Anda di halaman 1dari 31

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA

DI INDONESIA

DI SUSUN OLEH :

NAMA : GHINA ALFIYYA .W


KELAS : XI IPA 1
ABSEN : 11
DAFTAR ISI

Daftar Isi................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................
1. Latar belakang.....................................................................................
2. Tujuan Pembelajaran.........................................................................
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................
3. SEJARAH PERISTIWA G30S PKI..................................................
4. LATAR BELAKANG G30S PKI.......................................................
5. TUJUAN G30S PKI............................................................................

A. Faktor Eksternal.........................................................................................
1. Dominasi ideologi Masakom
2. Pertentangan antara PKI dan TNI
3. Kesehatan Presiden Soekarno
4. Kondisi Ekonomi Indonesia
5. Keterlibatan Amerika Serikat
B. Kronologi Sejarah......................................................................................
1. Peristiwa G30S/PKI
2. Tanggal 1 oktober 1965
3. Tanggal 2 oktober 1965
4. Tanggal 3 oktober 1965
5. Tanggal 4 oktober 1965
6. Tanggal 5 oktober 1965
7. Tanggal 6 oktober 1965
C. Tokoh dan Korban dalam Peristiwa.........................................................
D. Upaya Pemerintah......................................................................................
E. Kesimpulan.................................................................................................
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas taufik dan
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam
senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW,
keluarga, sahabat, serta semua umatnya hingga kini. Dan semoga kita
termasuk dari golongan yang kelak mendapatkan syafaatnya.
Dalam kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih kerna
sudah mengerjakan tugas ini dengan baik dan tepat waktu. Harapan saya
semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah satu
rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, menambah wawasan serta
pengalaman, sehingga nantinya saya dapat memperbaiki bentuk ataupun isi
makalah ini menjadi lebih baik lagi.
saya sadar bahwa saya ini tentunya tidak lepas dari banyaknya
kekurangan, baik dari aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan penelitian
yang dipaparkan. Semua ini murni didasari oleh keterbatasan yang dimiliki
kami. Oleh sebab itu, kami membutuhkan kritik dan saran kepada segenap
pembaca yang bersifat membangun untuk lebih meningkatkan kualitas di
kemudian hari.

Indonesia, Agustus 2022

DAFTAR PUSTAKA
https://www.merdeka.com/trending/selain-dn-aidit-dan-letkol-untung-ini-
dalang-peristiwa-g30spki.html
https://www.researchgate.net/publication/
337485358_MAKALAH_PELANGGARAN_HAK_ASASI_MANUSIA_DI_INDONESIA
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5747435/g30s-pki-sejarah-tujuan-
kronologi-dan-latar-belakangnya
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

