Anda di halaman 1dari 8

DAFTAR PUSTAKA KATA PENGANTAR

Godlim Panggabea. 2000. Gunakan Agens Hayati sebagai Pengganti Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan YME karena atas
Pestisida. dalam Sinar Tani, 12-18 April 2000, No.2837 Tahun
limpahan rahmad-Nya lah penyusun dapat menyelesaikan Buklet
XXX, Jakarta.
Penyuluhan Pertanian “Pengendalian Hama Dengan Agen Hayati” ini
Irilono. 2000. Pengendalian OPT dengan Agen Hayati. dalam Sinar Tani, dengan baik. Buklet ini disusun dengan bahasa yang sederhana agar
27 September – 3 Oktober 2000, No.2861 Tahun XXX, Jakarta.
mudah dipahami.
Kasumbogo Untung. 2001. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Penyusunan buku ini bertujuan untuk memberikan informasi
Gajah Mada University Press, Yogyakarta. kepada masyarakat tentang alternatif cara Pengendalian Hama Dengan
Agen Hayati. Dengan adanya buklet ini diharapkan petani dapat
Kusnaedi. 1996. Pengendalian Hama Tanpa Pestisida. Penebar Swadaya,
Jakarta mengendalikan Hama pada tanaman dengan menggunakan pestisida agen
hayati, sehingga aman dan hasilnya maksimal.
Olson PS. 2000. Biopestisida dan Vaksin dari Balitsa. dalam Sinar Tani, Meskipun demikian, penyusun percaya bahwa buklet ini sangat
19 – 25 Januari 2000, No.2825 Tahun XXX, Jakarta. jauh dari sempurna . Oleh karena itu kritik, saran dari pembaca sangat
diharapkan demi tercapainya mutu tulisan yang lebih baik.
Tak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah terlibat dalam penyusunan buklet ini. Demikian semoga buklet
ini dapat dipergunakan dengan baik.

Rembang, 2018
Penyusun

i
Agen Hayati Agen Hayati 12
1

PENDAHULUAN PENUTUP

Dengan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa


Sejalan dengan bertambahnya penduduk dan meningkatnya
pengendalian hama dan penyakit secara hayati sangat potensial
kebutuhan manusia akan bahan pangan, maka perhatian berubah
untuk dikembangkan dan memiliki berbagai keunggulan
dari pertanian tradisional alamiah menjadi pertanian modern yang
dibandingkan dengan pengendalian memakai pestisida kimia.
syarat teknologi, baik teknologi untuk meningkatkan
Selain karena keefektifannya dapat diandalkan juga efeknya yang
produktivitasnya maupun teknologi pembatas yang dapat
ramah lingkungan. Desamping itu dengan teknik yang benar dan
mengurangi/menekan kehilangan hasil, termasuk pengendalian
dengan menjaga kelestariannya aplikasi penyemprotan atau
hama dan penyakit.
penyebaran agen hayati tidak perlu dilakukan berulang-ulang.
Sejalan dengan ini maka sejak awal abad ke-20 pengendalian
Dengan satu kali atau dua kali penyebaran mungkin sudah cukup
hama mulai berkembang dan melahirkan konsep pengendalian hama
untuk mengendalikan hama dalam jangka waktu yang bertahun-
dengan megutamakan penggunaan pestisida, khususnya pada saat
tahun atau mungkin selamanya.
itu adalah DDT.
Hampir di seluruh dunia kegiatan pertanian khususnya dalam hal Namun perlu disadari bahwa kondisi petani dewasa ini telah
pengendalian hama menggunakan DDT sebagai bahan kimia sarana terbiasa dan mainded dengan penggunaan peatisida kimia yang
pengendalian. Sehingga pada saat itu pengendalian hama dengan demikian praktis penggunaannya. Dengan demikian diperlukan
menggunakan bahan kimia dianggap teknik paling ampuh, aman langkah-langkah yang sistematis dan kongkrit serta
dan baik untuk mempertahankan produksi yang telah dicapai. berkesinambungan untuk menyadarkan petani sehingga mereka
sadar, mau dan mampu mengaplikasikan cara pengendalian
dengan agen hayati, misalnya dengan menggalakan SLPHT,
Pelatihan, Penyuluhan, Demonstrasi dan sebagainya.
Agen Hayati 11 Agen Hayati 2

