik dari buku, artikel, jurnal yang berkaitan dan peraturan terutama yang

berkaitan dengan piutang negara.

3.1.2 Metode Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan merupakan penelitian yang dilaksanakan dengan

mengumpulkan data maupun informasi yang diperoleh secara langsung dari

responden. Dengan kata lain, penelitian ini dilakukan dengan mengangkat data

yang dihimpun dari lapangan secara sistematis.

35
36

a. Metode Observasi

Abdurrahman (2011, dalam Ananta, 2016) menyatakan bahwa observasi

adalah teknik pengumpulan data dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan

disertai pencatatan terhadap perilaku maupun kondisi objek sasaran. Dengan

melakukan pengamatan secara langsung ke lapangan hingga dapat diperoleh data-

data yang faktual dari sumbernya serta tanpa adanya manipulasi.

Observasi merupakan suatu cara atau teknik dalam rangka pengumpulan

data yang sistematis baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap obyek

penelitian (Hardani et al., 2020). Observasi secara langsung dalam artian

pelaksanaan pengamatan secara langsung tanpa melalui perantara alat terhadap

gejala-gejala obyek penelitian yang diselidiki. Di sisi lain, observasi tak langsung

memiliki pengertian yaitu pelaksanaan pengamatan terhadap gejala-gejala obyek

yang diteliti melalui perantara sebuah alat. Penelitian dapat dilaksanakan di dalam

situasi yang sebenarnya terjadi maupun di dalam situasi buatan.

Metode ini dilakukan bertujuan guna memperkuat fakta untuk membuat

suatu perbandingan atas perbedaan dan atau persamaan antara teori dan praktek

yang tengah penulis teliti terkait pengurusan piutang negara serta optimalisasi

dengan adanya peraturan baru mengenai Crash Program. Metode observasi yang

digunakan dalam Karya Tulis Tugas Akhir ini yaitu dengan melakukan

pengamatan dan peninjauan pada Kantor Kekayaan Negara dan Lelang Denpasar

guna memperoleh data dan informasi yang diperlukan.


37

b. Metode Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang paling

luas digunakan untuk memperoleh informasi dari informan/responden (Siti, 2002).

Wawancara pada khususnya bertujuan untuk mendapatkan gambaran dibalik

pengalaman-pengalaman orang yang diwawancarai (partisipan). Melalui

wawancara dapat diketahui lebih mendalam informasi terkait topik yang dibahas.

Materi wawancara ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan

sebelumnya yang diajukan penulis kepada narasumber. Wawancara dilakukan

untuk memperoleh keterangan narasumber mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan penelitian guna mendapatkan data-data yang dibutuhkan. Literatur lain

membahas pula mengenai definisi wawancara. Wawancara ialah proses interaksi

komunikasi yang dilakukan paling sedikit oleh 2 (dua) orang, didasarkan atas

ketersediaan dan dalam setting alamiah, arah pembicaraan dalam wawancara

bertumpu pada tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dengan mengutamakan

trust sebagai landasan utama dalam proses memahami (Sidiq & Choiri, 2019).

Menurut Abdussamad (2021), wawancara merupakan bentuk komunikasi

verbal atau teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab antara

peneliti dengan obyek yang diteliti bertujuan untuk memperoleh suatu informasi.

Selama berlangsungnya wawancara, kreatifitas pewawancara memiliki peranan

penting dalam artian hasil interview yang diteliti bergantung pada kemampuan

pewawancara dalam mencari jawaban, mendalami, mencatat dan menafsirkan

setiap jawaban.
38

Metode wawancara yang dilakukan penulis dalam rangka penyusunan

Karya Tulis Tugas Akhir ini yaitu dengan mengajukan daftar pertanyaan yang

relevan dengan topik yang diambil kepada narasumber. Responden atau

narasumber wawancara yaitu pihak Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan

Lelang Denpasar.

3.2 Gambaran Umum Objek Penulisan

3.2.1 Profil KPKNL Denpasar

KPKNL Denpasar merupakan salah satu unit instansi vertikal Eselon III di

Lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Kementerian

Keuangan Republik Indonesia. Berlandaskan pada PMK Nomor

154/PMK.01/2021 tentang Perubahan atas PMK Nomor 263/PMK.01/2016

tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan

Negara. PMK Nomor 154/PMK.01/2021 menyatakan bahwa KPKNL Denpasar

berada di bawah naungan serta bertanggung jawab secara langsung kepada Kantor

Wilayah DJKN Bali dan Nusa Tenggara.

Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi didasari dari adanya

pembagian kerja yang direpresentasikan melalui bagan struktur organisasi.

Struktur organisasi merupakan bagian yang paling penting dalam serangkaian

penyelenggaraan kegiatan suatu organisasi karena berkaitan erat dengan garis

pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang seharusnya dilakukan.

Struktur organisasi dapat dikatakan telah baik apabila mampu menggambarkan

secara mendetail dan terintegrasi terkait tugas dan wewenang yang harus
39

dilaksanakan sesuai dengan posisi dalam suatu organisasi tersebut. Struktur

organisasi KPKNL Denpasar dicerminkan pada bagan sebagai berikut:

Gambar III. 1 Struktur Organisasi KPKNL Denpasar

Sumber: Diolah dari PMK Nomor 154 Tahun 2021

3.2.2 Seksi Piutang Negara KPKNL Denpasar

Seksi Piutang Negara mengemban tugas ataupun kewenangan antara lain

pelaksanaan bimbingan teknis, pendalaman atas potensi timbulnya piutang negara,

pengawasan, dan evaluasi atas pelaksanaan tahapan pengurusan piutang negara.

Adapun tanggung jawab terkait pengajuan usul sebagai bahan pertimbangan atas

penghapusan piutang negara, penetapan dan pertimbangan terkait usulan

restrukturisasi atas piutang negara, paksa badan serta pencegahan debitur

melakukan perjalanan ke luar negeri. Penugasan terkait pemblokiran surat

berharga milik debitur/penjamin hutang yang diperdagangkan di bursa efek,

permintaan keterangan simpanan milik debitur, serta penyiapan dalam penetapan

persetujuan ataupun penolakan keringanan hutang. Di samping itu, bimbingan

teknis terkait pengelolaan barang jaminan, pemeriksaan harta kekayaan atau


40

barang jaminan yang tidak diketahui milik debitur/penjamin hutang, persiapan

pengolahan data, dan pelaksanaan verifikasi pengurusan piutang negara.

Dimulai pada awal tahun 2021 Kementerian Keuangan menerapkan

kebijakan baru yang dikenal dengan Crash Program. Kebijakan ini dirumuskan

dalam PMK Nomor 15 Tahun 2021 tentang Penyelesaian Piutang Instansi

Pemerintah yang diurus oleh PUPN/DJKN dengan Mekanisme Crash Program

Tahun Anggaran 2021. Crash Program merupakan bentuk pengoptimalan

penyelesaian piutang negara yang diterapkan secara terpadu dengan pemberian

keringanan utang atau moratorium tindakan hukum atas piutang negara.

Implementasi peraturan ini berlaku bagi seluruh unit vertikal Eselon III di

Lingkungan DJKN Kementerian Keuangan Republik Indonesia, tanpa terkecuali

pada KPKNL Denpasar.

KPKNL Denpasar melalui pelimpahan kewenangan pada kepala seksi

piutang negara mengemban tugas terkait menyelesaikan piutang yang diserahkan

kepada PUPN sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Terbitnya kebijakan

baru dalam hal keringanan utang ini bertujuan sebagai jalan keluar bagi debitur

yang tengah mengalami hambatan maupun kendala untuk memenuhi

kewajibannya. Dalam hal, karena adanya permasalahan keuangan akibat dampak

dari pandemi Covid-19, namun penanggung hutang memiliki itikad baik untuk

menyelesaikan tanggung jawabnya. Adapun struktur pegawai di Seksi Piutang

negara KPKNL Denpasar terdiri atas Kepala Seksi Piutang Negara dibantu

Pemeriksa Piutang Negara dan Juru Sita.


41

3.3 Pembahasan Hasil

3.3.1 Tinjauan atas Praktik Pengurusan Piutang Negara Berdasarkan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 240 Tahun 2016 di KPKNL Denpasar

Berlandaskan pada mengulik dari sumber literatur dan disertai dengan

tahapan wawancara yang ditempuh oleh penulis dengan Kepala Seksi Piutang

Negara dan Juru Sita Seksi Piutang Negara pada KPKNL Denpasar. Pengurusan

piutang negara yang ditempuh oleh Seksi Piutang Negara KPKNL Denpasar

sebagai PUPN Cabang secara umum antara lain sebagai berikut:

Gambar III. 2 Bagan Prosedur Pengurusan Piutang Negara

Sumber: diolah penulis

3.3.1.1. Penyerahan Pengurusan Piutang Negara

Penyerah piutang sebelum mengalihkan pengurusan piutang macet melalui

penyerahan pengurusan kepada PUPN, diwajibkan terlebih dahulu

melangsungkan penelitian atas piutang tersebut dengan seksama. Hasil penelitian


42

menjadi acuan dalam penetapan jumlah piutang negara yang dibebankan pada

penanggung hutang/debitur. Penelitian oleh penyerah piutang sebagai suatu

langkah guna memastikan keberadaan dan besaran piutang menurut hukum.

Piutang macet yang dapat diserahkan pada PUPN tidak terikat ataupun

terbatas pada rentang jumlah nominal tertentu. Dalam artian lain tidak terdapat

ketentuan yang mengatur minimal jumlah nominal piutang yang dapat diajukan

pengurusannya. Kedudukan penyerah piutang negara di wilayah Kota Denpasar,

Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Klungkung, dan Kabupaten

Tabanan yang dapat mengajukan permohonan kepada KPKNL Denpasar. Apabila

penyerah piutang berdomisili di luar lingkup kerja maka penyerahannya tidak

dapat diterima. Penyerahan piutang negara disampaikan disertai dengan

menyerahkan resume dan dokumen yang dapat membuktikan secara hukum

bahwa piutang telah ditetapkan sebagai piutang macet dan besarannya telah pasti.

Resume penyerahan piutang negara berpedoman pada peraturan yang mengatur

terkait hal-hal yang wajib dipenuhi dan diserahkan saat mengajukan permohonan

pengurusan, paling sedikit memuat dokumen antara lain:

a. Identitas kreditur/penyerah piutang;

b. Identitas debitur/penanggung hutang/penjamin hutang;

c. Ruang lingkup bidang usaha penanggung hutang;

d. Situasi atau kondisi dari penanggung hutang ketika penyerahan;

e. Dasar hukum yang mengatur timbulnya piutang;

f. Jenis dari piutang negara;

g. Pihak sebagai pemberi jaminan kredit;


43

h. Faktor penyebab dari piutang dinyatakan telah macet;

i. Tanggal ketetapan realisasi kredit;

j. Rincian hutang yang meliputi saldo hutang pokok, bunga, denda, dan

ongkos/beban lainnya;

k. Ketersediaan barang jaminan milik penanggung hutang dan ketersediaan harta

kekayaan lain; dan

l. Penjelasan mengenai langkah penyelesaian yang telah ditempuh oleh kreditur

dan informasi lain yang sekiranya melengkapi penyerahan pengurusan piutang

negara.

Dalam penyerahan pengurusan piutang negara disamping wajib memenuhi

resume berkas kasus piutang negara, adapun beberapa dokumen yang harus

dipenuhi pula oleh penyerah piutang antara lain:

a. Perjanjian kredit diantara kreditur dengan debitur;

b. Rekening koran dan dokumen terkait yang dapat membuktikan besaran

piutang;

c. Dokumen pendukung terkait ketersediaan barang jaminan; dan

d. Bukti persuratan antara kreditur dengan debitur/penjamin hutang dalam

kaitannya dengan langkah penyelesaian yang telah ditempuh oleh penyerah

piutang.

3.3.1.2. Penerimaan Pengurusan Piutang Negara

PUPN Cabang Denpasar dalam hal ini seksi piutang negara menjalankan

penelitian atas dasar resume dan dokumen penyerahan guna menganalisis adanya

dan besarnya piutang negara. Hasil penelitian tersebut dicantumkan dalam resume
44

hasil penelitian kasus. Dalam hal hasil penelitian oleh PUPN Cabang menyatakan

bahwa piutang negara telah relevan dengan syarat dan ketentuan maka diterbitkan

Surat Penerimaan Pengurusan Piutang Negara (SP3N). Penerbitan SP3N sebagai

bukti bahwa permohonan pengurusan yang diserahkan oleh penyerah piutang

telah diterima. Dengan terbitnya SP3N hal ini menandakan telah berpindahnya

pengurusan piutang negara dari penyerah piutang kepada PUPN Cabang. Adapun

hal-hal yang dicantumkan dalam SP3N memuat sekurang-kurangnya antara lain:

a. Nomor registrasi dan tanggal penyerahan pengurusan piutang negara;

b. Identitas kreditur dan debitur;

c. Bukti pemberitahuan penerimaan pengurusan piutang negara;

d. Rincian dan jumlah piutang negara;

e. Penjabaran barang jaminan;

f. Pernyataan tentang piutang tetap dicatat dalam neraca kreditur; dan

g. Tanda tangan panitia cabang.

3.3.1.3. Penolakan Pengurusan Piutang Negara

Dalam hal atas dasar resume dan dokumen piutang negara tidak lengkap

ataupun tidak memenuhi ketentuan sehingga tidak dapat dibuktikan keberadaan

dan besaran piutang telah pasti dimata hukum. Adapun kondisi bahwa hasil

penelitian BKPN ternyata piutang negara macet tengah dalam kondisi sengketa.

Disamping itu pula apabila diketahui bahwa perjanjian utang piutang tidak benar

secara hukum atau piutang negara belum dikategorikan piutang macet.

Berlandaskan beberapa kondisi di atas maka PUPN dapat melakukan penolakan

penyerahan pengurusan piutang negara dimaksud. Pernyataan penolakan oleh


45

PUPN dengan menerbitkan Surat Penolakan Pengurusan Piutang Negara menjadi

bukti bahwa piutang negara yang diserahkan oleh penyerah piutang telah ditolak.

Apabila dikemudian hari penyerah piutang ingin mengajukan kembali

permohonan penyerahan piutang maka terlebih dahulu harus memastikan

kelengkapan persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan.

3.3.1.4. Panggilan Pertama

Piutang negara macet yang telah diterima melalui penerbitan Surat

Penerimaan Pengurusan Piutang Negara (SP3N) oleh PUPN Cabang Denpasar

maka tahapan selanjutnya dilakukan pemanggilan terhadap penanggung hutang.

Dalam hal ini Kepala KPKNL Denpasar memberi penugasan pada Kepala Seksi

Piutang Negara untuk membuat surat panggilan pertama. Penerbitan atas surat

panggilan ini paling lambat pada bulan yang sama dengan penerbitan SP3N. Surat

panggilan pertama sebelum disampaikan kepada penanggung hutang terlebih

dahulu harus disampaikan kepada Kepala KPKNL Denpasar untuk ditandatangani

atau disahkan. Penyampaian surat panggilan disertai dengan pemberian nomor,

tanggal, dan stempel untuk menguatkan legalitas atas surat panggilan.

3.3.1.5. Panggilan Terakhir

Penerbitan atas panggilan terakhir oleh PUPN Cabang Denpasar dilandasi

dengan adanya suatu kondisi atau peristiwa. Kondisi dimaksud antara lain telah

dikeluarkan surat panggilan pertama, namun debitur tidak mengindahkan atau

tidak datang menghadap dikarenakan sesuatu dan lain hal. Pengumuman

panggilan paling sedikit memuat identitas dan kewajiban debitur untuk

menyelesaikan hutangnya kepada negara. Penyampaian surat panggilan


46

disampaikan oleh kurir atau dengan menggunakan jasa pos. Dalam hal ditemukan

kondisi di lapangan seperti halnya alamat tidak tercantum secara lengkap dan jelas

penanggung hutang sudah berpindah kedudukan. Adapun kondisi surat panggilan

dikembalikan atau tidak sampai di tangan penanggung hutang. Berlandaskan pada

hal tersebut, seksi piutang negara berkoordinasi dengan penyerah piutang terkait

keadaan yang dihadapi serta pertimbangan dari penyerah piutang. Dalam hal agar

dapat memberikan keterangan bahwa alamat penanggung hutang tidak

ditemukan.

3.3.1.6. Pernyataan Bersama

Pernyataan bersama berhubungan dengan pengakuan atas rincian jumlah

hutang oleh penanggung hutang/debitur kepada negara. Dalam pernyataan

bersama disertai dengan persyaratan penyelesaiannya didasarkan pada hasil

kesepakatan antara PUPN Cabang Denpasar dengan debitur. Kesepakatan yang

dimaksud dengan telah disetujui atau disahkan melalui penandatanganan oleh

PUPN dengan debitur/penanggung hutang. Piutang negara yang ditetapkan

melalui kesepakatan bersama merupakan jumlah piutang negara yang keberadaan

dan besarannya telah pasti menurut hukum. Dengan mengacu pada persyaratan

yang tercantum pada perjanjian hutang piutang itu sendiri.

Penetapan pernyataan bersama dilandasi dengan dilaksanakannya

wawancara dengan debitur terkait kebenaran dan besaran piutang negara serta

langkah penyelesaian yang disepakati untuk ditempuh. Hasil wawancara yang

telah dilaksanakan kemudian dicantumkan dalam Berita Acara Tanya Jawab.

Berdasarkan berita acara tanya jawab maka disusun Pernyataan Bersama dengan
47

memuat tanda tangan PUPN Cabang, debitur dan paling sedikit memuat 2 (dua)

orang saksi. Ketentuan mengenai saksi yang telah dianggap dewasa menurut

hukum sekurang-kurangnya berusia 21 (dua puluh satu) tahun ataupun tercatat

telah menikah.