2. Negara hukum adalah


negara yang dalam
menjalankan sitemnya
berdasarkan
3. atas hukum yang berlaku
berdasarkan kepentingan
umum serta bebas dari
4. kesewenag-wenangan
penguasa. Dalam
penyelenggaraannya negara
haruslah
5. bertumpu pada
demokrasi. Karena jika
negara hukum tanpa
demokrasi sama
6. dengan hilangnya maksud
atau makna dari negara
hukum tersebut.
7. J.B.J.M ten Berge
menyebutkan prinsip-prinsip
negara hukum dan
demokrasi
1
8. sebagai berikut :
9. 1. Prinsip-prinsip negara
hukum :
10. a. asas legalitas
11. b. perlindungan hak-hak
asasi
12. c. pemerintah terikat pada
hukum
13. d. monopoli paksaan
pemerintah untuk menjamin
penegakan hukum
14. e. pengawasan oleh
hakim yang merdeka
15. 2. Prinsip-prinsip
Demokrasi :
16. a. Perwakilan politik
17. b. Pertanggungjawaban
politik
18. c. Pemencaran
kewenangan
19. d. Pengawasan dan
Kontrol
20. e. Kejujuran dan
keterbukaan pemerintah
terhadap umum
21. f. Rakyat diberi
kemungkinan untuk
mengajukan keberatan
Negara hukum adalah negara
yang dalam menjalankan
sitemnya berdasarkan
atas hukum yang berlaku
berdasarkan kepentingan
umum serta bebas dari
kesewenag-wenangan
penguasa. Dalam
penyelenggaraannya negara
haruslah
bertumpu pada demokrasi.
Karena jika negara hukum
tanpa demokrasi sama
dengan hilangnya maksud atau
makna dari negara hukum
tersebut.
J.B.J.M ten Berge
menyebutkan prinsip-prinsip
negara hukum dan demokrasi
1
sebagai berikut :
1. Prinsip-prinsip negara
hukum :
a. asas legalitas
b. perlindungan hak-hak asasi
c. pemerintah terikat pada
hukum
d. monopoli paksaan
pemerintah untuk menjamin
penegakan hukum
e. pengawasan oleh hakim
yang merdeka
2. Prinsip-prinsip Demokrasi :
a. Perwakilan politik
b. Pertanggungjawaban politik
c. Pemencaran kewenangan
d. Pengawasan dan Kontrol
e. Kejujuran dan keterbukaan
pemerintah terhadap umum
f. Rakyat diberi kemungkinan
untuk mengajukan keberatan
Negara hukum adalah negara yang dalam menjalankan sitemnya berdasarkan
atas hukum yang berlaku berdasarkan kepentingan umum serta bebas dari
kesewenag-wenangan penguasa. Dalam penyelenggaraannya negara haruslah
bertumpu pada demokrasi. Karena jika negara hukum tanpa demokrasi sama
dengan hilangnya maksud atau makna dari negara hukum tersebut.J.B.J.M ten
Berge menyebutkan prinsip-prinsip negara hukum dan demokrasi sebagai
berikut
1. Prinsip-prinsip negara hukum :
a. asas legalitas
b. perlindungan hak-hak asasi
c. pemerintah terikat pada hukum
d. monopoli paksaan pemerintah untuk menjamin penegakan hukum
e. pengawasan oleh hakim yang merdeka
2. Prinsip-prinsip Demokrasi :
a. Perwakilan politik
b. Pertanggungjawaban politik
c. Pemencaran kewenangan
d. Pengawasan dan Kontrol
e. Kejujuran dan keterbukaan pemerintah terhadap umum
f. Rakyat diberi kemungkinan untuk mengajukan keberatan

2. TUJUAN
Memberikan pemahaman dan kesadaran kepada kami dan juga pembaca
bagaimana pelangaran-pelanggaran HAM yang pernah terjadi di Indonesia,sehingga
bisa dijadikan pembelajaran untuk mencegah pelanggran HAM selanjutnya terlebih
pelanggaran HAM berat.

G30S PKI ini adalah termasuk pelanggaran HAM berat karena karena melanggar pasal 107
KUHP, yaitu PKI berusaha menggulingkan pemerintahan yang sah.

BAB II
PEMBAHASAN
3. SEJARAH PERISTIWA G30S PKI
Peristiwa G30S PKI terjadi pada tahun 1965 dan dimotori oleh Dipa Nusantara Aidit atau DN
Aidit, pemimpin terakhir PKI. Di bawah kendali DN Aidit, perkembangan PKI semakin nyata
walaupun diperoleh melalui sistem parlementer.

Dikutip dari buku Api Sejarah 2 oleh Ahmad Mansur Suryanegara, menurut Arnold C.
Brackman, DN Aidit mendukung konsep Khrushchev, yakni "If everything depends on the
communist, we would follow the peaceful way (bila segalanya bergantung pada komunis,
kita harus mengikuti dengan cara perdamaian)."
Pandangan itu disebut bertentangan dengan konsep Mao Ze Dong dan Stalin yang secara
terbuka menyatakan bahwa komunisme dikembangkan hanya dengan melalui perang.

G30S PKI terjadi pada malam hingga dini hari, tepat pada akhir tanggal 30 September dan
masuk 1 Oktober 1965.

Gerakan pemberontakan yang dilakukan oleh PKI mengincar perwira tinggi TNI AD
Indonesia. Tiga dari enam orang yang menjadi target langsung dibunuh di kediamannya.
Sedangkan lainnya diculik dan dibawa menuju Lubang Buaya.

Keenam perwira tinggi yang menjadi korban G30S PKI antara lain Letnan Jenderal
Anumerta Ahmad Yani, Mayor Jenderal Raden Soeprapto, Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo
Haryono, Mayor Jenderal Siswondo Parman, Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan dan
Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo.

4. LATAR BELAKANG G30S PKI


Secara umum, G30S PKI dilatarbelakangi oleh dominasi ideologi Nasionalisme, Agama, dan
Komunisme (NASAKOM) yang berlangsung sejak era Demokrasi Terpimpin diterapkan,
yakni tahun 1959-1965 di bawah kekuasaan Presiden Soekarno.

