Anda di halaman 1dari 80

DAMPAK PENGGUNAAN MEDIA BELAJAR ZOOM TERHADAP

MINAT BELAJAR MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

DI SEKOLAH TINGGI TEOLOGI EFATA SALATIGA

DI ERA PANDEMI COVID-19

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Agama Kristen (S.Pd).

Disusun Oleh :

Jemi A Asbanu

NIM : 18 311 433

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI EFATA

SALATIGA

2022

i
DAFTAR ISI
Bab I Pendahuluan

1.1. Latar

Belakang..............................................................................................1

1.2. Rumusan

Masalah.........................................................................................12

1.3. Tujuan

Penelitian...........................................................................................12

1.4. Manfaat

Penelitian........................................................................................13

1.4.1.Manfaat Secara Teoritis..................................................................13

1.4.2. Manfaat Secara Praktis...................................................................13

1.5. Batasan Masalah............................................................................................14

1.6. Sistematika

Penulisan....................................................................................14

Bab II Landasan Teori

2.1. Dasar Pendidikan Agama Kristen................................................................15

2.1.1. Pendidikan AgamaKristen Dalam Perjanjian Lama.....................16

2.1.2. Pendidikan Agama Kristen Dalam Perjanjian Baru......................21

2.2. Pendidikan Agama Kristen...........................................................................24

ii
2.2.1. Pengertian Pendidikan Agama Kristen..........................................24

2.2.2. Hakikat Pendidikan Agama kristen...............................................27

2.2.3. Tujuan Pendidikan Agama Kristen................................................28

2.3. Media Belajar................................................................................................29


2.3.1. Pengertian Media Belajar...............................................................29

2.3.2. Manfaat Media Belajar...................................................................32

2.3.3. Fungsi Media Belajar......................................................................33

2.3.4. Jenis-Jenis Media belajar.................................................................35

2.3.4.1. Media Belajar dalam Perjanjian Lama.............................38

2.3.4.2. Media Belajar Dalam Perjanjian Baru..............................40

2.5. Media Belajar Zoom.......................................................................................42

2.5.1. Latar Belakang Media Belajar Zoom..............................................42

2.5.2. Pengertian Media Belajar Zoom.....................................................43

2.5.3. Manfaat Media Belajar Zoom..........................................................44

2.5.4. Kelebihan Media Belajar Zoom.......................................................46

2.5.5. Kekurangan Media Belajar Zoom....................................................47

2.5.6. Dampak Media Belajar Zoom........................................................48

2.6. Minat Belajar...................................................................................................52

2.6.1. Pengertian Minat Belajar..................................................................52

iii
2.6.2. Unsur-Unsur Minat Belajar..............................................................54

2.6.3. Fungsi Minat Dalam belajar.............................................................55

2.6.4. Pentingnya Pengukuran Minat Belajar.............................................56

2.6.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar..........................57

Bab III Metodologi Penelitian

3.1. Pengertian Metodologi Penelitian................................................................58

3.2. Jenis dan Metodologi Penelitian...................................................................58

3.3. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data...............................................60

3.3.1. Sumber Data...................................................................................61

3.3.2. Teknik Pengumpulan Data.............................................................61

3.3.2.1. Observasi.........................................................................62

3.3.2.2. Wawancara......................................................................62

3.4. Instrumen Penelitian......................................................................................64

3.5. Teknik Analisa Data......................................................................................65

3.6. Penguji Kredibilitas.......................................................................................67

3.6.1. Perpanjangan Pengamatan..............................................................67

3.6.2. Peningkatan ketekunan dan Penelitian...........................................67

Bab VI Hasil Penelitian dan Pembahasan.............................................................

iv
Bab V Penutup......................................................................................................

5.1 Kesimpulan......................................................................................................

5.2. Saran..............................................................................................................

Daftar Pustaka......................................................................................................69

Lampiran..............................................................................................................75

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan bagian penting yang harus diberikan kepada anak dan

tidak bisa terpisah dari kehidupan setiap manusia. Pendidikan itu sendiri di atur

dalam UUD RI 1945 pasal 28c ayat (1) yang berisi dan menjelaskan tentang hak

setiap orang untuk dapat merasakan dan memperoleh pendidikan serta manfaat

dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya.1

Pendidikan yang diberikan kepada anak bukan hanya berisi pembelajaran

tentang sains atau matematika, akan tetapi anak juga perlu untuk memperoleh

pembelajaran agama kristen dalam kehidupannya. Pendidikan adalah upaya untuk

mengembangkan gagasan, pikiran dan karya manusia serta potensi yang ada di

dalam diri seseorang sehingga mampu untuk menjadi lebih baik.2

1
UUD RI 1945 Pasal 28c Ayat ( 1)

2
Amos Neolaka dan Grace Amialia A. Neolaka, Landasan Pendidikan ( Jakarta :
Kencana, 2017 ), 9

v
Pendidikan berarti suatu kegiatan yang mengubah diri seseorang untuk

menjadi lebih baik dan yang dilakukan secara sadar dan berlangsung dua arah

serta mampu mengubah kehidupan seseorang dalam pola pikir sehingga mampu

berkembang dan berbeda dari sebelumnya. Pendidikan merupakan kegiatan untuk

membimbing anak manusia untuk menuju kedewasaan dan kemandirian. Hal ini

digunakan untuk bisa menambah wawasan atau pola pikir yang baik untuk

kehidupannya dimasa yang akan mendatang.

Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran, keterampilan, atau

kebiasaan yang dilakukan oleh sekumpulan orang secara berkelanjutan melalui

pelajaran, pelatihan, dan penelitian. Pendidikan ini sangat memiliki peran yang

paling penting dalam meningkatkan pengetahuan seseorang karena, melalui

pendidikan orang bisa dapat menambah wawasan, mengalami perubahan, dan

bertambah ilmu pengetahuannya yang didapatkan oleh seseorang. Salah satunya

dalam pendidikan agama kristen, di mana pendidikan agama kristen ini bisa dapat

dipelajari dimana saja, bukan hanya disekolah saja namun dirumah maupun

digereja seseorang bisa dapat belajar dan menambah ilmu atau wawasan.

Pendidikan adalah usaha-usaha yang dilakukan secara sadar serta

terencana demi mewujudkan keadaan belajar serta sistem evaluasi untuk anak atau

peserta didik dengan aktif menumbuhkan kemampuan yang ada pada diri

seseorang demi menumbuhkan pengetahuan spiritual, cara pengendalian diri,

potensi kecerdasan, nilai-nilai kepribadian, akhlak serta keterampilan. Dengan

kata lain pendidikan merupakan sistem evaluasi bagi peserta didik agar dapat

mengetahui, memahami, serta menjadikan manusia lebih kritis saat berfikir.

vi
Pendidikan Agama Kristen dapat berupa pendidikan formal dan

pendidikan Informal. Pendidikan Formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur

dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan

pendidikan tingggi.3 Sedangkan pendidikan informal adalah jalur pendidikan yang

dilakukan keluarga dan lingkungan dimana kegiatan belajarnya dilakukan secara

mandiri. Jalur pendidikan ini diberikan kepada setiap individu sejak lahir dan

sepanjang hayatnya, baik keluarga maupun lingkungannya. Jalur pendidikan ini

akan menjadi dasar yang akan membentuk kebiasaan, watak, dan perilaku

seseorang dimasa depan. Informal misalnya dalam keluarga untuk membangun

kerohanian mereka.4 Pendidikan formal sangat penting karena melalui pendidikan

formal bertujuan untuk mancapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan Agama

Kristen merupakan pendidikan formal karena pendidikan ini berlangsung di setiap

sekolah, atau lembaga.

Didalam dunia pendidikan tidak dapat memandang dari mana, siapa, dan

dari kalangan mana. Pendidikan Formal ini bisa ditempuh oleh semua orang. bisa

mendapatkan pendidikan yang baik dan yang bisa mengubah setiap pola pikir

manusia menjadi lebih berkualitas dan dapat berpikir secara kritis. Tujuan

pendidikan merupakan suatu faktor yang sangat penting di dalam pendidikan

karena tujuan pendidikan adalah gambaran kondisi akhir atau nilai-nilai yang

ingin dicapai dari suatu proses pendidikan.5 Tujuan pendidikan adalah untuk
3
Shanan, Jurnal Pendidikan Agama Kristen (Jakarta: UKI Press, 2017), 137.

4
Https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pendidikan-informal.html, akses Kamis
10/02/2022, 22:00 WIB

5
Ma’a Shobiin, Konsep dan Implementasi Kurikulum Di Sekolah Dasar, (Yogyakarta:
Deeppublisher, 2016), 12

vii
mencapai tujuan yang lebih baik dan bisa ditentukan melaui setiap usaha yang

lebih baik. Proses pendidikan merupakan hal-hal yang menyangkut langkah atau

sistematika atau urutan jalannya suatu kegiatan.6

Proses pendidikan merupakan suatu kegiatan yang berlangsung antara

Guru dengan siswa didalam kelas. Proses ini dapat merujuk pada proses

pembentukan kepribadian siswa, menyiapkan mental, dan pengetahuan para siswa

serta mempersiapkan tenaga kerja dimasa-masa yang akan mendatang.

Komponen pembelajaran terdiri dari Tujuan, Materi, Strategi belajar,

Metode belajar, Media belajar, dan Evaluasi hasil belajar. Dan untuk mencapai

tujuan pembelajaran harus ada materi yang telah dipersiapkan oleh guru. Dalam

proses ini guru bisa menyampaikan materi dengan baik kepada siswa. Dalam

proses ini guru berusaha menyampaikan materi dengan jelas dan berusaha

membangkitkan semangat siswa, kegiatan belajar mengajar pun tidak kaku dan

tidak ada suatu komunikasi yang tidak baik antar guru sama siswa. dalam proses

ini pun guru bisa mengajak siswa untuk berpikir secara kritis dan dalam

meningkatkan kemampuan dalam belajar sesuai dengan materi yang akan

disampaikan oleh guru.

Ada beberapa faktor penyebab tercapainya suatu proses belajar mengajar

didalam kelas yaitu strategi, metode, dan media yang digunakan oleh guru

didalam kelas. Salah satu penunjang keberhasilan dalam proses belajar mengajar

adalah dengan menggunakan media belajar. Media pembelajaran adalah salah satu

6
Tholib Khasan, Dasar-Dasar Pendidikan (Jakarta: Studia Pers, 2009), 22

viii
cara atau alat bantu yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Media

pembelajaran ini sangat penting diperlukan untuk bisa membantu mempermudah

guru dalam menyampaikan materi. Siswa akan dengan mudah untuk menyerap

dan memahami materi yang disampaikan guru didalam kelas. Ada berbagai media

yang digunakan oleh guru dalam memudahkan proses belajar mengajar yaitu

media Proyektor, Laptop, komputer, Zoom, WhatsApp, Google Class Room, dan

Google Meet. Salah satu media yang digunakan adalah media zoom.

Pada tahun 2019, virus corona (Covid-19) mulai terdeteksi di Wuhan,

China. WHO menyatakan penyakit tersebut sebagai pandemi dan mulai masuk ke

Indonesia pada 2 Maret 2020. Tidak hanya di Indonesia tetapi seluruh dunia

merasakan dampaknya. Akibat wabah ini, banyak industri pariwisata, Rumah

sakit, Pendidikan dan sektor lain mengalami kesulitan. Untuk menghindari

dampak pandemi ini, pemerintah dengan ini bekerja keras untuk menutup semua

kegiatan di luar ruangan, dan mereka yang ingin berpergian harus mematuhi

peraturan 3M, yaitu memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan menjaga

jarak.

Munculnya virus Corona ini menimbulkan banyak dampak tidak hanya di

Indonesia tetapi seluruh dunia merasakan dampaknya. Pandemi virus corona yang

menyebabkan Covid-19 semakin menghantam ekonomi global. Daerah pun

kemudian secara cepat menerapkan protokol kesehatan yang menyesuaikan

dengan Pemerintah Pusat kepada pengunjung. Hal ini dilakukan Kebijakan

Pemerintah kepada setiap para masyarakat untuk memutuskan penyebaran Covid-

19 ini. Kebijakan Pemerintah menghimbau kepada pengunjung agar melakukan

ix
jaga jarak (social distancing) dan sebaiknya mengisolasi mandiri dirumah. Hal ini

akan berdampak pada berkurangnya daya beli masyarakat sehingga mengancam

pada perekonomian masyarakat termasuk Usaha-usaha Kecil yang ada pada

kawasan ekonomi yang ada di Indonesia atau di dunia ini. Adanya Covid-19

dapat menghambat perkembangan usaha-usaha yang di dunia ini.

Sebelum virus corona (Covid-19) terjadi di Indonesia maka Sekolah

Tinggi Teologi Efata Salatiga biasanya menggunakan media belajar yang normal

yaitu menggunakan Lcd, White Board, Computer, Laptop itu merupakan media

pembelajaran yang paling utama didalam kelas. Dan pada umumnya beberapa

media pembelajaran yang sudah tertera diatas biasanya digunakan dosen maupun

mahasiswa untuk menjelaskan materi pembelajaran atau melakukan evaluasi.

Dampak virus corona bagi dunia pendidikan adalah perubahan sistem

pembelajaran dari offline menjadi online. Dampaknya akan terjadi pada Metode

belajar, strategi belajar dan media belajar dari media ini pun berdampak bagi

Dosen dan Mahasiswa. Dengan demikian tentu saja membutuhkan media yang

sangat berbeda yaitu sebelum pandemi terjadi media pembelajaran yang

digunakan adalah Lcd, Laptop, Komputer, dan White Board/ Papan Tulis.

Namun, ketika pandemi sudah terjadi didunia pendidikan maka media

pembelajaran yang digunakan adalah media zoom. Dampak dari media

pembelajaran offline maupun online ternyata salah satunya adalah Lembaga

Sekolah Tinggi Teologi Efata Salatiga dasarnya adalah pengajarnya banyak yang

x
dari luar kota sehingga ini adalah salah satu faktor bagi pengajar yang dari luar

kota.

Media yang umum selama ini dipakai oleh dosen adalah media zoom.