Merujuk pada aspek yuridis, Pasal 10 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 49

Prp Tahun 1960 dinyatakan bahwa kekuatan pelaksanaan pernyataan bersama

sebanding dengan putusan hakim. Dalam hal menetapkan atau memutus suatu

perkara perdata yang berkekuatan pasti maka dari itu pernyataan bersama

berkepala “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dalam hal

penetapan periode waktu, penyelesaian piutang negara paling lambat 12 (dua

belas) bulan sejak pernyataan bersama ditandatangani.

3.3.1.7. Penetapan Jumlah Piutang Negara

Bilamana penanggung hutang/debitur tidak menghadap, tidak mengakui

jumlah piutang serta tidak menandatangani kesepakatan bersama maka diterbitkan

Surat Penetapan Jumlah Piutang Negara (PJPN). Surat Keputusan Penetapan

Jumlah Piutang Negara merupakan surat keputusan yang diterbitkan oleh PUPN,

memuat jumlah besaran hutang yang wajib dilunasi oleh penanggung hutang.

Dalam hal tidak adanya suatu perubahan/koreksi atas besaran piutang maka

penyelesaian piutang negara tetap mengacu pada dokumen dari penyerah piutang.

Seksi piutang negara KPKNL Denpasar sebagai Panitia Cabang jarang ditemukan

kasus koreksi atas besaran piutang negara atau restrukturisasi utang. Penetapan

PJPN diupayakan dibuat secepatnya demi meningkatkan pengurusan piutang

negara.
48

3.3.1.8. Surat Paksa

Sebelum surat paksa ditetapkan pada penanggung hutang/debitur, panitia

cabang dalam hal ini seksi piutang negara terlebih dahulu melaksanakan

penelitian lapangan. Kegiatan ini ditempuh bertujuan guna memastikan situasi dan

kondisi terbaru dari debitur sebenarnya untuk menganalisis keberadaan dan

kemampuan debitur serta hal lain yang berkaitan dengan penetapan surat paksa.

Surat paksa memiliki kekuatan hukum eksekutorial karena berkepala irah-irah

“Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhan Yang Maha Esa”. Disamping itu surat

paksa memuat pula kekuatan hukum yang sebanding dengan grosse dari putusan

hakim dalam hal penetapan keputusan atas suatu perkara perdata. Dengan kata

lain tidak dapat diajukan tahapan banding atas keputusan yang termuat dalam

surat paksa.

Surat paksa paling sedikit memuat nama penyerah piutang dan

penanggung hutang, besaran sisa hutang yang harus dilunasi oleh debitur, dan

alasan yang menjadi dasar penagihan. Surat paksa harus memuat pula perintah

kepada debitur untuk melunasi seluruh sisa kewajibannya dalam rentang waktu 1

x 24 (satu kali dua puluh empat) jam sejak tanggal pemberitahuan surat paksa.

Penyampaian surat paksa oleh juru sita piutang negara dengan membacakan dan

menyerahkan salinan surat paksa kepada penanggung hutang/penjamin hutang.

Pemberitahuan surat paksa dicantumkan dalam berita acara dengan memuat

beberapa hal. Hal-hal dimaksud antara lain hari, tanggal dan pemberitahuan surat

paksa, identitas juru sita piutang negara, identitas yang menerima, dan tempat

pemberitahuan surat paksa.


49

3.3.1.9. Penyitaan

Bilamana dalam rentang waktu penyelesaian piutang negara seperti yang

tercantum dalam surat paksa, penanggung hutang/debitur tidak kunjung

melaksanakan pelunasan piutang negara. Berlandaskan hal itu, pengurusan

kemudian diupayakan dengan PUPN menerbitkan Surat Perintah Penyitaan (SPP).

Beberapa hal yang termuat dalam surat perintah penyitaan antara lain

pertimbangan dan dasar hukum penerbitan SPP, surat tugas juru sita piutang

negara, dan rincian barang yang hendak disita. Adapun tempat dan tanggal

diterbitkan SPP, dan tanda tangan pengesahan dari panitia cabang harus termuat

dalam SPP.

Juru sita piutang negara yang bertugas dalam pelaksanaan penyitaan

menunjukkan kartu tanda pengenal, surat tugas, surat perintah penyitaan, dan

pemberitahuan terkait maksud dan tujuan penyitaan. Disamping itu, juru sita

membuat berita acara penyitaan dengan membubuhkan tanda tangan juru sita,

penanggung hutang serta para saksi. Pelaksanaan penyitaan dilakukan

berkolaborasi dengan pejabat pemerintah daerah setempat yang berwenang

apabila debitur menolak untuk menerima atau menanda tangani berita acara

penyitaan. Dalam hal keberadaan barang yang hendak disita di luar wilayah kerja

panitia cabang yang menerbitkan surat perintah penyitaan, maka PUPN

menerbitkan bantuan secara tertulis kepada PUPN di wilayah kerja tempat

keberadaan barang yang hendak disita. Penerbitan bantuan tertulis disertai dengan

melampirkan salinan surat perintah penyitaan.


50

3.3.1.10. Pembayaran Hutang

Pembayaran piutang negara oleh penanggung hutang dilaksanakan melalui

KPKNL Denpasar, diterima oleh bendahara penerimaan dengan melalui rekening

bendahara penerima ataupun secara tunai. Dalam hal pengecekan dan verifikasi

bukti pembayaran piutang oleh penanggung hutang/debitur, seksi piutang negara

berkolaborasi dengan seksi Hukum dan Informasi. Kolaborasi ini bertujuan guna

memastikan kesesuaian bukti pembayaran dengan aliran transfer masuk pada

rekening bendahara penerimaan.

Dalam hal pembayaran hutang melalui mekanisme penjualan lelang,

panitia cabang terlebih dahulu melakukan pemberitahuan kepada penanggung

hutang terkait kesediaannya apabila barang jaminan dilakukan eksekusi melalui

lelang. Apabila penanggung hutang bersedia maka ditetapkan penjualan barang

jaminan melalui mekanisme lelang. Hasil lelang yang dijadikan sebagai

pembayaran hutang dihitung sebesar nilai pembebanan hipotik/hak

tanggungan/fidusia dan pembebanan atas biaya administrasi pengurusan piutang

negara. Disamping itu, debitur ataupun penjamin hutang sebagai pihak pemilik

barang jaminan/harta kekayaan lain dapat mengajukan permohonan penjualan

tanpa melalui lelang. Tidak jarang ditemui bahwa penanggung hutang memilih

menempuh mekanisme penjualan tanpa melalui lelang karena dianggap memiliki

peluang harga jual lebih tinggi.

3.3.1.11. Piutang Negara Selesai

Penyampaian Surat Pernyataan Piutang Negara Selesai kepada penyerah

piutang disertai dengan melampirkan keseluruhan dokumen asli yang telah


51

diterima oleh KPKNL Denpasar. Penerbitan surat pernyataan didasarkan dari

adanya hasil pelaksanaan verifikasi dan bukti pembayaran biaya administrasi

pengurusan piutang negara yang menunjukkan bahwa piutang negara telah selesai.

Dalam kaitannya piutang negara selesai tidak hanya berasal dari piutang

negara lunas. Indikator lain dari piutang negara selesai dalam hal piutang tersebut

telah sampai pada tahapan piutang negara sementara belum dapat ditagih

(PSBDT), pengembalian, penarikan, dan pembayaran atas piutang negara.

Penetapan PSBDT atas piutang negara ditinjau lagi dalam kurun waktu 2 (dua)

tahun dalam hal penanggung hutang dirasa memiliki kemampuan melunasi

kewajibannya. Mengacu pada hal tersebut maka piutang negara selesai belum

tentu piutang negara yang telah lunas. Di sisi lain, piutang negara yang telah

sampai pada tahap pelunasan maka dapat dinyatakan sebagai piutang negara

selesai.

3.3.1.12. Pelunasan

Dalam hal hasil verifikasi membuktikan bahwa piutang negara telah lunas

atau tidak terdapat lagi kewajiban bagi penanggung hutang/debitur maka PUPN

menerbitkan Surat Pernyataan Piutang Negara Lunas (SPPNL). Penerbitan

SPPNL maksimal dalam jangka waktu 1 (satu) hari saat verifikasi pembayaran

piutang negara oleh penanggung hutang/debitur. Dengan kata lain, penerbitan

SPPNL oleh Panitia Cabang paling lambat pada hari berikutnya setelah

pembayaran piutang negara telah diterima.


52

3.3.1.13. Keringanan Hutang

Dalam hal penanggung hutang/penjamin hutang mengajukan permohonan

keringanan hutang, Kepala Kantor Wilayah Bali dan Nusa Tenggara dan Kepala

KPKNL Denpasar memiliki wewenang dalam memberikan keringanan hutang.

Bentuk keringanan hutang antara lain keringanan atas besaran hutang yang terkait

bunga, denda, atau ongkos/beban lainnya, dan keringanan periode waktu

penyelesaian hutang. Adapun keringanan atas besaran hutang yang terkait bunga,

denda, atau ongkos/beban lainnya sekaligus keringanan periode waktu serta

konversi satuan mata uang asing ke dalam satuan mata uang rupiah. Penyampaian

permohonan keringanan utang disertai dengan proposal atau alasan-alasan sebagai

dasar permohonan keringanan hutang. Dokumen permohonan yang disampaikan

oleh penanggung hutang kemudian oleh PUPN dianalisis kelengkapan dan

kesesuaian dengan ketentuan yang berlaku.

Permohonan keringanan hutang dengan sisa pokok kredit/hutang lebih dari

Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) atau pokok kewajiban debitur dalam

satuan mata uang asing yang setara, pemberian keringanan yang dapat diberikan

antara lain:

a. Bunga, denda, dan/atau ongkos/beban lainnya hingga sebesar 100% (seratus

persen);

b. Rentang waktu paling lama 5 (lima) tahun atas sisa kewajiban debitur paling

banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah);

c. Rentang waktu paling lama 7 (tujuh) atas sisa hutang lebih dari

Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah);


53

d. Bunga, denda, dan/atau ongkos/beban lainnya hingga sebesar 100% (seratus

persen) sekaligus keringanan periode waktu paling lama 5 (lima) tahun atas

sisa kewajiban debitur paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar

rupiah); dan

e. Bunga, denda, dan/atau ongkos/beban lainnya hingga sebesar 100% (seratus

persen) sekaligus keringanan periode waktu paling lama 7 (tujuh tahun untuk

sisa kewajiban debitur lebih dari Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Atas permohonan keringanan hutang dengan pokok kredit paling banyak

sejumlah Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) atau sisa pokok hutang dalam

satuan mata uang asing yang setara maka pemberian keringanan antara lain:

a. Bunga, denda, dan/ atau ongkos atau beban lainnya hingga sebesar 100%

(seratus persen);

b. Rentang waktu paling lama 3 (tiga) tahun; dan

c. Bunga, denda, dan/atau ongkos atau beban lainnya sampai dengan 100%

(seratus persen) sekaligus keringanan dengan rentang waktu paling lama 3

(tiga) tahun.

Mekanisme pengurusan piutang negara oleh PUPN Cabang di KPKNL

Denpasar menurut pendapat penulis, telah dijalankan sesuai dengan yang diatur

dalam PMK 240 Tahun 2016. Serangkaian tahapan pengurusan piutang negara

tidak adanya satu pun tahapan yang terlewati ataupun tidak dijalankan.

Pengurusan dengan penerbitan dokumen surat maupun penetapan suatu tahapan

tertentu telah dijalankan secara tepat waktu dan sesuai dengan ketentuan dalam

peraturan. Pengurusan atas BKPN kian diupayakan segera sampai pada tahapan
54

PJPN maupun surat paksa. Percepatan pengurusan dengan menempuh tahapan

PJPN maupun surat paksa dalam hal memberikan kepastian dan kejelasan atas

piutang negara dapat diupayakan menempuh pelunasan atau penetapan PSBDT.

Dalam kaitannya dengan penetapan PSBDT, didasari dari adanya pertimbangan

yang matang, koordinasi dengan penyerah piutang serta senantiasa mengacu pada

peraturan. Atas BKPN yang dapat ditempuh melalui pelunasan diberi beberapa

opsi pilihan baik melalui penjualan barang jaminan melalui mekanisme lelang

maupun di luar mekanisme lelang.

Dalam rangka pelaksanaan pengurusan piutang negara, Seksi Piutang

Negara KPKNL Denpasar senantiasa menjalin kerja sama yang harmonis dengan

seksi-seksi terkait. Kolaborasi dengan Seksi Lelang dalam hal pelaksanaan

mekanisme penjualan barang jaminan milik debitur/penjamin hutang dalam

rangka pelunasan. Disamping itu, terjalin pula kerja sama dengan Seksi Hukum

dan Informasi dalam hal pengecekan penerimaan pelunasan piutang negara pada

rekening bendahara penerimaan serta penerbitan SPPNL. Kaitannya dengan

budaya masyarakat Bali, sebagian besar masyarakat cenderung lebih kooperatif

dalam hal ketika PUPN mendatangi alamat kediaman milik debitur. Dalam artian

lain, tidak adanya potensi untuk melakukan suatu upaya pembelaan diri yang

ekstrem dari masyarakat. Pada khususnya, ketika PUPN menyambangi alamat

debitur berhubungan dengan pelaksanaan penelitian lapangan, penyampaian surat

paksa maupun penyitaan terhadap barang jaminan milik debitur. Hal ini

memberikan suatu kemudahan bagi panitia untuk berkomunikasi dan

berkoordinasi secara lebih mendalam dengan debitur. Di samping itu, dapat


55

memberikan suatu bentuk keamanan dan kenyamanan yang lebih bagi panitia

dalam rangka pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pengurusan piutang negara.

3.3.2 Identifikasi Problematika Dalam Pengurusan Piutang Negara di

KPKNL Denpasar

Pelaksanaan serangkaian tahapan pengurusan piutang negara tidak dapat

dipungkiri diiringi dengan beberapa problematika atau rintangan yang dihadapi

oleh PUPN dalam hal ini Seksi Piutang Negara KPKNL Denpasar. Problematika

yang timbul didominasi berasal dari faktor eksternal yang memberikan pengaruh

signifikan dalam penyelesaian piutang negara. Pihak eksternal inipun meliputi

penanggung hutang/debitur maupun penjamin piutang. Tidak menutup

kemungkinan pula bahwa adanya faktor kondisi ekonomi suatu wilayah turut

berpengaruh terhadap kemampuan debitur dalam pelunasan piutang negara.

Problematika pengurusan dimulai pada tahapan penyerahan piutang negara

oleh penyerah piutang atau kreditur antara lain alamat tempat tinggal atau domisili

dari penanggung hutang seringkali tidak jelas. Data-data pendukung mengenai

identitas debitur bergantung pada data yang diperoleh dari penyerah piutang.

Seringkali penyerah piutang mengajukan permohonan pengurusan piutang negara

dengan dokumen tentang penanggung hutang yang kurang lengkap. Disamping

itu, ditemukan permasalahan lain dengan penanggung hutang bukan merupakan

Warga Negara Indonesia (WNI). Hal ini mempersulit panitia dalam pengurusan

piutang negara karena keterbatasan informasi mengenai penanggung hutang yang

telah kembali ke negara asalnya.


56

Rintangan yang dihadapi oleh panitia masih berkaitan dengan identitas

penanggung hutang, dalam hal seringkali identitas penanggung hutang tidak

diketahui. Berkas kasus ini berasal dari penyerah piutang oleh Rumah Sakit

dengan penanggung hutang mengalami kecelakaan dan tidak dapat diidentifikasi

identitas data diri penanggung hutang maupun keluarganya. Permasalahan lain

dalam tahapan penyerahan piutang negara dalam hal verifikasi berkas kasus

piutang negara seringkali ditemui penanggung hutang/debitur yang tidak mampu.

Dalam artian lain, diidentifikasi bahwa piutang negara memiliki peluang rendah

untuk dapat dilunasi oleh penanggung hutang. Adapun pula penanggung hutang

yang tidak mengakui piutang namun tidak dapat membuktikan secara pasti bahwa

ia telah menyelesaikan hutangnya ataupun piutang tersebut bukan merupakan

kewajibannya.

Dalam hal pengurusan piutang negara telah sampai pada tahapan

panggilan, tidak jarang penanggung hutang tidak hadir menghadap atau mangkir

dari panggilan. Ketidakhadiran ini dipicu dari adanya sikap penanggung hutang

yang kurang kooperatif memenuhi kewajiban pelunasan piutang yang dimilikinya.

Disamping itu, surat panggilan yang telah dikirimkan sesuai dengan alamat

penanggung hutang seringkali surat tersebut dikirim kembali dikarenakan alamat

yang diberikan ternyata tidak valid ataupun pihak penerima tidak ditemukan. Hal

tersebut pun dipicu karena penanggung hutang tersebar hingga luar wilayah

Provinsi Bali. Berkas kasus piutang negara yang pernah diurus oleh seksi piutang

negara berasal dari wilayah Jakarta hingga sampai ke wilayah Provinsi Papua.
57

Kondisi ini mengakibatkan penelitian lapangan dalam hal turun langsung ke

alamat penanggung hutang yang bersangkutan sulit untuk dijalankan.

Pada tahapan pernyataan bersama permasalahan yang timbul antara lain

penanggung hutang/penjamin hutang telah menyetujui hal-hal yang disepakati

dalam pernyataan bersama dengan bukti penandatanganan yang telah tercantum.

Namun, penanggung hutang tidak menjalankan kesepakatan dalam pernyataan

bersama atau lalai dalam menjalankan pembayaran atas hutang yang dimilikinya.

Adapun permasalahan yang timbul di tahapan surat paksa dalam hal ketika juru

sita turun ke lapangan untuk menyampaikan surat paksa, alamat yang tercantum

pada berkas kasus piutang negara tidak dapat ditemukan. Kondisi lain yang timbul

yaitu penanggung hutang bertempat tinggal sementara di wilayah Provinsi Bali

serta tempat tinggal penanggung hutang telah berpindah kepemilikan.

