Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. xx No. Xx, bulan xxxxx tahun xxxx online: jfi.setiabudi.ac.

id
ISSN: 1693-8615 EISSN : 2302-4291

Isolasi Senyawa Antioksidan dari Fraksi Etil Asetat Akar Bakau Kecil
(Rhyzopora stylosa. Griff)
Isolation of Antioxidant Compounds from Ethyl Acetate Fraction of
Small Mangrove Roots (Rhyzopora stylosa. Griff)
Danang Raharjo 1*, Bangkit Riska P 2, Bagas Ardiyantoro3
Institusi penulis 1
Instusi penulis 2
Institusi penulis 3 (apabila sama ditulis satu saja)
email: penulis pertama, email koresponding author
<1spasi>
(tanggal diterima: hh-bb-tttt , tanggal disetujui: hh-bb-tttt)
<1spasi>
<1spasi>
INTISARI
Abstrak dibuat dengan cambria 10 dengan spasi single. Abstrak dibuat dalam tiga
paragraf dengan paragraf pertama berisikan uraian singkat latar belakang, kemutahiran
tulisan, state of the art dan tujuan.
Alinea kedua berisikan metode dalam penelitian yang di jelaskan secara singkat dan
susuai dengan hasil yang didapatkan dari tulisan ini.
Alinea ketiga berisi hasil dari hasil penelitian yang sesuai dengan metode pada
paragraf dua dan jawaban dari tujuan. Keseluruhan abstrak maksimal 250 kata.
<1spasi>
Kata kunci : maksimal 4 kata kunci dipisahkan dengan tanda titik koma (;)
<1spasi>
<1spasi>
ABSTRACT
Abstrak dibuat dengan cambria 10 dengan spasi single. Abstrak dibuat dalam tiga
paragraf dengan paragraf pertama berisikan uraian singkat latar belakang, kemutahiran
tulisan, state of the art dan tujuan.
Alinea kedua berisikan metode dalam penelitian yang di jelaskan secara singkat dan
susuai dengan hasil yang didapatkan dari tulisan ini.
Alinea ketiga berisi hasil dari hasil penelitian yang sesuai dengan metode pada
paragraf dua dan jawaban dari tujuan. Keseluruhan abstrak maksimal 250 kata.
<1spasi>
Keyword : maksimal 4 kata kunci dipisahkan dengan tanda titik koma (;)
<1spasi>
<1spasi>

2. 1. PENDAHULUAN
Bahaya radikal bebas sering dikaitkan dengan masalah kesehatan. Polusi
udara, sinar UV dan makanan cepat saji dapat menghasilkan radikal bebas. Radikal
bebas adalah atom atau molekul yang tidak stabil dan sangat reaktif, serta
mengandung satu atau lebih elektron yang tidak memiliki pasangan pada orbital
terluarnya, sehingga ketika mencapai kestabilan, mereka akan bereaksi dengan
molekul sekitarnya untuk memperoleh pasangan elektron. Reaksi ini terjadi secara
monoton di dalam tubuh, dan jika dibiarkan akan merusak sel-sel, berdampak
sangat berbahaya bagi kesehatan, dan dapat memicu berbagai penyakit seperti
kanker, penyakit jantung, katarak, penuaan dini, dan penyakit degeneratif lainnya
(Sami and Rahimah, 2015). Radikal bebas merupakan senyawa yang tidak
memiliki pasangan elektron pada kulitnya, sehingga bersifat reaktif dan dapat
bereaksi dengan protein, lipid, karbohidrat, atau DNA (Rao et al., 2011).
1
Jurnal Farmasi
Indonesia
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. xx No. Xx, bulan xxxxx tahun xxxx online: jfi.setiabudi.ac.id
ISSN: 1693-8615 EISSN : 2302-4291