Lembaga Sekolah Tinggi Teologi Efata Salatiga ini memfasilitas yaitu Wifi

selama 24 jam. ternyata ini merupakan salah satu langkah yang diambil oleh

lembaga Sekolah Tinggi Teologi Efata Salatiga untuk merealisasikan atau

memudahkan dalam melakukan pembelajaran. Namun, ada beberapa mahasiswa

yang tidak mempunyai hand phone yang canggih maka ia harus bergabung

dengan temannya sehingga ini menjadi suatu kesulitan bagi para mahasiswa. Ada

aplikasinya tetapi kalau wifi nya tidak ada ini juga menjadi satu kendala bagi

mahasiswa ternyata penambahan daya sehingga bisa menolong mahasiswa.

Semula media ini dianggap media yang paling tepat, namun dalam

kenyataan terdapat masalah atau kendala. Pencapaian hasil yang lebih baik tentu

membutuhkan usaha yang baik. Oleh karena itu, dosen perlu menggunakan

seluruh kemampuannya untuk mengajar mahasiswa lebih baik dan bisa menerima

pelajaran yang disampaikan oleh dosen dengan baik.

Metode belajar dan media belajar memberikan pengaruh kepada minat

belajar mahasiswa. Perubahan media dan metode akan mempengaruhi minat,

media belajar dan metode belajar ternyata memberikan pengaruh kepada minat

belajar mahasiswa karena, adanya perubahan metode dan media.

xi
Berdasarkan hasil wawancara dengan mahasiswa Prodi Pendidikan

Agama Kristen di Sekolah Tinggi Teologi Efata Salatiga mengenai minat belajar

ketika menggunakan media belajar:

Menurut salah satu mahasiswa angkatan 2018/2019 berinisial MB.

Ketika media belajar atau metode belajar yang dipakai oleh dosen itu berbeda

ternyata minat belajarnya juga berbeda. Karena, ketika menggunakan media

belajar yang berbeda atau metode belajar yang berbeda maka minat belajarnya

menurun. Dan membuatnya tidak ada semangat untuk mengikuti perkuliahan

karena, media nya hanya zoom saja.7

Menurut salah satu mahasiswa angkatan 2018/2019 berinisial YL. Ketika

media belajar atau metode belajar yang dipakai oleh dosen itu berbeda atau media

nya hanya itu saja. Meskipun media belajar dan metode belajar yang dipakai

berbeda tetapi, minat belajar nya lebih tinggi. Karena, ia memiliki minat belajar

yang lebih tinggi dan memiliki semangat yang tinggi. ketika media belajar dan

metode belajar diganti oleh dosen minat belajarnya pun tetap tinggi.8

Menurut salah satu mahasiswa angkatan 2019/2020 berinisial N. Ketika

media belajar atau metode belajar yang dipakai oleh dosen itu berbeda ternyata

minat belajarnya juga meningkat . Karena, ketika menggunakan media belajar

yang berbeda atau metode belajar yang berbeda maka minat belajarnya lebih

meningkat. Dan ketika media belajar atau metode belajarnya berbeda, dan minat
7
Hasil Wawancara dengan MB, Mahasiswa Pendidikan Agama Kristen angkatan
2018/2019. Minggu, 06 Maret 2022, Pkl 19-selesai

8
Hasil Wawancara dengan YL, Mahasiswa Pendidikan Agama Kristen angkatan
2018/2019. Minggu, 06 Maret 2022, Pkl 18-selesai

xii
belajarnya lebih meningkat dan mempunyai semangat yang lebih tinggi dalam

mengikuti proses pembelajaran.9

Menurut salah satu mahasiswa angkatan 2019/2020 berinisial SU. Ketka

media belajar atau metode belajar yang dipakai oleh dosen itu tidak pernah

diganti. ternyata minat belajarnya lebih meningkat . Meskipun dosen memakai

media belajar atau metode belajar yang berbeda tetapi minat belajarnya lebih

meningkat meskipun didalam proses pembelajaran itu ada gangguan namun minat

belajarnya tetap meningkat. Jadi, meskipun dosen tersebut tidak mengganti

metode belajar atau media belajar, namun minat belajarnya tetap meningkat.

Karena, mempunyai minat belajar yang lebih tinggi .10

Menurut salah satu mahasiswa angkatan 2020/2021 berinisial L. Ketika

media belajar atau metode belajar yang dipakai oleh dosen berbeda maka minat

belajar nya berbeda juga. Tetapi, Minat belajarnya bertambah meskipun metode

belajarnya berbeda-beda. Dan meskipun dosen memakai media apa saja tetapi

justru minat belajarnya lebih meningkat dan semangat belajarnya lebih Tinggi.11

Menurut salah satu mahasiswa angkatan 2020/2021 berinisial TZ. Ketika

media belajar atau metode belajar yang dipakai oleh dosen berbeda maka minat

9
Hasil Wawancara dengan N, Mahasiswa Pendidikan Agama Kristen angkatan
2019/2020. Senin, 28 Maret 2022, Pkl 07:30-selesai

10
Hasil Wawancara dengan SU, Mahasiswa Pendidikan Agama Kristen angkatan
2019/2020. Senin, 28 Maret 2022, Pkl 09:30-selesai

11
Hasil Wawancara dengan L, Mahasiswa Pendidikan Agama Kristen angkatan
2020/2021. Minggu, 06 Maret 2022, Pkl 15-selesai

xiii
belajar nya berbeda.Ternyata media belajar atau metode belajar yang

mempengaruhi minat belajar nya lebih meningkat. Jika, dosen tidak mengubah

media atau metode belajar, tetapi pengaruh minat belajarnya itu lebih meningkat

dan semangat belajarnya lebih tinggi.12

Menurut salah satu mahasiswa angkatan 2021/2022 berinisial AZ. Ketika

media belajar atau metode belajar yang dipakai oleh dosen berbeda maka minat

belajarnya berbeda. Ternyata media belajar atau metode belajar yang

mempengaruhi minat belajarnya biasa-biasa saja. Meskipun dosen menggunakan

media belajar atau metode belajar berbeda-beda, tetapi pengeruh minat belajarnya

biasa-biasa saja13

Menurut salah satu mahasiswa angkatan 2021/2022 berinisial YZ. Ketika

media belajar atau metode belajar yang dipakai oleh dosen berbeda maka Minat

belajarnya berbeda. Ternyata media atau metode yang mempengaruhi minat

belajarnya lebih meningkat. Meskipun dosen menggunakan media belajar atau

metode belajar nya tidak di ubah, tetapi pengaruh minat belajar nya lebih

meningkat dan membuatnya lebih semangat untuk mengikuti setiap proses

pembelajaran14

Jadi, ada 8 orang mahasiswa yang telah diwawancarai diatas maka dapat

disimpulkan bahwa 1 orang mahasiswa yang minat belajarnya menurun, 1


12
Hasil Wawancara dengan TZ, Mahasiswa Pendidikan Agama Kristen angkatan
2020/2021. Minggu, 06 Maret 2022, Pkl 20-selesai

13
Hasil Wawancara dengan AZ, Mahasiswa Pendidikan Agama Kristen angkatan
2021/2022. Senin, 28 Maret 2022, Pkl 08.00-selesaiss

14
Hasil Wawancara dengan YZ, Mahasiswa Pendidikan Agama Kristen angkatan
2021/2022. Senin, 28 Maret 2022, Pkl 18.15--selesai

xiv
mahasiswa yang minat belajarnya biasa-biasa saja, dan 6 mahasiswa yang minat

belajarnya meningkat. Setelah menggunakan media belajar zoom. Dapat

disimpulkan bahwa media belajar zoom memiliki dampak terhadap minat belajar

maahasiswa. Dari uraian latar belakang tersebut diatas, maka penulis ingin lebih

lanjut meneliti tentang judul:“Dampak Penggunaan Media Belajar Zoom

Terhadap Minat Belajar Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Kristen Di

Sekolah Tinggi Teologi Efata Di Era Pandemi Covid-19”.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1.2.1. Bagaimana minat belajar mahasiswa Prodi Pendidikan Agama

Kristen Di Sekolah Tinggi Teologi Efata Salatiga di era Pandemi

Covid-19?

1.2.2. Bagaimana cara penggunaan media belajar zoom untuk

menyampaikan materi pembelajaran kepada Mahasiswa Prodi

xv
Pendidikan Agama Kristen Di Sekolah Tinggi Teologi Efata

Salatiga Di era Pandemi Covid-19?

1.2.3. Bagaimana Dampak Penggunaan Media Belajar Zoom Terhadap

Minat Belajar pada Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Kristen

Di Sekolah Tinggi Teologi Efata Salatiga Di era Pandemi Covid-

19?

1.3.Tujuan penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:


1.3.1. Untuk mengetahui minat belajar Mahasiswa Prodi Pendidikan

Agama Kristen Di Sekolah Tinggi Teologi Efata Salatiga di Era

Pandemi Covid-19

1.3.2. Untuk mengetahui cara penggunaan media belajar untuk

menyampaikan materi pembelajaran kepada Mahasiswa Prodi

Pendidikan Agama Kristen Di Sekolah Tinggi Teologi Efata

Salatiga di era Pandemi Covid-19

1.3.3. Untuk mengetahui Dampak Penggunaan Media Belajar Zoom

Terhadap Minat Belajar Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama

Kristen Di Sekolah Tinggi Teologi Efata Salatiga di era Pandemi

Covid-19

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini proposal yang dibuat oleh penulis.

1.4.1. Manfaat secara Teoritis

xvi
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan

ilmu (pengetahuan bidang) Pendidikan Agama Kristen Khususnya Mata

Kuliah Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Dan Teori Belajar

Penndidikan Agama Kristen.

1.4.2. Manfaat Secara Praktis

Adapun manfaat praktis penelitian ini adalah

1.4.2.1. Bagi Dosen

Menjadi masukan bagi para dosen untuk meningkatkan cara

penggunaan media bagi mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Kristen di

Sekolah Tinggi Teologi Efata Salatiga

1.4.2.2. Bagi Mahasiswa

Untuk memudahkan dalam memahami materi yang disampaikan

oleh dosen melalui media belajar zoom. Dan memiliki kemampuan untuk

mengunduh serta menggunakan aplikasi media belajar zoom.

1.5. Batasan Masalah

Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak meluas maka penyusun hanya

membatasi pada Dampak Penggunaan Media Belajar Zoom Terhadap Minat

Belajar Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Kristen di Sekolah Tinggi Teologi

Efata Salatiga di era Pandemi Covid-19.

1.6.Sistematika Penulisan

xvii
Bab I Pendahuluan akan membahas tentang Latar Belakang Masalah,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Batasan Masalah, dan

Sistematika Penulisan.

Bab II Landasan Teori akan membahas tentang: Dasar Pendidikan Agama

Kristen, Pendidikan Agama kristen, Media Belajar, Media Belajar Zoom, dan

Minat Belajar.

Bab III Metodologi Penelitian akan membahas tentang: Pengertian

Metodologi Penelitian, Jenis dan Metodologi Penelitian, Sumber Data dan Teknik

Pengumpulan Data, Instrumen Penelitian, Teknik Analisa Data, dan Penguji

Kredibilitas.

Bab VI Hasil penelitian dan pembahasan

Bab V Penutup

Daftar Pustaka

Lampiran

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Dasar Pendidikan Agama Kristen

Dasar Pendidikan Agama Kristen didalam Alkitab yaitu didasarkan pada

Firman Tuhan yaitu Alkitab yang terdiri dalam perjanjian lama. Yaitu pendidikan

dimulai dari Keluarga dimana keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam

xviii
mendidik anak supaya mereka menjadi orang yang takut akan Tuhan. Dalam

perjanjian lama perintah mengajar untuk dapat dilihat dalam Ulangan 6:4-9.15

Di Dalam ayat ini para orang tua mendapat amanat untuk mengajarkan

anak- anak dan mendidik mereka untuk semakin dekat dengan Tuhan dan

melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan. sebagai orang kristen anak adalah

karunia Tuhan yang dipercayakan kepada orang tua dalam pemeliharaan maupun

pendidikannya. Oleh karena itu, orang tua mempunyai keutamaan dalam hak dan

kewajiban untuk mendidik anak-anaknya.

Jadi, tanggung jawab orang tua adalah mendidik atau menasehati anak-

anak sesuai dengan Firman Tuhan. Dan ketika orag tua mendidik anak, maka apa

yang telah disampaikan oleh orang tua kepada anak-anak, orang tua pun harus

terlebih dahulu melakukannya sehingga anak-anak pun bisa menirukan hal

tersebut. Dan ketika orang tua mendidik anak maka harus mendidiknya dengan

kasih bukan dengan kekerasan. Dalam suatu proses bimbingan pendidikan agama

krsten dalam Alkitab merupakan dasar alkitabiah yang perlu dijabarkan dan

dikembangkan menjadi pusat proses pendidikan. Alkitab menjadi visi, nilai, dan

gerakan dalam kerangka pendidikan.

2.1.1. Pendidikan Agama Kristen Dalam Perjanjian Lama

Pendidikan Agama Kristen tidak lepas dari bangsa israel seperti yang telah

dituliskan dalam Alkitab perjanjian lama bahwa Allah berfirman melalui Musa.

Ulangan 6:4-9 berkata haruskah engkau mengajarkannnya berulang-ulang kepada

15
Alkitab. (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2009), 187

xix
anak-anak mu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila

engkau dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.

Kitab Ulangan yang dituliskan oleh Musa bertujuan untuk meyakinkan bangsa

Israel sebagai umat pilihan Tuhan sebelum Ia menyerahkan tongkat

kepemimpinannya kepada Yosua.

Didalam kitab ulangan mengajarkan ajaran agama yahudi. Mereka

melaksanakan hukum-hukum Tuhan yang disampaikan melalui Musa. Musa

memimpin umat israel agar memiliki ketaatan mutlak dalam segala aspek

kehidupan, secara khusus dalam Ulangan 6:4-9 membahas mengenai pentingnya

pendidikan agama dalam keluarga, para orang Tua diperintahkan untuk

memberikan pendidikan agama bagi anak-anak sejak dini.

Ulangan 6:4 berkata “Dengarlah hai orang israel: Tuhan itu Allah kita,

TUHAN iitu Esa!”: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, dan

dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap kekuatanmu.” (6:5): ”Apa yang

kuperintahkan kepada mu hari iniharuslah engkau perhatikan”. (6:6)

Jadi, dari ketiga Ayat ini dapat disimpulkan bahwa menyatakan perintah,

Yaitu “Dengarlah” Artinya perintah yang disampaikan kepada umat israel

bertujuan supaya memperhatikan peraturan-peraturan, hukum-hukum, ketepan-

ketepan yang penting dan tidak boleh dilanggar, apabila melanggar, maka bangsa

israel mendapatkan hukuman dari Allah. Dengan demikian penekanannya.

