Anda di halaman 1dari 18

STUDI KASUS

PAKET DATA SEBAGAI KEBUTUHAN POKOK BAGI SISWA SMKN 01 BONDOWOSO

TAHUN PELAJARAN 2020/2021

OLEH

JEANY ARNANITA WULANDARI

205110700111020

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2020
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini Dosen Pembimbing Laporan (DPL) P4,Menerangkan bahwa
mahasiswa berikut ini:

Nama : Jeany Arnanita Wulandari

NIM : 205110700111020

Mata Kuliah : Pengantar Pendidikan

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Kelas :A

Semester : I/Ganjil

Telah melaksanakan rangkaian konsultasi dan revisi Laporan Program Pengenalan dan
Pengelolaan Pembelajaran (P4) Daring berjudul “PAKET DATA SEBAGAI KEBUTUHAN
POKOK BAGI SISWA SMKN 01 BONDOWOSO” dan Laporan Studi Kasus berjudul
“PAKET DATA SEBAGAI KEBUTUHAN POKOK BAGI SISWA SMKN 01
BONDOWOSO”

Malang, 20 Desember 2020

Dosen Pembimbing

(Machrus Abadi, M.Pd)

NIP 2017058606151001

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur pada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan untuk dapat menyelesaikan
studi kasus ini dengan waktu yang sudah ditentukan. Tanpa adanya berkat dan rahmat Allah SWT tidak
mungkin rasanya dapat menyelesaikan studi kasus ini dengan tepat waktu.

Terlebih penulis ingin mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang mendukung dan
membantu penulis untuk menyelesaikan studi kasus ini yang berjudul “PAKET DATA SEBAGAI
KEBUTUHAN POKOK BAGI SISWA SMKN 01 BONDOWOSO”.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang ada. Maka dari itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan segala kekurangan. Penulis mohon maaf bila ada
hal yang kurang berkenan dalam penulisan studi kasus ini. Akhir kata,terima kasih dan selamat membaca.

Bondowoso, 20 Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................................................... 2


KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
BAB I ..................................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah .......................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................................................... 3
2.1 Jenis Solusi Bantuan yang Diberikan.............................................................................................. 3
2.2 Pelaksanaan Layanan ..................................................................................................................... 3
2.3 Evalusi dan Refleksi Hasil Layanan ............................................................................................... 4
BAB III ................................................................................................................................................... 5
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................................... 5
3.2Saran .............................................................................................................................................. 5
Lampiran-Lampiran................................................................................................................................. 7

ii
BAB I
ANALISIS PROBLEMATIKA

1.1 Latar Belakang


Pendidikan adalah bentuk usaha dari tidak tahu menjadi tahu. Sehingga nantinya bisa timbul
kecerdasan, kekuatan pengendalian diri, spiritual keagamaan, kepribadian, akhlak mulia, dan
keterampilan yang dibutuhkan dirinya dan juga masyarakat.

Virus Covid-19 kini tengah mengganggu dunia pendidikan Hingga saat ini kondisi penyebaran
virus tersebut masih meresahkan dunia. Jika kondisi ini terus meningkat,maka bisa dipastikan dampaknya
terhadap sektor pendidikan juga akan semakin meningkat. Banyak dampak yang di khawatirkan. Siswa
akan merasa keterlambatan dalam proses pendidikan yang dijalaninya. Hal tersebut bisa mengakibatkan
terhambatnya perkembangan. Apalagi covid-19 ini tidak segera berakhir.

Kebijakan pemerintah tentang penutupan sekolah dapat mengganggu hak untuk mendapatkan
layanan pendidikan yang layak. Penutupan tersebut tentu dapat mengganggu target yang sudah ditetapkan
oleh pemerintah atau sekolah. Pastinya, kondisi demikian akan menganggu untuk meraih tujuan
belajarnya.

Pembelajaran jarak jauh ini dilakukan oleh semua tingkatan jenjang. Tidak ada lagi aktivitas
pembelajaran di ruang kelas. Pembelajaran secara daring merupakan suatu langkah yang tepat namun
tanpa persiapan yang memadai.