Kemajuan teknologi yang kian berkembang pesat seperti saat ini menuntut

segala aktivitas dijalankan secara online atau memanfaatkan sistem informasi. Hal

ini pun ternyata menjadi suatu pemicu rintangan yang dihadapi dalam rangka

pengurusan piutang negara. Penanggung hutang tidak sedikit yang masih kurang

melek teknologi sehingga membutuhkan waktu yang lebih panjang dalam

menjalankan pengurusan. Hal ini karena PUPN harus selangkah demi selangkah

mengarahkan debitur terkait cara-cara ataupun tahapan yang harus ditempuh.

Adanya kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi PUPN dalam memberikan

pemahaman pada penanggung hutang.

Dalam tahapan pembayaran pengurusan piutang negara adapun

permasalahan yang seringkali dihadapi yaitu debitur menolak ataupun protes


58

dengan adanya Biaya Administrasi Pengurusan Piutang Negara (BIAD PN).

Pengenaan atas BIAD PN tidak dapat dihindarkan karena telah dimuat dan diatur

dalam peraturan yang berlaku. Dalam ruang lingkup internal KPKNL Denpasar

adapun permasalahan yang dihadapi dalam tahapan pembayaran piutang negara.

Nominal jumlah piutang negara yang telah dibayarkan angka nya seringkali tidak

bulat sehingga sulit untuk dilakukan pembukuan oleh bendahara penerimaan

ataupun seksi terkait lainnya. Dengan adanya permasalahan tersebut panitia harus

memberikan penjelasan kembali pada pihak-pihak yang melakukan pembukuan

dalam hal terdapat kurang bayar maupun lebih bayar.

Dalam kaitannya dengan permasalahan yang timbul, adapun upaya

penyelesaian yang diterapkan oleh PUPN Cabang Denpasar. BKPN yang tidak

diketahui alamatnya, PUPN mengupayakan pengurusan dengan penelitian secara

langsung ke lapangan. Penelitian lapangan dilakukan untuk memastikan terkait

keberadaan penanggung hutang dan kesesuaian domisili dengan yang tercantum

pada dokumen pendukung. Pelaksanaan penelitian lapangan ini PUPN bekerja

sama dengan aparat setempat untuk memberikan informasi secara lengkap terkait

penanggung hutang. Bila mana hasil penelitian lapangan dinyatakan bahwa

keberadaan debitur tidak diketahui ataupun alamat tidak valid. PUPN mengajukan

permintaan atas surat keterangan kepada aparat setempat agar BKPN dapat

dilakukan penetapan Piutang Sementara Belum Dapat Ditagih (PSBDT). Bila

mana penanggung hutang berdomisili di luar wilayah Provinsi Bali, PUPN

Cabang berkoordinasi dengan KPKNL setempat untuk turut serta membantu


59

pengurusan piutang negara. Dalam hal pengoptimalan pengurusan dengan

penelitian lapangan ke alamat domisili penanggung hutang yang terkait.

Problematika mengenai debitur yang tidak melek teknologi, adapun upaya

yang dijalankan antara lain dengan membimbing debitur secara bertahap dalam

serangkaian tahapan pengurusan piutang negara. Pembimbingan melalui turut

mengantarkan debitur yang mengalami kendala ke Bank yang dituju dalam hal

melakukan pembayaran atas piutang negara. Disamping itu pula, dengan

memberikan saran kepada debitur untuk mengajak keluarga yang sekiranya dapat

membantu dalam serangkaian tahapan pengurusan yang harus ditempuh.

Penulis berpendapat upaya strategis yang ditempuh oleh Seksi Piutang

Negara KPKNL Denpasar telah efektif dalam penanggulangan problematika yang

selama ini menjadi persoalan. Penelitian lapangan yang ditempuh secara

berkesinambungan merupakan suatu cara yang tepat dalam memastikan kondisi

dan situasi debitur. Seringkali ditemui debitur yang dengan sengaja melakukan

penghindaraan padahal memiliki kemampuan untuk melakukan pelunasan.

Pelaksanaan pembimbingan dengan membantu debitur yang tidak melek teknologi

cukup efisien untuk mempercepat pelaksanaan pengurusan piutang negara.

Penanggulangan atas problematika lain yang timbul perlu ditingkatkan

kembali agar kian lebih efektif dalam meminimalisir kejadian serupa terulang

kembali. Dalam kaitannya dengan penanggung hutang yang tidak melaksanakan

kesepakatan yang tercantum dalam pernyataan bersama, dibutuhkan suatu upaya

atau taktik baru yang lebih efektif serta memberi dampak yang nyata bagi debitur.

Kaitannya dengan diperlukan suatu ketetapan baru yang lebih mengikat bagi
60

debitur untuk melaksanakan pernyataan bersama tanpa kurang satu pun seperti

halnya pengenaan denda atau sanksi. Adapun permasalahan terkait debitur yang

tidak diketahui identitasnya, ketika pelaksanaan penelitian BKPN agar dianalisis

kembali secara lebih mendalam terkait kelengkapan identitas dari debitur. Bila

mana data dan informasi terkait persyaratan penyerahan pengurusan piutang

negara belum lengkap sepenuhnya. Berkaitan dengan hal tersebut, Seksi Piutang

Negara KPKNL Denpasar dapat menyampaikan kepada penyerah piutang agar

melengkapi data dan informasi yang belum tercantum.

Dalam hal penanggung hutang yang tidak menghadap setelah dilakukan

panggilan pertama hingga terakhir maka perlu dianalisis secara lebih mendalam

faktor penyebab yang mendasari debitur. Analisis ini menjadi suatu pedoman

dalam hal merancang upaya baru yang hendak ditempuh oleh PUPN agar dapat

teratasi secara tepat sasaran serta terhindar dari adanya suatu persoalan baru.

Permasalahan terkait dengan penanggung hutang merupakan Warga Negara Asing

(WNA), dapat diupayakan dengan mendalami lebih lanjut informasi terkait

penanggung hutang. Dalam hal penyerahan pengurusan piutang negara kepada

PUPN agar dilakukan penetapan bahwa wajib melampirkan informasi terkait

kerabat, rekanan, maupun keluarga debitur. Pendalaman informasi guna

memudahkan akses komunikasi terhadap penanggung hutang dalam

hal pelaksanaan pelunasan atas piutang negara.


61

3.3.3 Tinjauan atas Praktik Pengurusan Piutang Negara Pasca Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 15 Tahun 2021 di KPKNL Denpasar

Penjabaran praktik pengurusan piutang negara melalui mekanisme Crash

Program di KPKNL Denpasar berdasarkan pada sumber literatur dan disertai

dengan tahapan wawancara yang ditempuh oleh penulis. Dalam tahapan

wawancara penulis memperoleh informasi dari narasumber Kepala Seksi Piutang

Negara dan Juru Sita Seksi Piutang Negara pada KPKNL Denpasar. Alur yang

ditempuh oleh PUPN dalam serangkaian tahapan pengurusan dijabarkan dalam

bagan sebagai berikut:

Gambar III. 3 Bagan Alur Proses Pelaksanaan Crash Program Keringanan

Piutang Negara

Sumber: diolah penulis

Pengurusan piutang negara dengan mekanisme Crash Program

berlandaskan pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 15 Tahun 2021 diawali


62

dengan tahapan pemberitahuan rencana pelaksanaan Crash Program.

Pemberitahuan dilakukan secara komprehensif terhadap para penanggung

hutang/debitur bahwa adanya kebijakan keringanan utang Crash Program. Panitia

cabang menerbitkan surat pemberitahuan kepada penanggung hutang yang

termasuk kategori subjek Crash Program dengan memuat informasi dan

persyaratan yang harus dipenuhi. Disamping itu pula, demi memastikan informasi

tersampaikan secara lebih meluas dan terintegrasi, panitia cabang menjalin kerja

sama dengan penyerah piutang/kreditur. Kerja sama terkait dengan penyerah

piutang untuk turut serta membantu mensosialisasikan informasi tentang Crash

Program kepada penanggung hutang. Strategi komunikasi yang ditempuh selain

dengan menerbitkan surat pemberitahuan kepada penanggung hutang, diupayakan

pula melalui media komunikasi antara lain dalam lingkungan indoor dan outdoor.

Komunikasi dalam ruang lingkup indoor dilakukan dengan pemasangan roll

banner di APT dan table display, sedangkan di lingkungan outdoor dengan

pemasangan spanduk dan umbul-umbul di wilayah sekitar KPKNL Denpasar.

Penanggung hutang yang memenuhi kriteria untuk turut mengikuti Crash

Program kemudian menyampaikan permohonan tertulis kepada Kepala KPKNL

dan diterima secara keseluruhan paling lambat hingga tanggal 1 Desember 2021.

Permohonan tertulis yang disampaikan oleh penanggung hutang memuat jenis

Crash Program yang hendak ditempuh baik berupa permohonan keringanan utang

ataupun permohonan moratorium tindakan hukum atas piutang negara. Bila mana

terdapat penanggung hutang yang tidak cakap teknologi, maka dapat mengajukan

permohonan secara tulis tangan kepada PUPN demi memberikan kemudahan.


63

Adapun persyaratan administrasi yang harus dilengkapi oleh penanggung utang

antara lain berupa kartu identitas penanggung utang atau penjamin utang serta

dokumen pendukung. Dokumen pendukung yang wajib dilampirkan antara lain

surat keterangan dari pejabat yang berwenang bahwa debitur tidak memiliki

kemampuan untuk menyelesaikan kewajibannya tanpa pemberian keringanan.

Adapun surat keterangan bahwa penanggung utang terdampak bencana yang

mempengaruhi kondisi ekonominya, dan surat keterangan bahwa penanggung

utang tercatat sebagai pelaku usaha. Permohonan tertulis disampaikan ke alamat

kantor ataupun melalui media elektronik ke alamat surat elektronik (e-mail)

KPKNL Denpasar.

Berkas permohonan Crash Program kemudian dianalisis dan diteliti lebih

mendalam oleh panitia dalam hal mengidentifikasi identitas penanggung hutang,

jumlah sisa kewajiban maupun kelengkapan persyaratan administratif. Penerbitan

surat persetujuan maupun penolakan atas permohonan Crash Program sesuai

standar operasional paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak permohonan diterima.

PUPN Cabang Denpasar menetapkan suatu inovasi demi percepatan pengurusan

piutang negara dengan penerbitan surat persetujuan hanya dalam waktu 1 (satu)

hari kerja. Dengan kata lain, penerbitan surat persetujuan pada hari yang sama

ketika surat permohonan diterima di KPKNL Denpasar. Melalui percepatan

penerbitan persetujuan ini diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi para

debitur sehingga tidak membutuhkan waktu lama dalam penyelesaian

kewajibannya.
64

Pengurusan piutang negara dengan mekanisme Crash Program tidak

terdapat tahapan panggilan pertama maupun panggilan terakhir seperti halnya

yang termuat pada PMK 240 Tahun 2016. Dalam mekanisme Crash Program saat

penanggung hutang telah mengajukan permohonan kemudian dibuat berita acara

pembahasan. Berita acara pembahasan ini dibuat dalam rangka penyelesaian

pengurusan piutang negara melalui mekanisme Crash Program. Dalam berita

acara pembahasan memuat jumlah sisa hutang, potongan atas sisa kewajiban milik

penanggung hutang. Di samping itu pula, dengan ditandatangani oleh Kepala

Seksi Piutang Negara dan Kepala Seksi Hukum dan Informasi dengan diketahui

oleh Kepala KPKNL Denpasar. Apabila terdapat perbedaan pengakuan sisa

piutang oleh penanggung hutang maka penanggung hutang harus dapat

membuktikan besaran piutang sesuai yang diakuinya. Permohonan pengajuan

penyelesaian piutang melalui mekanisme Crash Program berlaku dalam periode

waktu 1 (satu) bulan sejak permohonan telah diterima. Bila mana dalam periode

waktu yang telah ditetapkan penanggung hutang tidak kunjung melaksanakan

pelunasan maka harus mengajukan surat permohonan kembali. Dengan kata lain,

surat permohonan sebelumnya dianggap telah kedaluwarsa.

Dalam mekanisme Crash Program di Tahun 2021 tidak diatur terkait

adanya tahapan pengurusan piutang negara dengan penerbitan surat paksa maupun

penyitaan. Mekanisme pengurusan piutang negara melalui Crash Program

berfokus pada memberikan kemudahan bagi penanggung hutang dalam

penyelesaian hutangnya. Pemberian keringanan hutang mengacu pada posisi

terakhir dari sisa kewajiban yang masih dimiliki oleh penanggung hutang. Subjek
65

penanggung hutang yang diupayakan pengurusannya sebagian besar mengarah

pada penanggung hutang yang tidak memiliki barang jaminan.

Dalam tahapan pembayaran piutang negara, debitur yang telah

memperoleh persetujuan keringanan utang harus melunasi seluruh kewajibannya

paling lambat 1 (satu) bulan sejak surat persetujuan diterbitkan oleh PUPN.

Apabila penanggung utang tidak melunasi seluruh kewajibannya dalam periode

waktu yang telah ditetapkan maka persetujuan keringanan yang telah diberikan

dianggap batal. Besaran pembayaran yang telah ditempuh oleh penanggung

hutang diperhitungkan sebagai pengurang jumlah total keseluruhan kewajiban

pokok. Biaya administrasi pengurusan piutang negara tetap dibebankan pada

penanggung hutang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

terkait jenis dan tarif penerimaan negara bukan pajak di lingkungan Kementerian

Keuangan. Piutang negara yang telah dilakukan pelunasan serta tidak ada lagi sisa

kewajiban yang dimiliki oleh debitur maka atas dasar tersebut PUPN dapat

menerbitkan Surat Pernyataan Piutang Negara Lunas (SPPNL).

Bentuk Crash Program berupa keringanan utang diberikan kepada

penanggung utang yang dicantumkan dalam surat persetujuan penerimaan

pengurusan piutang negara melalui mekanisme Crash Program antara lain:

a. Pemberian keringanan atas keseluruhan sisa utang bunga, denda, dan

ongkos/biaya lainnya;

b. Pemberian keringanan utang pokok antara lain:


66

1) Piutang negara yang didukung dengan barang jaminan baik berupa tanah

atau tanah dan bangunan, keringanan utang sebesar 35% (tiga puluh lima

persen) dari sisa kewajiban pokok;

2) Piutang negara yang tidak didukung dengan barang jaminan baik berupa

tanah atau tanah dan bangunan, keringanan utang sebesar 60% (enam

puluh persen) dari sisa kewajiban pokok; dan

c. Tambahan keringanan utang pokok apabila dilakukan pelunasan dalam

rentang waktu antara lain:

1) Pelunasan dalam periode hingga bulan Juni 2021, sebesar 50% (lima puluh

persen) dari sisa kewajiban pokok setelah pemberian keringanan;

2) Pelunasan dalam periode bulan Juni hingga dengan bulan September 2021

hari kerja, sebesar 30% (tiga puluh persen) dari sisa kewajiban pokok

setelah diberikan keringanan; atau

3) Pelunasan dalam periode bulan Oktober sampai dengan tanggal 20

Desember 2021, sebesar 20% (dua puluh persen) dari sisa kewajiban

pokok setelah pemberian keringanan.

Pemberian bentuk Moratorium Tindakan Hukum atas Piutang Negara

hanya dapat ditempuh oleh debitur dalam hal permohonan pengurusan hutangnya

diserahkan kepada PUPN dilandasi dari timbulnya dampak akibat pandemi.

Penanggung utang yang terdampak pandemi dibuktikan dengan adanya resume

penyerahan pengurusan piutang negara, surat keterangan dari penyerah piutang

dan surat keterangan dari pejabat berwenang. Adapun bentuk Moratorium

Tindakan Hukum atas piutang negara yang diberikan antara lain:


67

a. Penundaan pelaksanaan penyitaan atas barang jaminan atau harta kekayaan

lain milik penanggung hutang/penjamin hutang;

b. Penundaan pelaksanaan mekanisme lelang; dan

c. Penundaan pelaksanaan paksa badan hingga dengan ketetapan atas status

bencana nasional terkait pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)

dinyatakan telah berakhir oleh pemerintah dengan mengacu pada peraturan

perundang-undangan.

Dalam serangkaian pengurusan, masih ditemui adanya kendala yang

dihadapi oleh Seksi Piutang Negara KPKNL Denpasar. Kendala yang dihadapi

terkait tidak sedikit debitur yang kurang berminat menempuh mekanisme

pengurusan piutang negara melalui Crash Program. Debitur cenderung kurang

memiliki inisiatif dari diri sendiri untuk melakukan pelunasan terhadap kewajiban

yang dimilikinya dengan alasan satu dan lain hal. Adanya kondisi debitur yang

kurang responsif berdampak pada PUPN mengalami kesulitan dalam hal

percepatan pelunasan piutang negara melalui mekanisme Crash Program.

Tahapan-tahapan yang ditempuh pun kurang dapat segera terselesaikan mengingat

tidak adanya upaya dari debitur sendiri.

Menurut pendapat penulis, salah satu solusi yang dapat ditempuh dengan

kian menggencarkan perluasan informasi baik melalui media elektronik maupun

cetak bahwa Crash Program memberikan begitu banyak keringanan terhadap

debitur. Disamping itu, dapat pula dengan adanya penyampaian hasil testimoni

dari debitur yang telah berhasil mengikuti mekanisme Crash Program bertujuan

mengajak debitur lain untuk turut ikut serta. Melalui penerapan solusi ini
68

diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran dan memberikan pengaruh bagi

debitur. Penyampaian informasi difokuskan pula bahwa serangkaian tahapan

pengurusan melalui Crash Program menempuh alur yang praktis atau tidak

berkepanjangan. Tahapan yang cenderung lebih singkat dapat memperbesar

peluang bagi debitur untuk turut ikut serta. Debitur yang bersedia menempuh

mekanisme Crash Program kemudian dibimbing untuk memenuhi dokumen

persyaratan serta tahapan yang harus ditempuh dengan mengacu pada peraturan.

Penulis berpendapat pengurusan piutang negara oleh Seksi Piutang Negara

KPKNL Denpasar telah dijalankan sesuai dengan PMK 15 Tahun 2021.

