Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis metode demontrasi pada peserta Pelatihan di Wilayah
Kerja (PDWK) Teknis Peningkatan Kinerja Staf ditinjau dari Generasi X dan Generasi Y di Kantor
Kementerian Agama Kabupaten Buleleng, manfaat penelitian dapat menghasilkan konsep mengenai
metode pelatihan yang tepat diberikan kepada Generasi X dan Generasi Y sehingga tujuan pelatihan
mampu dicapai dengan meminimalisir kendala yang ada. Penelitian bersifat deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.
Triangulasi sumber menggunakan beberapa sumber data dengan permasalahan sama. Hasil penelitian
menunjukan metode demontrasi mampu meningkatkan kompetensi Generasi X dan Generasi Y dalam
hal pengetahuan, keterampilan dan sikap/perilaku positif. Peningkatan pemahaman Generasi X
sebesar 89% lebih tinggi dibandingkan dengan Generasi Y yaitu 75%. Secara keselurannya
peningkatan pemahaman peserta pelatihan sebesar 25.68 dan peningkatan ketuntasan minimal 60%.
Generasi Y menunjukan peningkatan keterampilan yang sangat baik sedangkan beberapa orang pada
Generasi X harus dipandu, dibimbing dan diarahkan dalam menyelesaikan tahapan demontrasi dan
tugas akhir. Pengembangan sikap/perilaku positif berupa keaktifan, kedisiplinan, kerapian dalam
berpakaian, kesopanan, kreatifitas dan kerjasama tercermin dalam generasi ini. Saran dalam
pelaksanaan pelatihan di wilayah kerja agar peserta tidak terlalu disibukan dengan urusan kantor dan
bisa tetap fokus serta berada di kelas sehingga tahapan metode demontrasi tidak terlewati.
Kata kunci: Metode Demontrasi; Generasi X; Generasi Y
Abstract
The purpose of this research is to analyze the method of demonstration on the participant in Working
Area (PDWK) the technical of working improvement are reviewed from Generation X and Generation
Y in Religion Ministry Office Buleleng. The benefits of this research are to give knowledge, especially
that can be used to produce concept of training method for Generation X and Generation Y so, the
purpose of the training could be achieved with minimal obstacle. This research tend to be descriptive
with qualitative approach. The technique that was used to gather data are observation, interview and
, documentation. The result shows demonstration method could improve Generation X and Y in
knowledge, skill and, ethique aspect. Improvement in understanding Generation X are 89% and
Generation Y 75%. Generaly, improvement in understanding participant are 25.68 and improvement
in completion minimal of 60%. Generation Y shows great improvement in skill but some participant
of Generation X still need to be.Positive improvement in this case are active, discipline, neat, polite
and, creativity of this two generation together. Advice for this training are participant should not be
to overhelmed with office problem and need to be able to focus in the class.
Keywords: Demonstration Methode; Generation X; Generation Y
1
p-ISSN 2622-4801 Widyadewata: Jurnal Balai Diklat Keagamaan Denpasar
e-ISSN 2809-8838 Vol. 5, No. 1, Juni 2022
2
p-ISSN 2622-4801 Widyadewata: Jurnal Balai Diklat Keagamaan Denpasar
e-ISSN 2809-8838 Vol. 5, No. 1, Juni 2022
Kabupaten Buleleng ditinjau dari Generasi X dan (1925 - 1946), Baby boom generation (1946 -
Generasi Y? 1960), X generation (1960 - 1980), Y generation
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis (1980 - 1995), Z generation (1995 - 2010), Alfa
metode demontrasi pada peserta Pelatihan di generation (2010+). (Adiawaty, 2019),
Wilayah Kerja (PDWK) Teknis Peningkatan menyatakan terdapat perbedaan karakteristik
Kinerja Staf ditinjau dari Generasi X dan generasi (x, y, z).
Generasi Y pada Kantor Kementerian Agama 2. Teori Belajar Behavioristik
Kabupaten Buleleng. Behavioristik adalah sebuah aliran dalam
Manfaat yang ingin diperoleh dari hasil pemahaman tingkah laku manusia yang
penelitian ini mampu menghasilkan konsep dikembangkan oleh beberapa ahli seperti John B.
mengenai metode pembelajaran yang tepat Watson dan Ivan P. Pavlov. Teori behavioristik,
ditinjau dari Generasi X dan Generasi Y sebagai belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai
referensi untuk penelitian selanjutnya, akibat adanya interaksi antara stimulus
diharapkan dapat bermanfaat dan merupakan (rangsangan) dan respon (tanggapan). Menurut
catatan penting bagi penyelenggara sebagai Skinner dalam (Adiawaty, 2019) hubungan
dalam menyusun dan melaksanakan program antara stimulus dan respons terjadi melalui
pelatihan ke depan yang lebih baik dengan interaksi dengan lingkungan kemudian
meminimalisir kendala atau hambatan yang menimbulkan perubahan tingkah laku.
