Anda di halaman 1dari 24

HALAMAN PENGESAHAN

Pengabdian : Penyuluhan Kesehatan dan Skrining


Resiko PTM Di Puskesmaa Pilolodaa
Ketua Tim Pengusul
a. Nama Lengkap : Ns. Fadli Syamsuddin, S.Kep.,M.Kep., Sp.Kep.MB
b. NIDN : 0924118701
c. Jabatan Fungsional :
d. Bidang Keahlian : Keperawatan
e. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Gorontalo
f. Nomor HP : -
g. Alamat Kantor : Jl. Prof. Masoer Pateda Kab. Gorontalo
h. Alamat Surel (e-Mail) : -

Anggota Tim :
1. Nama Lengkap : Ns. Abdul Wahab Pakaya, S.Kep., M.M., M.Kep
a. NIDN : 8825150017
b. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Gorontalo

2. Nama Lengkap : Ns. Iskandar Simbala, S.Kep., M.Kep


a. NIDN :
b. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Gorontalo

3. Nama Lengkap : Ns. Asni Ayuba, S.Kep., M.M


a. NIDN :
b. Peguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Gorontalo

Profesi Ners XIII


Stase Keperawatan Medikal Bedah
Kfovf[pgl;mvepw;kge’njdjekfo
c. Mahasiwa yang dilibatkan : 4 orang
1. Fadhluan Sjausj, S.Kep
2. Infantri Lebi, S.Kep
3. Rahayu Nento, S.Kep
4. Sukma Riyanti Nurkamiden, S.Kep
Tahun Pelaksanaan : 2022
Biaya Tahun Berjalan :
Biaya Keseluruhan :

Mengetahui

Ketua Program Studi Ketua Pengabdi

Ns. Andi Akifa Sudirman, M.Kep Ns. Fadli Syamsuddin, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.MB
NIDN : 0913108802 NIDN : 0924118701

Menyetujui
Ketua LPPM

Muhammad Firyal Akbar, M.Si


NBM : 120 6 10

Profesi Ners XIII


Stase Keperawatan Medikal Bedah
Kfovf[pgl;mvepw;kge’njdjekfo
PRAKATA

Program Pengabdian pada masyarakat merupakan program yang dilaksanakan


oleh dosen yang melibatkan Mahasiswa Ners Angkatan XIII dengan kegiatan Penyuluhan
Kesehatan dan Skrinning Resiko Penyakit Tidak Menular Di Puskesmas Pilolodaa.
Pelaksanaan skrining dilakukan pada pasien yang berkunjung ke Puskesmas Pilolodaa dan
pelaksanaan Penyuluhan dilakukan pada pasien yang telah selesai di lakukan Skrinning.
Pengabdian Dosen kepada Masyarakat yang dikemas dalam model paket
pengabdian yang mengintegrasikan antara pengabdian DOSEN dengan kegiatan
penyuluhan kesehatan dan skrinning. Laporan ini dibuat sebagai bentuk pertanggung
jawaban penyelenggaraan kegiatan dimaksud, bahan monitoring dan evaluasi keseluruhan
proses dilapangan serta sebagai dokumentasi dari proses yang telah dijalani.
Kegiatan ini dilaksanakan tanggal 16 Agustus 2022, dengan target luaran utama
dapat dilihat pada ringkasan pada bagian sebelumnya.
Besar harapan kami agar kegiatan semacam ini dapat beroleh dukungan untuk
tahapan selanjutnya.

Gorontalo, 16 Agustus 2022

Tim pelaksana

Profesi Ners XIII


Stase Keperawatan Medikal Bedah
Kfovf[pgl;mvepw;kge’njdjekfo
RINGKASAN

WHO menyebutkan penyakit tidak menular merupakan penyakit penyebab


kematian terbanyak di dunia. Kematian akibat penyakit tidak menular sekitar 36 juta
penduduk tiap tahunnya. Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan Skrining
dan Penyuluhan Kesehatan tentang penyakit tidak menular ini adalah agar masyarakat
dapat berperilaku hidup sehat dan terhindar dari berbagai jenis penyakit tidak menular.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilakukan di Puskesmas Piloloda’a kota
Gorontalo dengan cara memberikan pendidikan kepada masyarakat berupa penyuluhan.
Pengetahuan masyarakat mengenai pencegahan faktor risiko penyakit tidak menular dapat
diketahui dengan baik setelah dilakukan penyuluhan. Tujuan penyuluhan ini adalah agar
masyarakat dapat memahami dan sadar untuk berperilaku hidup sehat sehingga dapat
terhindar dari penyakit tidak menular.
Metode yang digunakan pada kegiatan ini adalah Skrining dan Penyuluhan
Kesehatan tentang Penyakit tidak menular. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat
dilakukan di puskesmas piloloda’a kota gorontalo dengan cara memberikan pendidikan
kepada masyarakat. Pendidikan masyarakat piloloda’a dilakukan dalam bentuk
penyuluhan. Penyuluhan dilakukan di puskesmas piloloda’a kota gorontalo dengan peserta
adalah penduduk atau masyarakat piloloda’a. Kegiatan penyuluhan dimulai dengan
penjelasan materi tentang definisi penyakit tidak menular, pengenalan jenis-jenis penyakit
tidak menular, faktor risiko beserta cara pencegahan penyakit tidak menular. Setelah
materi disampaikan, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab antara peserta dan pemateri.