Pelaksanaan serangkaian pengurusan senantiasa berpedoman pada peraturan dan

bahkan Seksi Piutang Negara KPKNL Denpasar menggerakkan suatu inovasi

percepatan dalam hal penerbitan surat persetujuan pengurusan piutang negara.

Dalam hal penyampaian pemberitahuan Crash Program pun telah diupayakan

secara maksimal dimulai dengan memanfaatkan media elektronik, media fisik

indoor serta outdoor. Pengenaan keringanan utang yang diberikan pada

penanggung hutang telah sesuai dengan kondisi atau prasyarat yang diatur dalam

peraturan. PUPN dalam hal pemberian keringanan hutang didasarkan dari

keberadaan barang jaminan maupun jangka waktu pelunasan telah secara tepat

diimplementasikan.

Optimalisasi pengurusan piutang negara oleh seksi piutang negara KPKNL

Denpasar, menurut pendapat penulis tercermin dari pelaksanaan serangkaian

pengurusan piutang memakan waktu lebih singkat serta praktis. Pengurusan

piutang negara yang memakan waktu lebih singkat cenderung dapat menekan
69

adanya biaya-biaya yang timbul dalam serangkaian tahapan pengurusan. Melalui

mekanisme Crash Program dapat lebih memudahkan PUPN dalam percepatan

pengurusan piutang negara serta memberikan keringanan yang begitu besar bagi

penanggung hutang. Crash Program melalui pemberian keringanan hutang dapat

mencapai lebih dari 50% dari hutang pokok milik debitur. Adapun dengan

pemberian Crash Program dengan penundaan atas tindakan hukum terhadap

debitur. Serangkaian tahapan mekanisme Crash Program yang diterapkan

memicu pengurusan piutang negara terlaksana secara lebih cepat serta target

pengurusan dapat tercapai secara keseluruhan. Di samping itu, mekanisme Crash

Program menjadi suatu jawaban atau solusi dari berbagai permasalahan

pengurusan piutang negara yang dihadapi oleh PUPN.

3.3.4 Pencapaian Piutang Negara Yang Dapat Diselesaikan (PNDS) Setelah

Adanya Mekanisme Crash Program di KPKNL Denpasar

Perolehan Piutang Negara Yang Dapat Diselesaikan (PNDS) Seksi Piutang

Negara KPKNL Denpasar Tahun 2021 berdasarkan dari adanya kontribusi

beberapa indikator terkait. Adapun penjabaran lebih mendalam terkait indikator

yang memberikan kontribusi terhadap capaian PNDS Seksi Piutang Negara antara

lain sebagai berikut:

3.3.4.1. Pembayaran Piutang Negara

Pembayaran piutang negara di tahun 2021 bersumber dari adanya

pembayaran atas piutang negara melalui angsuran. Penerimaan angsuran atas

piutang negara dengan jumlah sebesar Rp1.300.000.000,00. Piutang negara milik

penanggung hutang dalam satuan mata uang Dollar kemudian dikonversi menjadi
70

mata uang Rupiah. Total keseluruhan piutang negara yang telah disetujui oleh

penanggung hutang untuk dilakukan pelunasan sebesar Rp10.000.000.000,00.

Pembayaran piutang negara ini memberikan kontribusi signifikan terhadap

capaian PNDS tahun 2021. BKPN dapat diselesaikan melalui angsuran karena

adanya upaya secara optimal dari PUPN dalam melakukan pengurusan dengan

gencar menjalankan penelitian lapangan ke alamat penanggung hutang.

3.3.4.2. Pengembalian Piutang Negara

BKPN yang dilakukan pengembalian kepada penyerah piutang dalam

rentang waktu tahun 2021 diperoleh total keseluruhan sebanyak 295 BKPN.

Adanya pengembalian pengurusan piutang negara antara lain dilandasi karena

telah berakhirnya perjanjian kerja sama antara PUPN Cabang Denpasar dengan

kreditur atau penyerah piutang. Pada Tabel III.1 dijabarkan lebih rinci terkait

pengembalian pengurusan piutang negara Tahun 2021.

Tabel III.1 Pencapaian Pengembalian Pengurusan Piutang Negara

Di Luar Mekanisme Crash Program Tahun 2021

Tahun Register Saldo Hutang Nilai Pembayaran Nilai Pengembalian


2015 Rp 1.858.083.838 Rp 17.228.667 Rp 1.840.855.171
2016 Rp 340.765.861 Rp 6.435.644 Rp 334.330.217
2017 Rp 380.176.973 Rp 380.176.973
2018 Rp 4.094.089.512 Rp1.226.692.616 Rp 2.867.396.896
2019 Rp 7.499.203.968 Rp 138.642.436 Rp 7.360.561.532
TOTAL Rp 12.783.320.788,5
Sumber : diolah penulis

Piutang negara dengan penerbitan SP3N tahun 2015 dilakukan

pengembalian dengan jumlah nominal keseluruhan sebesar Rp1.840.855.171,00

miliar setelah sebelumnya diterima pembayaran sejumlah Rp17.228.667,00.


71

Pengembalian piutang dengan menyerahkan surat pengembalian yang telah

ditandatangani oleh PUPN serta dokumen pendukung piutang negara kepada

penyerah piutang. Dalam hal ini, BPJS Ketenagakerjaan Denpasar serta BPJS

Ketenagakerjaan Gianyar selaku penyerah piutang. BKPN yang dilakukan

pengembalian dengan register tahun 2016 penyerahan dari BPJS Ketenagakerjaan

Denpasar sebesar Rp334.330.217,00. Nominal akhir pengembalian piutang

negara bersumber dari selisih antara saldo awal piutang negara sesuai yang

tercantum pada SP3N sebesar Rp340.765.861,00 dengan pembayaran yang telah

dipenuhi oleh penanggung hutang sejumlah Rp6.435.644,00.

Pengembalian atas BKPN register tahun 2017 dan 2018 sebagian besar

berasal dari penyerahan oleh BPJS Ketenagakerjaan Denpasar dan BPJS

Ketenagakerjaan Gianyar. Nominal besaran piutang negara tahun 2017 sebesar

Rp380.176.973,00 dengan tidak ada pembayaran yang diterima dari debitur dalam

rentang waktu penerimaan BKPN hingga pengembalian atas piutang negara.

Nominal besaran pengembalian piutang negara penyerahan tahun 2018 sebesar

Rp2.867.396.896,00 dengan sebelumnya telah diselisihkan antara saldo awal

piutang sebesar Rp4.094.089.512,00 dengan pembayaran sejumlah

Rp1.226.692.616,00. BKPN register tahun 2019 dilakukan pengembalian kepada

penyerah piutang dengan total sebesar Rp7.360.561.532,00 dengan telah diterima

pembayaran sejumlah Rp138.642.436,00.

3.3.4.3. Piutang Negara Sementara Tidak Dapat Ditagih (PSBDT)

Pencapaian PSBDT rentang tahun 2021 bersumber dari BKPN dengan

penerbitan SP3N dalam periode tahun 2006 hingga tahun 2021. PSBDT
72

ditetapkan atas BKPN melalui adanya pertimbangan atas beberapa kondisi. Dalam

hal penanggung hutang tidak memiliki kemampuan melunasi piutang negara,

penanggung hutang tidak diketahui keberadaannya maupun barang jaminan tidak

diketahui atau telah terjual. Pada Tabel III.2 dijabarkan rincian pencapaian

PSBDT pengurusan piutang negara tahun 2021.

Tabel III. 2 Pencapaian PSBDT Pengurusan Piutang Negara

Di Luar Mekanisme Crash Program Tahun 2021


Tahun
Saldo Hutang Nilai PSBDT
Register
2006 Rp 10.787.994 Rp 10.787.994
2008 Rp 316.262.580 Rp 316.262.580
2009 Rp 906.495 Rp 906.495
2010 Rp 95.350.198 Rp 95.350.198
2011 Rp 3.016.300 Rp 3.016.300
2012 Rp 4.069.060 Rp 4.069.060
2013 Rp 18.000.000 Rp 18.000.000
2014 Rp 106.488.300 Rp 106.488.300
2015 Rp 28.599.726 Rp 28.599.726
2016 Rp 22.052.052 Rp 22.052.052
2017 Rp1.596.965.762 Rp 1.596.965.762
2018 Rp 5.902.673 Rp 5.902.673
2019 Rp 559.307.745 Rp 559.307.745
2020 Rp 418.405.020 Rp 418.405.020
2021 Rp 724.300.311 Rp 724.300.311
TOTAL Rp 3.910.414.216
Sumber : diolah penulis

Piutang negara register tahun 2006 telah ditetapkan sebagai PSBDT

berasal dari penyerahan oleh Telkomsel Regional VII dengan total nominal

piutang keseluruhan sebesar Rp10.787.994,00. Penyerahan piutang negara tahun

2008 dan 2009 oleh Direktorat PKNSI DJKN atas piutang Eks BDL ditetapkan

sebagai PSBDT dengan nominal masing-masing sejumlah Rp316.262.580,00 dan

906.496,00. Adapun piutang negara penerimaan tahun 2010 dan 2011 dengan
73

penyerahan dari Direktorat PKNSI dan Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah

(RSUP) Denpasar dengan nominal masing-masing sebesar Rp95.350.198,00 dan

Rp3.016.300,00. Disamping itu, piutang negara dengan nominal keseluruhan

sebesar Rp4.069.060,00 merupakan penyerahan dari Ditjen SDPPI

Kemenkominfo di Tahun 2012.

Penyerahan piutang negara di tahun 2013 hingga 2014 oleh Direktorat

PKNSI DJKN dan RSUP Sanglah Denpasar sebesar Rp18.000.000,00 dan

106.488.300,00. BKPN sebesar Rp28.599.726,00 berasal dari penyerahan Tahun

2015 oleh RSUP Sanglah Denpasar dan Badan Rumah Sakit Umum (RSU)

Tabanan. Adapun piutang negara sejumlah 47 BKPN dengan nominal keseluruhan

sebesar Rp22.052.052,00 penyerahan oleh Badan RSU Tabanan di Tahun 2016.

PSBDT ditetapkan pula atas piutang negara sebesar Rp1.596.965.762,00,

penerimaan tahun 2017 dari Direktorat PKNSI, RSUP Sanglah Denpasar, dan

Badan Rumah Sakit Umum Tabanan.

Penerimaan penyerahan piutang negara di tahun 2018 berasal dari RSUP

Sanglah Denpasar dengan total keseluruhan sebesar Rp5.902.673,00 dilakukan

penetapan sebagai PSBDT. Adapun penetapan PSBDT atas piutang negara

penerimaan tahun 2019 dengan besaran Rp559.307.745,00 merupakan penyerahan

piutang oleh RSUP Sanglah Denpasar. Penetapan PSBDT atas BKPN tahun 2020

dengan nominal penyerahan sebesar Rp418.405.020,00 berasal dari penyerah

piutang RSUP Sanglah. Disamping itu, adapun penyerahan piutang negara tahun

2021 ditetapkan sebagai PSBDT dengan total keseluruhan piutang sebesar

Rp724.300.311,00. Rincian terkait penyerah piutang negara tahun 2021 antara


74

lain berasal dari DJBC, Rumah RSU Mangusada Badung, RSUD Sanjiwani serta

Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan Kabupaten Klungkung. Besaran piutang

penyerahan oleh DJBC sejumlah Rp32.130.000,00, RSUD Mangusada Badung

dengan sejumlah Rp22.555.259,00, dan besaran piutang Rp641.500.00,00 berasal

dari Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan Kabupaten Klungkung. Disamping

itu, besaran piutang penyerahan oleh RSUD Sanjiwani sejumlah

Rp28.115.052,00.

3.3.4.4. Surat Pernyataan Piutang Negara Lunas (SPPNL)

Surat Pernyataan Piutang Negara Lunas atau seringkali disingkat dengan

SPPNL merupakan surat yang dapat diterbitkan hanya dalam kondisi sisa piutang

yang menjadi beban penanggung hutang telah seluruhnya dilakukan pelunasan.

Dengan kata lain penanggung hutang telah terbebas dari beban dan tanggung

jawab dalam melakukan pelunasan terhadap piutang negara. SPPNL ini menjadi

salah satu indikator dari pencapaian Piutang Negara Dapat Diselesaikan (PNDS).

Diantara indikator lainnya, SPPNL merupakan indikator yang diharapkan dapat

menyumbang kontribusi terbesar dari hasil pengurusan piutang negara. Hal ini

karena SPPNL menandakan bahwa adanya pemasukan kas bagi negara dalam hal

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari pembayaran piutang negara.

Pencapaian PNBP turut memberikan kontribusi bagi pencapaian

pendapatan negara dalam skala nasional. Maka dari itu, aspek PNBP merupakan

hal yang krusial bagi negara. Berkaca dari hal tersebut pemerintah kian

menggerakkan kebijakan dalam rangka peningkatan pencapaian PNBP. Adapun

kebijakan yang menjadi jawaban dari upaya peningkatan pencapaian PNBP ini
75

salah satunya dengan Crash Program. Melalui Crash Program diharapkan dapat

memberikan tambahan kontribusi bagi negara pada khususnya berfokus pada

debitur dengan tingkatan menengah ke bawah atau debitur tanpa barang jaminan.

Disamping itu pula, hal ini bertujuan untuk mengurangi outstanding atas berkas

kasus piutang negara (BPKN) lama agar dapat dioptimalkan kembali dengan

adanya mekanisme ini.

Tabel III. 3 Pencapaian SPPNL Pengurusan Piutang Negara

Melalui Mekanisme Crash Program Tahun 2021


Tahun Jumlah Pembayaran
Nomor Saldo Hutang
Register Keringanan Tanggal Nilai
1 2010 Rp 10.545.455 60%+50% 28/6/2021 Rp 2.109.091
2 2015 Rp 51.374.026 60%+50% 2/6/2021 Rp 9.911.169
3 2016 Rp 13.360.000 60%+50% 18/5/2021 Rp 2.672.000
4 2016 Rp 6.590.909 60%+50% 29/6/2021 Rp 1.318.181
5 2018 Rp 34.810.000 60%+50% 5/5/2021 Rp 6.962.000
6 2018 Rp 36.540.000 60%+50% 5/6/2021 Rp 7.308.000
7 2018 Rp 51.480.000 60%+50% 18/5/2021 Rp 10.296.000
8 2018 Rp 44.250.000 60%+50% 2/6/2021 Rp 8.850.000
9 2018 Rp 14.110.000 60%+50% 16/6/2021 Rp 2.822.000
10 2018 Rp 17.990.000 60%+50% 28/4/2021 Rp 3.598.000
11 2019 Rp 59.443.254 60%+50% 18/5/2021 Rp 11.655.540
12 2019 Rp 67.417.920 60%+50% 28/4/2021 Rp 13.483.584
13 2019 Rp 9.856.887 60%+50% 2/6/2021 Rp 1.971.377
14 2019 Rp 14.693.200 60%+50% 15/6/2021 Rp 2.938.640
15 2020 Rp 15.023.376 60%+50% 7/4/2021 Rp 2.945.760
16 2020 Rp 32.106.744 60%+50% 17/5/2021 Rp 6.295.440
17 2020 Rp 24.909.800 60%+30% 18/8/2021 Rp 6.974.744
18 2020 Rp 27.344.700 60%+20% 17/12/2021 Rp 8.446.450
19 2020 Rp 4.822.000 60%+20% 11/10/2021 Rp 1.543.040
20 2020 Rp 15.517.400 60%+50% 23/6/2021 Rp 3.103.480
21 2020 Rp 23.402.068 60%+30% 28/9/2021 Rp 6.552.579
22 2020 Rp 635.000 60%+30% 17/12/2021 Rp 176.000
TOTAL Rp 121.933.075

Sumber : diolah penulis

Hasil pengurusan piutang negara berupa Piutang Negara Dapat

Diselesaikan (PNDS) dianalisis dalam indikator SPPNL seperti yang terlihat

dalam Tabel III.3. Dalam hal pencapaian SPPNL atas pengurusan Berkas Kasus

Piutang Negara (BKPN) melalui mekanisme Crash Program. Pelaksanaan

mekanisme Crash Program Tahun 2021 di KPKNL Denpasar dengan penerimaan


76

sejumlah 33 (tiga puluh tiga) berkas kasus permohonan dari penanggung hutang.

BKPN yang melaksanakan pelunasan atas keseluruhan sisa piutang sejumlah 22

(dua puluh dua) BKPN dari permohonan pengajuan Crash Program yang telah

disetujui oleh PUPN.

BKPN penerimaan tahun 2010 dengan saldo hutang sebesar

Rp10.545.455,00 dapat diselesaikan melalui mekanisme keringanan utang.

Jumlah keringanan yang diberikan sebesar 60% dari utang pokok ditambah

dengan sebesar 50% dari tambahan keringanan karena pelunasan dilakukan pada

bulan Juni Tahun 2021. Pelunasan hutang oleh debitur tepat pada tanggal 28 Juni

2021 sehingga masih dalam rentang waktu pelunasan yang dapat diberikan

tambahan keringanan dari selisih pokok hutang dengan persentase keringanan dari

hutang pokok. Pemberian persentase keringanan hutang mengacu pada didukung

atau tidak didukung oleh barang jaminan. BKPN di tahun 2010 yang telah

menjalankan pelunasan merupakan piutang yang tidak didukung barang jaminan

berupa tanah/bangunan. Nilai pelunasan setelah pemberian potongan keringanan

hutang sejumlah Rp2.109.091,00 dengan total keringanan hutang yang diterima

oleh penanggung hutang mencapai sejumlah Rp8.436.364,00.

Piutang negara register tahun 2015 turut diklasifikan sebagai BKPN yang

memenuhi persyaratan mengikuti Crash Program berdasarkan analisis dari

Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN). BKPN merupakan piutang yang berusia

cukup lama berasal dari penyerah piutang Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah

Denpasar. Saldo hutang outstanding milik penanggung hutang sejumlah

Rp51.374.026,00 mengikuti keringanan hutang hingga sisa piutang sebesar


77

Rp9.911.169,00. Bentuk Crash Program yang ditempuh oleh penanggung hutang

yaitu keringanan utang dengan persentase keringanan sebesar 60% dan 50%

tambahan keringanan. Disamping itu, adapun keringanan yang diberikan kepada

penanggung hutang sebesar 100% atas utang bunga, denda, dan utang

ongkos/biaya lainnya (BDO). Persentase keringanan mengacu pada debitur tidak

melampirkan barang jaminan serta sisa piutang diselesaikan dalam periode bulan

Januari hingga Juni Tahun 2021.