Untuk menjalankan proses KBM,siapa saja perlu akses internet. Salah satunya kuota internet.
Kuota internet menjadi masalah utama yang sebagian besar di rasakan oleh penikmat pendidikan. Dalam
artian guru,siswa,dosen dan mahasiswa. Karena pembelajaran jarak jauh ini amat sangat membutuhkan
kuota untuk mengakses internet,seperti beberapa situs untuk belajar. Hampir setiap hari,setiap waktu
semua pembelajaran membutuhkan kuota internet,ntah untuk mencari materi,mengumpulkan
tugas,menghubungi dosen,dll. Hal ini,menyebabkan ruang lingkup pembelajaran jarak jauh menjadi
terbatas atau terhalang karena masalah kuota internet.

Selain pembiayaan kuota internet,fasilitas teknologi bahkan masih minim. Hal ini memang
menjadi beban ekonomi bagi sebagian besar orang tua yang kurang mampu. Untuk meringankan
persoalan tersebut,Nadiem berupaya untuk memperbolehkan dana BOS dimanfaatkan untuk membeli
kuota internet bagi tenaga pengajar beserta siswa dan mahasiswa. Dengan adanya bantuan ini,para pelajar
sedikit merasa tertolong meskipun sebenarnya kuota internet bantuan ini tidak efektif menopang kegiatan
belajar dan mengajar selama sebulan penuh. Tapi,setidaknya merasa terbantu.

Dengan masalah yang di hadapi,tentu saja membuat kegiatan belajar mengajar terganggu. Seperti
tidak paham materi,kurang informasi,dll. Banyak siswa dan mahasiswa yang menjadi pasif. Karena
terhalangnya kuota internet yang dimiliki.

Ajaran Ki Hadjar Dewantara tentang Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut
Wuri Handayani ini di praktikkan dalam pembelajaran di manapun. Di depan memberikan teladan, di
tengah memberikan semangat, di belakang memberikan dorongan. Tugas mencerdaskan dan membuat
bangsa ini berkarakter itu bukan hanya Kementerian Pendidikan dan Kebuyaaan, apalagi di masa Covid-

1
19. Masalah koneksi internet semestinya menjadi domain Kementerian Komunikasi dan Informasi, lalu
masalah kesehatan jelas berada di koordinasi Kementerian Kesehatan.

Perlu kita ketahui,selama masa pandemi ini. Tak hanya satu atau dua orang siswa dan guru yang
kesusahan mendapat materi dan mengikuti pelajaran dengan baik di sekolah. Khususnya bagi siswa yang
tinggal di tempat yang memang jarang sinyal,siswa yang dapat disebut gaptek,kekurangan
ekonominya,dll. Hal ini menjadi faktor penghambat pembelajaran jarak jauh. Sehingga hal tersebut
membuat siswa dan guru kesusahan melakukan KBM dengan baik.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa dampak terjadi pada siswa saat pembelajaran dari rumah?

2. Mengapa kuota internet menjadi kebutuhan pokok bagi siswa?

3. Mengapa kuota internet menjadi kendala bagi sebagian siswa SMKN 01 Bondowoso?

4. Apa solusi terhadap permasalahan kuota internet di SMKN 01 Bondowoso?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian untuk mendeskripsikan permasalahan
yang menghalangi kegiatan belajar siswa SMKN 01 Bondowoso dan memecahkan masalah yang ada.

2
BAB II
PELAKSANAAN PELAYANAN PROBLEMATIKA

2.1 Jenis Solusi Bantuan yang Diberikan


Salah satu kendala dalam PJJ adalah pembelian kuota internet. Pembelajaran daring
membutuhkan kuota internet yang cukup besar dan ini sangat membebani siswa. Terlebih lagi pada masa
pandemi Covid-19 ini juga berdampak besar bagi kehidupan termasuk ekonomi. Bayangkan saja keluarga
yang terkena PHK, tentunya akan merasakan kesusahan. Ditambah lagi anaknya yang sekolah harus
mengikuti pembelajaran daring dengan biaya pembelian kuota cukup mahal dari biasanya belum lagi
uang SPP setiap bulannya. Jangankan untuk beli kuota internet,bisa beli beras saja sudah sangat
bersyukur. Untung saja,ada beberapa solusi yang sudah diterima pada saat ini.