Kata Kunci : Pengabdian, Skrining, Penyakit Tidak Menular

Profesi Ners XIII


Stase Keperawatan Medikal Bedah
Kfovf[pgl;mvepw;kge’njdjekfo
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang bukan disebabkan oleh
proses infeksi (tidak in feksius) dan tidak dapat berpindah dari satu orang ke orang
lain. Faktor risiko penyakit tidak menular dipengaruhi oleh kemajuan era globalisasi
yang telah mengubah cara pandang penduduk dunia dan melahirkan kebiasaan-
kebiasaan baru yang tidak sesuai dengan gaya hidup sehat.
Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit yang tidak disebabkan oleh
infeksi mikroorganisme seperti protozoa, bakteri, jamur, maupun virus. Penyakit jenis
ini bertanggungjawab terhadap sedikitnya 70% kematian di dunia. Meskipun tidak
dapat ditularkan dari orang ke orang maupun dari binatang ke orang, lemahnya
pengendalian faktor risiko dapat berpengaruh terhadap peningkatan kasus setiap tahun.
Hal ini sejalan dengan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, 2013, dan
2018 yang menunjukkan kecenderungan peningkatan prevalensi PTM seperti diabetes,
hipertensi, stroke, dan penyakit sendi/rematik/encok (Kemenkes RI, 2018).
Indonesia saat ini menghadapi beban ganda penyakit, yaitu penyakit menular dan
Penyakit Tidak Menular. Perubahan pola penyakit tersebut sangat dipengaruhi antara
lain oleh perubahan lingkungan, perilaku masyarakat, transisi demografi, teknologi,
ekonomi dan sosial budaya. Peningkatan beban akibat PTM sejalan dengan
meningkatnya faktor risiko yang meliputi meningkatnya tekanan darah, gula darah,
indeks massa tubuh atau obesitas, pola makan tidak sehat, kurang aktivitas fsik, dan
merokok serta alkohol.
Hasil riskesdas 2018 menunjukkan angka prevalensi penyakit tidak menular
meningkat dari tahun 2013. Prevalensi kanker pada tahun 2018 naik dari 1,4%
menjadi 1,8%; prevalensi stroke naik dari 7% menjadi 10,9%; dan penyakit ginjal
kronik naik dari 2% menjadi 3,8%. Berdasarkan. pemeriksaan gula darah, diabetes
melitus naik dari 6,9% menjadi 8,5%; dan hasil pengukuran tekanan darah, hipertensi
naik dari 25,8% menjadi 34,1%. Kenaikan prevalensi penyakit tidak menular ini
berhubungan dengan pola hidup dan pola makan yang tidak seimbang, antara lain

Profesi Ners XIII


Stase Keperawatan Medikal Bedah
Kfovf[pgl;mvepw;kge’njdjekfo
merokok, konsumsi minuman beralkohol, aktivitas fisik, serta konsumsi buah dan
sayur yang kurang (Kemenkes RI, 2018).
Hipertensi adalah penyebab utama penyakit kardiovaskular dan kematian dini di
seluruh dunia. Karena meluasnya penggunaan obat antihipertensi, tekanan darah rata-
rata global (BP(Diemer et al., 2017; Manandhar et al., 2012). Sebaliknya, prevalensi
hipertensi telah meningkat, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah dan
menengah. Perkiraan menunjukkan bahwa 31,1% orang dewasa (1,39 miliar) di
seluruh dunia memiliki hipertensi pada tahun 2010. Prevalensi hipertensi di antara
orang dewasa lebih tinggi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah
(31,5%, 1,04 miliar orang) dibandingkan di negara-negara berpenghasilan tinggi
(28,5%, 349 juta orang). Variasi tingkat faktor risiko hipertensi, seperti asupan
natrium yang tinggi, asupan kalium yang rendah, obesitas, konsumsi alkohol, aktivitas
fisik dan pola makan yang tidak sehat, dapat menjelaskan beberapa heterogenitas
dalam prevalensi hipertensi (Alifariki, 2015; La Ode Alifariki, 2020; Siagian, H.J,
Alifariki, L.O, 2021; Sudayasa et al., 2020).
Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi kedua secara global dan penyebab
utama kecacatan, dengan insiden yang meningkat di negara berkembang. Stroke
iskemik yang disebabkan oleh oklusi arteri bertanggung jawab atas sebagian besar
stroke. Pencegahan sekunder stroke iskemik tidak jauh berbeda dengan manajemen
risiko kardiovaskular, termasuk kontrol tekanan darah, manajemen kolesterol dan obat
antitrombotik. Intervensi pencegahan lainnya disesuaikan dengan mekanisme stroke,
seperti antikoagulasi untuk fibrilasi atrium dan endarterektomi karotis untuk stenosis
arteri karotis simtomatik yang parah (Diemer et al., 2017).
Di gorontalo sendiri khususnya Puskesmas Pilolodaa terdapat beberapa orang
dengan kasus Penyakit Tidak Menular yang telah dilakukan skrinning. Data terbaru
PTM pada bulan januari – juni 2022 terdapat 160 orang yang terdiagnosis memiliki
penyakit Hipertensi, dan 91 orang memiliki penyakit Diabetes Melitus.
Meningkatnya kasus PTM secara signifikan diperkirakan akan menambah beban
masyarakat dan pemerintah, karena penanganannya membutuhkan biaya yang besar
dan memerlukan teknologi tinggi. Program Pencegahan dan Pengendalian PTM

