1. Sementasi Batuan :
Tingkat sementasi batuan dapat diperkirakan dengan cara menentukan faktor sementasi. Archie membuat
hubungan antara faktor formasi dari batuan dengan porositas, sebagai berikut :
Ro
F m dan F
Rw
Dimana :
m = faktor sementasi batuan. F = faktor formasi.
= porositas batuan. Ro = tahanan formasi dengan saturasi air 100%.
Rw = tahanan air formasi.
SPlog
Vsh 1 Dimana :
SSP
Vsh = kandungan lempung, fraksi.
SPlog = defleksi SPlog, mV.
SSP = defleksi maksimum SPlog, mV
3. Kekuatan Formasi :
Kekuatan formasi (strength formasi) adalah merupakan kemampuan formasi dalam menahan butiran batuan tetap
pada tempatnya. Tixier melakukan perhitungan sebagai berikut :
b
2
1 G 2
G 1,34 x1010 xA 1,34 x1010 xB b 2 1,34 x1010 xAxB b 4
t c t c t c
2
Cb Cb
A
1 2 B
1 0,125 xVsh 0,27
21 31
Dimana :
G = shear modulus, psi. 1/Cb = bulk modulus, psi.
Cb = bulk compresibility, psi-. Vsh = kandungan lempung, fraksi.
b = bulk density, gr/cc. tc = transite time, us/ft.
G/Cb = kriteria strength formasi, psi2
o Bo ln re r 2b' h
w
Dimana :
qOC,W = laju aliran kritis tanpa terjadi water coning, BOPD ko = permeabilitas efektif minyak, mD
hp = ketebalan interval perforasi, ft h = ketebalan kolom minyak, ft
o = viskositas minyak, cp Bo = faktor volume formasi minyak, bbl/STB
rw = jari-jari sumur, ft re =jari-jari pengurasan, ft
Pr = tekanan reservoir, psia Pwf = tekanan alir dasar sumur, psia
Metode Chierici :
Menggunakan model potensiometrik yang didasarkan pada teori water dan gas coning dari Muskat, sbb :
h 2 WO k h 3 h OG k h
2
Dimana :
OW = perbedaan densitas air-minyak, g/cc OG = perbedaan densitas minyak-gas, g/cc
kh = permeabilitas horizontal, cp fb = (b/h) = (hp/h)= fraksi interval perforasi, ft
hCW = jarak batas air-minyak ke dasar perforasi=h-hp, ft hOG = jarak batas gas-minyak di atas perforasi, ft
W = jarak batas minyak air ke dasar perforasi terhadap ketebalan zona minyak = hCW/h
Tentukan laju produksi kritis minyak Sumur #JTM bila data sumurnya sebagai berikut :
Tekanan statik (Ps), psia = 2765 Tekanan alir dasar sumur (Pwf), psia = 1936
Tebal zona minyak (h), ft = 128 Permeabilitas minyak (ko), mD = 50,52
Permeabilitas vertikal (kv), mD = 102,5 Viskositas minyak (o), cp = 0,432
FVF minyak (Bo), bbl/STB = 1,53 Densitas air (W), g/cc = 0,978
Densitas minyak (o), g/cc = 0,628 Jari-jari sumur (rW), ft = 0,510
Jari-jari pengurasan (re), ft = 3527 Interval perforasi (hp), ft = 32
Deviasi sumur ( 0), derajat = 61 Laju produksi minyak (q), BOPD = 125
PRESSURE DROP PERFORASI
Salah satu penyebab rendahnya produksivitas sumur pada perforated completion adalah karena program
pelubangan selubung (perforasi) yang tidak memadai. Apabila kondisi ini terjadi akan berakibat timbulnya suatu
hambatan terhadap aliran atau bertambahnya penurunan tekanan (pressure drop) dalam formasi.
Oleh karena itulah, CARL GRANGER dan KERMIT BROWN telah menggunakan analisa Nodal untuk
mengevaluasi besarnya penurunan tekanan melalui lubang perforasi, pada berbagai harga densitas perforasi.
Analisa Nodal disini, diterapkan untuk Standart Perforated Well dengan menganggap perforated hole vertikal (900)
dan tidak terjadi kerusakan formasi disekeliling lubang bor.
Anggapan-angapan lain yang digunakan dalam mengevaluasi pressure drop melalui lubang perforasi ini
adalah :
1. Permeabilitas crushed zone atau compact zone (zona sekeliling perforasi adalah :
a. 10% dari permeabilitas formasi apabila diperforasi dengan tekanan overbalance (tekanan
hidrostatik dalam lubang bor lebih besar daripada tekanan formasi).
b. 40% dari permeabilitas formasi apabila diperforasi dengan tekanan underbalance (tekanan
hidrostatik dalam lubang bor lebih kecil daripada tekanan formasi).