BKPN dengan register tahun 2016 pun tidak luput dari pengurusan piutang

negara sesuai dengan rekomendasi dari kantor pusat atas BKPN yang dapat

mengikuti Crash Program kemudian dianalisis kembali oleh PUPN Cabang.

Piutang negara tidak dilengkapi dengan barang jaminan maka dari itu mengikuti

jenis keringanan utang dengan persentase keringanan pokok sebesar 60%.

Disamping itu pula diperoleh keringanan atas BOD dan tambahan keringanan

karena pelunasan pada bulan Mei Tahun 2021. Saldo sisa piutang semula sebesar

Rp13.360.000,00 penyerahan dari KKP Kelas I Denpasar. Pemberian keringanan

hutang sejumlah Rp10.688.000,00 sehingga total hutang yang dilunasi oleh

penanggung hutang sebesar Rp2.672.000,00. Adapun penyerahan piutang negara

dari LPP TVRI Cabang Bali sejumlah Rp6.590.909,00 kemudian diberikan

keringanan utang terkait Crash Program hingga sisa tanggung jawab penanggung

hutang sebesar Rp1.318.181,00.

Keseluruhan BKPN yang mengikuti mekanisme Crash Program register

tahun 2018 berdasarkan pada data yang tercantum pada Aplikasi Focus PN yang

telah diolah seperti pada Tabel III.3 tercatat tidak didukung barang jaminan.
78

Mengacu pada hal tersebut jenis keringanan hutang yang diberikan yaitu atas

hutang pokok, BDO, dan tambahan keringanan hutang sesuai dengan tanggal

pelunasan. Persentase keringanan yang diberikan sebesar 60% dari hutang pokok,

sejumlah 100% dari keseluruhan utang BDO serta tambahan keringanan sebesar

50%. Semula sisa hutang milik debitur dari penyerahan oleh KKP Kelas I

Denpasar sebesar Rp34.810.000,00, Rp36.540.000,00, dan Rp51.480.000,00

kemudian setelah pemberian keringanan menjadi sebesar Rp6.962.000,00,

Rp7.308.000,00, dan Rp10.296.000,00. Dalam tahun register yang sama

penyerahan oleh KKP Kelas I Denpasar turut dapat diselesaikan melalui

mekanisme Crash Program semula jumlah nominal piutang sebesar

Rp44.250.000,00 menjadi sebesar Rp8.850.000,00. Adapun BKPN lain yaitu

dengan jumlah nominal Rp14.110.000,00 dan Rp17.990.000,00 setelah

keringanan utang menjadi sebesar Rp2.822.000,00 dan Rp3.598.000,00.

Piutang negara penyerahan dari KKP Kelas I Denpasar tahun 2019 dengan

jumlah sisa piutang sebesar Rp59.443.254,00 dan Rp67.417.920,00 menempuh

mekanisme Crash Program melalui bentuk keringanan utang. Pemberian

keringanan dengan persentase sebesar 60% dari sisa pokok hutang, 100% atas sisa

hutang BDO dan 50% atas tambahan keringanan berdasarkan periode waktu

pelunasan. Atas pemberian keringanan, nominal akhir piutang negara yang telah

dilaksanakan pelunasan masing-masing sebesar Rp11.655.540,00 dan

Rp13.483.584,00. Disamping penyerahan dari KKP Kelas I Denpasar, adapun

penyerahan piutang negara dari RSUP Sanglah Denpasar. BKPN yang diserahkan

tidak disertai barang jaminan tanah/bangunan maka dari itu persentase keringanan
79

utang yang ditempuh sejumlah 60% ditambah 50%. Piutang negara dengan

nominal sebesar Rp9.856.887,00 pelunasannya menjadi Rp1.971.377,00. BKPN

dengan nominal Rp14.693.200,00 setelah pemberian keringanan utang pelunasan

yang telah dijalankan sebesar Rp2.938.640,00.

BKPN dengan register tahun 2020, serupa dengan piutang negara dengan

penerimaan tahun-tahun sebelumnya. Keseluruhan BKPN tidak didukung dengan

adanya barang jaminan berupa tanah ataupun bangunan. Pemicu piutang negara

tidak dilengkapi barang jaminan karena sebagian besar piutang negara berasal dari

kreditur atau penyerah piutang RSUP Sanglah Denpasar. Dengan kata lain,

penanggung hutang/debitur merupakan pasien yang memperoleh pelayanan dari

rumah sakit namun belum melunasi kewajibannya. Adapun penyerahan piutang

negara oleh KKP Kelas I Denpasar antara lain BKPN dengan jumlah sisa piutang

sebesar Rp15.023.376,00 dan Rp32.106.744,00. Pengenaan persentase keringanan

piutang negara sebesar 60% ditambah dengan 50%. Pelunasan yang telah

dilaksanakan oleh penanggung hutang masing-masing sejumlah nominal

Rp2.945.760,00 dan Rp6.295.440,00 berdasarkan hasil keringanan hutang yang

ditempuh.

Penyerahan pengurusan piutang negara oleh RSUP Sanglah Denpasar

sejumlah 5 (lima) BKPN. Piutang negara yang dimaksud antara lain sejumlah

Rp24.909.800,00 menjadi Rp6.974.744,00 juta setelah pemberian keringanan

hutang dengan persentase sebesar 60% dari hutang pokok. Di samping itu,

tambahan keringanan sebesar 30% karena pelunasan pada bulan Agustus Tahun

2021. BKPN dengan nominal Rp27.344.700,00 menempuh keringanan hutang


80

sebesar 60% ditambah 20% karena pelunasan pada bulan Desember tahun 2021

sehingga sebesar Rp8.466.450,00. Hal serupa pada BKPN dengan sisa nominal

piutang sisa hutang sebesar Rp4.822.000,00 setelah melalui mekanisme Crash

Program menjadi Rp1.543.040,00 dengan pemberian keringanan utang sebesar

60% ditambah 20%. Sisa piutang sejumlah 15.517.400,00 menjadi

Rp3.103.480,00 mengacu pada persentase keringanan hutang yang ditempuh

sebesar 60% ditambah 50%. Adapun piutang negara dengan nominal sebesar

Rp23.402.068,00 telah terselesaikan dengan hasil akhir setelah pengurangan

keringanan utang hingga sebesar Rp6.552.579,00. Pelunasan atas piutang pada

bulan September tahun 2021 sehingga persentase yang ditempuh sebesar 60%

ditambah 30%.

Piutang negara penyerahan Direktorat PKNSI sejumlah Rp635.000,00

menempuh persentase keringanan sebesar 60% ditambah 30% karena pelunasan

pada bulan Desember 2021 sehingga nominal akhir pelunasan sebesar

Rp176.000,00. Pengurusan piutang negara dengan umur hingga mencapai 10

(sepuluh) tahun dapat terselesaikan, menunjukkan komitmen dari seluruh jajaran

pegawai seksi piutang negara dan seksi terkait dalam pengoptimalan pengurusan

piutang negara. Dalam hal percepatan pengurusan piutang negara walaupun

BKPN telah lama tidak terselesaikan. Hal ini pun sejalan dengan latar belakang

adanya Crash Program ini yaitu mitigasi dampak Pandemi Covid 19 dan dalam

rangka mendukung program PEN.

Pencapaian SPPNL Pengurusan Piutang Negara diluar mekanisme Crash

Program memberikan kontribusi pula pada capaian PNDS Tahun 2021. Capaian
81

pelunasan piutang negara diluar adanya pemberian keringanan utang melalui

Crash Program dapat terlihat dalam Tabel III.4 sebagai berikut:

Tabel III. 4 Pencapaian SPPNL Pengurusan Piutang Negara

Di Luar Mekanisme Crash Program Tahun 2021


Tahun
Saldo Hutang Nilai Pembayaran
Register
2008 Rp 75.000.000 Rp 75.000.000
2017 Rp 24.432.504 Rp 24.432.504
2018 Rp 40.542.478 Rp 40.542.478
2019 Rp 1.130.128.397 Rp 1.130.128.397
2020 Rp 64.269.878 Rp 64.269.878
2021 Rp 604.293.044 Rp 604.293.044
TOTAL Rp 1.938.666.301
Sumber : diolah penulis

Keseluruhan BKPN penyerahan oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal

Bea dan Cukai Bali, NTB dan NTT pada tahun 2008 telah dijalankan pelunasan

oleh penanggung hutang hingga mencapai sebesar Rp75.000.000,00. Penyerahan

piutang negara pada tahun 2017 dapat diselesaikan dengan total keseluruhan

piutang negara lunas sebesar Rp24.432.504,00. Rincian atas pelunasan piutang

negara antara lain penyerahan dari Direktorat PKNSI DJKN dengan total

pelunasan sebesar Rp133.590,00, piutang dengan nominal Rp801.290,00 berasal

dari penyerahan piutang oleh Badan RSU Tabanan. Di samping itu, penyerahan

oleh BPJS Ketenagakerjaan Bali II Kabupaten Gianyar dengan jumlah nominal

piutang sebesar Rp23.497.624,00.

Penerimaan pengurusan piutang negara tahun 2018 total keseluruhan

sebesar Rp40.542.478,00. Penjabaran lebih lanjut atas total pelunasan antara lain

piutang negara dengan nominal sebesar Rp15.951.984,00 berasal dari penyerahan


82

oleh Direktorat PKNSI DJKN. Adapun piutang negara penyerahan oleh BPJS

Ketenagakerjaan Bali II Kabupaten Gianyar diterima pelunasan dengan jumlah

nominal sebesar Rp24.590.493,00. Pelunasan atas BKPN dengan penerimaan

berkas pada tahun 2019 sebesar Rp1.130.128.397,00 antara lain piutang

penyerahan oleh Rumah Sakit Umum Daerah Mangusada Badung dan Direktorat

PKNSI DJKN. Nominal piutang negara masing-masing sebesar Rp242.800,00

dan Rp 1.129.885.596,00.

Pelunasan BKPN dengan register penerimaan tahun 2020 total

keseluruhan sebesar Rp64.269.878,00. Piutang sejumlah Rp1.563.300,00 berasal

dari penyerahan Rumah Sakit Umum Mangusada Badung. Penyerahan oleh Ditjen

SDPPI Kemenkominfo sebesar Rp6.871.578,00 serta Kantor Imigrasi Kelas I

Khusus Ngurah Rai dengan jumlah piutang negara sebesar Rp50.000.000,00.

Pelunasan piutang negara sebesar Rp5.065.000,00 juta berasal dari penyerahan

oleh RSUP Sanglah. Adapun pelunasan piutang negara sebesar Rp770.000,00

penyerahan oleh Direktorat PKNSI DJKN.

BKPN penerimaan tahun 2021 yang dapat diselesaikan melalui pelunasan

sejumlah Rp604.293.044,00. Pelunasan pengurusan piutang negara dengan

nominal Rp569.594.244,00 berasal dari penyerahan oleh Direktorat PKNSI

DJKN. Penyerahan pengurusan piutang negara oleh Rumah Sakit Umum Daerah

Mangusada Badung yang telah lunas sejumlah Rp504.000,00. Berkas piutang lain

berasal dari Rumah sakit Umum Pusat Sanglah dengan jumlah nominal sebesar

Rp34.194.800,00.
83

3.3.4.5. Penarikan Piutang Negara

Penarikan atas BKPN oleh penyerah piutang atau kreditur dilandasi dari

adanya keinginan kreditur untuk pelaksanaan restrukturisasi piutang dengan

harapan dapat memperbesar kemungkinan adanya pelunasan atas piutang.

Penarikan piutang negara dapat dijalankan melalui persetujuan oleh PUPN

berdasarkan hasil penelitian dan analisis terhadap permohonan usul penarikan

oleh penyerah piutang negara. Pada tabel III.5 diterangkan mengenai pencapaian

PNDS Tahun 2021 dalam indikator penarikan piutang negara.

Tabel III. 5 Pencapaian Penarikan Piutang Negara

Di Luar Mekanisme Crash Program Tahun 2021

Tahun
Penyerah Piutang Saldo Hutang Nilai Penarikan
Register
2018 BPJS Ketenagakerjaan Rp 63.742.312 Rp 63.742.312
2019 BPJS Ketenagakerjaan Rp 161.077.488 Rp 161.077.488
TOTAL Rp 224.819.800

Sumber : diolah penulis

Penarikan piutang negara ditempuh oleh penyerah piutang BPJS

Ketenagakerjaan atas BKPN penerimaan pengurusan tahun 2018. Piutang negara

yang dilaksanakan penarikan dengan jumlah keseluruhan sebesar

Rp63.742.312,00. Dalam periode serupa tahun 2021 dilakukan penarikan atas

BKPN penerimaan tahun 2019 dari BPJS Ketenagakerjaan dengan sisa piutang

negara sejumlah Rp161.077.488,00. Penarikan yang diberikan oleh PUPN

menunjukkan kesediaan PUPN dalam pemberian tanggung jawab pengurusan

piutang negara kepada penyerah piutang negara sesuai dengan yang diamanatkan

dalam peraturan.
84

Pencapaian Piutang Negara Yang Dapat Diselesaikan (PNDS) setelah

adanya mekanisme Crash Program, menurut pendapat penulis telah diperoleh

hasil yang cukup optimal. Optimalisasi terlihat dari adanya pelunasan piutang

negara melalui mekanisme Crash Program memberikan kontribusi yang cukup

besar terhadap penerimaan yang diperoleh Seksi Piutang Negara KPKNL

Denpasar. Kontribusi penerimaan ini dipicu dari adanya kondisi penanggung

hutang yang lebih mampu atau cenderung tergerak melakukan pelunasan karena

berbagai keringanan yang didapat. Adanya kondisi tersebut membuka peluang

yang lebih besar bagi penanggung hutang untuk melakukan pelunasan

dibandingkan sebelum adanya mekanisme Crash Program. Pengurusan piutang

negara melalui mekanisme Crash Program dapat mengurangi jumlah outstanding

piutang negara bahkan piutang negara berumur puluhan tahun akhirnya dapat

terselesaikan.

Penerimaan atas pelunasan piutang negara dengan mekanisme Crash

Program menyumbang kontribusi sebesar Rp121.933.075,00 dari total

keseluruhan PNDS sebesar Rp20.342.790.544,00. Disamping itu, pelunasan di

luar Crash Program turut memberikan tambahan sumbangan yang cukup besar

sejumlah Rp1.938.666.301,00. Indikator lain yaitu pembayaran membuahkan

hasil yang cukup besar dengan diperoleh penerimaan sebesar

Rp1.363.636.364,00. Hal serupa terhadap indikator berasal dari pengembalian

piutang menyumbang kontribusi yang optimal pula sejumlah 12.783.320.789,00.

Kontribusi dari indikator PSBDT diperoleh sejumlah Rp3.910.414.216,00.


85

Adapun indikator terkait penarikan piutang negara kontribusi dengan nominal

sebesar Rp224.819.800,00.
BAB IV

SIMPULAN

4.1 Simpulan

Berlandaskan pada pembahasan mengenai tinjauan atas pengurusan

piutang negara sebelum dan sesudah penerapan mekanisme Crash Program di

KPKNL Denpasar, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengurusan piutang negara oleh Seksi Piutang Negara KPKNL Denpasar

secara keseluruhan telah dilaksanakan sesuai dengan PMK Nomor 240 Tahun

2016 tentang Pengurusan Piutang Negara. Tahapan yang ditempuh diawali

dengan penyerahan, penerimaan, penolakan, panggilan pertama, panggilan

terakhir, pernyataan bersama, penetapan jumlah piutang negara, surat paksa,

penyitaan, pembayaran hutang, piutang negara selesai, pelunasan serta adanya

tahapan keringanan hutang.

2. Dalam pengurusan piutang negara masih seringkali ditemukan adanya

beberapa problematika yang dihadapi oleh PUPN sehingga menjadi suatu

hambatan dalam pengoptimalan pengurusan piutang negara. Permasalahan

yang dihadapi antara lain alamat domisili/tempat tinggal debitur tidak jelas,

penanggung hutang merupakan WNA, identitas debitur tidak diketahui,

debitur tidak mampu, debitur tidak hadir atas penyampaian surat panggilan,

86
87

surat panggilan seringkali diterima kembali oleh PUPN, debitur tidak

menjalankan kesepakatan dalam pernyataan bersama, debitur tidak cakap

teknologi, debitur menolak pembayaran BIAD PN, dan nominal pelunasan

seringkali tidak bulat.

3. Pengurusan piutang negara melalui mekanisme Crash Program pada Seksi

Piutang Negara KPKNL Denpasar relevan dengan PMK 15 Tahun 2021

tentang Crash Program. Pelaksanaan pengurusan melalui mekanisme Crash

Program cenderung lebih optimal karena memerlukan waktu yang lebih

singkat serta lebih efisien dan efektif. Serangkaian tahapan yang ditempuh

antara lain penyampaian surat pemberitahuan, debitur mengajukan surat

permohonan, verifikasi kelengkapan, penerbitan surat persetujuan, penetapan

berita acara pembahasan, pembayaran piutang negara, dan penerbitan SPPNL

oleh PUPN.

4. Piutang Negara Yang Dapat Diselesaikan (PNDS) Tahun Anggaran 2021

setelah adanya mekanisme Crash Program di KPKNL Denpasar mencapai

besaran sejumlah Rp20.342.790.544,00. Penerimaan melalui adanya

pembayaran sejumlah Rp1.363.636.364,00. Kontribusi dari pengembalian

piutang negara diperoleh sejumlah Rp12.783.320.789,00. Adapun besaran

PSBDT sejumlah Rp3.910.414.216,00. Perolehan penerimaan melalui

mekanisme Crash Program cukup optimal sebesar Rp121.933.075,00.