Ayat diatas menekankan bahwa hanya satu Allah Israel, bukan kepada

allah lain. Perintah diberikan kepada orang israel supaya taat dan mengasihi Allah

xx
satu-satunya. Musa hendak menyampaikan Firman Allah kepada umat israel,

pengajaran ini disampaikan karena melihat ketidak taatan umat israel kepada

Allah. Dan ini diwajibkan kepada mereka khususnya kepada tua-tua israel agar

mereka memiliki ketaatan kepada Allah.

Hal yang paling penting yang di lakukan oleh para tua-tua yaitu”Haruslah

engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan dan

membicarakannya apabila engkau duduk dirumahmu, apabila engkau sedang

dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun” (6:7)

Jadi, dari ayat ini metode yang dipakai adalah mengajar berulang-ulang

kepada anak-anak, ketika memberikan pengajaran kepada anak-anak hendaklah

orang tua membicarakannya didalam rumah atau diluar rumah, dan bisa

mengajarkan anak-anak di waktu yang tepat dan anak bisa bisa memahami

pengajaran tersebut.

Ulangan 6:8-9“Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda

pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang bagi dahimu. “ Dan haruslah

engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu”.

Mengingatkannya pada tanganmu dan didahimu pada pintu rumah mu

dan pada pintu gerbangmu . agaknya anjuran ini mula-mula dimaksudkan secara

simbolis: Hendaklah TUHAN menjadi pedoman yang mengendalikan segala

kegiatan tangan, dan memonitor segala pandangan mata: hendaklah mengatur

pergaulan di rumah tangga, dan segala kegiatan perdagangan, politik, dan lain-

lainn dikota. Akan tetapi lama kelamaan bahasa kiasan ini dilaksanakan secara

xxi
harfiah, dibuatlah kotak-kotak kulit yang kecil yang di isi juga dengan tulisan

yang terdiri dari beberapa ayat dan diikat pada tangan kiri, dan di dahi itu dibagi

dalam empat ruang, yang masing-masing memuat petikan-petikan yang sama.

Kotak-kotak inilah yang disebut “ Tali Sembahyang” dalam injil Matius 23:5.

Rupa-rupanya bukan adat pemakaian “Tefilllim” itu yang ditolak oleh Tuhan

Yesus, melainkan motivasi penyolokan tali-talinya yang mendapat teguran. Kotal

kecil yang ditempelkan ke tiang pintu rumah ( Sebelah Kanan) dibuat dari logam

dan disebut “ Mezuza”, isinya sama seperti “ tefillim”. Mungkin adanya

“Mezuza”. Ini menggantikan percikan darah dari adat kuno, seperti misalnya

keluaran 12:7. 16

Jadi, dari kedua ayat tersebut yang dilakukann oleh bangsa israel kepada

Allah akan menjadi identitas didalam keluarga maupun di lingkungan sekitar atau

di masyarakat, bagaimana mereka bekerja dan bagaimana mereka akan bertindak

sebagai orang tua terhadap anak ketika memberikan pengajaran kepada anak.

Dari beberapa pokok pikiran dalam mengajarkan umat israel yaitu sebagai

berikut: secara berulang-ulang tujuannya agar anak-anak itu tetap mengingat dan

dilakukannya dengan tidak jemu-jemu.adapun pengajaran pertama yang

disampaikan Musa kepada Umat Israel yaitu :” membicarakan apabila engkau

duduk dirumahmu” perintah pertama harus di ajarkan pada waktu mereka duduk

dirumah dalam sistuasi apa saja, seperti acara keluarga, suasana makan bersama,

santai dan senang.

16
Dr. I.J. Cairns, Tafsiran Alkitab Kitab Ulangan Pasal 1-11, (PT.BPK Gunung Mulia,
1997) hal. 135

xxii
Pada waktu mereka dalam perjalanan artinya mereka berjalan di padang

gurun, diladang, dan pada waktu bekerja antara orang tua dan anak-anak mereka.

Jadi metodenya adalah mengajar berulang-ulang yaitu pada waktu duduk

dirumah, pada saat dalam perjalanan, pada saat berbaring dan pada waktu bangun

tujuannya supaya orang israel dibangun karena karakternyaagar takut akan Tuhan.

Pembahasan diatas tidak lepas dari dari pembentukan karakter anak usia dini yang

merupakan tanggung utama orang tua bagi anak. Sidjabat berkata dalam bukunya

bahwa :”pendidikan anak mengenai iman dan budi pekerti dalam perjanjian lama

khususnya didalam kitab Ulangan 6:4-9 merupakan tanggung jawab orang tua

dalam keluarga. Keluarga menjadi agen pendidikan iman dan budi pekerti bagi

anak-anak mereka.17 Oleh karena itu, keluarga menjadi dasar membentuk dasar

karakter anak-anak mereka. Karena, kaitannya dari pembahasan diatas, bahwa

Pemazmur kembali menegaskan mengenai pentingnya menanamkan dasar

pembentukan karakter anak sejak dini.

Kitab Mazmur 78:1-7 menuliskan tentang metode-metode yang digunakan

untuk mendidik ank-anak mereka. Seperti yang tertulis dalam Mazmur 78:2

berkata”Aku membuka mulut mengatakan Amsal, Aku mau mengucapkan teka-

teki, kemudianpada ayat ke 4 berkata “Tetapi kami akan ceritakan kepada

angkatan yang kemudian puji-pujian kepada Tuhan” dari ayat diatas menjelaskan

kepada kita untuk mengajarkan beberapa cara membentuk karakter yaitu:melalui

17
Samuel Sidjabat, membesarkn anak dengan kreatif, (Yogyakarta: Andi, 2008), 17

xxiii
amsal,teka-teki, bercerita dan nyanyian tentang kekuatan Allah dan perbuatan-

perbuatan ajaib yang dilakukan oleh Tuhan.18

Berarti kitab Mazmur diatas mengajarkan metode-metode untuk orang tua

tentang perbuatan-perbuatan yang ajaib yang dilakukanTuhan.mereka hendak

memperkenalnya kepada anak-anak mereka, menceritakan kepada angkatan yang

kemudian, supaya anak-anak yang akan lahir kelak dan menceritakannya kepada

anak-anak mereka. Jadi, tujuan orang tua adalah mengajarkan tentang metode-

metode supaya mereka menaruh kepercayaan kepada Allah dan tidak mulupakan

perbuatan-perbuatan Allah, tetapi memegang perintah-perintah-Nya.

Dari kedua Kitab diatas menyatakan bahwa hubungannnya dengan ajaran

pendidikan agama kristen kepada anak-anak tentang cara mengajar, waktu,

suasana, metode, perintah, ketetapan-ketetapan, hukum serta tujuannya supaya

karakter anak-anak mereka dibangun untuk takut akan Tuhan.

Metode mengajar yang ada di dalam kitab Mazmur yaitu Metode bercerita,

dan media yang digunakan adalah media audio visual yang dipakai untuk

mengajar atau mendidik anak-anak sebelum mereka menjadi dewasa. Karena dari

waktu kecil mereka sudah di ajarkan oleh orang tua nya berulang-ulang kali. Dan

media yang dugunakan sesuai dengan ajaran tersebut.

2.1.2. Pendidikan Agama Kristen Dalam Perjanjian Baru

Pendidikan Agama Kristen dalam hubungan perjanjian baru, tentu saja

pertama-tama dan khususnya pandangan kita kepada Tuhan Yesus sendiri.

18
Alkitab, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2007), 630

xxiv
Disamping jabatan-Nya sebagai penebus dan pembebas, Tuhan Yesus menjadi

seorang Guru yang Agung. Keahlian-Nya sebagai seorang guru umumnya

diperhatikan dan dipuji oleh rakyat yahudi; mereka dengan sendirinya menyebut

Dia” Rabi. Tuhan Yesus mengajar dimana saja: diatas bukit, dari dalam perahu, di

sisi orang sakit, di depan pembesar-pembesar agama dan pemerintah, bahkan

sampai dikayu salib sekalipun19.

Tuhan tidak memerlukan tempat yang istimewah seperti gedung sekolah,

dan Gereja. Di dalam pengajaran Tuhan tentang kebenaran Firman Tuhan banyak

orang yang masih mengeraskan akan hatinya, untuk mendengarkan Firman

Tuhan. Namun Tuhan Yesus tetap menyatakan diri sebagai seorang Guru yang tak

ada taranya, karena ia sendiri adalah kebenaran.

Dalam Perjanjian Baru menjelaskan sumber pendidikan agama kristen

yang berpusat pada Tuhan Yesus. Robert R. Boehlke menyatakan “ Yesus

merupakan buah pendidikan Yahudi.”dengan demikian pengajaran Yesus

dikembangkan dari pendidikan Yahudi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa

pendidikan agama kristen dalam perjanjian baru berpusat kepada Tuhan Yesus

sendiri.20 Mengenai masa kanak-kanak Tuhan Yesus tidak banyak dijelaskan

dalam perjanjian baru, tetapi dalam injil Lukas dikatakan bahwa Yesus mengalami

masa kanak-kanak. Pada masa kanak-kanak, Yesus menerima pendidikan dalam

keluarga. Sebagaimana orang tua Yahudi orang Tua Yesus juga pasti mengajarkan

tentang Shema ( Pengakuan Iman Yahudi). Hal ini disinggung oleh Tuhan

19
Ibid, 5

20
Ibid. 16

xxv
Yesus,ketika Tuhan Yesus ditanyai mengenai hukum yang pertama (Matius

25:35-38). Yesus sudah menghafal ayat-ayat dari kitab Taurat, dan juga Amsal

yang sederhana dan beberapa ayat pilihan dari Mazmur.

Salah satu contoh pada masa usia dua belas tahun Yesus berada di bait

Allah, dan dia berdialog dengan para pemimpin agama (Lukas 2:46). Hal itu

menunjukan bahwa Yesus memiliki kemampuan sebagai hasil dari pendidikan

dalam keluarga. Sesudah berumur tiga puluh tahun Yesus memulai pelayanan-

Nya Dia mulai mengajar dan berkhotbah, dalam pengajaran-Nya Tuhan Yesus

menganggap penting anak-anak dan ia sangat mengasihinya (Matius 18:1-16),

salah satu bukti adalah Tuhan yesus memluk anak-anak dan memberkatinya

( Markus10 :16).

Keluarga juga memberi pengaruh juga didalam perkembangan pendidikan

seorang anak seperti dalam hal Timotius. Timotius adalah anak yang lahir dari

keluarga perkawinan campur, ibunya dari perempuan berkebangsaan Yahudi,

sudah jelas mengajar Kitab suci, bapak seorang Yunani, kampung halamannya di

Listra Kis 6:1. Tetapi suatu kesimpulan yang diterima adalah bahwa Ia bertobat

pada waktu itu dalam safari pertama penginjilan pada penderitaan paulus pada

peristiwa itu 2 Tim 3:11 menjelang perjalanan safari kedua Paulus melalui daerah

itu Ibu Timotius sudah Kristen juga.21

Timotius merupakan buah didikan dari orang tuanya (II Tim 3:14-17).

Nenek dan Ibunya adalah seorang Yahudi, dapat diketahui bahwa orang adalah

21
J.D. Douglas dkk. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid II. (Jakarta: Yayasan
Komunikasi Bina Kasih /OMF, 1995), 479

xxvi
bangsa yang taat dan dengan hukum taurat, maka inilah yang mengawali

pembentukan kerohanian dan karakter Timotius. Adapun orang tua yang berperan

mendidik Timotius adalah ibu dan neneknya Louis. Maka jelas disampaikan oleh

Paulus “Tetapi hendaklah engkau tetap pada kebenaran yang telah engkau

terima, dan engkau yakini, dengan selalu megingat orang yang telah

mengajarkannya kepadamu.(ay.14)” Ayat diatas menyatakan bahwa Timotius ini

telah menerima pengajaran yang baik dari ibu dan neneknya sejak Ia masih kecil.

Timotius sejak masih kecil Ia telah mengenal Kitab Suci dari neneknya

karena, jelas dikatakan bahwa “ II Tim 3:15 Ingatlah juga bahwa dari kecil

engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan

menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus.”

Pengajaran yang diberikan oleh neneknya kepada Timotius sejak kecil agar

hikmat atau kepandaian menuntun kepada jalan keselamatan oleh Iman kepada

Yesus Kristus.

“ Segala tulisan yang telah diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk

mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk

mendidik orang dalam kebenaran.”(ay.16)

Jadi, pengajaran kepada Timotius hal ini sangat penting yang diperoleh

Timotius melalui pengajaran yang sudah diberikan oleh orang tuanya yang sangat

berpengaruh pada pada kehidupannya. Arti dari pengajaran yang diberikan oleh

orang tuanya kepada Timotius supaya memiliki dasar keyakinan yang teguh

kepada Tuhan Yesus, tidak percaya kepada takhayul ataupun dongeng-

xxvii
dongeng,dan nenek moyang karena, Tujuan dari pengajaran ini yang diberikan

seperti didalan Ayat yang ke-17 berkata bahwa: “ Dengan demikian tiap-tiap

manusia kepunyaan Allah yang diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik”

2.2. Pendidikan Agama Kristen

2.2.1. Pengertian Pendidikan Agama Kristen

Secara etimologi kata Pendidikan Agama Kristen berasal dari

bahasa Yunani yaitu Paedagogis yang artinya kegiatan untuk

membimbing. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia juga dikatakan

bahwa pendidikan merupakan suatu proses pengubahan sikap dan tingkah

laku.22 Pendidikan Agama Kristen adalah salah satu dari tugas

gereja.Pendidikan Agama Kristen itu adalah pendidikan yang seharusnya

ditanggung dan dilaksanakan oleh gereja itu sendiri. Pendidikan Agama

Kristen tidak lain dan tidak bukan adalah suatu pemberian dan amanat

Tuhan sendiri kepada jemaat-Nya.

Pendidikan Agama Kristen juga diartikan pemupukan akal orang-

orang percaya dan anak-anak mereka dengan firman Allah dibawah

bimbingan Roh Kudus melalui sejumlah pengalaman belajar yang

dilaksanakan gereja sehingga didalam mereka dihasilkan pertumbuhan

rohani yang berkesinambungan semakin mendalam melalui pengabdian

22
Homrighausen ,E.G, Pendidikan Agama Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia ,
2008), 28

xxviii
diri kepada Allah Bapa Tuhan Yesus Kristus berupa tindakan kasih

terhadap sesamanya.23

Jadi, pendidikan agama kristen adalah suatu usaha untuk

mempersiapkan orang-orang yang percaya kepadanya melalui

FirmanTuhan , untuk mengubah setiap sikap. Pendidikan Agama Kristen

ini menumbuhkan setiap sikap dan perilaku-perilaku berdasarkan setiap

kehidupan sehari-hari dan Pendidikan Agama kristen manusia untuk

meyakini agar manusia dapat mengetahui apa yang baik dan buruk.