Pertama,solusi yang diberikan oleh pemerintah seperti pemberian bantuan kuota internet.
Kemendikbud memberikan subsidi kuota internet untuk peserta didik dan guru maupun mahasiswa dan
dosen selama empat bulan yakni September hingga Desember 2020. Perinciannya, subsidi kuota internet
gratis untuk peserta didik sebesar 35gb per bulan, untuk guru sebesar 42gb per bulan, untuk mahasiswa
dan dosen sebesar 50gb per bulan.

Bantuan tersebut memang tidak sepenuhnya memikul kebutuhan belajar menggunakan kuota
internet. Tapi ini merupakan solusi yang patut di apresiasi. Adanya bantuan kuota internet ini dapat
mengurangi beban pengeluaran anggota keluarga sekitar Rp.20.000.00-Rp.75.000.00 perbulan.

Kedua,solusi yang diberikan oleh sekolah seperti mengadakan pembelajaran secara luring.
Pembelajaran secara luring ini dilakukan seperti memberi modul belajar mandiri dan lembar kerja, bahan
ajar cetak, alat peraga dan media belajar dari benda di lingkungan sekitar.

Lalu,SMKN 01 Bondowoso menerapkan pembelajaran secara tatap muka. Tetapi,pembelajaran


tatap muka hanya pembelajaran mata pelajaran produktif kejuruan saja karena memang situasi ini seakan
mendesak sebab memang butuh praktek dalam pembelajarannya. Bila dilakukan di rumah,belum tentu
semua siswa memiliki perangkat yang memadai untuk melalukukan praktek. Hal ini juga untuk
meminimalisir kegiatan plagiatrisme dalam mengerjakan tugas.

2.2 Pelaksanaan Layanan

Penerapan solusi yang pertama yakni dari pemerintah dengan pemberian bantuan kuota internet.
Dengan adanya dukungan berupa kebijakan pemberian subsidi kuota internet ini harus dimanfaatkan
sebaik mungkin. Oleh karena itu, agar kebijakan subsidi kuota internet bisa lebih optimal dalam

3
mendukung kelancaran dalam proses pembelajaran daring, kiranya ada beberapa hal yang perlu menjadi
perhatian.

Subsisi kuota internet sebaiknya langsung dalam bentuk kuota bukanya berupa uang tunai.
Subsidi kuota dikirimkan ke nomor ponsel siswa yang masih aktif. Selain itu, agar penggunaannya sesuai
dengan semestinya, guru harus memastikan nomor yang diberi kuota harus nomor yang digunakan siswa
untuk melaksanakan pembelajaran daring.

Lalu ada solusi yang diberikan dari sekolah adalah pembelajaran luring. Sekolah yang
menerapkan pembelajaran luring maka dalam proses pembelajaran tersebut membuat strategi dalam
memfasilitasi PJJ tersebut dengan menggunakan media buku, modul,jurnal dan bahan ajar dari
lingkungan sekitar dan menyusun waktu pembelajaran dan pengumpulan hasil belajar yang disepakati
dengan siswa, orang tua, dan sesuai dengan kondisi.

Sebelum melakukan KBM,sekolah meminta guru untuk menyiapkan RPP,materi,penugasan dan


jadwal. Kemudian mengirimkan kepada siswa dan orang tua. KBM dilakukan sesuai dengan ketentuan
protokol kesehatan. Siswa mendapatkan tugas dan jadwal,serta jadwal pengumpulan tugas dilakukan dua
kali seminggu atau bila mendesak bisa melalui Whatsapp dan google classroom.

2.3 Evalusi dan Refleksi Hasil Layanan

Dari solusi pertama ada evaluasi yang harus dilahirkan. Solusi tersebut mampu meringankan
siswa yang mengalami kekurangan kuota internet. Hal ini tentu membuat siswa merasa kewalahan dalam
mengikuti pembelajaran dari rumah. Karena keterbatasan kuota internet. Perlu diketahui sendiri,tak semua
siswa memiliki keluarga yang mampu menafkahi penuh kebutuhan mereka. Terlebih kuota internet ini
bisa dikatakan cukup mahal dan penggunaannya tergolong boros.