Adapun penerimaan atas pelunasan piutang negara di luar mekanisme Crash

Program diperoleh sebesar Rp1.938.666.301,00. Indikator lain yaitu

penarikan BKPN secara keseluruhan sejumlah Rp224.819.800,00.


88

4.2 Saran

Berlandaskan pada problematika yang dihadapi oleh KPKNL Denpasar

dalam pengurusan piutang negara, penulis mengajukan beberapa saran yang

sekiranya dapat menjadi bahan pertimbangan dalam peningkatan pengurusan

piutang negara di masa mendatang antara lain sebagai berikut:

1. Problematika BKPN yang tidak diketahui alamatnya, PUPN dapat

mengupayakan pengurusan dengan penelitian secara langsung ke lapangan.

2. Permasalahan terkait dengan penanggung hutang merupakan Warga Negara

Asing (WNA), dapat diupayakan dengan mendalami lebih lanjut informasi

terkait penanggung hutang berkolaborasi dengan Kantor Imigrasi.

3. Problematika terkait debitur yang tidak diketahui identitasnya, ketika

pelaksanaan penelitian BKPN agar dianalisis kembali secara lebih mendalam

terkait kelengkapan identitas dari debitur.

4. Berkaitan dengan penanggung hutang yang tidak menghadap setelah

dilakukan panggilan pertama hingga terakhir maka dibutuhkan analisis secara

lebih mendalam faktor penyebab yang mendasari debitur.

5. Dalam kaitannya dengan penanggung hutang yang tidak melaksanakan

kesepakatan yang tercantum dalam pernyataan bersama, dibutuhkan suatu

taktik baru yang lebih efektif serta memberi dampak yang nyata bagi debitur.

6. Problematika mengenai debitur yang tidak melek teknologi, adapun upaya

yang dapat ditempuh antara lain dengan membimbing debitur secara bertahap

dalam serangkaian tahapan pengurusan piutang negara.


DAFTAR PUSTAKA

Buku, Jurnal, atau Sumber Lain

Abdussamad, Z. (2021). Metode Penelitian Kualitatif. CV Syakir Media Press.

Ananta, W. (2013). Metode Dan Tehnik Penelitian. Chemical Information and


Modeling, 53(9), 1689–1699.

Butterfield, A., Ekembe Ngondi, G., & Kerr, A. (2016). A Dictionary of Computer
Science. Oxford University Press. https://www.oxfordreference.com/view
/10.1093/acref/9780199688975.001.0001/acref-9780199688975-e-3667

Hardani, Auliya, N. H., Andriani, H., Fardani, R. A., Ustiawaty, J., Utami, E. F.,
Sukmana, D. J., & Istiqomah, R. R. (2020). Metode Penelitian Kualitatif
& Kuantitatif (Issue March). Pustaka Ilmu Group.

Ikatan Akuntansi Indonesia. (1994). Standar Akuntansi Keuangan. Salemba


Empat.

Jonathan, A., Gultom, L., Riyanto, B., & Djais. (2016). Penyelesaian Piutang
Negara Di Wilayah Hukum Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan
Lelang Semarang. Diponegoro Law Review, 5, 1–14.

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (n.d). Kemenkeu Serahkan


Pengelolaan Piutang ke Kementerian. Diakses tanggal 10 Desember 2021,
dari https://www.djkn.kemenkeu.go.id/berita_media/baca/13077/Kemen-
keu-Serahkan-Pengelolaan-Piutang-ke-Kementerian.html

KBBI. (n.d.). Optimalisasi. Diakses tanggal 20 Februari 2022, https://kbbi.web.id


/daring.

Lestari, A. D. (2014). Analisis Efektivitas Pengelolaan Piutang Pada PT. Pasti


Djadi di Surabaya. Universitas Katolik Darma Cendika.

Nina Siti. (2002). Metode dan Teknik Wawancara. Journal of Direktorat


Pengembangan Kemahasiswaan, 1–2.

Ridwan, N. M., & Sukmalalana. (2020). Optimalisasi Pengelolaan Piutang PNBP


Pada Kementerian Esdm Dalam Meningkatkan Penerimaan Negara.
Puskaji AKN, 6–26.

Sari, M. (2018). Penelitian Kepustakaan (Library Research) dalam Penelitian


Pendidikan IPA. Penelitian Bidang IPA Dan Pendidikan IPA, 2(1), 15.
https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/naturalscience/article/view/15
55/1159

89
90

Setiawan, I. (2010). Akuntansi Keuangan Menengah (Intermediate Accounting).


Refika Aditama.

Sidiq, U., & Choiri, M. M. (2019). Metode Penelitian Kualitatif Di Bidang


Pendidikan. CV Nata Karya.

Yuliana, S. (2018). Analisis Penerapan Akuntansi Piutang Pada PT. Semen


Tonasa. Universitas Muhammadiyah Makassar.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan


Negara.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2020 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja


Negara Tahun Anggaran 2021.

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Tahun 1960 tentang Panitia


Urusan Piutang Negara.

Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2017 tentang Tata Cara Penghapusan


Piutang Negara/Daerah.

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 23 Tahun 1960 tentang


Rahasia Bank.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 89 Tahun 2016 tentang Panitia


Urusan Piutang Negara.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 263/PMK.01/2016 tentang Perubahan atas


Peraturan Menteri Keuangan Nomor 170/PMK.01/2012 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 240/PMK.06/2016 tentang Pengurusan


Piutang Negara.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 207 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 69/PMK.06/2014 tentang Penentuan
Kualitas Piutang Dan Pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih
Pada Kementerian Negara/Lembaga Dan Bendahara Umum Negara.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 15/PMK.06/2021 tentang Penyelesaian


Piutang Instansi Pemerintah Yang Diurus/Dikelola Oleh Panitia Urusan
Piutang Negara/Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Dengan Mekanisme
Crash Program Tahun Anggaran 2021.
91

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154 Tahun 2021 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.01/2021 tentang Perubahan atas


Peraturan Menteri Keuangan Nomor 263/PMK.01/2016 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan.

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 533/KMK.08/2002


Tentang Perubahan Atas KMK 61/KMK.08/2002 tentang Panitia Urusan
Piutang Negara.

Peraturan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-85/PB/2011 tentang


Penatausahaan Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak Pada Satuan
Kerja Kementerian/Lembaga.
LAMPIRAN

Lampiran 1 Transkrip Wawancara dengan Ibu Ni Made Sukanari, Kepala Seksi

Piutang Negara KPKNL Denpasar

Tempat : KPKNL Denpasar

Waktu : Senin, 18 April 2022

Pewawancara : P

Responden :R

P Bagaimana praktik di lapangan terkait tahapan penyerahan, penerimaan,


dan penolakan pengurusan piutang negara di KPKNL Denpasar dengan
berdasarkan pada PMK Nomor 240 Tahun 2016 tentang pengurusan
piutang negara?
R Penyerahan pengurusan piutang negara diserahkan oleh
Kementerian/Lembaga kepada PUPN. Pada setiap KPKNL atau Kantor
Wilayah terdapat Ketua PUPN. Ketua PUPN Provinsi Bali dijabat oleh
Kepala Kantor Wilayah Bali dan Nusa Tenggara. Dalam hal penerimaan
pengurusan piutang negara dengan mempertimbangkan adanya suatu
perjanjian bahwa besar dan adanya piutang negara telah pasti menurut
hukum. Penyerahan piutang negara dalam hal piutang telah macet di
Kementerian/Lembaga dan telah dilakukan berbagai upaya penagihan yang
dapat terlihat dari surat permohonan. Penyerahan pengurusan piutang
negara tidak ada batasan terkait jumlah nominal piutang negara yang dapat
diserahkan kepada PUPN. Penolakan pengurusan piutang negara dilakukan
apabila perjanjian tidak sah secara hukum atau tidak dapat dibuktikan
adanya perjanjian hutang-piutang maupun cacat hukum.
P Bagaimana praktik di lapangan tahapan panggilan pertama dan panggilan
terakhir pengurusan piutang negara di KPKNL Denpasar berdasarkan pada
PMK 240 Tahun 2016 ?

92
93

R Setelah dilakukan penerimaan melalui penerbitan SP3N kemudian


dilakukan tahapan panggilan pertama terhadap debitur dengan alamat yang
tercantum. Dalam hal apabila panggilan pertama tidak diindahkan oleh
debitur maka dilakukan penerbitan panggilan terakhir. Di seksi piutang
negara KPKNL Denpasar apabila telah diterbitkan SP3N maka di bulan
yang sama diterbitkan surat panggilan pertama. Seringkali surat panggilan
pertama kembali maupun alamat tidak jelas sehingga terkait hal tersebut
PUPN berkoordinasi dengan penyerah piutang bahwa alamat tidak
ditemukan. Dalam rangka penyelesaian pengurusan piutang negara
pendelegasian tanggung jawab pegawai didasarkan dari kreditur/penyerah.
Namun, dalam penyelesaian saling berkoordinasi diantara pegawai.
P Bagaimana praktik di lapangan tahapan pernyataan bersama dan PJPN
pengurusan piutang negara di KPKNL Denpasar berdasarkan PMK 240
Tahun 2016 ?
R Dalam pernyataan bersama ditetapkan terkait jumlah piutang, denda,
ongkos yang dibebankan terhadap debitur. PJPN ditetapkan apabila debitur
tidak datang menghadap sesuai panggilan. Dalam hal tidak adanya
restrukturisasi hutang maka PJPN didasarkan pada dokumen penyerahan
pengurusan piutang negara serta berkoordinasi dengan penyerah piutang.
Terkait restrukturisasi hutang jarang terjadi, pada umumnya ditempuh oleh
debitur perusahaan besar.
P Bagaimana praktik di lapangan pemberian keringanan utang terhadap
penanggung utang/debitur di KPKNL Denpasar berdasarkan pada PMK
240 Tahun 2016 ?
R Dalam hal pemberian keringanan terhadap debitur berkolaborasi kembali
dengan penyerah piutang mengenai debitur yang dapat diberikan
keringanan maupun besaran keringanan hutang. Dengan tetap berpegang
teguh pada aturan yang berlaku.
P Bagaimana praktik di lapangan tahapan surat paksa dan penyitaan
pengurusan piutang negara di KPKNL Denpasar berdasarkan PMK 240
94

Tahun 2016 ?
R Tahapan surat paksa dilakukan dengan sebelumnya dilakukan penelitian
lapangan untuk melihat situasi dan kondisi terbaru terhadap debitur sesuai
dengan alamat yang tercantum. Dalam penelitian lapangan berkoordinasi
dengan aparat setempat untuk meminta surat keterangan lebih lanjut terkait
keberadaan dan kemampuan debitur. Tahapan penyitaan dilakukan dengan
penelitian kembali dan merupakan tugas dari pemeriksa piutang negara dan
juru sita berkolaborasi saat turun ke lapangan. Penyitaan terhadap barang
jaminan debitur dilakukan apabila debitur/penjamin hutang bersedia
menyelesaikan piutang dengan penjualan barang jaminan melalui lelang
atau penjualan di bawah tangan.
P Bagaimana praktik di lapangan tahapan pembayaran utang, piutang negara
selesai, dan pelunasan piutang negara di KPKNL Denpasar berdasarkan
PMK 240 Tahun 2016 ?
R Pembayaran dapat dilakukan dari hasil penjualan barang jaminan milik
debitur melalui lelang ataupun penjualan di bawah tangan. Apabila piutang
negara telah lunas maka dinyatakan sebagai piutang negara selesai. Di lain
sisi, piutang negara selesai belum tentu dinyatakan sebagai piutang negara
lunas. Indikator piutang negara selesai selain piutang negara lunas terdapat
piutang negara yang ditetapkan sebagai PSBDT. PSBDT dalam jangka 2
tahun dilakukan peninjauan kembali apabila perusahaan debitur beroperasi
kembali. Penetapan PSBDT dapat dilakukan penghapusan piutang negara
baik secara bersyarat maupun mutlak.
P Terhadap berkas kasus piutang negara dengan jumlah nominal yang tinggi
ataupun rendah apakah terdapat perbedaan tahapan pengurusannya ?
R Dalam pengurusan piutang negara terdapat target capaian atau Indeks
Kinerja Utama (IKU). Target efektivitas penyelesaian BKPN memandang
jumlah BKPN yang telah selesai, tidak terkait dengan jumlah nominal
piutang. Berkaitan dengan IKU tersebut berfokus pada BKPN dengan
nominal kecil yang dapat diselesaikan dengan pelunasan atau PSBDT
95

untuk mencapai target IKU Efektivitas Penyelesaian BKPN. Adapun IKU


Penurunan Outstanding berfokus pada jumlah nominal BKPN yang
terdapat dalam Aplikasi Focus PN. Berkaitan dengan Penurunan
Outstanding berfokus pada debitur dengan nominal piutang besar
dilakukan diupayakan tahapan pelunasan, surat paksa maupun PSBDT.
IKU Nilai Manfaat Ekonomi Pengelolaan Kekayaan Negara (BIAD PN)
didapat dari adanya pembayaran atas piutang negara. Pemberian BIAD PN
didasarkan dari periode waktu pembayaran yang dilakukan oleh debitur.
Berkaitan dengan IKU Akurasi Basis Data diterapkan di tahun 2021
dengan tujuan kesesuaian antara data fisik yang terdapat di gudang dengan
data yang terdapat pada Focus PN. Pada tahun 2022 terdapat IKU baru
yaitu IKU Crash Program yang bersifat mandatory.
P Bagaimana praktik di lapangan terkait penyerahan, penerimaan, dan
penolakan pengurusan piutang negara di KPKNL Denpasar berdasarkan
pada PMK Nomor 15 Tahun 2021 tentang Crash Program?
R Crash Program dapat diikuti oleh seluruh Kementerian/Lembaga kecuali
piutang negara Eks Badan Dalam Likuidasi (BDL). KPKNL Denpasar
menerima penyerahan dari Kementerian Kesehatan hingga Kementerian
Komunikasi dan Informasi. Penyelesaian pengurusan piutang negara
melalui Crash Program bertujuan mempercepat dan memberikan
keringanan terhadap debitur subjek Crash Program serta untuk
memulihkan perekonomian nasional. Permohonan penyelesaian
pengurusan piutang negara oleh debitur dilakukan penerimaan apabila
telah memenuhi ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan. Penerimaan permohonan Crash Program dilakukan dengan
penerbitan surat persetujuan dalam waktu 3 (tiga) hari. Seksi piutang
negara KPKNL Denpasar memiliki inovasi dengan penerbitan surat
persetujuan dalam waktu 1 (satu) hari sejak surat permohonan Crash
Program diterima. Pengurusan piutang negara debitur dengan barang
jaminan dan tanpa barang jaminan memiliki tahapan yang berbeda.
96

Penolakan permohonan piutang negara dilakukan dalam hal apabila debitur


bukan merupakan subjek Crash Program.
P Bagaimana praktik panggilan pertama dan panggilan terakhir pengurusan
piutang negara di KPKNL Denpasar berdasarkan PMK 15 Tahun 2021?
R Dalam mekanisme Crash Program tidak terdapat tahapan panggilan
pertama maupun panggilan terakhir. Debitur yang bersedia mengikuti
mekanisme Crash Program datang ke KPKNL untuk mengajukan
permohonan Crash Program. Atas permohonan debitur kemudian
dilakukan analisis dan penelitian terkait berkas kasus piutang negara oleh
PUPN.
P Bagaimana praktik di lapangan tahapan pernyataan bersama dan PJPN
pengurusan piutang negara di KPKNL Denpasar berdasarkan PMK 15
Tahun 2021 ?
R Dalam mekanisme Crash Program tidak terdapat tahapan pernyataan
bersama maupun PJPN. Kesepakatan terkait dengan pembayaran hutang
dilakukan melalui berita acara pembahasan. Berita acara pembahasan
memuat tentang jumlah keringanan yang diberikan kepada debitur dengan
mengacu pada peraturan yang berlaku. Dalam berita acara pembahasan
disertai tanda tangan oleh Kepala Seksi Piutang Negara, Kepala Seksi
Hukum dan Informasi dengan diketahui oleh Kepala KPKNL Denpasar.
P Bagaimana praktik di lapangan tahapan surat paksa dan penyitaan
pengurusan piutang negara di KPKNL Denpasar berdasarkan PMK 15
Tahun 2021 ?
R Dalam mekanisme Crash Program tidak diatur adanya tahapan surat paksa
maupun penyitaan atas barang jaminan milik penanggung hutang/penjamin
hutang. Alur pengurusan piutang negara melalui Crash Program
memudahkan untuk penyelesaian dengan pemberian keringanan bagi
debitur untuk melunasi kewajibannya. Pemberian keringanan didasarkan
pada posisi hutang terakhir debitur.
P Bagaimana praktik pembayaran utang, piutang negara selesai, dan
97

pelunasan atas piutang negara di KPKNL Denpasar berdasarkan PMK 15


Tahun 2021 ?
R Pembayaran piutang negara dilakukan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan
dihitung sejak surat persetujuan diterbitkan. Apabila debitur tidak
melakukan pembayaran dalam jangka waktu 1 (satu) bulan maka debitur
harus mengajukan kembali surat permohonan yang baru kepada PUPN.
P Bagaimana praktik pemberian keringanan utang ataupun moratorium pada
penanggung utang/debitur negara di KPKNL Denpasar berdasarkan PMK
15 Tahun 2021 ?
R Pemberian bentuk Crash Program baik melalui keringanan hutang atau
moratorium tindakan hukum piutang negara selalu mengacu pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Crash Program tahun 2021 tidak ada
debitur yang mengajukan moratorium tindakan hukum atas piutang negara.
Debitur yang mengajukan permohonan Crash Program seluruhnya
menempuh bentuk keringanan hutang.
P Apakah mekanisme Crash Program dapat dikatakan sebagai bentuk
optimalisasi pengurusan piutang negara?
R Benar, sangat membantu dan memudahkan baik bagi debitur dalam
penyelesaian kewajiban yang dimilikinya maupun bagi PUPN membantu
percepatan pengurusan piutang negara.
P Apakah ada permasalahan yang selama ini dihadapi, akhirnya melalui
mekanisme Crash Program dapat terselesaikan ?
R Ada, pada khususnya debitur yang tidak mampu dimudahkan dan dibantu
karena adanya keringanan hutang dengan potongan yang besar.
98

Lampiran 2 Transkrip Wawancara dengan Bapak I Gede Abdi Negara, Juru Sita

Seksi Piutang Negara KPKNL Denpasar

Tempat : KPKNL Denpasar

Waktu : Jumat, 22 April 2022

Pewawancara : P

Responden :R

P Bagaimana praktik di lapangan terkait tahapan penyerahan, penerimaan,


dan penolakan pengurusan piutang negara di KPKNL Denpasar dengan
berdasarkan pada PMK Nomor 240 Tahun 2016 tentang pengurusan
piutang negara?
R Piutang negara yang telah optimal diurus oleh Kementerian/Lembaga
kemudian dilakukan penyerahan pengurusan kepada PUPN. Dalam hal
penyerahan pengurusan piutang negara, penyerah piutang harus dapat
membuktikan adanya piutang besarnya pasti secara hukum. Apabila telah
terbukti secara hukum dan memenuhi persyaratan maka dilakukan
penerimaan pengurusan piutang negara. Penerbitan SP3N sebagai tanda
bukti pengurusan piutang negara oleh PUPN dilakukan dalam rentang
waktu 3 (tiga) sejak resume hasil penelitian kasus. Selama ini penerimaan
pengurusan piutang negara dilakukan terhadap sebagian besar instansi
penyerah piutang yang mengajukan permohonan. Penolakan atas
pengurusan piutang negara dilakukan dalam hal identitas dan alamat
debitur tidak jelas.
P Bagaimana praktik di lapangan tahapan panggilan pertama dan panggilan
terakhir pengurusan piutang negara di KPKNL Denpasar berdasarkan pada
99

PMK 240 Tahun 2016 ?