Enklaar dan Homrighausen berpendapat bahwa tiap-tiap agama di

dunia ini mempunyai sistem pendidikan sendiri-sendiri. Setiap agama

merasa perlu mengajar anak-anak muda tentang kepercayaan, adat istiadat

dan kebaktian agama itu wajiblah mereka diajar dan dilatih dalam segala

teori dan praktik agamanya itu Atas dasar pemikiran Enklaar dan

Homrighausen diatas pengajar Pendidikan Agama Kristen didorong untuk

membina siswa yang berkarakter, berwawasan luas serta mempunyai nilai-

nilai keKristenan dalam diversitas sosiokultur masyarakat.24

Jadi, Pendidikan Agama kristen memiliki pendidikan yang

mengajarkan ank-anak untuk tetaap percaya kepada Tuhan dan mendorong

setiap para siswa untuk meningkatkan cara belajar, dan menambah

23
Winatasahirin, Identitas Dan Ciri Khas Pendidikan Kristen, (Yogyakarta : BPK
Gunung Mulia, 2003), 15
24
I.H.Enklaar dan E.G.Homrighausen. Pendidikan Agama Kristen. Jakarta: BPK
Gunung Mulita, Tahun 2011/ hal 1

xxix
wawasan yang lebih luas dalam berpikir. Oleh sebab itu, pendidikan

Agama kristen mempunyai nilai-nilai yang lebih tinggi.

2.2.2. Hakikat Pendidikan Agama kristen

Pemahaman umum tentang hakikat Pendidikan Agama Kristen

dapat dimengerti sebagai suatu pedoman bagi kehidupan orang kristen.

Masing-masing orng memiliki hak asasi manusia yaitu hak untuk memilih

seperti sekolah, minuman, makanan,pakaian bahkan memilih agama ini

merupakan salah satu hak seseorang untuk dapat memilih yaitu Agama

Kristen. Ketika orang memilih untuk memeluk Agama kristen maka orang

tersebut akan menerima pengajaran atau pendidikan Agama kristen dan

melaksanakan dalam kehidupan sehari-harinya.

Menurut I.H. Enklaar dan E.G. Homrighausen bahwa hakekat

pendidikan Agama Kristen yang sebenarnya berhubungan dengan dua

aspek yakni:

“Pengajaran dan pengalaman keagamaan. Aspek pengajaran atau


pendidikan hendak membangun kepercayaan Kristen dalam diri para
murid dengan jalan menyampaikan pengetahuan. Sedangkan aspek
pengalaman keagamaan yakni segala perhatian dipusatkan pada
perkembangan pribadi murid-murid itu.”25
Jadi, hakikat Pendidikan Agama Kristen adalah suatu pengajaran iman

kristen untuk menumbuhkan iman dalam diri siswa. Dengan sejumlah

pengalaman-pengalaman yang telah diterima siswa dari guru. Melalui pengajaran,

siswa dapat hidup jujur, baik ditengah-tengah lingkungan masyarakat bahkan

digereja. Artinya bahwa bukan hanya sekedar pengetahuan yang siswa terima
25
Ibid, hal 69

xxx
melainkan supaya Pendidikan Agama Kristen dilaksanakan dalam kehidupan

sehari-hari yaitu menjadi “garam dan terang dunia” (Matius 5:13-16). Untuk

menjadi garam dan terang dunia ialah setiap orang yang menjadi murid Tuhan

dapat memberikan dampak yang baik bagi orang lain, dan menjadi teladan melalui

sikap hidupnya baik perkataan, perbuatan, dan tindakan.

Hakikat Pendidikan Agama Kristen bukan hanya sebagai penyampaian

sejumlah pengetahuan Agama kristen, akan tetapi untuk dapat mendidik siswa

supaya dapat menghayati dan memperoleh pengalaman rohani serta dapat

mengaplikasikan dalam kehidupannya sehari-hari dan melakukan setiap perintah

yang dinyatakan melalui setiap kebenaran Firman Tuhan.

Pengertian Pendidikan di lihat berdasarkan perkembangan zaman dan

sesuai dengan waktu, adapula perspektif masa lampau yakni salah satu tugas

penting pendidikan adalah menjamin pengetahuan sebagai warisan masa lampau

yang dapat terpelihara dan dimungkinkan tersedia bagi kehidupan masa kini.

Sedangkan perspektif masa kini adalah proses atau aktivitas yang sedang

berlangsung pada masa sekarang untuk mendapatkan dan atau menemukan

sesuatu. Pada hakikatnya, masa kini merupakan sumber pengetahuan pada dirinya

sendiri. Pada akhirnya perspektif masa depan adalah penunjuk arah ke mana usaha

pendidikan akan di bawa atau di tuju.26

Jadi, dapat mendefinisikan agama sebagai upaya pencarian terhadap yang

transenden, dimana hubungan seorang dengan suatu dasar keberadaan yang

26
Sumi Yatiningsih, Tujuan pendidikan Agama Kristen, Mengajar Dengan Kreatif dan
Menarik, hal 2-4.

xxxi
mutlak dibawa ke dalam kesadaran sehingga agama di beri ekspresi (perwujudan).

Pada hakikatnya, setiap orang mempunyai kesadaran religius, yakni kesadaran

akan adanya kodrat supranatural.

2.2.3. Tujuan Pendidikan Agama Kristen

Pendidikan Agama Kristen adalah suatu pembelajaran yang dapat

memimpin siswa untuk mengenal Tuhan dan memiliki tujuan yaitu

membawa siswa agar mengalami perjumpaan dengan Tuhan melalui

proses pembelajaran. Menurut Jhon M. Nainggolan yaitu: Pendidikan

Agama Kristen harus diarahkan kepada peningkatan pengetahuan akan

Allah dan segala Firman-Nya, sesama, diri sendiri maupun

lingkungannya.27

Jadi, Tujuan Pendidikan Agama Kristen adalah Membimbing atau

menuntun peserta didik untuk mengembangkan kemampuan peserta didik

agar mengenal akan kebenaran firman Tuhan, maka peserta didik dapat

bersekutu dengan Allah, mampu melakukan Firman Tuhan dengan cara

bersekutu kepada Tuhan atau membuka diri untuk menerima kebenaran

Firman Tuhan dan peserta didik dapat memperoleh perubahan didalam

kehidupannya.

Adapun tujuan Pendidikan Agama Kristen adalah untuk

membimbing individu-individu pada semua tingkat perkembangannya,

27
Jhon M Nainggolan, PAK Dalam masyarakat Majemuk ( Bandung: Bina Media
Informasi, 2009), hal 13

xxxii
dengan cara pendidikan kontemporer, menuju pengenalan serta

pengalaman akan tujuan serta rencana Allah dalam Kristus melalui setiap

aspek kehidupan, dan juga untuk memperlengkapi mereka demi pelayanan

yang efektif. Disini ada dua tujuan yang akhirnya yakni: pengenalan serta

pengalaman akan tujuan dan rencana Allah dalam Kristus, dan menjadi

pelayanan yang aktif.28

Jadi, dari tujuan Pendidikan Agama kristen untuk membimbing

setiap para murid harus mendidik mereka sesuai dengan rencana Allah

didalam kehidupan mereka atau para murud, dan bisa memperlengkapi

setiap para murid dengan pengenalan akan kristus melalui setiap ajaran-

ajaran nya.

2.3. Media Belajar

2.3.1. Pengertian Media Belajar

Menurut H. Malik bahwa “ media belajar adalah segala sesuatu

yang dapat digunakan untk menyalurkan pesan, sehingga dapat

merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan pembelajaran dalam

kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu”.29

Jadi, media pembelajaran adalah metode, alat-alat, dan teknik yang

digunakan oleh pengajar untuk menyalurkan pesan atau materi kepada

siswa sehingga materi yang disampaikan dapat merangsang pikiran,


28
Daniel Nuhamara, Pembimbing Pendidikan Agama Kristen,( Jurnal info Media,
2009), 31

29
Rudi Sumiharsono dan Hisbiyatul Hasanah, Media Pembelajaran: Buku Bacaan
Wajib Dosen, Guru dan calon pendidik, (jember: Cv Pustaka Abadi, 2017), 10.

xxxiii
perasaan, perhatian, dan kemanusiaan siswa untuk meningkatkan cara

belajar siswa.

Kata “media berasal dari bahasa latin Medius yang secara harfiah

berarti tengah, perantara, atau pengantar. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Media dapat diartikan sebagai perantara, penghuung: alat

( sarana) komunkasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster dan

spanduk: yang terletak diantara dua pihak ( orang, golongan, dan

sebagainya). Istilah media berasal dari bahasa latin yang merupakan

bentuk jamak dari medium. Secara harfiah berarti perantara atau

pengantar. Pengertian umumnya adalah segala sesuatu yang dapat

menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima

informasi.30 Istilah pembelajaran lebih menggambarkan usaha

guru/pendidik untuk membuat para peserta didik melakukan pross belajar.

Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan

belajar pada para siswanya.

Istilah media bentuk jamak dari kata dalam bahasa latibn

“Medium” sesuatu yang dipakai untuk menyampaikan atau membawa

sesuatu. Media dalam pengertian “ Alat Elektronik” yaitu alat untuk

mendistribusikan dan mempresentasikan informasi. Berikut ini beberapa

pengertian media dan multimedia, yaitu.

Media dapat didefinisikan sebagaia sesuatu yang dapat membawa


informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara guru
30
Hari Setiawan, KBBI ( Surabaya: Karya Gemilang Utama, 2004), hal 38

xxxiv
dengan siswa (Heinich,dkk.1996). sedangkan
1. Gayeski, D.M. ( 1992)” Multimedia ialah sistem hubungan
komuikasi interaktif melalui komputer yang mampu mencipta,
menyimpan, memindahkan, dan mencapai kembali data dan
maklumat dalam bentuk Teks, grafik, animasi, dan sistem audio.”
2. Menurut Phelps (1995),pula multimedia adalah kombinasi teks,
video, suara, dan animasi dalam sebuah perisian komputer yang
interaktif.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan media pembelajaran
adalah suatu“ Alat, sarana, ( cetak,elektronik) yang dipergunaan untuk
menghubungkan siswa dengan substansi bahan ajaran yang bertujuan
mengoptimalkan pencapaian kompetensi hasil belajar.31
Kegiatan belajar hanya akan berhasil jika si belajar secara aktif

mengalami sendiri proses belajar. Seorang guru tidak dapat mewakili

belajar siswanya. Seorang siswa belum dapat dikatakan telah belajar hanya

karena ia sedang berada dalam satu ruangan dengan guru yang sedang

mengajar. Masih banyak cara lain yang dapat lakukan guru untuk membut

siswa belajar. Peran yang seharusnya dilakukan guru adalah

mengusahakan agar setiap siswa dapat berinteraksi secara aktif dengan

berbagai sumber belajar yang ada.

Dengan demikian media pembelajaran adalah media yang

digunakan dalam pembelajaran, yaitu meliputi media pembelajaran untuk

guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke

penerima pesan belajar ( siswa). Sebagai penyaji dan penyalur pesan,

media pembelajaran dalam hal-hal tertentu bisa mewakili menyajikan

informasai belajar kepada siswa, jika program media itu didesain dan

31
Drs.Andar Gultom,M.Pd.Strategi, model, dan evaluasi,(bina media informasi Jl
Ancol Timur III No.58, Bandung 40254), hal 59-60.

xxxv
dikembangkan dengan baik. Brown mengungkapkan bahwa media

pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat

mempegaruhi terhadap efektivitas pembelajaran secar baik, maka fungsi

itu akan dapat perankan oleh media meskipun tanp keberadaan guru.32

Jadi, media pembelajaran adalah sesuatu sarana yang baik dalam

proses belajar mengajar dengan maksud pesan dan mencapai tujuan

belaajar tersebut dan bisa menggunakan alat peraga dan sarana prasarana

yang sudah didesain dengan baik-baik, dan dapat dikembangkan dalam

proses belajar mengajar.

2.3.2. Manfaat Media Belajar

Media belajar dapat di kaitkan Secara umum, manfaat media dalam

proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi atau hubungan antara

pengajar dan peserta didik sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif

dan efisien. Tetapi secara lebih khusus ada beberapa manfaat media yang

lebih rinci. Kemp dan Dayton (1985) misalnya, mengidentifikasi beberapa

manfaat media dalam pembelajaran, yaitu:

1. Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan

2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik

3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif

4. Efisiensi dalam waktu dan tenaga

5. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa

32
http;//a2i3s-c0ol.blogspot.com/2008/10/media pembelajaran.html, Akses tgl 01/11
2021, 23:33 WIB

xxxvi
6. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan

kapan saja

7. Media dapat menumbuhkan sikap positif pebelajar terhadap materi dan

proses belajar

8. Merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif

9. Media dapat membuat materi pelajaran yang abstrak menjadi lebih

konkrit

10. Media juga dapat mengatasi kendala keterbatasan ruang dan waktu33

Dengan demikian dari beberapa point diatas media belajar adalah

suatu sarana didalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, manfaat

media belajar adalah dapat memudahkan siswa dalam memahami materi

yang akan disampaikan. Oleh karena itu, guru juga harus dengan lebih

muda dalam menyampaikan materi dengan jelas dan lebih muda karena

melalui media sebuah objek yang realita, yang besar.

Jadi, dapat digantkan dengan gambar, bentuk-bentuk yang

sederhana dan dapat dijangkau, sehingga dalam penyampaian materi pun

bisa tersampaikan dengan jelas dan dipahami oleh siswa serta tujuan

pembelajaran dapat tercapai dengan baik, yaitu memberikan hasil yang

terbaik bagi siswa.

2.3.3. Fungsi Media Belajar

Dalam fungsi Media pembelajaran ini dipandang sebagai salah

satu faktor yang dapat meningkatkan efektifitas proses pembelajaran, hal


33
Isran rasyid Karo-Karo S, dkk, Manfaat media dalam pembeelajaran, hal 94

xxxvii
ini disebabkan karena media memiliki peran dan fungsi strategis yang

secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi motivasi,

sehingga memudahkan pemahaman peserta didik.