Evaluasi yang pertama yakni solusi dari pemerintah. Hal ini terbukti meringankan beban siswa.
Tapi,tak sedikit siswa yang mengeluh karena bantuan kuota internet ini sedikit. Perlu diketahui
bersama,bantuan kuota internet ini diberikan sebagaimana adanya mungkin kekhawatiran pemerintah dari
segi penggunaannya. Dalam artian,kuota internet ini takutnya menjadi mubazir karena pengunaannya
bukan hanya untuk aplikasi belajar saja. Tapi seperti sosial media,game online,dll.

Lalu dengan adanya pembelajaran luring ini,siswa di harapkan sedikit ringan bebannya. Pada saat
pembelajaran luring,guru memastikan setiap siswa mengisi lembar aktivitas sebagai bahan pemantauan
belajar harian.

4
BAB III
TINDAK LANJUT

3.1 Kesimpulan

Untuk mempertahankan layanan,dalam hal kuota gratis perlu penyaluran yang tidak dipukul rata
dan diberikan hanya yang membutuhkan. Seperti,keluarga yang terkena PHK,keluarga yang ekonominya
sulit,tidak memakai Wi-Fi,dll. Lalu,dengan pelaksanaan di sekolah untuk mempertahankannya kita perlu
mengikuti protokol kesehatan. Agar tidak ada kasus baru yang lahir karena pembelajarannya terkadang
dilakukan tatap muka.

3.2Saran

Pengadaan kuota gratis perlu adanya evaluasi. Mungkin bisa saja mengubah sistem pendidikan
karena melibatkan teknologi dalam KBM. Karena saat ini,keberadaan teknologi tidak bisa dipisahkan.
Lalu,untuk masalah kuota gratis Kemdikbud perlu memperketat persyaratan penerima kuota gratis.
Mungkin saat ini hanya peserta didik yang terdaftar pada Pangkalan Data Pendidikan Tinggi,memiliki
nomor yang masih aktif dan menjalani pendidikan.

Hal ini perlu disaring. Bagi keluarga yang memiliki kemampuan untuk membeli kuota internet
atau menggunakan Wi-Fi lebih baik mengalah. Ada juga berita yang meliput bahwa mahasiswa yang
sedang menempuh S3 pun menerima kuota internet dari Kemdikbud. Hal ini sepatutnya tidak perlu
diberikan. Karena rata-rata mahasiswa S2 dan S3 umumnya sudah memiliki pekerjaan.

Kuota internet yang diberikan masih minim memang. Terutama khusus siswa SMK. Mereka perlu
mencari beberapa materi praktek yang tidak didapatkan secara langsung atau mungkin sudah didapatkan
tapi masih kurang paham penjelasannya. Seperti jurusan Teknik Komputer dan Jaringan mencari materi
praktek di YouTube. Sementara aplikasi tersebut tidak masuk dalam paket kuota belajar. Kemdikbud perlu
bekerja sama dengan Kominfo,untuk menutup port agar meminimalisir penggunaan kuota internet yang
tidak sewajarnya.

Lalu,rekomendasi untuk sekolah. Cukup mempertahankan saja anjuran dari pemerintah. Bila
hendak mengadakan pertemuan,maka seharusnya harus di damping oleh protokol yang ketat sesuai
dengan yang ditentukan. Hal ini,untuk mencegah penularan dan penyebaran.

Selanjutnya,untuk tugas sekolah yang memanfaatkan kuota internet. Maka perlu diberikan
keringanan,misalnya mengumpulkan tugas berupa hardcopy dan bila dalam bentuk video,sebaiknya

5
pengumpulan dilakukan secara kelompok. Dengan cara berkunjung ke rumah salah satu anggota,lalu bila
sudah tepat pada tanggal pengumpulan baru di kumpulkan dalam 1 file menggunakan flashdisk.