Profesi Ners XIII


Stase Keperawatan Medikal Bedah
Kfovf[pgl;mvepw;kge’njdjekfo
(P2PTM) sebagai acuan penyelenggaraan program yang berkesinambungan sehingga
upaya yang dilakukan kepada masyarakat lebih tepat dan berhasil.
Pencegahan dan penanggulangan PTM dinilai sebagai upaya pemeliharaan
kesehatan yang dilakukan oleh petugas dan individu yang bersangkutan secara
mandiri. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana mengembangkan suatu sistem
pelayanan yang dapat mendukung upaya pemeliharaan kesehatan mandiri, dengan
melakukan redefinisi peran dan fungsi seluruh sarana pelayanan kesehatan, untuk
menghubungkan pelayanan medis dengan pendekatan promosi dan pencegahan
dengan mengendalikan faktor risiko melalui skrinning, serta kurangnya kesadaran
masyarakat dalam memeriksakan kesehatannya secara rutin di fasilitas pelayanan
kesehatan.
Penemuan kasus secara dini serta pengetahuan masyarakat tentang penyakit tidak
menular dapat mencegah dan mengendalikan resiko penyakit tidak menular bagi
masyarakat baik yang sudah maupun yang belum terdiagnosis penyakit tidak menular.
Hal ini pula yang membuat kami tertarik untuk ikut melakukan kegiatan Penyuluhan
Kesehatan dan Skrinning Resiko Penyakit Tidak Menular di Puskesmas Pilolodaa
Kota Gorontalo. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat dan mengetahui tentang pencegahan serta resiko penyakit tidak menular.
Kegiatan Deteksi Dini (skrining) PTM dilakukan pada pasien yang berkunjung ke
puskesmas Pilolodaa untuk memeriksakan kesehatannya.
Kegiatan deteksi dini (skrining) PTM pada pasien di puskesmas pilolodaa yang
kami lakukan merupakan bentuk pengabdian masyarakat yang merupakan salah satu
perwujudan dari Tri Dharma perguruan tinggi yang terdapat pada undang-undang No
12. Tahun 2012 pada pasal 1 ayat 9 yaitu kewajiban perguruan tinggi untuk
menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Pengabdian masyarakat merupakan suatu wujud kristalisasi dan integrilisasi dari ilmu
yang tertuang secara teoritis dibangku kuliah untuk diterapkansecara nyata dalam
kehidupan sehari-hari dimasyarakat, sehingga ilmu yang diperoleh dapat diaplikasikan
dan dikembangkan dalam kehidupan masyarakat yang luas. (LPKM, 2019)

Profesi Ners XIII


Stase Keperawatan Medikal Bedah
Kfovf[pgl;mvepw;kge’njdjekfo
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Memastikan agar masyarakat dapat berperilaku hidup sehat dan terhindar dari
berbagai jenis penyakit tidak menular, serta senantiasa melakukan kontrol dan
pemeriksaan kepada petugas Kesehatan terdekat untuk mencegah terjadinya
kondisi yang semakin parah.
2. Tujuan khusus
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang Resiko Penyakit Tidak
Menular
2. Menemukan secara dini setiap kasus Penyakit Tidak Menular di Puskesmas
Pilolodaa
3. Menjamin setiap pasien dengan Penyakit Tidak Menular di puskesmas
pilolodaa mendapat pemeriksaan secara rutin

1.3 Manfaat
Kegiatan ini diharapkan dapat mengendalikan Resiko Penyakit Tidak Menular di
masyarakat serta senantiasa menjaga kondisi Kesehatan sehingga tidak jatuh pada
kondisi yang memiliki masalah kesehatan

Profesi Ners XIII


Stase Keperawatan Medikal Bedah
Kfovf[pgl;mvepw;kge’njdjekfo
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 UJI SCREENING


A. Pengertian Uji Screening
Penelitian Skrining sangat penting di dunia kedokteran dan kesehatan masyarakat.
Skrining/penapisan merupakan proses pendeteksian kasus/kondisi kesehatan pada
populasi sehat pada kelompok tertentu sesuai dengan jenis penyakit yang akan
dideteksi dini dengan upaya meningkatkan kesadaran pencegahan dan diagnosis dini
bagi kelompok yang termasuk resiko tinggi. Berikut dijelaskan definisi
skrining/penapisan menurut beberapa ahli Epidemiologi.
Menurut Webb (2005), skrining/penapisan merupakan metode test sederhana yang
digunakan secara luas pada populasi sehat atau populasi yang tanpa gejala penyakit
(asimptomatik). Skrining/penapisan tidak dilakukan untuk mendiagnosa kehadiran
suatu penyakit, tetapi untuk memisahkan populasi subjek skrining/penapisan menjadi
dua kelompok yaitu orang-orang yang lebih beresiko menderita penyakit tersebut dan
orang-orang yang cenderung kurang beresiko terhadap penyakit tertentu. Mereka yang
mungkin memiliki penyakit (yaitu, mereka yang hasilnya positif) dapat menjalani
pemeriksaan diagnostik lebih lanjut dan melakukan pengobatan jika diperlukan.
Menurut Komisi Penyakit Kronis AS (1951) dalam kamus Epidemiologi (A
Dictionary of Epidemiology), skrining/penapisan didefinisikan sebagai "identifikasi
dugaan penyakit atau kecacatan yang belum dikenali dengan menerapkan pengujian,
pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat diterapkan dengan cepat. Tes
skrining/penapisan memilah/memisahkan orang-orang yang terlihat sehat untuk
dikelompokkan menjadi kelompok orang yang mungkin memiliki penyakit dan
kelompok orang yang mungkin sehat. Sebuah tes skrining/penapisan ini tidak
dimaksudkan untuk menjadi upaya diagnosa. Orang dengan temuan positif menurut
hasil skrining/penapisan atau suspek suatu kasus harus dirujuk ke dokter untuk
diagnosis dan menjalani pengobatan yang diperlukan.