R Berlandaskan dari resume pengurusan piutang negara lalu diterbitkan
SP3N selanjutnya dilakukan penerbitan surat panggilan pertama.
Penerbitan panggilan pertama dilakukan dalam rentang waktu 5 (lima) hari
sejak diterbitkannya SP3N. Surat panggilan terakhir diterbitkan dalam
rentang waktu 5 (lima) hari sejak panggilan pertama disampaikan kepada
debitur. Panggilan terakhir dilakukan dalam hal debitur tidak datang
menghadap sesuai panggilan pertama, untuk dilakukan wawancara terkait
pengurusan piutang negara.
P Bagaimana praktik di lapangan tahapan pernyataan bersama dan PJPN
pengurusan piutang negara di KPKNL Denpasar berdasarkan PMK 240
Tahun 2016 ?
R Dalam pernyataan bersama, debitur diwawancarai oleh Kepala Seksi
Piutang Negara didampingi dengan 2 (dua) orang saksi. Hal-hal yang
ditetapkan dalam pernyataan bersama yaitu kesanggupan penyelesaian
piutang negara dalam jangka waktu paling lambat 12 (dua belas) bulan.
Tahapan PJPN ditempuh apabila pernyataan bersama tidak dapat
diterbitkan atau debitur tidak mengakui piutang namun tidak dapat
membuktikan piutang negara bukan merupakan kewajibannya.
P Bagaimana praktik di lapangan pemberian keringanan utang terhadap
penanggung utang/debitur di KPKNL Denpasar berdasarkan pada PMK
240 Tahun 2016 ?
R Keringanan hutang dalam PMK 240 Tahun 2016 tidak adanya pemberian
keringanan atas hutang pokok debitur. Bentuk keringanan hutang diatur
terkait dengan keringanan atas bunga, denda, dan ongkos.
P Bagaimana praktik di lapangan tahapan surat paksa dan penyitaan
pengurusan piutang negara di KPKNL Denpasar berdasarkan PMK 240
Tahun 2016 ?
R Penerbitan surat paksa dilakukan secepatnya setelah penetapan PJPN.
Dalam surat paksa termuat tanda tangan dari Kepala PUPN Cabang.
100

Penyitaan dilakukan apabila terdapat surat perintah sita. Penerbitan surat


penyitaan dilakukan dalam waktu 1 x 24 ( satu kali dua puluh empat ) jam
sejak penerbitan surat paksa debitur tidak melunasi hutangnya.
P Bagaimana praktik di lapangan tahapan pembayaran utang, piutang negara
selesai, dan pelunasan piutang negara di KPKNL Denpasar berdasarkan
PMK 240 Tahun 2016 ?
R Dalam hal pembayaran piutang negara, debitur dapat mencicil pembayaran
hingga keseluruhan sisa kewajiban telah diselesaikan. Kaitannya dengan
indikator piutang negara selesai antara lain penarikan, pelunasan, SPPNL,
PSBDT, dan pembayaran. Selama piutang yang telah ditetapkan sebagai
PSBDT belum dilakukan penghapusan, masih dapat dilakukan penagihan
kepada debitur.
P Terhadap berkas kasus piutang negara dengan jumlah nominal yang tinggi
ataupun rendah apakah terdapat perbedaan tahapan pengurusannya ?
R Dari segi pengurusan secara umum tidak ada perbedaan yang signifikan.
Piutang negara dengan nominal yang tinggi lebih diupayakan untuk
dilakukan pembayaran.
P Apa saja kendala ataupun permasalahan yang dihadapi saat pengurusan
piutang negara pada tahapan penyerahan, penerimaan, penolakan
pengurusan piutang negara?
R Permasalahan yang dihadapi yaitu alamat tempat tinggal debitur terkadang
tidak jelas, debitur Warga Negara Asing (WNA), debitur tanpa nama
seperti korban kecelakaan. Adapun debitur yang tidak mampu dan debitur
tidak mengakui hutangnya namun tidak bisa membuktikan.
P Apa saja kendala ataupun permasalahan yang dihadapi saat panggilan
pertama, panggilan terakhir pengurusan atas piutang negara di KPKNL
Denpasar ?
R Debitur seringkali tidak hadir atau menghadap setelah dilakukan panggilan
pertama maupun terakhir. Di samping itu, surat panggilan kembali diterima
oleh PUPN karena alamat yang termuat ternyata tidak valid atau debitur
101

tidak ditemukan. Hal ini karena penanggung hutang tersebar di luar


wilayah Provinsi Bali hingga di wilayah Papua dan Jakarta.
P Apa saja kendala ataupun permasalahan yang dihadapi saat pernyataan
bersama dan PJPN pengurusan atas piutang negara di KPKNL Denpasar ?
R Permasalahan yang terjadi yaitu ketika pernyatan bersama telah ditetapkan
dan ditandatangani, namun debitur tidak melunasi hutangnya. Penetapan
PJPN selama ini belum ditemukan kendala yang berarti.
P Apa saja kendala ataupun permasalahan yang dihadapi saat surat paksa dan
penyitaan pengurusan atas piutang negara di KPKNL Denpasar ?
R Pelaksanaan surat paksa seringkali sulit karena alamat tempat tinggal
debitur tidak jelas atau alamat tidak ditemukan saat penelitian lapangan
maupun tempat tinggal telah berpindah kepemilikan. Adapun kendala
karena debitur tidak berdomisili di wilayah Provinsi Bali atau hanya
bertempat tinggal sementara.
P Apa saja kendala ataupun permasalahan yang dihadapi saat pembayaran
utang, piutang negara selesai, dan pelunasan atas piutang negara di
KPKNL Denpasar berdasarkan PMK 240 Tahun 2016 ?
R Kendala yang dihadapi seringkali ditemukan debitur yang tidak cakap
teknologi. Di samping itu, jumlah nominal piutang negara seringkali tidak
bulat sehingga pihak-pihak terkait yang melakukan pembukuan seperti
bendahara penerimaan maupun seksi hukum dan informasi mengalami
kesulitan. Hal ini pun memicu pegawai seksi piutang negara untuk
menjelaskan kembali terhadap pihak yang melakukan pembukuan.
Berkaitan dengan adanya kurang bayar maupun lebih bayar. Adapun
permasalahan karena debitur tidak terima atau protes atas pembebanan
BIAD PN.
P Bagaimana praktik di lapangan terkait penyerahan, penerimaan, dan
penolakan pengurusan piutang negara di KPKNL Denpasar berdasarkan
pada PMK Nomor 15 Tahun 2021 tentang Crash Program?
R Dalam hal penyerahan, penerimaan, dan penolakan pengurusan piutang
102

negara melalui tahapan yang tidak jauh berbeda dengan PMK 240 Tahun
2016.
P Bagaimana praktik panggilan pertama dan panggilan terakhir pengurusan
piutang negara di KPKNL Denpasar berdasarkan PMK 15 Tahun 2021?
R Terhadap debitur subjek Crash Program dilakukan penerbitan surat
pemberitahuan adanya mekanisme penyelesaian piutang negara melalui
Crash Program.
P Bagaimana praktik di lapangan tahapan pernyataan bersama dan PJPN
pengurusan piutang negara di KPKNL Denpasar berdasarkan PMK 15
Tahun 2021 ?
R Dalam mekanisme Crash Program tidak adanya tahapan pernyataan
bersama atau PJPN. Terkait dengan besaran piutang debitur ditetapkan
oleh PUPN. Apabila adanya perbedaan yang diklaim oleh debitur, maka
debitur harus dapat membuktikan.
P Pada tahapan mana terlihat adanya optimalisasi pengurusan piutang negara
melalui mekanisme Crash Program?
R BKPN dari setiap tahapan pengurusan dapat mengajukan permohonan
untuk diselesaikan melalui mekanisme Crash Program selama ketentuan
dan persyaratan terpenuhi.
P Apakah ada permasalahan dan kendala yang dihadapi akhirnya dapat
diselesaikan melalui mekanisme Crash Program?
R Pembebanan pelunasan piutang negara bagi debitur jauh lebih diringankan.
Dengan adanya pemberian keringanan hutang, dapat memperbesar peluang
piutang negara untuk dilunasi oleh debitur.
P Bagaimana praktik pemberian keringanan utang ataupun moratorium pada
penanggung utang/debitur negara di KPKNL Denpasar berdasarkan PMK
15 Tahun 2021 ?
R Pemberian keringanan hutang, dokumen yang diperlukan serta besaran
keringanan hutang yang diberikan lebih jelas. Dalam mekanisme Crash
Program adanya pemberian keringanan atas hutang pokok milik debitur.
103

P Dari adanya beberapa permasalahan yang timbul dalam serangkaian


tahapan pengurusan piutang negara, bagaimana upaya penyelesaian yang
diterapkan oleh seksi piutang negara KPKNL Denpasar?
R Atas debitur yang tidak diketahui alamatnya, diupayakan dengan penelitian
secara langsung ke lapangan berkoordinasi dengan aparat setempat.
Apabila debitur bukan warga di daerah tersebut ataupun ternyata alamatnya
tidak ada, maka PUPN mengupayakan dengan meminta surat keterangan
agar BKPN dapat ditetapkan sebagai PSBDT. Dengan penetapan PSBDT
kreditur dapat menekan jumlah outstanding piutang. Dalam hal debitur
tidak cakap teknologi, adapun upaya yang dilakukan dengan membantu
secara langsung datang ke alamat tempat tinggal debitur, mengantarkan ke
bank untuk penyetoran, menyarankan mengajak keluarga yang sekiranya
dapat membantu. Kendala terkait surat panggilan yang diterima kembali
oleh PUPN. Adapun upaya yang dilakukan dengan mendatangi kembali
alamat debitur agar jelas penyebab surat panggilan datang kembali dalam
hal alamat penanggung hutang berada di wilayah provinsi Bali. Dalam hal
alamat debitur berada di luar Provinsi Bali dilakukan upaya berkoordinasi
dengan KPKNL setempat.
P Apa saja hal-hal yang menjadi pertimbangan bahwa piutang negara dapat
dilakukan pengembalian?
R Dalam hal setelah dilakukan penelitian terhadap BKPN ternyata piutang
tidak ada. Adapun pengembalian dilakukan karena penyerah piutang
negara tidak kooperatif.
P Apa saja hal-hal yang menjadi pertimbangan bahwa piutang negara dapat
dilakukan penetapan PSBDT?
R Terdapat 2 (dua) syarat piutang negara dapat ditetapkan sebagai PSBDT
antara lain debitur tidak mampu dan debitur tidak diketahui.
P Apa saja hal-hal yang menjadi pertimbangan bahwa piutang negara dapat
diterbitkan SPPNL?
R Dalam hal setelah dilakukan penelitian terhadap BKPN tidak ada sisa
104

hutang yang menjadi kewajiban debitur atau keseluruhan sisa piutang yang
dibebankan telah dilunasi.
P Apa saja hal-hal yang menjadi pertimbangan bahwa piutang negara dapat
dilakukan penarikan piutang negara?
R Penarikan piutang negara dilakukan oleh penyerah piutang atau kreditur.
Pada umumnya alasan dilakukan penarikan untuk restrukturisasi hutang.

Lampiran 3 Transkrip Wawancara Via Whatsapp dengan Bapak I Gede Abdi

Negara, Juru Sita Seksi Piutang Negara KPKNL Denpasar

Waktu: Rabu, 13 April 2022

P Om swastiastu, Selamat sore kak Abdi, mohon maaf mengganggu waktunya.


Izin bertanya terkait kebutuhan penyusunan KTTA tentang Crash Program,
dari referensi yang saya dapat dari internet terkait Piutang Negara Yang
Dapat Diselesaikan (PNDS) terdapat 4 indikator yaitu BKPN SPPNL
(lunas), BKPN SPPNS (penarikan berkas), PSBDT, dan Pengembalian
BKPN. Apakah benar nggih kak? Mohon saran dan masukannya kak
R Ad 2 versi indikatornya, Versi 1 PNDS = angsuran,penarikan,pelunasan dan
Versi 2 = pembayaran,pengembalian,PSBDT,SPPNL dan penarikan
P Izin kak Abdi karena di penyusunan bab awal KTTA saya memakai istilah
PNDS apakah boleh nggih kak saya lanjut dengan membahas terkait
pembayaran, pengembalian, psbdt, sppnl dan penarikan yang tercapai
setelah mengikuti Crash Program nika kak
R Nggih gpp
P Suksma nggih kak atas masukannya
105

Lampiran 4 Data Realisasi Pengembalian Pengurusan Piutang Negara Di Luar

Mekanisme Crash Program Tahun 2021

Tahun Saldo Nilai Nilai


Kreditur
Register Hutang Pembayaran Pengembalian
2015 BPJS Ketenagakerjaan Rp 1.778.648.768 Rp 17.228.667 Rp 1.761.420.101
BPJS Ketenagakerjaan Bali II - Gianyar Rp 79.435.070 Rp 79.435.070
2016 BPJS Ketenagakerjaan Rp 340.765.861 Rp 6.435.644 Rp 334.330.217
2017 BPJS Ketenagakerjaan Rp 59.584.708 Rp 59.584.708
BPJS Ketenagakerjaan Bali II - Gianyar Rp 309.501.356 Rp 309.501.356
TVRI Stasiun Bali Rp 11.090.909 Rp 11.090.909
2018 BPJS Ketenagakerjaan Rp 3.103.485.270 Rp 1.175.697.569 Rp 1.927.787.701
BPJS Ketenagakerjaan Bali II - Gianyar Rp 990.604.242 Rp 50.995.047 Rp 939.609.195
2019 BPJS Ketenagakerjaan Rp 7.153.615.851 Rp 138.642.436 Rp 7.014.973.415
BPJS Ketenagakerjaan Bali II - Gianyar Rp 345.588.117 Rp 345.588.117

TOTAL Rp14.172.320.152 Rp 1.388.999.363 Rp 12.783.320.789

Lampiran 5 Data Realisasi PSBDT Pengurusan Piutang Negara Di Luar

Mekanisme Crash Program Tahun 2021

Tahun
Kreditur Saldo Hutang Nilai PSBDT
Register
2006 Telkomsel Regional VII Rp 10.787.994 Rp 10.787.994
2008 Direktorat PKNSI DJKN (Eks. BDL) Rp 316.262.580 Rp 316.262.580
2009 Direktorat PKNSI DJKN (Eks. BDL) Rp 906.495 Rp 906.495
2010 Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Rp 1.677.700 Rp 1.677.700
2010 Direktorat PKNSI DJKN (Eks. BPPN) Rp 36.000.000 Rp 36.000.000
2010 Direktorat PKNSI DJKN (Eks. BDL) Rp 57.672.498 Rp 57.672.498
2011 Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Rp 3.016.300 Rp 3.016.300
2012 Ditjen SDPPI - Kemenkominfo Rp 4.069.060 Rp 4.069.060
2013 Direktorat PKNSI DJKN (Eks. BPPN) Rp 18.000.000 Rp 18.000.000
2014 Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Rp 106.488.300 Rp 106.488.300
2015 Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Rp 28.022.148 Rp 28.022.148
2015 Badan Rumah Sakit Umum Tabanan Rp 577.578 Rp 577.578
2016 Badan Rumah Sakit Umum Tabanan Rp 22.052.052 Rp 22.052.052
2017 Badan Rumah Sakit Umum Tabanan Rp 261.037.191 Rp 261.037.191
2017 Direktorat PKNSI DJKN (Eks. BPPN) Rp 764.340.366 Rp 764.340.366
2017 Direktorat PKNSI DJKN (Eks. BDL) Rp 8.227.711 Rp 8.227.711
2017 Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Rp 563.360.493 Rp 563.360.493
2018 Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Rp 5.902.673 Rp 5.902.673
2019 Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Rp 559.307.745 Rp 559.307.745
2020 Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Rp 418.405.020 Rp 418.405.020
2021 Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan Kabupaten Klungkung Rp 641.500.000 Rp 641.500.000
2021 DJBC Rp 32.130.000 Rp 32.130.000
2021 RSUD Mangusada Badung Rp 22.555.259 Rp 22.555.259
2021 RSUD Sanjiwani Rp 28.115.052 Rp 28.115.052
TOTAL Rp 3.910.414.216 Rp 3.910.414.216
106

