PROPOSAL PENELITIAN
DISUSUN OLEH
15/380059/TP/11260
YOGYAKARTA
2019
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
Tahun 2010 Indonesia menduduki posisi sebagai pengekspor biji kakao terbesar
ketiga dunia dengan produksi biji kering 550.000 ton. Pada tahun tersebut dari
luas 1.651.539 ha areal kakao, sekitar 1.555.596 ha atau 94% adalah kakao rakyat
pertumbuhan permintaan kakao dunia mencapai 4 juta ton per tahun dan dalam
Yogyakarta. Menurut data Badan Pusat Statistik, luas kebun cokelat di Kabupaten
dpl (Suwarto; dkk, 2014). Oleh sebab itu, cokelat tumbuh dengan mudah di
Umumnya, cokelat hanya dijual dalam bentuk biji kering oleh petani setempat
padahal mampu menghasilkan produk olahan yang bernilai tinggi. Hal ini
ditangkap oleh pelaku usaha contohnya UMKM yang melihat kesempatan ini
telah terbukti bahwa UMKM tidak terpengaruh terhadap krisis. Data Badan Pusat
tidak berkurang, justru meningkat bahkan mampu menyerap 85 juta hingga 107
peluang tersebut dengan menyediakan olahan cokelat dengan berbagai varian rasa
seperti Red Chili, Orange Peel, Macadamia, Jahe, Mangga, Pala, Marzipan,
Strawberry dan Durian hingga rasa tradisional Indonesia seperti Rendang juga
menambah varian rasa yang anti mainstream di Chocolate Monggo. Tidak hanya
varian rasa, keunikan yang dapat diangkat dari Chocolate Monggo ini adalah
memproduksi olahan coklat dengan berbagai varian bentuk seperti sepatu, tas, dan
produk sehingga mendirikan Chocolate Monggo pada tahun 2005 di Kota Gede,
Yogyakarta. Oleh sebab itu, tidak heran jika produk-produk yang dihasilkan
pengunjung luar kota bahkan luar negeri juga kerap mengunjungi dan membeli
produk Chocolate Monggo. Cokelat premium dengan berbagai varian rasa dan
pembelian. Dapat melihat proses pengolahan cokelat dari awal hingga akhir juga
menjadi salah satu daya tarik pengunjung untuk mendatangi Chocolate Monggo.
Outlet yang didesain dengan menarik dan bernuansa khas jogja ini juga sangat
agar mampu bersinar ditengah persaingan industri yang sangat ketat. Untuk
Konsumen dewasa ini tidak sekedar membeli produk yang terjangkau saja namun
juga menginginkan produk dengan kualitas yang baik dan enak untuk dikonsumsi.
Oleh sebab itu, perusahaan dalam hal ini Chocolate Monggo perlu melakukan
4
teknis yang dapat disediakan oleh perusahaan (Harsanto, 2013). Metode ini
kualitas produk atau jasa (Maritan, 2015). Quality Function Deployment (QFD)
sebanyak 40 % dan biaya desain juga berkurang sebanyak 60% (Benner; dkk,
Chocolate Monggo.
Dari latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian
baik dan enak untuk dikonsumsi dan juga memenuhi keinginan konsumen
warga negara asing tanpa memandang usia, tempat tinggal, pekerjaan dan
tingkat pendidikan.
kebutuhan teknis.
baru
konsumen.
baru
konsumen.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
merupakan tanaman yang memiliki nilai jual tinggi. Daerah utama penanaman
cokelat adalah hutan hujan tropis di Amerika Tengah, tepatnya pada wilayah 18 o
LU sampai 15o LS. Daerah dari Selatan Meksiko sampai ke Bolivia dan Brasil
Cokelat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pohon yang
termasuk jenis tanaman daerah panah, tingginya antara 5-6 m, berbunga dan
berbuah sepanjang tahun, buahnya berwarna ungu atau kuning bergantungan pada
batang yang besa, bentuknya lonjong, panjangnya antara 15-20 cm, mengandung
biji seperti kacang-kacangan antara 50-100 biji, biasa diolah menjadi bubuk atau
Akar pada tanaman cokelat adalah akar tunggang. Cokelat cocok ditanam
pada daerah yang berada pada 10o LU dan 10o LS. Areal penanamannya adalah
daerah dengan curah hujan 1.100-3000 mm/tahun. Curah hujan dan sebarannya
cokelat tumbuh baik pada tanah yang mempunyai tingkat keasaman 6-7,5. Suhu
8
Hermawati, 2014):
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Docotyledonae
Ordo : Malvales
Famili : Sterculiceae
Genus : Theobramae
cacao dikelompokkan menjadi empat forma, yaitu (1) forma cacao: sifat biji bulat,
biji berkualitas tinggi, dan kotiledon berwarna putih, (2) forma pentagonum:
berbiji bulat besar, kualitas biji bagus, dan kotiledon berwarna putih, (3) forma
leiocarpum: biji membulat (plum), kualitas biji bagus, kotiledon berwarna putih
atau ungu pucat, dan (4) forma lacandonense: kakao liar yang berasal dari
Meksiko.