Profesi Ners XIII


Stase Keperawatan Medikal Bedah
Kfovf[pgl;mvepw;kge’njdjekfo
B. Tujuan Uji Screening
Penelitian uji skrining mempunyai tujuan yaitu untuk menilai validitas dan
reliabilitas suatu test dalam mendeteksi kemungkinan adanya suatu penyakit secara
lebih dini (deteksi dini). Deteksi dini merupakan bagian dari pencegahan sekunder
yang terdiri dari deteksi dini dan dikuti pengobatan tepat. Konsep dari deteksi dini
adalah mendeteksi kemungkinan mengalami suatu penyakit pada orang-orang tanpa
gejala. Dengan melakukan deteksi dini maka klasifikasi memungkinkan terkena suatu
penyakit pada seseorang menjadi lebih awal diketahui.

C. Tahapan Uji Screening


Orang dengan hasil deteksi dini positif dievaluasi menggunakan prosedur
diagnosis untuk memastikan apakah benar mengalami penyakit sehingga terapi
menjadi lebih cepat diberikan dan outcome penyakit sebagian besar berakhir dengan
kesembuhan (prognosis lebih baik). Konsep ini sejalan dengan teori bahwa semakin
dini suatu penyakit diketahui maka peluang sembuh sempurna semakin besar dan
biaya yang diperlukan untuk penatalaksanaannya menjadi semakin murah. Konsep
deteksi dini tersebut dapat dibuatkan bagan sebagai berikut:

Orang-Orang tanpa Gejala

Deteksi Dini

Kasifikasi Kemungkinan Terkena Penyakit

Evaluasi Lanjutan Melakukan Tes Diagnostic

Pengobatan Lebih Awal

Sembuh Noresponse Mati

Gambar 2.1 Konsep Skrining Rancangan Penelitian Uji Skrining

Profesi Ners XIII


Stase Keperawatan Medikal Bedah
Kfovf[pgl;mvepw;kge’njdjekfo
D. Metode Uji Screening
Penelitian uji skrining tergolong penelitian observasional deskriptif dengan
rancangan yang umum digunakan adalah cross-sectional study. Tergolong dalam
observational deskriptif karena pada penelitian ini hanya dilakukan observasi tanpa
adanya intervensi (perlakuan). Selain itu penelitian uji skrining dilakukan pada satu
populasi dengan tujuan menggambarkan validitas suatu test terhadap suatu baku emas,
tanpa adanya tujuan untuk mengetahui asosiasi dan hubungan sebab akibat.
Rancangan cross-sectional study berarti bahwa semua variabel, termasuk test yang
diuji dan gold standar (baku emas) diukur pada satu periode waktu yang sama.
Waktu pengambian bahan (speciment) atau pengukuran penyakit yang diteliti
dengan test yang diuji dan baku emas sangat penting dilakukan pada periode waktu
yang sama untuk menjamin bahwa kondisi penyakit masih sama. Jika waktu
pengukuran atau mengambilan bahan oleh test yang diuji dan gold standar berbeda
maka adanya perbedaan hasil bukan karena kurang validnya test yang diuji melainkan
karena perbedaan waktu pengukuran.

E. Karakteristik Test Skrining Yang Baik


Test skrining harus memenuhi karakteristik tertentu supaya bisa disebut sebagai test
yang baik. Karakteristik atau ciri-ciri ini juga merupakan alasan atau latar belakang
untuk melaksanakan suatu penelitian uji skrining. Dalam membuat suatu latar
belakang dilakukan penelitian uji skrining sangat penting menyampaikan kelebihan
dari test yang dinilai validitas, reliabilitas dan efikasinya.. Beberapa syarat test disebut
baik adalah:
1. Ekonomis Test yang ekonomis
berarti biaya yang diperlukan untuk melakukan suatu test diagnostik lebih murah
dari yang biasa digunakan.
2. Cepat Test yang cepat
berarti waktu yang diperlukan dari sampel diambil sampai didapatkan hasil lebih
cepat dari yang biasa digunakan.

Profesi Ners XIII


Stase Keperawatan Medikal Bedah
Kfovf[pgl;mvepw;kge’njdjekfo
3. Mudah dikerjakan
Mudah dikerjakan mempunyai makna suatu test tidak memerlukan suatu
spesialisasi atau keahlian khusus untuk mengerjakan. Suatu test dinyatakan mudah
jika bisa dikerjakan oleh tenaga medis dengan pelatihan yang relatif singkat.
4. Bebas dari risiko dan ketidaknyamanan
Bebas dari risiko dan ketidaknyamanan mempunyai makna suatu test tidak
memerlukan tindakan invasif dan proses penerapannya sedikit atau minimal
menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien. Salah satu pengertian
ketidaknyamanan adalah timbulnya rasa sakit (nyeri) saat test dikerjakan. Semakin
tidak ada rasa nyeri dan tidak ada tindakan invasif maka semakin baik suatu test
skrining.
5. Dapat diterima di masyarakat
Dapat diterima dimasyarakat mempunyai arti test skrining tidak bertentangan
dengan norma dan etika yang berlaku di masyarakat.
6. Valid
Validitas suatu test menunjukkan kemampuan (ketepatan) suatu test untuk
mendapatkan nilai yang sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Dalam dunia
kesehatan kenyataan yang sebenarnya terbagi menjadi 2, sakit dan tidak sakit.
Sehingga penilaian terhadap validitas meliputi 2 aspek yaitu ketepatan menilai
kondisi sakit disebut sensitifitas dan ketepatan untuk menilai kondisi tidak sakit
disebut spesifisitas. Dengan kata lain sensitifitas adalah kemampuan suatu test
untuk menyatakan positif orang-orang yang sakit, sedangkan spesifisitas adalah
kemampuan suatu test untuk menyatakan negatif orang-orang yang tidak sakit.
7. Reliabel
Reliabilitas suatu test menunjukkan konsistensi (kesamaan) hasil ukur bila
dikerjakan lebih dari sekali terhadap pasien (subjek pengamatan) yang sama pada
kondisi yang sama pula. Sumber ketidaksamaan hasil ukur (bias) dapat terjadi
karena observer berbeda yang disebut dengan bias inter observer dan observer
sama tapi waktu pengamatan berbeda yang disebut bias intra obserber.