terjadi dalam pelaksanaan kegiatan sehingga Teori belajar behaviorisme berorientasi pada
program pelatihan yang dilaksanakan tepat hasil yang dapat diukur, diamati, dianalisis, dan
sasaran dengan dasar analisis yang tepat dan diuji secara obyektif. Evaluasi atau penilaian
akurat, melalui metode pelatihan yang tepat agar didasarkan pada perilaku yang tampak dalam
kompetensi sumber daya manusia bisa lebih pembelajaran peserta didik (Shahbana, Farizqi,
dikembangkan. & Rachmat , 2020).
Tinjauan Teori dan Kebijakan 3. Metode Pembelajaran
1. Teori Perbedaan Generasi (Fadlillah & Muallifatu, 2013) menyatakan
Generasi memiliki banyak definisi karena bahwa metode pembelajaran banyak jenisnya,
banyak tokoh yang mempelajari hal ini. Strauss metode adalah cara teratur yang digunakan untuk
dan Howe mendefinisikan generasi sebagai melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai
agregat dari semua orang yang lahir selama sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang
rentang waktu sekitar dua puluh tahun atau bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu
sekitar panjang satu fase dari masa kanak-kanak, kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
dewasa muda, usia pertengahan dan usia tua. Metode demonstrasi merupakan metode
Selain itu terdapat tiga kriteria yang harus penyajian pelajaran dengan memperagakan dan
dimiliki oleh sebuah generasi yaitu usia lokasi mempertunjukkan kepada peserta didik tentang
dalam sejarah, kepercayaan dan perilaku yang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik
sama, serta keanggotaan periode yang sama. sebenarnya atau hanya sekedar tiruan
Kriteria pertama maksudnya adalah generasi (Abdurrahman, 2012). Menurut (Sanjaya, 2011)
yang sama akan mengalami peristiwa sejarah langkah-langkah yang perlu disiapkan dalam
penting dan tren social bersamaan. Hal ini akan pelaksanaan metode demonstrasi adalah sebagai
menyebabkan sebuah generasi akan terbagi berikut:
beberapa kepercayaan dan perilaku yang sama. a. Tahap Persiapan (rumuskan tujuan, persiapan
Kriteria terakhir artinya sebuah generasi akan garis besar langkah-langkah demonstrasi, dan
mengidentifikasi dirinya sebagai kelompok yang uji coba untuk menghindari kegagalan)
berbeda dibanding generasi lainnya (Nugroho, b.Tahap Pelaksanaan (pembukaan dengan
2016). (Bencsik Andrea, 2016) menyatakan ada mengatur tempat duduk peserta, kemukakan
enam generasi yang lahir dan berhubungan tujuan yang ingin dicapai, dan tugas yang harus
dengan masa kini. Penggolongan generasi dikerjakan. Pelaksanaan dengan melibatkan
tersebut sebagai berikut: Veteran generation
3
p-ISSN 2622-4801 Widyadewata: Jurnal Balai Diklat Keagamaan Denpasar
e-ISSN 2809-8838 Vol. 5, No. 1, Juni 2022
semua peserta. Mengakhiri demontrasi dengan mutakhir. Generasi Boomers menghargai etos
pemberian tugas untuk meyakini bahwa semua kerja dan generasi X menghargai etos pasar.
tahap dapat dipahami dengan baik). Lyons dalam (Putra, 2016) menyatakan
4. PMA Nomor 19 Tahun 2020, menyatakan karakter Generasi Y adalah generasi yang
penyelenggaraan pelatihan bertujuan tumbuh pada era internet booming sedangkan
mengembangkan kompetensi SDM meliputi Generasi X adalah generasi yang baru memakai
pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku. teknologi ketika menginjak remaja dan dewasa
Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, (Kurniawan, 2020). (Putra, 2016) menambahkan
dan sikap/perilaku seseorang yang dapat diamati, bahwa Generasi X adalah generasi yang lahir
diukur, dan dikembangkan dalam melaksanakan pada tahun-tahun awal dari perkembangan
tugas jabatan. teknologi dan informasi. Bencsik & Machova,
2016 dalam (Putra, 2016) menyatakan
5. Penelitian terdahulu karakteristik perilaku Generasi X (Hard work,
Kriteria yang menggambarkan openness, respect for diversity, curiosity,
karakteristik lintas generasi diungkapkan oleh practicality) dan Generasi Y (Flexibility,
Anantatmula dalam (Adiawaty, 2019), dalam hal mobility, broad but superficial knowledge,
gaya belajar generasi X merupakan penggunaan success orientation, creativity, freedom of
teknologi, mentor sedangkan generasi Y gaya information takes priority).