Selain itu media mampu membuat pembelajaran lebih jelas serta

mampu memanipulasi objek yang sulit dijangkau oleh peserta didik.

Media pembelajaran sangat penting bagi kegiatan belajar mengajar karena

dapat mendukung tercapainya tujuan belajar dengan lebih baik dan lebih

cepat. Media pembelajaran tidak sekedar menjadi alat bantu pembelajaran,

melainkan juga merupakan suatu strategi dalam pembelajaran.

Sebagai media pembelajaran memiliki banyak fungsi, yaitu: media

sebagai sumber belajar adalah proses aktif dan konstruktif melalui suatu

pengalaman dalam memperoleh informasi. Dalam proses aktif tersebut,

media pembelajaran berperan sebagai salah satu sumber belajar bagi

pembelajar. Artinya, melalui media peserta didik memperoleh pesan dan

informasi sehingga membentuk pengetahuan baru pada diri peserta didik.

Dalam batas tertentu, media dapat menggantikan fungsi guru

sebagai sumber informasi atau pengetahuan bagi peserta didik. Media

pembelajaran sebagai sumber belajar merupakan suatu komponen sistem

pembelajaran yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan

lingkungan, yang dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Dalam

hal ini Edgar Dale memandang sumber belajar sebagai pengalaman-

pengalaman yang pada dasarnya sangat luas.

xxxviii
Pengalaman belajar biasa dalam berbagai bentuk seperti melalui

membaca, searching internet, diskusi dan tanya jawab, mendengarkan

media audio, dan lain-lain. Dengan perkembangan teknologi multimedia

sebagai sumber belajar, pesan, informasi dan pengetahuan baru dapat

diakses lebih mudah dan tanpa batas.

Levie dan lents (1982) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran,


khusnya media fisual, yaitu: a. Fungsi atensi, b. Fungsi afektif. C. Kognitif, d.
Dan fungsi kompensatoris.
1. Fungsi atensi media fisual merupakan inti, yaitu menarik dan
mengarahkan perhatian siswa ntuk berkonsentrasi kepada isi pembelajaran
yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks
pembelajaran.
2. Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa
ketika belajar (membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang
visual dapat menggugah emosi dan sikap sisswa, msalnya informasi yang
menyangkut massalah soail atau ras.
3. Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang
mengemukakan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar
penemuan atau tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau
pesan yang terkandung dalam nya.
4. Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian
bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks yang
membantu siswa lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan
informasi dalam teks danmengingat kembali.34
Dari keempat fungsi media diatas kita bisa dapat melihat bahwa fungsi

dari media belajar ini sangat menarik perhatian dari guru maupun siswa, dan

juga bisa memperluas pemikiran guru dan siswa oleh karena itu, ketika guru

mengajar pun bisa dapat menarik konsentrasi siswa melalui media yang

digunakan oleh guru.

34
Cecep kustandi, M.Pd, pengembangan media pembelajaran konsep dan aplikasi
pengembangan media pembelajaran bagi pendidik disekolah dan dimasyarakat, (kencana (previsi
denamedia group) Jakarta), hal 16

xxxix
2.3.4 Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Ada bermacam-macam media pembelajaran yang penggunaannya

sudah tidak asing lagi pemakaiannya dalam aktivitas pembelajaran.

Misalnya,papan tulis sebagai salah satu media pembelajaran yang sudah

sangat populer bagi pendidikan di indonesia. Namun, sejalan dengan

berbagai perubahan dengan kompleksitas peerkembangan kehidupan

teknologi modern, semakin dirasakan media pembelajaran itu menjadi

sangat terbatas kemampuannya.

Menurut Heiich, Molenda, dan Russel, ada beberapa jenis media


yang dapat digunakan dalam pembelajaran, anatara lain:
1. Media yang tidak diproyeksikan seperti benda nyata, replika dan model,
kata multimedia, simulator, bahan cetakan, foto-foto, gambar, chart,
poster. Media yang tidak diproyeksikan ini masih dapat dibedakan menjadi
2 jenis, yaitu:
a. Media dua dimensi, misalnya bahan cetakan, yaitu; gambar, chart,
poster, foto dan grafik. Oleh karena itu, yang dimaksudkan dengan
media dua dimensi ialah semua bentuk gambar yang menampilkan
suatu objek.
b. Media tiga dimensi, misalnya replika, model, dan berbagai simulator.
Media tiga dimensi ada yang murah karena sangat sederhana hinggga
media yang mahal dan canggih karena kerumitan pembuatannya.
2. Media Audio,perkembangan teknologi proyektor saat ini telah
memungkinkan pengjar ata presnter mempresentasikan output komputer,
baik berupa teks, gambar, maupun kombinasi keduanya. Media audion ini
dapat membuat kualitas belajar memiliki dimensi lain yang sangat kaya
dan menarik apalagi jika dikerjakan dengan serius.
3. Komputer, perkembangan dan kemajuan teknologi komputer telah
mengubah komputer sebagi sarana sekedar komputansi dan pengilahan
kata(Word proesor)menjadi sarana belajar multimedia yang dapat
mendesain ataupun merekayasa sesuatu. Oleh karena itu, penelusuran
interne dan web memungkinkan guru menggali substansi materi ajarnya
secara cepat. Mafaat lain, pembelajaran dengan menggunakan internet dan
web, biasanya beresifat baru dan terjamin kemutakhirannya, sesuai dengan
kemampuan dan kecermatan guru mengaksesnya.
4. Multimedia berbasis komputer, dapat pula dimanfaatkan sebagai sarana
dalam melakukan simulasi untuk melatih keterampilan dan kompetensi

xl
tertentu. Sampai saat ini, media ini secara optimal digunakan untuk
berbagai program play station.35
Jadi, dari beberapa jenis-jenis media pembelajaran diatas harus

digunakan secara tepat untuk pencapaian kompetensi pembelajaran.

Ketepatan penggunaan media pembelajaran tidak ditentukan berdasarkan

kecanggihannya, melainkan terutama pada aspek kreativitasnya, bisa saja

media yang murah dan mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari

tetapi efektivitasnya maksimal. Dan jenis-jenis media pembelajaran ini

pun sangat menunjang dan membantu Mahasiswa maupun Dosen dalam

menyampaikan Materi didalam kelas. Oleh sebab itu dalam pemilihan

media pembelajaran ini dapat dilakukan sehingga Mahasiswa berlatih

untuk menjadi aktif bukan Pasif ketika menggunakan media belajar.

2.3.4.1. Media Belajar dalam Perjanjian Lama

Media pembelajaran Musa adaalah Tiang awan dan tiang

api ( Bil 9,15,18). Pada hari didirikan kemah suci, awan itu

menutup kemah suci, kemah hukuman Allah dan pada waktu

malam sampai pagi, awan itu diatas kemah suci kelihatan seperti

api. Demikian selalu terjadi: awan itu menutup kemah, dan pada

waktu malam kelihatan seperti api, setiap kali awan itu naik dari

atas kemah, orang israel pun berangkatlah dan ditempat awan itu

diam, disanalah orang israel berkemah.

Media pembelajaran Musa adalah sepuluh Hukum Taurat.

Tuhan memberikan kepada Musa, setelah Allah berbicara dengan


35
Ibid. 61-63

xli
Musa di atas gunung sinai. Kitab Ulangan 5:1-4 berbunyi, “ Musa

memanggi seluruh orang israel berkumpul dan berkata kepada

mereka: Dengarlah, hai orang israel, ketetapan dan peraturan, pada

hari ini kuperdengarkan kepadamu, supaya kamu mempelajarinya

dan melakukannya dengan setia. TUHAN, Allah kita, telah

mengikat perjanjian dengan kita di Horeb. Bukan dengan nenek

moyang kita TUHAN mengikat perjanjian itu, tetapi dengan kita,

kita yang ada disini pada hari ini, kita semuanya masih hidup.

TUHAN telah berbicara dengan berhadapan muka dengan kamu di

gunung dan ditengah-tengah api.36

Media pembelajaran masa hakim-hakim adalah: pertama,

keteladanan para hakim memimpin suku-suku israel. Kedua,

peperangan diantara hakim terhadap suku asli tanah kanaan.

Ketiga, kehidupan bangsa israel yang harus bertujuan untuk

menempati tanah perjanjian.37

Media pembelajaran masa Rut adalah: Pertama, Rut

menunjukan kasih setianya kepada mertuanya (Naomi) dan

kepatuhan Rut atas perintah mertuanya agar Boas menebus Rut.

Kedua, Keturunan dari Elimelekh, suami Naomi, tidak putus

karena Rut mempunyai keturunan.38

36
Harianto GP, Teologi PAK, (Yogyakarta, ANDI 2017), hal. 126-127

37
Ibid. 149

38
Ibid. 157

xlii
Media pembelajaran Daud adalah Daud menggunakan

Tongkat, batu, dan menggerakan Masa dalam peperangan ( 1 Sam.

17:40-44), alat musik kecapi dalam menentramkan hati Saul dan

keteladanan dirinya.39

Jadi, ada beberapa media pembelajaran yang dipakai di

dalam perjanjian lama yaitu media yang dipakai oleh Musa, masa

hakim-hakim, Rut, dan Daud adalah media belajar yang berbeda.

Karena, didalam setiap pengajaran media yang digunakan akan

berbeda dan tidak sama. Oleh karena, setip pengajaran harus

disesuaikan dengan materi tersebut. Dan materi yang disampaikan

pun dapat di pahami. Ketika didalam menyampaikan materi harus

menggunakan alat atau media yang sesuai dengan keadaan yang

mudah untuk dipahami oleh semua orang. Karena, tidak semua

orang bisa memahami media yang digunakan oleh guru.

2.3.4.2. Media belajar dalam Perjanjian Baru

Media pembelajaran Yesus Kitab Markus adalah: Alam

(Bunga Bakung, biji sesawi, dan burung), benda (Talenta, Uang),

orang (Janda miskin), dirinya sendiri.40

Media pembelajaran surat Efesus adalah melalui surat

mencakup firman Allah atau Alkitab (Ef.3:7) menggunakan

39
Ibid. 225

40
Ibid. 492

xliii
beberapa kiasan (Ef.4:15-16), memuji, atau menyanyi bagi Tuhan

(Ef 5:19).41

Media pembelajaran yang digunakan surat filemon (Fil.

1:1).dalam bahasa Yunani, Filemon artinya yang mengasihi. Ia

adalah seorang Kristen yang kaya dalam jemaat kolose. Salah

seorang budaknya, Onesimus, telah lari ke Roma dan di tobatkan

oleh Paulus. Dengan sepucuk surat Filemon, ia dikirim kembali ke

filemon.42

Media pembelajaran surat 2 Yohanes adalah berbentuk

surat ( 2 Yoh. 1:12) dan keteladanan dirinya sendiri. Dalam ayat 1b

berbunyi:”bukan aku (Yohanes) saja yang mengasihi kamu.” Dari

ayat ini, terlihat jelas bahwa Yohanes mau dan bisa

mengaplikasikan kasih yang diajarkannya.43

Jadi, ada beberapa media pembelajaran yang dipakai di

dalam perjanjian baru yaitu media yang dipakai oleh Tuhan Yesus

berbeda dengan media pembelajaran didalam kitab perjanjan lama.

Oleh karena itu, setiap materi yang disampaikan oleh Tuhan yesus

itu sesuai dengan media yang diajarkan oleh Tuhan yesus. Dan

orang yang mendengarkan pengajaran tersebut dapat

memahaminya dengan baik. Jadi, setiap materi yang disampaikan


41
Ibid. 565

42
Ibid. 606

43
Ibid. 643

xliv
harus sesuai dengan situasi dan keadaan agar setiap materi yang

diberikan dapat dipahami dengan baik oleh pendengar dan dapat

diterapkan oleh semua yang mendengarkannya.

2.5. Media Belajar Zoom

2.5.1. Latar Belakang Media Belajar Zoom

Zoom merupakan aplikasi yang mampu menunjang suatu

kebutuhan komunikasi dengan banyak orang tanpa harus kontak langsung.

Aplikasi dapat diinstal dengan perangkat seperti, PC dengan webcame,

laptop dengan welcame, dan juga smartphone dengan tipe Android.44

Zoom Meeting merupakan sebuah media pembelajaran menggunakan

video yang didirikan oleh Eric Yuan yang diresmikan tahun 2011 yang

kantor pusatnya berada di San Jose, California. Zoom Meeting juga terdiri

dari dua versi yaitu zoom gratis dan juga zoom berbayar. Aplikasi ini tidak

hanya digunakan untuk pembelajaran saja tetapi bisa digunakan untuk

urusan perkantoran maupun urusan lainnya.45

Zoom adalah aplikasi pertemuan HD gratis dengan video dan

berbagi layar hingga 100 orang. Zoom merupakan aplikasi komunikasi

dengan menggunakan video.46 Menurut Wibawanto aplikasi Zoom Clouds

44
Anggi Dwi Pratiwi, dkk, “Potensi Aplikasi Zoom Clouds Meetings Dalam
Pembelajaran di Era Digital”, Universitas Tanjungpura, Pontianak, 19 Oktober 2019, hal. 1749

45
Danin Haqien dan Aqiilah Afiifadiyah, “Pemanfaatan Zoom Meeting…, hal. 52

46
Ni Komang Suti Astini, “Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Pembelajaran
Tingkat Sekolah Dasar pada Masa Pandemi Covid-19, dalam Jurnal Lampuhyang”, Vol. 11 No. 2
Juli 2020, hal.19

xlv
Meetings mempunyai peran sebagai media komunikasi jarak jauh dengan

menggabungkan konfersi video, obrolan, pertemuan online dan kolaborasi

selular. Aplikasi ini dapat didownload secara gratis, tetapi tetap

fungsional. Fitur yang ada antara lain panggilan telephone, webinar,

presentasi, pengganti layar belakang yang unik, fitur untuk menghidupkan

dan mematikan suara, bisa merekam dan menyimpan video saat

pembelajaran berlangsung.47

Jadi, aplikasi Zoom merupakan teknologi informasi yang

dijadikan sebagai media pembelajaran dimasa pandemi dengan

menggunakan video confererence, audio dan bermacam-macam variasi,

yang dijadikan sebagai sarana komunikasi dengan berinteraksi secara

langsung dalam virtual untuk menyampaikan pembelajaran. Oleh karena

itu, Media Zoom ini memiliki banyak kapasitas yang cukup untuk di

pakai oleh semua orang dan aplikasi Zoom ini bisa dipakai dimana saja,

dan kapan saja.