Beberapa hal lain yang menyebabkan mencuatkan gerakan yang menewaskan para
Jenderal ini adalah ketidakharmonisan hubungan anggota TNI dan juga PKI. Pertentangan
pun muncul di antara keduanya. Selain itu, desas desus kesehatan Presiden Soekarno juga
turut melatarbelakangi pemberontakan G30S PKI.

Itulah sejarah G30S PKI. Setelah gerakan tersebut berhasil ditumpas, muncul berbagai aksi
dari kalangan masyarakat untuk membubarkan PKI.

5. TUJUAN G30S PKI


Tujuan utama G30S PKI adalah menggulingkan pemerintahan era Soekarno dan mengganti
negara Indonesia menjadi negara komunis. Seperti diketahui, PKI disebut memiliki lebih dari
3 juta anggota dan membuatnya menjadi partai komunis terbesar ketiga di dunia, setelah
RRC dan Uni Soviet.

Selain itu, dikutip dari buku Sejarah untuk SMK Kelas IX oleh Prawoto, beberapa tujuan
G30S PKI adalah sebagai berikut:

1. Menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan menjadikannya


sebagai negara komunis.

2. Menyingkirkan TNI Angkatan Darat dan merebut kekuasaan pemerintahan.

3. Mewujudkan cita-cita PKI, yakni menjadikan ideologi komunis dalam membentuk sistem
pemerintahan yang digunakan sebagai alat untuk mewujudkan masyarakat komunis.
4. Mengganti ideologi Pancasila menjadi ideologi komunis.

5. Kudeta yang dilakukan kepada Presiden Soekarno tak lepas dari rangkaian kegiatan
komunisme internasional.

A.PERISTIWA G30S PKI TERMASUK KE DALAM FAKTOR EKSTERNAL


Faktor Eksternal yaitu, faktor-faktor di luar diri manusia yang mendorong seseorang atau
sekelompok orang melakukan pelanggaran HAM.

Berikut 5 Faktor terjadinya G30S PKI pada 30 September sampai 1 Oktober 2021.

1. Dominasi Ideologi NASAKOM

Ideologi NASAKOM (Nasionalisme, Agama, dan Komunisme) pada masa presiden Soekarno diberlakukan
dengan seimbang sejak masa Demokrasi Terpimpin (1959-1965). Pemberlakuan ideologi NASAKOM justru
menjadi jalan bagi PKI dalam upayanya mengganti ideologi Pancasila menjadi Komunis di Indonesia.

2. Pertentangan antara PKI dan TNI

Hubungan kurang baik antara PKI dan TNI diawali oleh pembentukan angkatan kelima yang diinisiasi PKI. Hal
tersebut ditentang oleh TNI angkatan darat sehingga membuat hubungan keduanya semakin tidak harmonis.
Hubungan PKI dengan pihak TNI semakin memanas setelah muncul banyak hasutan dan konfrontasi antara
rakyat dengan TNI. Hal tersebut menjadi salah satu faktor penyebab munculnya rencana G30S PKI yang
berujung pada terjadinya peristiwa G30S PKI.

3. Kesehatan Presiden Soekarno

Pada 1964, beredar kabar bahwa presiden Soekarno sedang sakit parah. Meskipun demikian, D.N. Aidit
sebenarnya mengetahui bahwa presiden Soekarno tidak sakit parah. Beredarnya kabar tersebut menimbulkan
kecemasan dari berbagai pihak terkait upaya perebutan kekuasaan yang akan ditinggalkan oleh Soekarno.
Kecemasan akibat kabar sakitnya presiden Soekarno tersebut menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya
G30S PKI.

4. Kondisi Ekonomi Indonesia

Pada 1965, keadaan ekonomi Indonesia tengah terpuruk. Kenaikan inflasi sebesar 650% membuat rakyat
meragukan kepemimpinan presiden Soekarno. Lemahnya kondisi ekonomi Indonesia saat itu sebenarnya juga
terjadi karena keputusan yang diambil oleh Jenderal Soeharto dan Jenderal Nasution, yaitu pembantaian
terhadap pedagang yang berasal dari RRC. Hal tersebut mengakibatkan kondisi ekonomi Indonesia semakin
melemah. Akibatnya, banyak rakyat hidup dalam kelaparan dan kemiskinan hingga menyalahkan kepemimpinan
presiden Soekarno.

5. Keterlibatan Amerika Serikat

Meskipun Amerika Serikat merupakan negara yang anti komunisme, nyatanya ditemukan banyak dokumen dari
FBI CIA yang mengungkapkan keterlibatan Amerika Serikat dalam peristiwa G30S PKI.