belajar berfikir kreatif dan visual. Beberapa Berdasarkan penelitian terdahulu, bahwa
pendapat mengatakan bahwa kemudahan ini karakteristik lintas generasi merupakan sesuatu
terkadang membuat Generasi Y atau Generasi yang unik, dengan metode pembelajaran dalam
Millenial terlena dan cenderung mengabaikan pelatihan yang tepat diharapkan dapat mencapai
lingkungan sekitar. Namun, ungkapan tersebut tujuan pembelajaran sesuai dengan Kursil yang
tidak sepenuhnya benar sebab ternyata justru ditetapkan sehingga mampu meningkatkan
dengan adanya kemajuan teknologi membuat pemahaman, ketrampilan, sikap ASN pada unit
mereka lebih kreatif dan inovatif serta lebih peka kerja.
dengan lingungkan sosial mereka. (Nurudin,
METODE PENELITIAN
Dewi, Hafizhsyah, & Farah, 2020). (Sari, et al.,
2020) menyatakan media sosial mempermudah Penelitian ini adalah deskriptif dengan
kehidupan para melenium menjadi lebih praktis, pendekatan kualitatif. Fokus penelitian ini adalah
generasi ini memiliki wawasan tinggi yang jauh analisis metode demontrasi pada Pelatihan di
lebih produktif dan lebih kreatif untuk Wilayah Kerja (PDWK) Teknis Peningkatan
menciptakan suatu aksi positif. Survey yang Kinerja Staf di Kantor Kementerian Agama
diadakan oleh Life Course Associates dengan Kabupaten Buleleng ditinjau dari Generasi X dan
sampel berukuran 4,986 pekerja dalam 47 Generasi Y. Jenis data dalam penelitin ini adalah
perusahaan pada Agustus–September 2011 data kualitatif. Sumber data primer adalah
dalam (Nugroho, 2016) menyatakan mengapa peneliti sendiri, sedangkan data sekunder
perbedaan generasi memerlukan perhatian kita diperoleh dari sumber kedua, yaitu pihak-pihak
karena terdapat perbedaan yang signifikan antara yang bukan merupakan subjek utama namun
generasi tua dan muda dalam bekerja seperti pada masih ada kaitannya dengan objek penelitian
Generasi Y atau Generasi Millennial melalui buku-buku penunjang yang isinya
merencanakan karir jangka panjang, relevan dengan penelitian ini, dan data dari
menginginkan goal jangka pendek dan dapat simdiklat. Metode pengumpulan data melalui
dicapai, menginginkan panduan langsung, metode observasi partisipan, wawancara yang
menginginkan program bimbingan seperti digunakan dalam bentuk semi-terstuktur dengan
mentor, menginginkan layanan dukungan hidup, meminta tanggapan responden dalam bentuk
menginginkan tempat kerja yang nyaman untuk uraian singkat sehubungan dengan pertanyaan
bersosialisasi, ingin berkontribusi dalam terbuka (open-ended-questions) yang spesifik,
kehidupan sosial, menginginkan teknologi yang (Sugiarto, 2017). Wawancara ini dilakukan
melalui google form kepada peserta pelatihan dan
4
p-ISSN 2622-4801 Widyadewata: Jurnal Balai Diklat Keagamaan Denpasar
e-ISSN 2809-8838 Vol. 5, No. 1, Juni 2022
wawancara mendalam kepada beberapa kunci pada penelitian ini adalah widyaiswara
informan yang kompeten. Dokumentasi melalui pengampu mata pelatihan, informan utama
hasil pre-test, post-test, data pada Simdiklat, hasil peserta Pelatihan di Wilayah Kerja (PDWK)
unjuk kerja peserta dan tugas yang diberikan, Teknis Peningkatan Kinerja Staf di Kantor
lembar kerja, lembar observasi, lembar penilaian Kementerian Agama Kabupaten Buleleng yang
oleh widyaiswara, dan triangulasi. memiliki kemampuan memberikan informasi
Peneliti mengembangkan instrumen dan mampu mewakili peserta dari Generasi X
berupa tes dan nontes. Tes digunakan untuk dan Generasi Y. Informan pendukung pada
mengukur atau menilai pemahaman peserta penelitian ini adalah orang/pejabat yang
pelatihan dengan menyajikan rangkaian memperoleh manfaat dari keberhasilan pelatihan
pertanyaan yang harus dijawab dengan bentuk ini seperti Analis Kepegawaian.