2.5.2. Pengertian Media Belajar Zoom

Zoom merupakan sebuah layanan konferensi video yang memiliki

kemampuan praktis dalam menghadirkan suasana meeting secara daring.

Seperti yag dilansir id. Cloudhost.com, pengguna aktif zoom kian melonjat

pesat sekitar 2,2 juta perbulan sejak pandemi covid-19 merebak secara

47
Junita Monica dan Dini Fitriawati, “Efektifitas Penggunaan Aplikasi Zoom Sebagai
Media Pembelajaran Online pada Mahasiswa Saat Pandemi Covid-19”, dalam jurnal Communio :
Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol IX, No. 2, Juli-Desember, 2020, hal. 1630-1640

xlvi
global permaret 2020 lalu. Media sosial berbayar ini dapat diakses secara

Cuma-Cuma dengan kapasitas pengguna maksimal 100 orang dan batasan

durasi konferensi sekitar 40 menit. Meedia sosial ini dilengkapi fitur

sharring schreen yang mampu memfasilitas kebutuhan pengajar dalam

menyajikan bahan ajar layaknya pertemuan tatap muka didalam kelas

konvensional kepada peserta didik atau Mahasiswa.48

Zoom merupakan salah satu media sosial komunikasi video

berbasis clpud computing dapat digunakan dalam proses pembelajaran

seperti Meeting, dan Chat Video Webinar, Coference Rooms, Phone

System Marketplace. Zoom dapat dikategorikan sebagai meedia

pembelajaran online yang dapat diartikan sebagai suatu jenis belajar

mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa

maupun Mahasiswa dengan media internet.49

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media belajar zoom

merupakan media yang sosial yang dapat menunjang semua kegiatan

daring bagi semua orang untuk dapat menggunakan meedia zoom tersebut

dan layaknya pertemuan tatap muka didalam kelas dan bisa bertatapan

muka dengan para mahasiswa. Oleh karena itu, kapasitas pengguna

maksimal hanya 100 orang saja.

48
Mursyid Kasmir Naserly, Implementasi zoom, Google Classroom, dan WhatsApp
Group dalam mendukung pembelajaran daring(Online) pada matakuliah bahasa inggris
( Universitas bina sarana informatika jakarta), Jurnal Aksara Public, (2022) Vol 4 No.2. hal. 161.

49
Jajang, penggunaan aplikasi zoom meetingdi masa pandemi covid-19 pada
pembelajaran sains jurnal elemtary. (2021) vol 4. NO 1. Hal. 19

xlvii
2.5.3. Manfaat Media Belajar Zoom

Aplikasi Zoom sangat berpengaruh untuk pembelajaran di era

digital, dan dapat digunakan untuk memudahkan akses informasi dan

komunikasi dalam proses pembelajaran terhadap peserta didik. Pada era

digital ini media alternatif pembelajaran sangat dibutuhkan setiap orang,

terutama seorang guru dalam proses pembelajaran di setiap sekolah,

dengan menggunakan aplikasi Zoom Cloud Meetings ini setiap orang

dapat menerima informasi dan reverensi belajar dari setiap pengguna/User

lain.50

Zoom dapat dikategorikan sebagai media komunikasi jarak jauh

dalam pembelajaran online yang dapat diartikan sebagai suatu jenis

pembelajaran yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa

maupun Mahasiswa melalui video conference, sehingga membantu anak

didik dan pendidik tetap melakukan interaksi tatap muka meskipun tidak

berdekatan untuk merangsang semua aspek perkembangan pada anak yang

tidak terlepas dari media pembelajaran.51

Menurut Sandiwano yang dikutip Junita Monica dan Dini

Fitriawati bahwa media pembelajaran berbasis internet digunakan untuk

mencapai tujuan seperti membuat jelas pesan suara visual sehingga tidak

terlalu verbal. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan lima indera,

50
Anggi Dwi Pratiwi, dkk, “Potensi Aplikasi Zoom Clouds Meeting, hal. 1753

51
Junita Monica dan Dini Fitriawati, “Efektifitas Penggunaan Aplikasi Zoom, hal. 1633

xlviii
mampu mempercepat proses pembelajaran, menimbulkan semangat

belajar, memberikan kesempatan peserta didik berinteraksi langsung

dengan lingkungan mereka dan kenyataan di lapangan, serta memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk belajar mandiri berdasarkan

kemampuan dan minat mereka.52

Jadi, Manfaat aplikasi zoom adalah untuk memudahkan

komunikasi jarak jauh saat melakukan pembelajaran dengan interaksi yang

lebih terarah, dengan memanfaatkan video, audio dan fitur lainnya yang

beragam yang dapat menarik perhatian semua orang dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, manfaat aplikasi media Zoom ini

sangat bermanfaat bagi semua orang karena bisa melakukan proses

pembelajarannya secara online. Namun di masa pandemi ini semua orang

bisa menggunakan media zoom ini untuk melakukan setiap kegiatannya

masing-masing.

2.5.4. Kelebihan Media belajar Zoom

Pada penggunaan media aplikasi zoom ada beberapa kelebihan

dianataranya yaitu

1. Versi dasar dari perangkat lunak pertemuan berbasis cloud ini

gratis.

2. Pengguna memiliki sejumlah alat yang berbeda untuk dipilih

selama proses pembelajaran

52
Ibid. 1634

xlix
3. Kapasitas ruang besar

4. Mendukung Presentasi

5. Fitur On/Off Video

6. Tersedia di berbagai perangkat

7. Memudahkan informasi dan komunikasi secara jarak jauh.

2.5.5. Kekurangan Media Belajar Zoom

1. Penggunaan gratis terbatas pada pertemuan cloud 40 menit atau

kurang.

2. Mungkin ada masalah buffer jika digunakan dengan OS yang

lebih lama.

3. Boros paket

4. Kurang memahami sebuah materi

5. Minimnya pengawasan dalam materi

6. Terbatasnya akses internet.53

Dapat disimpulkan bahwa kekurangan dan kelebihan aplikasi

Zoom yang terjadi berbeda-beda dalam setiap pengguna tergantung

tempat, jaringan dan kemudahan akses jaringan internet yang digunakan,

serta tidak terjalin nya interaksi secara penuh dalam perkembangan. Oleh

karena itu, ketika menggunakan media zoom harus mempunyai Quota

53
Ibid. 1753

l
yang banyak atau ditempat yang jaringan yang lebih bagus. Dan ketika

mengikuti perkuliahan atau kegiatan apapun itu bisa berjalan dengan baik

tanpa ada gangguan suatu apapun.

Perubahan sistem pembelajaran kegiatan belajar mengajar di

Sekolah Tinggi Teologi Efata karena pandemi, Aplikasi Zoom ini bisa

digunakan dengan gratis, Namun durasi videonya dibatasi hanya 40 menit

dan jumlah partisipan maksimal 100 orang. Dan media Zoom ini bisa

digunakan oleh semua Orang.oleh karena itu, Media yang umum selama

ini dipakai oleh Dosen dan Mahasiswa adalah Zoom dan lembaga Sekolah

Tinggi Teologi Efata ini memfasilitas yaitu Wifi selama 24 jam. Dan

ternyata ini merupakan salah satu langkah yang diambil oleh lembaga

Sekolah Tinggi Teologi Efata untuk merealiasikan atau memudahkan.

Karena beberapa dosen juga dari Luar kota sehingga perkuliahan harus

dilakukan secara online. Dan media belajar yang digunakan adalah media

zoom. Jadi dari sekian Dosen yang ada di Sekolah Tinggi Teologi Efata

Salatiga semua memakai aplikasi zoom secara murni.

2.5.6.Dampak Media Belajar Zoom

2.5.6.1.Aspek Kesehatan

Dampak covid-19 bagi kesehatan adalah Disamping fakta bahwa

Covid-19 memakan korban jiwa baik di beberapa negara yang terinfeksi

maupun di Indonesia, selain dampak umum yang menyerang fisik dan

li
nyawa seseorang dampak Covid-19 di bidang kesehatan lain yaitu

menyerang kesehatan. Dibalik terdapatnya korban jiwa terhadap

masyarakat yang terinfeksi akibat Covid-19 dan masuknya Covid-19 ke

Indonesia menyebabkan masyarakat menjadi risau, gelisah, karena

keadaan dan kondisi yang memicu hal tersebut dengan adanya lockdown

dan kebijakan pemerintah lainnya yang membuat kehidupan tidak normal

seperti sebelum Covid-19 datang hal ini dapat memicu kesehatan pada

masyarakat.54

Jadi, Dampak yang telah dipaparkan di atas merupakan dampak

negatif pada bidang kesehatan yang diakibatkan oleh kondisi pandemi

Covid-19. Pandemi Covid-19 ini tidak hanya memakan korban jiwa,

tetapi di dalam bidang kesehatan munculnya Covid-19 memicu suatu

penyakit mental yang serius bagi seyiap para masyarakat yang ada . Dari

berbagai macam masalah yang dihadapi masyarakat selama masa

pandemi Covid-19 karena, korban jiwa tidak hanya ditimbulkan dari para

masyarakat yang terinfeksi saja akan tetapi berasal dari penyakit lain yang

memicu semakin banyaknya korban jiwa, yag terjadi di dunia ini.

2.5.6.2. Aspek Kejiwaan/Mental

Aspek kesehatan secara kejiwaan atau mental Fitria (2020)

mengungkapkan bahwa gangguan psikologis yang seringkali dialami oleh

54
UNITED NATIONS, Policy Brief: COVID-19 and the Need for Action on Mental
Health EXECUTIVE SUMMARY: COVID-19 and the Need for Action on Mental Health, World
Health Organization, Geneva Swithzerland, 2020.

lii
masyarakat khususnya di Indonesia adalah rasa cemas jika tertular. Cemas

merupakan bentuk ketakutan dan kerisauan terhadap sesuatu yang tidak

jelas. Banyak para ahli berpendapat bahwa kesehatan fisik dan mental

sebenarnya harus dikelola dengan seimbang.55

Jadi, Ketika seseorang memiliki mental yang kurang sehat, maka

rasa cemas cenderung akan menguasai dirinya. Apalagi, pada dasarnya

semua gangguan kesehatan mental diawali oleh perasaan cemas di saat

seseorang tidak memiliki mental yang sehat, maka dirinya dapat dikatakan

terkena gangguan mental. Mental yang tidak sehat adalah mental yang

terganggu, yang penjelasan sebagai gangguan atau penyakit yang dapat

menghalangi seseorang untuk hidup sehat seperti yang diinginkan oleh

seseorang itu sendiri maupun orang lain. Dari gangguan mental ini tidak

terbatas, bisa berawal dari gangguan emosional, hingga ketidakmampuan

dalam menyesuaikan diri sendiri

2.5.6.3. Aspek Ekonomi

Pada sektor perekonomian yang disebabkan oleh covid-19 adalah

pada 2020 mengakibatkan turunnya PMI Manufacturing Indonesia dengan

jumlah penurunan sebesar 45,3%, pada triwulan ke-1 mengakibatkan

adanya penurunan dalam kegiatan impor dengan jumlah sebesar 3,7%.56

55
Fitria, Cognitive Behavior Therapy Counseling Untuk Mengatasi Anxiety Dalam
Masa Pandemi Covid-19. ALIRSYAD (2020).
56
Fakhrul Rozi Yamali dan Ririn Noviyanti Putri, Dampak Covid-19 Terhadap Ekonomi
Indonesia, Journal of Economics and Business, 4 (2), 2020, hal. 386

liii
Dampak besar dari covid-19 terhadap sistem perekonomian di indonesia

oleh ketenagakerjaan adalah sebagai berikut:

1. Jumlah total pemutusan hubungan kerja (PHK) adalah 2,08 juta

pekerja

2. Sebagian pekerja belum mendapatkan subsidi upah dengan semestinya

3. Angka tingkat pengangguran terbuka (TPT) melonjak sekitar 7.07%,

pada Agustus 2020 yang meningkat dari tahun sebelumnya. 57

Jadi, dari sektor perekonomian selama covid-19 dapat mengakibatkan

terjadinya angka penurunan terhadap perekonomian masyarakat. Oleh

sebab itu para pemerintahan dapat memberikan upah kepada para pekerja

dengan upah yang tidak maksimal.

2.5.6.4. Aspek Pendidikan

Dampak covid-19 bagi dunia pendidikan adalah Pemerintah

melakukan kebijakan baru yaitu Work From Home (WFH). Yang

dimaksud dari kebijakan ini adalah upaya yang dilakukan pemerintah agar

masyarakat melakukan segala kegiatan di rumah. Maka dari itu,

pendidikan pun harus dilakukan di rumah tanpa tatap muka secara

langsung. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) ini dilakukan dengan sistem

belajar daring (jaringan). Adapun dampak yang dipicu dari belajar daring

ini adalah berbagai kendala yang dirasakan oleh guru dan murid, seperti

materi yang disampaikan oleh guru belum sepenuhnya tersampaikan tetapi

57
Pusat Data Analisis Tempo, Melihat Dampak Corona Bagi Sektor Ekonomi Nasional,
(Jakarta: Tempo Publishing, 2021), hal 60

liv
tugas yang diberikan diganti dengan tugas lainnya, sehingga menimbulkan

keluhan bagi para siswa karena tugas yang diterima semakin banyak setiap

harinya.58

Jadi, dampak covid-19 bagi dunia pendidikan adalah proses belajar

mengajar yang dilakukan secara tatap muka tidak bisa dilakukan karena

pandemi covid-19. pembelajaran dilakukan secara online dimana dimulai

dari tingkat pendidikan dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

Melalui pendemi covid-19 ini mempengaruhi proses belajar mengajar

didalam kelas mulai dari materi, metode, dan media yang digunakan oleh

guru maupun dosen harus berubah. Hal ini menyebabkan adanya

perubahan dalam proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan. Oleh

karena itu, guru dan dosen harus kreatif dalam menyampaikan materi

melalui metode dan media yang digunakan supaya meningkatkan minat

belajar siswa maupun mahasiswa untuk memperoleh hasil belajar yang

baik. Melalui metode yang digunakan oleh guru maupun dosen akan

berdampak pada minat belajar siswa maupun mahasiswa sehingga guru

maupun dosen bisa mengukur dan menigkatkan minat belajar siswa dalam

mengikuti pembelajaran secara online.