Lampiran 6 Data Realisasi Pelunasan Pengurusan Piutang Negara Melalui

Mekanisme Crash Program Tahun 2021

Tahun Saldo Jumlah Pembayaran Nomor


Nomor Kreditur
Register Hutang Keringanan Tanggal Nilai SPPNL
1 2010 Dit. PKNSI, DJKN Eks. BPPN Rp 10.545.455 60%+50% 28/6/2021 Rp 2.109.091 SPPNL-90/PUPNC.20.01/2021
2 2015 RSUP Sanglah Denpasar Rp 51.374.026 60%+50% 2/6/2021 Rp 9.911.169 SPPNL-085/PUPNC.20.02/2021
3 2016 KKP Kelas I Denpasar Rp 13.360.000 60%+50% 5/18/2021 Rp 2.672.000 SPPNL-080/PUPNC.20.02/2021
4 2016 LPP TVRI Cabang Bali Rp 6.590.909 60%+50% 29/6/2021 Rp 1.318.181 SPPNL-91/PUPNC.20.01/2021
5 2018 KKP Kelas I Denpasar Rp 34.810.000 60%+50% 5/5/2021 Rp 6.962.000 SPPNL-076/PUPNC.20.01/2021
6 2018 KKP Kelas I Denpasar Rp 36.540.000 60%+50% 5/6/2021 Rp 7.308.000 SPPNL-077/PUPNC.20.01/2021
7 2018 KKP Kelas I Denpasar Rp 51.480.000 60%+50% 18/5/2021 Rp 10.296.000 SPPNL-081/PUPNC.20.01/2021
8 2018 KKP Kelas I Denpasar Rp 44.250.000 60%+50% 2/6/2021 Rp 8.850.000 SPPNL-082/PUPN.20.01/2021
9 2018 KKP Kelas I Denpasar Rp 14.110.000 60%+50% 16/6/2021 Rp 2.822.000 SPPNL-88/PUPNC.20.01/2021
10 2018 KKP Kelas I Denpasar Rp 17.990.000 60%+50% 28/4/2021 Rp 3.598.000 SPPNL-074/PUPN.20.01/2021
11 2019 KKP Kelas I Denpasar Rp 59.443.254 60%+50% 18/5/2021 Rp 11.655.540 SPPNL-078/PUPNC.20.01/2021
12 2019 KKP Kelas I Denpasar Rp 67.417.920 60%+50% 28/4/2021 Rp 13.483.584 SPPNL-073/PUPNC.20.01/2021
13 2019 RSUP Sanglah Denpasar Rp 9.856.887 60%+50% 2/6/2021 Rp 1.971.377 SPPNL-084/PUPN.20.01/2021
14 2019 RSUP Sanglah Denpasar Rp 14.693.200 60%+50% 15/6/2021 Rp 2.938.640 SPPNL-086/PUPNC.20.01/2021
15 2020 KKP Kelas I Denpasar Rp 15.023.376 60%+50% 7/4/2021 Rp 2.945.760 SPPNL-072/PUPNC.20.02/2021
16 2020 KKP Kelas I Denpasar Rp 32.106.744 60%+50% 17/5/2021 Rp 6.295.440 SPPNL-079/PUPNC.20.01/2021
17 2020 RSUP Sanglah Denpasar Rp 24.909.800 60%+30% 18/8/2021 Rp 6.974.744 SPPNL-93/PUPNC.20.01/2021
18 2020 RSUP Sanglah Denpasar Rp 27.344.700 60%+20% 17/12/2021 Rp 8.446.450 SPPNL-104/PUPNC.20.02/2021
19 2020 RSUP Sanglah Denpasar Rp 4.822.000 60%+20% 11/10/2021 Rp 1.543.040 SPPNL-98/PUPNC.20.01/2021
20 2020 RSUP Sanglah Denpasar Rp 15.517.400 60%+50% 23/6/2021 Rp 3.103.480 SPPNL-89/PUPNC.20.01/2021
21 2020 RSUP Sanglah Denpasar Rp 23.402.068 60%+30% 28/9/2021 Rp 6.552.579 SPPNL-65/PUPNC.20.01/2021
22 2020 Dit. PKNSI, DJKN Eks. BPPN Rp 635.000 60%+30% 17/12/2021 Rp 176.000 SPPNL-103/PUPNC.20.01/2021
TOTAL Rp 576.222.739 Rp 121.933.075
107

Lampiran 7 Data Realisasi Pelunasan Pengurusan Piutang Negara Di Luar

Mekanisme Crash Program Tahun 2021


Tahun Saldo Nilai Nomor
Kreditur
Register Hutang Pembayaran SPPNL
2008 Kantor Wilayah DJBC Bali, NTB dan NTT Rp 50.000.000 Rp 50.000.000 SPPNL-11/PUPNC.20.01/2021
2008 Kantor Wilayah DJBC Bali, NTB dan NTT Rp 25.000.000 Rp 25.000.000 SPPNL-12/PUPNC.20.01/2021
2017 Direktorat PKNSI DJKN (Eks. BPPN) Rp 63.049 Rp 63.049 SPPNL-009/PUPNC.20.01/2021
2017 Direktorat PKNSI DJKN (Eks. BPPN) Rp 70.541 Rp 70.541 SPPNL-008/PUPNC.20.01/2021
2017 Badan Rumah Sakit Umum Tabanan Rp 576.290 Rp 576.290 SPPNL-10/PUPNC.20.01/2021
2017 BPJS Ketenagakerjaan Bali II - Gianyar Rp 6.106.403 Rp 6.106.403 SPPNL-16/PUPNC.20.01/2021
2017 Badan Rumah Sakit Umum Tabanan Rp 225.000 Rp 225.000 SPPNL-99/PUPNC.20.01/2021
2017 BPJS Ketenagakerjaan Bali II - Gianyar Rp 17.391.221 Rp 17.391.221 SPPNL-96/PUPNC.20.01/2021
2018 Direktorat PKNSI DJKN (Eks. BDL) Rp 9.304.160 Rp 9.304.160 SPPNL-006/PUPNC.20.01/2021
2018 Direktorat PKNSI DJKN (Eks. BDL) Rp 5.627.135 Rp 5.627.135 SPPNL-002/PUPNC.20.01/2021
2018 BPJS Ketenagakerjaan Bali II - Gianyar Rp 6.604.000 Rp 6.604.000 SPPNL-13/PUPNC.20.01/2021
2018 Direktorat PKNSI DJKN (Eks. BDL) Rp 1.020.689 Rp 1.020.689 SPPNL-3/PUPNC.20.01/2021
2018 BPJS Ketenagakerjaan Bali II - Gianyar Rp 6.439.262 Rp 6.439.262 SPPNL-15/PUPNC.20.01/2021
2018 BPJS Ketenagakerjaan Bali II - Gianyar Rp 11.547.232 Rp 11.547.232 SPPNL-14/PUPNC.20.01/2021
2019 RSUD Mangusada Badung Rp 52.800 Rp 52.800 SPPNL-51/PUPNC.20.01/2021
2019 RSUD Mangusada Badung Rp 33.000 Rp 33.000 SPPNL-50/PUPNC.20.01/2021
2019 RSUD Mangusada Badung Rp 43.000 Rp 43.000 SPPNL-48/PUPNC.20.01/2021
2019 RSUD Mangusada Badung Rp 31.000 Rp 31.000 SPPNL-49/PUPNC.20.01/2021
2019 RSUD Mangusada Badung Rp 83.000 Rp 83.000 SPPNL-39/PUPNC.20.01/2021
2019 Direktorat PKNSI DJKN (Eks. BDL) Rp 575.153.687 Rp 575.153.687 SPPNL-001/PUPNC.20.01/2021
2019 Direktorat PKNSI DJKN (Eks. BDL) Rp 554.731.910 Rp 554.731.910 SPPNL-4/PUPNC.20.01/2021
2020 RSUD Mangusada Badung Rp 36.500 Rp 36.500 SPPNL-18/PUPNC.20.01/2021
2020 RSUD Mangusada Badung Rp 38.000 Rp 38.000 SPPNL-19/PUPNC.20.01/2021
2020 RSUD Mangusada Badung Rp 38.000 Rp 38.000 SPPNL-20/PUPNC.20.01/2021
2020 RSUD Mangusada Badung Rp 47.000 Rp 47.000 SPPNL-21/PUPNC.20.01/2021
2020 RSUD Mangusada Badung Rp 38.000 Rp 38.000 SPPNL-22/PUPNC.20.01/2021
2020 RSUD Mangusada Badung Rp 47.000 Rp 47.000 SPPNL-23/PUPNC.20.01/2021
2020 RSUD Mangusada Badung Rp 38.000 Rp 38.000 SPPNL-24/PUPNC.20.01/2021
2020 RSUD Mangusada Badung Rp 47.000 Rp 47.000 SPPNL-25/PUPNC.20.01/2021
2020 RSUD Mangusada Badung Rp 47.000 Rp 47.000 SPPNL-37/PUPNC.20.01/2021
2020 RSUD Mangusada Badung Rp 47.000 Rp 47.000 SPPNL-36/PUPNC.20.01/2021
2020 RSUD Mangusada Badung Rp 47.000 Rp 47.000 SPPNL-35/PUPNC.20.01/2021
2020 RSUD Mangusada Badung Rp 47.000 Rp 47.000 SPPNL-34/PUPNC.20.01/2021
2020 RSUD Mangusada Badung Rp 47.000 Rp 47.000 SPPNL-33/PUPNC.20.01/2021
2020 RSUD Mangusada Badung Rp 33.100 Rp 33.100 SPPNL-32/PUPNC.20.01/2021
2020 RSUD Mangusada Badung Rp 47.000 Rp 47.000 SPPNL-31/PUPNC.20.01/2021
2020 RSUD Mangusada Badung Rp 41.400 Rp 41.400 SPPNL-30/PUPNC.20.01/2021
2020 RSUD Mangusada Badung Rp 237.300 Rp 237.300 SPPNL-29/PUPNC.20.01/2021
2020 RSUD Mangusada Badung Rp 47.000 Rp 47.000 SPPNL-45/PUPNC.20.01/2021
2020 RSUD Mangusada Badung Rp 47.000 Rp 47.000 SPPNL-26/PUPNC.20.01/2021
2020 RSUD Mangusada Badung Rp 47.000 Rp 47.000 SPPNL-38/PUPNC.20.01/2021
2020 RSUD Mangusada Badung Rp 47.000 Rp 47.000 SPPNL-28/PUPNC.20.01/2021
2020 RSUD Mangusada Badung Rp 47.000 Rp 47.000 SPPNL-27/PUPNC.20.01/2021
2020 RSUD Mangusada Badung Rp 45.000 Rp 45.000 SPPNL-60/PUPNC.20.01/2021
2020 RSUD Mangusada Badung Rp 31.500 Rp 31.500 SPPNL-61/PUPNC.20.01/2021
2020 RSUD Mangusada Badung Rp 45.000 Rp 45.000 SPPNL-62/PUPNC.20.01/2021
2020 RSUD Mangusada Badung Rp 38.000 Rp 38.000 SPPNL-59/PUPNC.20.01/2021
2020 RSUD Mangusada Badung Rp 36.000 Rp 36.000 SPPNL-58/PUPNC.20.01/2021
2020 RSUD Mangusada Badung Rp 31.500 Rp 31.500 SPPNL-57/PUPNC.20.01/2021
2020 Ditjen SDPPI - Kemenkominfo Rp 3.044.292 Rp 3.044.292 SPPNL-100/PUPNC.20.01/2021
2020 Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Ngurah Rai Rp 50.000.000 Rp 50.000.000 SPPNL-83/PUPNC.20.01/2021
2020 Ditjen SDPPI - Kemenkominfo Rp 334.374 Rp 334.374 SPPNL-92/PUPNC.20.01/2021
2020 Ditjen SDPPI - Kemenkominfo Rp 822.947 Rp 822.947 SPPNL-5/PUPNC.20.01/2021
2020 Ditjen SDPPI - Kemenkominfo Rp 2.669.965 Rp 2.669.965 SPPNL-97/PUPNC.20.01/2021
2020 Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Rp 4.972.500 Rp 4.972.500 SPPNL-102/PUPNC.20.01/2021
2020 Direktorat PKNSI DJKN (Eks. BPPN) Rp 770.000 Rp 770.000 SPPNL-007/PUPNC.20.01/2021
2020 RSUD Mangusada Badung Rp 10.000 Rp 10.000 SPPNL-54/PUPNC.20.01/2021
2020 RSUD Mangusada Badung Rp 46.000 Rp 46.000 SPPNL-55/PUPNC.20.01/2021
2020 RSUD Mangusada Badung Rp 46.000 Rp 46.000 SPPNL-56/PUPNC.20.01/2021
2020 RSUD Mangusada Badung Rp 46.000 Rp 46.000 SPPNL-52/PUPNC.20.01/2021
2020 RSUD Mangusada Badung Rp 30.000 Rp 30.000 SPPNL-53/PUPNC.20.01/2021
2020 Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Rp 92.500 Rp 92.500 SPPNL-87/PUPNC.20.01/2021
2021 Direktorat PKNSI DJKN (Eks. BDL) Rp 569.594.244 Rp 569.594.244 SPPNL-017/PUPNC.20.01/2021
2021 RSUD Mangusada Badung Rp 34.500 Rp 34.500 SPPNL-63/PUPNC.20.01/2021
2021 RSUD Mangusada Badung Rp 12.500 Rp 12.500 SPPNL-64/PUPNC.20.01/2021
2021 RSUD Mangusada Badung Rp 34.500 Rp 34.500 SPPNL-65/PUPNC.20.01/2021
2021 RSUD Mangusada Badung Rp 44.500 Rp 44.500 SPPNL-66/PUPNC.20.01/2021
2021 RSUD Mangusada Badung Rp 44.500 Rp 44.500 SPPNL-67/PUPNC.20.01/2021
2021 RSUD Mangusada Badung Rp 34.500 Rp 34.500 SPPNL-68/PUPNC.20.01/2021
2021 RSUD Mangusada Badung Rp 34.500 Rp 34.500 SPPNL-46/PUPNC.20.01/2021
2021 RSUD Mangusada Badung Rp 20.000 Rp 20.000 SPPNL-71/PUPNC.20.01/2021
2021 RSUD Mangusada Badung Rp 46.000 Rp 46.000 SPPNL-70/PUPNC.20.01/2021
2021 RSUD Mangusada Badung Rp 15.000 Rp 15.000 SPPNL-69/PUPNC.20.01/2021
2021 RSUD Mangusada Badung Rp 15.000 Rp 15.000 SPPNL-101/PUPNC.20.01/2021
2021 RSUD Mangusada Badung Rp 44.500 Rp 44.500 SPPNL-40/PUPNC.20.01/2021
2021 RSUD Mangusada Badung Rp 30.000 Rp 30.000 SPPNL-41/PUPNC.20.01/2021
2021 RSUD Mangusada Badung Rp 15.000 Rp 15.000 SPPNL-43/PUPNC.20.01/2021
2021 RSUD Mangusada Badung Rp 10.000 Rp 10.000 SPPNL-42/PUPNC.20.01/2021
2021 RSUD Mangusada Badung Rp 34.500 Rp 34.500 SPPNL-44/PUPNC.20.01/2021
2021 RSUD Mangusada Badung Rp 34.500 Rp 34.500 SPPNL-47/PUPNC.20.01/2021
2021 Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Rp 34.194.800 Rp 34.194.800 SPPNL-94/PUPNC.20.01/2021
TOTAL Rp 1.938.666.301 Rp 1.938.666.301
108

Lampiran 8 Data Realisasi Penarikan Piutang Negara Di Luar Mekanisme Crash

Program Tahun 2021

Tahun Penyerah Saldo Nomor Nilai


Nomor Register
Register Piutang Hutang SPPNS Penarikan
2018 SP3N-133/PUPNC.20.01/2018 BPJS Ketenagakerjaan Rp 63.742.312 SPPNS-01/PUPNC.20.01/2021 Rp 63.742.312
2019 SP3N-1179/PUPNC.20.01/2019 BPJS Ketenagakerjaan Rp 161.077.488 SPPNS-02/PUPNC.20.01/2021 Rp 161.077.488
TOTAL Rp 224.819.800

Lampiran 9 Data Realisasi Piutang Negara Yang Dapat Diselesaikan (PNDS)

Tahun 2021

Jumlah
Indikator
Capaian
Pembayaran/Angsuran Rp 1.363.636.364
Pengembalian Rp 12.783.320.789
PSBDT Rp 3.910.414.216
SPPNL Crash Program Rp 121.933.075
SPPNL di luar Crash Program Rp 1.938.666.301
Penarikan Rp 224.819.800
TOTAL Rp 20.342.790.544
SURAT RISET

109
110
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

Pande Putu Devi Widya Savitri Oka. Lahir pada

tanggal 24 November 2001, di Kabupaten Gianyar

Provinsi Bali. Penulis merupakan anak pertama dari 3

(tiga) bersaudara, dari pasangan Pande Made Oka Dwi

Artana dan Ni Ketut Pande Sri Widnyani.

Penulis pertama kali menempuh jenjang pendidikan formal di SD Negeri 1

Gianyar pada tahun 2007 dan tamat pada tahun 2013. Penulis melanjutkan jenjang

pendidikan ke SMP Negeri 3 Gianyar pada tahun 2013 hingga tahun 2016.

Setelah menyelesaikan pendidikan di SMP, penulis melanjutkan ke SMA Negeri 1

Semarapura dan tamat pada tahun 2019. Pada tahun yang sama penulis terdaftar

sebagai Mahasiswa di Politeknik Keuangan Negara STAN Program Studi

Manajemen Aset Jurusan Manajemen Keuangan melalui Seleksi Penerimaan

Mahasiswa Baru (SPMB).

111

Anda mungkin juga menyukai