Profesi Ners XIII


Stase Keperawatan Medikal Bedah
Kfovf[pgl;mvepw;kge’njdjekfo
F. Karakteristik Penyakit Yang Cocok Diskrining
Tidak semua penyakit cocok untuk didilakukan skrining, ada beberapa
karkateristik penyakit yang sebaiknya dipenuhi supaya bisa dilakukan skrining.
Karakteristik penyakit yang cocok diskrining meliputi:
1. Penyakit serius dan dengan konsekuensi berat
Yang dimaksud dengan penyakit serius dan dengan konsekuensi berat adalah
penyakit yang mendapat perhatian di masyarakat, peningkatan kejadiannya
menimbulkan masalah keresahan masyarakat. Penyakit seperti ini biasanya
memiliki konsekuensi (akibat) menimbulkan kecacatan dan kematian. Beberapa
contoh penyakit dengan karakteristik seperti ini adalah kanker, diabetes melitus,
tekanan darah tinggi dan HIV/Aids
2. Pengobatan lebih efektif pada tahap awal
Pengobatan lebih efektif pada tahap awal berarti probabilitas untuk sembuh,
tidak mengalami kecacatan dan kematian jauh lebih tinggi jika terdeteksi dan
diobati pada tahap awal (preklinis) dibandingkan tahap lanjut. Salah satu contoh
penyakit lebih efektif diobati pada tahap awal adalah kanker payudara dimana bila
terdeteksi dan diobati pada tahap awal akan menurunkan mortalitasnya sehingga
sangat cocok dilakukan skrining. Berbeda halnya dengan kanker pankreas,
walaupun ditemukan dan diobati pada tahap awal tetapi survivor rate dari penyakit
ini tidak berbeda dengan yang ditemukan dan diobati pada tahap lanjut.
3. Penyakit dengan detectable preclinical phase yang lama
Penyakit dengan detectable preclinical phase yang lama berarti memiliki
waktu periode subklinis/preklinis (belum timbul tanda dan gejala) yang panjang,
tetapi sudah terjadi perubahan di dalam tubuh (patologi anatomi) yang
memungkinkan penyakit tersebut terdeteksi. Semakin lama detectable preclinical
phase maka semakin banyak kesempatan untuk menemukan pada stadium yang
lebih dini. Dengan kata lain semakin lama detectable preclinical phases suatu
penyakit, maka semakin baik untuk diskrining.
4. Prevalensi penyakit tinggi pada populasi
Persyaratan ini sangat penting untuk mejamin efektifitas hasil skrining.
Semakin tinggi prevalensi suatu penyakit di populasi maka kemungkinan untuk

Profesi Ners XIII


Stase Keperawatan Medikal Bedah
Kfovf[pgl;mvepw;kge’njdjekfo
benar sakit pada orang-orang dengan hasil tes positif semakin tinggi. Dengan kata
lain, jika skrining dilakukan pada populasi dengan prevalensi suatu penyakit
tinggi, maka jumlah hasil positif palsu akan semakin sedikit. Hal ini akan sangat
bagus karena akan menghasilkan nilai prediktif test positif (NPP) yang lebih tinggi

2.2 PENYAKIT TIDAK MENULAR


A. Pengertian dan Prevalensi
Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang bukan disebabkan oleh
proses infeksi (tidak in feksius) dan tidak dapat berpindah dari satu orang ke orang
lain. Faktor risiko penyakit tidak menular dipengaruhi oleh kemajuan era globalisasi
yang telah mengubah cara pandang penduduk dunia dan melahirkan kebiasaan-
kebiasaan baru yang tidak sesuai dengan gaya hidup sehat.
Penyakit Tidak Menular (PTM) juga dikenal sebagai penyakit kronis, tidak
ditularkan dari orang ke orang bukan disebabkan oleh kuman atau virus penyakit.
Faktor keturunan dan gaya hidup yang tidak sehat, merupakan penyakit penyebab
utama kematian di dunia. Penyakit tidak menular atau biasa juga disebut sebagai
penyakit degeneratif. Penyakit tidak menular menjadi salah satu masalah kesehatan
masyarakat pada abad ke-21 karena tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi
secara global. WHO menyebutkan penyakit tidak menular merupakan penyakit
penyebab kematian terbanyak di dunia. Kematian akibat penyakit tidak menular
sekitar 36 juta penduduk tiap tahunnya (Sudayasa et al., 2020).
Berbagai jenis penyakit tidak menular yang diderita paling banyak oleh
masyarakat antara lain penyakit jantung, stroke, hipertensi, diabetes mellitus, kanker
dan penyakit ginjal kronik. Data Riskesdas 2018 menunjukkan morbiditas penyakit
tidak menular mengalami peningkatan atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan
tahun sebelumnya. Prevalensi kanker naik dari 1,4 persen menjadi 1,8 persen di 2018
dengan Provinsi DI Yogyakarta yang memiliki angka tertinggi se-Indonesia. Stroke
juga naik menjadi 10,9 persen, padahal tahun sebelumnya masih di angka 7 persen.
Penyakit ginjal kronik meningkat dari 2 persen menjadi 3,8 persen, begitu pula dengan
penyakit diabetes mellitus yang sebelumnya hanya 6,9 persen meningkat menjadi 8,5
persen pada tahun 2018. Hipertensi mengalami peningkatan yang paling tinggi