Melalui beberapa dokumen tersebut, Amerika Serikat memberikan list anggota PKI kepada pemerintah
Soeharto. Melalui CIA, Amerika Serikat berusaha agar Indonesia tidak jatuh ke dalam kekuasaan Komunisme.
Jadi, patut dicurigai keterlibatan Amerika Serikat dalam peristiwa G30S PKI sehingga berpeluang menjadikan
Soeharto sebagai presiden Indonesia saat itu.
Dengan demikian, faktor penyebab peristiwa G30S PKI yaitu kesehatan presiden Soekarno, kondisi ekonomi
Indonesia, dominasi ideologi NASAKOM, pertentangan antara PKI dan TNI, serta keterlibatan Amerika Serikat
untuk menjadikan Soeharto sebagai presiden Indonesia menggantikan Soekarno.

B. KRONOLOGI SEJARAH PERISTIWA G30S PKI

1. Peristiwa G30S/PKI
Peristiwa G30S PKI
bermula pada tanggal 1
Oktober.Dimulai dengan
kasus penculikan 7 jendral
yang terdiri dari anggota staff
tentara oleh sekelompok
pasukan yang bergerak dari
Lapangan Udara menuju
Jakarta daerah selatan.Tiga
dari tujuh jenderal tersebut
diantaranya telah dibunuh di
rumah mereka masing-
masing, yakni Ahmad Yani,
M.T. Haryonodan D.I.
Panjaitan.
Sementara itu ketiga target
lainya yaitu Soeprapto,
S.Parman dan Sutoyo
ditangkap secara hidup-hidup.
Abdul Harris Nasution yang
menjadi target utama
kelompok pasukan tersebut
berhasil kabur setelah
berusaha melompati dinding
batas kedubes Irak
1. Peristiwa G30S/PKI
Peristiwa G30S PKI bermula pada tanggal 1 Oktober.Dimulai dengan
kasus penculikan 7 jendral yang terdiri dari anggota staff tentara oleh sekelompok
pasukan yang bergerak dari Lapangan Udara menuju Jakarta daerah selatan.Tiga
dari tujuh jenderal tersebut diantaranya telah dibunuh di rumah mereka masing-
masing, yakni Ahmad Yani, M.T. Haryonodan D.I. Panjaitan.
Sementara itu ketiga target lainya yaitu Soeprapto, S.Parman dan Sutoyo
ditangkap secara hidup-hidup. Abdul Harris Nasution yang menjadi target utama
kelompok pasukan tersebut berhasil kabur setelah berusaha melompati dinding
batas kedubes Irak
Meskipun begitu, Pierre Tendean beserta anak gadisnya, Ade Irma S.
Nasution pun tewas setelah ditangkap dan ditembak pada 6 Oktober oleh
regusergap. Korban tewas semakin bertambah disaat regu penculik menembak
serta membunuh seorang polisi penjaga rumah tetangga Nasution. Abert Naiborhu
menjadi korban terakhir dalam kejadian ini.Tak sedikit mayat jenderal yang
dibunuh lalu dibuang di Lubang Buaya.
Sekitar 2.000 pasukan TNI diterjunkan untuk menduduki sebuah tempat
yang kini dikenal dengan nama Lapangan Merdeka, Monas. Walaupun mereka
belum berhasil mengamankan bagian timur dari area ini.Sebab saat itu merupakan
daerah dari Markas KOSTRAD pimpinan Soeharto.
Jam 7 pagi, Radio Republik Indonesia (RRI) menyiarkan sebuah pesan
yang berasal dari Untung Syamsuri, Komandan Cakrabiwa bahwa G30S PKI telah
berhasil diambil alih di beberapa lokasi stratergis Jakarta beserta anggota militer
lainnya. Mereka bersikeras bahwa gerakan tersebut sebenarnya didukung oleh
CIA yang bertujuan untuk melengserkan Soekarno dari posisinya.
Tinta kegagalan nyaris saja tertulis dalam sejarah peristiwa G30S/PKI.
Hampir saja pak Harto dilewatkan begitu saja karena mereka masih menduga
bahwa beliau bukan lah seorang tokoh politik.
Selang beberapa saat, salah seorang tetangga memberitahu pada Soeharto
tentang terjadinya aksi penembakan pada jam setengah 6 pagi beserta hilangnya
sejumlah jenderal yang diduga sedang dicuilik.Mendengar berita tersebut,
Soeharto pun segera bergerak ke Markas KOSTRAD dan menghubungi anggota
angkatan laut dan polisi.
Soeharto juga berhasil membujuk dua battalion pasukan kudeta untuk
segera menyerahkan diri. Dimulai dari pasukan Brawijaya yang masuk ke dalam
area markas KOSTRAD. Kemudian disusul dengan pasukan Diponegoro yang
kabur menuju Halim Perdana Kusuma.
Karena prosesnya yang berjalan kurang matang, akhirnya kudeta yang
dilancarkan oleh PKI tersebut berhasil digagalkan oleh Soeharto.Sehingga kondisi
ini menyebabkan para tentara yang berada di Lapangan Merdeka mengalami
kehausan akan impresi dalam melindungi Presiden yang sedang berada di Istana.
lainnya. Mereka bersikeras bahwa gerakan tersebut sebenarnya didukung oleh
CIA yang bertujuan untuk melengserkan Soekarno dari posisinya.
Tinta kegagalan nyaris saja tertulis dalam sejarah peristiwa G30S/PKI.
Hampir saja pak Harto dilewatkan begitu saja karena mereka masih menduga
bahwa beliau bukan lah seorang tokoh politik.
Selang beberapa saat, salah seorang tetangga memberitahu pada Soeharto
tentang terjadinya aksi penembakan pada jam setengah 6 pagi beserta hilangnya
sejumlah jenderal yang diduga sedang dicuilik.Mendengar berita tersebut,
Soeharto pun segera bergerak ke Markas KOSTRAD dan menghubungi anggota
angkatan laut dan polisi.
Soeharto juga berhasil membujuk dua battalion pasukan kudeta untuk
segera menyerahkan diri. Dimulai dari pasukan Brawijaya yang masuk ke dalam
area markas KOSTRAD. Kemudian disusul dengan pasukan Diponegoro yang
kabur menuju Halim Perdana Kusuma.
Karena prosesnya yang berjalan kurang matang, akhirnya kudeta yang
dilancarkan oleh PKI tersebut berhasil digagalkan oleh Soeharto.Sehingga kondisi
ini menyebabkan para tentara yang berada di Lapangan Merdeka mengalami
kehausan akan impresi dalam melindungi Presiden yang sedang berada di Istana.
1.Tanggal 1 Oktober 1965
Operasi penumpasan G 30 S/PKI dimulai sejak tanggal 1 Oktober 1965
sore hari. Gedung RRI pusat dan Kantor Pusat Telekomunikasi dapat
direbut kembali tanpa pertumpahan darah oleh satuan RPKAD di bawah
pimpinan Kolonel Sarwo Edhi Wibowo, pasukan Para Kujang/328
Siliwangi, dan dibantu pasukan kavaleri. Setelah diketahui bahwa basis G
30 S/PKI berada di sekitar Halim Perdana Kusuma, sasaran diarahkan
kesana.