Pengendalian Hama dengan Patogen Namun sejak awal tahun 1946 dimana peneliti Swedia
Pengendalian hama dengan patogen yaitu pengendalian melaporkan bahwa dalam kurun waktu 20 tahun telah terdapat
hama dengan menggunakan organisme penyebab penyakit bagi 224 spesies serangga yang resisten (kebal) terhadap DDT,
hama. Patogen ini dapat berupa bakteri, virus dan jamur. Dengan demikian juga peneliti-peneliti lain banyak yang melaporkan hal
cara penyemprotan atau penyebaran patogen ini hama menjadi serupa, maka perhatian terhadap bahan kimia untuk pengendalian
terinfeksi oleh patogen sehingga dapat menyebabkan hama sakit hama mulai dipertimbangkan dan diteliti kembali. Beberapa jurnal
dan mati sehingga populasi hama tertekan. Masing-masing penelitian entomologi dan ahli lingkungan melaporkan bahwa DDT
organisme hama memiliki patogen tertentu pula, dan berikut ini dan bahan kimia sejenis yang digunakan pada teknik pengedalian
beberapa contohnya. hama dapat menimbulkan beberapa dampak negatif yang sangat
a. Bakteri merugikan baik bagi manusia maupun lingkungan hidup.
b. Cendawan atau Jamur Atas dasar kondisi di atas para ahli mulai memikirkan konsep
c. Virus pengendalian hama dan penyakit yang paling efektif tetapi aman
bagi lingkungan. Pemikiran ini kemudian menghasilkan konsep
pengendalian hama penyakit terpadu (PHT) atau Integrated Pest
Management (IPM). Yang menurut WHO (1967) yang dimaksud
pengendalian hama penyakit secara terpadu adalah sistem
pengendalian hama penyakit yang berhubungan dengan dinamika

d. Nematoda populasi dan lingkungan yang berkaitan dengan spesies hama dan
penyakit serta memanfaatkan semua teknik dan metode
pengendalian yang memungkinkan secara kompatibel menahan
populasi hama dibawah tingkat yang menyebabkan kerusakan
ekonomis.
Agen Hayati 3 Agen Hayati 10

PENGERTIAN AGEN HAYATI Dalam kaitannya penggunaan parasitoid dalam upaya


pengendalian hama, maka upaya yang perlu dilakukan selain

Untuk menjelaskan lebih kongkrit mengenai agen hayati, akan dengan cara penyebaran parasitoid juga dengan menjaga

dikemukakan pengertian agen hayati sebagai yang disampaikan oleh populasinya jangan sampai ikut terbunuh terutama pada saat

Godlim P. (2000) bahwa yang dimaksud agen hayati adalah musuh penyemprotan pestisida. Pengendalian hama dengan parasitoid ini

alami dari sekelompok invertebrata, dapat berupa predator, paling banyak digunakan.

parasitoid, patogen dan agen antagonis. Sedangkan yang dimaksud Beberapa contoh parasitoid yang telah diteliti dan terbukti

musuh alami adalah setiap organisme yang dapat merusak, cukup ampuh digunakan sebagai sarana pengendalian hama,

mengganggu kehidupan atau menyebabkan organisme pengganggu antara lain :

tanaman (OPT) menjadi sakit atau mati. Jenis hama Tanaman yang Parasitoid
terserang
1. Predator, yaitu binatang yang memburu atau memakan atau Artona catoxanta Daun kelapa Tabuhan (Apanteles
menghisap cairan tubuh mangsanya untuk keperluan hidupnya. artonae)
Contohnya : laba-laba (Lycosa pseudoannulata), capung dan Tryporyza nivalle Batang tebu Leefmansia bicolor
lain-lain. Penggerek batang
2. Parasitoid, yaitu serangga yang hidup sebagai parasit pada Brontisma Kubis Tretasticus brontospae
atau didalam serangga lain (seranggga inang) selama masa lingossima
larvanya. Masa dewasa (imago) hidup bebas di luar hewan Plutella xylostella Kubis Diadegma eucerophaga
inang (bukan sebagai parasit) dan memakan nektar, embun Trichograma Penggerek polong Etiella zingkenella
madu, air dan lain-lain. Contohnya parasit ulat kubis yaitu matoideae bactrae- kedelai
Diadegma semiclausum. bactrae
Agen Hayati 9 Agen Hayati 4

Sedangkan berdasarkan tempat hidup pada inangnya parasitoid 3. Patogen, yaitu mikroorganisme yang menyebabkan infeksi
digolongkan menjadi bebrapa kelompok, yaitu : dan menyebabkan penyakit terhadap OPT. Secara spesifik
a. Endoparasit, yaitu parasit yang hidup atau menumpang mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit pada
dalam badan inangnya. serangga disebut entopatogen.
b. Ektoparasit, yaitu parasit yang hisup atau menumpang di 4. Agen Antagonis, yaitu mikroorganisme yang dapat
laur badan inangnya. menyerang atau menghambat pertumbuhan patogen
c. Hiperparasit, yaitu parasit yang menyerang parasit penyebab penyakit tumbuhan. Contohnya : cendawan
primer. Trichoderma dan Giocladium untuk berbagai jenis patogen
tanah seperti Pusarium, Phytopthora dan lain-lain yang