Profesi Ners XIII


Stase Keperawatan Medikal Bedah
Kfovf[pgl;mvepw;kge’njdjekfo
diantara penyakit tidak menular lainnya yaitu sebelumnya 25,8 persen menjadi 34,1
persen (Kemenkes RI, 2018).
Peningkatan prevalensi penyakit tidak menular dari tahun ke tahun diikuti oleh
peningkatan jumlah kematian akibat penyakit tersebut. Penyakit tidak menular yang
diderita oleh masyarakat menjadi silent killer dan mengancam nyawa tanpa terduga
oleh si penderita. Penyakit tidak menular juga yang diderita dalam jangka waktu yang
lama akan mengganggu produktivitas dan kualitas hidup seseorang, bahkan dapat
menyebabkan masalah ekonomi pada keluarga.
Penyakit tidak menular semakin banyak diderita oleh masyarakat bukan hanya
pada kalangan lanjut usia tetapi sudah menyerang usia dewasa muda karena perilaku
atau pola hidup masyarakat yang tidak terkendali. Kebiasaan mengkonsumsi makanan
junk food, kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol merupakan faktor pencetus
keberadaan penyakit menular di tengah-tengah masyarakat (Ali et al., 2021)
(Indriyawati et al, 2018).
Perilaku atau pola hidup masyarakat yang telah menjadi kebiasaan sehari-hari
tanpa mereka sadari dapat mengantarkan mereka ke penyakit tidak menular. Perilaku
tersebut tidak diketahui atau disadari masyarakat sebagai faktor risiko karena
kurangnya pemahaman atau mereka memang tidak tahu tentang pencegahan dan cara
mengatasi penyakit tidak menular. Oleh karena itu, penulis memberikan penyuluhan
untuk menambah pengetahuan masyarakat mengenai penyakit tidak menular dengan
tujuan masyarakat dapat berperilaku hidup sehat dan terhindar dari berbagai jenis
penyakit tidak menular.

B. Jenis-Jenis Penyakit Tidak Menular


WHO membagi menjadi 4 Jenis Yaitu :
1. Penyakit kardiovaskular (berhubungan dengan jantung dan pembuluh darah)
2. Penyakit pernapasan kronis (berhubungan dengan paruparu dan semua bagian
sistem pernapasan)
3. Kanker
4. Diabetes

Profesi Ners XIII


Stase Keperawatan Medikal Bedah
Kfovf[pgl;mvepw;kge’njdjekfo
Beberapa ahli menambahkan 1 kategori yaitu Penyakit Degeneratif (Penyakit
yang muncul akibat penurunan fungsi organ tubuh karena usia,atau paparan radiasi

C. Penyakit Kardiovaskuler
Yang paling banyak terjadi di masyarakat adalah :
1. Hipertensi
Hipertensi menjadi salah satu penyakit kronik yang banyak terjadi pada
populasi dewasa dan lanjut usia. Kebanyakan dari kasus hipertensi adalah
hipertensi esensial yang tidak diketahui penyebabnya dengan pasti. Sisanya
merupakan akibat dari penyakit lain seperti diabetes, penyakit ginjal,
gangguan organ, efek samping dari obat-obatan lain, kehamilan dan penyakit
jantung. Semakin tinggi tekanan darah maka semakin tinggi morbiditas dan
mortalitas. Kondisi pasien bisa tiba-tiba memburuk dengan cepat atau
menetap menjadi kronik (Nuraini, 2018). Hipertensi dapat didefinisikan
sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas
10 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada
lansia,hipertensi di definisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolik 90 mmHg. Pengertian hipertensi atau
tekananan darah tinggi merupakan gangguan pada sistem peredaran
darah yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas nilai
normal, yaitu melebihi 140/90 mmHg. Hipertensi umumnya terjadi
ketika tekanan darah mencapai 140/90 mmHG atau lebih, pengukuran tekanan
darah ini dilakukan pada lengan. Tanda dan Gejala yang biasa dirasakan yaitu
Sakit kepala, Kelelahan, Mual dan muntah, Sesak napas, Napas pendek
(terengah-engah), Gelisah, Pandangan menjadi kabur, Mata berkunang-
kunang, Mudah marah, Telinga berdengung, Sulit tidur, Rasa berat di
tengkuk. Penyebab umumnya ialah konsumsi garam yang berlebihan,
merokok, diabetes, obesitas dan penyakit ginjal.
2. Stroke
Kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terputus akibat
penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah, sehingga terjadi kematian selsel

Profesi Ners XIII


Stase Keperawatan Medikal Bedah
Kfovf[pgl;mvepw;kge’njdjekfo
pada sebagian area di otak. Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal atau global, dengan gejala-gejala
yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau menyebabkan kematian,tanpa
adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler. Terhambatnya aliran darah
ke otak beberapa detik saja dapat menyebabkan seseorang pingsan. Apalagi
penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak, bisa menyebabkan sel –
sel saraf di otak menjadi rusak dan mengakibatkan kelumpuhan. Berbagai
factor yang bisa menyebabkan serangan stroke, seperti factor keturunan, gaya
hidup, dam komplikasi penyakit. Penyebab dari stroke itu sendiri yatiu :
diabetes, hipertensi, kolesterol tinggi, Penyakit jantung, Obesitas.
3. Penyakit Jantung
Penyakit yang mempengaruhi cara kerja jantung dan sistem peredaran darah.
Penyakit jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak dapat
melaksanakan fungsinya dengan baik, sehingga kerja jantung sebagai
pemompa darah dan oksigen ke seluruh tubuh terganggu. Terganggunya
peredaran oksigen dan darah tersebut dapat disebabkan karena otot jantung
yang melemah, adanya celah antara serambi kiri dan serambi kanan yang
mengakibatkan darah bersih dan darah kotor tercampur. Penyebab dari stroke
ini yaitu penimbunan lemak di dalam jantung sedangkan Faktor pemicu yaitu
diabetes, hipertensi, kolesterol tinggi, merokok.
4. Diabetes Melitus
Diabetes melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan
metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya
kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid,
dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Penyakit jangka panjang
atau kronis yang ditandai dengan kadar gula darah (glukosa) yang jauh di atas
normal, GDS <200 mg/dL dan GDP <126 mg/dL. Indonesia sendiri termasuk
dalam 10 negara terbesar penderita diabetes, tetapi kurang dari 50% dari
mereka yang menyadarinya. Penyebab dari Diabetes Melitus yaitu :
- faktor keturunan (genetik)
anak yang memiliki orang tua dengan riwayat penyakit Diabetes akan 3x