2. Ketebalan crushed zone adalah ½ inchi.
3. Infinite reservoir, Pwfs tetap pada sisi dari compact zone, sehingga pada close outer boundery konstantanya
-3/4 pada Persamaan Darcy dihilangkan.
4. Untuk mengevaluasi pressure drop melalui lubang perforasi digunakan persamaan JONES, BLOUNT dan
GLAZE.
Persamaan Open Perforation Pressure Drop yang berlaku untuk sumur minyak adalah :
1 1 rc
2,3x10 BO O rp rc o Bo ln rp
14 2
a dan b
3
7,8x10 L p K c
2
Lp
Dimana :
q = laju aliran/perforasi, BPD
Bo = faktor volume formasi minyak, BBL/STB
o = densitas minyak, lb/cuft
2,33x1010
= 1, 202
merupakan faktor turbulensi, 1/ft
Kc
o = viskositas minyak, cp
Lp = panjang lubang perforasi, ft
Kc = permeabilitas pada zona terkompaksi, mD
= 0,1 k formasi, jika kondisi overbalance
= 0,4 k formasi, jika kondisi underbalance
rp = jari-jari lubang perforasi, ft
rc = jari-jari zona terkompaksi, ft
= rp + 5/12
Hasil evaluasi faktor-faktor formasi yang dominan menimbulkan problema produksi, khususnya problem
kepasiran dapat ditunjukkan dari faktor sementasi, kandungan lempung dan kekuatan formasi. Apabila diputuskan
untuk melakukan pemasangan GRAVEL PACK, maka analisa berikutnya adalah menentukan ukuran gravel dan
ukuran celah saringan. Ukuran gravel yang akan digunakan ditentukan berdasarkan distribusi besar butiran pasir
formasi. Sedangkan ukuran celah saringan ditentukan setelah gravel yang akan digunakan diketahui.
Berdasarkan distribusi ukuran butiran pasir, maka ukuran gravel yang disarankan oleh SAUCIER adalah 5
sampai dengan 6 kali ukuran butiran pasir pada 50% kumulatif berat, atau D50 = ( 5 sampai 6) x d50 . Sedangkan
ukuran celah saringan yang disarankan oleh TAUSCH dan CORLEY adalah W = D50 .
Diketahui data analisa butiran (sieve analysis) pasir formasi dari beberapa sumur seperti tabel dibawah ini, maka
tentukan ukuran GRAVEL dan CELAH SARINGAN (screen), bila ukuran yang tesedia dari BAKER WELD SCREEN
adalah : 0.006”, 0.008”, 0.010”, 0.012”, 0.015”, 0.020” dan 0.030”
JTM – 1 0.3937
JTM – 2 0.1473
JTM – 3 0.2794
JTM – 4 0.1930
JTM – 5 0.2463
Beri rekomendasi untuk masing-masing sumur tentang perencanaan pemasangan GRAVEL dan SCREEN
sesuai dengan data-data diatas.
P E R E N C A N A A N
WELL COMPLETION
(CASEHOLE COMPLETION)
I. Berdasarkan data uji tekanan dan produksi diperoleh data sebagai berikut :
Bila perhitungan IPR (Inflow Performance Relationship) dengan menggunakan salah satu metode
yang sesuai, untuk berbagai harga tekanan alir dasar sumur diperoleh laju produksi sebagai berikut
:
No Pwf qo
1 1990 0
2 1900 270
3 1700 835
4 1500 1331
5 1300 1763
6 1100 2132
7 900 2443
8 700 2696
9 500 2894
10 300 3037
11 200 3089
12 0 3151
Sumur tersebut akan dikomplesi Casehole, direncanakan dipasang tubing 2,875" atau 3" dengan
perforasi 4 SPF atau 6 SPF. Dari perhitungan kehilangan tekanan pada tubing dan akibat
perforasi diperoleh data sbb :
Pertanyaan :
a. Tentukan laju produksi untuk ukuran tubing 2,875" dengan perforasi 4 SPF dan 6 SPF ?
b. Tentukan laju produksi untuk ukuran tubing 3" dengan perforasi 4 SPF dan 6 SPF ?
c. Mana yang anda pilih (ukuran tubing dan jumlah perforasinya) dan berapa persen (%)
penurunan produksi yang terjadi bila dibandingkan dengan komplesi openhole ?