2. Tanggal 2 Oktober 1965


Pada tanggal 2 Oktober, Halim Perdana Kusuma diserang oleh satuan
RPKAD di bawah komando Kolonel Sarwo Edhi Wibowo atas perintah
Mayjen Soeharto. Pada pukul 12.00 siang, seluruh tempat itu telah berhasil
dikuasai oleh TNI – AD.

3. Tanggal 3 Oktober 1965


Pada hari Minggu tanggal 3 Oktober 1965, pasukan RPKAD yang
dipimpin oleh Mayor C.I Santoso berhasil menguasai daerah Lubang
Buaya. Setelah usaha pencarian perwira TNI – AD dipergiat dan atas
petunjuk Kopral Satu Polisi Sukirman yang menjadi tawanan G 30 S/PKI,
tetapi berhasil melarikan diri didapat keterangan bahwa para perwira TNI
– AD tersebut dibawa ke Lubang Buaya. Karena daerah terebut diselidiki
secara intensif, akhirnya pada tanggal 3 Oktober 1965 ditemukan tempat
para perwira yang diculik dan dibunuh tersebut. Mayat para perwira itu
dimasukkan ke dalam sebuah sumur yang bergaris tengah ¾ meter dengan
kedalaman kira kira 12 meter, yang kemudian dikenal dengan nama sumur lubang buaya.
4. Tanggal 4 Oktober 1965
Pada tanggal 4 Oktober, penggalian Sumur Lubang Buaya dilanjutkan
kembali (karena ditunda pada tanggal 13 Oktober pukul 17.00 WIB hingga
keesokan hari) yang diteruskan oleh pasukan Para Amfibi KKO – AL
dengan disaksikan pimpinan sementara TNI – AD MayjenSoeharto.
Jenazah para perwira setelah dapat diangkat dari sumur tua tersebut
terlihat adanya kerusakan fisik yang sedemikian rupa. Hal inilah yang
menjadi saksi bisu bagi bangsa Indonesia betapa kejamnya siksaan yang
mereka alami sebelum wafat.