Profesi Ners XIII


Stase Keperawatan Medikal Bedah
Kfovf[pgl;mvepw;kge’njdjekfo
lebih beresiko untuk terkena penyakit Diabetes.
- Usia Lebih dari 40 tahun
seseorang dengan usia lebih dari 40 tahun akan lebih beresiko terkena
penyakit diabetes mellitus terutama DM tipe 2.
- Obesitas (kegemukan)
Kegemukan merupakan factor resiko Diabetes yang cukup besar.
Mayoritas pasien diabetes mellitus tipe 2 berawal dari kegemukan.
- Gaya hidup yang kurang sehat
Gaya hidup yang buruk merupakan salah satu factor resiko penyakit DM
yang perlu diwaspadai. Kebanyakan orang lebih memilih makanan yang
rasanya enak dibandingkan dengan makanan sehat. Padahal, makanan
dengan rasa yang enak belum tentu menyehatkan tubuh, dan kebanyakan
makanan enak tersebut malah memperburuk kondisi tubuh jika
dikonsumsi terus menerus.
- Kurang beraktivitas dan kurang olahraga
Olahraga merupakan salah satu pilar utama pengelolaan DM bersamaan
dengan diet, obat, dan edukasi. Berolahraga dapat membantu memperbaiki
metabolisme glukosa dan lemak karena sel lebih sensitif terhadap insulin,
disamping menurunkan dosis obat suntikan insulin. Olahraga dapat
menunda kemunculan DM, membantu pengelolaan DM, dan mengurangi
komplikasi
- Dislipidemia
Dislipidemia merupakan kelainan metabolism lipid yang ditandai dengan
peningkatan atau penurunan komponen lemak di dalam plasma darah
seperti tingginya kolesterol. Dislipidemia dapat menyebabkan
pembentukan plak didalam pembuluh darah sehingga dapat terjadi
penyumbatan pembuluh darah

Profesi Ners XIII


Stase Keperawatan Medikal Bedah
Kfovf[pgl;mvepw;kge’njdjekfo
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Mekanisme pelaksanaan kegiatan penyuluhan meliputi tahapan berikut:


1. Konsultasi dengan preceptor
2. Konsultasi dengan Kepala Puskesmas Pilolodaa
3. Persiapan alat dan bahan untuk kegiatan Peyuluhan Kesehatan dan Skrinning
Penyakit Tidak Menular seperti:
a) Baliho
b) Leaflet
c) Lembar Skrinning PTM
d) Soal Pre Test dan Post Test
e) Timbangan, Microtoise (alat mengukur tinggi badan)
f) Meteran, Tensi Darah
g) Alat pemeriksaan Kolestrol dan GDS
h) Konsumsi

3.2 Pelaksanaan
Bentuk kegiatan yang akan dilaksanakan oleh dosen profesi ners adalah
“Penyuluhan Kesehatan dan Skrinning Resiko Penyakit Tidak Menular di
Puskesmas Pilolodaa”. Metode kegiatan yang dilakukan pada kegiatan ini adalah
penyuluhan edukasi dengan bantuan leaflet, ceramah, diskusi, serta pelaksanaan
Skrinning. Daftar hadir terlampir.
Langkah - langkah :
1. Pemberitahuan Kepada Kepala Puskesmas tentang rencana pemeriksaan
Skrinning PTM dan Penyuluhan Kesehatan Resiko Penyakit Tidak Menular,
dengan Surat Universitas Muhammadiyah Gorontalo kepada Kepala Kepala
Puskesmas Pilolodaa
2. Kepala Puskesmas menyetujui kegiatan yang dimaksud
3. Mahasiswa membawa surat tugas

Profesi Ners XIII


Stase Keperawatan Medikal Bedah
Kfovf[pgl;mvepw;kge’njdjekfo
4. Mahasiswa melakukan skrinning di ruangan laboratorium Puskesmas pada
pasien yang berkunjung, mahasiswa menyiapkan peralatan yang diperlukan
yang terdiri atas :
a) Lembar Skrinning PTM
b) Timbangan, Microtoise (alat mengukur tinggi badan)
c) Meteran, Tensi Darah
d) Alat pemeriksaan Kolestrol dan GDS
5. Sebelum pemeriksaan, Mahasiswa mencatat daftar nama pasien yang akan
diperiksa ke dalam lembar skrinning PTM
6. Menjelaskan tentang proses kegiatan pemeriksaan kepada pasien
7. Pemeriksaan terhadap pasien dilakukan secara berurut. Mulai dari
penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, pengukuran lingkar perut,
kemudian dilakukan pemeriksaan Kolestrol dan GDS
8. Mahasiswa melakukan sesi wawancara kepada pasien sesuai lembar skrinning
PTM
9. Setelah pelaksanaan skrinning pasien di kumpulkan diruangan aula puskesmas
untuk mengituki kegiatan Penyuluhan Kesehatan. Peserta mengisi daftar hadir
10. Mahasiswa menginstruksikan pasien untuk mengisi lembar soal Pre Test
sebanyak 5 nomor sebelum kegiatan penyuluhan
11. Dosen membuka kegiatan penyuluhan. Kegiatan dilakukan ±10 menit,
dilanjutkan dengan sesi Tanya jawab
12. Pasien mengisi soal Post Test sebanyak 5 nomor
13. Melakukan dokumentasi akhir kegiatan

Profesi Ners XIII


Stase Keperawatan Medikal Bedah
Kfovf[pgl;mvepw;kge’njdjekfo
BAB IV
HASIL YANG DICAPAI

Pelaksanaan pengabdian ini dilaksanakan Selasa 16 Agustus 2022.