2.6. Minat Belajar

2.6.1. Pengertian Minat belajar


Hilgart memberi rumusan mengenai minat yaitu sebagai

berikut :”Interest is persistingtendency to pay attention to and enjoy some


58
Fakrul Rozi Yamali,Ririn Noviyanti Putri, Dampak Covid-19, Terhadap Ekonomi
Indonesia, ( September 2020) hal. 384-388

lv
activity or content”. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk

memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang

diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa

senang. Maka berbeda dengan perhatian karena perhatian sifatnya

sementara atau tidak dalam waktu yang lama dan belum tentu diikuti

dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan

senang dan dari situ diperoleh kepuasan. Minat yang besar pengaruhnya

terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai

dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya,

karena tidak ada daya tarik bagi dirinya. Ia malu-malu untuk belajar, ia

tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran tersebut.59

Kegiatan yang diminati seseorang akan diperhatikan terus menerus

yang disertai rasa senang. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar,

karena bila materi pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat

peserta didik, maka peserta didik tersebut tidak akan belajar dengan

sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik baginya. Minat dapat

diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa peserta didik

lebih tertarik pasa suatu hal dari pada lainnya. Proses belajar akan berjalan

lancar bila disertai dengan minat. Streers mengatakan bahwa orang yang

mempunyai minat tinggi terhadap pekerjaannya akan memperoleh prestasi

59
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta:Rineka
Cipta,2013), hal.57

lvi
yang lebih baik dibanding dengan orang yang kurang berminat dengan

pekerjaanya .60

Jadi, minat merupakan hal penting dalam meraih prestasi karena

dengan minat akan tumbuh harapan dan dengan harapan seseorang akan

melakukan suatu pekerjaan dengan penuh rasa tanggung jawab. Ketika

seseorang mempunyai minat belajar yang lebih tinggi, maka ketika

mengikuti setiap proses pembelajaran didalam kelas akan di ikuti dengan

baik dan benar

2.6.2. Unsur-Unur Minat Belajar

Peserta didik dikatakan berminat terhadap pelajaran jika memiliki

beberapa unsur. Menurut Abdul Rahman Abror minat memiliki tiga unsur:

a. Kognisi (mengenal): minat didahului oleh pengetahuan dan

informasi mengenai obyek yang dituju oleh minat tersebut.

b. Emosi (perasaan): partisipasi atau pengalaman itu disertai

dengan perasaan tertentu biasanya rasa senang.

c. Konasi (kehendak): merupakan kelanjutan dari kedua unsur

kognisi dan emosi yaitu diwujudkan dalam bentuk kemauan dan hasrat

untuk melakukan suatu kegiatan, termasuk kegiatan yang diselenggarakan

di sekolah.

Menurut Slameto peserta didik yang berminat dalam belajar


memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
60
Ibid. 77

lvii
1. Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang sesutau yang dipelajari secara terus menerus
2. Ada rasa suka dan senang pada sesutau yang diminati
3. Ada rasa keterikatan pada suatu aktivitas yang diminati
4. Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya dari pada yang lain.
5. Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang
diminati
6. Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.61
Dapat disimpulkan bahwa Minat dalam belajar sangat

mempengaruhi hasil belajar, apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak

sesuai dengan minat maka bahan pelajaran tersebut kurang menarik

baginya yang mengakibatkan peserta didik mauppun Mahasiswa dam

belajar kurang baik. Oleh karena itu, peserta didik maupun Mahasiswa

yang memiliki minat belajar apabila memiliki unsur-unsur seperti diatas

perhatian, kebutuhan, keingintahuan dan motivasi.maka didalam proses

belajarnya akan sangat baik, dan bisa mencapai setiap presetasi yang telah

di Impikan.

2.6.3. Fungsi Minat dalam belajar

Minat dalam belajar memiliki fungsi sebagai berikut:


1. Sebagai kekuatan yang akan mendorong siswa untuk belajar.
Siswa yang berminat kepada pelajaran akan tampak terdorong
terus untuk tekun belajar.
2. Mendorong siswa untuk berbuat dalam mencapai tujuan.
3. Penentu arah perbuatan siswa yakni kearah tujuan yang hendak
dicapai
4. Penseleksi perbuatan sehingga perbuatan siswa yang
mempunyai motivasi senantiasa selektif dan tetap terarah
kepada tujuan yang ingin dicapai.62
61
Ibid. 26

62
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu jaya, 2007

lviii
Jadi, dari beberapa fungsi minat belajar diatas dapat dismpulkan

bahwa didalam proses untuk mencapai suatu keberhasilan dalam belajar

sangat bergantung kepada minat, karena dengan minat seseorang akan

terus terdorong untuk bisa tekun dalam belajar. Oleh karena itu, kurangnya

minat belajar siswa terhadap pelajaran akan menjadi penghambat dalam

proses belajar nya.

2.6.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar

Minat Belajar berpengaruh pada pencapaian tujuan terhadap suatu

hal yang diinginkan. Minat dalam diri seseorang tidak dapat terjadi secara

tiba-tiba melalui proses. Peserta didik memiliki minat dari pembawaannya

dan memperoleh perhatian, berinteraksi dengan lingkungannya sehingga

minat dapat bertumbuh dan berkembang.

Menurut Siti Rahayu Haditono dalam Dwi Hari Subekti minat


dipengaruhi oleh 2 faktor:
a. Faktor dalam diri (intrinsik) yaitu berarti bahwa sesuatu perbuatan
memang diinginkan karena seseorang senang melakukannya. Disini minat
datang dari dalam diri sendiri, seperti: rasa senang, perhatian, semangat
emosi, motivasi.
b. Faktor dari luar (ekstrinsik) bahwa suatu perbuatan dilakukan atas
dorongan dari luar. Orang melakukan suatu perbuatan karena ada
dorongan dari luar, seperti: lingkungan, orang tua, guru.63

Dari berbagai faktor yang dapat mempengaruhi minat belajar yang

telah diuraikan di atas perlu untuk diperhatikan bahwa Minat Belajar

memiliki pengaruh besar terhadap keberhasilan setiap Mahasiswa dalam

63
Septianingrum Sunaryo, Skripsi:”Minat Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran
Pendidikan Jasmani di SMPN 2 Tempel, Sleman” (Yogyakarta: UNY,2016), hal. 12

lix
meraih kesuksesan dalam belajar. Maka seorang Dosen perlu untuk

memahami kemampuan setiap Mahasiswa sehingga dapat mengikuti

pembelajaran dengan mudah tanpa harus mengalami kesulitan dalam

belajar, sebab mahasiswa mempunyai kemampuan yang berbeda-beda

anatara satu sama dengan yang lainnya. Jadi, Dosen dapat memberikan

perhatian secara penuh untuk meningkatkan Minat Belajar sehingga

memiliki keinginan untuk belajar.

2.6.5. Pentingnya Pengukuran Minat Belajar

Ada beberapa alasan mengapa guru/dosen perlu mengadakan

pengukuran minat kepada peserta didik menurut Wayan Nurkacana yaitu:

1. Untuk meningkatkan minat peserta didik atau

Mahasiswa

2. Memelihara minat yang baru timbul.

3. Mencegah timbulnya minat terhadap hal-hal yang tidak

baik.

4. Sebagai persiapan untuk memberikan bimbingan kepada

peserta didik tentang lanjutan study atau pekerjaan yang

cocok baginya.64

Jadi, dari beberapa alasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam

pentingnya pengukuran minat belajar bisa meningkatkan minat belajar

64
Ibid. 28

lx
siswa dan mahasiswa. ketika Dosen tidak mengubah media belajar atau

metode belajar maka minat belajar siswa maupun mahasiswa ada yang

meningkat dan ada yang biasa saja dan minat belajar menurun. Dan

melalui minat belajar bisa memberikan pengaruh yang baik untuisa

meningkatkan cara belajar dan minat belajar seseorang. Karena, tidak

semua siswa maupun mahasiswa mempunyai minat belajar yang berbeda-

beda. Oleh karena itu, sebagai Guru atau pun dosen harus memiliki

kreativitas dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa

maupun mahasiswa. Agar setiap siswa maupun mahasiswa dapat

memahami materi yang di sampaikan dengan mudah dipahami.

lxi
BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Pengertian Metodologi Penelitian

Secara etimologis, kata “metode” berasal dari bahasa Yunani “methodos”yang

tersusun dari kata“meta”dan“hodos“. Meta berarti menuju, melalui, mengikuti,

atau sudah. Sedangkan hodos berarti jalan, cara, atau arah. Kata tersebut

kemudian diserap dalam bahasa Inggris menjadi kata “method” yang berarti suatu

bentuk prosedur tertentu untuk mencapai atau mendekati suatu tujuan, terutama

cara yang sistematis.65

Jadi, penjelasan diatas dapat di simpulkan bahwa pengertian metode

penelitian adalah suatu cara atau proses sistematis yang digunakan untuk

melakukan suatu kegiatan agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik.

3.2.Jenis dan Metodologi Penelitian

Metode adalah suatu prosedur atau cara baku, standar dalam memenuhi

kriteria ilmiah. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode pnelitian

kualitaif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa

yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi dan

tindakan yang secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata

dan bahsa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan

berbagai metode alamiah.66 Metodologi penelitian terdiri dari Empat jenis yaitu:

65
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-metode.html.20 Maret 2020

66
Moleong, J Lexy. Metodologi Penelitian Kualitaitif. ( Bnadung: Pt Remaja
Rosdakarya, 2007) 10

lxii
Metodologi Penelitian Kualitatif, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Metodologi

Penelitian Kualitatif Kuantitatif, dan metodologi Penelitian Tindakan Kelas:

Jadi, dalam penelitian kualitatif adalah suatu bentuk penelitian yang

ditunjukkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan setiap kejadian-

kejadian yang ada, baik kejadian alamiah maupun rekayasa manusia sehingga

dalam tujuan penelitian deskriptif ini adalah untuk melakukan secara sistematis

atau teratur berdasarkan kenyataan yang yang mengandung kebenaran dan akurat

atau teliti, cermat, tepat dan benar mengenai fakta yang ada.

Metodologi Penelitian kualitatif adalah penelitian kualitatif deskriptif, yaitu

data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata, gambar, bukan angka-angka. Metode

penelitian kuantitatif Deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan

mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat

populasi tertentu, atau mencoba mnggambarkan fenomena secara detail.

Pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi

tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak hal-hal yang berhubungan dengan

kehidupan sehari-hari. Dan pendekatan kuantitatif lebih meningkatkan adanya

variabel-variabel sebagai sebagai objek penelitian dan variabel-variabel tersebut

harus didefinisikan dalam bentuk operasional variabel masing-masing. Dan

Metodologi penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang artinya penelitian yang

mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan

yang dialkukan dalam disiplin inkuiri, atau segla sesuatu usaha seseorang dalam

memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan

dan perubahan.

lxiii
Dalam penulisan ini metode yang di pakai adalah Metodologi penelitian

Kualitatif yaitu suatu bentuk penelitian yang mendeskripsikan atau

menggambarkan keadaan suatu tempat atau fenomena yang terjadi di Sekolah

Tinggi Teologi Efata sehingga didalam proses belajar mengajar dipengaruhi

oleh media belajar yaitu dari Offline menjadi Online.

3.3.Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland sebagaimana yang telah dikutip oleh

Lexy. J. Moleong dalam bukunya yang berjudul Metodologi Penelitian

Kualitatif, mengemukakan bahwa sumber data utama dalam penelitian

kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya berupa data tambahan

seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini

jelas datanya dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis,

foto dan statistik.67

Sedangkan yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah

subyek dari mana data dapat diperoleh. Apabila menggunakan wawancara

dalam mengumpulkan datanya maka sumber datanya disebut informan,

yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan baik

secara tertulis maupun lisan. Apabila menggunakan observasi maka sumber

datanya adalah berupa benda, gerak, atau proses sesuatu. Apabila

67
Ibid. 112

lxiv
menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau catatanlah yang menjadi

sumber datanya.68

Dalam penelitian ini sumber data primer berupa kata-kata diperoleh

dari wawancara dengan para informan yang telah ditentukan yang meliputi

berbagai hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran bagi

Mahasiswa Pendidikan Agama Kristen di Sekolah Tinggi Teologi Efata

Salatiga. Sedangkan sumber data sekunder dalam penelitian ini berupa data

kurikulum, daftar nama mahasiswa program studi Pendidikan Agama

Kristen di Sekolah Tinggi Teologi Efata, serta foto-foto kegiatan

perkuliahan di Sekolah Tinggi Teologi Efata Salatiga.

3.3.2. Teknik Pengumpulan Data

Pengertian teknik pengumpulan data menurut Arikunto adalah cara-

cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data, di

mana cara tersebut menunjukan pada suatu yang abstrak, tidak dapat di

wujudkan dalam benda yang kasat mata, tetapi dapat dipertontonkan

penggunaannya.69 Dalam hal pengumpulan data ini, penulis terjun langsung

pada objek penelitian untuk mendapatkan data yang valid, maka peneliti

menggunakan metode sebagai berikut:

3.3.2.1. Observasi

Observasi atau pengamatan dapat diartikan sebagai

pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang


68
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : PT.
Rineka Cipta, 2002, Cet.XII), hal. 107.

69
Ibid. 134.

lxv
tampak pada objek penelitian. Observasi ini menggunakan

observasi partisipasi, di mana peneliti terlibat langsung dengan

kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan

sebagai sumber data penelitian.70

Dalam observasi secara langsung ini, peneliti selain berlaku

sebagai pengamat penuh yang dapat melakukan pengamatan

terhadap gejala atau proses yang terjadi di dalam situasi yang

sebenarnya yang langsung diamati oleh observer. Observasi

langsung ini dilakukan peneliti untuk mengoptimalkan data

mengenai pelaksanaan pembelajaran pada Program studi Pendidikan

Agama Kristen, interaksi Dosen dan Mahasiswa dalam kegiatan

perkuliahan, keadaan para Mahasiswa, dan media belajar yang

digunakan.

3.3.2.2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu

yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)

yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee)

yang memberikan jawaban atas pertanyaan.71

Dalam hal ini, peneliti menggunakan wawancara

terstruktur, di mana seorang pewawancara menetapkan sendiri

masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan untuk


70
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dan
R&D , (Bandung: Alfabeta, 2006), hal. 310.