5. Tanggal 5 Oktober 1965


Pada tanggal 5 Oktober, jenazah parap erwira TNI – AD tersebut
dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata yang sebelumnya
disemayamkan di Markas Besar Angkatan Darat.

6. Pada tanggal 6 Oktober,


dengan surat keputusan pemerintah yang diambil
dalam Sidang Kabinet Dwikora, para perwira TNI – AD tersebut
ditetapakan sebagai Pahlawan Revolusi.
Gerakan 30 September atau yang sering disingkat G 30 S PKI adalah sebuah
kejadian yang terjadi padatanggal 30 September 1965 di mana enam pejabat
tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu
usaha pemberontakan yang disebut sebagai usaha kudeta yang dituduhkan kepada
anggota Partai Komunis Indonesia.

C. PELAKU DAN KORBAN DALAM PERISTIWA G30S PKI.


Enam jenderal dan satu perwira pertama TNI AD menjadi korban saat meletus Gerakan
30 September PKI atau G30S PKI. Kejadian itu menjadi sejarah kelam bangsa ini.
Rezim Orde Baru langsung menunjuk Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai pelaku
utama. Para korban dikubur di Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Ada yang menyebut peristiwa G30S tidak lepas dari campur tangan CIA. Setidaknya
ada lima pelaku utama yang dianggap tokoh utama Gerakan 30 September.

Sjam Kamaruzaman

Sjam Kamaruzaman merupakan seorang kepala Biro Khusus sebuah lembaga rahasia
Partai Komunis Indonesia (PKI), yang bertugas untuk merekrut dan membina tentara
pendukung PKI.

Keberadaannya juga tak banyak diketahui oleh anggota PKI. Sjam sendiri sering
disebut sebagai dalang yang menggerakkan aksi G30S itu sepenuhnya. Hal ini
dikarenakan Sjam dikatakan yang menghasut DN Aidit selaku ketua umum PKI untuk
segera melakukan penyerangan.

Kurang lebih dua tahun setelah peristiwa tersebut, Sjam melakukan penyamaran diri
dan pelarian dari satu kota ke kota lain. Sampai akhirnya, ia ditangkap pada Maret
1967 di Cimahi, Jawa Barat. Setelah sempat menjalani hukuman penjara, Sjam pun
akhirnya dijatuhi hukuman mati pada September 1986.

Brigjen Soepardjo

Sebelum peristiwa gerakan 30 September, Brigjen Soepardjo merupakan seorang


Komandan Komando Tempur di Kalimantan yang membawahi ribuan prajurit sebagai
salah satu persiapan tempur melawan Malaysia. 

Ia berperan sebagai juru bicara G30S/PKI untuk menemui Presiden Soekarno untuk
menjelaskan niatan terkait aksi tersebut. Ia dicurigai karena kembali ke Jakarta
sebelum peristiwa 30 September itu terjadi. Kuat dugaan jika Brigjen Soepardjo tela
dibina oleh Sjam Kamaruzaman.
Setelah peristiwa itu, Soepardjo ditangkap oleh Satgas Kalong pada 12 Januari 1967
dan diseret ke Mahmilub. Ia juga harus menerima hukuman tembak mati pada Maret
1967 setelah sebelumnya sempat dilakukan sidang.

Kolonel Abdul Latief

Kolonel Abdul Latief merupakan salah satu perwira utama pelaku di balik peristiwa
G30S/PKI. Saat itu, ia menjabat sebagai Komandan Brigade Infanteri I/Djaja Sakti dan
membawahi pasukan pengamanan ibu kota. 

Setelah peristiwa itu, Latief ditangkap oleh tentara Siliwangi di sebuah rumah di
daerah benhil, Jakarta. Tak seperti pelaku lainnya yang mendapat hukuman mati, Latief
justru dimasukkan ke dalam ruang isolasi dan mendapat siksaan selama puluhan
tahun hingga akhirnya ia dibebaskan pada masa reformasi dan meninggal pada tahun
2005 silam.

Kolonel Abdul Latief sendiri tidak dijatuhi hukuman mati dikarenakan ia mengaku
memiliki rahasia besar dari Soeharto. Ia pun mengaku telah memberitahu Soeharto
tentang rencana penculikan perwira TNI tersebut.