Antioksidan adalah suatu substansi yang diperlukan oleh tubuh untuk


menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan yang dapat disebabkan oleh
radikal bebas terhadap sel–sel normal, protein, lemak dan antioksidan mempunyai
kemampuan mendonorkan elektron untuk menstabilkan radikal bebas.
Antioksidan dapat diproduksi di dalam maupun luar tubuh (Hery, 2007). Sumber
antioksidan alami banyak berasal dari buah, sayuran, atau tanaman lain yang
mengandung vitamin A, C, antosianin, senyawa fenol, dan flavonoid (Treml and
Šmejkal, 2016). Senyawa metabolit yang memiliki potensi sebagai antioksidan
alami adalah flavonoid (Sayuti, 2015). Salah satu tanman mangrove yang
berpotensi sebagai antioksidan adalah Rhyzopora stylosa.
Rhyzopora stylosa atau sering disebut bakau kecil oleh masyarakat pesisir
sering digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit diantaranya
diabetes, ulkus, diare analgetik, radang, nyeri dan mempercepat penyembuhan
luka (Chan et al., 2017). Rhyzopora stylosa memiliki kandungan kimia berupa
steroid, tanin, alkaloid, flavonoid, saponin, terpenoid, antosianida, antrokuinon,
glikosida jantung dan phlobatanins (Wahyu et al., 2015). Nebula et el., 2013
melaporkan senyawa flavonoid yang telah diisolasi dari batang dan daun R. stylosa
adalah rutin, astilbin, (–)-3,7-O-diacetyl-epicatechin, catechin, epicatechin,
afzelechin, proanthocyanidin B2 dan chinconain (Nebula et al, 2013). Delapan
senyawa flavonoid yang diisolasi dari batang dan daun R. stylosa,
proanthocyanidin B2 menunjukkan aktivitas penangkapan radikal 1,1-difenil-2-
pikrilhidrazil (DPPH) terkuat dengan nilai IC 50 4,3 ppm, diikuti oleh epicatechin
dan catechin keduanya dengan nilai IC50 6,5 ppm, dan cinchonain dengan IC 50
sebesar 7,8 ppm (Miranti et al., 2018). Hutabarat et al, 2017 dalam penelitianya
ekstrak etil asetat buah Rhyzopora stylosa menujukkan nilai IC50 sebesar 79,71
ppm.
Berdasarkan informasi dari penelitian tersebut, penelitian ini dilakukan
untuk mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa aktif antioksidan fraksi etil asetat
dari akar bakau kecil (Rhyzopora stylosa) dengan metode ABTS. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada bagian tanaman yang
digunakan dan metode untuk menganalisis senyawanya. Pemilihan etil asetat
sebagai pelarut karena diharapkan banyak senyawa antioksidan yang berupa
senyawa fenolik dapat terekstrak sehingga dapat meningkatkan aktivitas
antioksidan.

2. 2. METODE PENELITIAN
2. 3. ALAT DAN BAHAN
Serbuk akar bakau kecil dari Sigandu Pekalongan, etanol 96%, Etil Asetat, n-
Heksane, Kloroform, Metanol, DPPH, Kalium persulfate, ABTS, PBS pH 7,0, Silaka
gel 60 7734, Plat KLT GF254, Spektrofotometer UV-Vis, Kuvet, Chamber KLT,
Kolom kromatografi, Lampu UV 245/366 nm, Rotary evaporator, set alat gelas.

2
Jurnal Farmasi
Indonesia
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. xx No. Xx, bulan xxxxx tahun xxxx online: jfi.setiabudi.ac.id
ISSN: 1693-8615 EISSN : 2302-4291

2. 4. CARA KERJA
Ektraksi dan Fraksinasi
Sebanyak 1 kg serbuk akar bakau kecil (Rhyzopora stylosa) dimaserasi
dengan etanol 96 % dengan perbangan 1 : 5 selama 24 jam dengan sesekali diaduk
dan disaring. Ampas di remarasi sebanyak 3 kali. Maserat yang dipekatkan dengan
rotary evaporator pada suhu 40 – 50OC dan dipekatkan di atas awater bath.
Ekstrak kental sebanyak 20 gram ekstrak dilarutkan dengan aquades etanol
dengan perbandingan 1:1 sebanyak 150 mL, kemudian dimasukkan dalam corong
pisah. Fraksinasi pertama dengan penambahan n-heksana sebanyak 150 mL
kemudian digojog dan didiamkan sampai terbentuk 2 lapisan (lapisan aquadest di
bawah dan lapisan n-heksana di atas) ambil lapisan n-heksana (replikasi 3 kali).
Fraksinasi selanjutnya dilakukan dengan penambahan etil asetat sebanyak 150 mL
ke dalam lapisan kemudian digojog dan didiamkan sampai terbentuk 2 lapisan
(lapisan aquadest di bawah dan lapisan etil asetat di atas) ambil lapisan n-heksana
(replikasi 3 kali). Fraksi air, fraksi etil asetat dan fraksi n-heksana selanjutnya
dipekatkan dengan rotary evaporator dan dipekatkan di atas water bath

Isolasi dengan Kromatografi kolom


Sebanyak 1 gram fraksi etil asetat di fraksinasi menggunakan kromatografi
kolom dengan fase diam silika gel 60 sebanyak 45 gram. Fase gerak yang
digunakan campuran pelarut gradien butanol : asam asetat glasial : air dengan
perbandingan 4:1:5, 4:1:5 dan 3:1:6 (masing-masing perbandingan sebanyak
30mL). Hasil fraksinasi didapatkan sebanyak 30 fraksi.
Identifikasi profil KLT
Sub fraksi yang diperoleh diidentifikasi dengan KLT. Fase gerak yang
digunakan campuran butanol : asam asetat glasial : air dengan perbandingan 4:1:5.
Plat KLT disemprot dengan DPPH dan AlCl 3, kemudian diamati reaksi warna yang
terjadi. Hasil positif antioksidan ditunjukkan dengan terbentuknya warna kuning.

Purifikasi dengan KLT Preparatif


Purikasi kandungan senyawa flavonoid dari sub fraksi yang dihasilkan
dilakukan dengan cara Kromatografi Lapis Tipis (KLT) preparatif dengan
menggunakan plat ukuran 5 x 10 cm dengan penotolan yang panjang berbentuk
pita. Fasa gerak yang digunakan yaitu campuran butanol : asam asetat glasial
dengan perbandingan 4:1:5 dengan 2 kali elusi.