soal pilihan ganda berjumlah 25 soal. Teknik tes Validitas data dalam penelitian ini
ini diberikan pada awal pelatihan disebut pre test dilakukan dengan cara triangulasi data, sehingga
untuk mengukur pemahaman awal peserta triangulasi dapat dikelompokan dalam tiga jenis
pelatihan dan post test untuk mengukur yakni tiangulasi sumber (peserta pelatihan-
kemajuan/perubahan setelah proses pelatihan panitia-widyaiswara), triangulasi teknik
dilakukan. Sesuai dengan instrumen penilaian pengumpulan data (wawancara-observasi-
peserta yang dipakai pada Balai Diklat dokumentasi), triangulasi waktu (pagi-siang-
Keagamaan Denpasar maka nilai dari pre test sore). Deskripsi data kualitatif dilakukan dengan
adalah 20% dari total kumulatif nilai dan post test cara menyusun dan mengelompokan data yang
nilainya 40%. Instrument tes ini dalam bentuk ada, sehingga memberikan gambaran nyata
online melalui google form yang kemudian di terhadap kondisi.
share dengan fasilitas bit.ly. Instrumen non tes
HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan dengan beberapa cara: Wawancara
semi-terstuktur dilakukan melalui google form 1. Hasil Penelitian/Temuan
kepada peserta pelatihan dan wawancara Generasi X berjumlah 9 orang atau 36%.
mendalam kepada beberapa informan yang Berdasarkan wawancara, observasi langsung
kompeten. Instrumen observasi dalam penelitian serta hasil tes dan non tes menunjukan bahwa
ini mengukur ranah afektif peserta pelatihan metode demontrasi dalam pelatihan ini mampu
sesuai dengan instrumen yang digunakan oleh menambah semangat belajar, motivasi untuk
Balai Diklat Keagamaan Denpasar dimana berlatih dan mencoba agar menyelesaikan
pengamatannya bersifat nontes dengan tahapan dan tugas lembar kerja walaupun
menggunakan metode observasi. Lembar beberapa orang harus dengan arahan teman
observasi ini dilaksanakan pada saat sejawat dan widyaiswara.
pembelajaran berlangsung yang dilakukan oleh Generasi Y merupakan jumlah terbesar dalam
peneliti dengan cara melakukan pengamatan pelatihan ini yaitu berjumlah 16 orang atau 64%,
terhadap peserta pelatihan dengan menggunakan pendapat peserta pelatihan Generasi Y terkait
skor 1 sampai dengan 5 pada lembar observasi. penggunaan metode demontrasi dalam pelatihan,
Penilaian instrumen observasi sikap yang sebagian besar menyatakan sangat baik, menarik,
dilakukan oleh widyaiswara/fasilitator memiliki mudah dipahami dan meyenangkan. Metode
bobot 20% dari total penilaian yang dilakukan demontrasi tidak bikin mengantuk dan terbukti
kepada peserta pelatihan. Instrumen untuk menambah kreatifitas dan keinginan mencoba
mengukur keterampilan peserta pelatihan serta berkreasi.
menggunakan unjuk kerja, kemudian membuat Terjadi peningkatan pemahaman peserta
lembar kerja serta tugas mempresentasikan dan pelatihan yang mampu mencapai nilai 75 keatas
menyetorkan kepada panitia dalam bentuk file dari 5 orang atau 20% menjadi 20 orang atau
hasil unjuk kerja yang digunakan juga sebagai 80% peningkatannya sebesar 60%. Adapun rata-
bahan laporan hasil produk peserta pelatihan. rata nilai pre test seluruh peserta pelatihan adalah
Pemilihan informan dalam penelitian 62,00 nilai post test 87,68. Jadi peningkatan nilai
kualitatif, terbagi menjadi tiga yaitu: informan pengetahuan bisa diukur dari selisih nilai rata-
5
p-ISSN 2622-4801 Widyadewata: Jurnal Balai Diklat Keagamaan Denpasar
e-ISSN 2809-8838 Vol. 5, No. 1, Juni 2022
rata pre test dengan post test sebesar 25.68 dan meliputi pemahaman, keterampilan yang
peningkatan nilai ketuntasan minimal dicapai harus dicapai dan sikap yang harus
sebesar 60%. Dalam peningkatan pemahaman, dilaksanakan
Generasi X menunjukan hasil yang lebih tinggi 2) Mengatur layout/posisi duduk peserta
daripada Generasi Y dengan ketuntasan minimal
pelatihan. Pada kondisi pandemi covid-19,
89% sedangkan Generasi Y ketuntasan
minimalnya hanya mencapai 75%. peserta diharuskan menjalani protokol
Metode Demontrasi mampu meningkatkan kesehatan seperti pengukuran suhu tubuh,
keterampilan peserta, dapat dilihat dari mencuci tangan dengan sabun dan air
keseriusan seluruh peserta mengumpulkan mengalir, memakai masker, memakai hand
lembar tugas tepat waktu ditiap akhir materi. sanitizer dan face shale (yang sudah
Generasi Y lebih cepat tanggap dan memahami
dibagikan oleh panitia) menjaga jarak serta
hal yang berhubungan dengan keterampilan, olah
data dan share dibandingkan dengan Generasi X. penyemprotan disinfektan terhadap sarana
Metode Demontrasi mampu meningkatkan prasarana secara berkala oleh panitia.
sikap/perilaku positif peserta pelatihan, 3) Persiapan pembelajaran dengan
berdasarkan observasi yang dilakukan terhadap 6 menyampaikan garis-garis besar langkah
sikap/perilaku menunjukan semua peserta
demonstrasi diperlukan serta sarana
pelatihan memperoleh penilaian sikap sangat
baik. prasarana yang disiapkan sebagai panduan
untuk menghindari kegagalan, pada materi
2. Pembahasan
Tata Persuratan maka yang disiapkan
Peserta pelatihan dalam Pelatihan di
dokumen/berkas yang biasa dan biasa
Wilayah Kerja (PDWK) Teknis Peningkatan
Kinerja Staf di Kantor Kementerian Agama digunakan di instansi Kantor Kemenag
Kabupaten Buleleng jika dari tahun lahir terdiri Kabupaten Buleleng untuk kemudian
dari Generasi X berjumlah 9 orang atau 36% dicocokkan penyusunan sesuai peraturan
sedangkan Generasi Y adalah 16 orang atau 64%. kemudian didiskusi bersama. Materi
Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki 14 orang Pemanfaatan Aplikasi Komputer yang harus
dan perempuan 11 orang, PNS berjumlah 16 disiapkan adalah perangkat laptop baik
orang sedang Non PNS berjumlah 9 orang, dalam
hal pendidikan sebanyak 1 orang tamatan SMA, software maupun hardware berupa aplikasi
1 orang tamatan diploma dan 23 orang strata 1. microsoft office, mouse bagi yang tidak
Metode demontrasi yang diterapkan pada biasa menggunakan mouse pad, kabel
penelitian, khusus pada 4 materi inti sesuai kontak listrik agar terjangkau posisi duduk
dengan kurikulum yang diterbitkan oleh dengan perangkat listrik. Materi Dasar
Pusdiklat Tenaga Administrasi Badan Litbang Penggunaan internet yang harus disiapkan
dan Diklat Jakarta yaitu Materi Tata Persuratan, adalah ketersediaan jaringan internet dan
Materi Pemanfaatan Aplikasi Komputer, Materi
data seluler jika signal maupun bandwidth
Dasar Penggunakaan Internet, dan Materi
Komunikasi Dasar yang disampaikan oleh tidak memenuhi dipakai secara bersama-
widyaiswara pengampu dengan menggunakan sama dalam waktu yang sama. Materi
langkah-langkah metode demontrasi menurut Komunikasi Dasar tidak membutuhkan
Sanjaya : 2011, meliputi 3 tahap yaitu tahap jaringan internet namun kesiapan peserta
persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap untuk aktif mobile melakukan demontrasi
mengakhiri. Adapun tahapan yang dilakukan
komunikasi effektif dengan tetap mematuhi
sebagai berikut :
protokol kesehatan karena harus berinteraksi
1.Tahap Persiapan secara aktif dengan peserta yang lainnya
1) Menetapkan tujuan pembelajaran baik
tujuan umum maupun tujuan khususnya
6
p-ISSN 2622-4801 Widyadewata: Jurnal Balai Diklat Keagamaan Denpasar
e-ISSN 2809-8838 Vol. 5, No. 1, Juni 2022
7
p-ISSN 2622-4801 Widyadewata: Jurnal Balai Diklat Keagamaan Denpasar
e-ISSN 2809-8838 Vol. 5, No. 1, Juni 2022
8
p-ISSN 2622-4801 Widyadewata: Jurnal Balai Diklat Keagamaan Denpasar
e-ISSN 2809-8838 Vol. 5, No. 1, Juni 2022
9
p-ISSN 2622-4801 Widyadewata: Jurnal Balai Diklat Keagamaan Denpasar
e-ISSN 2809-8838 Vol. 5, No. 1, Juni 2022
sendiri hal ini menguatkan pendapat dari Vernon menyenangkan. Luh Suartini juga menyampai-
A. Magnesen dalam (Yahya, 2017) yang kan bahwa pembelajaran dengan metode
menyatakan bahwa hasil belajar mencapai 90% demontrasi sangat baik. Perlu latihan praktek
dari apa yang kita katakan dan lakukan. Dengan lebih lama lagi sebagai bahan pengembangan
metode ini peserta pelatihan diajak aktif secara namun karena kendala waktu beberapa pegawai
kognitif, psikomotorik dan affektif. Mengajak yang sudah berumur belum bisa mengembang-
peserta terlibat langsung dengan obyek yang kan materi yang sudah didapat terutama dalam
dipelajari dengan cara mendemontrasikan hal pemanfaatan aplikasi komputer dan dasar
langsung pada perangkatnya masing-masing. penggunaan internet karena beberapa dari
mereka agak gagap teknologi, perlu pendampi-
1. Analisis Metode Demontrasi ditinjau dari
ngan dan monitoring untuk menyelesaikan tugas
Generasi X
walau sudah pernah didemontrasikan saat
Generasi X berjumlah 9 orang atau 36% pelatihan di kelas, pendapat Bapak Ketut
dari jumlah peserta pelatihan, dengan jumlah Yudiastama, menutup pembicaraan.
laki-laki 4 orang dan perempuan 5 orang, dari
segi pendidikan, 9 orang tamatan S1 serta semua 2. Analisis Metode Demontrasi ditinjau dari
menjabat sebagai PNS. Dilihat dari masa Generasi Y
mengabdi sebagai PNS, berada pada kisaran 9 Generasi Y merupakan jumlah terbesar
tahun hingga masa mengabdi 34 tahun dengan dalam pelatihan ini yaitu berjumlah 16 orang atau
umur tertinggi adalah 55 tahun. Secara potensi 64%, dengan jenis kelamin laki-laki 10 orang dan
generasi ini adalah orang-orang yang tidak asing perempuan 6 orang. Jika dilihat dari status
lagi dengan prosedur kerja dan administrasi kepegawaian menunjukan bahwa generasi ini
pemerintahan, namun ada 3 orang yang masih berasal dari PNS 7 orang dan non PNS sejumlah
susah untuk move on menggunakan fasilitas 9 orang dengan pendidikan S1 sejumlah 14
internet dan computer sehingga harus benar- orang, 1 orang dari diploma dan 1 orang tamatan
benar dipandu dan dipantau walaupun temannya SMA. Dari rentang umur merupakan kisaran
sudah membantu tahap demi tahap langkah umur 28 hingga 39 tahun.
demontrasi yang dilakukan, secara umum Pendapat peserta pelatihan Generasi Y
generasi ini adalah generasi pengguna teknologi terkait penggunaan metode demontrasi dalam
sesuai hasil penelitian (Adiawaty, 2019). pelatihan, sebagian besar menyatakan sangat
Bapak Ketut Sunada, S.Pd. menyatakan baik, menarik, mudah dipahami dan
dengan metode pembelajaran melalui demontrasi meyenangkan. Menurut Fahmi Hidayat
dan dikolaborasi dengan diskusi tentang metodenya sangat mudah dipahami, hal senada
pendalaman materi sesuai kebutuhan kantor disampaikan oleh Agus Annurrachman yang
merupakan metode yang menarik karena ada menyatakan sangat membantu dalam memahami
praktek penerapan teori melalui mendemontrasi- materi yang diajarkan. Pendapat Saya tentang
kan pada perangkat masing-masing. Cara ini metode ini sangat baik sekali karena kita
sangat bagus karena seimbang antara teori dan mendapatkan suatu pemahaman dan juga
praktek. Hal senada disampaikan oleh Bapak I wawasan yang luas tentang teknis peningkatan
Ketut Yudiastama, S.S.I. yang sehari-harinya kinerja staf, ucap dari Komang Sulitno.
sebagai Analis Kepegawaian. Karakteristik Generasi Y adalah generasi
Penggunaan metode demontrasi menurut yang lebih kreatif dan inovatif serta lebih peka
penyusun bahan informasi, Bapak Ketut Sunada, dengan lingungkan sosial mereka, (Nurudin,
S.Pd. menyatakan sangat setuju dengan metode dkk:2020) sehingga dengan metode pelatihan
yang diberikan sehingga sedikit lebih mengerti demontrasi, para Generasi Milenial ini bisa
karena langsung dengan praktek. Ni Made mengeksplor kemampuan yang dimilikinya,
Warsini menyatakan pelatihan dengan metode lebih kreatif dan inovatif apalagi terkait
demontrasi bagus, cepat dipahami. Hal senada penggunaan internet dan pembuatan form online
disampaikan oleh Ibu Made Suryantini, dalam ditambah lagi permainan gambar dan warna yang
hal penyampaian sangat baik, jelas dan
10
p-ISSN 2622-4801 Widyadewata: Jurnal Balai Diklat Keagamaan Denpasar
e-ISSN 2809-8838 Vol. 5, No. 1, Juni 2022
membuat para Generasi Milinium semakin karena mereka ikut aktif menyimak, bertanya
tertantang. hingga mempraktekkan Langkah demi langkah
materi yang didemokan. Dalam hal keterampilan
3. Metode Demontrasi mampu
yang dimiliki, Bapak Agus menyatakan mulai
meningkatkan pemahaman peserta
paham penggunaan dan pembuatan form online
pelatihan
karena selama ini lebih banyak hanya sebagai
Peningkatan pemahaman peserta pelatihan pemakai bukan pembuat form online. Hal senada
dapat diukur melalui tes yang diberikan dalam juga disampaikan oleh Ibu Dwi Utari
bentuk pre test dan post test. Pre test diberikan
Jika dilihat dari karakteristik perilaku
sebelum materi atau pembelajaran dalam
peserta pelatihan yang 16% atau 4 orang usia
pelatihan diberikan oleh widyaiswara untuk
diatas 50 tahun, mereka adalah generasi X
mengukur pengetahuan awal peserta berbentuk
dengan salah satu karakternya adalah pekerja
kuis dengan menggunakan fasilitas google form
keras (sesuai dengan penelitian Bencsik &
melalui share link dengan bit.ly. Jumlah soal 25
Machova) namun dalam hal pemanfaatan
dengan bobot 4 bentuk pilihan ganda.
aplikasi komputer dan dasar penggunaan internet
Pengukuran ketuntasan minimal dipakai mereka perlu pendampinagan dari rekan kerja
dalam mengukur pemahaman peserta melalui tes (sesuai dengan hasil penelitian Widiastuti:2019).
yaitu nilai 75 dengan pertimbangan bahwa nilai Generasi ini terbuka dengan metode demontrasi,
ketuntasan dalam pelatihan secara kumulatif mau melakukan tetapi kurang bisa mandiri,
yang ditetapkan oleh Pusdiklat Tenaga sehingga perlu motivasi dan dukungan dari rekan
Administrasi adalah 76. Nilai penguasaan kerja dan pimpinan. Berdasarkan hasil observasi
pengetahuan 75 berarti bahwa dalam hal dan dokumentasi dari hasil kerja Generasi X ada
pengetahuan peserta pelatihan sudah mampu beberapa yang masih kurang memuaskan apabila
memahami 75% dari materi inti yang dibandingkan dengan hasil lembar kerja para
disampaikan. Berdasarkan data dari nilai pre test Generasi Y, namun semua peserta pelatihan
menunjukan ada 5 orang peserta pelatihan yang mampu menyelesaikan tugas dan lembar kerja
sudah mampu mencapai nilai 75 keatas yang ditugaskan tepat waktu. Ada lima lembar
sedangkan dari hasil post tes tercatat 20 orang kerja yaitu: LK.1 tentang materi Tata Naskah
sudah mampu mencapai nilai 75 keatas. Terjadi Dinas/Tata Persuratan, LK.2 tentang
peningkatan pemahaman peserta pelatihan yang pemanfaatan Microsoft office exel, LK.3 tentang
mampu mencapai nilai 75 keatas dari 5 orang pemanfaatan Microsoft office power point, LK.4
atau 20% menjadi 20 orang atau 80% tentang pembuatan form online beserta share link
peningkatannya sebesar 60%. Artinya pada akhir melalui gg.gg dan fasilitas bit.ly, dan LK.5
materi pelatihan dengan metode demontrasi menganalisis dan menggali makna dibalik
ketuntasan peserta dalam pemahaman dan cuplikan Film Nemo.
mampu mencapai nilai diatas 76 adalah sebanyak
Penggunaan Metode Demontrasi menurut I
80%. Ketuntasan nilai minimum yang mampu
Ketut Yudiastama sangat menambah keteram-
dicapai oleh Generasi X sebesar 89% lebih tinggi
pilan karena masalah langsung ditemukan dan
dibandingkan Generasi Y yaitu 75%
langsung mendapat solusi. I Ketut Diatmika
Adapun nilai rata-rata pre test seluruh menyatakan metode demontrasi mampu
peserta pelatihan 62,00 post test 87,68. Jadi meningkatkan keterampilan dikarenakan selain
peningkatan nilai pengetahuan bisa diukur dari mendengar teori kita bisa langsung berdiskusi
selisih nilai rata-rata pretest dengan post test ketika ada yang tidak kita ketahui. Hal yang sama
sebesar 25.68. disampaikan oleh Agus Annurrachman bahwa
4. Metode Demontrasi mampu demontrasi sangat membantu dalam memahami
meningkatkan keterampilan peserta materi yang diajarkan. Pendapat Saya tentang
pelatihan metode ini sangat baik sekali karena kita
mendapatkan suatu pemahaman dan juga
Mendemontrasikan materi pelatihan
wawasan yang luas tentang teknis peningkatan
membuat peserta tidak bengong dan mengantuk
kinerja Staf, pendapat Komang Sulitno.