9
cacao. Permukaan kulit buah relatif halus, kulit buah tipis tetapi keras/liat. Bentuk
biji lonjong (oval), pipih, dan kecil, kotiledon berwarna ungu gelap, mutu biji
sehingga jenis ini sangat eterogen. Kakao hasil persilangan ini mempunyai
sifatmorfologi, fisiologi, daya hasil dan mutu biji yang beragam. Beberapa klon
dari kelompok ini disebut kakao mulia jika keping biji segarnya berwarna putih,
sedangkan dinamakan kakao lindak jika keping biji segarnya berwarna ungu.
Kakao jenis ini menghasilkan biji kakao fine lavour cocoa dan ada yang termasuk
Pemanenan kakao dimulai setelah buahnya masak yang ditandai oleh adanya
perubahan warna kulit buah. Buah yang waktu muda berwarna hijau setelah
masak akan menjadi berwarna kuning sedangkan buah yang mudanya berwarna
merah setelah masak akan menjadi berwarna orange. Dari saat pembuahan sampai
menggunakan pisau tajam agar tempat tangkai buah yang menempel dengan
batang/ cabang tidak terkelupas atau rusak. Buah yang dipetik hendaknya buah
yang sudah masak sebab buah yang kurang masak kandungan gula pada pulpnya
10
kurang, dan ini berakibat terhadap kurang baiknya hasil fermentasi biji cokelat
(Artha, 2017). Menurut (Husna; Suherman & Nuryanti; 2017) kandungan gizi
Trigliserida cokelat didominasi oleh stearat jenuh (34 %) dan palmitik (27 %)
asam lemak dan asam oleik tak jenuh rantai tunggal (34 %). Disamping memiliki
kandungan gula dan lemak yang tinggi, cokelat memiliki kontribusi yang baik
termasuk juga flavonoid seperti epikatekin, katekin, dan terutama juga prosianidin
(Afoakwa, 2010). Kadar air yang dimiliki oleh biji kakao basah yaitu 50 – 55 %
sehingga harus diturunkan menjadi 7 % agar umur simpan kakao dapat lebih lama
(Yuwono, 2017).
dalam tiga jenis mutu yaitu mutu I, mutu II, dan mutu III. Menurut ukuran berat
bijinya, yang dinyatakan dengan jumlah biji per 100 gram contoh, biji kakao
Syarat kelas mutu biji kakao dapat dilihat pada Tabel 2.1.2 berikut.
Suatu produk cokelat yang dihasilkan berawal dari buah tanaman kakao
kemudian diproses melalui beberapa tahapan yang relatif panjang. Melalui proses
varian rasa dan juga varian bentuk. Cokelat monggo merupakan sebuah cokelat
couverture yaitu cokelat yang menggunakan bahan dasar mentega kakao dan
lemak nabati dari biji kakao. coklat hanya bisa disebut coklat couverture apabila
presentase mentega kakao yang dikandung antara 32- 39% dan total persentase
mentega kakao dan cocoa solid yang dikandung minimal 54%. Dengan
diantaranya dari segi rasa yang enak dan pekat, tekstur yang lembut dan meleleh
dari bubuk kakao dan lemak nabati (minyak sayur hingga lemak babi). hal inilah
yang membedakan coklat monggo dengan coklat kebanyakan karena sama sekali
tidak menggunakan coklat compound sebagai bahan dasar demi menjaga kualitas.
Coklat monggo sehat dan baik untuk dikonsumsi. coklat hitam couverture
bahan bahan premium dan memulai proses yang panjang sehingga tercipta produk
beragam varian produk yang ditawarkan, baik dari segi bentuk ukuran dan
komposisi coklat serta harga. Berikut merupakan varian produk Cokelat Monggo:
13
Cokelat jenis bars adalah cokelat batang dengan berat 40 gr. Produk jenis
6. Marzipan, yaitu cokelat dengan isian adonan yang terbuat dari kacang
10. Milk, yaitu cokelat dengan kandungan kakao 41% dan susu
11. White, yaitu cokelat putih tanpa isian dengan kandungan kakao sekitar
30%
Cokelat jenis tablets adalah cokelat papan dengan berat 80 gr. Produk
1. Dark 69%, yaitu cokelat dengan kandungan kakao sebesar 69% tanpa
isian
14
2. Dark 58%, yaitu cokelat dengan kandungan kakao sebesar 58% tanpa
isian
3. Milk, yaitu cokelat dengan kandungan susu yang tinggi dan mempunyai
4. Organic cashew, yaitu cokelat dengan isian olahan kacang mete organik
5. Orange peel, yaitu cokelat dengan isian olahan kulit jeruk sunkis
8. Red Chili, yaitu cokelat dengan isian olahan cabai krispi pedas
11. Cocoa nibs, yaitu cokelat hitam 69% dengan isian remah biji kakao
Souvenir adalah cokelat oleh-oleh jenis tablet seberat 100 gr. Produk
3. Semar, yaitu cokelat dengan isian kismis dan kacang mete yang
5. Mulatani, yaitu cokelat dengan isian cabai krispi merah yang pada
100 gram
3. Stupa, yaitu box warna putih berisis 10 cokelat hitam 58% kakao
4. Box Batik, yaitu box dengan motif batik trunrum berisi 9 varian
gram, varian cokelat yang termasuk dalam box batik ini yaitu cokelat
16
masing-masing 10 gram.
1. Imlek
cokelat ini diproduksi dalam rangka perayaan Imlek pada tahun 2012.
2. Natal
17
praline berbentuk manusia salju yang terbuat dari cokelat putih berisi
3. Paskah
a. Easter egg, yaitu cokelat berbentuk telur dengan berat 100 gram
c. Easter egg, yaitu cokelat berbentuk telur dengan varian dark, white,
d. Giant rabbit, yaitu cokelat berbentuk kelinci seberat 310 gram dan
4. Valentine
a. Mini Ballotine, yaitu box elegan berwarna merah muda atau cokelat
b. Square box, yaitu box elegan berwarna pink berisi 5 dan 12 buah
cokelat praline dengan isian pasta stroberi dan krim kacang mete
c. Together Box Valentine, yaitu box berisi dua bar varian Cokelat
2014
5. Piala Dunia
yang terbuat dari cokelat hitam 58% kakao dengan krim kacang mete
di dalamnya
dalam Piala Dunia. Tiap cokelat memiliki berat 5 gram yang terbuat
6. Halloween
a. Worms in Dark, yaitu cokelat hitam seberat 100 gram yang berisi
kakao dengan isian selai pandan. Varian ini mempunyai berat 40 gram
kakao dengan beras krispi asin. Varian ini mempunyai berat 40 gram
d. The Giant Pumpkin, yaitu cokelat hitam seberat 130 gram dengan
e. Box Peti Mati, yaitu box seberat 100 gram yang berisi cokelat hitam
Halloween.
7. Idul Fitri
Varian cokelat spesial dalam rangka perayaan Hari Raya idul Fitri
yaitu produk cokelat hitam dengan kandungan kakao 58% seberat 100
gram berisi buah kurma. Selain itu juga terdapat produk cokelat
58% kakao
69% kakao
cokelat monggo ini dengan berbagai ukuran yaitu 40 gram, 80 gram, dan 100
gram.
21
dan jasa (Marimin, 2004). Konsep Quality Function Deployment dan pendekatan
desain dikenalkan oleh Profesor Akao pada tahun 1966 sebagai alat
kebutuhan dan keinginan konsumen ke dalam suatu desain ( Wood; dkk, 2016).
dari setiap tahap pengembangan produknya. Fokus terutama dari Quality Function
2015).
Alasan dipilihnya QFD sebagai metode yang akan digunakan adalah karena
fokus utama dari QFD adalah melibatkan pelanggan pada proses pengembangan
tidak akan puas terhadap suatu produk, meskipun produk berhasil dibuat tanpa
cacat bila produk tersebut tidak diinginkan atau dibutuhkan pelanggan (Tjiptono,
2001).
kebutuhan konsumen.
2. Memiliki bentuk yang jelas dan teratur dan juga adanya kemampuan untuk
informasi yang tim produk butuhkan untuk membuat keputusan yang tepat
dalam hal defenisi, desain, produksi dan penyediaan produk atau jasa.
3. Menyediakan forum untuk analisis masalah yang timbul dari data yang
kesenjangan kualitas produk dan layanan dengan fakta yang diterima pelanggan
sehingga perlu dilakukan tindakan teknis peningkatan sumber daya manusia dan
manajemen (Efendi, 2007). Adapun prinsip dari QFD adalah diawali dengan suara
diterjemahkan menjadi kebutuhan teknis produk yang akan dipenuhi oleh pihak
yang dapat diterapkan oleh pihak perusahaan agar terpenuhi kualitas yang
satu perbedaan QFD dengan metode lainnya yaitu QFD memiliki unsur
mengisi perbandingan kinerja antara produk serupa yang sudah ada dipasaran
Penerapan QFD dapat mengurangi waktu desain sebesar 40% dan biaya
pengembangan, manufaktur dan penjualan. Selain itu juga ada beberapa manfaat
yang dapat diperoleh dari QFD bagi perusahaan yang berusaha meningkatkan
sehingga organisasi dapat mengetahui sejauh mana organisasi itu sendiri dan
2. Efesiensi waktu
memahami posisinya yang paling tepat dalam proses tersebut agar dapat
Salah satu produk yang dihasilkan dari proses QFD adalah dokumen
berubah secara konstan setiap kali ada informasi baru yang dipelajari
sehingga setiap kali terdapat informasi baru maka informasi lama akan
Tahapan penggunaan QFD menurut Revelle;dkk tahun 1998 yaitu sebagai berikut:
produk.
berbentuk segitiga. Kekuatan yang utama dari matriks ini adalah kemampuannya
Dengan membangun HOQ maka perusahaan dapat mengetahui secara persis apa
yang akan menjadi kebutuhan pelanggan pada saat sekarang dan bagaimana
dokumen yang menjadi acuan pengembangan produk atau jasa dimasa yang akan
datang (Sadono; Mulyati; dan Purwanto, 2000). Ranah aplikasi yang terbesar dari
3. Mengevaluasi PRTs
3. Kebutuhan pasar
4. Atribut produk
5. Analisis kompetitif
27
merupakan tahap pertama dalam penerapan metodologi QFD. Secara garis besar
matriks ini adalah upaya untuk mengkonversi voice of customer secara langsung
terhadap persyaratan teknis atau spesifikasi teknis dari produk atau jasa yang
dihasilkan.
1. Bagian A
Berisikan data atau informasi yang diperoleh dari penelitian pasar atas
dalam suatu penelitian adalah wawancara, baik secara grup atau perorangan.
28
2. Bagian B
Berisikan tiga jenis data yaitu: Tingkat kepentingan dari tiap kebutuhan
dibandingkan. Tujuan strategis untuk produk atau jasa baru yang akan
dikembangkan.
3. Bagian C
“suara konsumen” yang telah diperoleh pada bagian A. Untuk setiap persyaratan
teknis ditentukan satuan pengukuran, dan target yang harus dicapai. Pengukuran
terdiri dari 3, yaitu: Semakin besar semakin baik (target maksimal tidak terbatas),
Semakin kecil semakin baik (target maksimal adalah nol) dan Target
maksimalnya adalah sedekat mungkin dengan suatu nilai nominal dimana tidak
4. Bagian D
• Strongly linked
o Moderate linked
Δ Possibly linked
Not linked (Blank) diberi nilai nol (perubahan pada persyaratan teknis, tidak akan
(perubahan yang relative besar pada persyaratan teknis akan memberi sedikit
yang relative besar pada persyaratan teknis akan memberikan pengaruh yang
cukup berarti pada kepuasan pelanggan), Strongly linked diberi nilai 9 (perubahan
yang relative kecil pada persyaratan teknis, akan memberikan pengaruh yang
5. Bagian E
persyaratan teknis yang lain yang terdapat pada bagian C. Korelasi antar
persyaratan teknis tergantung pada pengukuran dari setiap persyaratan teknis, ada
dua kemungkinan:
o Positive Impact
x Negative Impact
6. Bagian F
dikembangkan.
Part Deployment merupakan tahap kedua dalam metode QFD. Berikut ini
1. Bagian A
iterasi 1.
2. Bagian B
3. Bagian C
31
4. Bagian D
5. Bagian E
Operasi proses kunci ditentukan oleh karakter kualitas bagian dari matriks
sebelumnya.
Persyaratan produksi ditentukan dari operasi proses kunci. Pada fase ini
dihasilkan prototype dari peluncuran produk Proses QFD dimulai dari riset
persaingan pasar. Hasil dari riset pasar diterjemahkan kedalam desain produk
32
secara teknis yang sesuai atau cocok dengan apa yang dibutuhkan pelanggan.
bagian atau tahapan proses produksi. Kemudian ditentukan proses operasi atau
produksi dan arus proses produksi. Akhirnya disusun rencana produksi dan
pelanggan.
requirements)
langkah yang ketiga digankan data hasil pengolahan yang terdapat pada
sebagai berikut:
berikut:
3. Menentukan target
berdasarkan pada skala nilai yang sama dengan evaluasi respon teknikal
dan r tabel melalui tahapan analisis, sebagai berikut (Sitinjak; dkk, 2004):
Keterangan :
N = jumlah responden
Jika alat ukur telah dinyatakan valid, selanjutnya reliabilitas alat ukur tersebut
diuji. Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat
ini digunakan apabila akan menguji suatu alat ukur yang terdiri dar beberapa
37
pertanyaan, biasanya dalam bentuk skala. Menurut Sugiyono (1999), rumus yang
Dimana:
metode ini, diharapkan akan diperoleh informasi dari suatu alat ukur yang benar
benar andal.
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Yogyakarta.
Waktu yang digunakan untuk penelitian ini adalah Februari 2019 – Mei
2019.
para responden. Dalam penelitian ini, data primer yang di ambil adalah
sebagai berikut :
1. Profil Industri
3. Spesifikasi produk
b. Data sekunder
sumber selain responden seperti buku, majalah, surat kabar, jurnal, dan
lain-lain.
pencatatan
skala Likert.
40
sering digunakan. Metode ini menggunakan kriteria yang telah dipilih oleh
Pada penelitian ini responden yang dituju adalah konsumen yang sudah
menengah keatas.
Keterangan:
Q =1-P
L = Tingkat ketelitian 10 %
Mulai
Selesai
DAFTAR PUSTAKA
Artha, I Nengah. 2017. Teknik Budidaya Tanaman Kakao. Dalam Bahan Ajar
Universitas Udayana.
Indonesia.
45
Harsanto, Budi. 2013. Dasar Ilmu Manajemen Operasi. Bandung : Unpad Press
Petra.
Husna, Asmaul; Suherman; Nuryanti, Siti. 2017. Pembuatan Tepung Dari Biji
Springer. London.
Kakao.http://balittri.litbang.pertanian.go.id/index.php/publikasi/category/9
4 bunga-rampai-bioindustri-kakao?download=332%3A02a.-karakteristik-
morfologi-dan-kegiatan-plasma-nutfah-tanaman-kakao_edit-lila-ok-18-
Revelle, Jack B; Moran, John W; & Cox, Charles A. 1998. The QFD Handbook.
Sadono, Muhammad Sri; Mulyati, Tatik Guntarti; & Purwanto, Wahyu. 2000.
Dalam https://salamadian.com/teknik-pengambilan-sampel-sampling/.
Sitinjak, Tony; dkk. 2004. Model Matriks Konsumen Untuk Menciptakan Superior
Andi.
Yuniarto, Hari Agung. 2004. Aplikasi Quality Function Deployment (QFD) untuk
Yuwono, Sudarminto Setyo & Waziiroh, Elok. 2017. Teknologi Pangan Hasil