Tahapan pencapaian target hasil diuraikan menurut runtutan metode pelaksanaan
dengan beberapa modifikasi sesuai kondisi lapangan dan selanjutnya secara detail
diuraikan sebagai berikut. Dosen melakukan pertemuan dengan Kepala Puskesmas
Pilolodaa mengenai persiapan penempatan mahasiswa pengabdian dan hal-hal
yang perlu diketahui oleh mahasiswa mengenai situasi dan kondisi tempat yang
akan digunakan sebagai tempat kegiatan penyuluhan kesehatan dan skrinning.
Tahapan pelaksanaan kegiatan Penyuluhan Kesehatan Dan Skrinning Resiko
Penyakit Tidak Menular yaitu sebagai berikut :
1. Persiapan Kegiatan Skrinning
Kegiatan Skrinning ini dilakukan sebelum Penyuluhan Kesehatan. Peserta yang
diskrinning adalah pasien yang berkungjung ke Puskesmas Pilolodaa,.
Pelaksanaannya di ruang Laboratorium Puskesmas Pilolodaa yang telah disiapkan,
seperti pada gambar berikut ini.

Gambar 1. Persiapan Skrinning

Profesi Ners XIII


Stase Keperawatan Medikal Bedah
Kfovf[pgl;mvepw;kge’njdjekfo
2. Pelaksanaan Skrinning
Kegiatan ini dimulai pukul 09.00 WITA setelah Pasien datang untuk
memeriksakan kondisi kesehatannya. Pemeriksaan yang dilakukan pertama kali
yaitu menimbang Berat Badan, mengukur tinggi badan, mengukur lingkar Perut,
Mengukur Tekanan Darah, Pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
Kolestrol dan Gula Darah. Selanjutnya pasien akan dilakukan wawancara
mengenai resiko penyakit tidak menular berdasarkan keluhan yang dirasakan dan
hasil yang diperoleh dari pemeriksaan kesehatannya. Jika ditemukan pasien
beresiko menderita penyakit tidak menular maka selanjutnya akan diberikan
penyuluhan kesehatan. Berikut gambar saat pelaksanaan Skrinning

Gambar 2.1 Mengukur Tinggi Badan Gambar 2.2 Mengukur Lingkar Perut

Gambar 2.3 Mengukur Tekanan Darah Gambar 2.4 Mengecek Kolestrol dan GDS

Profesi Ners XIII


Stase Keperawatan Medikal Bedah
Kfovf[pgl;mvepw;kge’njdjekfo
Gambar 2.5 Melakukan wawancara

3. Pelaksanaan Penyuluhan Kesehatan


Kegiatan ini dilakukan setelah kegiatan Skrinning Sekitar pukul 10.45 WITA,
Sebelum dilakukan kegiatan penyuluhan terlebih dahulu pasien akan diberikan
waktu ± 5 menit untuk dapat mengisi soal – soal Pre Test mengenai materi Resiko
Penyakit Tidak Menular (PTM) sebanyak 5 nomor. Setelah selesai mengisi soal
Pre Test, dilanjutkan dengan pemberian materi tentang resiko penyakit tidak
menular (PTM), yang di buka oleh Dosen Ns. Fadli Syamsuddin, S.Kep., M.Kep.,
Sp.Kep,MB selaku ketua tim pengabdi. Materi diberikan selama 10 menit dan
dilanjutkan dengan sesi Tanya jawab. Kemudian diakhiri dengan pengisian lembar
soal Post Test mengenai materi Resiko Penyakit Tidak Menular (PTM) sebanyak 5
nomor.. Berikut gambar kegiatan Penyuluhan Kesehatan.

Gambar 3.1 Pembukaan Oleh Dosen

Profesi Ners XIII


Stase Keperawatan Medikal Bedah
Kfovf[pgl;mvepw;kge’njdjekfo
Gambar 3.2 Pemaparan Materi Gambar 3.3 Sesi Tanya Jawab

4. Hasil yang dicapai


Pasien yang terlibat nampak begitu antusias mengikuti kegiatan ini. Pasien yang
hadir dan dilakukan skrinning pada kegiatan ini berjumlah 21 orang, dari 21 orang
yang dilakukan skrinning didapatkan 10 suspek yang beresiko menderita penyakit
tidak menular. Kemudian pada sesi Pre Test didapatkan bahwa 7 orang belum
mengetahui tentang Penyakit Tidak Menular (PTM) dilihat dari jumlah hasil Pre
Test yang dijawab. Setelah diberikan penyuluhan dari 7 orang yang belum
mengetahui tentang penyakit tidak menular sudah bisa memahami dan dapat
menjawab ke lima pertanyaan dengan benar pada saat mengisi soal Post Test yang
diberikan. Kegiatan ini berjalan dengan lancar dan baik.serta sesuai dengan
tahapan Bukti kegiatan yang dilaksanakan :

Gambar 4. Dokuemtasi Akhir Kegiatan Penyuluhan

Profesi Ners XIII


Stase Keperawatan Medikal Bedah
Kfovf[pgl;mvepw;kge’njdjekfo

Anda mungkin juga menyukai