Disusun Oleh :
A. Muh. Agus Salim T (13 18 777 14 324)
Agistiya Magfira (13 17 777 14 251)
Fadliahnur (14 19 777 14 363)
Sri Nurnaningsih (15 19 777 14 364)
Supervisor :
Dr. dr. Hj. Annisa Anwar M., S.H., M.Kes.,Sp.F
HALAMAN PENGESAHAN
Universitas : Alkhairaat
Medikolegal
Supervisor
a. Kompetensi inti
mampu:
1. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk membantu
penegakan diagnosis, sebab perubahan kondisi tubuh korban, sebab-
sebab kematian, tindakan pencegahan dan promosi hukum kesehatan
serta penjagaan dan pemantauan status korban
2. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (internet)
3. Menggunakan data dan bukti pengkajian ilmiah untuk menilai relevansi
dan validitas data-data forensik dengan masalah hukum
4. Menerapkan metode riset dan statistik untuk menilai kesahlihan informasi
ilmiah
5. Menerapkan keterampilan dasar pengelolaan informasi untuk
menghimpun data relevan menjadi arsip pribadi
6. Menerapkan keterampilan dasar dalam menilai data untuk melakukan
validasi informasi ilmiah secara sistematik
7. Meningkatkan kemampuan secara terus menerus dalam merangkum dan
menyimpan arsip
8. Memahami manfaat dan keterbatasan teknologi informasi Menerapkan
prinsip teori tekonologi informasi dan komunikasi untuk membantu
penggunaannya, dengan memperhatikan secara khusus potensi untuk
berkembang dan keterbatasannya
9. Memanfaatkan informasi kesehatan dan menemukan database dalam
praktik kedokteran secara efisien
10. Menjawab pertanyaan yang terkait dengan praktik kedokteran
dan perannanya dalam penegakan hukum dengan menganalisis arsipnya
dan rekam medis untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di
bidang kedokteran forensik.
Jika oleh suatu alasan tertentu, keluarga ingin menyimpan jenazah lebih dari
24 jam sebelum dikubur atau dikremasi, maka demi keamanan lingkungan
terhadap jenazah selayaknya dilakukan pengawetan. Pada kasus kematian wajar
akibat penyakit, pengawetan jenazah dapat langsung dilakukan setelah
pemeriksaan luar jenazah selesai dilakukan. Pengawetan jenazah pada kasus ini
terutama dilakukan untuk mencegah atau menghambat proses pembusukan,
membunuh kuman serta mempertahankan bentuk mayat seperti pada keadaan
awalnya.
Dalam hal keluarga korban cenderung untuk memilih pulang paksa, maka
dokter hendaknya menerangkan terlebih dahulu konsekuensi pulang paksa kepada
keluarga korban, sebagai berikut :
a. Dokter tidak akan memberikan surat kematian (formulir A). Tanpa adanya
surat formulir A, maka keluarga korban akan mengalami kesulitan saat
akan mengangkut jenazah keluar kota/negeri, menyimpan jenazah di
rumah duka atau saat akan mengubur atau melakukan kremasi di tempat
kremasi/kuburan umum.
b. Karena tidak diberikan Formulir A, maka keluarga korban tak dapat
mengurus Akte Kematian korban di kantor Catatan Sipil. Akte Kematian
merupakan surat yang diperlukan untuk pengurusan berbagai masalah
administrasi sipil, seperti pencoretan nama dari Kartu Keluarga, dasar
pembagian warisan, pengurusan izin kawin lagi bagi pasangan yang
ditinggalkan, pengajuan klaim asuransi dan sebagainya.
c. Dokter tak akan melayani permintaan keterangan medis dalam rangka
pengajuan klaim asuransi sehubungan dengan kematian korban.
d. Dokter tidak akan membuat Visum et Repertum, sehingga kasus tersebut
tidak mungkin bisa dituntut di pengadilan. Di kemudian hari mayat dapat
digali kembali jika penyidik menganggap perlu dan jika hal itu dilakukan,
maka biaya penggalian menjadi tanggungan pihak keluarga korban.
e. Keluarga yang membawa pulang mayat secara paksa dapat dikenakan
sanksi pidana menghalang-halangi pemeriksaan jenazah berdasarkan Pasal
222 KUHP dengan ancaman hukuman penjara selama-lamanya 9 bulan.2
Apakah benar luka korban adalah luka tembak; luka tembak masuk atau
luka tembak keluar; diameter anak peluru dan caliber serta jenis senjata api
yang dipergunaka; jarak penembakan; posisi korban dan posisi penembak;
berapa kali korban ditembak dan apakah luka tembak tersebut yang
menyebabkan kematian serta luka tembak mana yang menyebabkan
kematian bila terdapat lebih dari satu luka tembak masuk.
b. Pada kasus penusukan. Jenis senjata dan pekirakan lebar maksimal senjata
tajam yang masuk pada tubuh korban.
c. Pada kasus pembunuhan anak. Apakah dilahirkan hidup atau mati, ada
tidaknya tanda-tanda perawatan, maturitas serta viabilitas.
d. Pada kasus pengeroyokan Jenis kekerasan dan jenis luka, luka mana dan
akibat senjata yang bagaimana yang menyebabkan kematian pada korban.
e. Pada kasus kecelakaan lalu lintas
Penyebab terjadinya kecelakaan dilihat dari faktor korban (korban yang
mabuk atau dalam pengaruh obat); serta perkiraan jangka waktu antara
terjadinya kecelakaan, yang dikaitkan dengan penentuan faktor apa saja
yang menyebabkan kecelakaan itu sendiri atau keterlambatan pertolongan
yang diberikan karena adanya hambatan dalam transportasi korban , dan
sebagainya.
1. Amir, Amri. 2014. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik Edisi Kedua. Medan :
Percetakan Ramadhan. Halaman 17, 19-20, 204-215
2. Atmadja, Djaya Surya. 2004. Prosedur Pemeriksaan Luar Jenazah dan Aspek
Medikolegal. Jakarta : FKUI.
3. Singh, Surjit. Standar Profesi Dokter di Bidang Kedokteran Forensik dan
Medikolegal. Medan : Forensik Antrophology. Halaman 13-29
4. Singh, Surjit. Ilmu Kedokteran Forensik. Halaman 25-34
https://ml.scribd.com//pedoman-pelayanan-kedokteran-forensik- dirumahsakit-
final.