71
Ibid. 135

lxvi
mencari jawaban atas hipotesis yang disusun dengan ketat.72 Dalam

melaksanakan teknik wawancara (interview), pewawancara harus

mampu menciptakan hubungan yang baik sehingga informan

bersedia bekerja sama, dan merasa bebas berbicara dan dapat

memberikan informasi yang sebenarnya. Teknik wawancara yang

peneliti gunakan adalah secara terstruktur (tertulis) yaitu dengan

menyusun terlebih dahulu beberapa pertanyaan yang akan

disampaikan kepada informan. Hal ini dimaksudkan agar

pembicaraan dalam wawancara lebih terarah dan fokus pada tujuan

yang dimaksud dan menghindari pembicaraan yang terlalu

melebar. Selain itu juga digunakan sebagai patokan umum dan

dapat dikembangkan peneliti melalui pertanyaan yang muncul

ketika kegiatan wawancara berlangsung. 73

Adapun penelitian yang gunakan untuk menggali data

terkait pelaksanaan pembelajaran pada program studi Pendidikan

Agama Kristen di Sekolah Tinggi Teologi Efata Salatiga. Adapun

informannya antara lain:

a. Dosen Program Studi Pendidikan Agama Kristen Sekolah Tinggi

Teologi Efata Salatiga menggunakan media belajar zoom dalam

72
Ibid. 134

73
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : PT.
Rineka Cipta, 2002, Cet.XII), hlm. 203.

lxvii
menyampaikan Materi pembelajaran dalam perkuliahan 5 Dosen,

sedangkan matakuliah yang diampuh ada 17 mata kuliah. Nama

Dosen dan Matakuliah Terlampir.

b. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Kristen di Sekolah

Tinggi Teologi Efata Tahun Ajaran 2018-2022, sebanyak 22

mahasiswa Terlampir.

3.4.Instrumen Peneltian

Instrumen Penelitian adalah sebuah alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data atau informasi yang brmanfaat untuk menjawab permasalahan

penelitian. Dalam hal ini instrumen penlitian adalah panduan wawancara yang akan

digunakan untuk mengetahui Dampak Penggunaan Media Belajar terhadap Minat

Belajar Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Kristen di Sekolah Tinggi Teologi

Efata Salatiga di Era Pandemi Covid-19. Instrumen penelitian ini, digunakan untuk

mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki, dan menyajikan data-data secara sistematis

serta objektif dengan tujuan memecahkan persoalan tentang pembahasan yang

diteliti.

3.5. Teknik Analisa Data

Analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif analitik, yaitu

mendeskripsikan data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan

angka. Data yang berasal dari naskah, wawancara, catatan lapangan, dokuman,

dan sebagainya, kemudian dideskripsikan sehingga dapat memberikan kejelasan

terhadap kenyataan atau realitas.74


74
Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), hal. 66.

lxviii
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum

memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Dalam

hal ini Nasution menyatakan:

“Analisis telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum

terjun ke lapangan dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian.

Analisis data menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin,

teori yang grounded. Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih

difokuskan selama proses di lapangan bersama dengan pengumpulan data. In fact,

data analysis in qualitative research is an ongoning activity the occurs

throughout the investigative process rather than after process. Dalam

kenyataannya, analisis data kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan

data daripada setelah selesai pengumpulan data.”75

Analisis data versi Miles dan Huberman, bahwa ada tiga alur kegiatan, yaitu

reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan atau verifikasi.

1. Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul

dari catatan lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data, dimulai

dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema, menulis memo,

dan lain sebagainya, dengan maksud menyisihkan data atau informasi yang

tidak relevan, kemudian data tersebut diverifikasi.

2. Penyajian data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang

memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

75
Ibid. 335-336.

lxix
tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif,

dengan tujuan dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun

dalam bentuk yang padu dan mudah dipahami.

3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan kegiatan akhir penelitian

kualitatif. Peneliti harus sampai pada kesimpulan dan melakukan verifikasi,

baik dari segi makna maupun kebenaran kesimpulan yang disepakati oleh

tempat penelitian itu dilaksanakan. Makna yang dirumuskan peneliti dari

data harus diuji kebenaran, kecocokan, dan kekokohannya. Peneliti harus

menyadari bahwa dalam mencari makna, ia harus menggunakan pendektan

emik, yaitu dari kacamata key information, dan bukan penafsiran makna

menurut pandangan peneliti (pandangan etik).76

3.6. Penguji Kredibilitas

Keabsahan data dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan

kriteria kredibilitas. Untuk mendapatkan data yang relevan, maka peneliti

melakukan pengecekan keabsahan data hasil penelitian dengan cara:

3.6.1. Perpanjangan pengamatan

Peneliti tinggal di lapangan penelitian sampai kejenuhan

pengumpulan data tercapai. Perpanjangan pengamatan peneliti akan

memungkinan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan.77

Dengan perpanjangan pengamatan ini, peneliti mengecek Kembali apakah

data yang telah diberikan selama ini setelah dicek kembali pada sumber
76
Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2009), hlm. 85-89.
77
Ibid . 248.

lxx
data asli atau sumber data lain ternyata tidak benar, maka peneliti

melakukan pengamatan lagi yang lebih luas dan mendalam sehingga

diperoleh data yang pasti kebenarannya.78

Dalam penelitian ini peneliti melakukan pserpanjangan

pengamatan, dengan kembali lagi kelapangan untuk memastikan apakah

data yang telah penulis peroleh sudah benar atau masih ada yang salah.

3..6.2. Peningkatan ketekunan dan penelitian

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara

lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian

data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.

Meningkatkan ketekunan itu ibarat kita mengecek soal-soal, atau

makalah yang telah dikerjakan, apakah ada yang salah atau tidak. Dengan

meningkatkan ketekunan itu, maka peneliti dapat melakukan pengecekan

Kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak. Demikian

juga dengan meningkatkan ketekunan maka, peneliti dapat memberikan

deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.79

Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah

dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian

atau dokumentasi yang terkait dengan pelaksanaan perkuliahan di program

Pendidikan Agama Kristen.

78
ibid. 271.

79
Ibid. 272

lxxi
DAFTAR PUSTAKA

Alkitab. (Jakarta:Lembaga Alkitab Indonesia,2009)

Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002, Cet.XII)

Boehlke Robert R., Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktik

PAK, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005)

Cairns Dr. I.J, Tafsiran Alkitab Kitab Ulangan Pasal 1-11,

(PT.BPK Gunung Mulia, 1997)

lxxii
Douglas dkk. J.D. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid II.

(Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih /OMF, 1995)

Dwi Pratiwi Anggi, dkk, “Potensi Aplikasi Zoom Clouds Meetings

Dalam Pembelajaran di Era Digital”,( Universitas Tanjungpura,

Pontianak, 19 Oktober 2019)

..........................dkk, “Potensi Aplikasi Zoom Clouds Meetings dalam

pembelajaran di Era Digital”, Universitas Tanjungpura,

Pontianak, 19 Oktober 2019

E.G. Homrighausen, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK

Gunung Mulia , 2008)

Fitria, Cognitive Behavior Therapy Counseling Untuk Mengatasi

Anxiety Dalam Masa Pandemi Covid-19. ALIRSYAD (2020).

Gultom. Andar,Strategi, model, dan evaluasi,bina media informasi,

(Bandung 2007)

GP Harianto, Teologi PAK, (Yogyakarta, ANDI 2017

Haqien Danin dan Afiifadiyah Aqiilah, “Pemanfaatan Zoom

Meeting,tt

I.H.Enklaar dan E.G. Homrighausen. Pendidikan Agama Kristen.

(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011)

Jajang, penggunaan aplikasi zoom meeting di masa pandemi covid-

19 pada pembelajaran sains jurnal elemtary. (2021)

lxxiii
Khasan Tholib, Dasar-Dasar Pendidikan (Jakarta: Studia

Pers,2009)

Karo-karo, Isran Rasyid S dkk, Manfaat media dalam

pembelajaran,tt

Kustandi Cecep, pengembangan media pembelajaran konsep dan

aplikasi pengembangan media pembelajaran bagi pendidik disekolah dan

dimasyarakat, (kencana (previsi denamedia group) Jakarta), tt

Kristanto. Paulus Lilik, Prinsip Dan Praktek PAK Penuntun Bagi

Mahasiswa teologi dan Pak, Pelayan Gereja, Guru Agama dan Keluarga

Lristen,( Yogyakarta : Andi,2006)

Nuhamara Daniel, Pembimbing Pendidikan Agama Kristen,( Jurnal

info Media, 2009)

Lexi, J, Moleong. Metodologi Penelitian Kualitaitif. ( Bandung: Pt

Remaja Rosdakarya, 2007)

Monica Junita dan Fitriawati Dini, “Efektifitas Penggunaan

Aplikasi Zoom Sebagai Media Pembelajaran Online pada Mahasiswa

Saat Pandemi Covid-19”, dalam jurnal Communio : (Jurnal Ilmu

Komunikasi, Vol IX, No. 2, Juli-Desember, 2020)

Neolaka. Grace Amialia dan Neola, Landasan Pendidikan,

( Jakarta : Kencana, 2017 )

Nizwardi Jalmur, Media dan sumber Pembelajaran, ( Jakarta :

Kencana, 2016)

lxxiv
Naserly Kasmir Mursyid, Implementasi zoom, Google Classroom, dan

WhatsApp Group dalam mendukung pembelajaran daring(Online) pada

matakuliah bahasa inggris (Universitas bina sarana informatika jakarta),

Jurnal Aksara Public, (2022)

Nainggolan.Jhon M., PAK Dalam Masyarakat Majemuk,

(Bandung.Bina Media informasi,2009)

Shobiin Ma’a, Konsep dan Implementasi Kurikulum Di Sekolah

Dasar, (Yogyakarta:Deeppublisher,2016)

Sidjabat Samuel membesarkn anak dengan kreatif, (Yogyakarta:

Andi, 2008)

Sumiharsono Rudi dan Hasanah Hisbiyatul, Media

Pembelajaran: Buku Bacaan Wajib Dosen, Guru dan calon pendidik,

(jember: Cv Pustaka Abadi, 2017)

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya,

(Jakarta:Rineka Cipta,2013)

Sunarto Wirjono, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Rajawali, 1984)

Setiawan Hari, KBBI ( Surabaya : Karya Gemilang Utama, 2004)

Susi Astini Ni Komang, Tingkat Sekolah, “Pemanfaatan Teknologi

Informasi dalam Pembelajaran Dasar pada Masa Pandemi Covid-19,

dalam Jurnal Lampuhyang”, (Vol. 11 No. 2 Juli 2020)

Sunaryo Septianingrum, Skripsi:”Minat Siswa dalam Mengikuti

Pembelajaran Pendidikan Jasmani di SMPN 2 Tempel, Sleman”

(Yogyakarta: UNY,2016)

lxxv
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif

dan Kualitatif dan R&D , (Bandung: Alfabeta, 2006)

Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 1997)

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008)

Sabri Alisuf , Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu jaya,

2007)

Siahaan Matdja, Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Dunia

Pendidikan, Jurnal Kajian Ilmiah (JKI), Edisi Khusus No. 1, (Juli 2020)

Usman Husaini dan Setiadi Akbar Purnomo, Metodologi

Penelitian Sosial, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009)

Winatasahirin, Identitas Dan Ciri Khas Pendidikan Kristen,

(Yogyakarta : BPK Gunung Mulia, 2003)

Yatiningsih Sumi, Tujuan Pendidikan Agama Kristen, Mengajar

Dengan Kreatif dan Menarik.tt

Yamali Fakhrul Rozi dan Putri Ririn Noviyanti Putri, Dampak

Covid-19 Terhadap Ekonomi Indonesia, Journal of Economics and

Business, (2020)

Jurnal pendidikan agama kristen (Jakarta: UKI Press, 2017)

Https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pendidikan-

informal.html, akses Kamis 10/02/2022, 22:00 WIB

lxxvi
https://www.coursehero.com/file/p5a96eo/Hakikat-Pendidikan-

Agama-Kristen-PAK-seperti-yang-tercantum-dalam-hasil/

30/10/2021,20:47 WIB

http;//a2i3s-c0ol.blogspot.com/2008/10/media pembelajaran.html,

akses tgl 01/11 2021, 23:33 WIB

https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-metode.html

akses .20 /03 2020 WIB

LAMPIRAN 1

Nama Dosen dan Matakuliah Yang di Ampuh

No Nama Dosen Mata Kuliah

1. Pdt. Dr. Noh Asbanu, M.Th 1. Teologi Sistematika 1

2. Teologi Sistematika 2

3. Teologi Sistematika 3

2. Dr. Kanti Widiastuti, M.Th 1. Pemuridan 1

2. Metodologi Penelitian

lxxvii
3. Penginjilan Pribadi

4. Pemuridan 2

3. Pdt. Dr. Bambang Sriyanto, M.Th 1. Statistik

2. Penginjilan Lintas Agama

3. Manajemen dan

Administrasi Sekolah

4. Misiologi

4. Pdt. Darius Sriyono, M.Th 1. Etika Kristen 1

2. K

3. ateketik dan Doktrin

GPIAI

4. Oikumene

5. Etika Kristen 2

6. Andri Anto Wahyu Prasetyo, M.Th 1. Filsafat PAK

2. Strategi Pembelajaran

PAK

lxxviii
LAMPIRAN 2

Nama Mahasiswa Prodi PAK, Angkatan 2018-2022

No Nama Mahasiswa Angkatan

1. Maria Ribka Oematan 2018-2019

2. Maria Mahdalena Bangun 2018-2019

3. Yulinda A Nope 2018-2019

4. Yunita Lakmau 2018-2019

5. Astin Anggun Irdiana 2019-2020

6. Andra 2019-2020

lxxix
7. Ayusari 2019-2020

8. Akhsa Djaga 2019-2020

9. Dila Ayu Prihastiwi 2019-2020

10. Nomi 2019-2020

11. Sepanus Ucun 2019-2020

12. Noris Annuar Zega 2020-2021

13. Teti Warni Zai 2020-2021

14. Srinoviani 2020-2021

15. Linda 2020-2021

16. Andre Rosmiadi 2020-2021

17. Arlius Sulah 2020-2021

18. Yuni Sadarman Zega 2020-2021

19. Adaria Zai 2021-2022

20. Rani 2021-2022

21. Yupita Zai 2021-2022

22. Radit Sopiadit 2021-2022

lxxx

Anda mungkin juga menyukai