Uji Kemurnian Isolat


Isolat yang dihasilkan diuji kemurniannya menggunakan teknik KLT dengan
3 variasi fase gerak. Selain itu, dilakukan juga KLT dua dimensi. Isolat yang
diperoleh dari KLT preparatif kemudian ditotolkan pada lempeng plat KLT yang
berukuran 5 x 5 cm, kemudian dielusi dengan pelarut butanol : asam asetat glasial
dengan perbandingan 3:1:6. Elusi kedua dilakukan dengan cara memutar lempeng

3
Jurnal Farmasi
Indonesia
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. xx No. Xx, bulan xxxxx tahun xxxx online: jfi.setiabudi.ac.id
ISSN: 1693-8615 EISSN : 2302-4291

90° berlawanan arah jarum jam. Jika berdasarkan analisis menggunakan KLT satu
dan dua dimensi menghasilkan noda tunggal, maka isolat bisa dikatakan murni.

Penentuan Struktur Molekul


Penentuan dan elusidasi struktur molekul menggunakan instrument
Spektrofotometer Ultra Violet (UV), Spektrofometertrofotometer Infra Merah (IR)
dengan KBr, dan Spektroskopi Resonansi Magnetik Inti (RMI).

Pengujian Aktivitas Antioksidan dengan Metode ABTS


Prosedur pengujian dilakukan berdasarkan metode Emad A. Shalaby[11].
Larutan ABTS dibuat dengan mencampurkan 5 ml larutan stok ABTS 7 mM dan 5
ml larutan kalium persulfat 2,45 mM, campuran diinkubasi selama 12- 16 jam.
Larutan ABTS ditambahkan etanol 70% sampai diperoleh nilai absorbansi 0,7 ±
0,02 pada panjang gelombang 734 nm. 0,1 ml larutan fraksi etil asetat dan isolat
(10, 20, 40, 60 dan 80 µg/mL) dicampur dengan 0,9 ml larutan ABTS. Campuran
diinkubasi pada ruang gelap selama 6 menit, kemudian diukur absorbansinya pada
panjang gelombang 740 nm dengan spektrofotometer uv-visible. Pengukuran
dilakukan sebanyak tiga kali dengan vitamin C sebagai pembanding. Nilai
persentase peredaman yang diwakili oleh nilai IC 50 dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
|kontrol|−|sampel|
% Inhibisi= x 100 %
|kontrol|

Nilai IC50 dihitung menggunakan rumus persamaan regresi linier antara


konsentrasi versus % penghambatan. Nilai IC 50 didapatkan dari nilai x setelah
mengganti y = 50

2. 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan pembahasan dibuat sejelas mungkin dengan menunjukan bukti


hasil yang ada dengan membahas sesuai dengan latar belakang dan metode
penelitian (menunjukan benang merah), menjawab permasalahan yang diangkat,
membandingkan dan atau menunjukan keterbaharuan hasil yang didapatkan
dengan hasil penelitian yang sudah ada atau literatur yang sudah ada.
Literatur yang disitasi dibuat dengan metode nomor [1], [2], [3], dst.
disesuaikan dengan Daftar Pustaka yang dibuat. Penulisan persamaan (dibuat
dengan equation) yang ada dalam artikel harus diberi nomor dengan contoh:
<1spasi>
2
A=π r ........... persamaan 1
<1spasi>
Tabel dibuat dengan style matrix table, diberi keterangan tabel dengan
nomor tepat di atas tabel, seperti contoh dibawah ini:

4
Jurnal Farmasi
Indonesia
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. xx No. Xx, bulan xxxxx tahun xxxx online: jfi.setiabudi.ac.id
ISSN: 1693-8615 EISSN : 2302-4291

Tabel 1. Jenis Tabel


City or Town Point A Point B Point C Point D Point E

Point A —

Point B 87 —

Point C 64 56 —

Point D 37 32 91 —

Point E 93 35 54 43 —

Apabila ada keterangan gambar


<1spasi>
Gambar dibuat rata tengah dengan Nomor Urut dan keterangan Gambar
diletakkan di bawah gambar dan seringkas mungkin seperti contoh di bawah ini.
<1spasi>

Gambar 1. Gambar bakteri xxx

2. 6. KESIMPULAN
Kesimpulan ditulis dalam bentuk paragraf dengan menjawab tujuan dari
penelitian yang dilakukan.
2. 7. UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih dituliskan dalam bentuk paragraf.
2. 8. DAFTAR PUSTAKA
[1].daftar pustaka minimal berjumlah 15 dengan 70% adalah pustaka
primer,
[2].daftar pustaka ditulis dengan Vancouver sesuai dengan nomor sitasi
pada naskah
[3]. daftar pustaka primer mencantumkan DOI artikel yang disitasi

5
Jurnal Farmasi
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai