Revisi 1-Dikonversi
Revisi 1-Dikonversi
Disusun Oleh:
KELAS B
Muhammad Sukman Jaya (D021181021)
Erina Dwi Ramadhani (D021181305)
Muhammad Alif Wahab Adhicahya (D021181515)
A.Muh.Abbas (D021181029)
Ikhwanul Khair (D021181023)
I.2 Tujuan
Adapun tujuan laporan ini, yaitu:
1. Menghasilkan sebuah desain rancang bangun alat pemecah dan pengering
kakao.
2. Menganalisis desain rancang bangun alat pemecah dan pengering kakao
yang cocok bagi petani pada proses penanganan pasca panen buah kakao.
3. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada mata kuliah
sistem perancangan mesin, Departemen Teknik mesin, Fakultas Teknik,
Universitas Hasanuddin.
I.3 Manfaat
Manfaat yang diharapkan, yaitu:
1. Memberikan suatu inovasi dalam bidang teknologi untuk rancang bangun
alat-alat pertanian.
2. Memudahkan para petani pada proses penanganan pasca panen buah
kakao.
3. Untuk meminimalisir biaya yang diperlukan dalam pada proses
penanganan pasca panen buah kakao.
DAFTAR ISI
II.1 Kakao
Kakao merupakan tanaman perkebunan yang hidup dengan naungan
pohon-pohon yang tinggi, dengan curah hujan dan kelembapan yang tinggi,
suhu yang relative sama sepanjang tahun. Tanaman tahunan ini dapat mulai
berproduksi pada umur 18 bulan (1,5 tahun).
Tanaman kakao atau yang lebih dikenal dengan tanaman coklat merupakan
salah satu dari marga Theobromasuku Sterculiaceae namun satu-satunya yang
dapat dikomersialkan atau diperjualbelikan. Adapun sistematika dari tanaman
kakao menurut Tjitrosoepomo (dalam Pusat, 2010) :
Divisi : Spermatophyta
Anak Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Anak Kelas : Dialypetalae Bangsa: Malvales
Suku : Sterculiaceae
Marga : Theobroma
Genus : Theobroma cacao L
Berdasarkan nilai ekonomisnya yang dapat dibedakan dari bentuk buah,
warna buah, dan warna biji terdapat tiga jenis kakao yaitu :
1. Criollo, merupakan jenis kakao yang dapat menghasilkan biji coklat yang
mutunya sangat baik. Kulit buah tipis dan mudah diiris, ketika buah muda
berwarna merah ketika muda dan setelah matang berwarna kuning dengan
aroma khas, tidak tahan terhadap hama dan penyakit serta kurang
produktif, di Indonesia di kenal dengan nama lain kakao Mulia(fine cacao)
(Surti,2012). Gambar 3. Jenis kakao Criollo)
2. Forastero, merupakan jenis kakao yang produktivitasnya lebih tinggi dan
tahan terhadap hama. Buah muda berwarna hijau dan setelah matang
berwarna kuning dengan aroma yang lebih lemah, rasa agak pahit. Kulit buah
keras dan sulit diiris, biji gepeng dan berwarna ungu.
3. Trinitario bentuknya heterogen, buahnya berwarna hijau merah dan
bentuknya bermacam-macam. Biji buahnya juga bermacam-macam
dengan kotiledon berwarna ungu muda sampai ungu tua pada waktu basah
(Franky, 2011). Jenis Trinitario dapat dibedakan menjadi empat golongan,
yaitu :
a) Angoleta, dengan ciri-ciri kulit luar sangat kasar, buah besar beralur
dalam, biji bulat, bermutu superior, kotiledon berwarna ungu.
b) Cundeamor, dengan ciri-ciri bentuk buah seperti Angoleta, kulit buah
kasar dan alur tidak dalam, bijinya gepeng dan mutu superior, kotiledon
ungu gelap.
c) Amelonado, memiliki ciri-ciri bentuk buah bulat telur, kulit sedikit
halus, alur-alur buahnya jelas, bijinya gepeng, kotiledon berwarna ungu.
d) Calaba cillo, dengan ciri-ciri buahnya pendek dan bulat, kulit sangat
halus dan licin, alur-alur buahnya dangkal, biji gepeng dan rasanya
pahit, kotiledon berwarna ungu.
Tanaman kakao memiliki morfologi diantaranya batang, cabang, daun,
akar, bunga, buah dan biji. Tanaman kakao yang tumbuh berasal dari biji
setelah mencapai tinggi 0,9 sampai 1,5 meter akan berhenti bertumbuh dan
membentuk jorket. Jorket adalah tempat percabangan dari pola percabangan
ortotrop (tunas yang arah pertumbuhannya tumbuh ke atas) ke plagiotrop
(tunas yang arah pertumbuhannya ke samping).
Buah kakao memiliki biji didalamnya yang manabiji tersebut tersusun
dalam lima bari yang kemudian akan mengelilingi poros buah dengan jumlah
biji yang beragam sekitar 20-50 butir per buah. Apabila buah dipotong secara
melintang terlihat biji disusun oleh dua kotiledon yang saling melipat dan
bagian pangkalnya menempel pada poros lembaga. Adapun warna kotiledon
untuk kakao Criolloadalah putih dan warna ungu untuk kakao forastero. Biji
kakao ini pun dibungkus oleh daging buah yang disebut pulpa berwarna putih
dengan cita rasa asam manis yang diduga mengandung zat penghambat
perkecambahan (Karmawati, 2010).
II.2 Kerusakan Pada Biji Kakao
Ada beberapa klasifikasi kerusakan pada biji kakao yang ditinjau
berdasarkan penyebabnya, yaitu :
1. Kerusakan Fisik Atau Mekanis
Kerusakan fisik pada biji kakao terjadi karena adanya perlakuan fisik
atau adanya benturan mekanis selama pasca panen, pengemasan,
pengangkutan maupun selama penyimpanan. Kerusakan ini meliputi biji
yang berbau asing, biji yang tercampur benda asing, biji pecah serta biji
yang kotor.
2. Kerusakan Biologis
Kerusakan biologis pada biji kakao terjadi karena hama gudang, bintang
pengerat maupun perlakuan fisiologis. Kerusakan ini juga dipengaruhi oleh
kadar air, suhu penyimpanan serta oksigen. Kerusakan yang disebabkan
oleh hama gudang sangat sulit dicegah sebab penyimpanan kakao dalam
jumlah besar yang dimasukkan dalam karung-karung besar.
3. Kerusakan Mikrobiologis
Kerusakan mikrobiologis disebabkan oleh pengeringan yang tidak
optimal atau biji kering yang menyerap air selama penyimpanan sehingga
hal ini dapat mendorong jamur-jamur tumbuh dalam biji kakao. Saat jamur
tumbuh maka akan menguraikan molekul-molekul yang akan
menyebabkan penurunan pH, penyimpangan bau dan rasa, bahkan dapat
menghasilkan toksin/racun yang berbahaya bagi manusia.Jamur yang
sering tumbuh pada biji kakao yaitu Aspergillus fumigatus dan Aspergilus
glucus.
4. Kerusakan kimia
Kerusakan kimia ini disebabkan karena perubahan kimia yang
dipengaruhi oleh suhu selama reaksi berlangsung, oksigen
yangmempercepat reaksi oksidasi, reaksi biologis seperti enzimatik, pH
yang mempengaruhi denaturasi protein atau perubahan warna, dan adanya
logam yang menjadi prekursor reaksi. Penurunan kualitas mutu kakao
dapat dicegah dengan menerapkan teknologi pascapanen kakao yang benar
dan memperhatikan syarat mutu kakao yang telah ditentukan. Dengan
memperhatikan hal tersebut diharapkan mutu kakao Indonesia bukan
hanya mengalami peningkatan produksi dari segi kuantitas tapi juga
mempunyai daya saing dari segi kualitas di pasaran Internasional
(Supriyanto, 2012).
𝑇 = 9,74 𝑥 105 𝑥 𝑝𝑑
𝑛1
Ket :
T = Momen rencana (kg.mm)
n1 = putaran poros yang digerakkan
III.
Kecepatan Sabuk
𝑑𝑝 𝑥 𝑛𝑝
𝑉=
60 𝑥 1000
Ket :
𝑑𝑝 = Diameter puli penggerak (mm)
IV.
Panjang Keliling
𝐿 = 2𝐶 + 𝜋 (𝑑 + 𝐷 ) + 1 (𝐷 − 𝑑 )2
𝑝 𝑝 𝑝 𝑝
2 4
Ket :
𝑑𝑝 = Diameter puli motor (m)
𝐷𝑝 = Diameter puli poros (m)
L = Panjang keliling sabuk (mm)
C = Jarak sumbu poros (mm)
V.
Jarak Sumbu Poros (C)
𝑏 = 2𝐿 − 3,14 (𝐷𝑝 + 𝑑𝑝)
VI.
Sudut Kontak (𝜽)
57 (𝐷𝑝 − 𝑑𝑝)
𝜃 = 180 −
𝐶
Ket :
θ = Sudut kontak
dp = Diameter puli penggerak (mm)
Dp = Diameter puli yang digerakkan (mm)
C = Jarak sumbu poros sebenarnya (mm)
II.5.5 Rantai
Rantai adalah suatu alat penghubung transmisi dengan permukaan
alat penerus daya bergerigi. Rantai tidak dapat selip karena itu rantai
tidak memerlukan tegangan awal. Rantai memerlukan pelumasan dan
perlindungan dari debu agar tidak mudah aus karena gesekan berlebih
akibat debu menempel atau kurangnya pelumasan
II.5.6 Bantalan
Bantalan gelinding adalah suatu komponen yang berfungsi untuk
mengurangi gesekan kerja sehingga tidak menimbulkan panas pada
pembebanan yang sama pada suatu sistem yang bergerak berputar.
II.5.7 Poros
Poros merupakan salah satu bagian dari setiap mesin penting,
karena hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan
putaran, oleh karenanya poros memegang peranan utama dalam
transmisi dalam sebuah mesin.
Poros dibedakan menjadi tiga macam berdasarkan penerusan
dayanya (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2002) yaitu :
a. Poros Transmisi
Poros macam ini mendapatkan beban puntir murni atau puntir
dan lentur. Daya ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling,
roda gigi, puli sabuk dan sprocker rantai dll.
b. Spindel
Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin
perkakas, dimana beban utamanya berupa puntiran yang disebut
spindel. Syarat utama yang harus dipenuhi poros ini adalah
deformasi harus kecil dan bentuk serta ukurannya harus teliti.
c. Gandar
Poros seperti dipasang diantara roda-roda kereta barang, dimana
tidak mendapat beban punter, bahkan kadang-kadang tidak boleh
berputar, disebut gandar. Gandar hanya memperoleh beban lentur
kecuali jika digerakkan oleh penggerak dia akan mengalami beban
puntir juga.
Perhitungan gaya yang terjadi pada poros Rumus berikut
menurut sumber buku Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen
Mesinhal 26-28 adalah perhitungan gaya yang terjadi pada poros.
I.
Daya Rencana (Pd)
𝑃 𝑑 = 𝑓𝑐 𝑥 𝑃
Ket :
fc = Faktor koreksi
P = Daya (kW)
II.
Momen Rencana
𝑇 = 9,74 𝑥 105 𝑥 𝑝𝑑
𝑛1
Ket :
T = Momen rencana (kg.mm)
n1 = putaran poros yang digerakkan
II.6 Alat – Alat Sejenis
II.6.1 The Design of Semi-Mechanical Cacao (Theobroma cacao) Splitter
Berdasarkan hasil penelitian pada rancang bangun alat pembelah
buah kakao (Theobroma cacao semi mekanis, dapat ditarik kesimpulan
bahwa mekanisme kerja rancang bangun alat pembelah buah kakao
semi mekanis meliputi pembuatan rangka, tempat peletakan buah
kakao, pembelah atau pemecah, saringan dan pembuatan saluran
pengeluaran kulit kakao.