Berikut ini gambaran siklus hidup hidup ektoparasit. menyerang berbagai jenis tanaman.
Penggunaan agen hayati sebagai sarana pengendalian OPT
akan memiliki beberapa keuntungan, antara lain :
a. Agen hayati memiliki tingkat selektifitas yang tinggi dan tidak
menimbulkan ledakan hama baru dan resurgensi hama.
b. Agensia hayati yang digunakan telah tersedia secara alami di
lapangan, sehingga kita tinggal mengoptimalkan
perkembangan dan pemanfaatannya dalam kegiatan
pengendalian OPT.
Agen hayati dapat mencari sendiri inangnya atau mangsanya,
sehingga kita tidak harus setiap saat secara khusus memberikan
tindakan terhadap OPT yang ada.
Agen Hayati 5 Agen Hayati 8

c. Agen hayati dapat berkembang biak dan menyerang sendiri Pengendalian Hama dengan Parasitoid

terhadap OPT yang menyerang tanaman, sehingga kita tidak Ada beberapa serangga yang merupakan parasit bagi serangga lainya.
selalu harus mengaplikasikan agen hayati setiap ada serangan Hubungan parasitisme ini merupakan hubungan yang saling mempengaruhi
OPT selagi agen hayati itu populasinya berkembang dengan antara satu serangga dengan serangga lainnya. Serangga yang satu dirugikan
baik. dan serangga yang satunya lagi diuntungkan. Serangga yang dirugikan
d. Tidak menimbulkan resistensi terhadap serangga inang atau (ditumpanginya) disebut inang, dan serangga yang diuntungkan
mangsanya, sehingga tidak diperlukan teknologi khusus untuk (menumpanginya) disebut parasitoid. Berbeda dengan predator, parasitoid
mengembangkan keampuhan daya serang agensia hayati yang hidup dalam tubuh inang, sehingga ukuran tubuhnya lebih kecil dari inang dan
dipergunakan. siklus hidupnya lebih pendek.
Namun sangat disayangkan agensia hayati yang demikian Parasitoid dapat dikelompokan berdasarkan stadium hidup inangnya,
ampuh dan menguntungkan keberadaannya menjadi terbatas di yaitu :
lapangan sebagai akibat terganggunya kehidupan mereka, salah a. Parasitoid telur, yaitu organisme yang menjadi parasit inangnya pada
satunya sebagai akibat penggunaan pestisida kimia yang selain stadium telur.
dapat secara langsung menyebabkan keracunan dan kematian b. Parasitoid larva, yaitu organisme yang menjadi parasit inangnya pada
mereka juga mereka populasinya berkurang atau bahkan mungkin stadium larva.
punah sebagai akibat inang atau mangsanya juga punah. c. Parasitoid pupa, yaitu organisme yang menjadi parasit inangnya pada
Ada beberapa keuntungan apabila pengendalian hayati ini stadium pupa.
diterapkan antara lain : Parasitoid imago, yaitu organisme yang menjadi parasit inangnya pada
- Permanen ; asall dijaga kelestariannya. stadium imago.
- Aman ; tidak menimbulkan keracunan,
Ekonomis ; cukup dilakukan satu atau beberapa kali untuk
dalam jangka waktu yang panjang.
Agen Hayati 6
Agen Hayati 7
Pengendalian hama dengan predator ini dapat dilakukan
PENGENDALIAN HAMA DENGAN AGEN
dengan dua cara, yaitu cara pertama dengan menyebarkan
HAYATI predator-predator di lahan yang terdapat hama, dan cara kedua
Pengendalian Hama dengan Predator dengan memacu perkembangan musuh alami (predator) dengan
Predator adalah suatu binatang yang dapat memangsa cara memanipulasi ekosistem. Oleh karena hama mempunyai
binatang lain. Predator merupakan binatang yang termasuk musuh alami tertentu maka penyebaran predator dan
konsumen tingkat dua dan tingkat tiga, yaitu binatang yang memanipulasi ekosistemnya tergantung hama yang menyerang.
tergolong pemakan daging (karnivora) dan pemakan segala Beberapa jenis predator yang dapat digunakan untuk
(omnivora). Individu yang memangsa disebut predator dan yang mengendalikan hama antara lain : Hama Tikus; Hama Ulat; Hama
dimakan disebut mangsa. Mangsa inilah yang merupakan herbivora Serangga.
sebagai hama tanaman.
Di alam rantai makanan berlangsung secara seimbang.
Namun karena adanya perubahan ekosistem, seperti matinya musuh
alami karena pestisida atau perubahan lingkungan, menyebabkan
meledaknya populasi hama sebagai mangsa predator.

Karnivora

Omnivora

Herbivora

Mikro organisme

Gb.1. Rantai Makanan di Alam


DINAS PERTANIAN DAN PANGAN
KABUPATEN REMBANG
2021

BUKLET
PENGENDALIAN HAMA DENGAN
AGEN HAYATI

Anda mungkin juga menyukai