Tapi,menurut saya perlu ada kesadaran dari siswa itu sendiri dalam menggunakan kuota internet.
Hamper sebagian besar siswa jarang membuka situs untuk belajar,karena sibuk dengan sosial media.
Penggunaan kuota internet untuk sosial media justru lebih banyak memakan kuota dibandingkan
membuka situs belajar. Apa lagi,saat ini sosial media semakin asik. Mungkin,ketertarikan siswa membuka
sosial media jauh lebih menyenangkan hingga lupa bahwa sudah memakan banyak kuota.

6
Lampiran-Lampiran
Pedoman Wawancara

a. Tujuan
Mengetahui seberapa pentingnya kuota internet bagi siswa SMKN 01 Bondowoso.
b. Subjek
1) Meilinda S.Pd (Guru pelajaran produktif kejuruan TKJ)
2) Rani (siswi 11 OTKP 2)
3) Putri (siswi 12 AKL 1)
4) Wulan (siswi 12 TKJ 1)
c. Pertanyaan
1. Sejauh ini,pembelajaran masih daring atau tatap muka?
2. Setiap hari apakah guru memberi tugas?
3. Selama daring memakai kuota atau wifi untuk melakukan pembelajaran jarak jauh?
4. Selama 1 bulan berapa banyak kuota internet yang di habiskan?
5. Apakah kuota internet ini jadi penghambat saat proses pembelajran daring?
6. Apa alasannya?
7. Media apa yang biasanya di gunakan guru untuk menyampaikan materi?
8. Media apa yang biasanya menghabiskan kuota internet yang lebih banyak?

7
Hasil wawancara dengan guru (dilakukan dengan tatap muka)

Nama narasumber : Meilinda S.Pd


Hasil wawancarara :
Menurut ibu Melinda,mata pelajaran produktif perlu bukti nyata dalam pembelajaran.
Namun,karena terhambat oleh kuota,jaringan,perangkat,dll membuat pembelajaran tidak efektif. Tugas
yang diberikan oleh ibu Meilinda di upload di Google Classroom. Video ini berupa hasil record dari
praktek,seperti konfigurasi,intall os,dll. Dengan adanya upload tugas berupa video,bu Meilinda
Menyampaikan bahwa banyak siswa yang terbatas kuoatanya. Tak hanya kuota,tapi juga perangkat yang
harus mendukung.
Tugas berupa video ini,rata-rata berdurasi 10 menit ke atas. Dengan cara upload tugas di google
classroom,hal ini memungkinkan siswa menghabiskan banyak kuota sekitar 100mb ke atas. setelah
menjalani percobaan melalui Google Classroom,bu Meilinda memberikan solusi,diantaranya
mengumpulkan tugas melalui flashdisk dan flashdisk tersebut akan di stor melalui ketua kelas.
Menurut ibu Meilinda,pembelajaran ini benar-benar menjadi penghambat bagi siswa. terutama
siswa SMK. Yang mana,70% pembelajaran biasanya melakukan praktek. PJJ begitu berdampak,bagi
pemahaman siswa. Ibu Meilinda sudah mencoba pembelajaran via daring ini dengan maksimal. Dengan
memberikan video praktek dari ibu Meilinda sendiri maupun video yang bersumber dari youtube.
Hal ini membuat pemahaman siswa menjadi kurang,karena kesulitan mengakses materi
pembelajaran. Terlebih jika dalam bentuk video. Karena kuota yang di perlukan lebih banyak,dari pada
sekedar mencari materi di internet. Hal ini,membuat siswa hanya paham materi saja. Itu pun hanya
beberapa siswa saja yang paham materi. Dari materi yang disampaikan,perlu adanya action atau tindakan
nyata. Karena anak SMK,di didik untuk matang di dunia lapangan pekerjaan.
Tapi,puji syukur saat ini,di SMKN 01 Bondowoso sudah memberanikan diri untuk memulai
pembelajaran secara offline di sekolah. Dimana,sekitar 7-15 murid dalam setiap pertemuan. Hal ini
setidaknya bisa mengurangi resiko penyebaran covid-19 menurut ibu Meilinda.

8
Hasil wawancara dengan siswa (dilakukan via Telegram)
Siswa 1 :

9
10
Siswa 2 :

11
12
Siswa 3 :

13
14

Anda mungkin juga menyukai