11
p-ISSN 2622-4801 Widyadewata: Jurnal Balai Diklat Keagamaan Denpasar
e-ISSN 2809-8838 Vol. 5, No. 1, Juni 2022
Secara keselurahan responden menyatakan gagap teknologi sehingga tugas dan kewajiban
bahwa metode demontrasi mampu meningkatkan tiap peserta mampu diselesaikan tepat waktu.
kompetensi dalam hal keterampilan yang PENUTUP
dimiliki oleh peserta pelatihan, Pendapat Saya
tentang metode ini sangat baik sekali karena kita 1. Simpulan
mendapatkan suatu pemahaman dan juga Metode demonstrasi efisien dan efektif
wawasan yang luas tentang teknis peningkatan diterapkan baik kepada Generasi X maupun
kinerja Staf, pendapat Made Joddy Reksanawan. Generasi Y karena perhatian peserta dapat
Hal senada diungkap juga oleh Fahmi Hidayat lebih dipusatkan, proses pembelajaran,
yang menyatakan metode ini dapat menambah peserta lebih terarah pada materi yang sedang
wawasan dan keterampilan, demontrasi bisa dipelajari, serta pengalaman dan kesan
memancing kreatifitas peserta diklat, tambah sebagai hasil pembelajaran lebih melekat
Made Suryanthini. dalam diri peserta pelatihan sehingga ketika
Kemampuan para peserta mengakomodir diberikan tugas, peserta antusias
materi lewat metode demontrasi dapat dilihat dari mengerjakan. Pada Generasi Y menunjukan
kemampuan setiap peserta mengerjakan tugas peningkatan kompetensi, sangat unggul
sesuai bidang jabatannya dan mengumpulkan dalam hal keterampilan, pengolahan data dan
lembar tugas sebagai latihan ditiap akhir materi. share produk yang dibuat, peningkatan
kreatifitas, dan dalam pengumpulan tugas
5. Metode Demontrasi mampu tepat waktu, sedangkan generasi X adalah
meningkatkan sikap/perilaku positif. generasi yang tekun namun dalam hal
Berdasarkan lembar observasi yang mengikuti tahap-tahap demontrasi, generasi
berisikan 6 sikap yang diadobsi dari Seksi Diklat ini perlu bimbingan dan panduan lebih lanjut.
tenaga Administrasi pada penilaian peserta yaitu: Metode demontrasi mampu
keaktifan, kedisiplinan, kerapian dalam meningkatkan pemahaman peserta pelatihan
berpakaian, kesopanan, kreatifitas, dan sebesar 25.68 dan peningkatan ketuntasan
kerjasama. Observasi terhadap 6 sikap ini minimal sebesar 60%, mampu meningkatkan
menggunakan skala 5 yaitu 5 (sangat baik), 4 keterampilan dan peningkatan sikap positif.
(baik), 3 (cukup), 2 (kurang baik), 1 (sangat
Penilaian sikap peserta sesuai dengan
kurang). Berdasarkan observasi yang dilakukan
hasil observasi, mereka semua tergolong rajin
terhadap 6 sikap/perilaku menunjukan semua
dan berkomitmen.
peserta pelatihan memeperoleh penilaian sikap
sangat baik (5). Pelaksanaan metode demontrasi 2. Saran/rekomendasi
pada pelatihan juga mampu meningkatkan a. Metode demontrasi pada Pelatihan di
sikap/perilaku baik dan positif pada peserta Wilayah Kerja (PDWK) Teknis
pelatihan, hal ini terlihat dari antusis peserta, Peningkatan Kinerja Staf ditinjau dari
kedisiplinan mengumpulkan tugas tepat waktu, Generasi X dan Generasi Y di Kantor
kreatifitas dalam menuangkan ide juga yang Kementerian Agama Kabupaten
tidak kalah pentingnya adalah perilaku kerjasama Buleleng memerlukan langkah-langkah
saling bantu. Hal ini sesuai dengan pendapat yang runtun sehingga peserta pelatihan
Made Joddy Reksanawan, yang menyatakan saat pelatihan berlangsung agar fokus
metode demontrasi mampu menambah sikap pada pelatihan tidak terlalu disibukan
positif, alasannya dapat saling bantu antar peserta oleh pekerjaan kantor.
dan terbantu oleh teman saat mengalami b. Sarana yang memadai perlu disiapkan
kesusahan. Motivasi belajar dan semangat dalam hal pemanfaatan komputer dan
kebersamaan ini mampu tercipta karena rasa internet perlu personal computer (PC)
kebersamaan para generasi millinium yang lebih atau laptop tiap peserta, listrik yang
cepat menangkap informasi terkait aplikasi memadai, meja yang cukup dan jaringan
computer dan internet kemudian membantu dan yang mendukung.
mengarahkan para Generasi X terutama yang
12
p-ISSN 2622-4801 Widyadewata: Jurnal Balai Diklat Keagamaan Denpasar
e-ISSN 2809-8838 Vol. 5, No. 1, Juni 2022
13