DN Aidit dan Letkol Untung

Dipa Nusantara Aidit atau DN Aidit merupakan Ketua Umum Partai Komunis Indonesia
(PKI). Hal ini bisa dikatakan jika ia merupakan salah satu dalang utama dibalik
peristiwa 30 September. 

Dalam melancarkan aksinya, Aidit dikatakan banyak melakukan hasutan-hasutan


kepada rakya Indonesia dengan tujuan mendapatkan dukunggan sepenuhnya
terhadap niat PKI. Ia bahkan membentuk persekutuan konsepsi NASAKOM (Nasionalis,
Agama, dan Komunis).

Aksi yang dilakukan oleh Aidit dan beberapa rekannya ini justru membuat PKI berada
pada kehancuran. Diperkirakan sekitar satu juta anggota dan simpatisan PKI dihabisi
karena diduga ikut andil dalam aksi Gerakan 30 September. Dalam melancarkan aksi
kudetanya, Aidit dikatakan tidak melibatkan anggota jajaran Politbiro dalam rapat
agenda persiapan G30S.

Letkol Untung Syamsuri adalah seorang Komandan Batalyon I Tjakrabirawa yang


menjadi dalang pemimpin dari gerakan aksi Gerakan 30 September yang terjadi pada
1965. LetKol Untung memerintahkan pasukannya untuk menculik jenderal TNI dan
membawanya ke Lubang Buaya. Namun rencana berubah menjadi berantakan saat
beberapa jenderal TNI sudah ditembak di rumah.

Ia sempat melarikan diri setelah peristiwa itu sebelum akhrinya ditangkap dan
dieksekusi mati di Cimahi, Jawa Barat.

Peristiwa G30S PKI sejatinya tidak lepas dari kejadian penculikan petinggi-
petinggi TNI AD saat itu. Mereka diasingkan dan dibantai tanpa belas kasihan di
Monumen Lubang Buaya. Berikut ini nama-nama TNI yang mendapatkan gelar
Pahlawan Revolusi pasca terjadinya pembantaian tersebut.
1. PanglimaAngkatanDaratLetjen TNI Ahmad Yani,
2. Mayjen TNI R. Suprapto
3. Mayjen TNI M.T. Haryono
4. Mayjen TNI SiswondoParman
5. Brigjen TNI DI Panjaitan
6. Brigjen TNI SutoyoSiswomiharjo
7. Letnan Pierre Tendean

D. UPAYA PEMERINTAH DALAM MENANGANI G30S PKI


Upaya pemerintah dalam meredam Gerakan G30S PKI adalah dengan
melakukan operasi militer dan pengejaran terhadap para pemimpin dan
pendukung PKI.
Dalam situasi tak menentu setelah pecahnya Gerakan 30 September, Panglima
komando strategis Angkatan darat ( Pangkostrad ) Mayor Jenderal Soeharto
segera berkeputusan mengambil alih pimpinan Angkatan darat, karena
jenderal Ahmad Yani selaku Men/Pangad saat itu belum diketahui ada dimana.
Setelah berhasil menghimpun pasukan yang masih setia kepada Pancasila,
operasi penumpasan Gerakan 30 september pun segera dilakukan. Bukan saja
di Jakarta, melainkan hingga basis mereka di daerah-daerah lainnya. Dalam
perkembangan berikutnya, Ketika diketahui bahwa Gerakan 30 september ini
berhubungan dengan PKI, maka pengejaran terhadap pimpinan dan
pendukung PKI juga terjadi.
Dengan demikian upaya pemerintah dalam meredam Gerakan G30S PKI adalah
dengan melakukan operasi militer dan pengejaran terhadap para pemimpin
dan pendukung PKI.

C. Tujuan
Memberikan pemahaman
dan kesadaran kepada kami
dan juga pembaca
bagaimana pelangaran-
pelanggaran HAM yang
pernah terjadi di Indonesia,
sehingga bisa dijadikan
pembelajaran untuk
mencegah pelanggran HAM
selanjutnya terlebih
pelanggaran HAM berat
C. Tujuan
Memberikan pemahaman
dan kesadaran kepada kami
dan juga pembaca
bagaimana pelangaran-
pelanggaran HAM yang
pernah terjadi di Indonesia,
sehingga bisa dijadikan
pembelajaran untuk
mencegah pelanggran HAM
selanjutnya terlebih
pelanggaran HAM berat
C. Tujuan
Memberikan pemahaman
dan kesadaran kepada kami
dan juga pembaca
bagaimana pelangaran-
pelanggaran HAM yang
pernah terjadi di Indonesia,
sehingga bisa dijadikan
pembelajaran untuk
mencegah pelanggran HAM
selanjutnya terlebih
pelanggaran HAM berat
C. Tujuan
Memberikan pemahaman
dan kesadaran kepada kami
dan juga pembaca
bagaimana pelangaran-
pelanggaran HAM yang
pernah terjadi di Indonesia,
sehingga bisa dijadikan
pembelajaran untuk
mencegah pelanggran HAM
selanjutnya terlebih
pelanggaran HAM berat
C. Tujuan
Memberikan pemahaman
dan kesadaran kepada kami
dan juga pembaca
bagaimana pelangaran-
pelanggaran HAM yang
pernah terjadi di Indonesia,
sehingga bisa dijadikan
pembelajaran untuk
mencegah pelanggran HAM
selanjutnya terlebih
pelanggaran HAM berat
C. Tujuan
Memberikan pemahaman
dan kesadaran kepada kami
dan juga pembaca
bagaimana pelangaran-
pelanggaran HAM yang
pernah terjadi di Indonesia,
sehingga bisa dijadikan
pembelajaran untuk
mencegah pelanggran HAM
selanjutnya terlebih
pelanggaran HAM berat
C. Tujuan
Memberikan pemahaman
dan kesadaran kepada kami
dan juga pembaca
bagaimana pelangaran-
pelanggaran HAM yang
pernah terjadi di Indonesia,
sehingga bisa dijadikan
pembelajaran untuk
mencegah pelanggran HAM
selanjutnya terlebih
pelanggaran HAM berat
C. Tujuan
Memberikan pemahaman
dan kesadaran kepada kami
dan juga pembaca
bagaimana pelangaran-
pelanggaran HAM yang
pernah terjadi di Indonesia,
sehingga bisa dijadikan
pembelajaran untuk
mencegah pelanggran HAM
selanjutnya terlebih
pelanggaran HAM berat
Memberikan pemahaman
dan kesadaran kepada kami
dan juga pembaca
bagaimana pelangaran-
pelanggaran HAM yang
pernah terjadi di Indonesia,
sehingga bisa dijadikan
pembelajaran untuk
mencegah pelanggran HAM
selanjutnya terlebih
pelanggaran HAM be
E. KESIMPULAN
Peristiwa G 30S/PKI yang lebih dikenal dengan peristiwa pemberontakan yang dilakukan PKI,
bertujuan untuk menyebarkan paham komunis di Indonesia. Pemberontakan ini menimbulkan
banyak korban, dan banyak korban berasal dari para Jendral AD. Gerakan PKI ini menjadi isu politik
untuk menolak laporan pertanggungjawaban Presiden Soekarno kepada MPRS. Dengan ditolaknya
laporan Presiden Soekarno ini, maka Indonesia kembali ke pemerintahan yang berazaskan kepada
pancasila dan UUD 1945. Peristiwa G30S/PKI 1965 yang terjadi di Indonesia telah memberi dampak
negatif dalam kehidupan sosial dan politik masyarakat Indonesia yaitu Dampak politik dan Dampak
Ekonomi. Setelah supersemar diumumkan, perjalanan politik di Indonesia mengalami masa transisi.
Kepemimpinan Soekarno kehilangan supermasinya. MPRS kemudian meminta Presiden Soekarno
untuk mempertanggung jawabkan hasil pemerintahannya, terutama berkaitan dengan G30S/PKI.
Dalam Sidang Umum MPRS tahun 1966, Presiden Soekarno memberikan pertanggung jawaban
pemerintahannya, khususnya mengenai masalah yang menyangkut peristiwa G30S PKI.
1. Peristiwa G30S/PKI
Peristiwa G30S PKI
bermula pada tanggal 1
Oktober.Dimulai dengan
kasus penculikan 7 jendral
yang terdiri dari anggota staff
tentara oleh sekelompok
pasukan yang bergerak dari
Lapangan Udara menuju
Jakarta daerah selatan.Tiga
dari tujuh jenderal tersebut
diantaranya telah dibunuh di
rumah mereka masing-
masing, yakni Ahmad Yani,
M.T. Haryonodan D.I.
Panjaitan.
Sementara itu ketiga target
lainya yaitu Soeprapto,
S.Parman dan Sutoyo
ditangkap secara hidup-hidup.
Abdul Harris Nasution yang
menjadi target utama
kelompok pasukan tersebut
berhasil kabur setelah
berusaha melompati dinding
batas kedubes

Anda mungkin juga menyukai